Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH NON DESTRUCTIVE TEST

“NDT Pada Cacat Casting “


Disusun untuk memenuhi ujian akhir semester Mata Kuliah Pengujian Tidak Merusak

Dosen Pengampu : Indah Uswatun Hasanah., ST., MT

Disusun oleh :
Firda Amelia
3334170082

JURUSAN TEKNIK METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Non Destructive Test


Pengujian tanpa rusak (NDT) adalah pengujian yang bertujuan sebagai pengendalian dan
pemastian mutu (quality control) untuk mendapatkan data dari ukuran/ dimensi objek inspeksi
maupun jenis pada objek inspeksi tersebut. Pada pelaksanaan NDT dibutuhkan seseorang yang
sangat ahli dengan jenis ndt yang beragam dan tingkat kesulitan interpretasinya yang tinggi,
Kualifikasi ahli NDT berjenjang mulai dari level 1 hingga level 3 yang tertinggi. Dengan
perkembangan teknologi, berkembang pula jenis pengujian tanpa rusak dan cakupan penggunaan
serta tingkat kemampuan dan keakuratan pendeteksiannya. Keuntungan NDT antara lain:
1. Tidak merusak bahan
2. Dilakukan di lapangan (di lokasi alat/bahan)
3. Dapat dilakukan pada bahan sebanyak yang diinginkan (tidak terbatas pada sepotong
benda uji)
Pengujian NDT terdiri dari beberapa jenis yakni uji visual, penetran, uji magnetik,
radiography, uji ultrasonic, dan eddy current

1.2 Pengecoran Logam


Pengecoran logam adalah proses penuangan logam yang dicairkan ke dalam cetakan
kemudian dibiarkan mendingin dan membeku. Proses pengecoran ini banyak dilakukan karena
proses ini mempunyai keunggulan diantaranya adalah mampu menghasilkan produk dengan
geometri yang rumit dengan proses yang ekonomis. Proses pengecoran dilakukan dimana logam
cair dituangkan dalaam cetakan yang berisi rongga berlubang dari bentuk gemoteris yang
diinginkan dan dibiarkan dingin untuk membentuk bagian yang dipadatkan. Umumnya
pengecoran menghasilkan ingot dan bentuk (shapes). Pengecoran logam dapat dilakukan untuk
bermacam-macam logam seperti, besi, baja paduan tembaga (perunggu, kuningan, perunggu
alumunium dan lain sebagainya), paduan ringan (paduan alumunium, paduan magnesium, dan
sebagainya), serta paduan lain, semisal paduan seng, monel (paduan nikel dengan sedikit
tembaga), hasteloy (paduan yang mengandung molibdenum, chrom, dan silikon), dan
sebagainya. Pengecoran logam menggunakan cetakan terdiri dari kup dan drag. Rangka cetak
yang dapat terbuat dari kayu ataupun logam adalah tempat untuk memadatkan pasir cetak yang
sebelumnya telah diletakkan pola di dalamnya. Pada proses pengecoran dibutuhkan dua buah
rangka cetak yaitu rangka cetak untuk kup dan rangka cetak untuk drag. Proses pembuatan
cetakan dari pasir dengan tangan. Penuangan logam cair ke cetakaan terbagi atas 2 yaitu untuk
cetakan terbuka dan untuk cetakan tertutup. Berikut gambar yang menunjukkan bentuk cetakan
terbuka dan tertutup

Gambar 1.1 Bentuk Cetakan (a) cetakan terbuka, (b) cetakan tertutup
Salah satu aplikasi pengecoran ada pada produk BNCT (Boron Neutron Capture
Teraphy). BNCT adalah metode pengobatan modern yang efektif membunuh sel sel kanker
dengan menggunakan neutron. Kolimator adalah bagian terpenting BNCT dengan bahan dasar
nikel. Pembuatan Kolimator menggunakan centrifugal Casting. Fungsi kolimator adalah
memfokuskan sinar gamma BNCT ke pasien penderita kanker.

Gambar 1.2 Kolimator


BAB II
METODE NDT

2.1 Visual Inspection


Visual inspection adalah salah satu pengujian yang sangat sederhana tanpa memerlukan
peralatan yang khusus dan biasanya hanya menggunakan kacamata pembesar, senter dan alat
pendukung lainnya. Untuk dilakukannya pengujian secara visual hanya perlu melakukan
pengamatan pada spesimen bahan. Sangat efektif untuk mendeteksi cacat mikroskopik atau cacat
permukaan besar, contohnya cacat pada hasil pengelasan yang kurang baik. Kelebihan inspeksi
visual yakni mudah dilakukan serta peralatan yang relative terjangkau dan mudah didapat.
Sedangkan kekurangan visua yakni hasil kurang akurat serta tidak bisa digunakan untuk
mengamati cacat kecil dan berada di dalam.

2.2 Penetrant Testing


Uji penetran adalah salah satu metode uji tanpa merusak yang mampu mendeteksi cacat
terbuka pada permukaan suatu bahan atau komponen, misalnya cacat retakan terbuka. Uji
penetran dapat dilakukan pada semua jenis bahan misal permukaannya tidak menyerap cairan
penetran tersebut. Prinsip dasar uji penetran adalah sifat kapilaritas yakni apabila celah yang
sangat sempit diberi cairan, maka celah tersebut mampu menyedot cairan sehingga celah akan
berisi cairan. Cairan yang ada di dalam celah akan dapat disedot ke luar ke permukaan bila ujung
celah diberi developer di ujung celah akan memberikan indikasi bahwa di tempat tersebut
terdapat celah.
Gambar 2.1 Prinsip dasar uji cairan penetran

Uji penetrasi sangat efektif untuk mengungkapkan keberadaan cacat atau non konfirmasi
yang terbuka di permukaan misalnya lipatan, porositas, lapisan, inklusi, fusi tidak sempurna,
retak, dan lain-lain yang berada pada produk pengelasan, tempaan, rolan dan pengecoran. Cairan
penetrant yang dianjurkan mempunyai kemampuan penetrasi yang baik serta viskositas atau
kekentalan yang cukup rendah, agar dapat mengalir masuk pada celah-celah permukaan apabila
terdapat defect. Kemudian, penetrant yang tersisa di permukaan benda dibersihkan dengan cairan
pembersih. Cacat akan terlihat jika ada cairan penetrant yang tertinggal didalam celah
permukaan benda setelah developer disemprotkan. Meskipun metode ini sederhana akan tetapi
perlu pemahaman serta pengamatan yang jeli pada permukaan benda uji tersebut agar cacat
permukaan benda kerja dapat terlihat. Keuntungan yang didapat dari metode ini antara lain yaitu
mudah diaplikasikan, murah, tidak dipengaruhi oleh sifat kemagnetan material, komposisi
kimianya dan jangkauan pemeriksaan yang cukup luas. Sedangkan untuk kekurangan dari
metode penetrant yakni hanya bisa diaplikasikan pada permukaan yang terbuka dan tidak mampu
diaplikasikan pada permukaan benda yang kasar dan berpori.

2.3 Ultrasonic Testing


Ultrasonic testing adalah salah satu metode pengujian tidak merusak yang memanfaatkan
gelombang atau getaran pada frekuensi yang tinggi. Ultrasonic Test bisa digunakan untuk
menentukan kedalaman cacat atau defect secara spesifik yang meliputi besar dan letak cacat
tersebut. Dalam pengujian Ultrasonic digunakan perlengkapan atau alat-alat yang lain yakni
probe sebagai penghasil getaran dengan frekuensi tinggi serta dibutuhkan couplant yakni cairan
pelapis pada permukaan benda uji. Prinsip kerja ultrasonic testing yaitu ketika getaran-getaran
yang dipancarkan oleh generator listrik disalurkan ke probe pemancar melalui amplifier
transmisi. Getaran listrik tersebut diubah menjadi getaran mekanik oleh probe pemancar dan
dipancarkan ke dalam benda tuang yang diperiksa setelah melewati lapisan minyak. Getaran-
getaran mekanik setelah mencapai dasar dari bahan akan dipantulkan kembali dan
diterima oleh probe, kemudian diubah menjadi getaran listrik yang diteruskan ketabung sinar
katoda mealui echo. Bila pada benda tuang terdapat cacat dalam maka getaran mekanik
akan dipantulkan dan menghasilkan sinyal pada tabung sinar katoda. Pemeriksaan cacat
coran dengan ultrasonic menggunakan geombang suara dengan frekuensi 250 kHz hingga
15.000 kHz. Jika gelombang suara dilalukan pada benda tuang, maka bila menemui cacat,
gelombang tersebut akan dipantulkan kembali. Prinsip pemantulan inilah yang digunakan untuk
menentukan ada tidaknya cacat dalam benda tuang.
Kelebihan penggunaan metode Ultrasonic test (UT) diantaranya:
1. Pemeriksaan dapat dilakukan dari satu sisi.
2. Dapat dipakai untuk mendeteksi dan sekaligus menentukan letak dan ukuran internal
discontinuities pada material-material logam dan non logam.
3. Peralatan portabel dan ringan.
4. Tidak menimbulkan bahaya radiasi.
5. Dapat dipakai memeriksa benda yang tebal atau panjang.
6. Scanning kecepatan tinggi dapat dilakukan.
Kekurangan penggunaan metode Ultrasonic test (UT) diantaranya:
1. Diperlukan operator yang terlatih dan trampil dan harus dilaksanakan dengan hati-hati
dan penuh konsentrasi
2. Diskontinuitas yang letaknya sejajar gelombang suara biasanya tidak terdeteksi.
3. Non-relevant indications dapat terjadi akibat bentuk komponen, cacat-cacat yang
membentuk sudut, dan adanya pantulan.
4. Tidak dapat dipakai untuk memeriksa material dengan tebal kurang dari 5 mm
dikarebakan adanya dead zone.
5. Benda dengan permukaan yang kasar, bentuk yang tidak beraturan, sangat kecil/tipis,
tidak homogen, sangat sulit untuk diuji.
6. Diskontinuiti yang sangat dekat dengan permukaan sulit untuk dideteksi.
Gambar 2.2 Prinsip Pemeriksaan Ultrasonic Testing
BAB III
ANALISA HASIL

Setelah melakukan pengujian berupa visual inspection, dye penetrant test dan ultrasonic
testing pada kolimator , maka didapatkan data hasil pengujian tersebut sebagai berikut.

Tabel 3.1 Data Penetrant Test pada Kolimator

N
o Jenis Cacat Letak Kecacatan
1 Porositas dan Crack
Area luar
2 Porositas Area dalam
3 Porositas Area dalam
4 Tidak Cacat Tidak ada
5 Tidak Cacat Tidak ada
6 Tidak Cacat Tidak ada
7 Tidak Cacat Tidak ada
8 Porositas Area Dalam
Area Dalam dan
9 Crack dan Porositas Luar
Area Dalam dan
10 Crack dan Porositas Luar
11 Crack dan Porositas Area Dalam
12 Porositas Area Luar

Tabel 3.2 Data Visual Inspection Pada Kolimator

No Jenis Cacat Keterangan


Porositas terjadi karena oksigen
terperangkap pada proses
pengecoram nikel
menggunakan centrifugal
1 Porositas casting
Cacat ini terjadi karena proses
pendinginan yang sangat
ekstrim yaitu melakukan
2 Retak/Crack pendingin pada suhu normal.
Tabel 3.3 Data Ultrasonic Testing Pada Kolimator

Tebal Dinding
No Kolimator Baik Cacat Keterangan
1 15 mm V    
2 15 mm V    
3 15 mm V    
4 15 mm V    
5 15 mm V    
6 15 mm V    
7 15 mm V    
Terlihat cacat pada
8 15 mm   V kedalaman 10 mm
9 15 mm V    
10 15 mm V    
11 15 mm V    
12 15 mm V    

Pada Tabel diatas Kolimator dengan pengujian penetrant test mendapatkan hasil 8
kolimator terdeteksi cacat porositas dan crack. Sebanyak 4 kolimator terdeteksi cacat porositas,
dan 4 kolimator lainnya terdeteksi cacat crack dan porositas. Terjadi kecacatan pada kolimator
tersebut menyebabkan kolimator tidak dapat digunakan. Untuk pengujian visual, juga
mendeteksi adanya 2 cacat pengecoran yakni porositas dam retak/crack. Kemudian untuk
pengujian ultrasonic dengan frekuensi 4 Hz mendeteksi bahwa hanya 1 cacat dalam yang
terdeteksi pada kolimator no 8 dengan kedalaman cacat 10 mm. Agar kolimator dapat digunakan,
perlu tindakan pencegahan supaya terhindar dari cacat saat pengecoran. Untuk pencegahan cacat
porositas yakni memastikan permukaan kering ssebelum penuangan, menghilangkan sudut tajam
pada cetakan, membuat cetakan dengan permeabilitas cukup dan lubang angin yang cukup.
Sedangkan pencegahan untuk cacat retakan yaitu
1. Menyeragamkan proses pembekuan logam dengan memanfaatkan cil bila perlu.
2. Pengisian logam cair dari beberapa tempat
3. Waktu penuangan harus sesingkat mungkin
4. Menghindakan coran yang memiliki sudut-sudut tajam
5. Menghindarkan perubahan mendadak pada dinding coran.
BAB IV
REFERENSI

[1] Pramono, B. 2019. Penggunaan Dye Penetrant Test dan Ultrasonic Testing Pada Kolimator
Nikel Murni: Metode Non Destructive Testing. Skripsi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
[2] https://mitech-ndt.co.id/jenis-pengujian-non-destructive-test/. Diakses Tanggal 18 Juni 2021
Pukul 10.00 WIB
[3] http://eprints.polsri.ac.id/1596/3/3.%20BAB%20II.pdf. Diakses Tanggal 18 Juni 2021
[4] Syukran. 2009. Uji Cairan Penetran. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
[5]http://staffnew.uny.ac.id/upload/132048523/pendidikan/
11.+Cacat+coran+dan+pencegahannya. Diakses tanggal 18 Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai