Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH METROLOGI

M
etrologi adalah suatu ilmu pengetahuan tentang ukur-mangukur secara luas.
Segala sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan di dunia hingga saat ini
yang berupa kegiatan sehari-hari dalam hal serah terima barang dagangan
dan bermacam-macam kegiatan lainnya adalah tidak dapat dikatakan lengkap tanpa
mengemukakan sesuatu ukuran. Sejarah mengenai ukuran sejalan dengan sejarah
berkembangnya kehidupan di dunia.

Pengetahuan tentang ukuran, takaran dan timbangan telah dikembangkan di


dalam segala bidang dan cabang pendidikan didalam suatu ilmu pengetahuan
metrologi. pengetahuan ini meminta kesempurnaan yang lebih baik lagi untuk dapat
mengetahui lebih lanjut dalam penemuan ilmah pada masa mendatang dan untuk
mencapai hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan dan juga untuk
mendapatkan kesaksamaan dan ketidakpastian dalam pengukuran, penakaran dan
penimbangan bagi kepentingan-kepentingan yang nyata sehari-hari.

Dengan sempurnanya alat-alat ukur yang digunakan hingga saat ini adalah
merupakan kejayaan yang telah diperoleh dari ilmu pengetahuan metrologi pada era
modern dengan telah dapat didaratkan manusia di permukaan bulan atau di planet
yang lain.

Metrologi dalam bidang ilmah yang berkecimpung dalam mengembangkan dan


memajukan dasar-dasar standar merupakan suatu mata rantai utama bidang metrologi
dalam cabang ilmu pengetahuan lainnya.
Dengan tumbuhnya peradaban akan meminta suatu kepastian secara umum dan
menyeluruh mengenai penentuan suatu patokan ukuran. Penentuan jumlah ukuran
dapat dinyatakan secara tepat dengan standar yang disebut "Satuan".

Sejak zaman dahulu disemua negara peraturan tentang ukuran, takaran dan
timbangan dibuat oleh raja dan pemerintah. Tiap negara mempunyai standar dan
satuan sendiri-sendiri. Biasaya sebagai standar didasarkan atas badan orang,
umpamanya badan raja sendiri seperti yang kita kenal sampai sekarang perkataan foot
(kaki).
NegaraInggris adalah Negara pertama yang telah mengatur sistemnya agak
baik. Sedang negara-negara Eropa terdapat bermacam-macam dasar takaran dan
timbangan, akan timbul perbedaan-parbedaan yang dapat mengacaukan transaksi
perdagangan.

Di Prancis sendiri sampai akhir abad ke 18 telah tumbuh secara bersamaan


ukuran-ukuran dengan nama satuan yang sama, akan tetapi dengan panjang atau
dengan massa yang berlain-lainnan tiap-tiap daerah. Misalnya untuk 100 pounds di
Paris sama dengan 118 pounds di Toulouse, 123,5 pounds di Darsaille, 96,3 pounds
Rouen dan 116,3 pounds di Lyon (untuk pemakaian secara umum, sedang untuk sutera
= 106,6 pounds).
Pada watu Revolusi Prancis tahun 1789 dalam waktu singkat Dewan Rakyat
Prancis mengadakan banyak perubahan dalam hal adat istiadat, umpamanya :

a) sistem ukuran, takaran dan timbangan


b) pembagian desimal dalam pembagian waktu bukan lagi 1 sampai 12
tetapi 1 sampai 10.
c) pembagian tahun desimal, yaitu 1 tahun sama dengan 10 bulan.

akan tetapi mengenai pembagian waktu dan tahun menjadi desimal tidak lama
kemudian ditarik kembali, sebab rakyat tidak mau menerima.
Sistem baru tentang ukuran, takaran dan timbangan berkembang hingga sekarang,
yaitu sistem metrik yang kita pergunakan sekarang dan juga dipakai oleh sebagaian
besar di dunia.

Untuk menanggulangi adanya kekacauan dalam ukuran, takaran dan timbangan,


maka seorang politikus terkenal Prancis bernama Talleyrand telah merintis untuk
mengadakan penyelidikan. pengadaan sistem baru mengenai ukuran, takaran dan
timbangan. Dalam abad ke 18 buah pikiran tersebut telah dapat dituangkan dengan
cara mengambil sebagai patokan (batasan) dasar alam dan satuan yang tetap yang
dapat diterima secara umum. Picard dan Huygens masing-masing sarjana dari Prancis
dan Belanda menyarankan memilih sebagai satuan adalah panjang pendulum sekon
pada lintang 450 dan pada ketinggian yang sama dengan permukaan laut. Akan tetapi
saran tersebut tidak terwujud sampai terjadinya revolusi Prancis tahun 1739. Kurang
dari setahun kemudian baru dapat diwujubkan dengan decret I Assemblee Nationale
tanggal 8 Mei 1790 yang menunjuk panjang dari pendulum tadi dengan nama "meter"
(berasal dari bahasa Greek "metron" atau bahasa latin "metrum" yang kedua-duanya
berarti mengukur).

Panjang pendulum itu bagaimanapun tidak dapat memberikan kesaksamaan


yang cukup tinggi. Karena itu dibentuk suatu komisi yang terdiri dari para sarjana
terkemuka di Prancis yang mengetahui bahwa kemajuan ilmu sangat perlu
menghendaki suatu batasan yang secara umum dapat diterima oleh semua negara
tanpa melibatkan pengaruh nasional.

Komisi yang terdiri dari para sarjana, yaitu Borda, Lagrange, Lavisier, Tillet dan
Condorcet dan beberapa anggota terkemuka lainnya telah memberikan laporannya
yang pertama tanggal 27 Oktober 1790, yaitu berupa usul-usul kepada Dewan Rakyat
Perancis, antara lain :

1. dasar ukuran dan timbangan harus suatu benda di dunia yang tidak berubah
untuk selama-lamanya. dasar tersebut disebut "dasar alam", dasar alam harus
diketahui oleh keturunan kita sampai hari kiamat.
2. dari dasar itu harus dibuat suatu ukuran panjang (batang logam) sangat
saksama sesuai dengan dasar alam.
3. dasar timbangan harus ditetapkan bergantung kepada ukuran panjang.
4. dari dasar timbangan harus dibuat untuk anak timbangan yang sangat saksama
sesuai dengan dasar alam.
5. pembagian ukuran, takaran dan timbangan harus desimal; Jadi 1 : 10 atau 1 : 100
atau 1 : 1000.
Laporan yang kedua pada tanggal 19 Maret 1791 dibuat setelah Komisi bekerja
sama dengan dua orang sarjana matematik termasyhur Laplace dan Hongs. Hal yang
terpenting adalah menyatakan :
1) dasar ukuran alam ialah "meter" yang panjangnya sama dengan satu persepuluh
juta dari seperempat meridian bumi yang melalui observatorium paris, pada suhu
00 C.
2) dasar timbangan ialah massa air suling dalam suatu kubus yang berukuran 1/10
meter pada 40 C (kepekatan yang sebesar-besarnya) yang ditimbang dalam
ruangan hampa udara.
3) dari dasar ukuran panjang akan dibuat suatu ukuran panjang dari platina yang
panjangnya saksama sama dengan 1 meter.
4) dari dasar timbangan akan dibuat suatu anak timbangan dari platina yang beratnya
saksama 1 kilogram.

Seminggu kemudian yaitu pada tanggal 26 Maret 1791 dibuat keputusan yang
meminta Akademi Ilmu Pengetahuan (I 'Academic des Sciences) untuk membentuk
kelompok-kelompok komisi yang masing-masing dengan tugas tertentu.

Komisi pertama yang terdiri dari Caissini (Sarjana ilmu Falak dan pembuat peta),
Mechain (sarjana ilmu falak) dan Lagendre (sarjana matematika) ditugaskan untuk
menentukan perbedaan garis lintang antara Dunkerque dan Barcelona dan membuat
triangulasi.

Komisi kedua terdiri dari sarjana ilmiah Mouge dan Meusnier ditugaskan
mengukur trianggulasi telah ditentukan oleh Komisi pertama, untuk dijadikan
standar dasar meter.

Sarjana fisika Borda dan Coulomb dari komisi ketiga ditugasi menentukan panjang
pendulum sekon.

Komisi keempat yaitu sarjana kimia Lavoisier dan sarjana tambang Hauy
mendapat tugas-tugas terpenting yaitu menentukan Massa 1 dm3 air suling yang
kemudian menjadi satuan massa (gram) dalam sistem metrik.

Komisi kelima yang menentukan hubungan perrbandingan antara ukuran-ukuran


lama dengan ukuran-ukuran baru, terdiri dari Tillet, Brisson dan, Vandermonde.

Pertengahan tahun 1797 pengukuran busur panda meridian (garis lintang) antara
Dunkerque yang terletak di pantai Utara Prancis dan T. Joey dekat Barcelona di
pantai selatan Spanyol, melalui observatorium Paris telah dilakukan oleh Delambre dan
Mechain dengan menggunakan "Toise" sebagai satuan pengukuran. Pekerjaan itu
merupakan pekerjaan yang sangat sukar dilakukan apalagi pada waktu itu revolusi
Prancis sedang mencapai klimaksnya. meskipun dalam suasana yang demikian, yang
sangat menjemukan itu telah dapat dilakukan dengan lengkap dalam tahun 1798.

Pada tahun 1799 Pemerintah Prancis mengajak negara-negara lain untuk


bermufakat tentang satuan Internasional untuk ukuran dan timbangan. akan tetapi pada
waktu itu banyak negara-negara dalam keadaan perang dengan Prancis tidak
menghadiri. Negara-negara yang hadir adalah Negara-negara yang takluk kepada
Prancis antara lain : Belanda, Spanyol, Swiss, Italia.
Perusahaan Fortin membuat sebatang platina dengan penampang 25 mm x
4,5 mm sebagai standar ukuran panjang yang disebut meter yang jarak antara kedua
bidang ujungnya merupakan batas ukuran. Karena itu standar ini dinamakan standar
ukuran ujung. Standar ini dibanding dengan Toise dengan kesaksamaan pengukuran
10 µm yang mana kesalahannya dapat diabaikan. Demikian juga ukuran massa
kilogram dibuat dari platina berbentuk silinder sama sisi, yaitu panjang garis- tengah
sama dengan tingginya.

Keduanya Prototype meter dan kilogram tersebut adalah merupakan satuan resmi
ukuran panjang dan ukuran massa pada suhu 0 0 C. yang kemudian pada tanggal 22
Juni 1799 disimpan di gedung Archives dari Republic Prancis di Paris. Peranannya
telah dinyatakan dalam bentuk Undang-undang tanggal 10 Desember 1799 kedua
prototype tersebut masing-masing disebut "Metre des Archives" dan Kilogramme des
Archives". Masing-masing satu copy (turunan) dari kedua prototype yang juga terbuat
dari platina di simpan di observatorium Paris.

Kepada kedua satuan dasar tersebut (meter dan kilogram) ditambahkan satuan
yang ketiga sebagai satuan waktu yaitu sekon. Kesemuannya tergabung sebagai
sistem meter – kilogram - sekon (MKS) yang kemudian lebih umum dikenal sebagai
satuan mks dalam sistem metrik.

Walaupun telah ada kesepakatan untuk menggunakan sistem metrik berkat usaha
dan ketekunan kerjasama antara para sarjana ilmiah Prancis dengan pemerintahannya,
akan tetapi rakyat Prancis tidak begitu tertarik untuk menterapkan sistem metrik
meskipun secara resmi telah diundangkan pada tahun 1795. kelambanan ini adalah
karena masih terbiasanya dengan penggunaan sistem ukuran lama dan lagi karena
masih barunya menggunakan istilah meter, kilogram, dan lain-lain dari bahasa Greek
latin. Kesulitan-kesulitan ini baru dapat dipecahkan setelah 20 tahun sistem metrik
berjalan, yaitu oleh pemerintah Napoleon dengan mengeluarkan keputusan tanggal 28
Maret 1812 yang menyebut ukuran metrik dengan nama satuan lama dan juga
mengizinkan penggunaan ukuran lama disamping sistem metrik dengan memberikan
tabel konversi antara lain boisaau = 1/8 hektoliter, livre = 500 gram, once = 31,3 gram,
gres = 3,9 gram dan toise = 2 meter.
Selain dari itu digunakan 3 cara yaitu :
1) ukuran lama digunakan di propinsi.
2) ukuran sistem Napoleon dipakai oleh sebagian kecil usaha dan industri di kota
3) sistrm metrik diajarkan di sekolah-sekolah dan diwajibkan untuk dipakai tata-usaha
dan industri-industri berat dan juga dalam pencatatan-pencatatan secara umum.

Usaha untuk menerapkan sistem metrik banyak mengalami kesulitan dan hanya
dapat diatasi ketika pemerintah Louis-Philippo yang dengan giat mengeluarkan
keputusan pada tanggal 4 Juli 1837 dimana mulai 1 Januari 1840 sistem metrik berlaku
untuk seluruh Prancis tanpa masa peralihan lagi. Periode sampai 1 Januari 1840
diperlukan untuk menghapus semua ukuran, takaran dan timbangan yang tidak sesuai
dengan sistem metrik.
Impian tentang penggunaan satuan secara semesta telah memberikan dorongan
secara pesat untuk menunjang pemakaian sistem metrik dengan fasilitas dapat
diterimanya sistem tersebut oleh bangsa-bangsa di negara lain. jadi secara jelas
sesudah adanya kreasi di Prancis sistim metrik menjadi mulai berkembang di negara
lain, dan menarik karena kesederhanaannya dan sesuai dengan jalan pikiran dan
masuk akal.

Belgia, Belanda, Greek, dll dalam waktu singkat telah dapat menerima sistem
metrik. Harapan utama dalam mengubah sistem ukuran lama di tingkat nasional
sebagai usaha terpenting untuk mengadakan parpaduan di dunia dalam bentuk
hubungan Internasional, telah dilaksanakan pameran sistem metrik di London (th. 1851)
dan di Paris (th. 1867). Dengan demikian secara tidak langsung semua negara
menjadi kenal bahwa sistem metrik sudah menjadi sistem di dunia, yang satuan
panjang dan satuan massanya telah dibuatkan suatu benda nyata dari platina dan
disimpan di gedung Archives di Paris pada th. 1799. Negara-negara yang baru
menerima metrik kemudian mendesak kepada Prancis untuk memberikan turunan dari
standar meter dan standar kilogram.

Lama kelamaan para sarjana mengetahui kesalahan dasar alam dan


kesaksamaan meter dan kilogram des archives terhadap dasar alam, karena :

1) Dasar alam akan barubah dalam era yang akan datang. Bangun dunia/bumi akan
berubah.
2) Menetapkan panjang 1/4 meridian bumi tidak dapat dilakukan dengan tiada
kesalahan sedikitpun.
3) Meter dan kilogram des Archives tidak tepat sama dengan definisinya.

Oleh karena itu maka diambil untuk menetapkan definisi meter, yaitu "meter adalah
panjang meter des Archives". Demikian pula untuk kilogram adalah massa des
Archives.

Gagasan Penyelenggaran Konvensi Meter

P
ada bulan Oktober 1867 telah diadakan konferensi Iinternasional ahli geodesi
di Berlin untuk menggunakan sistem metrik sebagai satuan tunggal dalam
hitungan trianggulasi di sebagian besar negara di Eropa. Para ahli ilmiah
umumnya dan ahli geodesi khususnya dapat menerima ; antara lain :

a. Dalam hal menentukan satuan ukuran yang biasa dilakukan pada pengukuran
untuk semua negara di Eropah sedapat mungkin Konperensi menasehati dan
mengusulkan pembuatan prototype yang baru untuk Eropah yang dibuat dengan
seksama dengan kesalahan sekecil mungkin dan secara berkala dibandingkan
dengan metre des archives.
b. Susunan dari prototype yang baru seperti buatannya dan persamaannya sebagai
turunan untuk berbagai negara harus dipercayakan kepada suatu komisi
Internasional dalam pengadaannya.
c. Konperensi mengusulkan agar dibentuk Biro Internesional Ukuran dan Timbangan
Eropa.

Anjuran ini yang pada waktu itu hanya terbatas pada standard ukuran panjang
telah dilengkapi dan disokong oleh Akademi Ilmu pengetahuan dari Sain Petersbourg
yang pada tahun 1869 menyarankan kepada Akademi Ilmu Pengetahuan di Paris.
Kedua badan ini harus mengambil bagian untuk meyakinkan pemerintah Prancis agar
mempunyai standard yang baru yang dibuat secara saksama dengan menentukan
nilainya dengan membandingkan terhadap meter dan kilogram des Archives.

Sebagai hasil dari anjuran ini pemerintah Prancis dengan surat keputusan tanggal
1 September 1869 membentuk Commission Internationale du metre dan mengambil
prakarsa untuk mengundang negara-negara lain untuk bertemu di Paris dalam bulan
Agustus 1870 untuk ikut duduk dalam komisi Internasional untuk meter itu. Akan tetapi
pada waktu itu baru saja diumumkan Franco-Prusian, jadi hanya 15 negara dari 24
negara yang diundang yang dapat menghadiri. Tidak ada suatu keputusan yang dibuat
oleh komisi ini, melainkan hanya terbatas untuk mengadakan penelitian lebih Ianjut
secara teknis dalam pembuatan standard yang baru.

Kemudian pada bulan September 1872 diadakan pertemuan kedua dengan


peserta 30 negara, dimana 11 negara berasal dari benua Amerika. Komisi Internasional
itu ( Commission Internationale du Metre) menerima beberapa resolusi yang terbatas
pada bahan pembuat standard yang baru dan membandingkannya dengan standard
des Archives dan mengusulkan agar dibentuk Biro Internasional untuk Ukuran dan
Timbangan (Bureau International Poids et Measures atau B.I.P.M) yang bertugas
memelihara/menyimpan prototype dan sebagai pusat dari pengaturan sistem metrik.

Walaupun para anggota komisi internasional yang sebagian besar adalah sarjana
ilmiah dan sarjana teknik, mereka tidaklah mampu menghubungi pemerintah masing-
masing mengenai gagasan pembentukan Biro Internasional. Hanya beberapa tahun
kemudian komisi secara resmi dengan mengadakan konperensi tingkat diplomat yang
diadakan di Paris th. 1875 telah ditanda tangani perjanjian dengan nama "Convention
du Metre" oleh wakil dari 17 negara pada tanggal 20 Mei 1875. Dengan berdirinya
Convention du metre, maka selesailah pekerjaan Commission International du Metre,
kecuali seksi Prancis yang masih dipertahankan sampai standard yang baru selesai
dibuat. Di bawah konvensi th. 1875 ini negara-negara penandatangan menyetujui
hubungan-hubungan yang sangat bernilai dari pada sarjana dan
memelihara/mempertahankan Biro Internasional untuk Ukuran dan Timbangan yang
tetap (permanen) dimana kantor pusatnya di Perancis. Tidak berapa lama kemudian
yaitu setelah dibentuk Biro Internasional untuk Ukuran dan Timbangan, Biro telah
memusatkan perhatian untuk melakukan penelitian mengenai bentuk meter dan
kilogram internasional beserta turunannya yang nantinya akan dibagi-bagikan kepada
semua negara yang menghendaki.

Seorang guru besar di Paris I. Sainte-Claire Deville, setelah beberapa lama


melakukan penelitian-penelitian atas paduan logam (alliage) platina iridium,
mengusulkan agar meter-meter kilogram-kilogram dibuat dari paduan PtIr, dengan
perbandingan 90% Pt dan 10% Ir. Karena sifat-sifatnya untuk bahan meter dan
kilogram lebih baik dari pada platina murni. Usul ini dapat diterima oleh Komisi
Internasional dalam pertemuannya yang kedua dalam bulan September 1872, yang
antara lain menyatakan bahwa toleransi paduan dibatasi sampai ± 2% dan paduan
harus diperolah dengan satu kali pengecoran untuk semua meter dan kilogram yang
dibuat.
Untuk meter dibuat sebagai ukuran garis dengan penampang X seperti yang
disarankan oleh H.Tresca. Pemilihan bentuk ini ialah karena momen enersia yang tinggi
yang tahan terhadap perubahan bentuk dan menggunakan bahan yang sadikit. Selain
dari itu memungkinkan dapat dibuat garis pada bidang netral, sehingga panjang
standard tidak begitu dipengaruhi oleh beratnya sendiri bagaimanapun meter disangga.

Untuk kilogran dibuat sama seperti kilogram des Archives, yaitu sama sisi, yaitu
dengan garis tengah dan tinggi 39 mm.

Pelaksanaan pengecoran untuk mendapatkan paduan Platina Iridium telah


dilakukan pada tanggal 13 Mei 1874 disalah satu ruangan gedung Conser vatoire de
Arts Metiers di Paris dibawah pimpinan H. Sainte Claire Deville. Jumlah yang dicor
adalah 225 kg Pt dan 25 kg Ir. Paduan yang diperoleh dari pengecoran terkenal dengan
nama "alliage du conservatoire" atau selanjutnya akan disebut "alliege 1874". Hasil
pangecoran ini dianalisa oleh H.Sainte Claire Deville dan diperoleh komposisi sbb :

Platina 88,94%
Iridium 8,73 %
Ruhenium 1,44 %
Rhodium 0,20 % 2,33 %
Besi 0,61 %
Tembaga 100,00
0,08 %
%

Hasil ini menyebabkan keragu-raguan bagi Deville akan kebaikan alliage itu, dan
ia bermaksud untuk sementara menghentikan pembuatan-pembuatan meter yang
ketika itu sudah dimulai dan akan membersihkan alliage itu dengan beberapa kali
pengecoran. tetapi maksud Deville itu tidak disetujui oleh seksinya (seksi Perancis)
yang berpendapat bahwa alliage Itu sudah cukup baik dan memenuhi syarat-syarat
untuk bahan meter standard, karena tahan pengaruh udara sekitar, cukup keras dan
kenyal dapat diupam dengan baik/mengkilat, mudah garis-garis halus yang tebalnya
beberapa mikrometer, muai panjangnya kecil, dll.

Atas desakan komisi Internasional untuk Ukuran dan Timbangan (Comite


International des Poids et Mesures yang selanjutnya disingkat C.I.P.M) Pemeriksaan
analisa alliage diulang lagi. Pemeriksaannya diserahkan kepada 3 orang, Broch,
Deville dan Stas. Stas dan Broch kedua-duanyan adalah anggota C.I.P.M hasil dari
pemeriksaannya adalah sebagai berikut :

1. Massa jenis potongan-potongan dan serpih-serpih yang diberikan kepada mereka


berbeda-beda antara 21,09 - 21,01, sedang seharusnya 21,25 untuk paduan
90%Pt dan 10% Ir. Dari angka-angka, massa jenis yang diporoleh ternyata alliage
tidak merata (homogin). massa jenis yang lebih rendah menunjukkan adanya
logam lain dalam paduan.

2. Dari pemeriksaan ternyata chemis ternyata alliage mengandung kurang lebih 3%


logam-logam lain selain dari Pt dan Ir.

Dengan demikian alliage tidak memenuhi ketentuan Commission Internationale du


metre tahun 1872 dan juga tidak memenuhi ketentuan peralihan Convention du Metre.

Sehubungan dengan itu C.I.P.M pada tanggal 15 September 1877 menolak


untuk menerima meter-meter dan kilogram-kilogram yang dibuat dari alliage 1874 dan
meminta kepada Pemerintah Prancis supaya menghentikan Seksi Prancis membuat
dari alliage alliage 1874 tersebut dan memerintahkan membuat prototype-prototype lain
yang memenuhi ketentuan yang disahkan oleh Convention di Metre.

Selain dari itu timbul kesulitan lain, yaitu adanya Negara-negara, diantaranya
Inggris dan Belanda, yang ingin menerima prototype-prototype langsung dari Seksi
Prancis. Kerena, itu timbul protes dari pihak C.I.P.M. yang disampaikan kepada
pemerintah Prancis. Berhubung dengan itu pemerintah Prancis menyatakan tidak akan
menyerahkan prototype-prototype tanpa kerjasam dengan C.I.P.M.

Kepada seksi Prancis diperintahkan untuk membuat 3 batang prototype alliage


1874 dan 3 batang dari alliage bersih yang memenuhi syarat-syarat Convention du
metre. Setelah salesai keenam batang prototype harus diserahkan kepada C.I.PM.
Akan tetapi, dengan tidak diketahui apa alasannya, Seksi Prancis menyerahkan
pembuatan 3 batang prototype dari alliage bersih kepada firma barang-barang logam
Johnson Matthey & Co di London. Yang diserahkan sebenarnya hanya pengecorannya,
itupun dibawah pimpinan/pengawasan Staf dan Deville, sedang pambuatan dan
verifikasinya dilakukan oleh Tresca seperti prototype dari alliage 1874.

Berhubung dengan penyelesaian pembuatannya terlalu lama dan prototype


pertama baru diterima bulan Januari 1879, maka C.I.P.M. memutuskan akan
memeriksa satu batang dari alliage 1874 dan satu batang dari alliage bersih. Karena itu
dibentuk sebuah Komisi untuk memeriksa sifat-sifat physis teknisnya.

Pada tanggal 28 September 1880 keluarlah laporan C.I.P.M memutuskan :


1. bahwa alliage 1874, walaupun sifat-sifat chemis tidak saksama, tetapi
baik untuk bahan prototype-prototype nasional.
2. Kepada negara-negara dipersilahkan untuk memutuskan sendiri apakah
menghendaki alliage 1874 atau alliage bersih atau kedua-duanya.

Dengan adanya kesempatan memilih, ternyata kemudian banyak negara


meminta prototype dari alliage bersih.

Dengan keputusan C.I.P.M. tanggal 28 September 1880 berakhirlah


pertentangan perihal alliage 1874 antara Seksi Prancis dan C.I.P.M. yang berlangsung
sampai 3 tahun Iamanya. Dalam pertentangan itu Seksi Prancis berpendapat bahwa
alliage 1874 tidak perlu dibersihkan, sebab sudah memenuhi syarat-syarat untuk bahan
prototype dan membersihkan alliage hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga.
Sedang O.I.P.M. berpendirian bahwa bagaimanapun juga alliage 1874 tidak dapat
diterima sebab tidak memenuhi ketentuan yang telah disahkan Convention du metre
yaitu maksimum hanya boleh terdapat 2% logam lain didalam paduan 90% Pt dan
10% Ir. Masalah pertentangan akhirnya diselesaikan oleh C.I.P.M. dengan jalan
menyerahkan kepada negara-negara yang menghendaki prototype untuk menentukan
sendiri pilihannya setelah ternyata kedua alliage itu (alliage 1874 dan alliage bersih)
phisis teknis sama-sama memenuhi syarat.

Karena bentuk dari metre des Archives yaitu bentuk pipih dipandang kurang
baik, bahan lembik (dari platina) hingga mudah timbul bekas-bekas pengukuran pada
kedua bidang ujungnya (ukuran ujung) dan lagi milik negara Prancis yang tentunya
B.I.P.M. tidak dapat menggunakannya dengan bebas, maka oleh konperensi yang
pertama dari C.G.P.M. yang berlangsung tanggal 24 - 28 September 1889 diambil
keputusan untuk mengganti definisi meter dan kilogram menjadi meter yaitu jarak pada
00 C antara sumbu-sumbu dari kedua garis tengah pada sebatang platina iridium, yang
disimpan di B.I.P.M di Pavillon deBreteuil dalam taman Pare de Saint-Claud di Sevres
dekat Paris,

Dan "kilogram" yaitu massa sebuah silinder dari platina iridium yang di simpan
di B.I.P.M. di Sevres dekat Paris.

Yang ditetapkan sebagai meter prototype Internasional ialah prototype turunan


yang terbaik yang panjangnya paling saksama sesuai dengan metre des Archives, yaitu
X6 dan sebagai tanda untuk membedakan dengan prototype-prototype yang lain pada
salah satu sisinya dibubuhi huruf gotis d. panjang jarak antara sumbu-sumbu dari kedua
garis tengahnya pada suhu 00 C dan dibawah tekanan normal atmosfir dinyatakan
sama dengan 1 meter. Panjang pada suhu lain dinyatakan dengan persamaan

X0 atau d = 1 m + (8,651 t + 0,00100 t2 ) µ m

Meter prototype internasional ini tidak boleh dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan


perbandingan oleh B.I.P.M. Untuk itu disediakan prototype X13 dengan tanda 13 dan
prototype yang terdaftar dengan tanda I2.

Untuk kilogram prototype internasional ditetapkan KIII dengan dibubuhi tanda


huruf gotis K yang massanya sama dengan 1 kg dengan volume 46,4005 ml. untuk
pekerjaan perbandingan oleh B.I.P.M. disediakan prototype yang mewakili KI dengan
tanda I dan K1 dengan tanda 1.

Penyimpanan meter dan kilogram prototype International ialah dalam kotak


tertutup rapat kedap udara dan kotak itu di simpan dalam almari yang ada disebuah
ruangan bawah tanah di Gedung B.I.P.M. di Sevres. Suhu dan kelembaban udara
dalam ruangan diatur sedapat mungkin tetap. Lemari itu dikunci dengan 3 buah anak
kunci yang masing-masing satu dipegang oleh Direktur BIPM, Presiden CIPM, dan
direktur Archives Nationale Prancis.

Seizin dari itu sebagai penjagaan dalam keadaan perang, daerah sakitar gedung
BIPM dinyatakan sebagai daerah netral. Di dalam daerah itu Prancis tidak dibolehkan
mengadakan pertahanan-pertahanan dan lain-lain yang dalam keadaan perang dapat
memancing serangan musuh yang sedang berperang dengan Prancis. Dan musuh
tidak dibolehkan menyerang daerah itu, maka gedung BIPM di sevres, baik dalam
perang dunia pertama maupun perang dunia kedua tetap utuh dan tidak mengalami
gangguan suatu apapun.

Dengan peraturan pengamanan tersebut diatas tentunya masih belum terjamin


bahwa prototype Internasional tidak akan rusak atau hilang untuk selama-lamanya.
akan tetapi peraturan itu sudah merupakan pengamanan maksimum yang dapat
diperbuat.

Dengan mendefinisikan panjang meter sebagai panjang sebuah benda, selain


menimbulkan persoalan tentang pengamanan benda sendiri juga akan membawa
persoalan tentang bahannya, yaitu apakah bahan itu akan tetap tidak berubah untuk
selama-lamanya. Proses perubahan molekuler akan terjadi terhadap semua benda,
hanya kecepatannya bagi bahan-bahan yang berlainan akan tidak sama. Pada meter-
meter prototype yang mewakili prototype Internasional dan beberapa prototype
Nasional, dari hasil perbandingan-perbandingan satu dengan lain dalam verifikasi
berkala pada tahun 1892 dan tahun 1901 didapati perubahan-perubahan panjang
sebesar beberapa persepuluh µ m yang tidak dapat diketehui sebab-sebabnya.
Perubahan panjang yang tardapat pada prototype Nasional diduga mungkin karena
transpor, akan tetapi tidak mustahil disebabkan perubahan molekuler dari bahannya.

Dari hasil pengamatan diatas, maka tidak selayaknya untuk terus percaya secara
mutlak bahwa meter prototype Internasional yang berujud benda itu panjangnya tetap
tidak berubah untuk selama-lamanya. berhubung dengan itu para sarjana pendukung
sistim metrik dalam penyelidikanya berusaha untuk kembali kembali kepada ukuran
dengan dasar alam dengan menganjurkan supaya satuan panjang meter didefinisiken
sebagai suatu jumlah panjang gelombang sinar dari garis spectrum tertentu.

Berdasarkan penyelidikan para sarjana, maka dalam Konperensi ke 11


C.G.P.M. dalam bulan Oktober 1960 diputuskan definisi yang baru untuk meter yaitu :

Meter adalah panjang yang sama dengan 1650763,73 panjang gelombang


dalam ruang hampa udara, dari radiasi yang sesuai dengan perpindahan antara
permukaan (tingkatan) 2p10 dan dari atom krypton 86.

Dengan ditetapkannya definisi tersebut di atas, maka meter prototype


Internasional (X6) bukan lagi benda yang memberi ujud satuun panjang meter. Tugas
itu telah diambil alih oleh sejumlah panjang gelombang, akan tidak berarti bahwa meter
prototype Internasional tidak berguna lagi. Pekerjaan verifikasi meter-meter prototype
Nasional lebih praktis dan rnudah dilakukan dengan membandingkan dengan meter
prototype yang tingkatnya Iebih tinggi daripada mengerjakannya dengan panjang
gelombang sinar. Oleh karena itu kedudukan meter prototype Internasional tetap seperti
semula, hanya bedanya kalau dahulu panjangnya dianggap mutlak benar 1 meter
pada 00 C sedang sekarang mungkin tidak lagi tepat 1 meter, akan tetapi tergantung
dari hasil pemeriksaan yang dilakukan secara berkala terhadap panjang gelombang
sinar. Verifikasi meter prototype Indonesia X27 terakhir dilakukan dalam bulan Oktober
1973. pembandingnya dilakukan terhadap meter-meter prototype milik B.I.P.M. yaitu :
X13, X19, X26 dan T3 yang dilakukan oleh empat orang sarjana. Hasil pemeriksaan
diperoleh :
X27 = 1 m + 162,44 µm pada suhu 200 C
Dengan koefisien muai
α 0,t = 8,599 x 10-6 K-1 + 0,00180 x 10-6 K-2
penetapan definisi meter dalam panjang gelombang, tidak berarti bahwa dengan
definisi itu ditetapkan satuan panjang meter baru. Yang baru hanya defininya saja,
sedang satuan panjang meternya tetap satuan panjang meter yang berasal dari metre
des archives. Definisi yang baru lebih sesuai dengan cita-cita semula, yaitu
membentuk satuan panjang yang diambil dari alam yang tetap tidak berubah dan selalu
dapat ditemukan kembali. Seandainya gedung B.I.P.M. di Sevres dengan segala yang
ada didalamnya pada suatu ketika hancur lebur karena bencana alam atau akibat lain,
maka kita dapat lagi membuat meter prototype Internasional yang baru karena panjang
meternya telah didefinisikan dengan saksama dalam panjang gelombang sinar yang
tetap dan tak akan berubah untuk selama-lamanya. Jelasnya tanpa definisi yang baru
ini orang tak mungkin membuat meter prototype Internasional baru untuk menggantikan
yang rusak atau hilang. Gelombang sinar krypton mudah didapat, karena terdapat di
udara sehingga tidak perlu mencari ditempat lain yang tertentu.

Tentang diperolehnya meter dan kilogram Prototype Nasional oleh Indonesia


secara singkat dipaparkan sebagai berikut :

Atas undangan Pemerintah Prancis tanggal 1 September 1869 Negeri Belanda


menunjuk untuk mewakilinya dalam Commision Internationale du Metre : Dr.F.Kaiser
dan Dr.F.J.Stamkart, dan sebagai anggota-anggota pengganti ditunjuk Cohen Stuart
dan Dr.J.Bosscha, Dr.F.Kaiser meninggal dunia dalam tahun 1872 dan diganti oleh
Dr.J.Bosscha. Karena Dr.J.F.Stamkart menderita sakit, maka praktis Dr.J.Bosscha yang
mewakili Negeri Belanda dalam sidang-sidang Commision Internationale du Metre.
Setelah Negeri Belanda menolak menanda tangani Convention du Metre (penanda
tanganan tanggal 20 Mei 1875), maka Dr.J.Bosscha yang ingin terus membantu Seksi
Prancis dalam pembuatan meter-meter prototype ditolak oleh Pemerintah Prancis dan
terpaksa harus mengundurkan diri dari keanggotaan C.I.P.M. Dalam keadaan demikian,
usaha untuk memiliki dua batang dari meter-meter yang sedang dibuat di Paris, Menteri
Luar Negeri Belanda Heemkerk mengajukan permintaan kepada Pemerintah Prancis
agar dibolehkan menerima/mendapatkan dua batang meter prototype dari turunan
Metre des Archives. Atas permintaan itu Menteri Luar Negeri Prancis Descazes dalam
tahun 1876 memberi jawaban bahwa permintaan dapat dipenuhi. Karena itu kemudian
dibentuklah oleh Pemerintah Belanda sebuah Komisi dengan nama "de Nederlandsche
Rijkscommissie voor den Meter" keputusan Raja tanggal 15 Mei 1876 yang terdiri atas
tiga orang yaitu Dr.J.Bosscha, Dr.F.J.Stamkart, dan Dr.J.A.C. 0udemanse.

Dalam bulan September 1876 ketiga orang anggota Komisi Belanda itu
Berangkat, ke Paris untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dan pengukuran-
pengukuran yang diperlukan terhadap kedua batang meter yang akan diterimanya yaitu
meter Prototype bernomor 19 dan 27 (X19 dan X27). Dibuat dalam tahun 1876 dari
alliage 1874 dan X27 dibuat dalam tahun 1878 dari sisa-sisa alliage 1874 setelah di cor
lagi. Kedua batang meter itu ditraksir (diberi bergaris) terhadap X25 pada bulan
September 1879. dan X25 sendiri di traksir terhadap metre des Archives pada tanggal
31 Desember 1878. pekerjaan mentraksir itu dilakukan dalam kerjasama dengan Seksi
Prancis. Kemudian X19 dan X27 dibandingkan dengan metre des Archives. Dari hasil
perbandingannya oleh Komisi Belanda dan Tressca serta hasil penentuan panjang oleh
Fizeau, kedua panjang meter itu pada 00 C adalah :

X19 = M.D.A. + (5,80 + 8,5032 t + 0,002935 t2) µ m

X) X27 = M.D.A. + (6,11 + 8,4327 t +: 0,00401 t2) µ m

t = suhu dalam 0C

X) Hasil pemeriksaan terakhir oleh B.I.P.M. dengan Certificat no.4


Le 21 janvier 1974 X27 = 1 m + 182,44 µ m pada 200C.

Dari kedua meter itu :

X19 disediakan untuk Nederland dan


X27 disediakan untuk Nederland – indie

meter prototype untuk Nederlandch-Indie (sekarang Republik Indonesia) tidak terus


dikirim ke Indonesia, tetapi ditahan di Negeri Belanda dengan alasan bahwa
trianggulasi Indonesia diperiksa dan dihitung kembali di Negeri Belanda. Kemudian
setelah pekerjaan trianggulasi selesai, "Akademische Comraisie voor Standard meter
on Kilogram" berpendapat bahwa Indonesia tidak perlu mempunyai meter prototype
yang sedemikian baiknya. Untuk keperluan tera-menera di Indonesia sudah cukup
disediakan standar meter G3 terbuat dari pada gelas pada tahun 1854. Oleh karena itu
X27 tetap ditahan disana dan dijadikan standar duplicat dari meter prototype X19.
Baru setelah "Standard Commisie" di Indonesia mendesak, X27 dalam tahun 1928 di
kirim ke Indonesia dan diterima oleh Standaard Commisie tersebut pada tanggai 22
Juni 1928. Meter prototype X27 ini ditunjuk sebagai "Standaard meter van Nederlandsch
Indie" dengan Surat Keputusan Directeur van Economiche Zaken no. 9937/A/A.Z.
tanggai 26 September 1934.
K46 (Kilogram prototipe dari platina-iridium) dibeli dari B.I.P.M. oleh Indonesia pada
tahun 1938 dan ditunjuk sebagai standard kilogram dengan surat keputusan Directeur
van Economische Zaken no. 8887/A.Z. tertanggal 6 Juni 1939. Kemudian oleh
Pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden R.I. no. 55 tahun 1957
tertanggal 28 Maret 1957 X27 ditetapkan sebagai "Meter Lembaga Indonenesia".
Demikian juga dalam keputusan tersebut ditetapkan K 46 sebagai "Kilogram Lembaga
Indonesia". Kedua lembaga Indonesia tersebut disimpan dalam khasanah dikantor
Direktorat Metrologi di Jalan Pasteur No. 27 Bandung. Pemakaian dan
pemeliharaannya dilakukan oleh sebuah panitia yang dibentuk dengan Keputusan
Presiden R.I No. 5 tahun 1957 tertanggal 28 Maret 1957. Panitia tersebut bernama
"Panitia Induk untuk Meter dan Kilogram" disingkat PIMK terdiri dari 4 orang anggota
dan 4 orang anggota pengganti, yang ditunjuk masing-masing dari :
a. Direktorat Metrologi
b. Jawatan Pendaftaran Tanah
c. Jawatan Topografi Angkatan Darat
d. fakultas dan/atau Fakultas Ilmu Pasti dan Alam dan Seorang Sekretaris.
Kedua meter dan kilogram lembaga Indonesia sekurang-kurangnya sepuluh tahun
sekali dibandingkan dengan Meter dan Kilogram Prototype Internasional oleh B.I.P.M.
terakhir telah dilakukan dalam tahun 1973 seperti telah diuraikan di atas.
(Sumber Disarikan Dari Buletin Sejarah Sistem Metrik)
PENYELENGGARAAN METROLOGI DI INDONESIA
1. Metrologi di Indonesia
Sejarah keberadaan metrology di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan
peraturan perundang-undangan di Indonesia pada saat itu. Dimulai pada tanggal
24 Pebruari 1923 yaitu saat diundangkannya Ijk Ordonatie 1923 staatblad No. 57
yang berisi pokok kebijakan dan pengaturan serta kewajiban antara lain :
a. Sistem metrik dan system desimal mulai dikenalkan dan diwajibkan kepada
masyarakat serta ada keinginan secara bertahap menghilangkan system
satuan tradisional untuk satuan ukuran, takaran dan timbangan;
b. Mulai diwajibkan tera dan tera ulang UTTA (ukuran, takaran, timbangan dan
anak timbangan.
c. Dibentuk Jawatan khusus untuk melaksanakan Ijk Ordonantie 1923 di mulai
dari Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan dan Jawatan Tera (Dienst van het
Ijkwezen cikal bakalnya Direktorat Metrologi) dibentuk di Bandung, disamping
kantor tera di kota Bandung.
d. Ditetapkan masa peralihan 10 tahun untuk melaksanakan peraturan tersebut
secara berangsur-angsur.
e. Tujuan ditetapkannya Ijk Ordonantie 1923 adalah menyeragamkan
penggunaan satuan ukuran dan membimbing penggunaan UTTA yang
dipakai dalam transaksi perdagangan untuk dilakukan tera dan tera ulang
sehingga tercapai tertib ukur dan tertib berniaga.
f. Berapa kali perubahan dan terakhir ditetapkan Ijk Ordonnantie 1949,
g. Ijk Ordonnantie 1949 dipergunakan sampai dengan akhir Maret 1981 dengan
ditetapkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi
Legal.
1. Kelembagaan Metrologi :

Tahun 1923 sampai dengan +/- tahun 2000 masih sentralistik, walaupun dengan
adanya UU 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan daerah, pernah 18 kantor seksi
metrology diserahkan ke dinas perdagangan kabupaten/kota.
Tahun 1999 dengan ditetapkannya UU 22 Tahun 1999 tentang Pemda, Metrologi
di Provinsi dan Kabupaten/Kota diserahkan ke Provinsi.
Tahun 2004 Kabupaten/Kota diberikan wewenang untuk menyelenggarakan
metrology legal dengan persyaratan harus ada rekomendasi dari Provinsi dan
Peilaian dari Pusat.
Tahun 2014 dengan ditetapkan UU 23 tahun 2014, urusan sebagaian metrology
legal diserahkan ke Kabupaten/Kota.

2. Pendidikan dan latihan Metrologi di Indonesia


Dengan dibentuknya kantor-kantor pelayanan tera dan tera ulang baik di Pusat
maupun di daerah, maka sejak tahun 1923 mulai difikirkan bentuk pendidikan
dan pelatihan metrology untuk memperolah SDM Metrologi yang mempunyai
kompetensi antara lain Ijker, Herijker, Pengamat tera, pembantu teknis,
pembantu tata usaha dan sebagainya.
a. Pendidikan Ijker 3 tahun, pendikan Herijker 2 tahun, Pendidikan Pengamat
tera 1 tahun. Pendidikan Pembantu Teknik dan Tata Usaha di kembangkan di
daerah dengan berpedoman tetap dari Pusat.
b. Akademi Metrologi 3 tahun, membubarkan diri ;
c. Kursus Ahli Metrologi 3 tahun, Pengamat Tera 1 tahun mulai tahun 1974.
d. Kursus Ahli secara berjenjang 1 tahun Pengamat, Tera, praktik 1 tahun
seleksi untuk masuk diklat Pengulang Tera 1 tahun. Praktik setahun setelah
itu ikut seleksi guna masuk Diklat Ahli Metrologi 1 tahun. Setelah lulus diklat
ahli metrology langsung praktik sebagai penera.(pegawai yang berhak.
e. Sekitar tahun 1997 direkrut diklat ahli metrology dari Strata 1 teknik untuk
diklat selama 1 tahun.
f. Sekitar tahun 2010 diklat ahli metrology(penera) dirubah waktunya menjadi 5
bulan, pengulang tera dengan melaui uji kompetensi dan pengamat tera 4
bulan.
g. Tahun 2018 diklat penera dirubah menjadi 2,5 bulan, langsug uji kompetensi..

Demikian sekilas sebagai bahan bacaan. Apabila ada yang kurang kembalikan
ke peraturan perundang-undangan yang berlaku. Djainul Arifin.
Metrologi di era sekarang

Anda mungkin juga menyukai