Anda di halaman 1dari 53

HAK DAN KEWAJIBAN

SOSIALISASI
PENGUSAHA SPBU DALAM
PENYELENGGARAAN
METROLOGI LEGAL
METROLOGI LEGAL

Disampaikan oleh ..................... Pada Acara Rapat Minggonan Kecamatan


Tasikmalaya, 31 Januari 2017

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


DASAR HUKUM KEGIATAN METROLOGI LEGAL
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau
Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya
6. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang Satuan Turunan, Satuan Tambahan, dan Satuan
Lain Yang Berlaku
7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3/2010 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang,
dan Perlengkapannya (UTTP) Yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang
8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/10/2011 tentang Barang Dalam Keadaan
Terbungkus
9. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 69/M-DAG/PER/10/2012 tentang Tanda Tera, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 95/M-DAG/PER/10/2015 tentang Tanda
Tera
10. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/10/2014 tentang Tera dan Tera Ulang Alat-alat
Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya
11. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 78/M-DAG/PER/11/2016 tentang Unit Metrologi Legal

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


2
PENGERTIAN METROLOGI LEGAL

Apakah Metrologi
itu?
Metrologi Metrologi Legal

adalah suatu bidang ilmu


mengenai ukur mengukur adalah metrologi yang mengelola satuan-
secara luas dan mencakup satuan ukuran, metoda-metoda
hampir semua aspek pengukuran dan alat-alat ukur, yang
kehidupan baik teoritis, menyangkut persyaratan teknis dan
praktis, termasuk peraturan berdasarkan undang-undang
ketidakpastian yang bertujuan melindungi kepentingan
pengukuran dan bidang umum dalam hal kebenaran pengukuran
penerapannya.

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


METROLOGI LEGAL DALAM PANDANGAN AGAMA

Memperdaya Ukuran
Menghilangkan Kepercayaan

Dalam kehidupan kita ini setiap manusia menghendaki orang lain bertindak jujur
dalam kaitannya dengan Kesusilaan - Li ( 禮 ) & Kepercayaan - Xin ( 信 )
(Lima Sifat Mulia : Wu Chang)
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
DASAR MORAL
 PANDANGAN AGAMA ISLAM TENTANG PENGGUNAAN UTTP
(UKUR, TAKAR, TIMBANG, DAN PERLENGKAPANNYA) :
 Surat AR RAHMAAN Ayat 9, yang artinya “Dan
tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah
kamu mengurangi neraca itu”.
 Surat AL MUTHAFFIFIIN AYAT 1-3, yang artinya :
1. “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang
curang (dalam menakar dan menimbang)”
2. “(yaitu) orang-orang yang apabila menerima
takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi”
3. “dan apabila mereka menakar atau menimbang
untuk orang lain, mereka mengurangi”
 Surat Asy Syu’araa’ ayat 181 dan 182, yang artinya :
181. “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang merugikan”;
182. “dan timbanglah dengan timbangan yang lurus”

5
Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur
mengukur secara luas
METROLOGI Pengertian secara luas tentunya mencakup semua aspek baik
teori maupun praktek yang berhubungan dengan pengukuran

TUJUAN:
POTENSI • Iklim usaha yang kondusif
KONFLIK TERTIB UKUR DI • Meningkatkan daya saing
SEGALA BIDANG • Perlindungan konsumen
• Kredibilitas internasional
Pemerintah:
METROLOGI SIFAT : Wajib menyediakan fasilitas
pelayanan dan pengawasan
LEGAL MANDATORI
Masyarakat:
Wajib mentaati dan dapat
PENGATURAN : dikenakan sangsi hukum

UU NO. 2 TH 1981 STANDAR


Sama dan Seragam
• Satuan Ukuran • Pengawasan dan
• Standar Ukuran Penyidikan
• UTTP • Perbuatan Dilarang TERINTEGRASI
• BDKT • Ketentuan Pidana The Ministry of Trade
INTERNASIONAL
of the Republic of Indonesia OIML, APLMF, ACCSQ-WGLM
Tertib Ukur Menyangkut:
1. Tertibnya Transaksi Perdagangan;
2. Melindungi Kepentingan Umum

Penyelenggaraan
UU No. 2/1981
ttg Metrologi Legal TERTIB UKUR TERCAPAI
Guna APABILA TERWUJUD :
Mewujudkan 1. Penggunaan Satuan SI di Seluruh
Indonesia secara benar dan Seragam
Tertib Ukur
2. Kebenaran hasil pengukuran oleh alat
ukur yang tertelusur hingga ke Standar
Nasional dan Standar Internasional
3. Barang Dalam Keadaan Terbungkus
yang diperdagangkan memenuhi
ketentuan
4. Penggunaan UTTP secara baik dan
benar, baik secara teknis maupun
legal/sah
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
Transaksi Perdagangan
Jual-beli, Sewa-menyewa
Serah terima barang dan jasa
Penetapan Upah/gaji
Tertib Ukur Menyangkut: Pengamanan
Penerimaan Negara (Migas, Listrik, Air,
1. Tertibnya Transaksi
Perdagangan;
Telepon dll

2. Melindungi Kepentingan - Standar Ukuran Produk


Umum - BDKT, Dll.

Kepentingan Umum
- Kesehatan\
- Keselamatan
- Lingkungan
- Keamanan
- Olah Raga, dll.
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
OBJEK KEGIATAN METROLOGI LEGAL

1 Penyuluhan dan pengamatan UTTP, BDKT, dan SI


SEKSI

2 Pengawasan UTTP, BDKT, dan SI serta penyidikan tindak pidana


di bidang metrologi legal
METROLOGI

3 Pengelolaan standar ukuran dan laboratorium


UPTD
METROLOGI
4 Pelaksanaan tera dan tera ulang UTTP

5 Pengujian UTTP dalam rangka izin tipe dan izin tanda pabrik DIREKTORAT
METROLOGI

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


PENGERTIAN TERA DAN TERA ULANG

• Menera adalah dalam hal menandai dengan tanda tera sah


atau tanda tera batal yang berlaku dilakukan oleh tenaga
berhak, melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan
terhadap UTTP yang belum dipakai
• Tera ulang adalah dalam hal menandai membubuhi tanda tera
sah atau tanda tera batal yang berlaku dilakukan oleh tenaga
berhak, melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan
terhadap alat UTTP yang sudah ditera

TUJUAN TERA/ TERA ULANG UTTP

Tera dan tera ulang UTTP diwajibkan guna menjamin kebenaran


hasil pengukuran sehingga tidak ada pihak yang dirugikan pada saat
melaksanakan transaksi perdagangan yang menggunakan UTTP.
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
10
UTTP
Alat Ukur, Takar, Timbang dan
Perlengkapannya

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


Uttp adalah alat
UTTP adalah Alat-alat ukur, takar, timbang, dan
perlengkapannya.
PENGGOLONGAN UTTP METROLOGI LEGAL

1 2 3

UTTP yang UTTP yang


wajib ditera UTTP yang
wajib ditera dan dibebaskan dari
wajib ditera dan dapat
dibebaskan tera dan tera
ulang ulang
dari tera ulang

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


12
1 UTTP YANG WAJIB DITERA DAN WAJIB DITERA ULANG

Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) Metrologi Legal


adalah UTTP yang secara langsung atau tidak langsung digunakan atau
disimpan dalam keadaan siap pakai untuk keperluan menentukan hasil
pengukuran, penakaran atau penimbangan untuk:

1. Kepentingan Umum (Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan


Lingkungan Hidup),
2. Usaha,
3. Menyerahkan atau menerima barang,
4. Menentukan pungutan atau upah,
5. Menentukan produk akhir dalam Perusahaan, dan
6. Melaksanakan peraturan perundang-undangan.

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


2 UTTP YANG WAJIB DITERA DAN DAPAT DIBEBASKAN DARI TERA ULANG

adalah UTTP yang patut diperuntukan dalam penelitian,


pengamatan, kontrol dalam proses kegiatan di perusahaan

UTTP golongan ini tidak diperbolehkan untuk dipakai berdagang

3 UTTP YANG DIBEBASKAN DARI TERA DAN TERA ULANG

adalah UTTP yang hanya patut dipakai keperluan rumah tangga.

UTTP golongan ini tidak diperbolehkan untuk dipakai berdagang

Syarat teknis:
a. menggunakan satuan Sistem Internasional (SI) dan berdasarkan desimal;
b. bentuk dan konstruksinya berbeda dari UTTP yang wajib ditera; dan
c. dibubuhi tulisan yang cukup jelas sesuai dengan tujuan penggunaannya
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
ALAT UTTP YANG WAJIB DITERA DAN TERA ULANG
ALAT UTTP YANG WAJIB DITERA DAN TERA ULANG
SYARAT UTTP YANG BAIK DAN BENAR SECARA LEGAL

Untuk menunjukkan bahwa UTTP


telah memenuhi persyaratan, maka
pada UTTP tersebut dibubuhkan Tanda
Tera sebagaimana diatur dalam Pasal
20 UUML yaitu :
1. Tanda Sah, yaitu tanda yang Apabila tidak memenuhi
dibubuhkan dan atau dipasang persyaratan, maka pada UTTP
pada UTTP yang disahkan pada tersebut dibubuhkan Tanda
waktu ditera dan ditera ulang. Batal, yaitu tanda yang
2. Tanda Jaminan, yaitu tanda yang dibubuhkan pada UTTP yang
dibubuhkan dan atau dipasang
dibatalkan pada waktu ditera
pada bagian-bagian tertentu dari
atau ditera ulang.
UTTP yang disahkan untuk
mencegah penukaran dan atau
perubahan.
3. Tanda Daerah dan Tanda Tanda Sah dan tanda Batal yang tidak
Pegawai yang berhak dibubuhkan mungkin dibubuhkan pada UTTP diberikan
pada UTTP, agar dapat diketahui di surat keterangan tertulis sebagai
mana dan oleh siapa peneraan penggantinya.
(pertama) dilakukan.
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
JENIS JENIS
TANDA TERA

17
DIBUBUHKAN PADA UTTP MULAI DIBUBUHKAN PADA UTTP YANG
1 JANUARI 2017 SAMPAI TIDAK MEMENUHI SYARAT.
DENGAN 31 DESEMBER 2017 DILARANG UNTUK DIGUNAKAN

Kv 25
DIBUBUHKAN PADA UTTP GUNA DIBUBUHKAN PADA UTTP SEBAGAI DIBUBUHKAN PADA UTTP
MENJAMIN TIDAK DIRUBAH IDENTITAS PEGAWAI YANG BERHAK SEBAGAI IDENTITAS KANTOR
MENERA METROLOGI YANG MENERA
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
LETAK CAP TANDA TERA

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


LETAK CAP TANDA TERA

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


NAMA JENIS-JENIS UTTP DAN CAP TANDA TERA

Takaran Kering Takaran Basah Timbangan Timbangan Timbangan Timbangan Timbangan


(cap tanda tera (cap tanda tera di Pegas Pegas(captanda Pegas Neraca (captanda Elektronik
di badan) badan) (captanda tera tera di (captanda tera tera di badan (cap tanda tera di
di belakang) belakang) di belakang) timbangan) belakang)

cap tanda tera

17
TANDAN TERA SAH
TH. 2017

Timbangan Timbangan Bobot Timbangan Dacin Timbangan Meja


Centicimal Ingsut
(cap tanda tera di (cap tanda tera di
(cap tanda tera di (cap tanda tera di gantar) gantar)
ujung gantar) ujung gantar)
Alat Ukur yang digunakan dalam transaksi/distribusi BBM
TANGKI UKUR MOBIL (TUM)
Metering Metering

Metering
FLOW METER di DEPOT
di SPBU
TANKI UKUR

Metering
Metering

TANGKI TIMBUN

KAPAL TANKER
KONSUMEN POMPA UKUR
Meter Listrik
METER
TAKSI

Meterl
Gas
Meter Air
BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS
(BDKT)
BDKT ?
PENGERTIAN

UU NO 2 / 1981 – METROLOGI LEGAL

Pasal 22
(1) Semua barang dalam keadaan terbungkus yang diedarkan, dijual,
ditawarkan atau dipamerkan WAJIB diberitahukan atau dinyatakan pada
bungkus atau pada labelnya dengan tulisan yang singkat, benar dan jelas
mengenai:
a. Nama Barang dalam bungkusan itu;
b. ukuran, isi atau berat bersih barang dalam bungkusan itu
dengan satuan atau lambang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 7 Undang-Undang ini;
c. Jumlah Barang dalam bungkusan itu jika barang itu dijual
dalam hitungan.
(2) Tulisan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini harus dengan
Angka dan Huruf latin disampling huruf lainnya dan mudah dibaca.
Pasal 23
(1) Pada tiap bungkus atau label sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
Undang-undang ini WAJIB dicantumkan Nama dan tempat
perusahaan yang membungkus.
(2) Semua barang yang dibuat atau dihasilkan oleh perusahaan yang
dalam keadaan tidak terbungkus dan diedarkan dalam keadaan
terbungkus maka perusahaan yang melakukan pembungkusan
diwajibkan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasak 22 Undang-Undang ini serta menyebutkan nama dan tempat
kerjanya.

Pasal 24
Pengaturan mengenai barang-barang dalam keadaan terbungkus seusai Pasal
22 dan Pasal 23 Undang –undang ini diatur lebih lanjut oleh dengan
KEPUTUSAN MENTERI.
Permendag No. 31/M-Dag/Per/10/2010 tentang Barang Dalam Keadaan
Terbungkus.

Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT)

adalah barang atau komoditas tertentu yang dimasukkan ke dalam kemasan tertutup,
dan untuk mempergunakannya harus merusak kemasan atau segel kemasan yang
kuantitasnya telah ditentukan dan dinyatakan pada label sebelum diedarkan, dijual,
ditawarkan, atau dipamerkan.

Merusak kemasan atau segel kemasan adalah semua perbuatan berupa membuka
kemasan atau melepaskan segel kemasan BDKT.
Pasal 1 , Permendag No. 71/M-Dag/Per/10/2014 tentang Pengawasan UTTP, BDKT dan Satuan Ukuran.
Contoh kasus

1 2

3 4

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


Contoh kasus
5

7 8

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


PENERAPAN BDKT

Peraturan Menteri No 31/M-Dag/Per/10/2011


ini berlaku untuk:

 Barang atau komoditas yang diedarkan, ditawarkan, dipamerkan, atau dijual yang
kuantitas nominalnya (Qn) dinyatakan dalam berat, panjang, jumlah hitungan, luas,
atau volume,
 BDKT yang diproduksi di dalam negeri,
 BDKT asal impor,
 Barang atau komoditas produksi dalam negeri atau asal impor yang dikemas di
wilayah Republik Indonesia,
 Dikecualikan terhadap barang yang dijual dalam keadaan terbungkus atau dikemas
yang isinya makanan atau minuman yang menurut kenyataannya mudah basi atau
tidak tahan lebih dari 7 (tujuh) hari.
 Pengaturan BKD berlaku untuk komoditi dengan ukuran 5 g atau 5 ml s.d 50 kg atau
50 L

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


RUANG LINGKUP BDKT

 BDKT PRODUKSI DALAM NEGERI


 BDKT ASAL IMPOR
 Barang atau komoditas produksi dalam negeri atau asal
impor yang dikemas di wilayah Republik Indonesia
 Dikecualikan terhadap barang yang dijual dalam keadaan
terbungkus atau dikemas yang isinya makanan atau
minuman yang menurut kenyataannya mudah basi atau
tidak tahan lebih dari 7 (tujuh) hari.
PENGGOLONGAN BDKT

No BDKT dalam Pencantuman Contoh


1. “berat”
• isi bersih,
• berat bersih atau
• Netto Barang atau
2. “volume” • Berat tabung kosong komoditas yang
untuk elpiji diedarkan,
3. “berat tuntas” atau • Bobot tuntas,
ditawarkan,
“drained weight” • berat tuntas atau isi dipamerkan, atau
bersih, dijual yang
• berat bersih atau kuantitas
drained weight nominalnya (Qn)
4. “panjang” dinyatakan dalam
berat, panjang,
• panjang, jumlah hitungan,
5. “luas” • luas atau luas, atau
• jumlah hitungan volume,

6. “hitungan”
KEWAJIBAN BDKT

1. Kesesuaian Pelabelan
a. Nama Barang
b. Kuantitas Barang
c. Nama dan alamat perusahaan
d. Mengatur ukuran tulisan dan angka
kuantitas untuk mempermudah
pembacaan pada label

BDKT
WAJIB
MEMENUHI

2. Kebenaran kuantitas
Memeriksa kuantitas nominal BDKT
dengan kuantitas sebenarnya sesuai
BKD
PENGATURAN TENTANG KEWAJIBAN PENCATUMAN LABEL PADA BARANG

Permendag No.10 tahun 2014 tentang Permendag 31 Tahun 2011 tentang


Perubahan Atas Permendag No.67 tahun 2013 BDKT
tentang Kewajiban Pencantuman Label Dalam
Bahasa Indonesia Pada Barang
1. Mengatur barang secara umum terutama yang Mengatur barang yang dikemas dimana
meliputi: kuantitasnya dinyatakan terlebih dahulu
a. barang elektronika keperluan rumah tangga, sebelum ditawarkan untuk dijual
telekomunikasi, dan informatika;
b. barang sarana bahan bangunan;
c. barang keperluan kendaraan bermotor (suku
cadang dan lainnya); dan
d. barang lainnya sesuai lampiran Permendag

2. Mewajibkan pencantuman informasi pada label 1. Nama barang


yaitu keterangan atau penjelasan barang dan 2. Mewajibkan pencantuman informasi
identitas pelaku usaha tentang kuantitas (isi bersih, netto,
dll) pada label
3. Nama dan alamat perusahaan
4. Mengatur ukuran tulisan dan angka
kuantitas untuk mempermudah
pembacaan pada label
POKOK-POKOK PENGATURAN BDKT

Penulisan kuantitas
1.
(tinggi huruf dan angka kuantitas)

2. Batas kesalahan yang diizinkan


(toleransi kesalahan)

3. Penulisan lambang satuan untuk kuantitas

Tata cara pengujian kuantitas


4.
(dalam Surat Keputusan Dirjen)
1 TINGGI HURUF DAN ANGKA KUANTITAS NOMINAL

1. Tinggi minimum huruf dan angka Kuantitas Nominal (Qn) dalam ukuran berat
atau volume adalah:

Kuantitas Nominal (Qn) Tinggi minimum huruf dan


dalam g atau mL angka dalam mm

lebih dari 5 s/d 50 2


lebih dari 50 s/d 200 3
lebih dari 200 s/d 1000 4
lebih dari 1000 6

2. Tinggi minimum huruf dan angka Kuantitas Nominal (Qn) dalam ukuran panjang,
hitungan, dan luas adalah 2 mm.
CONTOH HASIL PENGAMATAN TINGGI HURUF DAN ANGKA KUANTITAS
NOMINAL BDKT

Nama Kuantitas Tinggi Huruf Tinggi Seharusnya Keterangan


Barang Nominal Angka (BKD Tinggi )
minimal

Beras 1 kg 6 mm 11,5 mm 4 mm Sesuai


Organik
(Guanure)

Pro Gizi 250 g 2,36 mm 2,91 mm 4 mm Tidak sesuai


Garam
Beryodium
2 BATAS KESALAHAN YANG DIIZINKAN (BKD)

1. Kuantitas BDKT yang dinyatakan dalam Berat atau Volume

Kuantitas Nominal Produk (Qn) Batas Kesalahan (T)*


dalam g atau mL
Persen dari Qn g atau mL
5 s/d 50 9 -
50 s/d 100 - 4.5
Keterangan:
100 s/d 200 4.5 - *) Nilai dalam negative
200 s/d 300 - 9 *) T yg dihitung dari % Qn
300 s/d 500 3 - dibulatkan satu decimal keatas
500 s/d 1000 - 15
1000 s/d 10 000 1.5 -
10 000 s/d 15 000 - 150
15 000 s/d 50 000 1 -

2. Kuantitas BDKT yg dinyatakan dlm “berat tuntas” atau "drained weight”, tidak boleh ada BDKT yg memiliki
kesalahan lebih besar dari 2 kali Batas Kesalahan (T) sebagaimana tercantum dlm angka 1.
3. Kuantitas BDKT yg dinyatakan dlm ukuran panjang, Batas Kesalahan (T) adalah 2% dari Qn.
4. Kuantitas BDKT yg dinyatakan dlm ukuran luas, Batas Kesalahan (T) adalah 3% dari Qn.
5. Kuantitas BDKT yg dinyatakan dlm ukuran jumlah atau hitungan:
untuk Qn ≤ 50 buah, kuantitas sebenarnya tidak boleh kurang dari Qn; dan
untuk Qn > 50 buah, kuantitas sebenarnya tidak boleh kurang, secara rata-rata, dari Qn dan batas
kesalahan (T) adalah 1 (satu) buah dari 100 buah.
3 PENULISAN LAMBANG SATUAN PADA KUANTITAS
PENGUJIAN ATAS KEBENARAN KUANTITAS

PENGUJIAN KEBENARAN
KUANTITAS BDKT

PENGAMBILAN SAMPEL
PENGUJIAN KUANTITAS BDKT PENGUJIAN KUANTITAS BDKT
DALAM SATUAN BERAT DALAM SATUAN VOLUME
1. Pengujian Kebenaran 1. Metode Penimbangan
kuantitas BDKT secara 2. Metode Penakaran
umum
PENGUJIAN KUANTITAS BDKT 2. Pengujian kebenaran
kuantitas BDKT yang
dibekukan (Frozen) PENGUJIAN KUANTITAS BDKT
3. Pengujian kebenaran DALAM SATUAN LUAS
kuantitas BDKT bobot PANJANG DAN VOLUME
tuntas (drained weight)
4. Pengujian kebenaran
MENENTUKAN LOT BDKT Gas Cair
PEMERIKSAAN
DITERIMA/DITOLAK
SATUAN UKURAN

M=panjang

Mol=kuanti
Kg=massa
tas zat

Cd=kuat
cahaya
SI S=waktu

K=termodi
A=listrik
namika

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


SATUAN SISTEM INTERNASIONAL
(SI)
BESARAN SATUAN LAMBANG SATUAN

PANJANG METER m
MASSA KILOGRAM kg
WAKTU SEKON s
ARUS LISTRIK AMPER A
SUHU TERMODINAMIKA KELVIN K
KUAT CAHAYA KANDELA cd
KUANTITAS ZAT MOLE mol
Lambang Satuan
Kelipatan/bagian Desimal
 Kelipatan/bagian desimal Awal kata Lambang
 1 000 000 000 000 000 000 = 1018 Eksa E
 1 000 000 000 000 000 = 1015 Peta P
 1 000 000 000 000 = 1012 Tera T
 1 000 000 000 = 109 Giga G
 1 000 000 = 106 Mega M
 1 000 = 103 Kilo k Contoh :
 1 00 = 102 Hekto h 1 m = 10 dm = 100 cm =1000 mm
 10 = 101 deka da
 0,1 = 10-1 Desi d
 0,01 = 10-2 Senti c
 0,001 = 10-3 Mili m
 0,000 001 = 10-6 Mikro μ
 0,000 000 001 = 10-9 Nano n
 0,000 000 000 001 = 10-12 Piko p
 0,000 000 000 000 001 = 10-15 Femto f
 0,000 000 000 000 000 001 = 10-18 Atto a

44
PENGGUNAAN SATUAN UKURAN DAN PENULISAN LAMBANG SATUAN

Contoh Penggunaan Satuan


No Besaran yang benar Contoh Penulisan yang
Nama Lambang salah

1. Massa gram g gr, Gr, G, Grm, grm

kilogram kg Kg, KG

2. Volume liter L/l Lt

mililiter mL / ml ML

3. Panjang meter m M, METER, mtr

centimeter cm CM, Cm

4. Energi Listrik kilowatt jam kWh KWH, kwh, kwH


“SALAH”
“BENAR”

kg Kg
kilogram KG
gram grm
g gr

m3
liter M3
ml ML
mililiter
PERBUATAN YANG DILARANG Pasal 25
Dilarang mempunyai, menaruh, memamerkan, memakai atau menyuruh memakai:
a. alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang bertanda batal;
b. alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang tidak bertanda tera sah yang berlaku
atau tidak disertai keterangan pengesahan yang berlaku, kecuali seperti yang tersebut dalam Pasal 12
huruf b Undang-undang ini;
c. alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang tanda teranya rusak;
d. alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang setelah padanya dilakukan perbaikan
atau perubahan yang dapat mempengaruhi panjang, isi, berat atau penunjukkannya, yang sebelum
dipakai kembali tidak disahkan oleh pegawai yang berhak;
e. alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang panjang, isi, berat atau
penunjukkannya menyimpang dari nilai yang seharusnya daripada yang diizinkan berdasarkan Pasal
12 huruf c Undang-undang ini untuk tera ulang;
f. alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang mempunyai tanda khusus yang
memungkinkan orang menentukan ukuran, takaran, atau timbangan menurut dasar dan sebutan lain
daripada yang dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-undang ini;
g. alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya untuk keperluan lain daripada yang
dimaksud dalam atau berdasarkan Undang-undang ini;
di tempat usaha; di tempat untuk menentukan ukuran atau timbangan untuk kepentingan umum; di
tempat melakukan penyerahan-penyerahan; di tempat menentukan pungutan atau upah yang
didasarkan pada ukuran atau timbangan. The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
Pasal 26
Dilarang menawarkan untuk dibeli, menjual, menawarkan untuk
disewa, menyewakan, mengadakan persediaan untuk dijual,
disewakan atau diserahkan atau memperdagangkan secara
bagaimanapun juga:
a. alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang
bertanda tera batal;
b. alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang
tidak bertanda tera sah yang berlaku, atau tidak disertai
keterangan pengesahan yang berlaku, kecuali seperti yang
tersebut dalam Pasal 12 huruf b Undang-undang ini ;
c. alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang
tanda jaminannya rusak.

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


Pasal 27
(1) Dilarang mernasang alat ukur, alat penunjuk atau alat lainnya sebagai tambahan pada
alat-alat ukur, takar atau timbang yang sudah ditera atau yang sudah ditera ulang.
(2) Alat-alat ukur, takar atau timbang yang diubah atau ditambah dengan cara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini diperlakukan sebagai tidak ditera atau
tidak ditera ulang.

Pasal 28
Dilarang pada tempat-tempat seperti tersebut dalam Pasal 25 Undang-undang ini memakai
atau menyuruh memakai :
a. alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya dengan cara lain atau dalam
kedudukan lain daripada yang seharusnya;
b. alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya untuk mengukur, menakar atau
menimbang melebihi kapasitas maksimumnya;
c. alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya untuk mengukur, menakar,
menimbang atau menentukan ukuran kurang dari pada batas terendah yang ditentukan
berdasarkan Keputusan Menteri.

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


KETENTUAN PIDANA
Pasal 32
(1) Barangsiapa melakukan perbuatan yang tercantum dalam Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27,
dan Pasal 28 Undang-undang ini dipidana penjara selama-lamanya 1 (satu) tahun dan
atau denda setinggi-tingginya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).
(2) Barangsiapa melakukan perbuatan yang tercantum dalam Pasal 30 dan Pasal 31 Undang-
undang ini dipidana penjara selama-lamanya 6 (enam) bulan dan atau denda
setinggitingginya Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
(3) Pelanggaran terhadap perbuatan yang tercantum dalam Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 29
ayat (1) dan ayat (3) Undangundang ini dipidana kurungan selama-lamanya 6 (enam)
bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
Pasal 33
(1) Perbuatan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
undang ini adalah kejahatan.
(2) Perbuatan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-undang ini
adalah pelanggaran.
(3) Barang yang menjadi bukti kejahatan dan atau pelanggaran dapat dirampas untuk
kepentingan Negara.

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


KEJAHATAN PELANGGARAN

1. Menjual semua barang menurut ukuran, 1. Menjual BDKT dengan tidak menyatakan mengenai:
• nama barang,
takaran, timbangan atau jumlah selain • ukuran, isi, atau berat bersih barang dengan satuan
menurut ukuran yang sebenarnya, isi atau lambang sebagaimana dimaksud dalam
UUML,
bersih, berat bersih atau jumlah yang • jumlah barang dalam bungkusan itu jika barang itu
sebenarnya (Pasal 30) dijual dengan hitungan
2. Membuat, mengedarkan, membungkus 2. Menyatakan tulisan tersebut di atas tidak
menggunakan angka Arab dan huruf latin disamping
atau menyimpan untuk dijual, atau huruf lainnya dan mudah dibaca.
menawarkan untuk dibeli, BDKT yang 3. Menjual BDKT tidak mencantumkan nama dan tempat
kurang dari yang tercantum pada perusahaan yang membungkus. (Pasal 23)
4. Perusahaan yang melakukan pembungkusan tidak
labelnya atau menyimpang dari memenuhi ketentuan menurut UUML. (Pasal 23)
ketentuan (Pasal 31) 5. Menggunakan sebutan dan lambang satuan selain yang
berlaku pada pengumuman tentang barang yang dijual
dengan cara diukur, ditakar, ditimbang, baik dalam surat
kabar, majalah atau surat tempelan, pada etiket
maupun pemberitahuan lainnya yang menyatakan
ukuran, takaran atau berat. (Pasal 29)
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
51
SANKSI DAN PEMBINAAN TERHADAP PELAKU USAHA

Permendag No. 31/M-Dag/Per/10/2010 tentang Barang Dalam Keadaan Terbungkus.

1. Produsen, importir, atau pengemas yang tidak memenuhi ketentuan pelabelan


kuantitas dan kebenaran kuantitas, wajib menarik BDKT dari peredaran dan
dilarang untuk menawarkan, memamerkan, atau menjual BDKT dimaksud.

2. Seluruh biaya penarikan BDKT dibebankan kepada produsen, importir, atau


pengemas.

3. BDKT yang tidak sesuai dengan ketentuan dan telah ditarik dari peredaran oleh
produsen, importir, atau pengemas, dapat diedarkan, ditawarkan, dipamerkan,
atau dijual kembali, jika telah memenuhi ketentuan kesesuaian pelabelan
kuantitas.

4. Produsen, importir, atau pengemas yang tidak menarik BDKT, dikenakan sanksi
administratif berupa:
a. pencabutan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) oleh pejabat penerbit
SIUP; atau
b. pencabutan izin usaha lainnya oleh pejabat berwenang.

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia


MEMPERDAYA UKURAN
MENGHILANGKAN KEPERCAYAAN

Anda mungkin juga menyukai