Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian


Dalam penelitian kali ini akan dijelaskan tahapan tahapan proses penelitian
yang dilakukan. Tahapan tahapan penelitian akan dijabarkan menggunakan
diagram alir pada gambar 2.12.

Bijih Emas Analisis Karakterisasi bijih


dengan XRF dan XRD

Dilakukan proses penggerusan


t = 10 menit

Dilakukan proses sieving dengan ayakan (-


150+200) (-200), t = 10 menit

Dilakukan proses pengamatan permukaan bijih


emas yang tergores dengan mikroskop metalografi
pada permukaan

Dilakukan percobaan pelindian untuk optimasi


sistim batch dengan metode agitation leaching
2

Dilakukan,proses pelindian dengan menggunakan leaching


agent tiosulfat dengan konsentrasi tiosulfat awal 0,1M dan
waktu 24jam

Dilakukan Dilakukan
pengamatan pengamatan Dilakukan pengamatan
pengaruh PH dengan pengaruh pengaruh laju alir udara
variasi 9,9, 10,2 dan penambahan amonia (Aerasi) dengan variasi
10,5 dengan variasi pemberian udara yang
penambahan 1M, 3M digunakan sebesar
dan 5M 0ml/menit, 8ml/menit
dan 15 ml/menit

Terhadap konsumsi tiosulfat saat berlangsungnya proses pelindian

Dilakukan pengamatan pengaruh konsentrasi awal tiosulfat pada


saat proses pelindian terhadapan perolehan kadar emas

Dilakukan annalisa larutan kaya dan residu hasil

Data Pengamatan

Analisa dan Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.2 Alat dan Bahan


3

3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah neraca digital, ayakan (ukuran 150
dan 2000 #), termometer, crucible grafit, magnetic stirrer & hotplate,
gelas beker, erlenmeyer, corong, gelas ukur, labu ukur, pipet volume,
tabung reaksi, jaw crusher, ball mill, spatula dan cawan porselen.
Sedangkan untuk alat-alat pengujian yang digunakan adalah X-Ray
Diffraction (XRD) dan X-Ray Fluorescence (XRF)

3.2.2 Bahan
Adapun Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bijih
emas asal dari Sukabumi Jawa Barat, Aquades, padatan NaOH, larutan
tiosulfat, dan kertas saring.

3.3 Prosedur Penelitian


1. Persiapan penelitian
Sampel bijih emas yang berasal dari Sukabumi, Jawa Barat dilakukan
proses milling dengan menggunakan Ball mill selama 10 menit dengan
kecepatan 50 Hz lalu dilakukan proses sieving dengan ayakan
-150#+200# dan -200# selama 10 menit.

2. Analisis X-Ray Diffraction


Analisis X-Ray Diffraction dengan menggunakan alat X-Ray
Diffraction untuk mengetahui senyawa dari fasa yang terdapat dalam
bijih emas dari sukabumi, jawa barat.

3. Analisis X-Ray Fluorescence


Analisis X-Ray Fluorescence menggunakan alat X-Ray Fluorescence
agar mengetahui presentase unsur yang terdapat di dalam bijih besi.

4. Proses Pengecilan Ukuran


4

Dilakukan proses penggerusan ukuran selama 10 menit serta di lakukan


proses sieving untuk mendapatkan 80% weight passing size berada pada
ukuran 85 mm sehingga bijih yang akan dilindi, digerus pada kisaran
ukuran tersebut (-200#) Pada kondisi tersebut, diharapkan banyak
partikel emas yang terbebaskan.

5. Pengamatan Struktur Permukaan


Dilakukan pengamatan permukaan yang tergores dengan menggunakan
mikroskop ke seluruh percontoh fraksinasi untuk menemukan satu
partikel emas bebas yaitu pada – 200 mesh

6. Proses Percobaan Pelindian


Dilakukan proses percobaan pelindian dengan teknik heap leaching
untuk mengoptimalkan proses pelindian didalam air dengan volume 2
liter, dengan tambahan 1-5M larutan amonia, tiosulfat 0,1-0,5M, 40%
kadar emas awal, dengan di tyambahkan suplai udara/ tidak, serta
dilakukan pengamatan pH. Selama proses percobaan pelindian
dilakukan pengambilan percontoh larutan lindian dengan selang waktu
setiap kelipatan 2 jam. Cairan dari percontoh larutan pelindian
kemudian dianalisis untuk mengetahui variabel pengaruh pH
penambahan amonia serta pengaruh pemberian laju alir udaranya
terhadap konsumsi tiosulfat, dengan konsentrasi tiosulfat yang
diberikan sebesar 0,1M dan waktu maximal selama 24 jam pada setiap
varibel nya.

7. Proses pengamatan Kadar emas


Dilakukan proses pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi awal
tiosulfat yang digunakan terhadap peningkatan persentase kadar emas
yang di dapatkan dengan variasi penambahan tiosulfat yang diberikan
sebanyak 0,1M, 0,3M dan 0,5M serta dengan persentase 40% padatan
emas di awal. Lalu dilakukan proses analisis hasil kaya dan residu.
5

DAFTAR PUSTAKA
6

1. Marsden, O Jhon, House, C Lain. The Chemistry of Gold Extraction.


Society for mining and metallurgy.2006. Collorado, USA
2. J.C. Yannopoulos The Extractive Metallurgy Of Gold. Van Nostrand
Reinhold. 1991. New York
3. Meyer, B. 1977. Sulfur, energy and environment. Amsterdam: Elsevier
scientific publishing company.
4. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol. 5, No. 3, Juli 2009 : 114 –
120
5. Freitas, L.R., Trindade, R.B.E., Carageorgos, T., 2001. Thiosulfate
leaching of gold-copper ores from Igarape Bahia mine (CVRD).
6. EKSTRAKSI BIJIH EMAS SULFIDA TATELU MINAHASA UTARA
MENGGUNAKAN REAGEN RAMAH LINGKUNGAN TIOSULFAT
Erlina Yustanti1, Ardi Guntara1, Tatang Wahyudi2
7. The Influence of Ammonia Concentration in The Formation of Au(NH 3)2+
Complex 1Dewi Umaningrum 1Ani Mulyasuryani 2Hermin Sulistyarti
Program Studi Kimia.
7

LAMPIRAN

A. Jawaban Pertanyaan
1. kenapa konsetrasi amonia lebih dari 1 Molar bisa membuat tingkat
kestabilan konsentrasi thiosulfat lebih kecil? (kel 21)
Jawab:
Karena apabila konsentrasi Amonia yang lebih banyak akan menimbulkan
masalah lingkungan dan akan menjadi toksik baik sebagai gas di udara
maupun sebagai larutan yang larut (Gos dan Rubo, 2000) hal ini lah yang
menyebabkan dengan konsentrasi 1 Molar bisa membuat tingkat
kestabilan konsentrasi thiosulfat lebih kecil.
2. Apa yang mendasari pemilihan konsentrasi amonia dg variasi 1,3 dan 5?
(kel 14) (Tio) ?
Jawab:
Hal tersebut dilakukan agar kita dapat mengetahui bahwa pada variasi
konsentrasi amonia berapakah konsumsi tisulfat tertinggi dan yang paling
signifikan yang di dapatkan, agar pada saat proses percobaan di lakukan
kami dapat mengetahui bahwa pada penambahan tiosulfat awal sebesar
0,1M dengan waktu optimum 24 jam berapakah penambahan amonia
paling efisien.
3. Bijih emas dari mana yang memiliki komposisi tersebut? (kel 4) (Faiz)
Jawab:
Bijih emas dari sukabumi, jawa barat.

4. Bisa dijelaskan bagaimnana kita mengetahui bahwa konsentrasi tiosulfat 1


M memiliki dekomposisi 88%? (kel 4) ( Faiz)
Jawab:
Proses yaitu sebegai berikut, pada penambahan amonia sebanyak 1M itu
terjadi rekasi tercepat antara tiosulfat yang digunakan sebagai leaching
agent dengan bijih emas yang di lakukan proses pelindian dengan di
tambahkan amonia ini, sehingga dekomposisi yang di dapatkan juga
8

merupakan dekomposisi terbesar yaitu 88%. Selain itu bedasarkan kriteria


yang ada komposisi penambahan amonia yang sesuai dengan proses
konsumsi tiosulfat yang efisien yaitu sebesar 1M
5. Analisa larutan kaya dan residu pada hasil tersebut menggunakan alat apa?
(kel 4) (Faiz)
6. Untuk metode aerasi, apakah tujuann aerasi pads larutan siamida dan pada
larutan amonoum tiosulfat samaa. Apa alasan yang mendasari hal
tersebut? (kel 6) (ridang)
Jawab:
Menurut kami untuk tujuan penambahan laju aliiran udara (aerasi) yang
digunakan pada proses leaching yang menggunakan leaching agent
tiosulfat dan sianida adalah sama yaitu untuk menjaga kstabilan reagen
yang digunakan.
7. Dari ketiga variabel yang digunakan konsumsi tiosulfat yang baik dan
terbanyak ada dimana?Jelaskan (kel 20) (Zain)
Jawab:
Dari ketiga variabel yang digunakan menunjukkan bahwa proses pelindian
bijih emas dalam media pelindi tiosulfat yang paling efektif dicapai untuk
konsentrasi tiosulfat 0,1M dengan perolehan emas 80%.
8. Kekurangan dari metode tiosulfat? (kel 7) (grey)
Jawab:
Kekurangan utama atau masalah utama yang terdapat pada metode
tiosulfat ini yaitu konsumsi pada reagen tiosulfatnya sendiri yang cukup
tinggi sehingga pembelian regaen yang digunakan dilakukan secara terus
menerus selain itu kehadiran amonia yang bersifat volatil dalam sistem
akan mengganggu lingkungan sekitar

9. Bijih yang digunakan? (kel 7) (grey)


Jawab
Bijih emas dari sukabumi, jawa barat.

10. Kenapa pake ukuran 200mesh? (kel 7) (grey)


Jawab
9

Alasan kenapa digunakan fraksinasi ukuran 200 mess karena hal yang
memungkinkan terlihatnya partikel emas terhalus yaitu hanya pada 200#.
Bedasarkan jurnal yang ada yaitu pada jurnal yang ada itu menyarankan
bahwa untuk ukuran mess yang disarankan dari bijih emas tersebut adalah
lebih dari 150# lalu saya mencoba untuk menggunakan 200#. (The
Influence of Ammonia Concentration in The Formation of Au(NH 3)2+
Complex 1Dewi Umaningrum 1Ani Mulyasuryani 2Hermin Sulistyarti
Program Studi Kimia.)

Saran bu sus:
1. Belum ada ulasan mgp variabel tsb yang dipilih, kenapa?
Jawab:

Variabel tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi konsumsi


tiosulfat (Freitas, L.R., Trindade, R.B.E., Carageorgos, T., 2001.)
digunakan karena kami ingin mengetahui bahwa dari variabel-variabel
yang ada manakah varibel yang dapat mengurangi jumlah kosumsi
tiosulfat. Karena pada proses leaching menggunakan reagen tiosulfat ini
kelamahan yaitu pemakaian konsumsi reagen yang banyak (D M Muir and
M G Aylmore)
2. bijih Au dari mana, karakteristiknya bgmana, cadangannya berapa?
Jawab:
Bijih emas dari sukabumi, jawa barat, karakteristiknya menunjukan kadar
emas sekitar 8.5 g/t dan kadar perak hampir 9 kali dari kandungan emas
sekitar 67 g/t Emas umumnya terinklusi dalam mineral induknya baik sulfida
(pirit, kalkopirit, sfalerit, galena) maupun dalam kuarsa.

3. Teknik L yang dipakai apa?


Jawab:
Agitated Leaching didalam Sistem batch
4. Teknik pengujian untuk bahan baku dan produknya apa dan untuk apa?
Jawab:
10

5. Berapa nominal variabel penelitiannya misalnya pH berapa dan why?


Jawab:
Untuk pH yaitu sekitar rentan sekitar 9-10 karena pH optimum yang biasa
digunakan yaitu rentan tersebut
Untuk aerasi kami akan menggunakan variasi aerasi sebesar 15ml/menit
karena dapat mengurangi konsumsi tisulfat paling sedikit
Untuk Amonia kami akan menggunakan variasi amonia sebesar 1M Karena
apabila konsentrasi Amonia yang lebih banyak akan menimbulkan masalah
lingkungan dan akan menjadi toksik baik sebagai gas di udara maupun
sebagai larutan yang larut (Gos dan Rubo, 2000) hal ini lah yang
menyebabkan dengan konsentrasi 1 Molar bisa membuat tingkat kestabilan
konsentrasi thiosulfat lebih kecil

Belum ada prosedur singkat penelitian dan pengujian juga standar ujinya dan alat
plus bahan yg dipakai jg blum ada. Cari infonya dari semua komentar saya dan
teman2mu shg proposalnya menjadi lebih baik. Deadline 2 minggu dari sekarang

Anda mungkin juga menyukai