Bahan Ajar
Diklat Fungsional Penera Tingkat Ahli Kelas C
Tahun 2016
Disusun Oleh
Mohammad Ridwan, S.T., M.T.
197706162008011011
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan bahan ajar ini. Penulis juga mengharapkan masukan, kritik
dan saran agar pada penyusunan mendatang dapat lebih sempurna lagi.
Akhir kata, penulis berharap semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri, semua pihak yang memerlukan serta bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
ii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat...................................................................................... 1
D. Rangkuman ............................................................................................ 10
E. Latihan ................................................................................................... 10
E. Rangkuman ............................................................................................ 18
F. Latihan ................................................................................................... 18
ii
BAB IV. PENGUJIAN METER kWh ................................................................... 19
E. Rangkuman ............................................................................................ 32
F. Latihan ................................................................................................... 32
A. Kesimpulan ............................................................................................ 33
B. Implikasi ................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 34
LAMPIRAN ........................................................................................................ 35
BIODATA PENULIS........................................................................................... 37
iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
Mata diklat Peneraan UTTP Listrik ini membahas pengetahuan dasar UTTP
listrik, kWh meter, pengujian meter kWh dinamis, pengujian meter kWh statis,
dan keputusan hasil pengujian.
Modul ini sebagai salah satu pedoman peserta dalam membantu proses
pembelajaran pada Diklat Fungsional Penera Tingkat Ahli. Melalui bahan ajar ini,
peserta diklat dapat memahami landasan ilmiah energi listrik, menjelaskan
elemen termasuk klasifikasi meter kWh serta dapat menerapkan proses
pengujiannya. Hubungan antara bahan ajar ini dengan bidang kemetrologian,
yaitu bahwa meter kWh merupakan salah satu alat ukur yang wajib dilakukan
peneraan.
1
D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
F. Petunjuk Belajar
2
1. Selama sesi belajar diharapkan peserta aktif mengikuti proses belajar
mengajar dengan cara diskusi, tanya jawab, praktikum dan aktivitas
latihan.
2. Membaca dengan cermat dan pahami tujuan pembelajaran yang tertera
pada awal bab.
3. Untuk memperluas wawasan, peserta diharapkan mempelajari bahan-
bahan dari sumber lain.
4. Jika terdapat kesulitan, segera diskusikan dengan widyaiswara.
3
BAB II. KONSEP DASAR ENERGI LISTRIK
𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
𝐷𝑎𝑦𝑎 =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑊
𝑃= ⋯ (2.1)
𝑡
𝑊 = 𝑃. 𝑡 ⋯ (2.2)
4
Tabel 1. Hubungan Energi Listrik, Beda Potensial, Kuat Arus dan Daya Listrik
W = V.I.t W = V.I
𝑉2 𝑉2
𝑊= ×𝑡 W = P.t 𝑃=
𝑅 𝑅
W = I2.R.t P = I2.R
Dari ketiga daya diatas, maka dapat dibuat gambar segitiga daya yang
merupakan besaran vektor yang saling mempengaruhi dan sangat berpengaruh
dengan beban listrik yang terpasang.
5
S [VA]
Q [VAR]
[[w[
[[w[
P [W]
Gambar 2.1[[w[
Segitiga Daya
Besaran yang berpegaruh pada pengukuran meter kWh arus bolak-balik, yaitu:
Arus
Tegangan
Faktor daya (cos ᵠ atau sin ᵠ)
Cos ᵠ adalah faktor daya pada kWh meter dan Sin ᵠ adalah faktor daya pada
kVARh meter.
Sistem Tenaga Listrik secara umum dapat diartikan sebagai sekumpulan Pusat
Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh
Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Dalam
sistem tenaga listrik terbagi menjadi 3 sub sistem yaitu :
a. Sistem Pembangkitan
b. Sistem Transmisi
c. Sistem Distribusi
a. Sistem Pembangkitan
Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik berfungsi membangkitkan energi listrik
melalui berbagai macam pembangkit tenaga listrik. Pada Pembangkit Tenaga
Listrik ini sumber-sumber energi alam dirubah oleh penggerak mula menjadi
energi mekanis yang berupa kecepatan atau putaran, selanjutnya energi
mekanis tersebut diubah menjadi energi listrik oleh generator.
6
Dalam sistem pembangkit tenaga listrik, sumber sumber energi tenaga listrik
dapat berupa:
Energi alam yang berasal dari air terjun maupun aliran sungai akan
menghasilkan pembangkit hidro berupa Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA).
Energi alam berupa tenaga angin, tenaga pasang naik dan pasang surut
air laut masih belum termanfaatkan dengan baik.
Energi alam yang berasal dari tenaga matahari masih dikembangkan
terus, sehingga belum dipasarkan secara komersial.
b. Sistem Transmisi
Sistem transimisi merupakan suatu proses penyaluran tenaga listrik dari
tempat pembangkit tenaga listrik hingga saluran distribusi listrik (substation
distribution) sehingga dapat disalurkan sampai pada pengguna listrik. Sistem
Transmisi berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke
pusat beban melalui saluran transmisi.
Saluran transmisi akan mengalami rugi-rugi tenaga, maka untuk mengatasi
hal tersebut tenaga yang akan dikirim dari pusat pembangkit ke pusat beban
harus ditransmisikan dengan tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi.
Secara umum dalam sistem transimisi terbagi menjadi:
• Berdasarkan penempatan terdiri dari saluran udara dan saluran bawah
tanah.
• Berdasarkan jarak terdiri dari saluran transmisi jarak pendek sekitar
sampai dengan 50 mil saluran transmisi jarak menengah antara 50 mil
sampai dengan 150 mil dan saluran transmisi jarak jauh lebih dari 150
mil.
• Berdasarkan karakteristiknya saluran transmisi mempunyai parameter
yang terdiri dari resistans, induktans, kapasitans dan konduktans.
c. Sistem Distribusi
Sistem distribusi berfungsi untuk menyalurkan daya dari sistem transmisi
menuju ke pelanggan. Daya dari sistem transmisi di step down pada gardu
induk distribusi kemudian disalurkan melalui trafo tegangan rendah ke rumah-
rumah dengan rating tegangan 220/380 V.
7
Sistem distribusi terbagi atas :
Meter kWh yang banyak digunakan di rumah tangga adalah meter kWh satu fasa
dua kawat, yaitu terdiri dari satu elemen tegangan (kumparan tegangan) dan
satu elemen arus.
Daya (P) yang terukur oleh meter kWh adalah perklaian antara tegangan (V),
arus (I) dan faktor daya (cos ᵠ).
𝑃 = 𝑉. 𝐼. 𝑐𝑜𝑠𝜑 ⋯ (3)
8
𝑃 = (𝑉𝑅1−0 × 𝐼𝑅1−0 × 𝑐𝑜𝑠𝜑𝑅1 ) + (𝑉𝑆2−0 × 𝐼𝑆2−0 × 𝑐𝑜𝑠𝜑𝑆2 )
+ (𝑉𝑇3−0 × 𝐼𝑇3−0 × 𝑐𝑜𝑠𝜑 𝑇3 ) ⋯ (4)
Untuk beban-beban yang simetris dan sama besar maka persamaannya menjadi:
𝑃 = 3. 𝑉. 𝐼. 𝑐𝑜𝑠𝜑 ⋯ (5)
Untuk beban yang sama besar atau simetris dapat dibuat persamaan dan
diagram vektornya sebagai berikut.
𝑄 = 𝑉. 𝐼. 𝑠𝑖𝑛 𝜑 ⋯ (7)
9
D. Rangkuman
E. Latihan
10
BAB III. METER kWh
Meter kWh statis adalah meter dengan tegangan dan arus bekerja pada elemen
elektronik atau solid-state elements untuk menghasilkan suatu keluaran yang
proposional dengan besarnya energi yang erukur.
1. Elemen penggerak
Elemen ini terdiri dari kumparan arus dan kumparan tegangan. Kumparan
arus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
a. Kumparan ini dihubungkan secara seri dengan beban;
b. Jika pada kumparan ini dialiri arus (ada beban), maka terbentuk
medan magnet. Adanya medan magnet tersebut akan menimbulkan
fluks magnet.
11
Gambar 3.1 Kumparan Arus
2. Elemen putar
12
Gambar 3.3 berikut ini menggambarkan elemen putar.
3. Elemen pengerem
4. Elemen penghitung
13
Pada bagian ini juga terdapat rol angka yang tersusun secara
berderet.
Elemen penghitung dapat dilihat seperti pada Gambar 3.5, Gambar 3.6
dan Gambar 3.7 di bawah ini.
5. Terminal
Terminal Arus
Terminal Tegangan
14
.
Peralatan ini dibuat untuk menyetel kecepatan putar dari piringan agar
alat ukur tersebut mengukur energi listrik dengan benar.Alat penyetel ini
terdiri dari:
15
C. Klasifikasi Meter kWh
16
5. Cara penyambungan kawat
Meter biasa, kawat disambungkan menggunakan baut pada
terminalnya.
Meter colok, meter mempunyai terminal di bagian belakang dengan
tipe bayonet.
6. Penunjukkan register
Meter kWh dengan register terpasang;
Meter dengan register terpisah dengan unitnya;
Meter dengan register analog (jarum);
Meter dengan register digital mekanik;
Meter dengan register digital elektronik;
Meter dengan register ganda.
7. Lokasi dan syarat pemasangan
Meter pasangan dalam.
Meter pasangan luar.
8. Jenis kotak
Meter biasa (dilengkapi terminal pembumian).
Meter berkotak isolasi dengan perlindungan kelas II (biasanya tanpa
terminal pembumian).
9. Sistem pencatatan
Pencatatan langsung secara manual atau visual;
Pencatatan langsung dengan remote control;
Pencatatan langsung remote jarak jauh (sistem SCADA).
10. Sistem pembayaran
Sistem pembayaran biasa.
Sistem prabayar.
11. Kelas ketelitian
Meter kelas 0,2s;
Meter kelas 0,5s;
Meter kelas 1;
Meter kelas 2.
17
D. Prinsip Kerja Meter kWh Dinamis
Meter kWh bekerja atas dasar prinsip induksi, yaitu interaksi antara induksi dari
elemen penggerak dengan arus eddy yang ditimbulkan pada piringan. Momen
putar yang timbul pada piringan ini diteruskan oleh poros yang dipasangkan pada
tengah-tengah piringan. Magnet permanen yang ada digunakan untuk
mempertahankan atau memelihara kecepatan piringan. Gigi perpindahan dan
counter berfungsi untuk mencatat putaran yang dihasilkan poros dan tercatat
sebagai energi yang dikonsumsi.
E. Rangkuman
Meter kWh terdiri dari beberapa elemen yang tiap bagiannya memiliki fungsinya
masing-masing dan fungsi-fungsi tersebut saling berhubungan antara satu
dengan yang lainnya. Jika ada salah satu elemen mengalami kerusakan maka
akan menyebabkan pengukuran meter kWh menjadi tidak semestinya.
F. Latihan
18
BAB IV. PENGUJIAN METER kWh
Untuk menentukan kesalahan meter kWh pada saat mengukur suatu jumlah
energitertentu, maka jumlah energi ini digunakan sebagai ukuran (W) atau
sebagai jumlah energi yang diukur. Jumlah energi ini dapat dihitung berdasarkan
nilai-nilai yang kita ukur. Ketika alat ukur telah melakukan pengukuran secara
lengkap, maka meter yang diuji akan memberikan hasil (yang dipantau oleh
standar) dan dinyatakan sebagai nilai energi yang sebenarnya (Ws).
𝑁𝑚 − 𝑁𝑠
𝐸= 𝑥100% ⋯ (4.1)
𝑁𝑠
dimana:
19
2. Metoda Pulsa Energi
𝑛𝑜 − 𝑛1
𝐸= 𝑥100% ⋯ (4.3)
𝑛1
dimana :
𝑁 .𝑘
𝑛𝑜 = = 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑗𝑖
𝐾
20
𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝐸= 𝑥100% ⋯ (4.3)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑇𝑚 − 𝑇𝑠
𝐸= × 100% ⋯ (4.4)
𝑇𝑠
dimana :
𝑁 𝑥 3600 𝑥 1000
𝑇= 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 ⋯ (4.5)
𝑘 𝑥 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑐𝑜𝑠𝜑
𝑁 𝑥 3600 𝑥 1000
𝑇= 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
𝑘𝑥𝑃
dimana :
21
3600 = 1 jam menjadi 3600 sekon
𝑁 𝑥 3600 𝑥 1000
𝑇= 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 ⋯ (4.6)
√3 𝑥 𝑘 𝑥 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑐𝑜𝑠𝜑
𝑁 𝑥 3600 𝑥 1000
𝑇= 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
√3 𝑥 𝑘 𝑥 𝑃
Dimana:
22
𝑁 𝑥 3600 𝑥 1000
𝑇= 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 ⋯ (4.7)
3 𝑥 𝑘 𝑥 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑐𝑜𝑠𝜑
𝑁 𝑥 3600 𝑥 1000
𝑇= 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
3𝑥𝑘𝑥𝑃
dimana:
[putaran/meter kWh]
23
C. Pengujian Tera dan Tera Ulang Meter kWh
a. kotak Meter kWh Dinamis harus selalu tertutup, kecuali untuk memeriksa
kualitas mekanis tertentu. Peneraan di bengkel, konstruksi dapat
dilakukan dengan kotak terbuka, dalam hal telah diketahui bahwa
pengaruh tutup terhadap penunjukan Meter dapat diabaikan;
b. rangkaian register;
c. sambungan patri atau kualitas solderan;
d. kekencangan sekrup;
e. tidak adanya bekas kikiran, residu, dan debu terutama sela pada magnet
peredam; dan
f. bagian lain yang dianggap perlu seperti:
1) kondisi rotor berputar meskipun dijalankan pada beban rendah;
2) kondisi kotak dan blok terminal;
3) kedudukan plat jarum; dan
4) perbandingan sistem roda gigi.
Pada saat pengujian, meter kwh dinamis harus dibebani selama paling sedikit
setengah jam dengan tegangan acuan dan arus sebesar 0,1 Id pada faktor daya
sama dengan satu. Pembebanan ini bertujuan untuk mendapatkan pemanasan
dari rangkaian tegangan dan mengetahui apakah rotor dapat berputar secara
bebas. Kondisi acuan untuk pelaksanaan tera dan tera ulang meter kWh harus
berdasarkan ketentuan sebagaimana tercantum dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kondisi Acuan Tera dan Tera Ulang Meter kWh Dinamis
24
Frekuensi Frekuensi acuan ±0,2% ±0,3% ±0,5%
(1) Jika pengujian-pengujian dibuat pada suatu suhu selain suhu acuan,
termasuk toleransi yang diizinkan, hasil harus dikoreksi dengan
menerapkan koefisien suhu sebagaimana tercantum pada tabel 4.2.
0,5 1 2
(2) Konstruksi dan pemasangan meter kWh dinamis harus sedemikian rupa
sehingga kedudukan vertikalnya dapat terjamin dalam dua bidang vertikal
muka belakang dan kiri kanan.
(3) Untuk meter kWh dinamis fasa banyak, urutan fasanya adalah sesuai
dengan yang disebut pada diagram pengawatan dan tegangan maupun
arusnya harus diseimbangkan sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.3.
25
Tabel 4.3 Kesetimbangan Tegangan dan Arus
Kelas Meter kwh Dinamis
Meter kWh Dinamis 3 Fasa
0,5 1 2
Tiap tegangan antara fasa dan netral atau antar ±0,5% ±1% ±2%
fasa tidak boleh berbeda dari tegangan rata-rata
yang ditenteukan lebih dari:
Tiap arus pada penghantar tidak boleh berbeda ±1% ±2% ±2%
dari arus rata-rata yang ditentukan lebih dari:
Pergeseran fasa dari tiap arus terhadap tegangan ±2o ±2o ±2o
fasa, untuk faktor daya tertentu, tidak boleh
berbeda satu sama lain lebih dari:
26
Pengujian yang dilakukan meliputi empat macam pengujian,yaitu.
1. Pengujian konstanta
Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut.
a. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai konstanta Meter;
b. Pengujian konstanta Meter harus diverifikasi bahwa hubungan antara
keluaran pengujian dan penunjukkan pada register sesuai dengan
nilai yang ditandai pada plat nama;
c. Perangkat keluaran umumnya tidak boleh menghasilkan serangkaian
atau urutan pulsa yang homogen. Oleh karena itu, pabrikan harus
menetapkan jumlah pulsa seperlunya untuk memastikan suatu
akurasi pengukuran sekurang-kurangnya 1/10 dari kelas Meter pada
titik-titik pengujian yang berbeda.
d. Contoh perhitungan konstanta Meter kWh Statis dengan
perbandingan waktu:
Diketahui:
27
3. Pengujian gerak mula
Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut.
a. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui putaran rotor Meter kWh
Dinamis yang:
1) dibebani dengan tegangan acuan; dan
2) dilewati arus sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.7. Arus Mula untuk Gerak Mula Meter kWh Dinamis
0,5 1 2
4. Pengujian kebenaran
Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut.
a. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah energi
yang melalui Meter kWh Dinamis dengan jumlah energi yang melalui
standar, baik pada kondisi acuan maupun tidak pada kondisi acuan;
b. Hasil pengujian sebagaimana dimaksud pada angka (1), harus
memenuhi batas kesalahan yang diizinkan:
1) untuk Meter kWh Dinamis 3 fase yang dilakukan pada kondisi
acuan, sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.8.;
28
Tabel 4.8. Titik Pengujian Meter kWh Dinamis 3 Fasa Pada Kondisi Acuan
Batas Kesalahan yang
Nomor Nilai Faktor Keseimbangan Diizinkan dalam %
Pengujian Arus Daya Muatan
0,5 1 2
Tabel 4.9. Titik Pengujian Meter kWh Dinamis 1 Fasa Pada Kondisi Acuan
29
Tabel 4.10. Titik Pengujian Meter kWh Dinamis 3 Fasa Tidak Pada
Kondisi Acuan
Batas
Kesalahan
Nomor Nilai Faktor Keseimbangan yang Diizinkan
Pengujian Arus Daya Muatan dalam %
Meter Kelas 2
±2,5
6 05 Id 1 seimbang
Tabel 4.11. Titik Pengujian Meter kWh Dinamis 1 Fasa Tidak Pada
Kondisi Acuan
Batas
Kesalahan
Nomor Nilai Faktor yang Diizinkan
Pengujian Arus Daya dalam %
Meter Kelas 2
0,05 Id 1 ±3,5
1
Id 1 ±2,5
2
Id 0,5 (ind) ±3,0
3
±2,5
4 Imaks 1
±2,5
5 05 Id 1
30
D. Pembubuhan Tanda Tera
Pada meter kWh dipasang Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak,
Tanda Sah dan Tanda Jaminan yang dibubuhkan dan/atau dipasang
pada tempat yang memungkinkan adanya usaha pembukaan, penukaran,
dan/atau perubahan bagian yang dapat mengakibatkan Meter kWh
tersebut berubah sifat-sifat kemetrologiannya. Bentuk tanda tera sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
31
b. Tera Ulang
Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm dibubuhkan pada penutup
Meter kWh sebagai pengganti tanda jaminan sebagaimana dimaksud
pada huruf a angka 2) pada saat tera ulang.
E. Rangkuman
F. Latihan
32
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengujian tera dan tera ulang yang dilakukan meliputi empat macam pengujian,
yaitu pengujian konstanta, pengujian gerak tanpa beban, pengujian gerak mula
dan pengujian kebenaran.
B. Implikasi
C. Tindak Lanjut
Peserta diklat mampu sebagai penera dalam pelaksanaan tera dan tera ulang
berdasarkan pada Undang-Undang Metrologi Legal No.2 tahun 1981 dalam
rangka menciptakan tertib ukur di Indonesia.
33
DAFTAR PUSTAKA
[2] SK Dirjen PDN No.24 Tahun 2010 tentang Syarat Teknis Meter kWh
[4] Vera Firmansyah, M.T. 2009 .“Modul Peneraan Ukuran Energi Listrik dan
Waktu Diklat Fungsional Penera”. Bandung.
[5] Irawati Dewi S.,M.T. 2011. “Modul Peneraan alat Ukur Listrik dan Waktu Diklat
Fungsional Penera Tingkat Ahli”. Bandung.
34
LAMPIRAN
35
36
BIODATA PENULIS
Penulis diterima bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Balai Diklat Metrologi
Bandung dengan formasi sebagai calon widyaiswara pada tahun 2008. Penulis
pernah mengikuti Diklat Fungsional Penera Tingkat Ahli pada tahun 2008 dan
berbagai diklat lainnya di bidang kemetrologian.
37