Anda di halaman 1dari 24

Kemasan

Aspek-aspek yang melatarbelakangi mengapa


kemasan diperlukan dalam perdagangan:
 Pemasaran
 Kesehatan
 Hukum (Legalitas)
Aspek pemasaran
Kemasan harus menjamin kepuasan konsumen
dengan cara:
a. Mudah cara membuka bungkusannya
b. Dapat menjadi wadah sementara bila isi yang
dipergunakan tidak langsung habis
c. Menarik perhatian
d. Mudah dalam transportasi dan distribusi
e. Kemasan tidak mudah rusak
f. Dapat di daur ulang
Aspek kesehatan
 Kemasan harus dapat melindungi isi dengan baik.
 Terbuat dari bahan-bahan yang tidak berbahaya bagi
kesehatan manusia
Aspek hukum
Kemasan harus memenuhi ketentuan dan
mengakomodasikan peraturan-peraturan yang
berlaku, seperti:
 Pencantuman berat atau volume bersih (netto) isi
 Penulisan kandungan bahan yang isi kemasan
 Label sertifikasi halal dan SNI
 Label tentang sertifikasi kesehatan dan keselamatan
PENGERTIAN BDKT
barang yang ditempatkan dalam bungkusan
atau kemasan tertutup yang untuk
mempergunakannya harus merusak
pembungkusnya atau segel pembungkusnya
Payung hukum bdkt
 UUML (UNDANG-UNDANG METROLOGI LEGAL)
Pasal 22, 23, 24
 SK Menperindag No. 61 tahun 1998 tentang
Penyelenggaraan Kemetrologian
 SK Menperindag No 251 tahum 1999 tentang
perubahan SK Menperindag No. 61 tahun 1998
 SK Dirjen PDN No 31 tahun 1999 tentang Pedoman
Pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus.
Pasal 22 uuml
(1) Semua barang dalam keadaan terbungkus yang
diedarkan, dijual, ditawarkan atau dipamerkan wajib
diberitahukan atau dinyatakan pada bungkus atau pada
labelnya dengan tulisan yang singkat, benar dan jelas
mengenai :
a. Nama barang dalam bungkusan itu;
b. Ukuran, isi, atau berat bersih barang dalam
keadaan terbungkus itu dengan satuan atau
lambang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4, Pasal 5, dan Pasal 7 Undang-undang ini;
c. Jumlah barang dalam bungkusan itu jika barang
itu dijual dengan hitungan
pasal 23 uuml
(1) Pada tiap bungkus atau label sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 Undang-undang ini wajib
dicantumkan nama dan tempat perusahan yang
membungkus.

(2) Semua barang yang dibuat atau dihasilkan oleh


perusahaan yang dalam keadaan tidak terbungkus,
maka perusahaan yang melakukan pembungkusan
diwajibkan memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 Undang-undang ini serta
menyebutkan nama dan tempat kerjanya.
Pasal 24 uuml
 Pengaturan mengenai barang-barang dalam
keadaan terbungkus sesuai Pasal 22 dan Pasal 23
Undang-undang ini diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri.
SURAT KEPUTUSAN
MENPERINDAG RI
NOMOR 61 TAHUN 1998
 Pasal 41 ayat 1:
BDKT yang pembungkusannya dilakukan di dalam
negeri; yang diedarkan, dijual, ditawarkan atau
dipamerkan untuk dijual, wajib ditandai dengan suatu
keterangan yang menyatakan nama barang, jumlah
isinya dalam hitungan, ukuran, isi bersih, berat bersih
dalam satuan atau lambang satuan SI, nama dan
alamat perusahaan pada label etiket yang dilekatkan
atau disertakan pada barang atau bungkus barang atau
pada bungkusnya sendiri.
SURAT KEPUTUSAN
MENPERINDAG RI
NOMOR 61 TAHUN 1998
 Pasal 41 ayat 2 dan 3:
(2) BDKT yang berasal dari impor, dijual, ditawarkan
atau dipamerkan untuk dijual di Indonesia dalam
bungkus aslinya tidak terdapat keterangan tentang
ukuran, isi bersih, jumlah isi dalam hitungan, maka
importir wajib memberikan keterangan tersebut.

(3) Bila pada BDKT sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) terdapat keterangan yang menyatakan ukuran,
isi bersih tidak dalam satuan SI atau lambang SI,
maka importir wajib memberikan konversinya
dalam satuan atau lambang satuan SI.
Pasal 42 SK Menperindag no 61
/1998
 Keterangan yang menyatakan nama barang dalam
bungkusan, ukuran, isi bersih, berat bersih atau
jumlah isi dalam hitungan serta alamat perusahaan
yang membungkus dapat dicetak langsung pada
pembungkusnya atau dapat berupa etiket yang
dicetak, distensil, diketik atau ditulis tangan yang
dilekatkan pada pembungkusnya atau dengan label
yang disertakan pada pembungkusnya.
Pasal 43 SK Menperindag no 61
/1998
 Keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
harus singkat dan jelas, dibuat dengan angka Arab dan
huruf cetak lain, menggunakan bahasa indonesia yang
baik, tidak mudah terhapus atau hilang dan mudah
dibaca jika dibandingkan dengan tulisan lain yang
terdapat pada bungkus, etiket atau labelnya.
Pasal 44 SK Menperindag no 61
/1998
 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41,
Pasal 42 dan Pasal 43, Keputusan ini tidak berlaku
terhadap barang yang dijual dalam keadaan
terbungkus yang isinya berupa panganan atau
makanan yang menurut kenyataannya mudah basi
atau tidak tahan lebih dari 7 (tujuh) hari.
Pasal 45 SK Menperindag no 61
/1998
(1) BDKT yang penetapan harganya didasarkan pada ukuran
atau takaran atau timbangan dalam menyatakan isi
bersih atau berat bersihnya harus dicantumkan kata “isi
bersih” atau “berat bersih” atau “netto”.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikecualikan atas BDKT yang isi bersih atau berat
bersihnya sama dengan atau kurang dari 20 mililiter
atau 25 gram.

(3) BDKT yang penetapan harganya tidak didasarkan


ukuran, takaran atau timbangan, dalam menyatakan
isinya harus dicantumkan jumlah hitungan.
Pasal 46 SK Menperindag no 61
/1998
 Barang-barang yang secara nyata tidak dibungkus
tetapi penetapan barangnya dinyatakan dalam satu
kesatuan ukuran diperlakukan ketentuan-ketentuan
sebagaimana yang berlaku atas BDKT.
Penerapan perlakuan bdkt
 Diberlakukan pada barang yang dikemas. Dimana
untuk memanfaatkan barang tersebut, kemasan
pembungkus harus dirusak.
 Barang yang dinyatakan dalam jumlah ataupun ukuran
dalam label atau etiketnya.
 Contohnya: minuman kemasan, mi instant, rokok, pipa
dll
Sk dirjen pdn No 31 thn 1999
 Mengatur tentang pedoman pengawasan dan metode
pengujian terhadap BDKT yang landasan acuan
utamanya adalah sesuai OIML R 79 danR 87.
 OIML R 79 Tahun 1997 : Ketentuan Pelabelan Untuk
Produk Barang Dalam Keadaan Terbungkus (Labelling
Requirements for Prepacked Products).
 OIML R 87 Tahun 2004 : Kuantitas Produk BDKT
(Quantity of Product in Prepakages)
 Ketentuan OIML R 87 tahun 2004 adalah pedoman
terakhir yang digunakan dalam pengawasan BDKT.
 Pada saat ini Ketentuan yang digunakan dalam
Pengawasan BDKT didaerah Indonesia masih mengacu ke
SK Dirjen No.31 th.1999 yang masih mengacu OIML R 87
tahun 1997.
 Secara umum tidak ada perbedaan berarti, dimana
perbedaan utamanya untuk tahun 2004 sudah tidak ada
lagi pengujian sampling ganda, hanya digunakan
sampling tunggal.
Penerapan perlakuan bdkt
 Untuk barang-barang yang memiliki ukuran
netto sama atau lebih dari 5 ml, 5 mg dan 5 mm.
 Contoh:
 Untuk barang yang dalam penetapan
harganya mencantumkan jumlah
hitungan.
 Contoh:

Jumlah
hitungan
 BDKT yang isinya makanan atau minuman yang
menurut kenyataannya tidak mudah basi atau
tahan lebih lama dari 7 (tujuh) hari.
 Contoh:
 Barang-barang yang secara nyata tidak
dibungkus, tetapi penetapan barangnya
berdasarkan satu kesatuan ukuran.

Anda mungkin juga menyukai