PENDAHULUAN
6
22. Pendatar adalah bagian dari timbangan untuk mendatarkan
timbangan menurut kedudukan yang sebenarnya.
23. Alat penyetel nol adalah bagian pengukur muatan untuk menyetel
penunjukan nol pada timbangan yang tidak bermuatan.
24. Alat penyetel nol bukan otomatis adalah alat penyetel nol yang
bekerjanya dilakukan oleh operator.
25. Alat penyetel nol semi otomatis adalah alat penyetel nol yang
bekerjanya secara otomatis berdasarkan perintah manual.
26. Alat penyetel nol otomatis adalah penyetel nol yang bekerjanya secara
otomatis tanpa dilakukan oleh operator.
27. Alat penyetel nol awal adalah alat penyetel nol otomatis pada saat
timbangan dihidupkan dan sebelum digunakan.
28. Perangkap nol adalah alat untuk mempertahankan penunjukan nol
pada batas tertentu secara otomatis.
29. Tara adalah bagian pengukur muatan yang berfungsi untuk
membuat penunjukan menjadi nol dalam keadaan timbangan
bermuatan, baik yang tidak mengubah kapasitas maupun yang
mengubah kapasitas.
30. Alat pengunci adalah alat untuk menghentikan berfungsinya sistem
timbangan baik sebagian maupun secara keseluruhan.
31. Alat penstabil muatan adalah alat untuk menstabilkan penunjukan
selama penimbangan.
32. Kapasitas maksimum (Max) adalah kekuatan nominal timbangan
tanpa memperhitungkan tara penyetimbangnya.
33. Kapasitas minimum (Min) adalah nilai muatan yang bila menimbang
dibawah nilai muatan itu cenderung menimbulkan kesalahan relatif
yang besar.
34. Rentang ukur penimbangan adalah rentang ukur antara kapasitas
minimum dan maksimum.
35. Perluasan interval penunjukan otomatis adalah nilai yang
memungkinkan memperbesar rentang ukur penunjukan otomatis
yang masih berada dalam rentang ukur penimbangan.
36. Jarak skala pada timbangan dengan penunjukan analog adalah jarak
antara setiap dua tanda skala yang berurutan yang diukur sepanjang
dasar skala.
37. Interval skala terkecil (d) adalah nilai dinyatakan dalam satuan
massa:
a. untuk penunjukan analog, yaitu perbedaan antara dua nilai dari
dua tanda skala yang berurutan; dan
b. untuk penunjukan digital, yaitu perbedaan antara dua nilai yang
ditunjuk berurutan.
38. Interval skala verifikasi (e) adalah nilai yang dinyatakan dalam
satuan massa, digunakan untuk pengklasifikasian timbangan dan
pengujian timbangan.
39. Nilai skala yang memiliki angka adalah nilai perbedaan antara dua
skala yang memiliki angka yang berurutan.
40. Jumlah interval skala verifikasi (n) adalah perbandingan kapasitas
maksimum dengan interval skala verifikasinya.
41. Timbangan interval tunggal adalah timbangan yang daerah
penimbangannya mempunyai interval skala verifikasi yang sama.
7
42. Timbangan dengan multi interval adalah timbangan yang mempunyai
satu rentang ukur penimbangannya dibagi menjadi beberapa bagian
rentang ukur penimbangan yang masing-masing mempunyai interval
skala verifikasi yang berbeda. Rentang ukur penimbangannya
berubah secara otomatis sesuai dengan muatan yang digunakan.
43. Timbangan multi rentang ukur adalah timbangan yang mempunyai
dua atau lebih rentang ukur dengan kapasitas maksimum yang
berbeda dan interval skala verifikasi yang berbeda untuk satu
penerima muatan yang sama serta masing-masing rentang ukur
mulai dari nol sampai maksimumnya.
44. Diskriminasi adalah kemampuan suatu timbangan untuk
memberikan reaksi terhadap perubahan kecil dari muatan.
45. Kemampuan ulang (repeatability) adalah kemampuan timbangan
untuk memberikan hasil-hasil penimbangan yang mendekati satu
sama lain bila dimuati berulang dengan muatan dan cara yang sama
ke atas penerima muatan pada kondisi pengujian yang relatif tetap.
46. Waktu pemanasan adalah waktu antara saat daya listrik digunakan
terhadap timbangan dan saat timbangan tersebut mampu bekerja
sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan yang
dipersyaratkan.
47. Penunjukan analog adalah penunjukan yang memungkinkan
perkiraan kedudukan kesetimbangan fraksi (fraction) dari interval
skala.
48. Penunjukan digital adalah penunjukan yang tanda-tanda skalanya
tersusun atas rangkaian/urutan angka-angka yang tidak bisa
dilakukan interpolasi atas bagian dari interval skala.
49. Nilai bruto atau gross (B atau G) adalah penunjukan berat muatan
yang ada pada timbangan, yang dalam proses penimbangannya tanpa
mengoperasikan tara atau tara preset.
50. Nilai netto (N) adalah penunjukan berat muatan yang ditempatkan
pada timbangan setelah mengoperasikan tara.
51. Nilai tara (T) adalah nilai berat muatan yang ditentukan dengan tara
penimbang.
52. Perhitungan nilai netto adalah nilai perbedaan antara nilai berat
gross atau nilai berat netto dengan nilai tara preset.
53. Perhitungan nilai berat total adalah perhitungan jumlah lebih dari
satu nilai berat dan/atau perhitungan jumlah lebih dari satu nilai
netto.
54. Kesalahan penunjukan adalah penunjukan timbangan dikurangi nilai
massa yang sebenarnya/massa konvensionalnya.
55. Batas Kesalahan yang Diizinkanyang selanjutnya disebut BKDadalah
perbedaan maksimum (positif atau negatif) yang diizinkan antara
penunjukan timbangan dan nilai massa sebenarnya pada kedudukan
referensinya.
56. Kepekaan adalah variabel perubahan lintasan ( ) yang diamati dan
dibagi perubahan massa ( M) yang diukur.
8
BAB II
PERSYARATAN ADMINISTRASI
9
5. tinggi huruf kapital, paling sedikit 2 mm.
6. Untuk neraca obat lemping nominal berbentuk oval, sedangkan
untuk neraca emas lemping nominal berbentuk persegi panjang.
10
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN
11
7) penunjukan digital paling sedikit harus menampilkan satu
angka permulaan pada bagian paling kanan;
8) jika nilai skala berubah secara otomatis, maka tanda desimal
harus tetap pada posisi semula;
9) bagian desimal harus dipisah dari bilangan bulatnya (dengan
koma atau titik).Penunjukan paling sedikit menampilkan
satu angka pada bagian kiri tanda desimal dan semua angka
pada bagian kanan tanda desimal;
10) angka penunjukan nol bisa ditampilkan dengan satu angka
nol pada bagian paling kanan tanpa tanda desimal.
11) tidak boleh ada penunjukan diatas penunjukan maksimum
sebesar +9e;
12) perluasan interval skala rentang ukur penunjukan otomatis
pada timbangan dengan penunjukan semi otomatis tidak
boleh lebih besar dari nilai kapasitas penunjukan
otomatisnya.
13) perluasan interval skala rentang ukur penunjukan otomatis
harus sama dengan kapasitas penunjukan otomatis, kecuali
timbangan pembanding;
14) alat untuk memperluas interval skala rentang dengan sistem
bobot ingsut mengacu pada ketentuan-ketentuan dalam Bab
III Sub Bab 3.1. angka 4 huruf c angka 4) sampai angka 11);
15) alat untuk menambah kemampuan menimbang dengan
menggunakan tombol pengatur, masing-masing penambah
berada pada bagian kerangka tertutup yang dapat
diamankan. Bila penambah tersebut menggunakan bobot
ingsut atau bobot jatuh, maka keduanya harus dapat
diamankan/disegel dan mempunyai lubang justir.
b. Alat penunjuk analog
Pada alat penunjuk analog ini, disamping ketentuan-ketentuan
pada huruf a, berlaku juga ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Skala harus dirancang dan diberi angka, sehingga pembacaan
hasil penimbangan dapat dilakukan dengan mudah, jelas, dan
tepat
a) tanda skala harus terdiri dari garis-garis dengan ketebalan
yang seragam antara satu per sepuluh (1/10) dan satu per
empat (1/4) dari jarak skala dan tidak kurang dari 0,2
mm. Panjang tanda skala terpendek paling sedikit harus
sama dengan jarak skala;
b) tanda skala harus disusun sesuai dengan salah satu
contoh pada Gambar 3.1;
14
6) pencetakan harus jelas dan permanen sesuai dengan maksud
penggunaannya, dan angka-angka yang dicetak tingginya
sekurang-kurangnya 2 mm;
7) jika pencetakan dilakukan, maka nama atau simbol satuan
ukuran harus berada disebelah kanan nilai atau diatas kolom
nilai;
8) jika kesetimbangan belum stabil, maka pencetakan tidak
boleh terjadi;
9) kesetimbangan yang stabil dianggap tercapai apabila selama
periode 5 detik yang diikuti pencetakan, tidak lebih dari dua
nilai berdekatan yang ditunjuk hanya satu nilai saja yang
dicetak. Dalam hal ini timbangan dengan d<e, maka
pembagian skala yang dibedakan dapat diabaikan.
10) penyimpanan penunjukan utama untuk penunjukan
berikutnya, penerusan data, penjumlahan dan sebagainya
tidak diperkenankan bila kesetimbangan tidak stabil;
d. Alat penyetel nol dan alat perangkap nol
Timbangan boleh mempunyai satu atau lebih alat penyetel nol
dan tidak boleh mempunyai lebih dari satu alat perangkap nol.
1) pengaruh setiap alat penyetel nol tidak boleh mengubah
kapasitas penimbangan maksimum dari timbangan;
2) semua pengaruh alat penyetel nol dan perangkap nol tidak
boleh lebih dari 4%, dan alat penyetel nol awal tidak lebih dari
20% kapasitas maksimumnya (ketentuan ini tidak berlaku
bagi timbangan kelas IIII, kecuali bila timbangan tersebut
digunakan untuk transaksi perdagangan);
3) rentang ukur yang lebih lebar dimungkinkan bagi alat
penyetel nol awal jika hasil tes menunjukkan bahwa
timbangan tersebut memenuhi ketentuan pada Sub Bab 3.2
angka 5, 6, 8, dan 9 untuk setiap muatan yang dikompensasi
oleh alat tersebut didalam rentang ukur yang ditentukan.
4) setelah penyetelan nol, maka pengaruh penyimpangan nol
pada hasil penimbangan tidak boleh lebih dari ± 0,25 e;
5) penyetelan nol dalam setiap rentang ukur penimbangan harus
berlaku juga dalam rentang ukur penimbangan yang lebih
besar, jika terjadi pemindahan ke rentang ukur penimbangan
yang lebih besar dapat dilakukan dalam keadaan timbangan
bermuatan;
6) suatu timbangan (kecuali yang dimaksud dalam Sub Bab 3.1.
angka 3 huruf h dan huruf i baik dilengkapi dengan alat
penyetel nol awal atau tidak, boleh mempunyai kombinasi alat
penyetel nol semiotomatis dan alat tara penyetimbang semi
otomatis yang dilakukan dengan tombol yang sama;
7) jika timbangan mempunyai alat penyetel nol dan alat tara
penimbang, maka tombol alat penyetel nol harus terpisah dari
tombol tara penimbang;
8) alat penyetel nol semi otomatis harus hanya berfungsi:
a) bila timbangan dalam keadaan kesetimbangan yang stabil;
b) jika membatalkan setiap penggunaan tara sebelumnya.
15
9) timbangan dengan penunjukan digital harus mempunyai alat
yang menampilkan sinyal khusus jika penyimpangan nol tidak
lebih dari 0,25 e. Alat ini bisa juga bekerja jika nol ditunjuk
setelah penggunaan tara;
10) alat ini tidak diharuskan pada timbangan yang mempunyai
penunjukan tambahan atau alat perangkap nol asalkan angka
atau kecepatan perangkap nol tidak kurang dari 0,25 d/detik.
11) alat penyetel nol otomatis harus bekerja hanya jika:
a) kesetimbangannya stabil; dan
b) penunjukan telah stabil dibawah nol untuk sekurang-
kurangnya 5 detik.
12) alat perangkap nol harus bekerja hanya jika:
a) penunjukan pada nol atau pada nilai negatif yang setara
dengan nol;
b) kesetimbangan stabil; dan
c) koreksinya tidak lebih dari 0,5 d/detik.
13) jika nol ditunjuk setelah kerja tara, maka alat perangkap nol
boleh bekerja dalam rentang ukur 4% dari maksimum sekitar
nilai nol aktual.
e. Tara
tara harus dibuat sedemikian rupa dan sesuai dengan ketentuan
yang berhubungan dengan Sub Bab 3.1. angka 2, angka 3 huruf
a, huruf b, huruf c syarat teknis ini;
1) interval skala alat tara penimbang harus sama dengan interval
skala timbangan untuk setiap muatan uji;
2) tara harus mampu menyetel penunjukan nol dengan ketelitian
yang tidak boleh lebih besar dari:
a) ± 0,25 e untuk timbangan elektronik dan setiap timbangan
denganpenunjukan analog;
b) ± 0,5 d untuk timbangan mekanik dengan penunjukan
digital.
3) pada timbangan multi-interval, e harus diganti dengan e1.
4) rentang ukur pada timbangan yang dilengkapi dengan tara,
tara tidak boleh digunakan pada rentang ukur di bawah nol
atau di atas maksimumnya;
5) bekerjanya tara harus terlihat pada penunjukan timbangan.
Dalam hal timbangan dengan penunjukan digital, maka
penunjukan nilai nettoharus disertai dengan tanda
“NET”,”Net” atau “net”;
a) Jika timbangan dilengkapi dengan alat penunjuk nilai
bruto dan tara dalam keadaan bekerja, maka tanda “NET”
tidak boleh muncul selama nilai bruto ditampilkan. Hal ini
tidak diperlukan bagi timbangan dengan kombinasi alat
penyetel nol semi otomatis dan alat tara penyetimbang
semi otomatis yang dilakukan dengan tombol yang sama.
b) tanda NET dan T dapat diganti dengan kata yang
lengkapdalam Bahasa Indonesia;
16
c) penggunaan alat tambahan tara mekanik harus
diperlihatkan dengan penunjukan nilai tara atau dengan
menampilkan tanda huruf (misal “T”) pada timbangan.
6) jika menggunakan tara pengurang, maka tidak boleh
mengubah rentang ukur penimbangan yang semestinya,
untuk mencegah penggunaan timbangan diatas kapasitas
maksimumnya;
7) pada timbangan yang mempunyai beberapa rentang ukur,
tara harus berlaku juga dalam rentang ukur yang lebih besar,
jika terjadipemindahan posisi ke rentang ukur penimbangan
yang lebih besar sementara timbangan bermuatan;
8) tara yang bekerja otomatis atau semi otomatis hanya bekerja
jika timbangan dalam keadaan setimbang stabil;
9) jika alat penyetel nol semi otomatis dan alat tara
penyetimbang semi otomatis dilakukan dengan tombol yang
sama, harus memenuhi ketentuan Sub Bab 3.1. angka 3
huruf d angka 4), 9), 10), 12) dan angka 13) pada muatan uji;
10) jika lebih dari satu alat tara bekerja pada waktu yang sama,
maka masing-masing berat tara harus diberi tanda dengan
jelas ketika ditunjuk atau dicetak;
11) nilai berat bruto boleh dicetak tanpa sesuatu penandaan. Jika
ada penandaan bruto hanya diperkenankan dengan symbol
“B” atau “G”;
12) jika nilai-nilai berat netto dicetak tanpa ada hubungannya
dengan nilai bruto atau tara, hal tersebut dicetak tanpa suatu
tanda. Jika ada penandaan netto hanya diperkenankan
dengan symbol “N”. Hal ini berlaku juga jika penyetel nol semi
otomatis dan tara penyeimbang semi otomatis menggunakan
tombol yang sama;
13) nilai-nilai bruto, netto atau tara yang ditentukan dengan
timbangan multi rentang ukur atau multi-interval tidak perlu
ditandai dengan penandaan khusus yang menunjukkan
bagian rentang ukur penimbangan;
14) jika nilai berat netto dicetak bersamaan dengan nilai bruto
dan/atau nilai-nilai tara, maka nilai-nilai netto dan tara
setidak-tidaknya harus ditunjukkan dengan simbol “N” dan
“T”;
15) simbol-simbol G atau B, N dan T dapat diganti dengan kata-
kata yang komplit sesuai dengan bahasa Indonesia (berat
kotor atau bruto, berat bersih dan tara);
16) jika nilai berat netto dan nilai tara ditentukan dengan alat tara
berbeda yang dicetak secara terpisah, maka hal tersebut
harus ditunjukkan dengan benar.
f. Posisi penguncian
1) jika timbangan mempunyai alat pengunci satu atau lebih,
maka harus mempunyai dua posisi yaitu“terkunci” dan
“menimbang”;
2) kedudukan sebelum menimbang diperbolehkan ada pada
timbangan kelas satu dan dua, kecuali yang telah diatur
dalam Sub Bab 3.1. angka 3 huruf h dan huruf j.
17
3) kedudukan “terkunci” dan kedudukan “menimbang” harus
ditunjukkan dengan jelas.
g. Alat uji tambahan
1) dengan satu lantai atau lebih:
a) nilai nominal perbandingan antara anak timbangan
penyeimbang dan muatan tidak boleh lebih kecil dari
1
5000;
b) massa nominal anak timbangan diperlukan untuk
menyeimbangkan muatan yang sama dengan interval
skala verifikasi harus merupakan kelipatan bilangan bulat
0,1 gram.
2) gandar berskala
Interval skala dari alat uji tambahan harus sama dengan atau
lebih kecil dari1 5interval skala verifikasi dari timbangan yang
dimaksud.
h. Timbangan untuk berdagang eceran
Persyaratan-persyaratan berikut berlaku untuk timbangan kelas
II, III dan IIII dengan kapasitas maksimum tidak lebih besar dari
100 kg yang dirancang bagi timbangan untuk berdagang eceran.
1) timbangan untuk berdagang, penunjukan utamanya adalah
hasil penimbangan dan informasi kedudukan nol yang benar,
penggunaan tara dan tara preset;
2) timbangan untuk berdagang tidak boleh dilengkapi alat
penyetel nol bukan otomatis, kecuali hanya dapat dilakukan
dengan alat;
3) timbangan mekanik dengan piring anak timbangan tidak
boleh dilengkapi alat tara;
4) timbangan dengan satu penerima muatan boleh dilengkapi
dengan alat tara, jika masyarakat dapat dengan mudah
melihat:
a) apakah alat tersebut dalam keadaan digunakan; dan
b) apakah alat tersebut dilakukan perubahan.
5) hanya satu alat tara yang harus digunakan pada setiap
penimbangan;
6) timbangan tidak boleh dilengkapi dengan alat yang
dapatmemanggil kembalinilai brutonya, sementara alat tara
atau tara preset dalam keadaan bekerja;
7) pergeseran sebesar 5 mm dari titik pengamatan pada alat tara
bukan otomatis paling besar harus sama dengan 1 e;
8) timbangan boleh dilengkapi dengan alat tara semi otomatis
jika:
a) kerja alat tara tidak mereduksi nilai tara; dan
b) pengaruh alat tara tersebut hanya dapat dibatalkan jika
tidak ada muatan pada penerima muatan.
9) timbangan dengan alat tara semi otomatis harus memenuhi
sekurang-kurangnya satu dari syarat-syarat berikut:
18
a) nilai tara ditunjuk secarapermanen dalam satu alat
penunjukan terpisah;
b) nilai tara ditunjuk dengan tanda “-“ (minus) bila tidak ada
muatan pada penerima muatan; atau
c) pengaruh alat tara dibatalkan secara otomatis dan
penunjukan kembali ke nol, bila setelah hasil
penimbangan netto telah ditunjuk stabil dan diturunkan
dari lantai muatan.
10) timbangan tidak boleh dilengkapi dengan alat tara otomatis;
11) timbangan dapat dilengkapi alat tara preset jika nilai tara
preset yang ditunjuk sebagai suatu penunjukan utama pada
tayangan terpisah yang dibedakan dengan jelas dari
penunjukan beratnya, dalam hal ini berlaku juga ketentuan
pada angka8);
12) tidak boleh ada kemungkinan untuk mengoperasikan alat tara
preset jika alat tara tersebut sedang digunakan;
13) jika tara preset bersatu dengan bagian untuk melihat harga
(PLU-Price Look Up), maka nilai tara preset dapat dibatalkan
pada saat yang sama dengan pembatalan “PLU”;
14) semua penunjukan utama harus ditampilkan dengan jelas
dan serempak kepada kedua belah pihak (penjual dan
pembeli);
15) pada alat digital yang menampilkan penunjukan utama, maka
angka-angkanya harus berukuran sama sekurang-kurangnya
mempunyai tinggi 9,5 mm;
16) pada timbangan yang menggunakan anak timbangan, harus
dapat membedakan nilai nominal anak timbangan;
17) timbangan tidak boleh dilengkapi dengan alat penunjuk
tambahan atau alat penunjuk yang diperluas;
18) timbangan kelas II harus memenuhi persyaratan-persyaratan
sebagaimana disebutkan dalam Sub Bab 3.2. angka 9 untuk
timbangan kelas III;
19) timbangan elektronik harus dilengkapi dengan alarm yang
dapat dilihat atau didengar untuk mendeteksi adanya
penyimpangan yang berarti, dan penerusan data pada
peralatan sekitarnya harus dapat dicegah. Alarm harus tetap
bekerja sampai adanya tindakan dari operator atau sampai
penyebabnya hilang;
20) perhitungan rasio pada timbangan penghitung mekanik harus
1:1, 1:10 atau 1:100.
i. Syarat-syarat tambahan bagi timbangan dengan penunjukan
harga yang digunakan untuk berdagang eceran
1) pada timbangan dengan penunjukan harga, yang dilengkapi:
a) harga satuan;
b) dan harga yang harus dibayar.
2) jika memungkinkan dapat digunakan untuk menentukan:
a) jumlah hitungan;
19
b) harga satuan dan harga yang harus dibayar dan harga
total.
3) untuk skala harga satuan dan harga yang harus dibayar,
harus sesuai denganSub Bab 3.1. angka 3 huruf a dan huruf
b;
4) penunjukan berat, harga satuan dan harga yang harus
dibayar, harus tetap terlihat setelah penunjukan berat stabil
dan harga satuan dimasukan untuk waktu sekurang-
kurangnya satu detik pada saat muatan berada di atas
penerima muatan;
5) penunjukan pada angka 3) diatas boleh tetap terlihat untuk
waktu tidak boleh lebih dari tiga detik setelah muatan
diturunkan dan setelah itu penunjukan harus kembali
menjadi nol.Apabila masih ada penunjukan berat setelah
muatan kosong, maka timbangan harus tidak dapat
dilakukan perubahan harga satuan atau memasukkan harga
satuan lainnya;
6) jika transaksi dicetak oleh timbangan, maka berat, harga
satuan dan harga yang harus dibayar semuanya harus dapat
dicetak;
7) data boleh disimpan dalam memori timbangan sebelum
dilakukan pencetakan. Data yang sama tidak boleh dicetak
dua kali pada tiket untuk pelanggan;
8) timbangan yang menggunakan sistem pelabelan harga harus
memenuhi Sub Bab 3.1. angka 3 huruf j;
9) jika semua transaksi ditunjukan oleh timbangan atau oleh
alat yang berhubungan dengannya, apabila dicetak pada tiket
atau label yang dimaksudkan bagi pelanggan, maka
timbangan penghitung harga boleh menampilkan fungsi
tambahan yang memudahkan perdagangan dan manajemen.
Fungsi ini tidak boleh membingungkan tentang hasil
penimbangan dan penghitungan harga;
10) kerja atau penunjukan lain yang tidak disebutkan oleh
ketentuan-ketentuan berikut, boleh ditampilkan atau
ditunjukkan selama tidak ada penunjukan yang dapat
membuat salah pengertian seperti penunjukan utama yang
diperuntukkan bagi pelanggan:
a) timbangan boleh menerima atau mencatat harga untuk
dibayar positif atau negatif dari satu atau beberapa barang
yang tidak ditimbang selama display berat tetap menunjuk
nol atau fungsi penimbangan tidak diaktifkan. Harga
untuk dibayar bagi satu atau lebih barang-barang yang
tidak ditimbang harus diperlihatkan di dalam display
harga untuk dibayar;
b) jika penunjukan harga untuk dibayar digunakan untuk
lebih dari satu barang yang sama, maka jumlah barang
harus dapat ditampilkan pada display berat, dan harga
untuk jenis-jenis barang tersebut ditampilkan pada
display harga satuan, kecuali kalau display tambahan
dapat digunakan untuk memperlihatkan jumlah barang
dan harga barang;
20
c) timbangan yang digunakan untuk menjumlahkan
keseluruhan transaksi, baik pada satu atau beberapa
tiket, dimana total harga akan ditunjukan pada
penunjukan harga harus dibayar dan dicetak bersamaan
dengan simbol khusus, baik pada akhir kolom harga yang
harus dibayar atau pada tiket terpisah dengan acuan pada
jumlah harga komoditi yang harus dibayar, semua harga
yang harus dibayar akan dijumlahkan secara aljabar dan
harus tercetak;
d) timbangan dapat menjumlahkan transaksi yang
ditampilkan pada timbangan yang dihubungkan
dengannya dan telah diuji secara metrologis sesuai dengan
Sub Bab 3.1 angka 3 huruf n angka 12) untuk
menampilkan keseluruhan transaksi, jika interval skala
harga yang harus dibayar dari alat tersebut sama;
e) timbangan boleh dirancang sedemikian rupa untuk
digunakan oleh lebih dari satu penjual atau melayani lebih
dari satu pelanggan pada saat yang sama, selama
hubungan antara transaksi-transaksi dan penjual atau
pelanggan yang bersangkutan diidentifikasikan dengan
jelas;
f) transaksi sebelumnya yang tercetak pada timbangan boleh
dibatalkan, maka harga yang harus dibayar yang
berhubungan dengan pembatalan tersebut harus dicetak
dengan alasan yang dapat diterima. Jika transaksi yang
dibatalkan pada penunjukan bagi pelanggan, maka hal
tersebut harus dapat dibedakan dengan jelas dari
transaksi normalnya;
g) timbangan boleh mencetak suatu informasi tambahan jika
hal ini berhubungan dengan jelas terhadap transaksi dan
tidak mempengaruhi penentuan nilai berat terhadap
simbol tersebut.
11) timbangan yang dioperasikan sendiri oleh konsumen tidak
perlu mempunyai dua penunjukan;
12) jika tiket dicetak, maka pada tiket harus menyebutkan jenis
produk yang ditimbang.
j. Timbangan yang dilengkapi dengan tiket harga
1) timbangan yang dilengkapi dengan label, maka harus
memenuhi Sub Bab 3.1. angka 3 huruf h angka18), huruf i
angka4), angka8), angka 13) huruf a) dan huruf g);
2) timbangan yang dilengkapi dengan tiket harga sekurang-
kurangnya harus mempunyai satu display untuk berat, yang
dapat digunakan sewaktu-waktu untuk penyetelan seperti
penyetelan batas-batas penimbangan, harga satuan, nilai tara
preset dan nama komoditi;
3) selama timbangan digunakan harus memungkinkan untuk
dilakukan pemeriksaan nilai sebenarnya harga satuan dan
nilai tara preset;
4) pencetakan dibawah kapasitas minimum harus tidak
dimungkinkan;
21
5) pencetakan tiket-tiket dengan nilai berat, harga satuan dan
harga yang harus dibayar yang tetap diperkenankan selama
fungsi penimbangan tidak dalam keadaan aktif.
k. Timbangan penghitung mekanik dengan penerima muatan
Dalam pengujian, timbangan ini dianggap sebagai timbangan
dengan penunjukan semi otomatis.
1) untuk pengujian, timbangan ini harus mempunyai skala
sekurang-kurangnya satu bagian skala d=e pada salah satu
sisi titik nol; nilai yang bersangkutan harus diperlihatkan
pada skala tersebut;
2) penghitungan rasio harus dicantumkan dengan jelas di atas
masing-masing penerima muatan penghitung atau masing-
masing skala penghitung.
22
dimungkinkan jika komponen penunjukan kesetimbangan
dalam kedudukan referensi yang mendekati1 2nilai skala;
4) timbangan yang skala pengujiannya terletak pada gandar,
maka skalanya harus terdiri dari garis-garis dengan ketebalan
yang konstan. Pada gandar yang besar atau kecil lainnya,
maka skala bisa berupa takik;
5) jarak antara garis skala tidak boleh kurang dari 2 mm dan
untuk takik sebaiknya cukup panjang. Toleransi hasil
pengerjaan untuk takik-takik atau garis skala tidak
menyebabkan kesalahan dalam hasil penimbangan yang
melebihi 0,2 interval skala verifikasi (e);
6) pergeseran bobot ingsut dan batang kecil harus dibatasi
terhadap bagian yang berskala dari batang kecil danbatang
besar;
7) setiap bobot ingsut harus dilengkapi dengan alat penunjuk;
8) di dalam bobot ingsut tidak boleh ada bagian-bagian yang
dapat bergerak-gerak, kecuali batang-batang kecil geser;
9) bobot ingsut dibuat sedemikian rupa, sehingga benda-benda
lainnya tidak dapat menempel dan mempengaruhi massanya;
10) bagian-bagian yang dapat dilepas dari bobot ingsut harus
dapat disegel;
11) bobot ingsut dan batang-batang kecil harus tetap pada
posisinya, kecuali digeserkan oleh operator;
12) perbandingan tuas untuk timbangan yang menggunakan anak
timbangan harus memenuhi ketentuan 10k, k adalah bilangan
bulat atau sama dengan nol;
13) pada timbangan yang digunakan untuk berdagang eceran,
tinggi tepi dari piring anak timbangan tidak boleh melebihi
1 dari ukuran piring anak timbangan terbesar dengan tidak
10
lebih dari 25 mm.
d. konstruksi
1) timbangan harus dilengkapi dengan dua indeks penunjuk
yang bergerak dansatu indeks penunjuk yang lainnya tetap.
Salah satu atau kedua indeks tersebut merupakan acuan
posisi kesetimbangan;
2) pada timbangan kelas III atau kelas IIII yang dirancang
penggunaannya untuk berdagang eceran, indeks penunjuk
dan tanda skala harus memperlihatkan kesetimbangan yang
dapat dilihat dari kedua sisi atau dari sisi-sisi yang
berlawanan;
3) tuas-tuas harus dipasang hanya dengan pisau-pisau, dan
pisau-pisau ini harus bertumpu pada bantalan-bantalan;
4) garis singgung antara pisau-pisau dan bantalan-bantalan
harus merupakan satu garis lurus;
5) pisau-pisau harus terpasang pada tuas-tuas dengan cara
sedemikian rupa sehingga ketepatan perbandingan lengan-
lengan tuasnya terjamin;
23
6) pemasangan pisau-pisau pada tuas tidak boleh dilas atau
dipatri;
7) mata pisau dari satu tuas yang sama harus sejajar dan
terletak pada satu bidang datar;
8) bantalan-bantalan tidak boleh dilas atau dipatri pada
dudukannya atau sekitarnya;
9) pemasangan bantalan yang berhubungan dengan lantai
muatan harus sedemikian rupa, sehingga dapat berayun ke
semua arah pada dudukannya. Pada timbangan dipasang alat
yang dapat mencegah menempelnya bagian-bagian tersebut
pada bagian lainnya;
10) gerakan mendatar pisau-pisau harus dibatasi oleh plat
penahan. Kontak antara pisau dengan plat penahan harus
berbentuk titik dan segaris dengan garis kontak antara mata
pisau dan bantalannya;
11) plat penahan harus berbentuk bidang datar dan tegak lurus
terhadap garis kontak antara mata pisau dan bantalan. Plat
penahan tidak boleh dilas atau dipatri terhadap bantalan-
bantalan atau dudukannya;
12) pisau-pisau, bantalan-bantalan, plat-plat penahan, dan
penyangga yang bersinggungan langsung harus mempunyai
kekerasan sekurang-kurangnya 58 Rockwell C;
13) lapisan pelindung boleh digunakan terhadap bagian-bagian
kontak dari komponen-komponen yang disambung, selama
tidak menyebabkan perubahan dari sifat-sifat
kemetrologiannya;
14) pada alat tara tidak boleh dipasang alat lain.
e. Neraca sama lengan
1) lengan neraca harus mempunyai dua bidang rata yang
simetris, baik membujur maupun melintang. Dalam keadaan
dengan atau tanpa piringan, lengan diusahakan dalam
keadaan setimbang. Bagian-bagian yang dapat dilepas, dapat
diberi tanda untuk memudahkan dalam perakitan;
2) lengan neraca boleh dilengkapi alat penyetel nol, berupa
sekrup pada kedua belah ujungnya.
f. Neraca dengan perbandingan lengan1 10
1) perbandingan harus ditunjuk dengan jelas dan permanen
pada lengan dalam bentuk 1:10 atau1 10;
2) lengan harus mempunyai bidang rata baik membujur maupun
melintang yang simetris;
3) lengan neraca boleh dilengkapi alat penyetel nol, berupa
sekrup pada kedua belah ujungnya.
g. Timbangan dacin logam
1) tanda skala harus berupa garis-garis atau takikan baik pada
tepi atau pada plat bagian datar dari gandar berskala. Jarak
minimum antar skala takikan 2 mm dan antar garis skala 4
mm;
24
2) muatan persatuan panjang pada pisau harus tidak lebih dari
pada 10 kg/mm. Lebar takikan bantalan harus sekurang-
kurangnya sama dengan 1,5 kali ukuran terbesar dari
potongan melintang pisau;
3) panjang indeks penunjuk kesetimbangan sekurang-
1
kurangnya 15dari panjang gandar utama yang berskala
(diambil dari titik tumpu mata pisau);
4) bobot lawan pada ujung batang dan bobot ingsut yang dapat
dilepas, harus dibubuhi tanda khusus;
5) untuk timbangan dengan kapasitas tunggal:
a) jarak minimum antar mata pisau sebagai berikut :
(1) 25 mm untuk kapasitas maksimum yang lebih kecil
atau sama dengan 30 kg;
(2) 20 mm untuk kapasitas maksimum yang melebihi 30
kg.
b) pembagian skala harus dari nol sampai kapasitas
maksimum;
c) jika timbangan kelas tiga atau kelas empat dilengkapi
dengan alat penyetel nol, maka harus berupa sekrup
penahan atau susunan mur dengan pengaruh maksimum
satu perputaran adalah 4 kali interval skala verifikasi.
6) untuk timbangan dengan kapasitas ganda:
a) jarak minimum antar mata pisau sebagai berikut:
(1) 45 mm untuk kapasitas rendah;
(2) 20 mm untuk kapasitas besar.
b) alat penggantung dari timbangan harus dibedakan dari
alat penggantung untuk muatan;
c) skala-skala penimbangan untuk setiap kapasitas
timbangan harus mampu menimbang dari nol sampai
kapasitas maksimumnya tanpa terputus;
d) interval skala pada masing-masing rentang ukur
timbangan harus mempunyai nilai yang tetap;
e) tidak diperbolehkan ada alat penyetel nol.
h. Timbangan Roberval dan Timbangan Beranger (Timbangan Meja)
1) bagian simetris yang berpasangan yang dapat dilepas, boleh
diberi tanda untuk memudahkan dalam perakitan;
2) jika timbangan dilengkapi dengan alat penyetel nol, maka alat
penyetel nol ini harus berupa mangkuk yang berada di bawah
piring anak timbangan;
3) jarak antara ujung sisi luar dari mata pisau muatan
sekurang-kurangnya harus sama dengan lebar atau diameter
dasar piringan;
4) jarak antara sisi luar mata pisau tengah sekurang-kurangnya
harus sama dengan 0,7 kali panjang mata pisau muatan;
25
5) timbangan gambar ganda harus mempunyai stabilitas
mekanik sama dengan yang diperoleh timbangan gandar
tunggal/sederhana.
26
4) jika timbangan dilengkapi dengan alat dengan suatu
perbandingan piring anak timbangan dan penerima muatan
untuk memperluas rentang ukur penunjukan skala yang
diberi angka, maka perbandingan antara nilai anak timbangan
yang ditempatkan pada piring anak timbangan untuk
menyeimbangkan anak muatan, besarnya harus1 10atau
1
100. Perbandingan ini harus dibubuhkan dengan jelas dan
permanen pada gandar dalam kedudukan yang dekat dengan
piring anak timbangan dalam bentuk 1:10 ; 1:100 ; atau1 10;
1
100;
5) timbangan dengan bobot ingsut ini mengikuti pula
persyaratan pada huruf I angka 3) tentang alat penyetel nol,
angka 5) tentang alat pengunci dan angka 6) tentang bagian-
bagian dari kayu.
Dua (halus) II II
III III
Tiga (sedang)
IIII
Empat (biasa) IIII
28
h. Untuk timbangan kelas III dan IIII, maka nilai d harus sama
dengan e (d = e), kecuali timbangan dengan penunjukan bukan
otomatis.
3. Persyaratan tambahan untuk timbangan multi-interval*)
a. bagian rentang ukur.
Setiap bagian rentang ukur (indeks i=1,2…) ditentukan oleh:
1) Interval skala verifikasi adalah ei, ei+1> ei
a) Kapasitas maksimum adalah Maxi.
b) Kapasitas minimum adalah Mini=Maxi-1untuk i=1
mini=min
2) Jumlah interval skala verifikasi (n) untuk setiap bagian rentang
ukur adalah:
Max i
ni
ei
b. kelas keakurasian
ei dan ni dalam setiap bagian rentang ukur, Mini harus memenuhi
Tabel 3.3.
c. kapasitas maksimum dari bagian rentang ukur harus memenuhi
Tabel 3.4 kecuali bagian rentang ukur yang terakhir.
Tabel 3.4. Kapasitas Maksimum
Kelas I (Khusus) II (halus) III (sedang) IIII(biasa)
Maxi ≥ 50.000 ≥ 5.000 ≥ 500 ≥ 50
ei+1
29
4. Alat penunjuk tambahan
a. timbangan yang boleh dilengkapi dengan alat penunjuk tambahan
adalah hanya untuk timbangan kelas satu (khusus) dan kelas dua
(halus).
b. jenis alat penunjuk tambahan:
1) alat penunggang;
2) alat untuk interpolasi pembacaan;
3) pelengkap alat penunjuk (lihat Gambar 3.3);
32
Jika kesalahan kemampuan ulang (R) tidak lebih besar dari 0,1e (R
≤ 0,1e), maka Anak timbangan standar dapat dikurangi
menjadi1.000 kg atau 1 10Max (pilih yang terbesar).
Kesalahan kemampuan ulang (R) harus ditentukan dengan nilai
muatan (Anak timbangan standar atau muatan lainnya) mendekati
nilai substitusi yang dibuat, dengan menempatkan muatan 3 kali
pada lantai muatan.
8. Diskriminasi
a. pada timbangan dengan penunjukan bukan otomatis, imbuh
sebesar 0,4 kali nilai absolut BKD untuk muatan uji sebagaimana
dimaksud pada angka 5 huruf a dan b bila diletakkan pada atau
diturunkan dari timbangan (dengan hati-hati) pada
kesetimbangannya, maka harus menghasilkan gerakan yang
terlihat dari elemen penunjukannya.
b. pada timbangan dengan penunjukan otomatis atau semi otomatis,
yang penunjukannya:
1) analog, maka imbuh yang setara dengan nilai absolut BKD
untuk muatan uji sebagaimana dimaksud pada angka 5 huruf
a dan b, bila diletakkan pada atau diturunkan dari timbangan
(dengan hati-hati) pada kesetimbangannya harus menyebabkan
perpindahan tetap dari elemen penunjukan sekurang-
kurangnya 0,7 kali imbuh tersebut.
2) digital, maka tambahan muatan sebesar 1,4 kali interval skala
terkecil bila diletakkan pada atau diturunkan dari timbangan
(dengan hati-hati) pada kesetimbangannya, harus mengubah
penunjukan awalnya.
9. Perubahan-perubahan akibat besaran pengaruh
a. timbangan harus memenuhi ketentuan-ketentuan angka 5, 6, dan
8 dalam kondisi seperti yang diterangkan dalam huruf b sampai
dengan huruf k.
b. untuk timbangan kelas II, kelas III atau kelas IIII yang dapat
dimiringkan, maka pengaruh kemiringan harus ditentukan dalam
arah panjangnya atau arah melintang sebesar50 1000 atau sesuai
nilai batas kemiringan yang tertera pada timbangannya atau
ditunjukkan oleh alat pendatar, dipilih yang terbesar dan nilai
absolut perbedaan antara penunjukan timbangan dalam posisi
tidak dimiringkan dan penunjukan dalam posisi dimiringkan tidak
boleh melebihi:
1) 2e untuk timbangan tanpa muatan (timbangan pertama-tama
telah disetel nol pada waktu tanpa muatan dalam posisi yang
tidak dimiringkan) kecuali kelas II;
2) BKD untuk muatan maksimum (timbangan tanpa muatan telah
disetel nol terlebih dahulu pada posisi tidak dimiringkan dan
pada posisi dimiringkan);
Timbangan harus dilengkapi dengan alat penyetel kedataran
dan alat penunjuk kedataran yang dipasang dengan kuat pada
timbangan, pada tempat yang terlihat dengan jelas oleh
pemakai, kecuali kalau timbangan tersebut:
a) bergantung dengan bebas; atau
b) dipasang dalam posisi yang tetap.
33
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
4.1. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan terhadap pemenuhan persyaratan Timbangan Bukan
Otomatis sebelum ditera atau ditera ulang dilakukan berdasarkan
petunjuk Bab II Sub Bab 2.4;
2. Pemeriksaan kesesuaian penandaan seperti pada Bab II Sub Bab 2.3;
dan
3. Timbanganharus diperiksa untuk memastikan kesesuaian dengan
tipe yang telah mendapatkan Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik.
34
BAB V
PEMBUBUHAN TANDA TERA
5.1. Pembubuhan
1. Tanda daerah, Tanda Pegawai Berhak, dan Tanda sah dibubuhkan
pada lemping tanda tera, sumbat cap, atau bagian dari timbangan.
2. Tanda jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian
tertentu dari Timbangan yang sudah disahkan pada waktu ditera dan
ditera ulang pada tempat yang dapat mengubah kebenaran
timbangan.
3. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
35
BAB VI
PENUTUP
36
Lampiran 1
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG TIMBANGAN MEJA
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat.
2. Periksa bahan dan konstruksi timbangan (hanya untuk kegiatan tera).
3. Posisikan timbangan dalam keadaan datar.
B. Pengujian Kebenaran
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan Max.
3. Amati penunjukan indeks atau tolok.
4. Jika penunjukan indeks atau tolok tidak setimbang, beri imbuh sebesar
BKD pada penerima muatan yang menjungkit ke atas.
5. Apabila penunjukan indeks atau tolok bergerak minimal ke posisi
setimbang, maka timbangan dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak
maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
C. Pengujian Kepekaan
1. Pengujian ini dapat menjadi satu kesatuan dengan pengujian
kebenaran dengan nilai muatan yang sama (muatan Max).
2. Tambahkan imbuh sebesar BKD.
3. Jikapenunjukan indeks atau tolok bergerak minimal 2 mm, maka
timbangan dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang
dari 2 mm, maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
D. Pengujian Eksentrisitas
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan minimal1 3Max
pada posisi yang diuji.
3. Amati titik kesetimbangannya.
4. Tambahkan imbuh sebesar BKD pada piring muatan yang ringan.
5. Apabila penunjukan indeks atau tolok bergerak minimal ke posisi
setimbang, maka timbangan dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak
maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
6. Lakukan kembali angka 2 sampai dengan 5 untuk posisi lain yang diuji.
E. Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability)
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan Max.
3. Kemudian tekan lantai muatan dan lepas.
4. Amati penunjukan indeks atau tolok.
5. Jika tidak setimbang tambahkan imbuh sebesar BKD.
6. Untuk mengetahui ketidaktetapannya lakukan minimum 3 (tiga) kali.
7. Selisih penunjukan yang terbesar tidak boleh melebihi BKD untuk
muatan uji.
37
Lampiran 2
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG DACIN
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat
2. Periksa bahan dan konstruksi timbangan (hanya untuk kegiatan tera).
3. Gantung dacin pada tempat yang telah disediakan.
B. Pengujian Kebenaran
1. Setel nol timbangan.
2. Gantungkan anak timbangan standar pada kait gantungan dengan
muatan Max atau boleh kurang sampai 5e dari Max (Max - 5e).
3. Amati penunjukannya. Jika penunjukannya setimbang, maka
timbangan dinyatakan ”SAH”.
4. Jika penunjukannya tidak setimbang, beri imbuh sebesar BKD pada
anak timbangan standar agar setimbang.
5. Jika penunjukannya menjadi setimbang, maka timbangan dinyatakan
“SAH”.
C. Pengujian Kepekaan
1. Pengujian ini dapat menjadi satu kesatuan dengan
pengujiankebenaran dengan nilai muatan yang sama (Max atau Max -
5e).
2. Setimbangkan dengan cara menggeser bobot ingsut.
3. Tambahkan imbuh sebesar BKD.
4. Jikajungkitan pada gandar bergerak minimal 2 mm, maka timbangan
dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang dari 2 mm,
maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
D. Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability)
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan Max.
3. Kemudian tekan muatan dan lepaskan.
4. Amati penunjukan kesetimbangannya.
5. Jika tidak setimbang tambahkan imbuh sebesar BKD.
6. Untuk mengetahui ketidaktetapannya lakukan minimum 3 (tiga) kali.
7. Selisih penunjukan yang terbesar tidak boleh melebihi BKD untuk
muatan uji.
38
Lampiran 3
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG TIMBANGAN SENTISIMAL
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat;
2. Periksa bahan dan konstruksi timbangan (hanya untuk kegiatan tera).
3. Posisikan timbangan dalam keadaan datar.
B. Pengujian Kebenaran
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan Max.
3. Amati penunjukan indeks atau tolok.
4. Jika penunjukan indeks atau tolokmenjungkit ke atas, maka beri
imbuh ke piring gantung anak timbangan sebesar BKD.
5. Jika penunjukan indeks atau tolokmenjungkit ke bawah, maka beri
imbuh ke lantai penerima muatansebesar BKD.
6. BKD pada piring gantung 1:100 dengan BKD pada lantai penerima
muatan
7. Apabila penunjukan indeks atau tolok bergerak minimal ke posisi
setimbang, maka timbangan dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak
maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
C. Pengujian Kepekaan
1. Pengujian ini dapat menjadi satu kesatuan dengan pengujian
kebenaran dengan nilai muatan yang sama (muatan Max).
2. Tambahkan imbuh sebesar BKD.
3. Jikapenunjukan indeks atau tolok bergerak minimal 2 mm, maka
timbangan dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang
dari 2 mm, maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
D. Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability)
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan Max.
3. Kemudian tariklantai muatan dan lepaskan.
4. Amati penunjukan indeks atau tolok.
5. Jika penunjukan indeks atau tolokmenjungkit ke atas, maka beri
imbuh ke piring gantung anak timbangan sebesar BKD.
6. Jika penunjukan indeks atau tolokmenjungkit ke bawah, maka beri
imbuh ke lantai penerima muatansebesar BKD.
7. BKD pada piring gantung 1:100 dengan BKD pada lantai penerima
muatan
8. Untuk mengetahui kesalahannya lakukan minimum 3 (tiga) kali.
9. Selisih penunjukan yang terbesar tidak boleh melebihi BKD untuk
muatan uji.
39
E. Pengujian Eksentrisitas
1. Pengujian eksentrisitas dilakukan pada muatan sesuai dengan skala
maksimum gandar utama.
2. Setel nol timbangan.
3. Muati dengan anak timbangan standar pada posisi yang diuji.
4. Amati penunjukan indeks atau tolok.
5. Jika penunjukan indeks atau tolokmenjungkit ke atas, maka beri
imbuh ke piring gantung anak timbangan sebesar BKD.
6. Jika penunjukan indeks atau tolokmenjungkit ke bawah, maka beri
imbuh ke lantai penerima muatansebesar BKD.
7. BKD pada piring gantung 1:100 dengan BKD pada lantai penerima
muatan
8. Apabila penunjukan indeks atau tolok bergerak minimal ke posisi
setimbang, maka timbangan dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak
maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
F. Pengujian Kemiringan (untuk Tera)
1. Posisikan timbangan dalam keadaan datar dengan memperhatikan
penyipat datar.
2. Muati dengan anak timbangan standar minimal 50% Max.
3. Posisikan timbangan dalam keadaan miring sebesar50 1000atau sesuai
nilai batas kemiringan yang ditunjukkan oleh penyipat datar dengan
cara memberikan ganjal dalam arah panjang atau melintang.
4. Amati posisi kesetimbangannya.
5. Tambahkanimbuh sebesar BKD.
6. Amati penunjukan kesetimbangannya.
7. Jika penunjukan indeks atau tolok bergerak minimal ke posisi
setimbang, maka timbangan dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak
maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
8. Turunkan Anak timbangan standar dan ambil ganjalnya sehingga
timbangan dalam posisi datar.
G. Pengujian Kebenaran Gandar Utama
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada lantai muatan sebesar
skala maksimum pada gandar utama.
3. Amati titik kesetimbangannya dan kesalahan penunjukannya tidak
boleh melebihi BKD.
4. Turunkan anak timbangan standar
5. Setel nol timbangan.
40
Lampiran 4
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG TIMBANGAN BOBOT INGSUT
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat;
2. Periksa bahan dan konstruksi timbangan (hanya untuk kegiatan tera).
3. Posisikan timbangan dalam keadaan datar.
B. Pengujian Kebenaran
1. Setel nol timbangan.
2. Gantungkan anak timbangan standar pada kait gantungan dengan
muatan Max atau boleh kurang sampai 5e dari Max (Max - 5e), dimana
e adalah nilai e pada gandar kecil.
3. Amati penunjukannya. Jika penunjukannya setimbang, maka
timbangan dinyatakan ”SAH”.
4. Jika penunjukannya tidak setimbang, beri imbuh sebesar BKD pada
anak timbangan standar agar setimbang.
5. Jika penunjukannya menjadi setimbang, maka timbangan dinyatakan
“SAH”.
C. Pengujian Kepekaan
1. Pengujian ini dapat menjadi satu kesatuan dengan pengujian
kebenaran dengan nilai muatan yang sama (Max atau Max - 5e), dimana
e adalah nilai e pada gandar kecil.
2. Setimbangkan dengan cara menggeser bobot ingsut.
3. Tambahkan imbuh sebesar BKD.
4. Jikajungkitan pada gandar bergerak minimal 2 mm, maka timbangan
dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang dari 2 mm,
maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
D. Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability)
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan Maxatau boleh
kurang sampai 5e dari Max (Max - 5e), dimana e adalah nilai e pada
gandar kecil.
3. Kemudian tarik lantai muatan dan lepaskan.
4. Catat penunjukannya.
5. Lakukan minimum 3 (tiga) kali.
6. Selisih penunjukan yang terbesar tidak boleh melebihi BKD untuk
muatan uji.
E. Pengujian Eksentrisitas
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan minimal 50%Max
pada posisi yang diuji.
3. Amati titik kesetimbangannya.
41
4. Tambahkan imbuh sebesar BKD pada piring muatan yang ringan.
5. Apabila penunjukan indeks atau tolok bergerak minimal ke posisi
setimbang, maka timbangan dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak
maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
6. Lakukan kembali angka 2 sampai dengan 5 untuk posisi lain yang diuji.
F. Pengujian Kemiringan (untuk Tera)
1. Posisikan timbangan dalam keadaan datar dengan memperhatikan
penyipat datar.
2. Muati dengan anak timbangan standar minimal 50% Max.
3. Posisikan timbangan dalam keadaan miring sebesar50 1000atau sesuai
nilai batas kemiringan yang ditunjukkan oleh penyipat datar dengan
cara memberikan ganjal dalam arah panjang atau melintang.
4. Amati posisi kesetimbangannya.
5. Tambahkanimbuh sebesar BKD.
6. Amati penunjukan kesetimbangannya.
7. Jika penunjukan indeks atau tolok bergerak minimal ke posisi
setimbang, maka timbangan dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak
maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
8. Turunkan Anak timbangan standar dan ambil ganjalnya sehingga
timbangan dalam posisi datar.
G. Pengujian KebenaranGandar (untuk Tera)
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada lantai muatan sebesar
skala maksimum pada gandar kecil.
3. Amati titik kesetimbangannya dan kesalahan penunjukannya tidak
boleh melebihi BKD.
4. Turunkan anak timbangan standar
5. Naikkan anak timbangan standar pada lantai muatan sebesar Max,
amati titik kesetimbangannya dan kesalahan penunjukannya tidak
boleh melebihi BKD.
6. Setel nol timbangan.
42
Lampiran 5
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG TIMBANGAN PEGASDAN
TIMBANGAN CEPAT
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat
2. Posisikan timbangan dalam keadaan datar
B. Pengujian Kebenaran
1. Titik uji penimbangan dengan minimal 5 titik uji dalam rentang ukur
penimbangannya harus mencakup :
- Min;
- Perubahan BKD; dan
- Max atau boleh kurang sampai 5e dari Max (Max - 5e).
2. Setel nol timbangan.
3. Muati dengan anak timbangan standar pada titik uji yang diperiksa.
4. Amati posisi jarum penunjukan.
5. Apabila kesalahan penunjukkannya tidak melebihi BKD, maka
timbangan dinyatakan “SAH”. Jika melebihi BKD maka timbangan
dinyatakan ”BATAL”.
6. Lakukan angka 2 sampai dengan 5 untuk titik uji lainnya.
C. Pengujian Kepekaan
1. Pengujian ini dapat menjadi satu kesatuan dengan pengujian
kebenaran meliputi3 titik uji pada muatan Min, 50% Max dan Max atau
boleh kurang sampai 5e dari Max (Max - 5e).
2. Setel nol timbangan.
3. Tambahkan imbuh sebesar BKD.
4. Amati penunjukannya.
5. Apabila perubahan penunjukan minimal 0,7 BKD, maka timbangan
dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang dari 0,7
BKD, maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
6. Lakukan angka 2 sampai dengan 5 untuk titik uji lainnya.
D. Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability)
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan 0,8 Max.
3. Lakukan perubahan/gangguan pada muatan.
4. Amati posisi jarum penunjukan.
5. Untuk mengetahui kesalahannya lakukan minimum 3 (tiga) kali.
6. Selisih penunjukan yang terbesar tidak boleh melebihi BKD untuk
muatan uji.
43
E. Pengujian Eksentrisitas
Hanya diperuntukan untuk timbangan pegas bukan gantung.
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan minimal1 3Max
pada posisi yang diuji.
3. Amati penunjukannya.
4. Apabila kesalahan penunjukkannya tidak melebihi BKD, maka
timbangan dinyatakan “SAH”. Jika melebihi BKD maka timbangan
dinyatakan ”BATAL”.
5. Lakukan angka 2 sampai dengan 4 untuk posisi lain yang diuji.
44
Lampiran 6
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG NERACA
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa neraca dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat.
2. Periksa bahan dan konstruksi timbangan (hanya untuk kegiatan tera).
3. Posisikan neraca dalam keadaan datar.
B. Pengujian Kebenaran.
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada piring muatan sebesar
Max.
3. Amati kesetimbangan dan kesalahan penunjukannya.
4. Apabila kesalahan penunjukan maksimal sebesar BKD, maka
timbangan dinyatakan “SAH”. Jika melebihi BKD maka timbangan
dinyatakan ”BATAL”.
C. Pengujian Kepekaan
1. Pengujian ini dapat menjadi satu kesatuan dengan pengujian
kebenaran dengan nilai muatan yang sama (muatan Max).
2. Setimbangkan timbangan.
3. Tambahkan imbuh sebesar BKD.
4. Jikapenunjukan indeks bergerak minimal 3skala, maka timbangan
dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang dari 3
skala, maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
D. Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability)
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan Max.
3. Kemudian tekan piring muatan dan lepas.
4. Amati penunjukan kesetimbangannya.
5. Jika tidak setimbang tambahkan imbuh sebesar BKD.
6. Untuk mengetahui kesalahannya lakukan minimum 3 (tiga) kali.
7. Selisih penunjukan yang terbesar tidak boleh melebihi BKD untuk
muatan uji.
45
Lampiran 7
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG TIMBANGAN ELEKTRONIK
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat
2. Posisikan timbangan dalam keadaan datar
3. Lakukan pemanasan pada timbangan
B. Pengujian Kebenaran untuk Tera
Titik uji penimbangan dengan minimal 5 titik uji dalam rentang ukur
penimbangannya harus mencakup:
- Min;
- pada perubahan BKD;
- Max.
1. Muati dengan anak timbangan standar sesuai dengan titik uji yang
diperiksa.
2. Jika penunjukan sama dengan anak timbangan standar yang diletakkan,
maka timbangan dinyatakan ”SAH”.
3. Jika penunjukan tidak sama :
a. BKD ±0,5 e, maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
b. BKD ±1 e:
1) Untuk penunjukan stabil di 1e maka tambahkan imbuh 0,5 e
a) Jika tetap, maka timbangan dinyatakan ”SAH”.
b) jika berubah menjadi +2e, maka timbangan dinyatakan
”BATAL”.
2) Untuk penunjukan stabil di -1e maka tambahkan imbuh 0,5e
a) Jika berubah, maka timbangan dinyatakan ”SAH”.
b) Jika tidak berubah, maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
c. BKD ±1,5 e:
1) Untuk penunjukan stabil di ±1 e, maka timbangan dinyatakan
”SAH”.
2) Untuk penunjukan lebih dari ±1 e, maka timbangan dinyatakan
”BATAL”.
C. Pengujian Kebenaran untuk Tera Ulang
Titik uji penimbangan dengan minimal 5 titik uji dalam rentang ukur
penimbangannya harus mencakup:
- Min;
- pada perubahan BKD;
- Max.
1. muati dengan anak timbangan standar sesuai dengan titik uji yang
diperiksa.
46
2. Jika penunjukan sama dengan anak timbangan standar yang diletakkan,
maka timbangan dinyatakan ”SAH”.
3. Jika penunjukannya tidak sama :
a. BKD ±2 e:
1) Untuk penunjukan stabil di ±1e, maka timbangan dinyatakan
”SAH”.
2) Untuk penunjukan stabil di +2e, maka tambahkan imbuh 0,5 e.
a) Jika tetap, maka timbangan dinyatakan ”SAH”.
b) jika berubah menjadi +3e, maka timbangan dinyatakan
”BATAL”
3) Untuk penunjukan stabil di -2e maka tambahkan imbuh 0,5e
a) Jika berubah, maka timbangan dinyatakan ”SAH”.
b) Jika tidak berubah, maka timbangan dinyatakan ”BATAL”
b. BKD ±3 e:
1) Untuk penunjukan stabil di ±1 e, maka timbangan dinyatakan
”SAH”.
2) Untuk penunjukan lebih dari ±2 e, maka timbangan dinyatakan
”SAH”.
3) Untuk penunjukan stabil di +3e maka tambahkan imbuh 0,5 e
a) Jika tetap, maka timbangan dinyatakan ”SAH”.
b) jika berubah menjadi +4e, maka timbangan dinyatakan
”BATAL”
4) Untuk penunjukan stabil di -3e maka tambahkan imbuh 0,5e
a) Jika berubah, maka timbangan dinyatakan ”SAH”.
b) Jika tidak berubah, maka timbangan dinyatakan ”BATAL”
D. Pengujian Eksentrisitas
1. Setel nol timbangan.
2. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan minimal1 3Max
pada posisi yang diuji.
3. Amati penunjukannya.
4. Lakukan pemeriksaan kesalahan penunjukannya sesuai langkah-
langkah pada pengujian kebenaran untuk Tera atau Tera Ulang.
5. Lakukan angka 2 sampai dengan 4 untuk posisi lain yang diuji.
E. Pengujian penyetelan nol
Setelah penyetelan nol, pengaruh penyimpangan nol pada hasil
penimbangan tidak boleh melebihi ±0,25e.
1. Penyetel nol non otomatis dan semi otomatis.
a. Setel nol timbangan.
b. Naikkan muatan 10e, amati penunjukannya.
c. Tambahkan imbuh sebesar 0,25e dan amati penunjukan timbangan
bila:
1) Tetap tidak berubah, lanjutkan huruf d.
47
2) Berubah dan stabil sebesar 1e dari penunjukan semula maka
timbangan dinyatakan ”BATAL” dan penunjukan dihentikan.
d. Tambahkan imbuh sebesar 0,5e dan amati penunjukan timbangan,
bila:
1) Berubah dan stabil sebesar 1e dari penunjukan semula, maka
timbangan dinyatakan ”SAH”.
2) Tetap tidak berubah, maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
2. Penyetelan nol otomatis
a. Setel nol timbangan
b. Naikkan 10e
c. Tambahkan imbuh standar 0,25e dan amati penunjukan timbangan
bila:
1) tetap tidak berubah, maka lanjutkan ke langkah butir d;
2) berubah dan stabil sebesar +1e dari penunjukan semula, maka
timbangan dinyatakan ”BATAL”.
d. Tambahkan imbuh standar 0,5e dan amati penunjukan timbangan
bila:
1) berubah dan stabil sebesar +1e dari penunjukan semula, maka
timbangan dinyatakan ”SAH”.
2) tetap tidak berubah, maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
F. Pengujian Tara
Hanya diperuntukan pada Tera dan timbangan yang memiliki fungsi Tara.
Perangkat tara hanya diizinkan untuk menyetel penunjukan ke nol dengan
keakurasian lebih baik dari ±0,25e (untuk timbangan elektronik) dan ±0,5e
(untuk timbangan mekanik dengan penunjukan digital).
1. Naikkan Anak timbangan standar sekitar 30% Max
2. Tekan tombol Tara
3. Naikkan muatan 10e.
4. Tambahkan imbuh 0,25e dan amati penunjukan timbangan bila:
a. tetap tidak berubah, lanjutkan ke langkah angka 5);
b. berubah dan stabil sebesar +1e dari penunjukan semula, timbangan
dinyatakan ”BATAL”.
5. Tambahkan imbuh 0,5e dan amati penunjukan timbangan bila:
a. berubah dan stabil sebesar +1e dari penunjukan semula maka
timbangan dinyatakan ”SAH”.
b. tetap tidak berubah maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
G. Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability)
1. Muati Anak timbangan standar 0,8Max dan catat penunjukan.
2. Lakukan kembali langkah angka 1 sebanyak 2 kali.
3. Jika penunjukan sama, maka dinyatakan ”SAH”.
4. Jika penunjukan berbeda, maka lakukan langkah 5 s.d 12.
5. Muati Anak timbangan standar dan catat penunjukan.
48
6. Tambahkan imbuh 0,5e, jika tidak berubah maka tambahkan imbuh
secara bertahap sebesar 0,1e sampai berubah 1e.
7. Ambil kembali imbuh 0,5e, sedangkan imbuh tambahan 0,1e
sebagaimana angka 3 tetap di lantai muatan.
8. Catat penunjukan. (penunjukan pertama)
9. Angkat muatan dan sisa imbuh.
10. Jika tidak menunjukan nol, maka Setel nol timbangan
11. Tempatkan muatan dan sisa imbuh pada lantai muatan
12. Catat penunjukan (penunjukan kedua), tentukan apakah ”SAH” atau
”BATAL” dengan kriteria berikut:
a. Jika penunjukan sama dengan penunjukan sebelumnya maka
ulangi langkah 6 s.d 8 (penunjukan ketiga), jika penunjukan sama
maka dinyatakan ”SAH”.
b. Jika penunjukan berbeda pada saat penunjukan kedua atau ketiga
sebesar ±1e dari penunjukan awal, maka kesalahan penunjukan
harus dicari dengan menambah imbuh 0,1e sampai berubahnya
penunjukan dan kesalahan penunjukan maksimum dikurangi
minimum tidak boleh lebih dari BKD.
c. Jika penunjukan berbeda pada saat penunjukan kedua atau ketiga
lebih besar dari ±1e, maka dinyatakan ”BATAL”.
49
Lampiran 7
PROSEDUR KERJA TERA/TERA ULANG TIMBANGAN JEMBATAN
A. Persiapan Pengujian
1. Pastikan bahwa timbangan dalam keadaan bersih, kering dan tidak
berkarat
2. Posisikan timbangan dalam keadaan datar
3. Siapkan beban konstan lain (balast) yang bukan anak timbangan
standar minimal1 2Max.
4. Lakukan pemanasan pada timbangan
B. Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability)
1. Siapkan anak timbangan standar dan/atau muatan konstan lain
(balast) yang bukan anak timbangan standar minimal1 2Max.
2. Muati timbangan dengan balast dan jika diperlukan tambahkan imbuh.
3. Catat penunjukannya.
4. Setel nol timbangan.
5. Lakukan kembali langkah angka 2 sebanyak 3 kali.
6. Jika penunjukan sama, maka dinyatakan ”SAH”.
7. Jika penunjukan berbeda, periksa apakah nilai R tidak lebih besar dari
BKD untuk muatan uji.
C. Pengujian Kebenaran
1. Metode pengujian yang digunakan adalah metode substitusi, sehingga
harus dilakukan setelah pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability).
2. Tentukan massa anak timbangan standar minimal yang harus
digunakan dengan kriteria sebagai berikut:
50
4. Titik uji penimbangan dengan minimal 5 titik uji dalam rentang ukur
penimbangannya harus mencakup:
- Min;
- pada perubahan BKD;
- Max.
5. Langkah Pengujian
a. Setel nol Timbangan
b. Titik-titik uji yang berada dalam rentang penggunaan anak
timbangan standar.
1) Muati dengan anak timbangan standar sesuai dengan titik uji
yang diperiksa.
2) Jika penunjukan sama dengan anak timbangan standar yang
diletakkan, maka timbangan dinyatakan ”SAH”.
3) Lakukan langkah huruf b untuk setiap titik uji.
4) Jika penunjukan berbeda, periksa apakah nilai kesalahan
penunjukan (E) tidak lebih besar dari BKD untuk muatan uji,
dimana E = P - L.
5) Tambahkan anak timbangan standar dan lakukan kembali
prosedur diatas untuk titik-titik uji lainnya sampai titik uji
dengan penggunaan maksimum anak timbangan standar yang
tersedia.
c. Titik-titik uji yang dalam rentang penggunaan beban konstan
lainnya (balast):
1) Setelah maksimum anak timbangan standar yang tersedia
dinaikkan pada lantai muatan, catat penunjukannya.
51
5) Jika penunjukan berbeda, periksa apakah nilai kesalahan
penunjukan (E) tidak lebih besar dari BKD untuk muatan uji,
dimana E = P - L.
6) Selanjutnya ambil anak timbangan standar yang tersedia dari
lantai muatan dan gantikan dengan balast dengan nilai massa
yang sama.
D. Pengujian Eksentrisitas
1. Pengujian dengan Anak Timbangan Standar
a. Muatan uji yang digunakan adalah anak timbangan standar dengan
massa minimal 1.000 kg atau 1 10Max (pilih yang terbesar).
b. Tentukan jumlah titik penyangganya.
c. Bagi permukaan penerima muatan sesuai dengan jumlah titik
penyangga.
d. Setel nol timbangan.
e. Muati dengan anak timbangan standar pada posisi yang diuji.
f. Amati penunjukannya.
g. Lakukan pemeriksaan kesalahan penunjukannya, apabila tidak
melebihi BKD pada muatan uji, maka timbangan dinyatakan “SAH”.
Jika melebihi BKD, maka timbangan dinyatakan “BATAL”.
h. Lakukan langkahhurufbsampai dengang untuk posisi lain yang diuji
secara berurutan searah jarum jam.
52
1. Penyetel nol non otomatis dan semi otomatis.
a. Setel nol timbangan.
b. Naikkan muatan 10e, amati penunjukannya.
c. Tambahkan imbuh sebesar 0,25e dan amati penunjukan timbangan
bila:
1) Tetap tidak berubah, lanjutkan huruf d.
2) Berubah dan stabil sebesar 1e dari penunjukan semula maka
timbangan dinyatakan ”BATAL” dan penunjukan dihentikan.
d. Tambahkan imbuh sebesar 0,5e dan amati penunjukan timbangan,
bila:
1) Berubah dan stabil sebesar 1e dari penunjukan semula, maka
timbangan dinyatakan ”SAH”.
2) Tetap tidak berubah, maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
2. Penyetelan nol otomatis
a. Setel nol timbangan
b. Naikkan 10e
c. Tambahkan imbuh standar 0,25e dan amati penunjukan timbangan
bila:
1) tetap tidak berubah, maka lanjutkan ke langkah huruf d;
2) berubah dan stabil sebesar +1e dari penunjukan semula, maka
timbangan dinyatakan ”BATAL”.
d. Tambahkan imbuh standar 0,5e dan amati penunjukan timbangan
bila:
1) berubah dan stabil sebesar +1e dari penunjukan semula, maka
timbangan dinyatakan ”SAH”.
2) tetap tidak berubah, maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
F. Pengujian Tara
Hanya diperuntukan pada Tera dan timbangan yang memiliki fungsi Tara.
Perangkat tara hanya diizinkan untuk menyetel penunjukan ke nol dengan
keakurasian lebih baik dari ±0,25 e (untuk timbangan elektronik) dan ±0,5 e
(untuk timbangan mekanik dengan penunjukan digital).
1. Naikkan anak timbangan standar dan/atau beban konstan lain (balast)
yang bukan anak timbangan standar sekitar 1 3Max.
2. Tekan tombol Tara
3. Naikkan muatan 10e.
4. Tambahkan imbuh 0,25e dan amati penunjukan timbangan bila:
a. tetap tidak berubah, lanjutkan ke langkah angka 5;
b. berubah dan stabil sebesar +1e dari penunjukan semula, timbangan
dinyatakan ”BATAL”.
5. Tambahkan imbuh 0,5e dan amati penunjukan timbangan bila:
a. berubah dan stabil sebesar +1e dari penunjukan semula maka
timbangan dinyatakan ”SAH”.
b. tetap tidak berubah maka timbangan dinyatakan ”BATAL”.
53