Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

Non - Destructive Test (NDT)


Magnetic Particle Testing (MPT) & Liquid Particle Testing (LPT)

Nama Kelompok - 5:

Muhammad Syawal (2018.02.1.0001)


Muchammad Aunur Roviq (2018.02.1.0054)
Dini Abriyanti (2018.02.1.0053)
Dwi Cintya Rachmawati (2018.02.1.0015)
Bramantio Sufiarta (2018.02.1.00)
Chorul Umam (2018.02.1.0007)
Sonia F.P (2018.02.1.0008)
Rifki Faisal Ayubi (2018.02.1.0009)

PRODI TEKNIK PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
KATA PENGANTAR 2
BAB I PENDAHULUAN 3
Latar Belakang 3
Tujuan Praktikum 4
BAB II DASAR TEORI 4
Non - Destructive Test (NDT) 4
Magnetic Particle Testing (MPT) 5
Liquid Penetrant Testing (LPT) 6
Cacat pada Material dan Pengelasan 7
Cacat Material 7
Cacat Pengelasan 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 13
Alat dan Bahan 13
Waktu dan Tempat Pelaksanaan 14
Diagram Pelaksanaan Praktikum 15
Prosedur Praktikum 15
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 16
Proses Pengujian 16
Alur Pelaksanaan Pengujian Magnetic Particle Test 16
BAB V PENUTUP 22
Kesimpulan 22
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan RahmatNya-lah kami akhirnya bisa menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan
Praktikum Non - Destructive Test (NDT) Magnetic Particle Testing & Liquid Penetrant Testing”
ini dengan baik.
Tujuan dibuatnya laporan ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum Uji Material
terutama bentuk pengujian Non-Destructive Test (NDT). Selain itu, laporan ini juga bertujuan
untuk membantu dalam penambahan ilmu pengetahuan mengenai serba-serbi pengujian metode
NDT, cara pengaplikasian dan material apa saja yang dapat diuji menggunakan pengujian ini.
Penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada laboran dan pembimbing
praktikum yang memberi pengarahan dan pengetahuan dalam praktikum kali ini, dan teman-
teman sekalian yang sudah meluangkan waktu dan pikirannya dalam praktikum maupun
menyusun laporan.
Penyusun mengetahui bahwa isi dari laporan ini masih terdapat banyak sekali
kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi tersusunnya
laporan yang lebih baik lagi.
Akhir kata, kami berharap agar laporan ini bisa memberikan banyak manfaat bagi para
pembaca. Sekian dan Terima kasih.

Hormat kami,

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di dunia Industri material sudah tidak asing lagi terutama bagi perusahaan inspeksi
perkapalan. Untuk mendapatkan material yang berkualitas perlu dilakukan sebuah pengujian.
Pengujian tersebut juga sebagai pengontrol kualitas sebuah material. Pengujian material ini
semakin meluas dalam penerapannya baik dalam bidang permesinan, bangunan maupun bidang
lainnya. Dalam dunia inspeksi perkapalan sering digunakan Pengujian Non Destructive Test
yang merupakan salah satu cara untuk menguji material tanpa merusak material tersebut.
Kecacatan material,retak,kebocoran dan Diskontinuitas pada suatu material terjadi karena
beberapa faktor diantaranya sumber daya manusia yang kurang ahli,faktor alam,perlakuan
material,sarana dan prasarana yang kurang mendukung dll. Oleh karena itu pengujian dengan
metode NDT sangat diperlukan untuk mendeteksi cacat pada suatu material. Dengan
menggunakan metode NDT dalam menguji material bisa lebih cepat dan efisien dalam
mendeteksi cacat yang ada pada material tersebut.
Alasan diadakan praktikum NDT ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui tata cara
dan prosedur pengujian material dengan metode NDT dengan baik dan benar. Metode yang
digunakan pada praktikum ini adalah Magnetic Particle Testing (MPT) dan Liquid Penetrant
Testing (LPT).

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum adalah untuk memahami teknik inspeksi dan mendeteksi cacat pada
suatu benda kerja dengan menggunakan metode Magnetic Particle Testing (MPT) dan Liquid
Particle Testing (LPT).
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Non - Destructive Test (NDT)


Non Destructive Test (NDT) adalah tes fisik suatu material atau benda uji untuk mencari
cacat pada benda dengan tidak merusak atau menghancurkan benda uji tersebut. Tujuan dari
pengujian NDT adalah untuk mendeteksi cacat dengan suatu prosedur tertentu pada suatu benda
oleh seorang operator. Hasil dari pengujian ini akan menentukan suatu part akan diganti atau
tidak tergantung dari jumlah cacat yang ada yang merujuk pada suatu standar.
Non destructive Test (NDT) mempunyai banyak metode untuk proses pengujiannya, dan
diantara metode tersebut tidak ada yang paling bagus karena dari sekian banyak metode tersebut
mempunyai keunggulan masing-masing yang tidak dimiliki oleh metode yang lainnya. Berikut
ini beberapa metode yang paling banyak digunakan, diantaranya adalah:
a. Uji NDT dengan metode visual inspection
b. Uji NDT dengan metode liquid penetrant
c. Uji NDT dengan metode magnetik partikel
d. Uji NDT dengan metode ultrasonic
e. Uji NDT dengan metode Eddy Current
f. Uji NDT dengan metode Radiography
Berdasarkan tipe keberadaan crack pada material NDT dapat dibedakan dalam 2 macam,
yaitu: inside crack dan surface crack. Untuk inside crack ada beberapa metode yang dapat
digunakan, seperti radiography dan ultrasonic. Sedangkan untuk surface crack dapat dilakukan
dengan menggunakan metode visual, liquid penetrant, magnetik partikel, dan eddy current.

2.2. Magnetic Particle Testing (MPT)


Magnetic test atau magnetic particle test merupakan salah satu Non Destructive Test yang
menggunakan Magnet sebagai media penguji. Pada dasarnya pengujian magnetik merupakan
gabungan dari inspeksi visual dan inspeksi kebocoran fluks magnet.
Pengujian magnetik memanfaatkan sifat dasar dari suatu magnet yaitu adanya medan
magnet yang terbentuk di sekitar magnet itu sendiri. Magnet mempunyai 2 kutub yaitu kutub
utara (North Pole) dan Kutub Selatan (South Pole), aliran/medan magnet yang timbul dari kutub
selatan ke kutub utara kemudian aliran tersebut keluar dan masuk ke kutub selatan demikian
seterusnya.

Gambar. Ilustrasi magnetic partikel test

Pengujian ini menggunakan serbuk besi (Ferrous Particle) yang disebarkan pada
permukaan objek inspeksi, pada objek inspeksi tersebut diberikan medan elektrik sehingga pada
objek inspeksi tersebut akan berubah menjadi magnet dan serbuk besi (Ferrous Particle) yang
disebarkan tersebut akan berkumpul melewati cacat yang timbul pada objek inspeksi. Hal ini
terjadi karena pada cacat (Crack) tersebut timbul gap dan gap tersebut tidak dapat dilewati oleh
aliran medan magnet sehingga aliran magnet tersebut keluar dan masuk kembali ke sisi – sisi
cacat tersebut. Pada saat medan magnet itu keluar, serbuk besi tersebut berkumpul di lokasi cacat
tersebut.

2.3. Liquid Penetrant Testing (LPT)


Metode Liquid Penetrant Test merupakan metode NDT yang paling sederhana. Metode
ini digunakan untuk menemukan cacat di permukaan terbuka dari komponen solid, baik logam
maupun non logam, seperti keramik dan plastik fiber. Melalui metode ini, cacat pada material
akan terlihat lebih jelas. Caranya adalah dengan memberikan cairan berwarna terang pada
permukaan material yang diuji. Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan
viskositas yang rendah agar dapat masuk pada cacat di permukaan material.Selanjutnya,
penetrant yang tersisa di permukaan material disingkirkan. Cacat akan nampak jelas jika
perbedaan warna penetrant dengan latar belakang cukup kontras. Sesuai inspeksi penetrant yang
tertinggal dibersihkan dengan penerapan developer.
Gambar. Alur pengujian Liquid Penetrant Test

Keuntungan metode Liquid Penetrant Test adalah dapat menginspeksi permukaan yang
luas dengan murah dan cepat, dapat menginspeksi part dengan geometri yang kompleks,indikasi
defect langsung ditampilkan pada permukaan material dengan tampilan visual dan peralatan
yang dibutuhkan sedikit. Adapun kelemahan metode Liquid Penetrant Test adalah hanya
mendeteksi defect yang merusak permukaan, membutuhkan preparasi permukaan untuk
menghilangkan kontaminan yang dapat menutupi defect, membutuhkan permukaan yang relatif
halus/tak berpori, membutuhkan pembersihan setelah pengujian, membutuhkan ruangan dengan
lingkungan gelap dan sinar UV dalam pengujian dan membutuhkan kehati-hatian dalam
menggunakan zat kimia (larutan penetrant dan developer).

2.4. Cacat pada Material dan Pengelasan


2.4.1. Cacat Material
Pada umumnya cacat material ini didapat karena material sudah mengalami
fatigue (kelelahan) dimana material tersebut sudah digunakan dalam jangka waktu
tertentu sehingga material mengalami kecacatan / keretakan khususnya pada bagian di
permukaannya (surface). Namun ada kalanya material sudah terjadi kecacatan dari hasil
produksi awal.
2.4.2. Cacat Pengelasan
Ada banyak sekali cacat pada pengelasan, diantaranya :
a. Cacat Las Slag Inclusion
Pengertian slag adalah terak, cacat las ini kemungkinan besar terjadi pada
jenis proses pengelasan yang memiliki terak seperti SMAW dan FCAW. pada
dasarnya slag itu melindungi hasil pengelasan dari udara namun ketika dia
tertinggal didalam/terjebak maka itu menjadikan cacat las slag inclusion. Jika
terjadi di area surface luar maka ini bisa dengan mudah untuk di perbaiki, tetapi
jika terjadi didalam maka ini merupakan cacat las yang tidak dapat ditoleransi.

Gambar. Cacat Slag Inclusion.


Penyebabnya :
● Pada Pengelasan SMAW
Penyebab cacat las slag inclusion pada SMAW adalah penggunaan ampere
yang rendah, kurang bersih ketika menghilangkan terak sebelum proses
penyambungan.
● Pada Pengelasan GMAW
Silica menyerupai terak pada SMAW, warnanya bening. Jika melakukan
tumpukkan las dan silica tidak dibersihkan terlebih dahulu, maka
kemungkinan slag akan terjadi. Setting mesin las juga sangat penting untuk
menentukan jenis pengelasan GMAW, terutama kesesuaian antara voltase dan
kecepatan kawat las.
● Pada Pengelasan FCAW
Slag inclusion kemungkinan akan terjadi karena tipe kawat las berbentuk flux
core, tapi kemungkinan itu kecil karena tipe las FCAW menggunakan ampere
yang sangat besar.

b. Cacat Las Tungsten Inclusion


Tungsten inclusion adalah sebuah cacat las yang hanya ada di proses las
GTAW saja. Tungsten Inclusion disebabkan oleh patahnya ujung tungsten saat
pengelasan GTAW dan tertinggal didalam deposit hasil las. Tungsten GTAW
sendiri memiliki titik lebur yang lebih tinggi dibanding material besi baja, jadi
ketika dia patah maka tungsten tidak akan ikut lebur, dia tertinggal didalam
deposit las menjadi tungsten inclusion.

Gambar. Cacat Tungsten Inclusion .


Penyebabnya :
● Settingan ampere sangat tinggi dibarengi dengan pengasahan tungsten yang
terlalu runcing. Sedikit saja menyentuh base material, maka akan patah ujung
tungstennya.
● Model mesin TIG yang tidak menggunakan high frekuensi.

c. Cacat Las Porosity / Rounded


Porosity / Rounded adalah cacat las yang berbentuk lubang-lubang kecil
pada deposit hasil lasan di base material yang menyerupai keropos atau sarang
semut.

Gambar. Cacat Porosity / Rounded.


Penyebabnya :
● Pada Pengelasan SMAW
Banyak faktor yang menyebabkan porosity di SMAW, diantaranya adalah :
○ Banyaknya kadar air didalam elektroda atau elektroda lembab.
○ Rusak/hilangnya sebagian lapisan flux karena buruknya
penyimpanan elektroda.
○ penggunaan ampere yang sangat rendah.
○ Arc length yang terlalu jauh saat pengelasan.
● Pada Pengelasan GMAW, FCAW dan GTAW
● Pada ketiga proses ini, penyebab terjadinya porosity paling utama adalah
hilangnya gas pelindung karena pengaruh gangguan angin, human eror lupa
membuka gas pelindung dan jenis gas pelindung yang tidak sesuai.

d. Cacat Las Cluster Porosity / Cluster Rounded


Penyebabnya sama seperti cacat las porosity diatas, tetapi bentuk cluster
porosity adalah lebih dari satu lubang dalam satu area. Cacat las cluster porosity
bisa terjadi di bagian root ataupun di bagian capping. Termasuk ke dalam cacat
las yang tidak bisa di toleransi.

Gambar. Cacat Cluster Porosity / Cluster Rounded.


Penyebabnya :
● Penggunaan kawat las dan gas yang tidak sesuai.
● Material tercemari oleh kotoran, minyak, atau oli saat proses pengelasan
terjadi.

e. Cacat Las Crack / Retak


Merupakan cacat las yang terjadi pada daerah lasan atau pada daerah
HAZ. Umumnya dikarenakan oleh pendinginan cepat setelah dilas. Pada baja
karbon, kelebihan unsur karbon juga bisa menjadi penyebab.

Gambar. Cacat Crack/Retak


Umumnya di semua proses pengelasan bisa terjadi crack. Cacat
pengelasan cracking terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
● Hot Crack
Biasanya itu berupa Crater Crack atau dengan bahasa lain cacat las crater
adalah retak yang terjadi pada ujung lasan ketika berhenti pada saat
melakukan pengelasan. Daerah yang berpotensi retak paling besar adalah pas
saat kawat las berhenti.

Gambar. Cacat Hot Crack


● Cold Crack.
Cold cracking adalah cacat pengelasan yang sering terjadi pada daerah HAZ
yaitu retak pada saat proses pendinginan. Cacat las cold cracking disebabkan
oleh pendinginan cepat dan pengelasan yang dilakukan pada sambungan yang
menopang berat.

Gambar. Cacat Cold Crack


f. Cacat Las Underfill
Underfill merupakan jenis cacat pengelasan karena kurangnya pengisian
logam las pada jalur lasan. Penyebab dari underfill terjadi karena ampere terlalu
rendah dibarengi dengan travel speed terlalu tinggi dan wide bead tidak sesuai
sehingga jalur lasan belum cukup terisi.

Gambar. Cacat Underfill.


Underfill ada beberapa jenis, diantara:
● Lack of Fusion
● Incomplete Fusion
● Lack of Inter-run Fusion
● Concavity
● Suck Back

g. Cacat Las Undercut / Linear


Cacat undercut sering sekali terjadi di semua proses las listrik. Terutama
pada welder/juru las junior. Penyebabnya cacat undercut adalah penggunaan
ampere yang sangat tinggi dibarengi dengan gerakan travel speed pengelasan
yang sangat cepat dan tidak memberi kesempatan filler metal mengisi lajur las
dengan sempurna.

Gambar. Cacat Undercut / Linear.

Akibatnya pinggir jalur las base material tergerus berbentuk coakan. Dan
jika coakan ini berbentuk tajam dan tergerus dalam, maka tidak ada toleransi
kecuali di repair. Tapi kalau tidak dalam dan tajam maka itu masih dalam batas
toleransi.

h. Cacat Las Burn Through


Penyebab cacat las burn-through terjadi ketika pengelasan mencapai pada
temperatur yang sangat tinggi sehingga menyebabkan logam deposit las
membakar area pengelasan dan membentuk gumpalan lelehan yang melorot /
jeblos mengikuti gravitasi.
Gambar. Cacat Burn Through.

Bentuknya bisa berbentuk lubang besar atau berbentuk tetesan air yang
membeku (icicles). Jika terjadi disisi root atau capping maka akan terlihat, tapi
jika berada di dalam logam las, hanya bisa dilihat dengan tes radiografi/x-ray. Di
Dalam uji x-ray, burn-through terlihat seperti bintik-bintik gelap yang dikelilingi
oleh kawah berwarna terang.

i. Cacat Las Overlap


Cacat las overlap dikenal juga dengan nama cold lap adalah kondisi ketika
di dalam pengelasan logam pengisi (filler atau elektroda) tidak melebur sempurna
pada logam dasar, sehingga menyebabkan cairan menggenang diatas logam dasar
tanpa ikatan (tidak fusi). Penyebabnya dikarenakan penggunaan ampere rendah
sedangkan suhu metal dalam keadaan dingin.

Gambar. Cacat Overlap.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


1. Magnetic Particle Test:
a. Sumber daya listrik
b. Spesimen uji
c. Cairan cleaner
d. Cairan 7HF
e. Cairan WCP
f. Alat uji:
Model : Yoke-Magnaflux
Berat : 2,1 kg
Jangkauan kaki Yoke : 0-250 mm
Panjang kabel : 3,2 meter
Siklus : 50%, maksimal dalam waktu 90 detik
Tegangan AC : 230 V
Frekuensi : 50.60 Hz
Arus : 2,6 Hz

2. Liquid Penetrant Test


a. Spesimen uji
b. Timer/Stopwatch
c. Lap kain/majun/spon
d. Cleaner
e. Developer
f. Penetrant
Kode : Sm518
Model : Wield Ndt Penetrant
Merk : Magnaflux
Tipe : Spotcheck Skl-Sp2 Penetrant
Berat : 1 Kg

3.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari/Tgl : Selasa, 9 November 2021
Tempat : Laboratorium Uji Material, Universitas Hang Tuah Surabaya.

3.3. Diagram Pelaksanaan Praktikum

3.4. Prosedur Praktikum


1. Magnetic Particle Test
a. Siapkan dan periksalah benda kerja yang akan diuji. Catatlah ukuran benda kerja
(panjang, panjang ukur, lebar, dan tebal mula-mula) serta jenis bahannya.
b. Siapkan alat-alat uji: yoke, cairan cleaner, cairan 7hf, dan cairan WCP.
c. Bersihkan benda uji dengan cairan cleaner agar tidak ada kotoran yang menempel.
d. Setelah dibersihkan, semprot dengan cairan WCP yang berwarna putih untuk
menutupi lapisan benda uji agar maksimal pada saat pengujian.
e. Tempelkan yoke ke arah benda uji agar aliran magnet yang dialirkan dapat
mengalir keseluruh benda uji yang akan diuji dan dengan bersamaan
disemprotkan cairan 7HF secara perlahan-lahan pada benda disekitar yoke
ditempelkan.
f. Setelah terlihat cacat pada hasil pengujian, catatlah berapa panjang cacat yang
dihasilkan. Apakah cacat yang berbentuk linier ataupu rounded.
g. Setelah itu bersihkan kembali benda uji yang telah dipakai.

2. Liquid Penetrant Test


a. Siapkan dan periksalah benda kerja yang akan diuji. Catatlah ukuran benda kerja
(panjang, panjang ukur, lebar, dan tebal mula-mula) serta jenis bahannya.
b. Siapkan alat-alat uji: cairan cleaner, cairan penetran, cairan developer, majun, dan
spon.
c. Bersihkan benda uji dengan cairan cleaner agar tidak ada kotoran yang menempel.
d. Setelah dibersihkan, semprot dengan cairan penetran ke spon. yang berwarna
putih untuk menutupi lapisan benda uji agar maksimal pada saat pengujian.
e. Lalu oleskan pada bagian yang akan diinspeksi/diperiksa, dan tunggu selama
kurang lebih 5 menit.
f. Setelah 5 menit, hilangkan cairan penetran dengan majun. Lebih baik
mengusapnya dengan cara satu arah agar lebih cepat dan lebih maksimal dalam
membersihkan cairan penetran.
g. Semprotkan cairan developer ke bagian yang dioleskan cairan penteran tersebut.
h. Akan ada timbul bercak berwarna merah, dan catatlah hasil dari indikasi tersebut.
i. Setelah itu bersihkan kembali benda uji yang telah dipakai.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Proses Pengujian


Alur Pelaksanaan Pengujian Magnetic Particle Test
1. Pembersihan Permukaan
Permukaan Benda yang akan diuji harus kering dan bersih dari kotoran berupa
terak las, minyak, dan zat pengotor lainnya yang dapat menutupi permukaan dan
mengganggu jalannya pengujian. Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan
sikat baja, gerinda serta alat atau bahan lainnya menyesuaikan tingkat kekotoran
permukaan benda uji.

2. Pre Cleaning
Setelah dilakukan pembersihan awal, maka selanjutnya adalah pembersihan
menggunakan cleaner agar permukaan benda uji benar-benar bersih dari zat
pengotor. Adapun langkahnya yaitu : Semprotkan langsung cleaner/remover ke
permukaan benda uji, setelah itu bersihkan dengan menggunakan kain yang bersih.
Biarkan sekitar 1 menit supaya cairan cleaner yang berada di diskontinuitas menguap
dan bersih.
3. Aplikasi WCP (White Contrast Paint)
Setelah permukaan uji sudah bersih, selanjutnya dilakukan penyemprotan cairan
WCP ke permukaan benda uji dengan jarak ± 25 cm disemprotkan secara merata dan
tunggu sampai kering.

4. Magnetisasi dan penyemprotan 7HF


Magnet permanent diletakkan ke permukaan uji yang sudah dipersiapkan dan
dilakukan penyemprotan 7HF pada permukaan uji diantara kutub magnet utara dan
selatan.
5. Interpretasi dan evaluasi
Setelah proses magnetisasi selesai maka dilakukan pendeteksian diskontinuitas
yang terdapat pada permukaan uji, Prinsipnya partikel 7HF yang telah diaplikasikan
akan terjebak di dalam retak atau cacat yang ada di permukaan uji. Setelah ditemukan
cacat yang ada maka dilakukan evaluasi jenis diskontinuitas pada permukaan uji dan
dilakukan pendataan.
6. Demagnetisasi
Setelah selesai maka dilakukan proses penghilangan medan magnet pada
permukaan material uji. Hal ini sangat penting agar pada struktur mikro tidak terdapat
medan magnet yang akan mempengaruhi mechanical properties material uji tersebut
7. Post Cleaning
Pembersihan dilakukan setelah seluruh pengujian telah selesai, agar material yang
sudah digunakan terbebas dari segala kotoran yang dapat mempengaruhi sifat fisik
dari material.

Alur Pelaksanaan Pengujian Liquid Penetrant Test


1. Pembersihan Permukaan
Permukaan Benda yang akan diuji harus kering dan bersih dari kotoran berupa
terak las, minyak, dan zat pengotor lainnya yang dapat menutupi permukaan dan
mengganggu jalannya pengujian. Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan
sikat baja, gerinda serta alat atau bahan lainnya menyesuaikan tingkat kekotoran
permukaan benda uji.
2. Pre Cleaning
Setelah dilakukan pembersihan awal, maka selanjutnya adalah pembersihan
menggunakan cleaner agar permukaan benda uji benar-benar bersih dari zat pengotor.
Adapun langkahnya yaitu : Semprotkan langsung cleaner/remover ke permukaan
benda uji, setelah itu bersihkan dengan menggunakan kain yang bersih. Biarkan
sekitar 1 menit supaya cairan cleaner yang berada di diskontinuitas menguap dan
bersih.

3. Pengaplikasian Liquid Penetrant


Pengaplikasiannya dapat disemprotkan dengan jarak ± 25 cm atau dengan cara
dioleskan menggunakan kuas secara merata pada permukaan benda uji. Setelah itu
biarkan cairan masuk, untuk waktunya minimal 15 menit hingga 1 jam (dwell time).

4. Pembersihan Liquid Penetrant


Pembersihan Liquid Penetrant dilakukan setelah minimal waktu tunggu (Dwell
Time) terlewati dan selanjutnya dilakukan Pembersihan dengan cara mengelap
permukaan dengan kain lap atau majun yang kering dan bersih, gerakan mengelap
dilakukan searah dan berulang-ulang hingga semua sisa penetrant hilang.
Penyemprotan cleaner harus disemprotkan pada kain bersih/majun, tidak disarankan
langsung disemprotkan pada permukaan uji.

5. Pengaplikasian Developer
Pengaplikasiannya dapat disemprotkan pada permukaan uji setelah selesai
dibersihkan pada proses sebelumnya. Pertama, kocok kaleng Developer agar terjadi
pencampuran suspensi developer yang sempurna. Kedua, Jarak penyemprotan ± 25
cm terhadap permukaan benda.

6. Pengamatan dan Inspeksi Indikasi


Setelah pengaplikasian developer selesai langkah selanjutnya adalah pengamatan
indikasi yang muncul. Saat mengamati tunggu waktunya minimal 15 menit dan
maksimal 60 menit setelah pengaplikasian developer. Kemudian catat dan analisa
hasil pengujian pada permukaan uji. Adapun indikasi-indikasi yang terjadi dapat
diklasifikasikan menjadi:
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang telah dipaparkan seperti diatas, dapat disimpulkan jika:
a. Pengujian Non-Destructive Test (NDT) merupakan jenis pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui kecacatan pada material dan tidak menyebabkan kerusakan pada material.
b. Pengujian NDT bertujuan untuk menguji bahan material pada kapal tanpa merusak bahan
material yang akan diuji.
c. Pengujian yang biasanya dilakukan oleh inspektor adalah pengujian keretakan pada
propeller, shaft propeller, pintu kedap, daerah hasil pengelasan dan bagian kapal lainnya
yang diperlukan.
d. Pengujian Magnetic Particle Test ialah pengujian yang lebih diperuntukkan untuk
material berbahan dasar fero (logam besi/baja) dan memiliki permukaan yang berpori
besar. Pengujian ini menggunakan alat yang harus tersambung dengan sumber listrik
bernama Yoke dan menggunakan serbuk besi yang biasa disebut WCP dan 7HF.
e. Pengujian menggunakan Liquid Penetrant Test (LPT) ialah pengujian yang lebih
diperuntukkan bagi material berbahan dasar non-fero (non-baja) seperti stainless steel,
kuningan, dan lain-lain. Pengujian ini tidak perlu tersambung dengan sumber listrik dan
hanya menggunakan cairan semprot yang disebut penetrant dan developer.

5.2. Saran
Adapun saran agar praktikum PBT berjalan lancar dan bermanfaat bagi praktikan dan
asisten praktikum, yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Kesehatan dan
keselamatan harus diutamakan agar tidak terjadi kecelakaan kerja yang berakibat fatal.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, "Modul Pelatihan NDT Level I dan II", Balai Besar bahan dan Barang Teknik (B4T),
2014
Anonim, “Modul Praktikum Destructive Test & Non Destructive Test (NDT)”, Laboratorium
Material FTIK-UHT Surabaya.
Irwansyah. 2019. Deteksi Cacat Pada Material Dengan Teknik Pengujian Tidak Merusak.
LENSA, Vol (2), 7-13.
Gilang, Krispaudian Heby. 2019. Inspeksi Pengecekan Ketebalan Bottom Plate Kapal
Mv.Gladiolus Sejati Di Pt Janata Marina Indah 1 Semarang Sesuai Aturan Pt. Biro
Klasifikasi Indonesia. Universitas Maritim AMNI Semarang, diakses dari
http://repository.unimar-amni.ac.id/id/eprint/2247.
Nugroho, S. T, Bambang Hari. 2020. 13 Macam Jenis Cacat Las Sering Terjadi.
https://www.expertlas.com/cacat-las/. Diakses pada 16 November 2021 Pukul : 21.00.

Anda mungkin juga menyukai