Anda di halaman 1dari 11

PERANAN METROLOGI LEGAL DALAM KEHIDUPAN GLOBAL

OLEH :
FURQON RUSDIANTO ( 03309334 )

D3 METROLOGI & INSTRUMENTASI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2011

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………....1


1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………………….3
1.2 Tujuan Penulisan ………………………………………………………..…………………..….3
1.3 Metode penulisan ………………………………………………………………..…………….3

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………….……….2


2.1 Dasar Pemikiran ………………………………………………………………………….……..2
2.2 Pengertian Metrologi Legal……… ………………………………………………….…….2
2.3 Sejarah Metrologi Legal………………………………………………………………………4
2.4 Tugas dan Wewenang Badan Metrologi Legal………………………...………….5
2.5 Peranan Badan Metrologi Legal bagi Kehidupan Global………………………8

BAB III SIMPULAN DAN SARAN


3.1 Simpulan ….…………………………………………………………………………………….…10

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur mengukur secara luas. Metrologi
meliputi semua aspek pengukuran praktis dan teoritis, termasuk juga ketidakpastian
pengukuran pengukuran dan bidang aplikasinya. Sebagaimana kita yakini bahwa
dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak pernah luput dari kebutuhan dan
pengetahuan tentang pengukuran, penakaran, dan penimbangan. Oleh karena itu,
metrologi senantiasa relevan dengan dinamika hidup manusia pada setiap masa.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan dalam memahami peranan metrology legal di kehidupan nasional dan
global secara khususnya.
1.3 Metode Penulisan
Penulis mempergunakan metode kepustakaan dan observasi bantuan internet. Studi
kepustakaan yang dimaksud adalah penulis dengan membaca beberapa literature
buku.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Pemikiran
Pentingnya metrologi dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
terlihat dengan jelas melalui penetapan kebijakan metrologi nasional melalui sebuah
undang-undang oleh hampir semua negara di dunia. Negara-negara maju seperti
Paris, Kerajaan Inggris, Amerika Serikat dan Jerman telah mengembangkan UU
kemetrologian modern sejak masa revolusi Industri, dan melakukan pengembangan
sistem metrologi yang kemudian digunakan sebagai dasar-dasar sistem metrologi
internasional dan digunakan secara luas dalam percaturan internasional. Di
Indonesia, UU kemetrologian diawali sejak bangsa Indonesia masih dikuasai oleh
pemerintah Hindia Belanda, terus berlanjut hingga bangsa kita menyatakan
kemerdekaan hingga akhirnya UU kemetrologian berevolusi menjadi wujudnya yang
berlaku di wilayah RI saat ini yaitu UU No. 2 Tahun 1981 dan sampai saat ini belum
mengalami perubahan. Dewasa ini diperlukan penataan kembali kemetrologian
terutama dalam rangka peningkatan daya saing nasional. Penataan peraturan
perundang-undangan kemetrologian ini dipandang perlu karena sistem metrologi
pada saat ini telah menjadi sebuah sistem yang diharmoniskan secara internasional
sebagai infrastruktur dasar untuk memfasilitasi perdagangan global dalam kerangka
World Trade Organization Agreement on Technical Barrier to Trade (WTO-TBT). 2.2
Pengertian Metrologi Legal.
Sebagaimana yang telah tercantum dalam Ketentuan Umum UUML No.2 Tahun 1981
adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metoda-metoda
pengukuran dan alat-alat ukur, yang menyangkut persyaratan teknik dan peraturan
berdasarkan undang-undang yang bertujuan melindungi kepentingan umum dalam
hal kebenaran pengukuran.
2.3 Sejarah Metrologi Legal
Berdasarkan ulasan Buletin Metrologi Eropa edisi tahun 2004, pada zaman dahulu,
segala peraturan mengenai ukuran, takaran, dan timbangan dibuat oleh raja bersama
pemerintahannya. Sebagai contoh, pada zaman Mesir Kuno (sekitar 3000 SM) ada
standar ukuran panjang yang diberi nama “The First Royal Cubit”. Standar ini terbuat
dari batu granit warna hitam, sedangkan standar kerjanya terbuat dari kayu atau
batu granit juga. Pada waktu itu raja mengeluarkan maklumat, apabila seseorang
lalai melaksanakan tugasnya dalam membandingkan standar ukuran panjang maka
mereka bisa memperoleh hukuman mati yang dilaksankan setiap bulan purnama.
Di kawasan eropa , Inggris adalah Negara pertama yang memiliki system pengaturan
ukuran yang lebih baik dari negara-negara lainnya. Awalnya, Negara-negara Eropa
mempunyai beragam dasar ukuran sehingga menimbulkan perbedaan-perbedaan
yang acapkali mengacaukan transaksi perdagangan. Adapun usaha Perancis dalam

4
menanggulangi perbedaan ukuran, takaran, dan timbangan yang mencapai
peuncaknya pada 20 Mei 1875, ketika secara resmi mengadakan konferensi tingkat
diplomat yang diadakan di Paris dan menghasilkan kesepakatan dalam bentuk
penandatanganan perjanjian “Convention du Metre” oleh wakil dari 17 negara.
Convention du Metre adalah ragaman pengukuran, keseragaman satuan ukuran dan
penggunaan meter dan kilogram sebagai standar ukuran panjang dan timbangan. Hal
inilah yang memelopori berbagai pembentukan badan-badan kemetrologian legal di
berbagai dunia termasuk di Indonesia yang aplikasinya berkembang hingga sekarang.
2.4 Tugas dan Wewenang Badan Metrologi Legal Indonesia
Balai Metrologi yang berada di bawah Kantor Departemen Perdagangan ini diberi
tugas memberikan pelayanan di bidang kemetrologian kepada masyarakat luas
sehingga akan tercipta tertib ukur, takar dan timbangan di dalam perdagangan. Sejak
Otonomi Daerah, berdasarkam Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000,
kewenangan Metrologi berada di tingkat propinsi. Segala kegiatan kemetrologian
dilaksanakan oleh Balai Metrologi yang ada di Dinas perindusrtian dan Perdagangan
Propinsi. Tugas-tugas tersebut dibantu pelaksanaannya oleh Dinas Perindusrtian dan
Perdagangan Kabupaten dan Kota.
Secara umum tugas dari Balai Metrologi baik yang ada di pusat maupun yang ada di
wilayah adalah memberikan perlindungan terhadap konsumen dengan cara
menciptakan jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dalam
pemakaian satuan.
Garis Besar Tugas Balai Metrologi di Indonesia :
1. Metrologi Legal bertugas melakukan pengelolaan standar ukuran agar tercipta
tertib ukur di tengah masyarakat Pengelolaan standar ukur dilakukan terhadap
ukuran, takaran dan timbangan yang dipergunakan untuk kepentingan umum. Hal ini
dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya perbuatan curang dan penipuan oleh
pedagang, upaya-upaya yang dilakukan pihak metrologi dalam hal ini adalah:
a) Pemeriksaan alat alat UTTP. Pemeriksaan UTTP dilakukan untuk mencocokkan dan
menilai tipe atas alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya sesuai atau tidak
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pemeriksaan ini sangat penting
dilakukan dalam rangka mewujudkan tertib ukur dalam kegiatan dagang. Dalam arti
para pedagang tidak bisa menggunakan ukuran, takaran dan timbangan semaunya
tanpa terlebih dahulu diperiksa oleh petugas yang berwenang. Disamping itu dalam
upaya memberikan perlindungan terhadap konsumen sehingga tidak ada konsumen
yang merasa dirugikan akibat kesalahan pedagang dalam mengukur, menakar dan
meimbang barang dagangnya. Pemeriksaan dilakukan dengan memperhatikan
apakah UTTP itu memenuhi syarat-syarat tekhnis yang harus dipenuhi oleh alat-alat
tersebut seperti spesifikasi, syarat-syarat metrologi, metode pemeriksaan dan
pengujian, tempat dan pembubuhan tanda tera dan ketentuan lain yang berkenaan
dengan alat UTTP bersangkutan.

5
b) Pengujian terhadap UTTP. Pengujian dilakukan terhadap UTTP setelah dilakukan
pemeriksaan alat-alat tersebut apakah lulus dalam pemeriksaan atau tidak. Ini
dilakukan sebelum UTTP dibubuhi tanda tera. Kegiatan ini dilakukan di labor
metrologi dengan suhu, ketentuan dan peralatan yang sudah ditentukan.

2. Sesuai dengan pasal 1 Undang-undang No. 2 Tahun 1981, yang bertugas


melakukan tera dan tera ulang terhadap alat alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya dan memberi atau memasang tanda sah terhadap laat-alat ukur,
takar, timbangan dan perlengkapannya adalah Metrologi Legal. Ini berarti tugas
utama dari merologi legal adalah melakukan tera dan tera ulang terhadap alat alat
ukur, takar, timbang dan perlengkapannya dan memberi atau memasang tanda sah,
tanda batal, tanda jaminan, tanda daerah dan tanda petugas yang berhak terhadap
laat-alat ukur, takar, timbangan dan perlengkapannya. Tugas metrologi legal lainnya
seperti yang dijelaskan dalam pasal 14 Undang-undang No. 2 tahun 1981 yakni
merusak alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang pada waktu ditera
dan ditera ulang ternyata tidak memenuhi syarat-syarat yang berlaku dan tidak
mungkin dapat diperbaiki lagi, sehingga tidak dapat dipergunakan lagi. Melakukan
penyegelan, dan atau penyitaan alat-ukur, takar, timbang dan peralatannya yang
bertanda batal atau tidak bertanda sah yang berlaku, alat-ukur, takar, timbang dan
peralatannya yang tanda teranya rusak.

3. Pengawasan dan penyuluhan kemetrologian


Melakukan pembinaan dan pengawasan dan pengamatan yang berhubungan dengan
pengukuran, penakaran dan penimbangan menjadi tugas dari metrologi legal. Hal ini
dilakukan bertujuan untuk menjelaskan kepada pedagang mengenai tata cara
penggunaan dan memeliharaan UTTP serta hal-hal yang harus dipenuhi dan dipatuhi
dalam menggunakan takaran dan timbangan sehingga nantinya menumbuhkan
kesadaran bagi pedagang untuk jujur dalam menakar dan menimbang. Melalui
penyuluhan inipun diharapkan dapat mencegah terjadinya kecurangan dari pedagang
dalam menggunakan UTTP. Dalam melakukan pengawasan terhadap UTTP, metrologi
legal melibatkan pihak lain seperti polisi dengan cara melakukan pemeriksaan
mendadak (sidak) ke pasar-pasar. Hal ini bertujuan untuk melihat realita dilapangan
apakah para pedagang telah melaksanakan ketentuan dan peraturan yang ada atau
tidak. Dalam pemeriksanaan ini banyak ditemui pedagang yang melakukan
pelanggaran. Terhadap kasus pelanggaran dalam menggunakan UTTP, sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, maka UTTP tersebut disita dan
disidangkan.
4. Pelaksanaan tugas metrologi legal memegang peranan yang sangat penting untuk
terciptanya tertib ukur. Dengan terciptanya tertib ukur niscaya akan tercipta pula
tertib niaga. Kondisi ini merupakan kondisi yang sangat didambakan oleh semua
pihak. Masyarakat sebagai konsumen menginginkan adanya keadilan dalam transaksi

6
dagang. Pemerintah sebagai pelaksana tugas kemetrologian menginginkan adanya
kepatuhan pedagang dalam melaksanakan ketentuan dan peraturan yang berkaitan
dengan takaran dan timbangan, sehingga tugas mereka dalam menegakkan tertib
ukur dapat dicapai.
Dilihat dari tugas balai metrologi legal sebagai lembaga yang ditugaskan negara
untuk Mengelola standar ukuran dalam bentuk pemeriksaan, pengujiandan tera
ulang alat alat Ukuran, Takaran, Timbangan dan Peralatannya (UTTP). Pengawasan
dan penyuluhan kemetrologian, dan Pengawasan BDKT (Barang Dalam Keadaan
Terbungkus), melakukan sebagian tugas dan wewenang institusi al-hisbah yang ada
dalam Islam yang bertugas menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, mengawasi pasar,
mencegah terjadi kecurangan dalam perdagangan, mengawasi takaran dan
timbangan.
Tugas dan wewenang balai metrologi legal perspektif ekonomi Islam dapat dilihat
dari beberapa aspek: Dari segi pengelolaan terhadap standar ukur, Metrologi legal
sebagai lembaga pemerintah mempunyai tugas yang sama dengan institusi al-hisbah
yang ada dalam konsep Islam, yakni mengawasi takaran dan timbangan dalam
rangka mencegah terjadinya kecurangan yang dilakukan para pedagang. Di samping
itu tugas metrologi legal lainnya yakni memberikan penyuluhan kepada para
pedagang tentang ketentuan yang mesti diindahkan berkaitan dengan penggunaan
alat-lalat ukuran, takaran dan timbangan. Namun metrologi legal hanya merambah
dari segi keabsahan dan kebenaran alat-alat ukur, takar dan timbangan yang dipakai
para pedagang, tidak merambah pada prilaku dan cara pedagang mempergunakan
alat alat tersebut, misalnya pedagang yang selalu meletakkan anak timbangan di atas
piring timbangan sebelum barang dimasukkan ke dalam bak timbangan ( padahal
mereka telah meletakkan suatu alat pemberat di bawah timbangan tersebut seperti
besi ataupun magnet) atau menghempaskan/meletakkan barang timbangan dengan
cepat ke dalam bak timbangan dan langsung secara cepat pula mempaskan berat
barang. Metrologi legal tidak dapat melakukan tindakan hukum bila alat tibangan
yang dipakai oleh pedagang yang menimbang barang dagangannya dengan cara
seperti ini bila timbangan yang dipakai adalah ber-Tanda Sah. Kewenangan Balai
Metrologi Legal legal melalui tugas pengawasan terhadap takaran dan timbangan
adalah dalam upaya menegakkan tertib ukur. Melakukan penyuluhan kemetrologian
adalah dalam upaya agar setiap orang melakukan hal-hal yang benar dan bermanfaat
untuk semua orang. Padahal dalam kenyataannya cara menimbang yang dilakukan
para pedagang seperti ini cendrung merugikan konsumen, karena berat barang tidak
pas seperti dalam transaksi misalnya 1 kg hanya ditemukan beratnya 8 ons. Hal itu
jelas merugikan konsumen.

7
2.5 Peranan Badan Metrologi Legal bagi Kehidupan Global
Kegiatan perekonomian yang bersifat global bergantung pada kesalamatan dan
keandalan (reliability), pengukuran dan pengujian yang dapat diterima secara
internasional. Pengakuan dari kaidah-kaidah yang diperankan baik oleh metrology
maupun system pengukuran dan pengujian merupakan hal penting bagi
perkembangan social dan ekonomi yang dewasa ini berkembang pada tingkat
internasional dan sangat membantu dalam upaya menghilangkan hambatan-
hambatan dalam perdagangan. (TBT – Technical Barrier to Trade), terutama bagi
Negara-negara berkembang. Sehingga harmonisasi internasional, saling keyakinan
(mutual confidence) dan saling pengakuan (mutual recognition) di antara badan-
badan metrology legal dan pihak berwenang sangat diperlukan untuk memfasilitasi
kegiatan perdagangan. Transaksi komersial merupakan suatu contoh. Klien dan
supplier terlibat dalam hubungan kontraktual dimana suatu produk terbukti melalui
jaminan kesesuainnya suatu alat ukur yang digunakan dalam transaksi untuk
menjamin bahwa alat yang dimaksud memberikan penunjukan yang benardan
diakui.
Elemen-elemen untuk mengetahui kesesuaian suatu alat ukur meliputi :
1. Uji Kualitatif
2. Kalibrasi, berkaitan dengan uji kuantitatif
3. Penilaian terhadap uji kualitatif dan uji kuantitatif untuk memastikan bahwa
alat ukur memenuhi persyaratan hokum
4. Pengambilan keputusan untuk mengesahkan alat ukur apabila hasil dari
penilaian ternyata memenuhi syarat dengan membubuhkan tanda-tanda atau
penerbitan sertifikat, misalnya tanda tera.
Tidak hanya konsumen dan produsen, organisasi-organisasi internasional pun
turut berperan dalam transaksi komersial dimana organisasi tersebut membuat dan
mempunyai peraturan sesuai dengan lingkupnya masing-masing, baik secara satu
arah ataupun antara satu dengan lainnya tumpang-tindih. Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa transaksi yang dimaksud dilakukan sesuai dengan tingkat
kesulitan dan mutu yang diharapkan. Oleh karena itu, organisasi-organisai
internasional tersebut membentuk suatu harmonisasi secara mendunia dalam hal
persyaratan dan prosedur pengujian terutama dalam bidang metrology legal, untuk
menerapkan Sistem Metrologi Global (Global Measurement System) guna
memperoleh mutual recognition dalam dunia perdagangan internasional. Sistem
Pengujian dan Metrologi Global (Global Measurement and Test System) terdiri atas
empat unsure, yaitu :
1. Sistem peraturan nasional yang seragam dan terharmonisasi dalam bidang
metrology legal
2. Sistem standar-standar yang seragam dan terharmonisasi dalam bidang bukan
metrology legal

8
3. Pengakuan ketertelusuran hasil pengukuran sesuia dengan Sistem Satuan
Internasional
4. Harmonisasi persyaratan yang berkaitan dengan kompetensi laboratorium
penguji dan badan-badan sertifikasi
Dengan hal inilah maka terbentuklah berbagai organisai-organisai internasional
dalam menangani berbagai masalah Global Measurement System yaitu
1. WTO (World Trade Organization) dan OIML (Organization of Legal Metrology)
bertindak dalam harmonisasi peraturan-peraturan bersifat hukum
2. ISO (Organization for Standardization) dan IEC (International Electrical
Commision) harmonisasi dalam bidang standar
3. CIPM (International Committee for Weights and Measures harmonisasi dalam
bidang ketertelusuran ke satuan SI
4. ILAC dan IAF harmonisasi dalam bidang kompetensi laboratorium penguji dan
badan-badan sertfikasi.
Kolabarasi antar berbagai organisai internasional tersebut akan membentuk suatu
system yang telah dibahas sebelumnya yaitu Global Measurement System.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Keberadaan badan-badan metrology Legal dalam kehidupan global sangatlah
penting, dengan adanya badan-badan metrology legal dalam kehidupan global maka
akan terbentuk mutual recognition of Certificate dalam perdagangan internasional
yang menjadi keuntungan bagi masyarakat umum dan khususnya bagi pihak
manufaktur alat ukur, sejak mereka dapat mengeluarkan pengujian dan penilaian-
kesesuaian (conformity assessment). Selain itu dengan keberadaan badan-badan
tersebut maka akan terbentuk kredibilitas dalam hal pengukuran perdagangan
internasional dan menjaga legalitas secara hokum dalam penentuan suatu keputusan
nilai komersil dalam perdagangan nasional dan internasional secara khususnya.

10
DAFTAR PUSTAKA
1. Arifin, Djainul. Tepat Mengukur, Akurat Menimbang Aplikasi Metrologi Legal
dalam Kehidupan Sehari-hari. Bandung: 2007
2. http://www.jevuska.com/topic/makalah+metrologi.html

11

Anda mungkin juga menyukai