PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang dimanfaatkan
dalam eksplorasi sumber daya alam bawah permukaan. Prinsip kerja metode
geolistrik adalah mempelajari aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya
di permukaan bumi. Ide dasar dari metode ini sangatlah sederhana, yaitu dengan
menganggap bumi sebagai suatu resistor.
Metode geolistrik resistivitas berdasarkan tujuan penelitiannya dibagi
menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu metode resistivity mapping dan metode
resistivity sounding. Metode ini banyak digunakan dalam eksplorasi mineral
maupun masalah lingkungan (Reynold, 1997). Metode pengukuran kelistrikan
yang digunakan dalam geolistrik meliputi metode Self Potential (SP), resisitivitas,
Elektromagnetik (EM), Induced Polarization (IP) dan lain-lain.
Metode geolistrik resistivitas bertumpu pada analisa distribusi resistivitas
batuan. Data yang diperoleh merupakan data nilai resistivitas bawah permukaan
untuk selanjutnya dilakukan perhitungan inverse sehingga diperoleh variasi
resistivitas dari suatu pelapisan tanah yang berasosiasi dengan struktur geologi di
bawah permukaan (Loke, 1995). Metode ini memiliki banyak konfigurasi
elektroda, diantaranya yang sering digunakan adalah konfigurasi Wenner,
konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner-Schlumberger, konfigurasi mise-alamasse dan konfigurasi Dipole-dipole.
Nilai resistivitas yang diperoleh dari pengukuran menggunakan metode
geolistrik resistivitas memiliki manfaat yang sangat besar dalam perkembangan
keilmuan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Regional Geology untuk mengetahui struktur, stratigrafi dan sedimentasi.
2. Hidrogeologi/Geohidrologi untuk mengetahui muka air tanah, akuifer,
stratigrafi , intrusi air laut.
3. Geologi Teknik untuk mengetahui struktur, startigrafi, permeabilitas dan
porositas batuan, batuan dasar, pondasi, kontruksi bangunan teknis.
Agar dalam penulisan ini lebih sistematis dan pembahasan tidak melenceng
dari topik pembahasan, maka penulis membatasi penulisan pada:
1. Tidak membahas mengenai struktur batuan dan tanah.
2. Metode yang digunakan untuk mengetahui kualitas data adalah komparasi.
1.4 TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah
1. Untuk mengetahui bagaimana merancang dan membuat prototipe resistivity
meter digital atau alat ukur tahanan jenis tanah.
2. Untuk mengetahui bagaimana merancang dan membuat program akuisisi
menggunakan LabVIEW di dalam Personal Computer (PC) untuk
menampilkan data hasil pengukuran.
3. Untuk mengetahui metode dan cara pengukuran tahanan jenis tanah pada
suatu tempat.
1.5 MANFAAT
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini adalah
1. Untuk menghasilkan pengetahuan tentang perancangan alat resistivity meter
digial dan perancangan tampilan pada PC menggunakan LabVIEW.
2. Untuk mengetahui nilai tahanan jenis tanah pada suatu tempat.
1.6 METODOLOGI PENELITIAN
Dalam menyususun penelitian ini, penulis menggunakan metodologi
sebagai berikut :
1 Studi literatur dan diskusi
Pada tahap pertama perancangan ini penulis akan mempelajari literatur yang
berhubungan dengan perancangan alat ukur resistivitas tanah dan komponen
pendukung yang digunakan. Penulis juga berdiskusi dengan dosen - dosen
2
program LabVIEW.
Pengujian alat
PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang tinjauan pustaka dan
landasan teori secara umum serta perangkat keras maupun lunak yang digunakan
dalam penelitian yang berjudul PERANCANGAN DAN PEMBUATAN
PROTOTIPE RESISTIVITY METER DIGITAL.
2.1
KAJIAN PUSTAKA
Pengukuran resistansi menggunakan metode 4 (empat) probe pertama kali
dilakukan oleh Weibel (1916) untuk mengukur resistivitas pada bumi. Penelitian
terus berkembang sehingga pada saat ini telah banyak diproduksi alat ukur
tahanan jenis tanah, tetapi alat-alat tersebut memiliki harga yang sangat mahal.
Melihat permasalahan tersebut, membuat banyak peneliti merancang sebuah alat
ukur tahanan tanah yang memiliki harga lebih murah dan terjangkau.
Penelitian ini digunakan penulis untuk melakukan sebuah penelitian yaitu
membuat sebuah rancang bangun alat ukur tahanan jenis tanah portable dengan
menggunakan 4 (empat) probe. Perancangan serupa juga telah dilakukan oleh
Wahyudiyanto (2010),
rancang bangun alat ukur resistansi substrat tanah menggunakan probe sebanyak
empat buah dan mikrokontroler Atmega32 dengan tampilan LCD.
pengukuran dilakukan dengan
Prosedur
mengukur arus dan tegangan dimana membuat pengukuran lebih akurat pada
substrat tanah.
Perancangan
yang
dilakukan
oleh
Wahyudiyanto
(2010)
tersebut
akurasi yang lebih baik dan rentang pengukuran yang lebar sehingga diharapkan
dapat memberikan hasil pengukuran yang baik.
2.2
RESISTIVITAS
Resistivitas adalah suatu besaran atau parameter yang digunakan untuk
pada sebuah
L
Gambar 2.1
Analisa Perbedaan Resistansi Dan Resistivitas Menggunakan Tabung
Silinder
L
(1)
A
Rumus tersebut secara fisis dapat diartikan jika panjang silinder konduktor
(L) dinaikkan, maka resistansi akan meningkat, dan apabila diameter silinder
konduktor diturunkan yang berarti luas penampang (A) berkurang maka resistansi
juga meningkat. Di mana adalah resistivitas (tahanan jenis) dalam m.
Sedangkan menurut hukum Ohm, resistivitas R dirumuskan :
R=
V
(2)
I
VA
(3)
IL
2.3
dicetuskan oleh George Simon Ohm. Dia menyatakan bahwa beda potensial yang
timbul di ujung-ujung suatu medium berbanding lurus dengan arus listrik yang
mengalir pada medium tersebut. Selain itu, dia juga menyatakan bahwa tahanan
listrik berbanding lurus dengan panjang medium dan berbanding terbalik dengan
luas penampangnya. Formulasi dari kedua pernyataan Ohm di atas, dapat
dituliskan sebagai berikut:
\\
(5)
Arus atau arus listrik (I) merupakan banyaknya muatan (Q) atau perubahan
banyaknya muatan (dQ) yang mengalir pada sebuah penghantar dalam satuan
waktu (t) atau perubahan waktu (dt).
I=
dQ
( 6)
dt
tebalnya dr, dan beda potensial dV antara bagian luar dan dalam adalah :
I=
A dV
(7)
dr
I=
4 r 2 dV
(8)
dr
C2
surface
Gambar 2.2
Arus Listrik Menyebar
Tanda negatif menunjukan bahwa arus mengalir dari tempat berpotensial
tinggi ke rendah.
2.3.2 Potensial Oleh Elektroda Arus Tunggal di Permukaan Medium
Setengah Tak Berhingga
Gambar 2.3
Pola Arus Listrik yang Dipancarkan oleh Elektroda Arus Tunggal di
Permukaan medium Setengah Tak Berhingga
Untuk pola arus seperti gambar di atas, berlaku hukum Ohm seperti
ditunjukan pada rumus di bawah :
I=
A dV
dr
(9)
2 2 dV
r
dr
(10)
dV=
atau
I dr
(11)
2
2 r
V = dV =
I
I
d=
(12)
2
2 r
2
r1
r2
r3
r4
Gambar 2.4
Arus Listrik Dilepaskan pada Elektroda Arus A dan B
Elektroda M dan N Adalah Elektroda Potensial.
Karena potensial adalah besaran scalar, maka potensial di sembarang titik
oleh elektroda arus ganda akan merupakan jumlahan potensial oleh dua elektroda
arus tunggal. Oleh karena itu, dengan menggunakan persamaan (11), potensial di
titik M oleh arus yang melewati elektroda A dan B adalah :
VM =
1 1
1
(13)
2 r 1 r 2
Tanda negatif pada persamaan (13) disebabkan oleh arus yang harus
berlawanan pada elektroda arus ganda.
Potensial di titik N adalah :
VN =
1 1
1
(14)
2 r 1 r 2
1
V=V M V N =
2
[(
)(
1
1
1
1
r1 r 2
r3 r4
)]
(15)
[ ( ) ( )]
1 1
1 1
1
=
(16)
a 2a
2a a
2 a
Sehingga
=2 a
2.4
( V1 )(17)
KONFIGURASI ELEKTRODA
Resistivitas batuan dapat diukur secara tidak langsung dengan memasukan
arus listrik ke dalam tanah melalui dua titik elektroda di permukaan tanah dan
mengukur beda potensial antar dua titik elektroda yang lain di permukaan.
Gambar 2.5
Susunan elektroda untuk pengukuran resistivitas
2.4.1 Sounding
Sounding adalah penyelidikan perubahan resistivitas bawah permukaan
kearah vertikal. Caranya pada titik ukur yang tetap, jarak elektroda arus dan
tegangan diubah/divariasi. Konfigurasi elektroda yang biasa dipakai adalah
konfigurasi Sclumberger.
C1
P1
P2
C2
n=1
n=2
n=3
Gambar 2.6
Teknik Vertical Sounding
2.4.2 Traversing atau Mapping
Traversing atau Mapping adalah penyelidikan perubahan resistivitas
bawah permukaan kearah lateral (horisontal). Metode yang digunakan adalah
dengan mengatur jarak elektroda arus dan tegangan tetap sedangkan titik ukur
dipindah/digeser secara horizontal. Konfigurasi yang biasa dipakai adalah
konfigurasi Wenner atau Dipole-dipole (dua kutub).
C1
P1
P2
C2
a
n=5
tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena
elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB.
Gambar 2.8
Konfigurasi Wenner
2.5
perak asli
Batuan-batuan lain pun juga memiliki range resistivitas yang bervariasi karena
disebabkan oleh komposisi yang bermacam-macam.
Batuan dibedaka menjadi tiga kelompok besar berdasarkan nilai
resistivitasnya, yaitu:
Konduktor
Semi Konduktor
Isolator
: 10-8 m <<1m
: 1m <<107 m
:107 m >
(Telford W. And Sheriff, 1982)
RESISTIVITAS (m)
Udara
Pirit
3 x 10-1
Galana
2 x 10-3
Kwarsa
4 x 1010s.d. 2 x 1014
Kalsit
1012 s. d. 1013
Batuan Garam
30 s. d. 1013
Mika
9 x 1012s. d. 1014
Garnit
102 s. d. 106
Gabro
103s. d. 106
Basalt
10 s. d. 107
Batuan Gamping
50 s. d. 107
s. d. 108
Batuan Pasir
Batuan Serpih
20 s. d. 103
Dolomit
102s. d. 104
Pasir
1 s. d. 103
Lempung
1 s. d. 102
Air Tanah
0.5 s. d. 3 x 102
Air Laut
0.2
Tabel 2.1
2.6
PERANGKAT KERAS
Perangkat keras atau hardware adalah komponen dari sebuah sistem yang
mempunyai sifat bisa dilihat dan diraba secara langsung atau berbentuk nyata Di
bawah ini akan dijelaskan perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini.
2.6.1 Mikrokontroler
Mikrokontroler atau pengendali mikro adalah sebuah komputer kecil
(special purpose computers) di dalam sebuah Integrated Circuit (IC). IC
tersusun atas beberapa komponen yaitu Central Processing Unit (CPU), memori,
timer, saluran komunikasi serial dan parallel, port input/output, Analog to Digital
Converter (ADC), dll. Mikrokontroler digunakan sebagai pengendali sistem yang
mengatur semua proses.
dan
mikrokontroler.
Downloader
merupakan
rangkaian
Gambar 2.10
Struktur Pin ATMega2560 dengan menggunakan Arduino
ATMega 2560 memiliki spesifikasi yang cukup untuk digunakan pada
perancangan prototype ini. Berikut adalah spesifikasi dari ATMega 2560.
Bekerja pada tegangan
5V
7-12V
6-20V
16
40 mA
50 mA
Memori
SRAM
8 KB
EEPROM
4 KB
Clock Speed
16 MHz
UART, 16 MHz osilator kristal, koneksi USB, power jack, ICSP Header, dan
tombol reset.
Gambar 2.11
Bentuk Fisik Arduino Mega2560
2.6.2
Relay
Relay merupakan sebuah saklar yang dikendalikan oleh arus. Relay
memiliki sebuah kumparan tegangan rendah yang dililitkan pada sebuah inti.
Sebuah armatur besi terdapat di dalam relay yang akan tertarik menuju inti apabila
arus mengalir melewati kumparan. Armatur ini terpasang pada suatu tuas
berpegas. Ketika armatur tertarik menuju inti, kontak jalur bersama akan berubah
posisinya dari kontak normal tertutup ke kontak normal terbuka (Bishop, 2002
dalam Nurmawadah, 2011). Prinsip kerja dari relay dapat dilihat seperti pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2.12
Blok Diagram Prinsip Kerja Relay
Gambar 2.13
Modul Relay 16 Channel
Relay dengan 16 channel tersebut digunakan sebagai trigger terhadap
power supply untuk mengalirkan arus ke setiap probe/konduktor yang berjumlah
16 buah. Power supply selain sebagi sumber tegangan untuk sistem, juga
digunakan sebagai sumber arus untuk di alirkan ke bawah permukaan tanah.
Relay berperan sebagai pengatur kapan sebuah probe/konduktor dapat aktif yaitu
mengalirkan arus ke bawah permukaan tanah dan kapan probe/konduktor tersebut
pasif yaitu tidak mengalirkan arus.
2.6.3
hanya mempunyai satu output. Dengan menggunakan selektor, dapat dipilih salah
satu inputnya untuk dijadikan output. Sehingga dapat dikatakan bahwa
multiplexer ini mempunyai n-input, m-selector , dan 1 output. Biasanya jumlah
inputnya adalah 2m selektornya.
Gambar 2.14
Blok Diagram Logika Multiplexer
Multiplexer bekerja seperti sebuah saklar (switch) multi posisi yang
dikontrol secara digital, dimana kode digital yang diberikan ke input - input select
mengontrol input - input data mana yang di switch ke output. misalnya, pada
multiplexer dua input, output z akan sama dengan input data Io untuk kode input
select berlogik 1, Z akan sama dengan I1 untuk kode input select berlogik 0.
Dengan kata lain multiplexer memiilih 1 dari N data input dan menyalurkan data
yang terpilih ke suatu chanel output tunggal.
Demultiplexer adalah rangkaian logika yang menerima satu input data dan
mendistribusikan input tersebut ke beberapa output yang tersedia. Kendali pada
demultiplekser akan memilih saklar mana yang akan dihubungkan. Pemilihan
keluarannya dilakukan melalui masukan penyeleksi. Seleksi data-data input
dilakukan oleh selector line, yang juga merupakan input dari demultiplekser
tersebut. Pada demultiplekser saluran kendali sebanyak "n" saluran dapat
menyeleksi saluran keluaran.
Gambar 2.16
Bentuk Fisik Modul Multiplexer/Demultiplexer
2.6.4
(mulai detik, menit, jam, tanggal, bulan, serta tahun) dengan akurat dan
menjaga/menyimpan data waktu tersebut secara real time. RTC tersebut bekerja
real time, sehingga setelah proses hitung waktu dilakukan keluaran datanya
langsung disimpan atau dikirim ke peralatan lain melalui sistem antarmuka. RTC
dilengkapi dengan baterai sebagai penyuplai tegangan pada IC, sehingga RTC
akan tetap bekerja walaupun peralatan yang dihubungkan dengan RTC dimatikan.
RTC dinilai cukup akurat sebagai pewaktu (timer) karena menggunakan osilator
kristal.
Gambar 2.17
Modul RTC IC DS3231
Modul RTC yang digunakan pada perancangan ini yaitu menggunakan IC
DS3231 merupakan salah satu tipe IC RTC yang dapat bekerja dalam daya listrik
rendah dengan presisi yang sangat tinggi dalam mencacah waktu. Modul ini juga
karakter yang diinginkan. LCD menggunakan dua buah lembaran bahan yang
dapat mempolarisasikan kristal cair di antara kedua lembaran tersebut. Arus listrik
yang melewati cairan menyebabkan kristal merata sehingga cahaya tidakdapat
melalui setiap kristal, karenanya seperti pengaturan cahaya menentukanapakah
cahaya dapat melewati atau tidak. Sehingga dapat mengubah bentukkristal
cairannya membentuk tampilan angka atau huruf pada layar.
LCD telah banyak digunakan dalam perancangan suatu sistem dengan
menggunakan mikrokontroler sebagai penampil data.
Gambar 2.18
Bentuk Fisik LCD 20x4
2.6.6
bagian yang penting dalam komputer modern dan letaknya di dalam CPU (Central
Processing Unit).
Perancangan prototipe resistivity meter digital ini menggunakan Mikro SD
/ SD card sebagai media untuk menyimpan data pengukuran. Mikro SD / SD card
adalah jenis kartu memori flash yang berukuran paling kecil yang dikembangkan
oleh SD Card Association yang berfungsi untuk menyimpan data-data pada
portable device. MicroSD digunakan sebagai penyimpan data di luar internal
perangkat. Dalam penggunaannya microSD membutuhkan slot sebagai antar
muka antara microSD dengan perangkat lain yang saling terhubung.
Gambar 2.19
Bentuk Fisik Mikro SD dan SD card
2.7
penelitian ini software yang digunakan adalah Arduino IDE dan LabVIEW 2015.
2.7.1
Arduino IDE
Arduino IDE adalah software yang digunakan untuk mengembangkan dan
mengisi program ke dalam Arduino. Arduino IDE ini dapat digunakan pada OS
Windows, Windows, Mac OS dan Linux. Aplikasi ini digunakan untuk membuat,
membuka, dan mengedit source code arduino. Source code tersebut berisikan
logika dan algoritma yang akan diupload ke dalam IC mikrokontroller yang
tertanam di modul arduino.
Gambar 2.20
Tampilan Arduino IDE
Interface Arduino IDE tampak seperti gambar di atas. Dari kiri ke kanan
dan atas ke bawah, bagian-bagian IDE Arduino terdiri dari:
1. Verify : pada versi sebelumnya dikenal dengan istilah Compile. Sebelum
aplikasi diupload ke board Arduino, biasakan untuk memverifikasi terlebih
dahulu sketch yang dibuat. Jika ada kesalahan pada sketch, nanti akan muncul
error. Proses Verify/Compile mengubah sketch ke binary code untuk diupload
ke mikrokontroller.
2. Upload : tombol ini berfungsi untuk mengupload sketch ke board Arduino.
Walaupun kita tidak mengklik tombol verify, maka sketch akan di-compile,
kemudian langsung diupload ke board. Berbeda dengan tombol verify yang
hanya berfungsi untuk memverifikasi source code saja.
3. New Sketch : Membuka window dan membuat sketch baru.
4. Open Sketch : Membuka sketch yang sudah pernah dibuat. Sketch yang dibuat
dengan IDE Arduino akan disimpan dengan ekstensi file .ino.
5. Save Sketch : menyimpan sketch, tapi tidak disertai mengcompile.
6. Serial Monitor : Membuka interface untuk komunikasi serial, nanti akan kita
diskusikan lebih lanjut pada bagian selanjutnya.
7. Keterangan Aplikasi : pesan-pesan yang dilakukan aplikasi akan muncul di
sini, misal "Compiling" dan "Done Uploading" ketika kita mengcompile dan
mengupload sketch ke board Arduino.
LabVIEW
Laboratory Virtual Instrument Engineering Workbench (LabVIEW)
yang
sudah
tersedia
di
palet
(kotak
intruksi),
dan
menghubungkannya dengan kawat ke ikon yang lain. Kawat ini sama seperti
variabel pada bahasa pemrograman teks. Dengan cara ini, LabVIEW
menyederhanakan pemrograman, karena kawat hanya akan terhubung apabila
tipe datanya sesuai sehingga menghilangkan kebutuhan manajemen memori
dan deklarasi tipe data setiap variabel seperti dalam Bahasa pemrograman
teks.
3. LabVIEW didesain sebagai sebuah bahasa pemrograman parallel (multicore)
yang mampu menangani beberapa insteuksi sekaligus dalam waktu
bersamaan. Hal ini sangat sulit dilakukan dalam bahasa pemrograman teks,
karena biasanya bahasa pemrograman teks mengeksekusi instruksinya secara
berurutan per baris, satu demi satu. Dengan LabVIEW, pengguna dapa
membuat aplikasi eksekusi parallel ini secara mudah dengan menempatkan
beberapa struktur loop secara terpisah dalam block diagram.
4. Sifat modular LabVIEW memungkinkan pengguna untuk membuat program
yang kompleks dan rumit menjadi sederhana, yaitu dengan cara membuat
subprogram, atau di LabVIEW disebut subVI.
BAB III
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALAT
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang perancangan hardware,
blok diagram alat, perancangan software, casing, sistematika perancangan, serta
implementasi alat dan tampilan display prototipe resistivity meter digital.
3.1
PERANCANGAN HARDWARE
Perancangan hardware menjelaskan mengenai blok diagram perancangan
alat secara keseluruhan yang terdiri dari mikrokontroler Arduino Mega 2560, RTC
DS3231, memori mikro SD card, modul switch/relay, multiplexer/demultiplexer,
probe/konduktor dan rangkaian LCD 20x4 serta sistem antarmuka yang
MUX/DEMUX
digunakan.
MEMORI
3.1.1
Blok
RTC
Diagram Alat
PROBE
Modul Switch
DISPL
Power Supply
INPUT
PROSESOUTPUT
Berfungsi
untuk
Berfungsi
untuk
penerima
switch.
LCD 20 x 4
hasil
pengukuran
pada
PC
3.1.2
Konsep dasar perancangan alat ini adalah dengan mengacu pada metode
resistivitas konfigurasi wenner, dimana pengukuran menggunakan empat probe
dengan dua probe sebagai media untuk injeksi arus ke bawah permukaan tanah
dan dua probe lain sebagai media untuk menghantarkan beda potensial yang
timbul akibat injeksi arus. Peneliti ingin membuat prototype ini agar dapat
mengukur nilai resistivitas yang lebih bervariasi dengan jarak yang lebih jauh,
sehingga pada perancangan ini menggunakan sebanyak 16 probe. Probe-probe
tersebut akan saling bergantian untuk mengukur nilai resistivitas pada tempat
tersebut.
Arus yang bersumber dari power supply disambungkan dengan modul
switch/relay. Mikrokontroler akan mengatur relay mana yang akan aktif sehingga
arus akan dialirkan menuju probe A dan B yang berperan sebagai konduktor untuk
injeksi arus ke bawah permukaan. Arus yang yang diinjeksikan bernilai konstan
atau dengan kata lain sama untuk setiap probe. Resistivitas yang beragam
terkandung pada material dibawah tanah, sehingga menyebabkan adanya beda
potensial. Beda potensial tersebut selanjutnya dideteksi oleh probe M dan N untuk
selanjutnya menuju multiplexer/demultiplexer. Multiplexer/demultiplexer akan
mengalirkan beda potensial yang timbul menuju mikrokontroler untuk selanjutnya
dibaca dan diolah oleh mikon.
Mikrokontroler akan melakukan akuisisi data yang dapat terukur, untuk
kemudian ditampilkan ke LCD dan juga dapat dilakukan monitoring
menggunakan display yang telah dibuat menggunakan LabView pada PC. Data
juga akan secara otomatis tersimpan ke dalam memori berupa mikro SDcard.
Mikrokontroler secara otomatis akan memindahkan atau menggeser probe,
sehingga yang pada awalnya probe 1 dan 4 merupakan probe A dan B serta probe
2 dan 3 merupakan probe M dan N akan bergeser. Probe 2 dan 5 akan menjadi
probe A dan B sedangkan probe 3 dan 4 aka menjadi probe M dan N. begitu
seterusnya hingga probe terakhir. Data yang tercatat akan dapat terlihat secara
lengkap pada display yang ada di PC, sedangkan LCD hanya akan menampilkan
hasil pengukuran pada saat itu.
3.1.3
Gambar 3.2
Diagram Alir Sistem
Penjelasan diagram alir pada gambar 3.2 sebagai berikut:
1
adalah pemasangan
3
4
media kabel.
Menghubungkan power supply berupa aki kering pada digitizer.
Mengaktifkan digitizer dengan menekan saklar sehingga muncul indicator
bagus.
Data hasil pengukuran akan diolah di dalam digitizer untuk selanjutnya akan
dihasilkan nilai resistivitas dan parameter-parameter yang dibutuhkan unttuk
8
9
dilakukan analisa.
Keluaran dari digitizer akan disimpan pada memori/storage.
LCD dan PC akan menampilkan data-data pengukuran sehingga user dapat
melakukan monitoring.
3.2
PERANCANGAN SOFTWARE
Software atau perangkat lunak yang digunakan adalah pemrograman
IDE. Software tersebut digunakan untuk membuat coding, logika dan algoritma
yang akan digunakan pada mikrokontroler. Pembuatan coding, logika dan
algoritma pada pemrograman di mikrokontroler dapat dibantu dengan
menggunakan program proteus. Program proteus ini bisa membantu dalam
perancangan khusunya untuk pengkabelan sehingga mudah untuk dibayangkan.
3.2.2
Perancangan perangkat lunak secara umum dapat dilihat melalui diagram alir
yang ditunjukan pada gambar 3.3. Diagram alir tersebut menggambarkan proses
bagaimana data-data yang berkaitan dengan resistivitas, mulai dari awal proses
pengukuran hingga bisa diperoleh nilai resistivitas dan dapat tampil di LCD
maupun PC.
Gambar 3.3
Diagram Alir Perancangan Mikrokontroler
3.3
PERANCANGAN CASING
Perancangan casing dibuat untuk memberikan gambaran fisik dari
prototipe resistivity meter digital yang akan dibuat. Casing perlu dibuat agar
komponen elektronik yang ada di dalamnya dapat terlindung dari gangguan dari
luar. Rancangan casing untuk prototipe resistivity meter digital yang akan dibuat
dapat dilihat seperti pada gambar 3.4 di bawah ini.
Gambar 3.4
Rancangan Casing Prototipe resistivity meter digital
Casing prototipe resistivity meter digital ini memuat beberapa komponen,
diantaranya adalah minimum sistem ATMega 2560, RTC, LCD 20x4, modul relay
3.4
PERANCANGAN TAMPILAN
LabVIEW merupakan software yang digunakan untuk merancangan
Graphical User Interface (GUI) pada prototipe resistivity meter digital ini. GUI
ini yang nanti akan digunakan untuk menampilkan data resistivitas dan parameterparameter yang dibutuhkan. Tampilan LabVIEW yang digunakan pada
perancangan
ini
dibuat
secara
sederhana
sehingga
memudahkan
Gambar 3.5
Rancangan Tampilan pada PC
Gambar 3.5 menggambarkan desain yang nanti akan menampilkan data
dan parameter yang diukur. Beberapa parameter yang diukur yaitu arus, tegangan,
resistivitas, daya power supply, koordinat, elevasi, waktu dan beberapa unsur
lainnya. Seluruh data yang dihasilkana akan disimpan dalam sebuah file berformat
excel dengan nama file berdasarkan tanggal data dan berlokasi disebuah folder
khusus di komputer.