Anda di halaman 1dari 60

F

{at
a>

JENDERAL
DIREKTORAT DALAMNEGERI
PERDAGANGAN
t:t -
- rl
J l . M . l .R i d w a nR a i sN o . 5 J a k a r t a1 0 11 0
DEPARTEMEN PERDAGANGAN rel. O21-23528520 (Langsung)
REPUBLIK INDONESIA T e l .0 2 1 - 3 8 5 8 1 7(1S e n t r a l )F, a x .0 2 1 - 3 8 5 7 3 3 8

KEPUTUSAN
D A L A MN E G E R I
D I R E K T U RJ E N D E R A LP E R D A G A N G A N
NOMOR S4lwq l,ffiP/5 /2o1o
TENTANG
SYARATTEKNISTANGKIUKUR MOBIL

D A L A MN E G E R I ,
D I R E K T U RJ E N D E R A LP E R D A G A N G A N

Menimbang a. bahwa untuk melaksanakanketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri


PerdaganganNomor 08/M-DAGlPERl3l2O10 tentang Alat-alat Ukur,
Takar, Timbang,dan Perlengkapannya (UTTP)Yang Wajib Diteradan
DiteraUlang,perlumengatursyaratteknistangkiukur mobil;
b, bahwa penetapansyaratteknistangkiukur mobil,diper lukan untuk
mewujudkankepastianhu.kumdalam pemeriksaan,. pengujian,dan
n ngkiukur m obilsebagaiupaya menjaminkebenaran
p e n g g u n a ata
pengukuran volumecairanstatis;
c. pertimbangan
bahwaberdasarkan dimaksud
sebagaimana dalamhurufa
dan huruf b, perlu menetapkanKeputusan Direktur Jenderal
DalamNegeri;
Perdagangan

Mengingat 1. Nom or 2 Tahun 1981 tentang Metr ologiLegal


U n d a n g -U n d ang
(L e mb a ra nN e gar a RepublikIndonesiaTahun 1981 Nom or 11
T a mb a h aLne mbar anNegar aRepublik Nomor3193) ;
Indonesia
Konsum en
Nomor8 Tahun1999tentangPer lindungan
2 . U n d a n g -U n d ang
(L e mb a ra nN e gar a RepublikIndonesiaTahun 1999 Nomor 42
Tambahan Lembaran NegaraRepublik Nomor3821)',
Indonesia
3. Undang-Undang Nomor21 Tahun2001tentangOtonomiKhususBagi
ProvinsiPapua (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun 2001
N o mo r1 3 5 ,T ambahan Negar aRepublikIndonesia
Lem bar an Nom or
4151)sebagaimana telahbeberapakalidiubahterakhirdenganUndang-
U n d a n gN o mo r35 Tahun2008( Lembar an Negar aRepublikIndo nes i a
T a h u n 2 0 0 8 Nomor 112, Tam bahanLem bar anNegar a Republ i k
lndonesiaNomor4884\',
Nom or32 Tahun2004tentangPem er intahan
4 . U n d a n g -U n d ang Da er ah
(LembaranNegara RepublikIndonesiaTahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4437)
se b a g a i ma ntelah
a beber apakali diubahter akhirdenganUndang-
U n d a n gN o mo r12 Tahun2008( Lem bar an Negar aRepublikIndones i a
T a h u n2 0 0 8N o m or59,Tam bahan Negar aRepublik
Lem bar an Indones i a
Nomor4844\'.
Ac eh
Nom or11 Tahun2006 tentangPemer intahan
5 . U n d a n g -U n d ang
(L e mb a ra nN e gar a RepublikIndonesiaTahun 2006 Nom or 62
T a mb a h aLne m bar an Republik
Negar a Nomora633) ;
Indonesia
Jend.eral
Direktut
Keputusan DalamNegeri
Perdagangan
Nil;;, l4z"N&eP/1r2o1o

o. Undang-Undang Nomor29 Tahun2007tentangPemerintahan Provinsi


Daerah Khusus lbukota JakartaSebagailbukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Lembaran NegaraRepublikIndonesiaTahun2007
N o mo r9 3 , T a mbahanLem bar anNegar a Indonesia
Republik Nom or
4744),
7 . PeraturanPemerintahNomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan
Pembebasan UntukDiteradan/atauDiteraUlangSertaSyarat-syarat
BagiAlat-alatUkur,Takar,Timbang,dan Perlengkapannya (Lembaran
N e g a raR e p u b likIndonesia Tahun1985Nomor4, Tam bahan Lem bar an
N e g a raR e p u b likIndonesiaNomor3283) ;
8 . P e ra tu raP Nomor10 Tahun1987tentangSatuanTur unan,
n e mer intah
SatuanTambahan, dan SatuanLainYang Berlaku(Lembaran Negara
Tahun1987Nom orlT,Tambahan
R e p u b l ilkn d o nesia Lem bar anNegar a
R e p u b l iIn Nomor3351) ;
k d o n esia
v . Peraturan Pemerintah Nomor38 Tahun2007tentangPembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah,PemerintahanDaerah dan
Provinsi,
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
In d o n e siTaa h un2007Nom or82,Tam bahan Negar aRepubl i k
Lem bar an
lndonesia Nomor4737)',
* 1 0 . Peraturan Presiden Nomor10 Tahun2005tentangUnitOrganisasi dan
T u g a sE se l o nI Kementer ian Indonesia
Negar aRepublik sebagai m ana
telahbeberapa denganPeraturan
kalidiubahterakhir PresidenNomor50
T a h u n2 0 0 8 ;
1 1 KeputusanPresidenNomor 84lP Tahun 2009 tentangPembentukan
KabinetIndonesia Bersatull;
1 2 . Peraturan PresidenNomor47 Tahun2009tentangPembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara;
1 3 . Keputusan Menteri Perindustriandan Perdagangan Nomor
61/MPP/Kepl2l1998tentang Penyelenggaraan Kemetrologian
sebagaimana telahdiubahdenganKeputusan dan
MenteriPerindustrian
Perdagangan Nomor251IMPPlKep/6/1 999;
14. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
635/MPP/Kepl10 12004tentangTandaTera;
15. PeraturanMenteriPerdagangan Nomor01/M-DAG|PER|3120O5tentang
OrganisasidanTataKerjaDepartemen sebagaimana
Perdagangan telah
MenteriPerdagangan
beberapakali diubahterakhirdenganPeraturan
Nomor24lM-DAG/PER/6/2009;
16. PeraturanMenteriPerdagangan tentang
Nomor50/M-DAG/PER/10/2009
UnitKerjadanUnitPelaksana Legal;
TeknisMetrologi
MenteriPerdagangan
1 7 . Peraturan 0/2009tentang
Nomor51/M-DAG/PER/1
UnitPelaksana
P e n i l a i aTne rh adap Te k ni s
Teknisdan UnitPelaksana
DaerahMetrologi Legal;
1 8 . Peraturan MenteriPerdaganganNomorO8/M-DAG tentang
lPERl3l2010
Alat-alatUkur, Takar, dan
Timbang, Perlengkapannya(UTTP)Yang
WajibDiteradanDiteraUlang;
Jenderal
Direktur
Keputusan DalamNegeri
Perdagangan
Nomor'.34/p\NfKEp
/t /za1a

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERTAMA
St"ilii:HiJili l?::f,ff'35i#tffi?:l?HT:l#':"ffiH[1 Dalam
dari KeputusanDirekturJenderalPerdagangan
tidak terpisahkan
N e g e rii n i .
KEDUA : ST TUM sebagaimana dimaksuddalam Diktum PERTAMAmerupakan
pedomanbagi petugasdalammelaksanakankegiatantera dan tera ulang
sertapengawasan
TUM.
KETIGA : Keputusan DalamNegeriini mulaiberlaku
DirekturJenderalPerdagangan
padatanggalditetapkan.

di Jakarta
Ditetapkan
padatanggal1 Uaret 2010

JENDERAL
DIREKTUR
NEGERI.
DAL,AM
PERDAGANGAN

1t
II

SUBAGYO
L A M P I R A NK E P U T U S AD
NIR E KTUR
JENDERAL
PERDAGANGAN
DALAMNEGER I
NOMOR : 34/PT,N/KEP/3/2a1}
TANGGAL: J Mb.ret2010

Daftarlsi
B A BI Pendahuluan
1.1 . L a ta rB e l a kang
1 .2 . Ma ksu d a nTujuan
1 .3 . P e n g e rti a n
BABll Persyaratan
Administrasi
2 . 1 . R u a n gL i n g k u p
2.2. Penerapan
2 .3 . l d e n ti ta s
2.4. Persyaratan
TUMSebelum
Peneraan
BABlll Persyaratan
TekriiSdan Persyaratan
Kemetrologian
3.1. Persyaratan
Teknis
3.2. Persyaratan
Kemetrologian
BABlV Pemeriksaan
dan Pengujian
4 .1 . P e me ri ksa an
4.2. Pengujian
TeradanTeraUlang
BABV Pembubuhan
TandaTera
5 .1 . P e n a n d a aTnandaTer a
5.2. TempatTandaTera
BABVl Penutup

DIREKTUR
JENDERAL
PERDAGANGAN
DALAMNEGERI .

SUBAGYO
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal
adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran
pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian
satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar,
Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan
pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau
tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan


Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera
dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang,
dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah
UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran,
atau penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau
menerima barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir
dalam perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan. Untuk
menjamin kebenaran hasil pengukuran dimaksud dan dalam upaya menciptakan
kepastian hukum, maka terhadap setiap UTTP wajib dilakukan tera dan tera ulang
yang berpedoman pada syarat teknis UTTP.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun syarat teknis UTTP yang wajib
ditera dan ditera ulang yang merupakan pedoman bagi petugas dalam
melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan UTTP.

1.2. Maksud dan Tujuan

1. Maksud
Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan tera
ulang Tangki Ukur Mobil.

2. Tujuan
Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan
tera ulang serta pengawasan Tangki Ukur Mobil.

1.3. Pengertian

Dalam syarat teknis ini yang dimaksud dengan:

1. Tangki Ukur Mobil yang selanjutnya disingkat TUM adalah tangki ukur yang
dapat digunakan untuk piranti pengukuran volume cairan, ditempatkan tetap di
atas landasan mobil atau dihubungkan secara terpisah pada mobil tersebut,
yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa kompartemen.

5
 
2. Sistem ukur statis adalah sistem yang meliputi TUM yang dilengkapi dengan
alat bantu dan alat tambahan yang juga dapat digunakan untuk mengukur
kuantitas cairan dalam tangki misalnya volume pada kondisi kerja atau kondisi
dasar.

3. Alat bantu adalah alat yang memiliki fungsi khusus yang digunakan secara
langsung untuk merinci, mentransmisikan, atau menampilkan hasil-hasil
pengukuran.

4. Alat tambahan adalah bagian atau alat, selain dari alat bantu yang digunakan
untuk memastikan kebenaran pengukuran, memfasilitasi operasi-operasi
pengukuran, atau hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pengukuran.

5. Volume nominal (dari tangki atau kompartemen) adalah volume yang tertera
pada tangki atau kompartemennya.

6. Volume total adalah volume maksimum cairan yang dapat dimuat oleh tangki
atau kompartemen sampai dengan saat meluap dalam kondisi operasi dan
suhu acuan.

7. Volume sebenarnya adalah nilai volume konvensional sebenarnya dari cairan


dalam tangki atau kompartemen pada suhu kerja.

8. Volume yang ditunjukkan adalah nilai volume yang ditampilkan oleh sistem
pengukuran volume.

9. Kesalahan penunjukan volume adalah selisih antara volume yang ditunjukkan


pada tangki atau kompartemen dengan volume sebenarnya.

10. Ruang kosong adalah selisih antara volume total dan volume nominal.

11. Tinggi ruang kosong (ullage height) adalah jarak ruang kosong antara
permukaan cairan ke bibir dom/manhole.

12. Manhole adalah lubang dengan ukuran tertentu yang terletak di bagian atas
TUM pada posisi di bagian tengah kompartemen yang berfungsi untuk
memantau bagian dalam kompartemen/TUM.

13. Pengujian tangki atau kompartemen adalah serangkaian kegiatan untuk


menentukan kapasitas tangki atau kompartemen dengan menggunakan
metode yang memenuhi persyaratan teknis dan metrologi.

14. Tingkat ketinggian cairan adalah tingkat ketinggian permukaan cairan dalam
tangki.

15. Titik acuan (reference point) ketinggian adalah titik awal pengukuran, untuk
ullage berupa titik pada level bibir dom/manhole, untuk tingkat ketinggian
cairan berupa titik pada dasar tangki.

16. Titik acuan atas (Reference Point Top/RPT) adalah titik acuan pada bagian
atas di dalam tangki dengan kondisi operasi normal di atas tinggi cairan.

6
 
17. Titik acuan bawah (Reference Point Bottom/RPB) adalah titik acuan pada
bagian bawah di dalam tangki dengan kondisi operasi normal di bawah tinggi
cairan.

18. Kepekaan tangki adalah perbandingan antara perubahan tinggi cairan dengan
perubahan volume cairan di dalam tangki.

19. Tabel kapasitas tangki adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara
tingkat ketinggian cairan dan volume yang terkandung dalam tangki atau
kompartemen di bawah kondisi acuan.

20. Sekat (baffle) adalah bagian internal dari tangki atau kompartemen, yaitu
dinding partisi atau rintangan di dalam tangki yang dimaksudkan untuk
meredam pergerakan cairan selama perjalanan dan untuk meningkatkan
kestabilan tangki.

21. Rentang pengukuran pada sensor ketinggian adalah rentang antara


penunjukan minimum dan maksimum pada sensor ketinggian.

22. Selang penuh atau selang basah adalah selang atau pipa yang mengandung
cairan produk sebelum dan sesudah transaksi yang biasanya digunakan untuk
penyerahan parsial.

23. Top Loading yang selanjutnya disingkat TL adalah sistem pengisian tangki
atau kompartemen dari atas melalui lubang pengisian pada manhole.

24. Bottom Loading yang selanjutnya disingkat BL adalah sistem pengisian tangki
atau kompartemen dari bawah melalui katup penerimaan/pengeluaran yang
diintegrasikan pada bagian bawah kompartemen ukur.

25. Kondisi kerja adalah kondisi-kondisi saat volume cairan akan diukur pada titik
pengukuran.

26. Kesalahan adalah selisih antara kesalahan penunjukan dan kesalahan intrinsik
pada suatu alat ukur.

27. Kondisi operasi yang ditentukan adalah kondisi-kondisi penggunaan yang


memberikan nilai-nilai besaran pengaruh yang dimaksudkan agar karakteristik
metrologi alat ukur berada dalam batas-batas yang diizinkan.

28. Fasilitas pemeriksaan adalah fasilitas yang menyatu dalam suatu alat ukur dan
dapat mendeteksi serta melakukan tindakan terhadap kesalahan signifikan.

29. Indeks penunjuk baut tera adalah tanda yang menunjukkan volume nominal.

30. Pipa pengosongan adalah pipa yang digunakan untuk pengeluaran cairan
pada TUM TL.

31. Pipa pemasukan/pengeluaran adalah pipa yang digunakan untuk pengisian


dan pengeluaran cairan pada TUM-BL sekaligus sebagai pipa pengosongan.

32. Dip stick adalah alat ukur ketinggian cairan berupa tongkat ukur berskala.

7
 
33. Lemping volume nominal adalah lemping yang memuat tulisan volume nominal
kompartemen TUM dan tempat membubuhkan tanda tera serta tempat
pembubuhan nomor TUM.

34. Plat identifikasi adalah lemping yang memuat data TUM dan identitas pembuat
TUM.

35. Penakaran masuk adalah penakaran dengan cara memasukkan cairan uji dari
bejana ukur standar ke dalam TUM.

36. Penakaran keluar adalah penakaran dengan cara mengeluarkan cairan uji dari
TUM ke bejana ukur standar.

37. Overfill system adalah seperangkat peralatan yang dilengkapi dengan sensor
yang berfungsi sebagai pengaman/pencegah terjadi kelebihan isi di luar batas
toleransi yang diizinkan.

8
 
BAB II
PERSYARATAN ADMINISTRASI

2.1. Ruang Lingkup

Syarat teknis ini berlaku untuk:

1. TUM yang telah memenuhi persyaratan administrasi Izin Tipe atau Izin Tanda
Pabrik;

2. TUM yang dipergunakan sebagai alat ukur untuk:

a. cairan Bahan Bakar Minyak (BBM);


b. cairan nabati;
c. minuman;
d. alkohol;
e. susu; dan
f. cairan kimia.

3. TUM yang bekerja pada tekanan atmosfir dan suhu lingkungan; dan

4. TUM yang berpenampang lingkaran, ellips, gabungan ellips dan segi empat
yang beradius (square-oval).

2.2. Penerapan

Berdasarkan fungsinya, TUM dirancang untuk:

1. pengiriman atau penerimaan hanya kompartemen penuh;

2. pengiriman atau penerimaan volume parsial dari suatu kompartemen;

3. pengukuran otomatik untuk suhu rata-rata pada volume yang dikirim atau
diterima; dan

4. konversi volume otomatis.

2.3. Identitas

1. Tangki harus dilengkapi dengan plat identifikasi yang:

a. terlihat jelas dan mudah dibaca;


b. terbuat dari material yang tahan pada kondisi operasi yang ditentukan pada
tangki dan harus memungkinkan untuk mencantumkan data dengan mudah;
c. dipasang tetap dan sedemikian rupa, sehingga tidak dapat dilepas tanpa
merusak segel dari unit metrologi;

9
 
d. menyediakan tempat untuk pembubuhan cap tanda tera; dan

e. berisi informasi mengenai:


1) nama atau merek dagang dari pabrik pembuat;
2) simbol pabrik;
3) tulisan ”TANGKI UKUR MOBIL”;
4) tipe dan tahun pembuatan (tahun dapat diberikan sebagai bagian dari
nomor seri);
5) nomor seri tangki;
6) nomor seri sistem pengukuran ketinggian (jika ada);
7) nomor izin tipe atau izin tanda pabrik; dan
8) kapasitas nominal tangki dan/atau tiap-tiap kompartemen.

2. Setiap kompartemen harus dilengkapi dengan lemping plat yang berisi


informasi sebagai berikut:

a. tulisan TANGKI UKUR MOBIL, dengan tinggi huruf 15 mm dan tebal 3 mm;
b. nomor kompartemen, dengan tinggi huruf 15 mm dan tebal 3 mm;
c. tulisan VOLUME NOMINAL, dengan tinggi huruf 15 mm dan tebal 3 mm;
d. angka dan huruf yang menunjukkan volume nominal dengan liter, dengan
tinggi angka/huruf 30 mm dan tebal 5 mm;
e. tempat pembubuhan tanda tera, dengan ukuran 15 mm × 30 mm; dan
f. tempat pembubuhan nomor TUM, dengan ukuran 15 mm × 30 mm.

Keterangan tersebut di atas harus dicantumkan dengan menggunakan huruf


dan/atau angka tenggelam dengan lemping volume nominal berukuran
100 mm × 150 mm × 1,5 mm yang ditempatkan pada sisi kiri leher
dom/manhole atau (bagian dalam) tanggul pengaman.

3. Untuk tangki yang dilengkapi dengan dip stick berskala satuan bukan volume
(non-volumetric), dokumen sistem ukur tangki atau setiap kompartemen dapat
diganti dengan plat kapasitas tangki. Plat kapasitas tangki tetap dipasang pada
tangki dengan berisi informasi sebagai berikut:

a. unit metrologi yang melakukan pengujian tangki dan tabel kapasitas tangki
yang sudah disiapkan;
b. nomor SKHP;
c. suhu dasar;
d. jumlah kumparan pemanas (jika ada); dan
e. tabel kapasitas tangki.

2.4. Persyaratan TUM Sebelum Peneraan

1. TUM yang akan ditera harus memiliki Surat Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik;

2. Label tipe harus terlekat pada TUM asal impor yang akan ditera;

10
 
3. TUM yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek
pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik;

4. TUM yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek
pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik dan label tipe untuk TUM asal impor
sebelum ditera; dan

5. TUM yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya.

11
 
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN

3.1 Persyaratan Teknis

TUM terdiri dari satu atau beberapa kompartemen dan setiap kompartemen
dianggap sebagai sebuah tangki yang terpisah dan harus memenuhi syarat
teknis ini. Konstruksi TUM, alat tambahan, dan sistem level gauge yang ada
dalam TUM, harus selaras dengan fungsi tangki sebagai alat ukur dan memenuhi
persyaratan teknis sebagai berikut:

1. Konstruksi TUM.
a. Tiap-tiap tangki harus memiliki dinding tangki dan ujung-ujung serta alat
pengosongan.
b. Bentuk dan cara pemasangan TUM termasuk instalasi alat
pengosongan harus sedemikian rupa, sehingga TUM dapat terkuras
secara keseluruhan.
c. Alat pengosongan harus mempunyai satu atau dua pipa pengosongan
masing-masing dilengkapi dengan katup penghenti.
d. Aliran cairan antara tangki dan pipa pengosongan dapat dihentikan oleh
foot valve.
e. Jika tangki menggunakan dua pipa pengosongan, maka tangki harus
dilengkapi dengan fasilitas penguncian, agar dapat mencegah
penggunaan dari kedua pipa pengosongan secara bersamaan.
f. Tangki dilengkapi dengan pipa pembongkaran dan dapat ditempatkan di
bagian belakang, dengan memenuhi ketentuan pada huruf c dan
huruf d.
g. Tangki dapat dipasang alat pemisahan air.
h. Tangki yang dilengkapi dengan level gauge harus memiliki sebuah dom
dengan dilengkapi manhole yang diletakkan di bagian atas tangki.
i. Tangki yang dilengkapi dengan level gauge mekanik, harus dipasang
tangga yang dapat memberikan akses terhadap dom dan bagian atas
tangki, sehingga memungkinkan petugas untuk melakukan pengukuran
atau memeriksa tangki.
j. Jika TUM dilengkapi dengan level gauge elektronik, maka:
1) akses ke bagian dalam tangki harus dapat dicegah dengan
penyegelan atau cara yang lainnya; atau
2) pemeriksaan visual pada bagian dalam tangki tersebut harus
diupayakan agar pemeriksa dapat melakukan pengukuran atau
pemeriksaan tangki.
k. TUM dapat dilengkapi dengan katup saluran udara dan katup pengaman
atau flame arresters.
l. Tangki yang digunakan untuk mengangkut cairan yang dapat
dikonsumsi, karakteristik struktur dari tangki (bentuk, bahan, dan lain-
lain) tidak boleh mempengaruhi kualitas cairan yang diangkut.

12
 
m. TUM harus memiliki:
1) pipa pembuangan udara (Vapor Return Pipe) untuk menyalurkan
udara dari dalam TUM BL keluar saat dilakukan operasi
pengisian/pembongkaran, tanpa perlu membuka manhole;
2) pressure vacuum valve (PV Valve) berupa katup pada manhole
untuk menjaga kompartemen tangki, agar tidak mengalami
kelebihan tekanan atau kevakuman akibat perubahan volume cairan
karena pemuaian atau penciutan cairan akibat perubahan suhu;
3) free vent yaitu saluran udara pada TUM;
4) bentuk, bahan-bahan, elemen penguat dan metode pembentukan
atau produksi harus dipilih, sehingga pada kondisi operasi yang
ditentukan, tangki tidak dapat terpengaruh oleh lingkungan dan
cairan yang ada di dalamnya; dan
5) tanggul pengaman berupa plat logam yang dipasang keliling di atas
TUM yang berfungsi untuk melindungi alat tambahan di atas TUM
dari kemungkinan kerusakan akibat benturan.
n. Bahan tangki harus memiliki koefisien ekspansi linier kurang dari
33·10−6 K−1.
o. Setiap tangki atau kompartemen harus dibentuk sedemikian rupa,
sehingga tidak ada udara yang terkurung selama pengisian dan tidak
ada cairan yang tertahan selama pengosongan pada sembarang posisi
yang diizinkan untuk penggunaan alat tersebut.
p. Pipa untuk pengeluaran, tetesan, atau ventilasi dapat digunakan untuk
memenuhi persyaratan-persyaratan di atas.
q. Kapasitas TUM berkisar antara 0,5 m3 sampai 50 m3.
r. Kapasitas tangki ukur tidak boleh melebihi 10 % dari yang telah
ditentukan dalam dokumen rancangan.
s. Spesifikasi dari kapasitas nominal harus memperhitungkan regulasi
nasional atau internasional yang menjelaskan volume pengisian
maksimum dari tangki.
t. Tangki harus kuat dan memiliki ketahanan melalui uji keselamatan yang
memadai oleh instansi yang berwenang.
u. Variasi tinggi acuan pada tangki atau tiap kompartemen saat pengisian
tidak boleh melebihi dari 2 mm.
v. Perubahan volume kompartemen tidak boleh melebihi 0,1 % dari volume
nominal ketika kompartemen yang bersebelahan atau kompartemen-
kompartemen diisi atau dikosongkan.
w. Untuk memudahkan pengurasan tangki secara total, tangki dibuat
dengan bentuk yang memadai dan/atau dengan kemiringan minimal
1:50 (1,2°) pada bawah tangki dengan posisi kendaraan pada tanah
datar dan volume cairan yang tertinggal dalam tangki atau kompartemen
setelah pengurasan total tidak boleh melebihi dari 0,05 %.
x. Dom harus dilas dan berada pada bagian yang lebih tinggi dari badan
dengan berbentuk leher dan harus:
1) berbentuk silinder, dengan dinding-samping vertikal;

13
 
2) berdiameter paling sedikit 400 mm serta memungkinkan untuk
pemeriksaan bagian dalam tangki;
3) memiliki dinding samping dan dipasang menembus dinding tangki,
sehingga gelembung udara tidak terbentuk ketika pengisian pada
tinggi pengisian maksimum; dan
4) memiliki dinding samping yang dilengkapi dengan lubang atau
tempat keluar dengan dimensi yang sesuai dan posisi yang cukup
tinggi serta dipasang menembus dinding tangki agar gelembung
udara tidak terbentuk.
y. Penampang melintang dari dinding tangki dan dom harus memiliki
sumbu vertikal yang simetris, dalam hal ini konstruksi lainnya tetap
diizinkan dengan syarat kebenaran pengukuran volume harus tetap
terjamin.
z. Sekat (baffle) dan elemen-elemen penguat yang mungkin dipasang di
dalam TUM harus mempunyai bentuk dan memiliki lubang sedemikian
rupa, sehingga pengisian, pengosongan, dan pemeriksaan kekosongan
TUM tidak terganggu.
Dalam hal telah dilakukan peneraan atas TUM, tidak diperbolehkan untuk
menambahkan atau menghilangkan benda koreksi (dead wood) ke dalam
maupun keluar tangki dengan tujuan mengubah kapasitas tangki.

2. Alat tambahan
Alat tambahan yang terdapat dalam TUM terdiri dari alat pengosongan, alat
pompa eksternal, dan alat lainnya. Alat-alat tersebut dipasang dan
digunakan sesuai dengan cara yang dipersyaratkan.
a. Alat pengosongan
Untuk alat pengosongan, cara pengosongan satu kompartemen dengan
kompartemen lainnya dilakukan secara terpisah dan teknis
konstruksinya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) dapat menjamin pengosongan total dengan cepat dan aman
terhadap cairan yang dimuat di dalam tangki;
2) harus dihubungkan dengan bagian terbawah dari dinding tangki;
3) pipa pengosongan harus sependek mungkin dan mempunyai
kemiringan yang mencukupi terhadap katup penghenti atau stop
valve;
4) kemiringan pipa yang dipersyaratkan minimal 2°;
5) katup penghenti harus mudah dijangkau dan harus diletakkan pada
bagian belakang atau bagian samping tangki;
6) jika tangki terdiri dari satu atau lebih kompartemen ukur, maka tiap-
tiap kompartemen harus diberikan alat penghenti, baik secara
manual maupun otomatis yang diletakkan secara terpisah dalam
setiap saluran pengiriman;
7) pengaruh kemiringan tangki ukur harus simetris, baik dalam arah
longitudinal maupun transversal dan sensor ketinggian harus
diminimalisasikan dengan cara dipasang terpusat, konstruksi
lainnya tetap diizinkan asalkan kebenaran pengukuran volumenya
harus tetap terjamin;

14
 
8) untuk pemeriksaan kekosongan pada tiap-tiap saluran pengiriman,
jika diperlukan dapat dipasang detektor cairan di sekitar titik
terendah dan detektor cairan tersebut dapat berupa perangkat
elektronik atau parangkat optik seperti gelas penglihat; dan
9) alat ventilasi pada sistem ukur TUM harus dilindungi, sehingga tidak
dapat dicabut atau dipindahkan dengan maksud untuk mencegah
pengambilan muatan secara ilegal dari alat ventilasi.

b. Instalasi pengukuran dan pemompaan eksternal


Jika instalasi pengukuran dan pemompaan eksternal dimaksudkan
untuk menghubungkan tangki dengan pemompaan terpisah atau alat
ukur, maka instalasi pengukuran dan pemompaan eksternal tersebut
harus dilengkapi dengan alat kopling yang dapat dilepas yang sependek
mungkin dan mudah untuk dihubungkan atau dilepas.

c. Alat lainnya
Tangki dapat dilengkapi dengan alat lainnya seperti detektor ketinggian
atau alat penghenti ketinggian cairan. Penggunaan alat ini untuk
memfasilitasi pembacaan indeks atau menghentikan aliran secara
otomatis (ketinggian cairan mencapai indeks) diizinkan dengan
ketentuan tidak ada kesalahan pengukuran tambahan yang terjadi.

3. Sistem level gauge


Sistem level gauge harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut:
a. level gauge harus menjamin pembacaan yang aman, mudah, dan tidak
membingungkan, serta penggunaannya tidak dipengaruhi oleh
kemiringan tangki pada kondisi operasi yang ditentukan;
b. indeks atau sumbu pengukuran vertikal harus sedekat mungkin dengan
garis tengah memanjang pada tangki;
c. sistem pengukuran ketinggian akan melakukan suatu pengukuran
ketinggian yang sah, apabila permukaan cairan tenang, sehingga jika
dilakukan pengukuran berulang, maka hasilnya akan sama atau
mendekati; dan
d. ketika rentang pengukuran pada sensor ketinggian tercapai, penunjukan
visual dan/atau audio harus terjadi secara otomatis.

Sistem level gauge untuk pengiriman dengan kompartemen penuh harus


memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. bentuk tangki harus dibuat sedemikian rupa, sehingga daerah ketinggian
yang ditera memenuhi syarat kepekaan;
b. untuk tangki tidak bertekanan, harus dimungkinkan untuk menera
ketinggian dari cairan yang dimuat secara manual. Alat peneraan
(gauging) diposisikan sedekat mungkin dengan titik berat penampang
horisontal kompartemen dalam rentang pengukuran ketinggian;
c. jika ujung bawah dari level gauge dekat dengan bagian dasar tangki,
maka sumbunya harus berpotongan dengan bagian dasar tangki pada
titik yang tidak terdapat lubang atau rintangan dalam radius 100 mm dan
jika hal ini tidak dapat dicapai, maka harus dibuatkan meja ukur yang

15
 
permanen berukuran 100 mm × 100 mm untuk menjamin keterulangan
(repeatability) pengukuran;
d. RPB dan RPT harus didefinisikan dan dinyatakan dengan jelas; dan
e. sambungan antara dinding tangki dengan dom harus sedemikian rupa,
sehingga alat peneraan dapat ditahan dalam posisi vertikal selama
pengukuran.

Sistem level gauge untuk pengiriman parsial harus memenuhi persyaratan


sebagai berikut:
a. TUM yang dipakai untuk menerima atau menyerahkan volume cairan
tidak penuh sesuai dengan volume nominalnya harus dilengkapi dengan
alat ukur yang sah, berupa tabel volume tangki dengan level gauge atau
meter arus;
b. TUM sebagaimana dimaksud pada huruf a yang dilengkapi dengan tabel
volume tangki dan meter arus untuk penyerahan eceran, dibebaskan
dari tera ulang; dan
c. untuk meredam gelombang permukaan, pada sensor ketinggian dapat
dipasang tabung peredam yang diletakkan secara vertikal dari bagian
atas ke bagian bawah tangki (tidak harus mencapai dasar, tergantung
aplikasinya), dan harus memungkinkan untuk perpindahan cairan.

Sistem level gauge dengan pelampung harus memenuhi persyaratan


sebagai berikut:
a. massa dan volume pelampung tidak boleh berubah baik karena
pengaruh cairan yang diukur maupun tekanan;
b. penampang melintang (cross section) pelampung dalam rentang
perubahan kedalaman pencelupan harus dapat terlihat; dan
c. bentuk pelampung harus dirancang, sehingga tidak ada cairan yang
tertahan, kecuali untuk lapisan cairan yang disebabkan oleh efek kapiler.
Selain itu juga tidak ada gas atau gelembung udara yang dapat
terbentuk di bawah pelampung.

Sistem level gauge dengan pengukuran waktu tempuh atau gelombang


harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. masuk dalam rentang ukur untuk produk/cairan yang digunakan; dan
b. pengaruh-pengaruh parameter produk pada pengukuran waktu tempuh
atau gelombang harus dikompensasi dengan metode yang sesuai.

4. Contoh tangki ukur dengan level gauge mekanik dan elektronik diberikan
secara informatif sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 dan
Lampiran 2.

16
 
3.2 Persyaratan Kemetrologian

1. Persyaratan Kemetrologian TUM


TUM harus memenuhi persyaratan kemetrologian sebagai berikut:
a. satuan yang digunakan adalah satuan ukuran yang ada dalam satuan
Sistem Internasional (SI) dan untuk besaran panjang harus dinyatakan
dalam mm, sedangkan untuk besaran volume dinyatakan dalam liter;
b. sistem ukur dirancang dan diproduksi sedemikian rupa, sehingga
kesalahannya tidak melebihi batas kesalahan yang diizinkan;
c. setiap kompartemen pada tangki harus ditentukan jumlah terukur
minimumnya dengan nilai tidak melebihi 1/4 (satu perempat) dari volume
nominalnya;
d. batas kesalahan maksimum yang diizinkan untuk tera volume nominalnya
± 0,1% sedangkan untuk tera ulang ± 0,2%;
e. kepekaan di sekitar volume nominal tidak boleh kurang dari 2 mm pada
setiap perubahan 0,1% dari volume nominal; dan
f. ruang kosong minimum 0,75% dari volume nominal.

2. Persyaratan Kemetrologian Alat Penunjukan dan Alat Bantu TUM


Alat penunjukan dan alat bantu TUM harus memenuhi persyaratan
kemetrologian sebagai berikut:
a. tampilan dan print out harus dapat menunjukkan data yang konsisten,
sesuai dengan produk yang sedang diukur;
b. alat penunjukan harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) pembacaan penunjukan harus tepat (presisi), mudah dimengerti, dan
tidak membingungkan, sehingga pelanggan dapat dengan mudah
memeriksa;
2) resolusi penunjukan yang diperlukan harus berdasarkan satuan ukuran
dalam bentuk 1 ×10n, 2 ×10n, atau 5 ×10n dan tidak boleh melebihi 1/20
(satu perduapuluh) volume nominal, n merupakan bilangan bulat baik
positif maupun negatif termasuk nol;
3) untuk penggunaan di titik serah yang dijual langsung kepada publik,
penunjukan kuantitas selama periode pengukuran harus terus
menerus ditampilkan;
4) keluaran (output) dari semua nilai-nilai yang diukur dan dihitung harus
memungkinkan untuk dapat diakses, namun tidak diperlukan secara
permanen untuk menunjukkan semua nilai-nilai;
5) kondisi pengukuran secara aktual maupun secara dasar harus jelas;
6) sistem ukur dapat mempunyai beberapa satuan untuk menunjukkan
nilai pengukuran yang sama dan tiap-tiap penunjukan ini harus
memenuhi semua persyaratan yang ditentukan; dan
7) nilai yang ditampilkan pada display merupakan nilai yang terkoreksi
dan nilai yang tidak terkoreksi harus disimpan untuk keperluan
pengujian.

17
 
c. TUM yang dilengkapi sistem pencetakan (printing device) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) sistem harus siap memeriksa sebelum pengiriman atau penerimaan
dimulai dan printer sudah dihubungkan (meskipun hanya sementara)
yang siap digunakan untuk transaksi. Sistem ini hanya diwajibkan
untuk sistem ukur bagi penjualan langsung ke publik, dan penetapan
kewajiban tersebut dapat dikecualikan untuk wilayah dengan sistem
yang belum memungkinkan;
2) data dokumen pengiriman atau penerimaan yang akan dicetak
sekurang-kurangnya harus berisi informasi mengenai:
a) identitas untuk sistem ukur, meliputi nomor seri, plat nomor dari
semi-trailer, dan jumlah kompartemen;
b) nama produk atau nama kelompok produk;
c) nomor seri transaksi yang disertakan untuk tiap-tiap transaksi; dan
d) volume, rapat massa, dan suhu pada kondisi kerja.
3) jika transaksi pengiriman atau penerimaan lebih dari satu
kompartemen yang digunakan, maka hasil dapat dicetak pada
dokumen pengiriman atau penerimaan yang sama dan jika terdapat
lebih dari satu hasil pencetakan untuk produk yang sama, maka hasil-
hasil ini dapat dijumlahkan; dan
4) berita acara atau dokumen serah terima produk harus berisikan check
list data yang telah diverifikasi.
Persyaratan tambahan untuk sistem ukur yang dilengkapi dengan piranti
elektronik, piranti elektronik dari sistem ukur harus dirancang dan dirakit
sedemikian rupa, sehingga kesalahannya tidak melampaui batas kesalahan
yang diizinkan pada kondisi operasi yang ditentukan.
 
 

18
 
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

4.1. Pemeriksaan
Sebelum dilakukan pengujian, TUM yang baru harus dilakukan pemeriksaan
bahan, konstruksi dan perlengkapannya sesuai dengan ketentuan sebagaimana
yang tercantum dalam Lampiran 1, Lampiran 2, Lampiran 8, Lampiran 9,
Lampiran 10, Lampiran 11, dan Lampiran 12. Uji fungsi pada fasilitas
pemeriksaan harus dilakukan pada saat pengujian untuk menerbitkan izin tipe
atau izin tanda pabrik dan pada saat peneraan. Dalam hal TUM yang telah ditera
atau ditera ulang dipindahkan ke mobil lain, maka TUM tersebut wajib ditera
ulang kembali.

4.2. Pengujian Tera dan Tera Ulang

Pengujian TUM dapat dilakukan dengan Metode Gravimetrik (penimbangan) atau


Metode Volumetrik (penakaran masuk atau penakaran keluar) dan harus
dilaksanakan di instalasi pengujian (laboratorium) TUM yang berada di
UPT/UPTD Metrologi atau di instalasi pengujian lain sesuai dengan prosedur dan
persyaratan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3a, Lampiran 4, dan
Lampiran 5.
Hal-hal yang berkenaan dengan pengujian tera dan tera ulang adalah sebagai
berikut:
1. Metode pengukuran untuk mencari volume dilakukan dengan menggunakan
metode pengukuran terhadap:
a. Ketinggian
1) metode peneraan (gauging) ketinggian secara manual atau visual
dapat dilakukan dengan cara:
a) penandaan volumetrik tunggal atau lebih;
b) gelas penglihat pada dom atau manhole cover;
c) alat ukur lainnya dengan skala bertingkat yang terpasang
permanen; dan
d) dip stick atau dip tape.
2) metode peneraan (gauging) ketinggian secara elektronik yang harus
terpasang permanen dapat dilakukan dengan cara menggunakan:
a) pelampung dengan pendeteksi elektronik (magnetik atau magneto-
strictive);
b) level gauge ultrasonik;
c) level gauge (gelombang mikro) radar; dan
d) level gauge non-kontak lainnya.

b. Suhu
Jika pada volume cairan yang diserahkan diperlukan pengukuran suhu,
maka sensor suhu harus ditempatkan di atas saluran pipa
pengosongan/pengisian. Untuk dapat menentukan suhu rata-rata volume
cairan dalam tangki atau masing-masing kompartemen, dapat ditempatkan
sensor suhu lebih dari satu.

19
 
c. Volume pada kondisi kerja atau dasar
Penentuan volume pada kondisi kerja atau dasar dapat dihitung secara
otomatis dengan menggunakan alat hitung elektronik, atau secara manual
dengan menggunakan data tabel pengujian tangki dan tabel koreksi
volume.

2. Alat bantu
TUM dapat menggunakan alat bantu, berupa instalasi untuk pengukuran
volume parsial yang diterima atau dikirimkan. TUM dapat juga dilengkapi
dengan kolektor, pompa internal, dan instalasi selang penuh.

3. Faktor-faktor pengaruh
Faktor yang mempengaruhi dalam menentukan volume tangki adalah suhu
dan tekanan.

4. Kapasitas tangki dan tabel pengujiannya


Untuk pengiriman parsial, TUM harus dilengkapi dengan tabel tangki yang
berisi konversi hasil pengukuran ketinggian menjadi volume dan dapat
disimpan secara elektronik. Sistem pengolahan data elektronik harus
menyimpan tabel kapasitas tangki dengan pasangan nilai-nilai
ketinggian/volume untuk setiap kompartemen ukur. Jumlah dan jarak
pasangan-pasangan nilai ini dipilih berdasarkan geometri tangki yang
sebenarnya. Nilai antara dihitung dengan menggunakan interpolasi yang
sesuai. Pada titik puncak garis tengah samping tangki tidak boleh
diinterpolasi, kecuali untuk tangki bulat penuh atau silinder penuh, dalam hal
ini ekstrapolasi tidak diizinkan.

Tabel kapasitas tangki harus ditentukan pada setiap kompartemen TUM


dengan menggunakan metode volumetrik, gravimetrik, atau gabungan
keduanya. Rentang ketinggian tabel kapasitas tangki harus mencakup seluruh
kondisi pengisian yang terjadi dalam pengoperasian.

5. Metode pemasangan
TUM dapat dipasang secara langsung dan permanen pada sasis kendaraan,
gandengan, atau tempelan atau dipasang sementara di atas kendaraan
dengan pengikat yang memastikan bahwa posisi tangki ketika dipasang di
atas kendaraan tidak berubah lagi.

Terhadap TUM yang telah dilakukan tera atau tera ulang diterbitkan Surat
Keterangan Hasil Pengujian (SKHP) oleh kepala UPT/UPTD Metrologi untuk
masing-masing kompartemen yang memuat data hasil pengujian sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 6. SKHP memuat keterangan/informasi sebagai
berikut:
a. unit metrologi yang mengeluarkan izin dan nomor SKHP;
b. nama dan alamat pemilik;
c. nama pabrik atau merek dagang, tipe, tahun pembuatan, dan nomor seri;
d. nomor sasis kendaraan dan/atau nomor seri tangki;
e. jumlah kompartemen dan kumparan pemanas (jika ada);

20
 
f. identifikasi titik referensi dan sumbu pengukuran vertikal;
g. metode pengujian yang digunakan, nomor SKHP untuk standar instalasi yang
digunakan;
h. ketidakpastian pada penentuan nilai-nilai volume yang ditunjukkan dalam
SKHP;
i. tanggal dikeluarkan dan masa berlaku dari SKHP;
j. judul, nama, dan tanda tangan pegawai berhak;
k. sketsa penunjukan dari arti simbol-simbol yang digunakan;
l. tinggi kopling atau fifth-wheel saat tangki diisi sejumlah volume nominal
(hanya untuk semi gandengan); dan
m. jumlah dan posisi dari cap tanda tera yang dipergunakan.

Selain keterangan/informasi sebagaimana dimaksud pada huruf a-huruf m,


SKHP juga harus memuat keterangan/informasi sebagai berikut:
a. kapasitas atau volume nominal;
b. kapasitas atau volume total;
c. tinggi ruang kosong berdasarkan kapasitas nominal (dalam mm);
d. tinggi referensi (dalam mm); dan
e. kepekaan tangki pada tingkat ketinggian kapasitas nominal atau tabel
kapasitas tangki dalam satuan pengukuran yang legal.

21
 
BAB V
PEMBUBUHAN TANDA TERA

5.1. Penandaan Tanda Tera


Pada TUM dipasang lemping volume nominal sebagai tempat pembubuhan
Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah. Tanda Jaminan
dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari TUM yang
sudah disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk mencegah penukaran
dan/atau perubahan. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

5.2. Tempat Tanda Tera

1. Tera

a. Tanda Daerah ukuran 8 mm, Tanda Pegawai Yang Berhak (H) dan
Tanda Sah Logam (SL) ukuran 6 mm yang berlaku dibubuhkan pada
lemping volume nominal secara berurutan dari kiri ke kanan.

b. Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm dibubuhkan pada:

1) alat-alat penunjukan pada sistem level gauge;

2) komponen kontroler dan antarmuka yang memungkinkan dilakukan


perubahan melalui alat ini (jika ada);

3) kotak terminal beserta kabelnya yang relevan untuk pengukuran


(misalnya detektor suhu dan cairan);

4) detektor-detektor cairan, kecuali yang perlu dilepas untuk


pembersihan;

5) dip stick pada pengencang bagian atas dan bagian bawah;

6) plat identifikasi;

7) baut pengikat lemping volume nominal;

8) baut pengikat antara TUM TL (dom/manhole) dan landasan mobil;

9) baut pengikat perlengkapan indeks penunjuk baut tera dengan


lubang TUM TL (dom/manhole);

10) baut pengikat antara manhole dan tangki;

11) baut pengikat antara emergency valve/foot valve dan tangki;

12) baut pengikat antara emergency valve/foot valve dan pipa


penyerahan;

13) baut pengikat antara pipa penyerahan dan kerangan penyerahan;


dan

22
 
14) kumparan pemanas yang dipasang pada bagian luar badan tangki
(jika ada).

2. Tera Ulang

a. Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm dibubuhkan pada baut pengikat


lemping volume nominal sebagai pengganti Tanda Jaminan Plombir (JP)
ukuran 8 mm pada tera.

b. Terhadap lemping volume nominal yang rusak atau hilang, diperlakukan


sebagaimana pembubuhan tanda tera pada angka 1 huruf a.

c. Pembubuhan Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm disesuaikan


dengan angka 1 huruf b, kecuali untuk yang dibubuhkan pada baut
pengikat lemping volume nominal berupa Tanda Sah.

3. Jangka Waktu Tera Ulang

Jangka waktu tera ulang dan masa berlaku tanda tera sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

23
 
BAB VI
PENUTUP 
 

Syarat Teknis TUM merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan tera dan
tera ulang TUM serta pengawasan TUM, guna meminimalisir penyimpangan
penggunaan TUM dalam transaksi produk cairan serta upaya perwujudan tertib ukur
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang
Metrologi Legal.

24
 
Lampiran 1 Contoh Tangki Dengan Sensor Mekanik (Informatif)

25
 
26
 
Gambar 1.1. Tanda volumetrik (berlawanan) tunggal atau ganda atau indeks di dalam
dom

Gambar 1.2 Ujung atas dari indeks yang dipasang pada pencengkeram (dip stick
tanda-satu)

27
 
28
 
Gambar 1.3 Penandaan volumetrik tunggal dalam tangki (pada console yang dipasang
pada dom)

Gambar 1.4 Dip stick mekanik dengan indeks geser

29
 
Gambar 1.5 Contoh dip stick mekanik dan penempatan RPT (pengukuran tinggi ruang
kosong)

30
 
Titik acuan

Gambar 1.6. Contoh dip stick mekanik dan penempatan titik acuan
(pengukuran tinggi cairan)

Gambar 1.7 Gauge geser (tanda luberan) untuk tangki angkut bir.

31
 
Lampiran 2 Contoh Sistem Ukur Otomatis Dengan Peneraan Ketinggian Elektronik
(Electronic Level Gauging)

Gambar 2.1 Set up skematik untuk sistem ukur pada tangki minyak dengan versi
maksimum (untuk menjelaskan komponen dan fungsi dasar)

Keterangan:
(1) Sensor ketinggian
(2) Tangki ukur/kompartemen ukur
(3) Pelampung (jika ada)
(4) Produk/cairan
(5) Katup bawah
(6) Saluran pengosongan
(7) Penggandeng kering (api)
(8) Detektor cairan (jika diperlukan, pada saluran kolektor dan pompa hilir)
(9) Katup ventilasi kolektor
(10) Saluran kolektor (ditunjukkan dengan fungsi katup)
(11) Sistem saringan
(12) Pompa
(13) Sensor ketinggian untuk sistem pipa (dapat digunakan sebagai pemisah gas)
(14) Pengurasan (jika memungkinkan)
(15) Katup selang kosong

32
 
(16) Penggandeng selang kosong dengan saringan dan gelas inspeksi (posisi
alternatif)
(17) Gulungan selang dengan selang penuh
(18) Katup untuk selang penuh 2
(19) Katup untuk selang penuh 2 (pengiriman terkurangi tanpa mematikan katup)
(20) Katup untuk selang penuh 1
(21) Katup tidak membalik
(22) Sensor suhu
(23) Ventilasi (jika memungkinkan)
(24) Pengukuran elektronik dan unit kontrol
(25) Alat kontrol untuk motor pompa (jika diperlukan)
(26) Saluran pengiriman di sebelah kanan (jika memungkinkan)

Gambar 2.2. Set up skematik sistem ukur pada tangki ukur mobil untuk susu dengan
versi maksimumnya (untuk menjelaskan komponen dan fungsi dasar)

33
 
Lampiran 3a Prosedur Pengujian Tangki Ukur Mobil Metode Gravimetrik

PROSEDUR PENGUJIAN TANGKI UKUR MOBIL


METODE GRAVIMETRIK

1. Pengantar

1.1 Maksud dan Tujuan

Untuk mendapatkan volume TUM dengan cara penimbangan agar


tertelusur ke Standar Nasional/Internasional dan dapat digunakan untuk
pelengkap alat ukur untuk keperluan metrologi legal.

1.2. Ruang Lingkup

1.2.1. Prosedur ini digunakan sebagai petunjuk untuk menera TUM


dengan Metode Gravimetrik.

1.2.2. Prosedur ini hanya digunakan untuk menentukan volume nominal


TUM.

1.3. Prasyarat

1.3.1. Peralatan standar yang digunakan harus bersertifikat mampu


telusur ke Standar Nasional/Internasional.

1.3.2. Peralatan/perlengkapan uji yang digunakan harus berada dalam


kondisi baik dan laik pakai serta disesuaikan dengan tingkat
ketelitian yang diharapkan.

1.3.3. Ruang instalasi uji TUM dengan kondisi lingkungan yang stabil,
misalnya terlindung dari panas matahari secara langsung dan hujan.

1.3.4. Pelaksana tera/tera ulang harus memahami dan menguasai:

a. Metode penggunaan timbangan jernbatan;

b. Metode penentuan Change Over Point (COP);

c. Metode pembacaan meniskus bejana ukur/gelas takar;

d. Metode penggunaan dip stick;

e. Metode penggunaan areometer;

f. Metode pembacaan nonius pada salib ukur/alat ukur


ketinggian cairan;

g. Petunjuk perhitungan massa jenis air suling;

h. Metode penggunaan massa konvensional.

34
 
2. Standar Acuan

Standar acuan yang digunakan dalam prosedur kerja ini adalah :

2.1. Rekomendasi Internasional OIML (Organisation Internationale de


Metrologie Legale) Nomor 80 tentang Road and Rail Tankers Edisi Tahun
2009 (E).

2.2. Rekomendasi Intemasional OIML (Organisation Internationale de


Metrologie Legale) Nomor 76 Edisi Tahun 1992 tentang Non Automatic
Weighing Instrument.

3. Standar, Peralatan, dan Perlengkapan Pengujian

Peralatan yang digunakan dalam pengujian TUM dengan metode Gravimetrik ini
adalah :

3.1. Timbangan jembatan dengan skala terkecil (e) maksimal = 10 kg dan


memiliki fasilitas tara rninimal sebesar kapasitas timbangan dikurangi
volume nominal kompartemen;
3.2. Bejana ukur (sebagai standar volume);
3.3. Ban/pita ukur dengan skala terkecil 1 mm;
3.4. Ban ukur ukuran 10 m;
3.5. Meteran saku;
3.6. Termometer dengan skala terkecil 0,1°C;
3.7. Areometer/densimeter/hydrometer;
3.8. Landasan bejana lengkap dengan water pass;
3.9. Gelas ukur;
3.10. Cerapan pengujian TUM Metode Gravimetrik;
3.11. Anak timbangan untuk imbuh kelipatan 0,1 e;
3.12. Stopwatch;
3.13. Alat ukur ketebalan plat.

4. Notasi

Notasi yang digunakan dalam prosedur ini adalah :


M = massa cairan dalam TUM/kompartemen
M1 = massa TUM/kompartemen dalam keadaan kosong
M2 = massa TUM/kompartemen dalam keadaan berisi cairan

35
 
K1 = volume air tiap 1kg pada suhu pengujian t
K2 = 0,0012 kg/dm3 = massa jenis udara
V = volume cairan TUM pada suhu t
V28 = volume TUM pada suhu 28 oC
e = skala terkecil dari timbangan jembatan
∆L = jumlah imbuh yang dibutuhkan untuk COP
P1 = penunjukan timbangan jembatan pada saat TUM/kompartemen kosong
β = koefisien muai ruang bahan TUM
P2 = penunjukan timbangan jembatan pada saat TUM/kompartemen berisi air

5. Persiapan Pengujian

Untuk pengujian TUM dengan metode gravimetrik harus dilakukan persiapan


yang meliputi :

5.1. Pastikan cairan yang digunakan berupa air bersih bebas dari kontaminasi
atau bebas dari bahan yang dapat menyebabkan korosi dalam jumlah yang
cukup.

5.2. Pastikan timbangan jembatan laik fungsi.

5.3. Persiapkan anak timbangan standar untuk keperluan penentuan massa


sebenarnya dengan memperhatikan Change Over Point (COP).

5.4. Periksa peralatan standar dan peralatan bantu lainnya laik fungsi.

5.5. Catat dan rekam data peralatan standar dan peralatan bantu serta TUM
yang akan diuji.

5.6. Perhatikan tipe penggunaan bejana ukur, pastikan bahwa dalam sertifikat
pengujiannya tercantum nilai volume untuk penggunaan tipe basah dan/
atau kering.

5.7. Untuk penggunaan bejana ukur basah agar berpedoman pada ketentuan
waku tetesan:

Volume Nominal Waktu Tetes


20 liter 10 sekon
>20 liter 30 sekon

36
 
6. Pelaksanaan Pengujian

6.1. Pengujian volume nominal

6.1.1. Catat data kondisi (suhu dan kelembaban) instalasi uji.

6.1.2. Nolkan timbangan jembatan.

6.1.3. Posisikan TUM kosong di atas timbangan jembatan.

6.1.4. Tentukan penunjukan timbangan P1 dengan ketelitian 0,1 e.

6.1.5. Lakukan pengisian sampai isi nominal TUM/kompartemen.

6.1.6. Tentukan penunjukan timbangan P2 dengan keteritian 0,1 e.

6.1.7. Catat suhu air dalam TUM.

7. Perhitungan

7.1. Perhitungan volume cairan dalam TUM:

7.1.1. Untuk menentukan massa cairan dalam kornpartemen TUM


ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut:

a. Tentukan massa TUM dalam keadaan kosong (M1);

b. Tentukan massa TUM dalam keadaan isi (M2);

c. Tentukan massa cairan dalam TUM (M)

M = M2 – M1

7.1.2. Ukur massa jenis air (ρ) dengan menggunakan areometer

Jika tidak memiliki areometer tentukan dengan rumus


pendekatan sebagai berikut:

ρ = 999,8395639 + 0,06798299989·t – 0,009106025564·t2 +

0,0001005272999·t3 – 0,000001126713526·t4 +

0,000000006591795606·t5

Kemudian tentukan volume air tiap kg dengan menggunakan


rumus:

K1 = l / massa jenis air

37
 
7.1.3 Perhitungan volume cairan dalam TUM

Besarnya volume cairan dalam tangki dihitung dengan


menggunakan rumus sebagai berikut:

V = M·K1(l + K1K2)

Kemudian tentukan volume tangki pada kondisi dasar suhu 28oC:

V28 = V{1 + β(28 – t)}

8. Batas Kesalahan Yang Diizinkan ( BKD)

Batas kesalahan yang diizinkan (BKD) untuk pengujian TUM adalah:

- Untuk tera : ± 0,1 % dari volume nominal

- Untuk tera ulang : ± 0,2 % dari volume nominal

9. Pengujian Ruang Kosong

Pelaksanaan pengujian ruang kosong dilakukan dengan Metode Volumetrik


sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4 atau Lampiran 5.

10. Pengujian Kepekaan di Sekitar Penunjukan Volume Nominal

Pelaksanaan pengujian kepekaan dilakukan dengan Metode Volumetrik


sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4 atau Lampiran 5.

11. Pembuatan Tabel Volume di Sekitar Penunjukan Volume Nominal

Penentuan volume di sekitar volume nominal dilakukan dengan Metode


Volumetrik. Pengujian ini hanya dilakukan untuk TUM yang menggunakan mistar
ukur/dip stick sebagai sarana menentukan ketinggian permukaan cairan.
Pengujian ini dilakukan dengan cara menambah atau mengurangi volume
dengan menggunakan bejana ukur dan dibuat dalam tabel per cm.

12. Pengujian Perubahan Volume Akibat Deformasi

Pengujian ini dilakukan dengan cara sebagaimana pengujian dengan Metode


Volumetrik sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4 atau Lampiran 5.

38
 
13. Pengujian Volume Cairan Tertinggal

Pengujian ini dilakukan dengan cara sebagaimana pengujian dengan Metode


Volumetrik sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4 atau Lampiran 5.

14. Pengujian Sensor Overfill Khusus Untuk TUM BL

Sensor diletakkan sedikit di atas ketinggian volume nominal.

Pengujian sensor overfill dilakukan dengan cara:

1. Hubungkan kedua kabel keluaran (output) dengan Digital Multimeter.


2. Isi TUM hingga cairan berada sedikit di bawah sensor overfill.
3. Masukkan cairan ke dalam tangki sedikit demi sedikit sampai menyentuh
sensornya dan lihat penunjukan Digital Multimeter.
4. Perubahan yang terlihat pada DMM menunjukkan bahwa sensor dalam
keadaan baik.

15. Tabel Volume TUM BL

Pembuatan tabel dilakukan setelah penentuan ketinggian permukaan cairan


pada volume nominal dengan cara:

15.1. Posisikan ketinggian pada volume nominal, tentukan volume penambahan


dan pengurangan BUS 10 liter dan catat pembacaan alat ukur ketinggian
cairan sampai batas skala minimum dan maksimum dari Batas Kesalahan
yang Diizinkan (BKD).

15.2. Berdasarkan data tersebut dibuat tabel volume di sekitar volume nominal.

15.3. Tabel volume tangki dibuat dalam liter per centimeter.

39
 
Lampiran 3b Cerapan Pengujian TUM Metode Gravimetrik

CERAPAN PENGUJIAN TUM


METODE GRAVIMETRIK
Nomor: ………………

Data UTTP Data Kendaraan Data


Timbangan
Merek : Merek : Merek :
No. Seri TUM : No.Polisi : Type :
Jml. Kompartemen : No.Rangka : No. Seri :
No. Komparternan : Pemilik : Kap. :
Kapasitas : Alamat : e :
Massa jenis bahan TUM : Tgl. Pengujian :
No. Uraian Notasi Satuan Data Pengujian
Data Penimbangan
Pembacaan penimbangan
1 P1 kg
TUM kosong
2 Imbuh (∆L1) 0,1 e bertahap s/d COP kg
3 Massa TUM kosong Ma’ = P1 + (1/2)e – ∆L1 kg
Massa TUM kosong rata- Ma = rata-rata dua
4 kg
rata penimbangan
5 Koreksi timbangan C1 kg
Pembacaan penimbangan
6 P2 kg
TUM isi
7 Imbuh (∆L2) 0,1 e bertahap s/d COP kg
8 Massa TUM isi Mb’ = P2 + (1/2)e – ∆L2 kg
Mb = rata-rata dua
9 Massa TUM isi rata-rata kg
penimbangan
10Koreksi timbangan C2 kg
o
11Suhu cairan dalam TUM t C
Massa jenis cairan pada
12 Ρ kg/dm3
suhu t
13 Massa jenis udara K2 kg/dm3 0,0012
3
14 Volume air/kg pada suhu t K1 = 1 / ρ dm
Perhitungan
Massa sebenarnya TUM
15 M2 = Mb + C2 kg
isi
Massa sebenarnya
16 M1 = Ma + C1 kg
TUM kosong
17 Massa cairan dalam TUM M = M2 – M1 kg
3
18 Volume cairan dalam TUM V = M·K1(l + K1·K2) dm
Volume TUM pada suhu 3
19 o V28 = V{1 + β(28 – t)} dm
28 C
Catatan: ................, ..................................
Pengujian sebagaimana butir di bawah menggunakan Metode
Volumetrik: Diuji oleh,
1. Pengujian Ruang Kosong;
2. Pengujian Kepekaan di sekitar Volume Nominal; 1.
3. Pembuatan Tabel Volume di sekitar Volume Nominal;
4. Pengujian Perubahan Volume akibat Deformasi; 2.
5. Pengujian Volume Cairan Tertinggal.

40
 
Lampiran 4 Prosedur Pengujian Tangki Ukur Mobil Metode Volumetrik Penakaran
Masuk (Pengisian)

PROSEDUR PENGUJIAN TANGKI UKUR MOBIL


METODE VOLUMETRIK
PENAKARAN MASUK (PENGISIAN)

1. Pengantar

1.1. Maksud dan Tujuan

Prosedur ini menguraikan tentang tata cara dan tahapan pengujian TUM
menggunakan metode penakaran masuk (pengisian), sebagai acuan dalam
pelaksanaan tera/tera ulang TUM.

1.2. Ruang Lingkup

Prosedur ini diberlakukan untuk TUM yang digolongkan sebagai UTTP


metrologi legal.

1.3. Prasyarat

1.3.1. Peralatan/perlengkapan uji yang digunakan harus bersertifikat.

1.3.2. Peralatan/perlengkapan uji yang digunakan harus berada dalam


kondisi laik pakai serta disesuaikan dengan tingkat ketelitian yang
diharapkan.

1.3.3. Petugas tera/tera ulang harus memahami dan menguasai:

a. Metode pembacaan meniskus bejana ukur/gelas ukur;

b. Metode pembacaan nonius pada salib ukur/alat ukur ketinggian


cairan;

c. Petunjuk perhitungan massa jenis air suling (bila menggunakan


air suling sebagai cairan ujinya);

2. Standar Acuan

2.1. Rekomendasi Internasional OIML Nomor R 80 Edisi Tahun 2009 tentang


“Road and Rail Tankers”;

2.2. Rekomendasi Internasional OIML Nornor R 120 Edisi Tahun 1996 tentang
“Standard Capacity Measure for Testing Measuring Systems for Liquids
other than Water”.

41
 
3. Standar, Peralatan, dan Perlengkapan Uji

3.1. Bejana ukur standar dengan ketelitian 0,05 %;

3.2. Thermometer dengan skala terkecil 0,1 oC;

3.3. Stopwatch;

3.4. Landasan bejana lengkap dengan waterpassnya;

3.5. Cerapan pengujian tangki ukur mobil metode volumetrik penakaran masuk;

3.6. Gelas ukur;

3.7. Areometer/densimeter/hydrometer;

3.8. Salib ukur, tongkat ukur, meter saku dan ban/pita ukur;

3.9. Alat ukur ketebalan plat.

4. Notasi

∆ς : selisih antara “isi kompartemen TUM pada 28 oC” dengan “isi nominal
seharusnya”
γµ : koefisien muai kubik tangki ukur mobil yang diuji (TUM)
γσ : koefisien muai kubik bejana ukur standar (BUS)
ts : suhu air rata-rata dajam BUS
tm : suhu air rata-rata dalam TUM
ρσ : massa jenis air dalam BUS pada suhu pengujian ts
ρµ : massa jenis air dalam TUM pada suhu pengujian tm
∆V’ : selisih antara “volume nominal TUM seharusnya” dengan ‘jumlah volume
air yang ditakar
Vk : volume TUM hasil penambahan atau pengurangan
∆ς ’ : volume air yang ditambahkan/dikurangkan untuk menentukan indeks
penunjukan
Χi : Pembacaan ketinggian permukaan air dengan salib ukur/’mistar pada
TUM BL’
Vrk : besamya volume ruang kosong
V : volume air yang ditambahkan ke dalam TUM hingga penuh yaitu sampai
bibir lubang TUM (dom)
Vtk : volume air yang ditambahkan atau dikeluarkan dari atau ke dalam TUM
hingga permukaan air tepat sampai pada indeks penunjuk

42
 
ΣV : jumlah volume air yang ditampung ke dalam standar volume
Tsi : suhu air dalam BUS pada setiap kali penakaran
Vd : volume deformasi

5. Persiapan Pengujian
5.1. Pastikan cairan yang digunakan berupa air bersih, bebas dari kontaminasi
atau bebas dari bahan yang dapat menyebabkan korosi dalam jumlah yang
cukup.
5.2. Pastikan kondisi peralatan/perlengkapan uji laik fungsi;
5.3 Catat/rekam data teknis Bejana Ukur Standar (BUS) dan TUM yang akan
diuji ke dalam cerapan pengujian;
5.4 Tentukan tipe penggunaan bejana ukur standar yang akan digunakan
"kering" dan/atau "basah";
Catatan:

BUS dengan tipe penggunaan "basah", saat pengosongannya harus


memperhatikan waktu tetes atau "delivery time”.

Volume Nominal Waktu Tetes


VN ≤ 20 liter 10 sekon
VN > 20 liter 30 sekon

6. Pelaksanaan Pengujian
6.1. Pengujian Volume Nominal.
6.1.1. Catat data kondisi pengujian;

6.1.2. Isilah BUS yang digunakan sampai kapasitas nominal;

6.1.3. Ukur dan catat suhu air dalam BUS (ts);

6.1.4. Tuangkan air yang ada dalam BUS ke TUM/kompartemen yang diuji
dengan memperhatikan waktu tetes atau "delivery time”-nya;

6.1.5. Ulangi langkah 6.1.2. sampai dengan 6.1.4. sehingga volume air
dalam tangki ukur mobil yang diuji mencapai volume nominal
TUM/kompartemen.

43
 
6.2. Penentuan Indeks Penunjukan dan Pengujian Kepekaan
6.2.1. Penentuan Indeks Volume Nominal

6.2.1.1. Hitung koreksi-koreksi volume yang timbul;


6.2.1.2. Tambahkan atau kurangkan volume air yang ada dalam
TUM/kompartemen sesuai hasil perhitungan koreksi di
atas;
6.2.1.3. Ukur ketinggian permukaan cairan pada volume nominal
dengan menggunakan salib ukur dan/atau tongkat ukur.
6.2.2. Penentuan Kepekaan

6 2.2.1. Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan pada volume


nominal;
6.2.2.2. Kurangi volume cairan TUM/kompartemen dengan BUS
10 liter;
6.2.2.3. Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan (Xi)
6.2.2.4. Tambahkan volume cairan TUM/kompartemen dengan
BUS sebanyak 2 (dua) kali volume yang dikurangkan.
6.2.2.5. Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan.

6.3. Pengujian Ruang Kosong


6.3.1. Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan pada volume nominal.

6.3.2. Tambahkan cairan secara bertahap menggunakan BUS sampai


dengan bibir manhole (dom), kemudian catat volume yang
ditambahkan (Vrk).

6.4. Pengujian Perubahan Bentuk (deformasi)


6.4.1. Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan pada volume nominal.

6.4.2. Isi cairan pada kompartemen sebelahnya sampai volume nominal.

6.4.3. Amati dan catat perubahan ketinggian cairan pada kompartemen


yang diuji.

6.1.1. Hitung volume perubahannya (Vd).

6.5. Pengujian Cairan yang Tertinggal


6.5.1. Keluarkan cairan dari TUM/Kompartemen yang diuji sampai
menetes dengan waktu tetesan selama 30 sekon.

6.5.2. Tutup kran dan miringkan TUM 1 : 20.

6.5.3. Buka kran, tampung sisa cairan, ukur volume dan catat.

44
 
7. Perhitungan
7.1. Menentukan kepekaan di sekitar indeks digunakan rumus sebagai berikut:

7.2. Menentukan volume TUM pada suhu 28°C


7.2.1. Faktor Koreksi akibat perbedaan suhu cairan (Ctl) adalah:

7.2.2. Faktor Koreksi akibat perbedaan bahan bejana ukur dan bahan
tangki (TUM) adalah (Cts):

7.2.3. V28 = [volume hasil penakaran (V)] ×


[(faktor koreksi akibat perbedaan suhu (Ctl)] ×

[faktor koreksi akibat perbedaan suhu bahan TUM dan


bejana (Cts)]

7.3. Menentukan letak indeks dari bibir manhole/dom


7.3.1. Lakukan penakaran masuk dengan menggunakan BUS berturut-
turut sampai dengan cairan uji dalam TUM/Kompartemen penuh
dan catat data suhu dan pembacaan BUS masing-masing.

7.3.2. Hitung volume total TUM/Kompartemen.

7.3.3. Hitung selisih volume total TUM/Kompartemen dengan volume


nominal (∆V).

7.3.4. Lakukan penakaran masuk rnenggunakan BUS kernudian catat


masing-masing ketinggian setiap penakaran sampai batas
maksimum ruang kosong dan/atau kepekaan yang diizinkan.

45
 
7.3.5. Buat tabel data (d) tersebut di atas sebagai berikut:

Tabel Volume per Ketinggian Cairan

Volume yang Dikeluarkan


No. Ketinggian
Jumlah Terusan
Penakaran (cm)
(liter)
1 0 0 0
2 V-BUS-1 0 + V-BUS-1 x1
3 V-BUS-2 0 + V-BUS-1 + V-BUS-2 x2
4 V-BUS-3 …. x3
…. V-BUS-4 …. x4
…. V-BUS-5 …. x5
…. V-BUS-6 …. x6
0 + V-BUS-1 + V-BUS-2
N V-BUS-n + xn
…. + V-BUS-n
Catatan : V-BUS-1 = V-BUS-2 = …. = V-BUS-n
V-BUS minimum 10 liter

7.3.6. Tentukan letak indeks volume nominal (t1) berdasarkan ∆V dan


tabel volume per ketinggian cairan dengan interpolasi.

7.4. Perhitungan Ruang Kosong


Mengacu pada perhitungan letak indeks maka ruang kosong sama dengan
∆V sebagaimana butir 7.3.6.

7.5. Pembuatan Tabel Volume di sekitar Indeks TUM/Kompartemen


7.5.1. Posisikan permukaan cairan pada ketinggian volume nominal
kemudian ukur dan catat.

7.5.2. Tambahkan/kurangkan sejumlah volume cairan setiap perubahan


ketinggian 1 cm dan catat besarnya volume setiap penambahan
atau dengan cara menggunakan interpolasi Tabel Volume per
Ketinggian Cairan.

7.5.3. Buat tabel volume di sekitar indeks per ketinggian 1 cm


berdasarkan 7.5.2.

7.6. Perhitungan Cairan yang Tertinggal


Volume cairan yang tertinggal Vct = ΣV.

7.7. Perhitungan Deformasi TUM/Kompartemen


Volume akibat perubahan bentuk Vd = Vtk

46
 
Lampiran 5 Prosedur Pengujian Tangki Ukur Mobil Metode Volumetrik Penakaran
Keluar (Pengosongan)

PROSEDUR PENGUJIAN TANGKI UKUR MOBIL


METODE VOLUMETRIK
PENAKARAN KELUAR (PENGOSONGAN)

1. Pengantar

1.1. Maksud dan Tujuan

Prosedur ini menguraikan tentang tata cara dan tahapan pengujian TUM
menggunakan metode penakaran keluar (pengosongan), sebagai acuan
dalam pelaksanaan tera/tera ulang TUM.

1.2. Ruang Lingkup

Prosedur ini diberlakukan untuk TUM yang digolongkan sebagai UTTP


metrologi legal.

1.3. Prasyarat

1.3.1. Peralatan/perlengkapan uji yang digunakan harus bersertifikat.

1.3.2. Peralatan/perlengkapan uji yang digunakan harus berada dalam


kondisi laik pakai serta disesuaikan dengan tingkat ketelitian yang
diharapkan.

1.3.3. Petugas tera/tera ulang harus memahami dan menguasai:

a. Metoda pembacaan meniskus bejana ukur/gelas ukur;

b. Metoda pembacaan nonius pada salib ukur/alat ukur ketinggian


cairan;

c. Petunjuk perhitungan massa jenis air suling (bila menggunakan


air suling sebagai cairan ujinya);

2. Standar Acuan

2.1. Rekomendasi Internasional OIML Nomor R 80 Edisi Tahun 2009 tentang


“Road and Rail Tankers”;

2.2. Rekomendasi Internasional OIML Nornor R 120 Edisi Tahun 1996 tentang
“Standard Capacity Measure for Testing Measuring Systems for Liquids
other than Water”.

47
 
3. Standar, Peralatan, dan Perlengkapan Uji

3.1. Bejana ukur standar dengan ketelitian 0,05 %;

3.2. Thermometer dengan skala terkecil 0,1 oC;

3.3. Stopwatch;

3.4. Landasan bejana lengkap dengan waterpassnya;

3.5. Cerapan pengujian tangki ukur mobil metode volumetrik penakaran keluar;

3.6. Gelas ukur;

3.7. Areometer/densimeter/hydrometer;

3.8. Salib ukur, tongkat ukur, meter saku dan ban/pita ukur;

4. Notasi

∆ς : selisih antara “isi kompartemen TUM pada 28 oC” dengan “isi nominal
seharusnya”
γµ : koefisien muai kubik tangki ukur mobil yang diuji (TUM)
γσ : koefisien muai kubik bejana ukur standar (BUS)
ts : suhu air rata-rata dajam BUS
tm : suhu air rata-rata dalam TUM
ρσ : massa jenis air dalam BUS pada suhu pengujian ts
ρµ : massa jenis air dalam TUM pada suhu pengujian tm
∆V’ : selisih antara “volume nominal TUM seharusnya” dengan “jumlah volume
air yang ditakar”
Vk : volume TUM hasil penambahan atau pengurangan
∆ς ’ : volume air yang ditambahkan/dikurangkan untuk menentukan indeks
penunjukan
Χi : Pembacaan ketinggian pernrukaan air dengan salib ukur/’mistar pada
TUM BL’
Vrk : besamya volume ruang kosong
V : volume air yang ditambahkan ke dalam TUM hingga penuh yaitu sampai
bibir lubang TUM (dom)
Vtk : volume air yang ditambahkan atau dikeluarkan dari atau ke dalam TUM
hingga permukaan air tepat sampai pada indeks penunjuk
ΣV : jumlah volume air yang ditampung ke dalam standar volume

48
 
Tsi : suhu air dalam BUS pada setiap kali penakaran
Vd : volume deformasi

5. Persiapan Pengujian
5.1. Pastikan cairan yang digunakan berupa air bersih, bebas dari kontaminasi
atau bebas dari bahan yang dapat menyebabkan korosi dalam jumlah
yang cukup;
5.2. Pastikan kondisi peralatan/pelengkapan uji laik fungsi;
5.3 Catat/rekam data teknis Bejana Ukur Standar (BUS) dan TUM yang akan
diuji ke dalam cerapan pengujian;
5.4 Tentukan tipe penggunaan bejana ukur standar yang akan digunakan
"kering" dan/atau "basah".
Catatan:

BUS dengan tipe penggunaan "basah", saat pengosongannya harus


memperhatikan waktu tetes atau “delivery time”.

Volume Nominal Waktu Tetes


VN ≤ 20 liter 10 sekon
VN > 20 liter 30 sekon

6. Pelaksanaan Pengujian
6.1. Pengujian Volume Nominal.
6.1.1. Catat data kondisi pengujian;

6.1.2. Isilah BUS yang digunakan sampai kapasitas nominal;

6.1.3. Ukur dan catat suhu air dalam BUS (ts);

6.1.4. Tuangkan air yang ada dalam BUS ke TUM/kompartemen yang diuji
dengan memperhatikan waktu tetes atau "delivery time”-nya;

6.1.5. Ulangi langkah 6.1.2. sampai dengan 6.1.4. sehingga volume air
dalam tangki ukur mobil yang diuji mencapai volume nominal
TUM/kompartemen.

6.2. Penentuan Indeks Penunjukan dan Pengujian Kepekaan


6.2.1. Penentuan Kepekaan

6 2.1.1. Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan pada volume


nominal;
6.2.2.2. Kurangi volume cairan TUM/kompartemen dengan BUS
10 liter;
6.2.2.3. Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan (Xi);

49
 
6.2.2.4. Tambahkan volume cairan TUM/kompartemen dengan
BUS sebanyak 2 (dua) kali volume yang dikurangkan;
6.2.2.5. Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan.

6.2.2. Penentuan Indeks Volume Nominal

6.2.1.1. Hitung koreksi-koreksi volume yang timbul;


6.2.1.2. Tambahkan atau kurangkan volume air yang ada dalam
TUM/kompartemen sesuai hasil perhitungan koreksi di
atas;
6.2.1.3. Ukur ketinggian permukaan cairan pada volume nominal
dengan menggunakan salib ukur dan/atau tongkat ukur.

6.3. Pengujian Ruang Kosong


6.3.1. Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan pada volume nominal.

6.3.2. Tambahkan cairan secara bertahap menggunakan BUS sampai


dengan bibir manhole (dom), kemudian catat volume yang
ditambahkan (Vrk).

6.4. Pengujian Perubahan Bentuk (Deformasi)


6.4.1. Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan pada volume nominal.

6.4.2. Isi cairan pada kompartemen sebelahnya sampai volume nominal.

6.4.3. Amati dan catat perubahan ketinggian cairan pada komparternen


yang diuji.

6.4.4. Hitung volume perubahannya (Vd).

6.5. Pengujian Cairan yang Tertinggal


6.5.1. Keluarkan cairan dari TUM/Kompartemen yang diuji sampai
menetes dengan waktu tetesan selama 30 sekon.

6.5.2. Tutup kran dan miringkan TUM 1 : 20.

6.5.3. Buka kran, tampung sisa cairan, ukur volume dan catat.

7. Perhitungan
7.1. Menentukan kepekaan di sekitar indeks digunakan rumus sebagai berikut:

50
 
7.2. Menentukan volume TUM pada suhu 28°C
7.2.1. Faktor Koreksi akibat perbedaan suhu cairan (Ctl) adalah:

7.2.2. Faktor Koreksi akibat perbedaan bahan bejana ukur dan bahan
tangki (TUM) adalah (Cts):

7.2.3. V28 = [volume hasil penakaran (V)] ×


[(faktor koreksi akibat perbedaan suhu (Ctl)] ×

[faktor koreksi akibat perbedaan suhu bahan TUM dan


bejana (Cts)]

7.3. Menentukan letak indeks dari bibir manhole/dom


7.3.1. Lakukan penakaran masuk dengan menggunakan BUS berturut-
turut sampai dengan cairan uji dalam TUM/Kompartemen penuh
dan catat data suhu dan pembacaan BUS masing-masing.

7.3.2. Hitung volume total TUM/Kompartemen.

7.3.3. Hitung selisih volume total TUM/Kompartemen dengan volume


nominal (∆V).

7.3.4. Lakukan penakaran masuk rnenggunakan BUS kernudian catat


masing-masing ketinggian setiap penakaran sampai batas
maksimum ruang kosong dan/atau kepekaan yang diizinkan.

51
 
7.3.5. Buat tabel data (d) tersebut di atas sebagai berikut:

Tabel Volume per Ketinggian Cairan

Volume yang Dimasukkan


No. Ketinggian
Jumlah Terusan
Penakaran (cm)
(liter)
0 + V-BUS-1 + V-BUS-2
1 V-BUS-1 + x1
…. + V-BUS-n
2 V-BUS-2 …. x2
3 V-BUS-3 …. x3
4 V-BUS-4 …. x4
…. V-BUS-5 …. x5
…. V-BUS-6 0 + V-BUS-1 + V-BUS-2 x6
…. V-BUS-n 0 + V-BUS-1 xn
N 0 0 0

Catatan : V-BUS-1 = V-BUS-2 = …. = V-BUS-n


V-BUS minimum 10 liter
7.3.6. Tentukan letak indeks volume nominal (t1) berdasarkan ∆V dan
tabel volume per ketinggian cairan dengan interpolasi.

7.4. Perhitungan Ruang Kosong


Mengacu pada perhitungan letak indeks maka ruang kosong sama dengan
∆V sebagaimana butir 7.3.6.

7.5. Pembuatan Tabel Volume di sekitar Indeks TUM/Kompartemen


7.5.1. Posisikan permukaan cairan pada ketinggian volume nominal
kemudian ukur dan catat.

7.5.2. Tambahkan/kurangkan sejumlah volume cairan setiap perubahan


ketinggian 1 cm dan catat besarnya volume setiap penambahan
atau dengan cara menggunakan interpolasi Tabel Volume per
Ketinggian Cairan.

7.5.3. Buat tabel volume di sekitar indeks per ketinggian 1 cm


berdasarkan 7.5.2.

7.6. Perhitungan Cairan yang Tertinggal


Volume cairan yang tertinggal Vct = ΣV.

7.7. Perhitungan Deformasi TUM/Kompartemen


Volurne akibat perubahan bentuk Vd = Vtk

52
 
Lampiran 6 Keterangan Hasil Pengujian Tangki Ukur Mobil

KOP SURAT
(KANTOR DINAS YANG MEMBIDANGI URUSAN PERDAGANGAN DI PROVINSI
ATAU KABUPATEN/KOTA)

DISAHKAN BERDASARKAN
UNDANG UNDANG NO.2 TAHUN 1981
TENTANG METROLOGI LEGAL
DENGAN MEMBUBUHKAN
TANDA TERA SAH DAN JAMINAN

....................,.........................................

....................,......
 

53
 
KOP SURAT
(KANTOR DINAS YANG MEMBIDANGI URUSAN PERDAGANGAN DI PROVINSI
ATAU KABUPATEN/KOTA)
 

DISAHKAN BERDASARKAN
UNDANG UNDANG NO.2 TAHUN 1981
TENTANG METROLOGI LEGAL
DENGAN MEMBUBUHKAN
TANDA TERA SAH DAN JAMINAN

..............................,.......................................

....................,......
 

54
 
Lampiran 7 Konstruksi TUM Satu Kompartemen

D ≥ 400 mm 

55
 
Lampiran 8 Letak Lemping Volume Nominal Pada TUM Dua Kompartemen

56
 
Lampiran 9 Letak Lemping Volume Nominal Pada TUM Satu Kompartemen

57
 
Lampiran 10 Konstruksi dan Perlengkapan TUM BL

58
 
Lampiran 11 Contoh Lemping Isi Nominal Untuk TUM Satu Kompartemen

59
 
Lampiran 12 Contoh Lemping Isi Nominal Untuk TUM Dua Kompartemen

60
 

Anda mungkin juga menyukai