OLEH :
ADI CANDRA PURNAMA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah berkat tuntunan dan ridho Allah SWT, kami telah dapat
menyelesaikan penyusunan bahan ajar tentang Barang dalam Keadaan
Terbungkus bagi peserta Diklat Fungsional Penera Berjenjang Tingkat Dasar.
Bahan ajar ini ditulis sesuai dengan tingkat kebutuhan, daya serap dan latar
belakang pendidikan peserta Diklat serta berdasarkan pendekatan Kurikulum
Berbasis Kompetensi.
Dalam penyajian bahan ajar ini, pembahasan materi yang meliputi materi
pokok tentang konsep dasar Barang Dalam Keadaan Terbungkus meliputi
pengertian Barang Dalam Keadaan Terbungkus, Pengawasan serta prosedur
pengujian kebenaran kuantitas dari Barang Dalam Keadaan Terbungkus.
Kepada semua pihak yang membantu terwujudnya bahan ajar ini, kami
sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya. Kami sangat mengharapkan
masukan kritik dan saran agar pada penyusunan yang akan datang lebih
dapat disempurnakan lagi.
Demikian, akhirnya semoga Allah swt meridhoi niat baik kita dalam upaya
mencerdaskan dan mentrampilkan SDM di Indonesia terutama para pejabat
fungsional Penera.
Bogor, Desember 2008
Wassalam,
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................
ii
iii
D. Rangkuman . .
11
E. Latihan .....................................................
12
13
A. Pengawasan .....................................
13
B. Penandaan ......................................
14
15
16
E. Rangkuman .............................................
19
F. Latihan ....................................................
20
21
20
24
30
E. Rangkuman .............................................
32
F. Latihan .....................................................
32
33
A. Kesimpulan ..............................................
33
34
LAMPIRAN...............................................................
35
43
44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
baik
perkembangan
langsung
penyelenggaraan
maupun
tidak
kemetrologian.
Dalam
langsung
rangka
terbungkus yang
distribusi
dalam
pemasarannya.
Perkembangan
produk yang dibungkus atau dikemas dewasa ini sudah sangat pesat,
setiap perusahaan berusaha untuk menjual atau memasarkan hasil
produksinya dalam bentuk
dalam
di setiap toko,
Tera
1949,
namun
upaya
tersebut
belum
dapat
dalam kebenaran
didalam
menjaga
kelancaran
dan
bukan
kontinuitas
guna dan hasil guna sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya.
Pada tahun 1991 Direktorat Metrologi telah menerbitkan petunjuk
pelaksanaan pengawasan BDKT namun dengan adanya perubahanperubahan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
masalah BDKT maka materi tersebut sudah banyak yang tidak sesuai
lagi dengan kondisi saat sekarang.
Mengingat kondisi-kondisi yang telah diuraikan di atas, maka perlu
kiranya disusun pedoman pengawasn BDKT yang baru yang
materinya disuaikan dengan perubahan dan perkembangan peraturan
perundang-undangan dibidang BDKT dan perlindungan konsumen.
Dengan adanya pedoman pengawasan BDKT ini diharapkan agar
didalam pelaksanaan pengawasan BDKT, khususnya di lingkungan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan akan dapat tercapai satu
bahasa dalam menafsirkan, memahami system dan langkah-langkah
pelaksanaan pengawasan BDKT, sehingga dapat terjamin kebenaran
BDKT serta kontinuitas arus perdagangan BDKT dalam mencapai
sasaran tertib ukur yang pada gilirannya akan dapat menciptakan
perlindungan konsumen.
B. Deskripsi Singkat
Mata diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang
konsep dasar BDKT, pengawasan BDKT , serta pengujian
kebenaran Barang Dalam Keadaan Terbungkus
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah
mengikuti
mata
diklat
ini
peserta
peserta
mampu
Materi Pokok :
1. Konsep Dasar Barang Dalam Keadaan Terbungkus.
b.
Terbungkus
1.1. Pengawasan.
1.2. Penandaan
1.3. Perbuatan yang dilarang dan sanksi
1.4. Tindakan preventif dan represif.
3.1. Pemeriksaan Penandaan
3.2. Metode Pengambilan Sampel
3.3.
BAB II
KONSEP DASAR
BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pentingnya kemasan
2. Menjelaskan pengertian Barang Dalam Keadaan Terbungkus..
3. Menjelaskan penerapan Barang Dalam Keadaan Terbungkus
Bila
suatu barang dijual berdasarkan ukuran berat atau isi atau jumlah
dalam bungkusan, karena tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya
selain daripada membuka bungkusan atau akan menerima begitu saja
tentang isinya. Ukuran besar kecilnya bungkusan tidak selalu
memberikan anggapan yang benar tentang ukuran, berat bersih, isi
bersih atau jumlahnya. Tanpa memberitahukan atau menonjolkan
ukuran, berat bersih, isi bersih atau jumlah akan menimbulkan keraguraguan bagi pemakai barang (konsumen) dalam membeli BDKT. Oleh
karena itu perlu diwajibkan pencantuman tentang ukuran, berat bersih,
isi bersih dan jumlah yang sebenarnya terhadap Barang Dalam
Keadaan Terbungkus dengan jelas, terang serta mudah dibaca pada
setiap kemasannya.
yang
disukai
oleh
konsumen.
Kemasan
harus
Label halal.
pengertian
ditempelkan/dicantumkan
etiket/label
pada
adalah
BDKT
keterangan
bertuliskan
data
yang
yang
perundang-undangan
sesuai
dengan
masing-masing
bidang.
C. Penerapan Aturan Barang Dalam Keadaan Terbungkus
Penerapan pengawasan BDKT selanjutnya bukan hanya berlaku
terhadap barang kemasan yang pengertian secara harfiahnya selalu
harus merusak cara menggunakan isinya tetapi juga terhadap barang
yang dinyatakan dalam jumlah ataupun ukuran dalam label atau
etiketnya.. Penerapan aturan BDKT ini berlaku bagi :
1. BDKT yang penetapan harganya didasarkan atas ukuran atau
takaran atau timbangan yang ukuran bersih, isi bersih, berat bersih
atau netto-nya sama dengan atau lebih dari 5 mm, 5 mL atau 5
gram.
Contoh : kopi sachet, tabungLPG, minuman botol, minyak goreng
kemasan, mie kemasan, dan lain sebagainya.
LPG 3 kg
Minuman Botol
Jumlah
hitungan
nn
Banyak
dijumpai
akhir-akhir
ini
terutama
dalam
11
D. Rangkuman
Perkembangan produk yang dibungkus atau dikemas dewasa ini
sudah sangat pesat, setiap perusahaan berusaha untuk menjual atau
memasarkan hasil produksinya dalam bentuk BDKT, karena lebih
efisien dan efektif dalam pemasarannya, lebih mempunyai daya jual,
lebih terjamin dari segi kesehatan, serta terjamin dari segi hokum
karena memenuhi ketentuan sehingga sah dan terjamin kebenaran
kuantitasnya dan sah digunakan dalam transaksi perdagangan.
Untuk hal itu maka aturan penerapan ketentuan pelabelan pada
Barang Dalam Keadaan Terbungkus diberlakukan bukan hanya
terhadap barang yang dibungkus dan dikemas secara tertutup atau
disegel tetapi juga diberlakukan terhadap barang yang secara nyata
dinyatakan jumlah ukuran, kuantitas dan kesatuan ukurannya.
E. Latihan
1. Sebutkan
aspek
aspek
yang
melandasi
pentingnya
BAB III
PENGAWASAN
BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus.
2. Menjelaskan penandaan pada kemasan Barang Dalam Keadaan
Terbungkus..
3. Menjelaskan perbuatan yang dilarang dan sanksi penyitaan
4. Menjelaskan tindakan preventif dan represif yang bisa dilakukan oleh penera.
A. Pengawasan
Dalam pengawasan barang dalam keadaan terbungkus hal hal
pokok yang perlu diatur adalah subyek, obyek, dan tempat
pengawasan.
i. Subyek Pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus
(BDKT) meliputi semua barang kemasan yang disimpan,
diedarkan ditawarkan atau dipamerkan untuk dijual
di dalam
negeri.
ii. Obyek Pengawasan BDKT meliputi kebenaran penandaan ,
kebenaran ukuran, isi bersih, berat bersih atau jumlah
hitungannya.
iii. Tempat-tempat pengawasan
13
B. Penandaan
Semua
Barang
Dalam
Keadaan
Terbungkus
(BDKT)
yang
Sedangkan jika BDKT tersebut berasal dari luar negeri atau diimpor
maka ketentuan penandaannya :
Jika BDKT-nya tidak dilengkapi sebagaimana butir diatas,
maka importir/agen wajib melengkapinya dengan keterangan
sesuai point diatas;
Menggunakan satuan atau lambang satuan bukan SI, maka
importir/agen wajib mencantumkan konversi satuannya
kedalam system SI yang berlaku di Indonesia.
Keterangan yang tercantum dalam BDKT harus dicetak langsung
pada pembungkusnya atau dapat berupa etiket yang dicetak, distensil
atau diketik yang dilekatkan pada barang atau bungkusan itu sendiri
dengan singkat, jelas, kontras dibuat dengan angka dan huruf cetak
latin serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Atas barang dalam keadaan terbungkus yang penetapan harganya
didasarkan pada takaran atau timbangan, dalam menyatakan isi
bersih atau berat bersihnya harus dicantumkan kata Isi Bersih atau
Netto. Ketentuan ini dikecualikan atas barang dalam keadaan
terbungkus yang isi bersih atau berat bersihnya sama dengan atau
kurang dari 20 mL atau 25 gram.
dilarang
menjual,
menawarkan
untuk
dibeli
atau
15
dapat
(sepuluh)
bungkus
dari
setiap
jenis
BDKT
dengan
mewakili
jumlah
barang
bukti
BDKT
harus
dapat
17
pelanggaran
mengenai
kebenaran
kuantitas
dan
pernah
dilkakukan
pembinaan
terhadap
produsen/pengemas BDKT;
b. Belum pernah diperingatkan;
c. Bukan merupakan BDKT yang diadukan oleh konsumen.
Bentuk penindakan preventif adalah :
-
b. Tindakan Represif
Tindakan represif terhadap pelanggaran BDKT dapat dilakukan
apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut :
a. Perusahaan pengemas BDKT sudah pernah diperingatkan
sebanyak 2 kali;
kuantitasnya kurang.
E. Rangkuman
Dalam pengawasan BDKT terdapat dua hal penting yang harus
dilakukan seorang penera jika menemui BDKT yang secara nyata
tidak memenuhi ketentuan penandaan maupun kebenaran kuantitas
yaitu melakukan tindakan secara preventif dan represif. Tindakan
preventif sifatnya lebih mengarah ke penyuluhandan pembinaan
mengenai pelaksanaan pengawasan BDKT, sedangkan tindakan
represif juga perlu dilakukan jika memang tindakan preventif tidak bisa
lagi dilakukan, jika hal ini terjadi maka pelaksanaan tindakan represif
dapat berupa sanksi hukum yang berlaku di negara kita.
Pada
maupun
keuntungan.
19
F. Latihan
1. Jelaskan ketentuan penandaan yang harus dicantumkan dalam
kemasan BDKT ?
2. Jelaskan dua tindakan yang harus dilakukan terhadap BDKT yang
secara nyata telah melanggar ketentuan kebenaran kuantitas
BDKT?
BAB IV
PENGUJIAN KEBENARAN
BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu :
1. Melakukan pemeriksaan pelabelan Barang Dalam Keadaan Terbungkus.
2. Melakukan pengujian kuantitas kebenaran Barang Dalam Keadaan
Terbungkus padat.
3. Melakukan pengujian kuantitas kebenaran Barang Dalam Keadaan
Terbungkus cair.
Dalam penerapan pengawasan BDKT terdapat dua hal pokok yang harus
dilaksanakan yaitu pemeriksaan penandaan yang tercantum dalam
kemasan BDKT serta pengujian kebenaran terhadap kuantitas,isi, maupun
satuan ukuran dari BDKT.
A. Pemeriksaan penandaan
Pemeriksaan ini dilakukan terhadap BDKT sebelum dilakukan
pengujian kebenaran kuantitas, dimana pemeriksaan ini adalah
melihat dan memeriksa suatu keterangan yang tercantum pada
kemasan BDKT yang menyatakan :
Nama barang dalam bungkusan;
Ukuran, isi atau berat bersih atau netto dengan satuan atau
lambang satuan Sistem Internasional (SI);
Jumlah barang dalam bungkusan, jika barang itu dijual
dalam hitungan;
21
yang membungkus.
Pemeriksaan dilakukan dengan mencocokan semua keterangan yang
tercantum dalam kemasana dengan keadaan sebenarnya dari BDKT
dimaksud.
Kurang dari 25
0,01
25 s/d 1000
0,1
1,0
2,0
untuk pengujian
kuantitas BDKT
timbangan kelas F 2.
Pengambilan sampel di tempat pengemasan dilakukan setelah BDKT
tidak mengalami penyusutan dan pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan tidak sistimatik. Jumlah sampel untuk kepentingan pengujian
dengan metode sampling acak ditentukan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Tanpa Merusak
Tabel 2
Jumlah BDKT
yang mempunyai
kesalahan negatif
Diterima
Ditolak (d)
(c)
3
4
Ukuran Lot
Jumlah
Sampel
50
80
0.295
125
0,234
Faktor
Keamanan
K
0,379
23
Faktor
kesalahan
Ukuran Lot
Jumlah
Sampel
N
100 s/d 500
n
8
13
0,847
20
0,640
k
1,237
c. Apabila ukuran lot (N), lebih kecil dari 99, diatur sebagai berikut:
Tabel 5
Ukuran
Lot
N
Jumlah
Sampel
n
50 s/d 99
25
15 s/d 49
15
0,762
100 %
0,762
15
Faktor
kesalahan
k
0,558
Ukuran
Sampel
50
80
125
Faktor Koreksi
Sampel
1
t1
n
0,379
0,295
0,234
Jumlah BDKT
yang mempunyai
kesalahan negative
3
5
7
25
Tabel 7
Batas Kekeliruan (T)a
Persen dari Qn
g atau mL
0 s/d 50
50 s/d 100
4.5
4.5
15
1.5
150
-
1000 g atau mL
Qn > 5 m
Persen dari Qn
Semua nilai Qn
Persen dari Qn
Qn
50 item
Persen dari Qn
Qn
50 item
1b
Menghitung nilai T dengan mengalikan kuantitas nominal dengan 1%
dan dibulatkan ke nilai diatasnya. Nilai tersebut mungkin akan lebih besar
dari 1% karena dibulatkan tetapi hal ini dapat diterima karena menyangkut
keutuhan item produk tersebut yang tidak dapat dibagi.
b
- ATW
= Netto
27
nominalnya
Qn = 500g dan ATW = 8 g, menentukan kesalahan
sampelnya adalah sbb:
Gross
Weight
ATW
(1)
(2)
Aktual
Kuantitas
(Netto)
(3) = (1) (2)
510 g
8g
502 g
500 g
+2g
506 g
8g
498 g
500 g
-2 g
Kuantitas
Nominal
(Qn)
(4)
Kesalahan
individual
sampel
(5) = (3) (4)
TPE
dengan
jumlah
sampel
(n)
untuk
Batas
kesalahan
sampel
(SEL)
29
liter),
sementara
metode
yang
praktis
dan
mudah
adalah dengan
menggunakan rumus :
=W/V
Dimana :
Jenis (density)
Untuk itu sangat penting untuk mengetahui terlebih dahulu berat jenis
atau density dari cairan BDKT yang akan dilakukan pengujian :
Cara untuk mengetahui berat jenis dari BDKT adalah :
1. Dengan
menggunakan
data
yang
ada
dari
perusahaan
31
Jawab :
W=
E. Rangkuman
Prosedur pengujian kebenaran kuantitas BDKT ditentukan sebagai
dasar acuan untuk mengetahui suatu produk BDKT yang diproduksi
oleh suatu perusahaan apakah telah memenuhi semua ketentuan
tentang BDKT baik ketentuan pelabelan maupun ketentuan tentang
kebenaran kuantitas isinya. Kebenaran kuantitas yang sesuai dengan
yang tercantum dalam label bukan hanya untuk BDKT bentuk padat
tetapi juga berlaku untuk BDKT bentuk cairan. Oleh karena itu
seorang penera juga harus mampu melakukan konversi volume cairan
BDKT ke dalam bentuk bersatuan massa atau berat.
F. Latihan
1. Jelaskan persamaan BDKT yang diajadikan sampel dalam satu lot
produksi ?
2. Jelaskan bagaimana mengkonversi satuan dalam volume ke dalam
satuan dalam bentuk berat ?
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) merupakan produk
barang bungkusan yang dibuat dan dihasilkan oleh perusahaan untuk
mempermudah
distribusi
dalam
pemasarannya.
Perkembangan
produk yang dibungkus atau dikemas dewasa ini sudah sangat pesat,
setiap perusahaan berusaha untuk menjual atau memasarkan hasil
produksinya dalam bentuk
dalam
transaksi perdagangan.
Pengawasan BDKT disaat ini adalah merupakan tantangan yang berat
bagi jajaran kemtrologian sebab perkembangan teknologi mau tidak
mau juga mendorong juga meningkatkan keberagaman jenis barang
kemasan yang pada ujungnya setiap penera harus mampu melakukan
pengawasan BDKT dengan baik guna menuju tertib ukur di segala
bidang. Selain pengawasan, pembinaan dan penyuluhan tentang
BDKT juga menjadi tantangan bagi penera sebab masih banyak
perusahaan produsen BDKT yang belum memahami sepenuhnya
peraturan tentang Barang Dalam Keadaan Terbungku. Dengan
kemauan
dan
berpedoman
pada
peraturan
yang
ada
maka
33
B. Tindak Lanjut
Seiring dengan perkembangan teknologi dan perdagangan yang
berhubungan
dengan
barang
kemasan,
maka
merupakan
LAMPIRAN
Cerapan Pengujian BDKT
A. Informasi Umum
Nama Produk
:
_______________________________________________________
Merk Dagang
:
_______________________________________________________
Diproduksi oleh
:
_______________________________________________________
Kapasitas produksi/jam
:
_______________________________________________________
Diuji oleh
:1.
_____________________________________________________
2.
_____________________________________________________
Lokasi Pengujian
:
______________________________________________________
Tanggal Pengujian
:
______________________________________________________
B. Informasi Label
Netto (Qn)
: ______
C. Informasi Pengujian
BKD
Faktor Keamanan (k)
Rata-rata Berat Tara (ATW)
: T1
: ______________
T2
: ______________
: _____________________
: _____________________
35
BERITA ACARA
Nama
Pangkat :
, NIP
, Jabatan
37
Hasil Pengujian
No
Nama
BDKT
Netto
Sesuai
Label
Jumlah
Sampel
yang
diambil
Penandaan
Label
Sala Bena
h
r
Kuantitas Nominal
Ditolak
Diterima
Yang menyaksikan
Pemeriksa/Penguji
1. . . . . . NIP.
2.. . . .
NIP.
KOP
Nama Perusahaan
Alamat
Dijual oleh/Tanggal
Hasil Pengujian
:
:
29,
dan
31
Indonesia
Nomor
tentang
Metrologi
Undang-Republik
2
Tahun
1981
Legal
dan
maka
cara
pelabelan
dan
DITERIMA
sesuai
39
Nomor
Nama
BDKT
Bandung,
Direktur Metrologi,
.
NIP. ..
KOP
Nama Perusahaan
Alamat
Dijui oleh/Tanggal
Hasil Pengujian
:
:
29,
dan
31
Indonesia
Nomor
tentang
Metrologi
Undang-Republik
2
Tahun
1981
Legal
dan
maka
cara
pelabelan
dan
41
Nomor
Nama BDKT
Kelompok
Isi bersih/Berat
bersih/
Jumlah
hitungan/Netto
Bandung,
Direktur Metrologi,
.
NIP. ..
Lampiran V
DAFTAR PUSTAKA
Menperindag
No:
61/MPP/Kep/2/1998
tentang
Penyelenggaraan Kemetrologian
3. Kep Menperindag No: 251/MPP/Kep/6/ 1999 tentang Perubahan
Kep Menperindag No: 61/MPP/Kep/2/1998 Pasal I.2
4. Kep Dirjen Dagri No: 31/DJPDN/Kep/XI/ 1999 tentang Pedoman
Pengawasan BDKT
5. Quantity of product in prepackages, OIML R87 Edition 2004 (E)
6. Labeling requirements for prepackaged products, OIML R79
Edition 1997 (E)
Principles of metrological supervision, OIML D9 Edition 2004 (E)
43
BIODATA PENULIS
ADI CANDRA PURNAMA, ST, lahir di Malang
pada tanggal 27 Agustus 1972 , lulus dari
Fakultas
Teknik
Jurusan
Teknik Mesin
Universitas Brawijaya Malang pada tahun 1997
dan ditahun yang sama bekerja di PT. Dirgantara
Indonesia sebagai Material Process Engineer
sampai tahun 2003. Pada tahun 2005 menjadi
Pegawai Negeri Sipil di Balai Diklat Metrologi
Departemen Perdagangan Bandung sebagai
calon widyaiswara , pernah mengikuti Diklat
Fungsional Penera tahun 2006 dan pernah mengikuti APEC / APLMF
Train The Trainer Course On The Verification Of Mechanical Weighing
Scale di Tahiland pada bulan Mei tahun 2008 . Sejak tahun 2007 sampai
sekarang telah diberi tugas mengajar di Diklat Fungsional Penera
Berjenjang Tingkat Dasar, Diklat Fungsional Pengamat Tera dan Diklat
Fungsional Pranata Laboratorium, mata diklat yang diajarkan adalah
Peneraan Ukuran Massa, Mekanika Teknik, Matematika, Kalibrasi Standar
Massa dan Pembimbing Praktikum BDKT. Sejak tahun 2006 bertanggung
jawab sebagai pengelola Laboratorium Massa dan Timbangan di Balai
Diklat Metrologi Bandung Departemen Perdagangan.