Anda di halaman 1dari 42

PENERAAN UTTP LISTRIK

Bahan Ajar
Diklat Fungsional Penera Tingkat Ahli Kelas C
Tahun 2016

Disusun Oleh
Mohammad Ridwan, S.T., M.T.
197706162008011011

Pusat Pengembangan Sumber Daya Kemetrologian


Kementrian Perdagangan R.I
2016
KATA PENGANTAR DAN
PENGESAHAN

Widyaiswara merupakan tulang punggung dari proses pendidikan dan


pelatihan terutama dalam proses belajar mengajar di suatu institusi
pendidikan dalam hal ini Pusat Pengembangan SDM Kemetrologian.

Ada berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh seorang Widyaiswara


untuk mengimplementasikan pengembangan dan pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan yang merupakan salah satu tugas dan fungsi dari
widyaiswara, beberapa diantaranya adalah melakukan tatap muka di depan
kelas, meyusun bahan ajar, menyusun RBPMD/RP, menyusun bahan
tayang, yang merupakan bahan diklat sesuai dengan spesialisasinya.
Penyusunan bahan- bahan diklat tersebut sangat berguna dan diperlukan
bagi widyaiswara guna memudahkan dalam penyampaian materi maupun
bagi para peserta diklat untuk dapat memahami materi-materi yang
disampaikan secara menyeluruh sehingga dapat diimplementasikan secara
maksimal.

Pada kesempatan ini, kami menyambut baik upaya Saudara Mohammad


Ridwan yang telah menyusun bahan ajar yang berkaitan dengan materi
”Peneraan UTTP Listrik” pada Diklat Fungsional Penera Ahli. Mengingat
esensi bahan ajar tersebut telah sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan,
untuk itu dinyatakan sah dan layak dapat digunakan dalam pembelajaran
pada Diklat Fungsional Penera Ahli yang diselenggarakan pada tahun 2016.

Selanjutnya bahan diklat tersebut juga dapat digunakan sebagai referensi


dalam kegiatan pembelajaran di lingkungan Pusat Pengembangan Sumber
Daya Kemetrologian, Kementerian Perdagangan. Demikian kiranya bahan
ajar diklat dimaksud agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 1 Agustus 2016


Kepala Subbid Pelaksanaan
Pengembangan SDM Kemetrologian

Zumrotul Mahmudah, S.Pd, M.Pd


NIP. 198209302008012007
PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’aalamiin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


karena berkat rahmat, karunia dan bimbinganNya, penulis dapat menyelesaikan
bahan ajar Pengenalan UTTP Listrik untuk Diklat Fungsional Penera Ahli. Tahun
2016
Bahan ajar ini ditulis sesuai dengan tingkat kebutuhan, daya serap dan latar
belakang pendidikan peserta diklat serta berdasarkan pendekatan kurikulum
berbasis kompetensi.

Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan bahan ajar ini. Penulis juga mengharapkan masukan, kritik
dan saran agar pada penyusunan mendatang dapat lebih sempurna lagi.

Akhir kata, penulis berharap semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri, semua pihak yang memerlukan serta bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Bandung, 1 Agustus 2016


Widyaiswara

Mohammad Ridwan, S.T., M.T.


NIP. 19770616 200801 1 011

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Deskripsi Singkat...................................................................................... 1

C. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta............................................................. 1

D. Tujuan Pembelajaran ............................................................................... 2

1. Hasil Belajar ........................................................................................ 2

2. Indikator Hasil Belajar .......................................................................... 2

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok......................................................... 2

F. Petunjuk Belajar ....................................................................................... 2

BAB II. KONSEP DASAR ENERGI LISTRIK........................................................ 4

A. Daya dan Energi Listrik ............................................................................ 4

B. Sistem Tenaga Listrik ............................................................................... 6

C. Teori Pengukuran Energi Listrik ............................................................... 8

D. Rangkuman ............................................................................................ 10

E. Latihan ................................................................................................... 10

BAB III. METER kWh ......................................................................................... 11

A. Definisi Meter kWh ................................................................................. 11

B. Elemen-Elemen Meter kWh Dinamis ...................................................... 11

C. Klasifikasi Meter kWh ............................................................................. 16

D. Prinsip Kerja Meter kWh Dinamis ........................................................... 18

E. Rangkuman ............................................................................................ 18

F. Latihan ................................................................................................... 18

ii
BAB IV. PENGUJIAN METER kWh ................................................................... 19

A. Metode Perbandingan Energi ................................................................. 19

B. Metode Wattmeter dan Stopwatch.......................................................... 21

C. Pengujian Tera dan Tera Ulang Meter kWh............................................ 24

D. Pembubuhan Tanda Tera ....................................................................... 31

E. Rangkuman ............................................................................................ 32

F. Latihan ................................................................................................... 32

BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 33

A. Kesimpulan ............................................................................................ 33

B. Implikasi ................................................................................................. 33

C. Tindak Lanjut .......................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 34

LAMPIRAN ........................................................................................................ 35

BIODATA PENULIS........................................................................................... 37

iii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang no. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan,


bahwa perusahan negara menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah
yang cukup, kualitas yang baik dan harga yang wajar dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata
serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehingga pemerintah
mempunyai kewajiban untuk tetap selalu berkomitmen untuk melayani
masyarakat dengan menjaga tertib ukur dalam sektor perdagangan baik nasional
maupun internasional.

B. Deskripsi Singkat

Mata diklat Peneraan UTTP Listrik ini membahas pengetahuan dasar UTTP
listrik, kWh meter, pengujian meter kWh dinamis, pengujian meter kWh statis,
dan keputusan hasil pengujian.

C. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta

Modul ini sebagai salah satu pedoman peserta dalam membantu proses
pembelajaran pada Diklat Fungsional Penera Tingkat Ahli. Melalui bahan ajar ini,
peserta diklat dapat memahami landasan ilmiah energi listrik, menjelaskan
elemen termasuk klasifikasi meter kWh serta dapat menerapkan proses
pengujiannya. Hubungan antara bahan ajar ini dengan bidang kemetrologian,
yaitu bahwa meter kWh merupakan salah satu alat ukur yang wajib dilakukan
peneraan.

1
D. Tujuan Pembelajaran

1. Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu mengevaluasi


keputusan hasil pengujian meter kWh sesuai dengan Syarat Teknis yang
berlaku.

2. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:

a. Menjelaskan konsep dasar energi listrik;


b. Memahami meter kWh; dan
c. Memahami pengujian meter kWh.

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

1. Konsep dasar energi listrik


a. Daya dan energi listrik;
b. Teori pengukuran energi listrik.
2. Meter kWh
a. Definisi meter kWh;
b. Elemen-elemen meter kWh dinamis;
c. Klasifikasi meter kWh;
d. Prinsip kerja meter kWh dinamis.
3. Pengujian meter kWh
a. Metode perbandingan energi;
b. Metode wattmeter dan stopwatch;
c. Pengujian tera dan tera ulang meter kWh;
d. Pembubuhan tanda tera.

F. Petunjuk Belajar

Agar proses pembelajaran berlangsung baik dan lancar serta tujuan


pembelajaran tercapai, disarankan Anda mengikuti langkah-langkah berikut.

2
1. Selama sesi belajar diharapkan peserta aktif mengikuti proses belajar
mengajar dengan cara diskusi, tanya jawab, praktikum dan aktivitas
latihan.
2. Membaca dengan cermat dan pahami tujuan pembelajaran yang tertera
pada awal bab.
3. Untuk memperluas wawasan, peserta diharapkan mempelajari bahan-
bahan dari sumber lain.
4. Jika terdapat kesulitan, segera diskusikan dengan widyaiswara.

3
BAB II. KONSEP DASAR ENERGI LISTRIK

Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat


menjelaskan konsep dasar energi listrik.

A. Daya dan Energi Listrik

Daya didefinisikan sebagai kecepatan untuk melakukan usaha, sedangkan


usaha di dalam listrik merupakan perubahan bentuk energi. Sehingga daya listrik
adalah kecepatan alat untuk mengubah energi listrik menjadi bentuk energi lain.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat dirumuskan sebagai berikut.

𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
𝐷𝑎𝑦𝑎 =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢

Jika dinyatakan dalam persamaan matermatika, dapat dituliskan sebagai berikut:

𝑊
𝑃= ⋯ (2.1)
𝑡

𝑊 = 𝑃. 𝑡 ⋯ (2.2)

Dimana: P = daya listrik dalam satuan J/s atau watt [W]


W = energi listrik dalam joule [J] atau watt second [Ws]
t = waktu dalam second [s].

Berdasarkan persamaan di atas, satuan energi listrik dapat dituliskan sebagai


watt second, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam
penghitungan tarif listrik adalah kilowatt jam atau kilowatt hour [kWh]. Hubungan
antara energi listrik (W), beda potensial (V), kuat arus listrik (I) dan daya listrik (P)
dapat dituliskan sebagai berikut:

4
Tabel 1. Hubungan Energi Listrik, Beda Potensial, Kuat Arus dan Daya Listrik

Rumus Energi Listrik Hubungan Energi &Daya Rumus Daya Listrik

W = V.I.t W = V.I

𝑉2 𝑉2
𝑊= ×𝑡 W = P.t 𝑃=
𝑅 𝑅

W = I2.R.t P = I2.R

Dimana: P = daya listrik dalam watt [W]


I = kuat arus listrik dalam ampere [A]
V = beda potensial listrik dalam volt [V]
R = hambatan alat dalam satuan ohm [Ω]

Daya listrik terbagi atas:

1. Daya aktif (P)


Disebut juga sebagai daya nyata. Daya nyata merupakan daya listrik
yang digunakan untuk keperluan menggerakkan mesin-mesin listrik atau
peralatan lainnya. Satuan daya aktif adalah watt [W].
2. Daya reaktif (Q)
Daya reaktif merupakan daya yang memiliki beban yang bersifat induktif
dan/ atau kapasitif. Satuan daya reaktif adalah VAR.
3. Daya semu (S)
Daya semu merupakan daya dari hasil perkalian vektor daya aktif dan
daya reaktif. Satuan daya semu memiliki satuan VA.

Dari ketiga daya diatas, maka dapat dibuat gambar segitiga daya yang
merupakan besaran vektor yang saling mempengaruhi dan sangat berpengaruh
dengan beban listrik yang terpasang.

5
S [VA]
Q [VAR]
[[w[
[[w[

P [W]

Gambar 2.1[[w[
Segitiga Daya

Besaran yang berpegaruh pada pengukuran meter kWh arus bolak-balik, yaitu:

 Arus
 Tegangan
 Faktor daya (cos ᵠ atau sin ᵠ)

Cos ᵠ adalah faktor daya pada kWh meter dan Sin ᵠ adalah faktor daya pada
kVARh meter.

B. Sistem Tenaga Listrik

Sistem Tenaga Listrik secara umum dapat diartikan sebagai sekumpulan Pusat
Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh
Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Dalam
sistem tenaga listrik terbagi menjadi 3 sub sistem yaitu :

a. Sistem Pembangkitan
b. Sistem Transmisi
c. Sistem Distribusi

a. Sistem Pembangkitan
Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik berfungsi membangkitkan energi listrik
melalui berbagai macam pembangkit tenaga listrik. Pada Pembangkit Tenaga
Listrik ini sumber-sumber energi alam dirubah oleh penggerak mula menjadi
energi mekanis yang berupa kecepatan atau putaran, selanjutnya energi
mekanis tersebut diubah menjadi energi listrik oleh generator.

6
Dalam sistem pembangkit tenaga listrik, sumber sumber energi tenaga listrik
dapat berupa:

 Energi alam yang berasal dari air terjun maupun aliran sungai akan
menghasilkan pembangkit hidro berupa Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA).
 Energi alam berupa tenaga angin, tenaga pasang naik dan pasang surut
air laut masih belum termanfaatkan dengan baik.
 Energi alam yang berasal dari tenaga matahari masih dikembangkan
terus, sehingga belum dipasarkan secara komersial.

b. Sistem Transmisi
Sistem transimisi merupakan suatu proses penyaluran tenaga listrik dari
tempat pembangkit tenaga listrik hingga saluran distribusi listrik (substation
distribution) sehingga dapat disalurkan sampai pada pengguna listrik. Sistem
Transmisi berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke
pusat beban melalui saluran transmisi.
Saluran transmisi akan mengalami rugi-rugi tenaga, maka untuk mengatasi
hal tersebut tenaga yang akan dikirim dari pusat pembangkit ke pusat beban
harus ditransmisikan dengan tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi.
Secara umum dalam sistem transimisi terbagi menjadi:
• Berdasarkan penempatan terdiri dari saluran udara dan saluran bawah
tanah.
• Berdasarkan jarak terdiri dari saluran transmisi jarak pendek sekitar
sampai dengan 50 mil saluran transmisi jarak menengah antara 50 mil
sampai dengan 150 mil dan saluran transmisi jarak jauh lebih dari 150
mil.
• Berdasarkan karakteristiknya saluran transmisi mempunyai parameter
yang terdiri dari resistans, induktans, kapasitans dan konduktans.

c. Sistem Distribusi
Sistem distribusi berfungsi untuk menyalurkan daya dari sistem transmisi
menuju ke pelanggan. Daya dari sistem transmisi di step down pada gardu
induk distribusi kemudian disalurkan melalui trafo tegangan rendah ke rumah-
rumah dengan rating tegangan 220/380 V.

7
Sistem distribusi terbagi atas :

a) Sistem Distribusi Primer


Sistem Distribusi Primer merupakan jaringan tegangan menengah yang
menghubungkan gardu induk dengan gardu distribusi dengan
menggunakan tegangan 6 kV, 7kV, 12 kV dan 20 kV. Jaringan tegangan
menengah menggunakan 3 fasa.
b) Sistem Distribusi Sekunder
Sistem Distribusi Sekunder merupakan jaringan tegangan rendah yang
terhubung dari sisi sekunder trafo distribusi hingga sambungan di rumah-
rumah. Jaringan tegangan rendah beroperasi dengan rating 220 – 380 V
dengan fasa tunggal.

C. Teori Pengukuran Energi Listrik

Meter kWh yang banyak digunakan di rumah tangga adalah meter kWh satu fasa
dua kawat, yaitu terdiri dari satu elemen tegangan (kumparan tegangan) dan
satu elemen arus.

Daya (P) yang terukur oleh meter kWh adalah perklaian antara tegangan (V),
arus (I) dan faktor daya (cos ᵠ).

𝑃 = 𝑉. 𝐼. 𝑐𝑜𝑠𝜑 ⋯ (3)

Gambar 2.2 Diagram Kawat 3 Kumparan Tegangan dan 3 Kumparan Arus

Daya yang terbaca pada meter kWh:

8
𝑃 = (𝑉𝑅1−0 × 𝐼𝑅1−0 × 𝑐𝑜𝑠𝜑𝑅1 ) + (𝑉𝑆2−0 × 𝐼𝑆2−0 × 𝑐𝑜𝑠𝜑𝑆2 )
+ (𝑉𝑇3−0 × 𝐼𝑇3−0 × 𝑐𝑜𝑠𝜑 𝑇3 ) ⋯ (4)

Untuk beban-beban yang simetris dan sama besar maka persamaannya menjadi:

𝑃 = 3. 𝑉. 𝐼. 𝑐𝑜𝑠𝜑 ⋯ (5)

Daya reaktif yang terbaca oleh kVArh meter:

𝑄 = (𝑉𝑆2−𝑇3 × 𝐼𝑅1 × 𝑐𝑜𝑠(90 − 𝜑)) + (𝑉𝑇3−𝑅1 × 𝐼𝑆2 × 𝑐𝑜𝑠(90 − 𝜑))


+ (𝑉𝑅1−𝑆2 × 𝐼𝑇3 × 𝑐𝑜𝑠(90 − 𝜑)) ⋯ (6)

Untuk beban yang sama besar atau simetris dapat dibuat persamaan dan
diagram vektornya sebagai berikut.

𝑄 = 𝑉. 𝐼. 𝑠𝑖𝑛 𝜑 ⋯ (7)

Gambar 2.3 Diagram Vektor kWh 3 fasa 4 kawat 3 pasang elemen

Gambar 2.4 Diagram Vektor kVArh 3 fasa 4 kawat 3 pasang elemen

Untuk daya semu, persamaannya yaitu:


𝑆 = 𝑉. 𝐼 ⋯ (8)

9
D. Rangkuman

1. Besaran-besaran yang berpengaruh pada pengukuran daya yaitu


tegangan (V), arus (I) dan faktor daya (pf).
2. Terdapat tiga jenis daya, yaitu daya aktif (P), daya reaktif (Q) dan daya
semu (S).

E. Latihan

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!

1. Jelaskan jenis-jenis daya dan tuliskan persamaannya!


2. Apa yang mempengaruhi faktor daya?
3. Apa saja yang mempengaruhi dalam pengukuran daya?
4. Jelaskan mengenai sistem pembangkit listrik, sistem transmisi dan sistem
distribusi dalam sistem tenaga listrik?

10
BAB III. METER kWh

Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat


memahami meter kWh.

A. Definisi Meter kWh

Menurut SK Dirjen PDN No.24/PDN/KEP/3/2010 tentang syarat teknis meter


kWh, meter kWh adalah alat ukur listrik integrasi yang digunakan untuk
mengukur besarnya energi aktif dalam satuan kilowatt-jam. Alat ukur integrasi
merupakan alat yang mengintegrasikan dan mengukur arus, daya reaktif dan
sejenisnya yang diberikan kepada suatu beban untuk suatu jangka waktu
tertentu.

Meter kWh statis adalah meter dengan tegangan dan arus bekerja pada elemen
elektronik atau solid-state elements untuk menghasilkan suatu keluaran yang
proposional dengan besarnya energi yang erukur.

B. Elemen-Elemen Meter kWh Dinamis

Meter kWh dinamis terdiri dari beberapa elemen, yaitu.

1. Elemen penggerak
Elemen ini terdiri dari kumparan arus dan kumparan tegangan. Kumparan
arus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
a. Kumparan ini dihubungkan secara seri dengan beban;
b. Jika pada kumparan ini dialiri arus (ada beban), maka terbentuk
medan magnet. Adanya medan magnet tersebut akan menimbulkan
fluks magnet.

Gambar 3.1 di bawah ini menunjukkan kumparan arus meter kWh.

11
Gambar 3.1 Kumparan Arus

Kumparan tegangan mempunyai sifat-sifat sebagi berikut.

a. Kumparan ini dihubungkan secara paralel dengan beban.


b. Kumparan ini berbentuk U.
c. Pada kumparan ini terjadi fluks magnetik yang ditimbulkan karena
adanya medan magnet jika diberi tegangan.

Gambar 3.2 di bawah ini merupakan gambar Kumparan Tegangan.

Gambar 3.2 Kumparan Tegangan

2. Elemen putar

Elemen putar ini berupa piringan yang bentuknya terdapat lekukan-


lekukan kecil dan terdapat lubang kecil. Ciri-ciri elemen putar, yaitu.

 Bagian ini berupa piringan yang dibuat dari bahan konduktor.


 Pada bagian tengah piringan dipasangkan sebuah poros yang
ditumpu oleh dua buah bantalan.
 Salah satu bantalannya dapat diatur.
 Pada poros tersebut ditempatkan roda gigi.

12
Gambar 3.3 berikut ini menggambarkan elemen putar.

Gambar 3.3 Elemen Putar

3. Elemen pengerem

Elemen pengerem ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

 Elemen ini berupa magnit permanen yang berbentuk ladam.


 Penempatannya mengapit piringan (yang terbuat dari bahan
konduktor) dan biasanya berseberangan dengan elemen
penggerak.

Pada Gambar 3.4 di bawah ini merupakan gambar magnet permanen.

Gambar 3.4 Elemen Pengerem

4. Elemen penghitung

Elemen penghitung ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

 Bagian merupakan seperangkat roda gigi yang disusun


sedemikian rupa dan dihubungkan dengan roda gigi yang terdapat
pada poros piringan.

13
 Pada bagian ini juga terdapat rol angka yang tersusun secara
berderet.

Elemen penghitung dapat dilihat seperti pada Gambar 3.5, Gambar 3.6
dan Gambar 3.7 di bawah ini.

Gambar 3.5 Elemen Penghitung

Gambar 3.6 Elemen Penghitung dengan Desimal

Gambar 3.7 Elemen Penghitung tanpa Desimal

5. Terminal

Terminal terdiri dari 2 bagian :

 Terminal Arus
 Terminal Tegangan

Gambar 3.8 di bawah ini merupakan terminal arus dan tegangan.

14
.

Gambar 3.8 Terminal Arus dan Tegangan

6. Peralatan kompensasi dan penyetel

Peralatan ini dibuat untuk menyetel kecepatan putar dari piringan agar
alat ukur tersebut mengukur energi listrik dengan benar.Alat penyetel ini
terdiri dari:

 Alat Beban Maksimum (Magnet Permanen);


 Penyetel Beban Rendah (Pergeseran Cincin Penghalang Flux);
 Penyetel Beban Kosong (Membelokkan Flux atau Lobang pd
Piring);
 Penyetel Kesetimbangan Beban;
 Penyetel Sudut Fasa (Tahanan Geser).

Alat penyetel ditunjukkan seperti pada Gambar 3.9 di bawah ini.

Gambar 3.9. Peralatan Kompensasi dan Penyetel

15
C. Klasifikasi Meter kWh

Pada umumnya, meter kWh dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal,


yaitu.

1. Arus yang lewat


 Meter kWh arus bolak-balik (meter kWh AC).
 Meter kWh arus searah (DC).
2. Prinsip dan sistem kerjanya
 Meter kWh mekanik (dinamis)
Pada meter kWh ini, energi listrik ditransformasikan melalui putaran
piringan (disk) dengan menggunakkan sistem induksi elektromagnetik
pada kumparan tegangan dan kumparan arus sehingga pada akhirnya
terbaca pada register mekanik.
 Meter kWh elektronik/ digital (statis)
Pada Meter kWh ini, mentransformasikan energi listrik dengan
menggunakan pulsa-pulsa digital melalui analog to digital converter
(ADC) dan pulsa-pulsa digital tersebut dianalogikan menjadi tampilan
display elektronik.
 Meter kWh semi elektronik
Pada kWh ini, besaran energi listrik ditransformasikan melalui sistem
elektronik dan diubah menjadi pulsa digital. Pulsa digital tersebut
menggerakkan pointer dan register yang berupa roda gigi mekanik.
Oleh karena itu, pada kWh meter semi elektronik tidak dijumpai
piringan atau disk dan sebagai penggantinya adalah pulsa digital yang
tampilannya berupa lampu LED yang menyatakan flashing pulsa dari
kWh meter tersebut.
3. Pemakaian fasa
 Meter fasa tunggal 2 kawat;
 Meter fasa tunggal 3 kawat;
 Meter fasa 3-3 kawat;
 Meter fasa 3-4 kawat.
4. Pemakaian transformator
 Meter kWh pemasangan langsung (tanpa transformator).
 Meter kWh pemasangan tak langsung (dengan transformator).

16
5. Cara penyambungan kawat
 Meter biasa, kawat disambungkan menggunakan baut pada
terminalnya.
 Meter colok, meter mempunyai terminal di bagian belakang dengan
tipe bayonet.
6. Penunjukkan register
 Meter kWh dengan register terpasang;
 Meter dengan register terpisah dengan unitnya;
 Meter dengan register analog (jarum);
 Meter dengan register digital mekanik;
 Meter dengan register digital elektronik;
 Meter dengan register ganda.
7. Lokasi dan syarat pemasangan
 Meter pasangan dalam.
 Meter pasangan luar.
8. Jenis kotak
 Meter biasa (dilengkapi terminal pembumian).
 Meter berkotak isolasi dengan perlindungan kelas II (biasanya tanpa
terminal pembumian).
9. Sistem pencatatan
 Pencatatan langsung secara manual atau visual;
 Pencatatan langsung dengan remote control;
 Pencatatan langsung remote jarak jauh (sistem SCADA).
10. Sistem pembayaran
 Sistem pembayaran biasa.
 Sistem prabayar.
11. Kelas ketelitian
 Meter kelas 0,2s;
 Meter kelas 0,5s;
 Meter kelas 1;
 Meter kelas 2.

17
D. Prinsip Kerja Meter kWh Dinamis

Meter kWh bekerja atas dasar prinsip induksi, yaitu interaksi antara induksi dari
elemen penggerak dengan arus eddy yang ditimbulkan pada piringan. Momen
putar yang timbul pada piringan ini diteruskan oleh poros yang dipasangkan pada
tengah-tengah piringan. Magnet permanen yang ada digunakan untuk
mempertahankan atau memelihara kecepatan piringan. Gigi perpindahan dan
counter berfungsi untuk mencatat putaran yang dihasilkan poros dan tercatat
sebagai energi yang dikonsumsi.

E. Rangkuman

Meter kWh terdiri dari beberapa elemen yang tiap bagiannya memiliki fungsinya
masing-masing dan fungsi-fungsi tersebut saling berhubungan antara satu
dengan yang lainnya. Jika ada salah satu elemen mengalami kerusakan maka
akan menyebabkan pengukuran meter kWh menjadi tidak semestinya.

F. Latihan

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!

1. Sebutkan elemen-elemen yang terdapat pada meter kWh!


2. Jelaskan fungsi masing-masing elemen tersebut!
3. Mengapa kumparan arus disusun seri sedangkan kumparan tegangan
dihubungkan secara paralel?
4. Jelaskan prinsip kerja meter kWh dinamis!

18
BAB IV. PENGUJIAN METER kWh

Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat


memahami pengujian meter kWh

A. Metode Perbandingan Energi

Untuk menentukan kesalahan meter kWh pada saat mengukur suatu jumlah
energitertentu, maka jumlah energi ini digunakan sebagai ukuran (W) atau
sebagai jumlah energi yang diukur. Jumlah energi ini dapat dihitung berdasarkan
nilai-nilai yang kita ukur. Ketika alat ukur telah melakukan pengukuran secara
lengkap, maka meter yang diuji akan memberikan hasil (yang dipantau oleh
standar) dan dinyatakan sebagai nilai energi yang sebenarnya (Ws).

E = Jumlah Energi – Nilai energi sebenarnya

Metoda pengujian perbandingan energi ini banyak dilakukan dengan beberapa


cara, yaitu.

1. Metoda Putaran Piringan

Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan memasukkan jumlah


putaran piringan sebagai pengendali standar meter kWh. Kesalahan
meter kWh ditentukan dengan menggunakan rumus :

𝑁𝑚 − 𝑁𝑠
𝐸= 𝑥100% ⋯ (4.1)
𝑁𝑠

dimana:

Nm = Jumlah putaran piringan meter yang diuji

Ns = Jumlah putaran piringan meter standar

Dalam praktek, kesalahan meter kWh diketahui dari simpangan


piringannya.

𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎𝑛𝑦𝑎)


𝐸= 𝑥100% ⋯ (4.2)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛

19
2. Metoda Pulsa Energi

Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan memasukkan jumlah


putaran piringan sebagai pengendali standar meter kWh. Kesalahan
meter kWh ditentukan dengan menggunakan rumus berikut.

𝑛𝑜 − 𝑛1
𝐸= 𝑥100% ⋯ (4.3)
𝑛1

dimana :

𝑁 .𝑘
𝑛𝑜 = = 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑗𝑖
𝐾

n1 = pembacaan standar (pulsa)

N = Jumlah putaran piringan (putaran)

k = konstanta meter kWh (kWh/putaran)

K = konstanta standar (kWh/pulsa)

3. Metoda Sinkron (meter pilot)


 Metode ini sama dengan metode putaran piringan.
 Metode ini dilakukan dengan membandingkan putaran meter yang diuji
dengan putaran meter pilot.
 Meter pilot diambil dari salah satu meter dari kelompok meter kWh
yang akan diuji dan telah mendapatkan perlakuan khusus.
 Putaran piringan meter pilot ini dipantau oleh “scanning head” dan
jumlah putarannya digunakan untuk mengendalikan pengujian.
 Pengujian meter kWh dengan metode sinkron dapat digunakan untuk
melakukan pengujian meter dalam jumlah banyak sekaligus sesuai
dengan kapasitas rak pengujian.
 Kesalahan meter kWh metode sinkron (meter pilot) dihitung
berdasarkan simpangan putaran piringan dibandingkan dengan jumlah
putaran piringan meter pilot.

20
𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝐸= 𝑥100% ⋯ (4.3)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛

B. Metode Wattmeter dan Stopwatch

Metoda ini menggunakan Wattmeter standar dan standar waktu (stopwatch),


dengan kesalahan dapat dihitung dengan rumus di bawah ini.

𝑇𝑚 − 𝑇𝑠
𝐸= × 100% ⋯ (4.4)
𝑇𝑠

dimana :

Tm = Waktu meter yang diuji (dihitung dengan formula)

Ts = Waktu meter standar (penunjukkan stopwatch)

Perhitungan waktu meter yang diuji

1. Meter kWh 1 Fasa

Pada meter kWh 1 fasa dapat dihitung dengan menggunakan rumus


berikut ini.

𝑁 𝑥 3600 𝑥 1000
𝑇= 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 ⋯ (4.5)
𝑘 𝑥 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑐𝑜𝑠𝜑

𝑁 𝑥 3600 𝑥 1000
𝑇= 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
𝑘𝑥𝑃

dimana :

T = Waktu dasar meter (detik)

N = Jumlah putaran meter kWh

k = Konstanta meter kWh (putaran/meter kWh)

V = Tegangan pada meter kWh (Volt)

I = Arus yang mengalir pada sirkuit arus (ampere)

φ = beda sudut fasa antara tegangan dan arus

P = Daya aktif (Watt)

21
3600 = 1 jam menjadi 3600 sekon

1000 = 1 kW menjadi 1000 Watt

2. Meter kWh 3 Fasa 3 Kawat

Pada meter kWh 3 fasa 3 kawat dapat dihitung dengan menggunakan


rumus :

𝑁 𝑥 3600 𝑥 1000
𝑇= 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 ⋯ (4.6)
√3 𝑥 𝑘 𝑥 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑐𝑜𝑠𝜑

𝑁 𝑥 3600 𝑥 1000
𝑇= 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
√3 𝑥 𝑘 𝑥 𝑃

(beban dianggap seimbang)

Dimana:

T = Waktu dasar meter [sekon]

N = Jumlah putaran meter kWh

k = Konstanta meter kWh primer atau sekunder [putaran/meter


kWh]

V =Tegangan antara fasa-fasa sisi primer atau sekunder meter


kWh [V]

I = Arus yang mengalir pada sirkuit arus [A]

φ = Beda sudut fasa antara tegangan dan arus

P = Daya aktif [W]

3600 = 1 jam menjadi 3600 detik

1000 = 1 kW menjadi 1000 Watt

3. Meter kWh 3 Fasa 4 Kawat

Pada meter kWh 3 fasa 4 kawat dapat dihitung dengan menggunakan


rumus di bawah ini.

22
𝑁 𝑥 3600 𝑥 1000
𝑇= 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 ⋯ (4.7)
3 𝑥 𝑘 𝑥 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑐𝑜𝑠𝜑

𝑁 𝑥 3600 𝑥 1000
𝑇= 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
3𝑥𝑘𝑥𝑃

(beban dianggap seimbang)

dimana:

T = Waktu dasar meter (sekon)

N = Jumlah putaran meter kWh

k = Konstanta meter kWh primer atau sekunder

[putaran/meter kWh]

V = Tegangan antara fasa dan netral sisi primer atau

sekunder meter kWh [V]

I = Arus yang mengalir pada sirkuit arus [A]

φ = Beda sudut fasa antara tegangan dan arus

P = Daya aktif [W]

3600 = 1 jam menjadi 3600 detik

1000 = 1 kW menjadi 1000 Watt

Dalam perhitungan waktu Tm di atas, penggunaan k, V, dan I harus dari


sisi yang sama yakni sisi primer atau sisi sekunder. Penggunaan sisi
primer atau sekunder hanya berlaku untuk meter kWh yang tersambung
melalui transformator dan perlu diketahui juga rasio transformatornya.
Dalam menggunakan metoda ini diperlukan kondisi tegangan harus
stabil (pada umumnya menggunakan stabilizer tegangan).

23
C. Pengujian Tera dan Tera Ulang Meter kWh

Sebelum dilakukan pengujian, perlu dilakukan pengujian terhadap meter kWh.


Pengujian itu meliputi.

a. kotak Meter kWh Dinamis harus selalu tertutup, kecuali untuk memeriksa
kualitas mekanis tertentu. Peneraan di bengkel, konstruksi dapat
dilakukan dengan kotak terbuka, dalam hal telah diketahui bahwa
pengaruh tutup terhadap penunjukan Meter dapat diabaikan;
b. rangkaian register;
c. sambungan patri atau kualitas solderan;
d. kekencangan sekrup;
e. tidak adanya bekas kikiran, residu, dan debu terutama sela pada magnet
peredam; dan
f. bagian lain yang dianggap perlu seperti:
1) kondisi rotor berputar meskipun dijalankan pada beban rendah;
2) kondisi kotak dan blok terminal;
3) kedudukan plat jarum; dan
4) perbandingan sistem roda gigi.

Pada saat pengujian, meter kwh dinamis harus dibebani selama paling sedikit
setengah jam dengan tegangan acuan dan arus sebesar 0,1 Id pada faktor daya
sama dengan satu. Pembebanan ini bertujuan untuk mendapatkan pemanasan
dari rangkaian tegangan dan mengetahui apakah rotor dapat berputar secara
bebas. Kondisi acuan untuk pelaksanaan tera dan tera ulang meter kWh harus
berdasarkan ketentuan sebagaimana tercantum dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Kondisi Acuan Tera dan Tera Ulang Meter kWh Dinamis

Batas Penyimpangan yang Diizinkan


Besaran yang untuk Meter kWh Dinamis Kelas
Nilai Acuan
Berpengaruh
0,5 1 2

Suhu Suhu acuan (1) ±1oC ±2oC ±2oC

Kedudukan Vertikal (2) ±0,5o ±0,5o ±1o

Tegangan Tegangan acuan(3) ±0,5% ±1,0% ±1,0%

24
Frekuensi Frekuensi acuan ±0,2% ±0,3% ±0,5%

Batas penyimpanan faktor distorsi


yang diperbolehkan

Bentuk gelombang Sinusoida ±2% ±2% ±3%


tegangan dan arus

Batas penyimpangan yang diizinkan


untuk harga induksi yang dapat
menyebabkan variasi kesalahan
penunjukkan (4)

Induksi magnetik dari luar Nol ±0,1% ±0,2% ±0,3%


pada frekuensi acuan

Penjelasan Tabel 4.1 adalah sebagai berikut.

(1) Jika pengujian-pengujian dibuat pada suatu suhu selain suhu acuan,
termasuk toleransi yang diizinkan, hasil harus dikoreksi dengan
menerapkan koefisien suhu sebagaimana tercantum pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Koefisien Suhu


Koefisien Suhu Rata-rata
[%/oC] Meter kWh Dinamis
Nilai Arus Faktor Daya Kelas

0,5 1 2

1 0,03 0,05 0,1


0,1 Id s.d. Imax
0,5 (ind) 0,05 0,07 0,15
0,2 Id s.d. Imax

(2) Konstruksi dan pemasangan meter kWh dinamis harus sedemikian rupa
sehingga kedudukan vertikalnya dapat terjamin dalam dua bidang vertikal
muka belakang dan kiri kanan.

(3) Untuk meter kWh dinamis fasa banyak, urutan fasanya adalah sesuai
dengan yang disebut pada diagram pengawatan dan tegangan maupun
arusnya harus diseimbangkan sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.3.

25
Tabel 4.3 Kesetimbangan Tegangan dan Arus
Kelas Meter kwh Dinamis
Meter kWh Dinamis 3 Fasa
0,5 1 2

Tiap tegangan antara fasa dan netral atau antar ±0,5% ±1% ±2%
fasa tidak boleh berbeda dari tegangan rata-rata
yang ditenteukan lebih dari:

Tiap arus pada penghantar tidak boleh berbeda ±1% ±2% ±2%
dari arus rata-rata yang ditentukan lebih dari:

Pergeseran fasa dari tiap arus terhadap tegangan ±2o ±2o ±2o
fasa, untuk faktor daya tertentu, tidak boleh
berbeda satu sama lain lebih dari:

Untuk pergeseran fasa yang berkenaan dengan tegangan dalam


sambungan bintang, nilai tersebut diganti dengan 3o (yang semula 2o).

(4) Untuk mengetahui variasi kesalahan penunjukkan ini:


 Untuk meter kWh dinamis 1 fasa
Mula-mula meter kWh dinamis disambung secara normal ke jaringan
kemudian memindahkan sambungan rangkaian arus dan rangkaian
tegangan, setengah dari selisih antara dua kesalahan tersebut adalah
nilai dari perubahan penunjukkan karena fase dari medan luar tidak
diketahui maka pengamatannya dilakukan dengan membebani 0,1 Id
dengan faktor daya sama dengan satu dan dengan membebani 0,2 Id
dengan faktor daya sama dengan 0,5 (Induktif).
 Untuk meter kWh dinamis 3 fasa

Dilakukan dengan cara 3 kali pengukuran yang masing-masing dengan


membebani 0,1 Id dengan faktor daya sama dengan satu, sesudah
masing-masing pengukuran dilakukan, sambungan rangkaian arus dan
rangkaian tegangan dipindahkan 120° tanpa merubah urutan fase.
Perbedaan terbesar antara kesalahan-kesalahan yang diperoleh
dengan harga rata-ratanya merupakan nilai perubahan
penunjukkannya.

26
Pengujian yang dilakukan meliputi empat macam pengujian,yaitu.

1. Pengujian konstanta
Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut.
a. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai konstanta Meter;
b. Pengujian konstanta Meter harus diverifikasi bahwa hubungan antara
keluaran pengujian dan penunjukkan pada register sesuai dengan
nilai yang ditandai pada plat nama;
c. Perangkat keluaran umumnya tidak boleh menghasilkan serangkaian
atau urutan pulsa yang homogen. Oleh karena itu, pabrikan harus
menetapkan jumlah pulsa seperlunya untuk memastikan suatu
akurasi pengukuran sekurang-kurangnya 1/10 dari kelas Meter pada
titik-titik pengujian yang berbeda.
d. Contoh perhitungan konstanta Meter kWh Statis dengan
perbandingan waktu:

Diketahui:

1250 imp/kWh (Konstanta Meter), 220V, 5A, Cosᵠ=0,8;


diasumsikan imp = 320; sehingga t (waktu) yang dibutuhkan untuk
mencapai imp tersebut adalah:

(𝑖𝑚𝑝 × 3600 × 1000) 320 × 3600 × 1000


𝑘= →𝑡=
𝑉𝑛 × 𝐼𝑛 × 𝑐𝑜𝑠𝜑 × 𝑡 220 × 5 × 0,8 × 1250
= 1047,27𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

dengan semua parameter di atas, dalam waktu 17 menit 27 sekon,


harus menghasilkan 320 imp.

2. Pengujian gerak tanpa beban


Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut.
a. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah putaran rotor Meter
kWh Dinamis yang:
1) dibebani dengan tegangan sebesar 110 % dari tegangan acuan;
2) sama sekali tidak dilewati arus.
b. Jumlah putaran sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1), harus
kurang dari 1 putaran.

27
3. Pengujian gerak mula
Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut.
a. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui putaran rotor Meter kWh
Dinamis yang:
1) dibebani dengan tegangan acuan; dan
2) dilewati arus sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.7. Arus Mula untuk Gerak Mula Meter kWh Dinamis

% Id untuk Meter Kelas

0,5 1 2

Meter tarif tunggal tanpa dilengkapi 0,3 0,5 0,5


dengan alat pembalik putaran

Meter lainnya 0,4 0,5 0,5

3) faktor daya sama dengan 1.

b. Jumlah putaran rotor sebagaimana dimaksud pada huruf a, harus


lebih dari 1 putaran.

4. Pengujian kebenaran
Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut.
a. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah energi
yang melalui Meter kWh Dinamis dengan jumlah energi yang melalui
standar, baik pada kondisi acuan maupun tidak pada kondisi acuan;
b. Hasil pengujian sebagaimana dimaksud pada angka (1), harus
memenuhi batas kesalahan yang diizinkan:
1) untuk Meter kWh Dinamis 3 fase yang dilakukan pada kondisi
acuan, sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.8.;

28
Tabel 4.8. Titik Pengujian Meter kWh Dinamis 3 Fasa Pada Kondisi Acuan
Batas Kesalahan yang
Nomor Nilai Faktor Keseimbangan Diizinkan dalam %
Pengujian Arus Daya Muatan
0,5 1 2

0,05 Id 1 seimbang ±0,1 ±1,5 ±2,5


1
Id 1 seimbang ±0,5 ±1,0 ±2,0
2
Id 0,5 seimbang ±0,8 ±1,0 ±2,0
3
Satu fasa ±4,0
4 Id 1 - -
dimuati
Imaks 1 seimbang ±0,5 ±1,0 ±2,0
5
05 Id 1 seimbang ±0,5 ±1,0 ±2,0
6

2) untuk meter kWh dinamis 1 fasa yang dilakukan pada kondisi


acuan, sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Titik Pengujian Meter kWh Dinamis 1 Fasa Pada Kondisi Acuan

Batas Kesalahan yang


Nomor Nilai Faktor Diizinkan dalam %
Pengujian Arus Daya
0,5 1 2

0,05 Id 1 ±1,0 ±1,5 ±2,5


1
Id 1 ±0,5 ±1,0 ±2,0
2
Id 0,5 (ind) ±0,8 ±1,0 ±2,0
3
Imaks 1 ±0,5 ±1,0 ±2,0
4
05 Id 1 ±0,5 ±1,0 ±2,0
5

3) untuk meter kWh dinamis 3 fasa yang dilakukan tidak pada


kondisi acuan, sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.10.

29
Tabel 4.10. Titik Pengujian Meter kWh Dinamis 3 Fasa Tidak Pada
Kondisi Acuan
Batas
Kesalahan
Nomor Nilai Faktor Keseimbangan yang Diizinkan
Pengujian Arus Daya Muatan dalam %
Meter Kelas 2

0,05 Id 1 seimbang ±3,5


1
Id 1 seimbang ±2,5
2
Id 0,5 (ind) seimbang ±3,0
3
Satu fasa ±3,5
4 Id 1
dimuati
±2,5
5 Imaks 1 seimbang

±2,5
6 05 Id 1 seimbang

4) untuk meter kWh dinamis 1 fasa yang dilakukan tidak pada


kondisi acuan, sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Titik Pengujian Meter kWh Dinamis 1 Fasa Tidak Pada
Kondisi Acuan
Batas
Kesalahan
Nomor Nilai Faktor yang Diizinkan
Pengujian Arus Daya dalam %
Meter Kelas 2

0,05 Id 1 ±3,5
1
Id 1 ±2,5
2
Id 0,5 (ind) ±3,0
3
±2,5
4 Imaks 1

±2,5
5 05 Id 1

30
D. Pembubuhan Tanda Tera

1. Penandaan Tanda Tera

Pada meter kWh dipasang Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak,
Tanda Sah dan Tanda Jaminan yang dibubuhkan dan/atau dipasang
pada tempat yang memungkinkan adanya usaha pembukaan, penukaran,
dan/atau perubahan bagian yang dapat mengakibatkan Meter kWh
tersebut berubah sifat-sifat kemetrologiannya. Bentuk tanda tera sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Tempat Tanda Tera


a. Tera
1) Tanda Daerah ukuran sumbu panjang 4 mm, Tanda Pegawai
Yang Berhak (H) ukuran 4 mm, dan Tanda Sah Plombir (SP)
ukuran 6 mm dibubuhkan pada salah satu baut penutup Meter
kWh sebagaimana tercantum pada Gambar 4.1.
2) Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm dibubuhkan pada baut
yang lain pada penutup Meter kWh sebagaimana tercantum pada
Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Tempat Pembubuhan dan/atau Pemasangan Tanda Tera

31
b. Tera Ulang
Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm dibubuhkan pada penutup
Meter kWh sebagai pengganti tanda jaminan sebagaimana dimaksud
pada huruf a angka 2) pada saat tera ulang.

c. Jangka Waktu Tera Ulang


Jangka waktu tera ulang dan masa berlaku tanda tera sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Rangkuman

Pengujian meter kWh dinamis dapat dilakukan dengan menggunakan metode


perbandingan energi serta metode wattmeter dan stopwatch. Dalam melakukan
tera dan tera ulang, harus dilakukan beberapa pengujian, diantaranya yaitu
pengujian konstanta, pengujian gerak tanpa beban, pengujian gerak mula serta
pengujian kebenaran. Setelah dilakukan pengujian-pengujian tersebut, baru
dapat dilakukan pemasangan tanda tera pada meter kWh.

F. Latihan

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!

1. Sebutkan jenis-jenis pengujian yang menggunakan metode perbandingan


energi!
2. Sebutkan macam-macam pengujian yang dilakukan pada saat tera dan
tera ulang!
3. Bagaimana pemasangan tanda tera pada meter kWh?

32
BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut SK Dirjen PDN No.24/PDN/KEP/3/2010 tentang syarat teknis meter


kWh, meter kWh adalah alat ukur listrik integrasi yang digunakan untuk
mengukur besarnya energi aktif dalam satuan kilowatt-jam. Ada berbagai metode
dalam pengujian meter kWh yaitu metode perbandingan energi serta metode
wattmeter dan stopwatch.

Pengujian tera dan tera ulang yang dilakukan meliputi empat macam pengujian,
yaitu pengujian konstanta, pengujian gerak tanpa beban, pengujian gerak mula
dan pengujian kebenaran.

B. Implikasi

Mengingat luasnya cakupan pembelajaran tentang peneraan ukuran energi listrik


(meter kWh), hal ini menuntut Widyaiswara untuk mengembangkan
pengetahuannya, menguasai materi pokoknya, termasuk materi pokok diluar
bahasan ini yang masih relevan. Sebagai contohnya adalah penguasaan
terhadap bagian dari elektronika dasar dan fisika tentang rangkaian listrik dan
elektromagnetik karena bahasan ini merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan sukses atau tidaknya pembelajaran.

C. Tindak Lanjut

Peserta diklat mampu sebagai penera dalam pelaksanaan tera dan tera ulang
berdasarkan pada Undang-Undang Metrologi Legal No.2 tahun 1981 dalam
rangka menciptakan tertib ukur di Indonesia.

33
DAFTAR PUSTAKA

[1] Undang-undang Metrologi Legal No.2 tahun 1982

[2] SK Dirjen PDN No.24 Tahun 2010 tentang Syarat Teknis Meter kWh

[3] Haryadi. 2008. “Modul Peneraan meter kWh”. Bandung

[4] Vera Firmansyah, M.T. 2009 .“Modul Peneraan Ukuran Energi Listrik dan
Waktu Diklat Fungsional Penera”. Bandung.

[5] Irawati Dewi S.,M.T. 2011. “Modul Peneraan alat Ukur Listrik dan Waktu Diklat
Fungsional Penera Tingkat Ahli”. Bandung.

[6] http://e-dukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20 Belajar/Materi%20


Pokok/view&id=519&uniq=4659 (16 Juni 2012 pukul 19.00).

34
LAMPIRAN

Cerapan Peneraan Meter kWh Dinamis

35
36
BIODATA PENULIS

Rismisari Harfiah, S.T., M.T. lahir di Bandung pada


tanggal 6 Februari 1984 dan merupakan putri
pertama dari tiga bersaudara. Penulis menempuh
pendidikan Sekolah Dasar di Bandung dan
Palembang, Sekolah Menengah Pertama di
Palembang serta Sekolah Menengah Umum di
Palembang dan Magelang. Pada tahun 2002, penulis
kembali ke Bandung untuk menempuh pendidikan S1
di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Nasional Bandung.

Penulis diterima bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Balai Diklat Metrologi
Bandung dengan formasi sebagai calon widyaiswara pada tahun 2008. Penulis
pernah mengikuti Diklat Fungsional Penera Tingkat Ahli pada tahun 2008 dan
berbagai diklat lainnya di bidang kemetrologian.

Pada tahun 2009, penulis mendapatkan tawaran beasiswa S2 dari Kementerian


Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia dengan Jurusan Informatika
bidang khusus Kepemimpinan Teknologi Informasi (Chief Information Officer/
CIO), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), Institut Teknologi Bandung
(ITB) dan lulus pada bulan Juli 2011.

37

Anda mungkin juga menyukai