Anda di halaman 1dari 60

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan-

keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk

mencapai tujuan yang telah disepakati sebelumnya, dan organisasi merupakan

sebuah system yang terdiri dari aneka ragam element dan subsistem, diantaranya

mana dan dimana terlihat bahwa masing masing subsistem saling berinterkasi

dalam upaya mencapai sasaran-sasaran atau tujuan-tujuan organisasi yang

bersangkutan.

Perkembangan kehidupan masyarakat di Indonesia yang begitu cepat

merupakan hasil dari proses pelaksanaan pembangunan di segala bidang

kehidupan sosial, politik, ekonomi, keamanan dan budaya telah membawa pula

dampak negative berupa peningkatan kualitas dan kuantitas berbagai macam

kejahatan yang sangat merugikan dan meresahkan masyarakat.

Manusia berinteraksi satu sama lain membentuk kelompok sosial yang

disebut masyarakat. Sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan dan

ketergantungan, masyarakat dan pemerintah membentuk tempat berinteraksi jual

beli antara pedagang yang menawarkan barang/jasa dan pembeli yang

membutuhkan barang/jasa. Hubungan antara keduanya terus berkembang dan

membutuhkan aturan yang memberikan kepastian terhadap tanggung jawab, hak,

dan kewajiban masing-masing pihak agar tidak saling dirugikan. Sebagai

konsumen, tidak jarang adanya masyarakat yang mengalami praktek kecurangan

terhadap pengisian bahan bakar minyak di SPBU. Hal ini bukan hanya merugikan

pelanggan tetapi juga merusak image dari spbu itu sendiri, contohnya seperti,

kurangnya takaran bahan bakar minyak yang sudah dibelinya dengan harga yang
1
2

sudah disepakati. Kasus ini terkait dengan hak konsumen yang harus

mendapatkan perlindungan terhadap ketidakjujuran dalam penggunaan ukuran

takar yang sesuai standar pengukuran. Selain itu juga hal ini membuat masyarakat

tidak ada pilihan lagi untuk melakukan pengisian bahan bakar, karena tempat

pengisian bahan bakar minyak hanya di Pertamina SPBU dan bahan bakar minyak

adalah bahan penting yang pasti dibutuhkan oleh masyarakat dalam semua aspek.

Kementrian Perdagangan melaksanakan berbagai upaya dalam rangka

pendisiplinkan tera dan tera ulang dalam negeri yang bertujuan meningkatkan

perlindungan kepada konsumen dan menjaga kualitas minyak beredar, salah

satunya melalui peningkatan pengawasan terhadap tera dan tera ulang alat-alat

Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP). Metrologi adalah disiplin

ilmu yang mempelajari tentang pengukuran, alat ukur, serta satuan ukuran. Dalam

metrologi terdapat ilmu tentang cara-cara pengukuran, kalibrasi, tera dan tera

ulang serta akurasi di bidang industri, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam

dunia modern metrologi berperan penting untuk melindungi konsumen dan

memastikan barang-barang yang diproduksi memenuhi standar dimensi dan

kualitas yang telah ditetapkan oleh Badan Metrologi Legal.

Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan perekonomian baik

industri, perdangangan, maupun jasa telah berdampak pada penggunaan alat alat

Ukur, Takar , Takar, Timbang, dan perlengkapannya (UTTP) di masyarakat juga

semakin meningkat. Guna melindungi kepentingan umum di sektor industri dan

perdangangan perlu adanya jaminan kebenaran pengukuran serta adanya

kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam

pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran alat-alat Ukur,

Takar, Timbang, dan perlengkapan (UTTP).

Alat ukur yang digunakan oleh dinas perdagangan dalam melakukan tera

dan tera ulang ini harus tepat dan akurat hasil yang diberikan sehingga tidak
3

merugikan konsumen, kegiatan ini wajib dilakukan agar tidak adanya kecurangan

yang dilakukan oleh oknum-oknum yang ditidak bertanggung jawab.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.2 tahun 1981

Tentang Metrologi Legal pada Pasal 1 Ayat 2 menjelaskan bahwa metrologi

adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metode-metode

pengukuran dan alat-alat ukur, yang menyangkut persyaratan teknik dan Undang-

undang yang bertujuan melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran

pengukuran. Dan pada pasal 1 ayat 18 menjelaskan bahwa tera ulang ialah hal

menanadai berkala dengan tanda-tanda tera sah batal yang berlaku atau

memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tera batal

yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak melakukan

berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbang dan

perlengkapannta yang telah ditera.

Menurut Peraturan Mentri Perdangangan No 68 Tahun 2018 tentang Tera

dan Tera Ulang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang, dan perlengkapannya adalah

undang-undang turunan terbaru dibidang UTTP karena ini dibutuhkan untuk

mengatur alat-alat yang dibutuhkan untuk ditera ulang baik individu.

Menurut peraturan menteri perdagangan no 68 tahun 2018 Tentang Tera

dan Tera Ulang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang, dan perlengkapannya pasal 1

Berbunyi sebagai berikut :

1. Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang selanjutnya

disingkat UTTP adalah alat-alat sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang

nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi legal.

2. Tera adalah hal menandai dengan tanda tera sah atau tera batal berlaku, atau

memberikan keterang tertulis yan bertanda terah sah atau tanda tera batal yang

berlaku, dilakukan oleh penera berdasarkan pengujian yang dijalankan atas

UTTP yang belum dipakai.


4

3. Tera Ulang adalah ahal menandai berkala dengan tanda tanda tera sah atau tera

batal yang berlaku atau memberikan keterangan- keterangan tertulis yang

bertanda tera sah atau tera batal berlaku, dilakukan oleh penera berdasarkan

pengujian yang dijalankan atas UTTP yang telah ditera.

4. Penera adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,

wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwewenang, dan hak

secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan peneraan.

5. Pemeriksaan dalam rangka Tera dan Tera Ulang yang selanjutnya disebut

Pemeriksaan adalah serangkaian tindakkan sebelum dilakukan pengujian pada

kegiatan Tera dan/atau Tera Ulang UTTP yang dilakukan oleh penera dengan

cara mencocokkan atau menilai jenis dan tipe UTTP sesuai dengan syarat

teknis UTTP.

6. Pengujian dalam rangkar Tera dan Tera Ulang yang selanjutnya disebut

pengujian adalah keseluruhan membandingkan nilai penunjukan pada UTTP

dengan standar ukuran guna menetapkan sifat kemetrologian sesuai syarat

tekni UTTP.

7. Batas Kesalahan yang diizinkan yang selanjutnya disingkat BKD adalah

perbedaan maksimum (positif atau negatif) yang diizinkan antara penunjukan

UTTP dan nilai yang sebenarnya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 10 Tahun 2018

Tenttang Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang pada Pasal 1 Ayat 17 menjelaskan

bahwa Tera Ulang adalah hal menandai berkala dengan tanda tera sah atau tanda

tera batal yang berlaku atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang

bertanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, dilaukan oleh pegawai-

pegawaii yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas

alat UTTP yang telah di Tera. Dan pada Pasal 2 tentang kegiatan Tera/Tera Ulang

Meliputi:
5

a. Pemeriksaan

b. Pengujian; dan

c. Pembubuhan Tanda Tera.

Alat UTTP harus ditera ulang sebagai alat control secara periodic untuk

mengetahui apakah alat tersebut masih layak pakai. Alat UTTP yang tidak ditera

mengakibatkan tidak adanya jaminan kebenaran hasil pengukurannya. Dalam

siklus satu tahun masa peneraan, Akan dilakukan pengawasan UTTP guna

memastikan alat yang sudah ditera memiliki akurasi dan ketetapan ukuran.

Penggunaan alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkannya memerlukan

keterlibatan peran pemerintah untuk melindungi konsumen dan kepentingan

umum. Sejalan dalam hal ini ada lembaga atau instansi pemerintah yang berperan

dan mempunyai kewenangan mengenai pengunaan alat-alat ukur. Pengukuran

semacan itu dilakukan oleh lembaga atau instansi yang diberi wewenang secara

hokum yaitu Dinas Perindustrian dan Perdangangan khususnya bidang Metrologi.

Pengawasan terhadap keberadaan Alat Ukur, Takar, Timbang dan

Perlengkapannya (UTTP) diatur dan dilaksanakan oleh Bidang Metrologi.

Adapun Salah satu kegiatan dalam Metrologi legas yang diatur oleh Bidang

Metrologi adalah persoalan tentang system tera dan tera ulang volume takaran

pompa ukur Bahan Bakar Minyak (BBM) pada setiap Stasiun Pengisan Bahan

Bakar Umum (SPBU).

Dalam proses kegiatan tera dan tera ulang telah sesuai dengan peraturan-

peratuan yang berlaku, namun faktanya masih terdapatnya masalah-masalah di

lapangan mengenai ketadakaurasian antara jumlah nominal yang tertera pada

dispenses pompa BBM dengan volume bahan bakar minyak yang dikeluarkan dari

nozzle (perangkat yang dapat mengatur aliran fluida, baik itu gas , angina dan juga

cairan) BBM.
6

Sistem tera dan tera ulang diperlukan untuk mengatasi masalah

ketidakakurasian antara takaran pompa ukur Bahan Bakar Minyak ( BBM )

dengan jumlah nominal yang dibayarkan konsumen kepada operator SPBU, salah

satunya dengan dilaksanakannya system tera dan tera ulang yang rutin dan tertib

pada SPBU yang ada.

Kegiatan Pengawasan yang dilakukan ini adalah salah satu metode penting

dilakukan untuk menghindari kecurangan dalam pengisian bahan bakar minyak,

dengan diadakannya pengawasan tera ulang yang dilakukan oleh dinas

Perdagangan dan Perindustrian dapat mengurangi kecurangan dalam pengisian

bahan bakar yang dilakukan .Untuk alatnya sendiri dalam memastikan takaran

minyak yang dikeluarkan sesuai Dinas Perdagangan dan Perindustian melakukan

pengukuran volumenya dengan mengunakan alat yang bernama BEJANA alat ini

dikhusukan untuk mengukur suatu volume khusunya untuk mengukur bahan

bakar minyak di SPBU.

Dalam melakukan tera dan tera ulang tidak hanya 1 alat saja yang di

lakukan pemeriksaan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian masih banyak

alat UTTP yang perlu ditera ulang, Berikut adalah daftar jenis dan jangka waktu

yang haru di tera ulang.

Tabel I.I Jenis Jangka Waktu Tera Dan Tera Ulang Ukur, Takar,
Timbang, Dan Perlengkapannya (UTTP).

Jenis UTTP Jangka Waktu Tera


Ulang (Tahun )
1 Automatic Level Gauge 2
2 Tangki Ukur Mobil Bahan Bakar Minyak 2
3 Tangki Ukur Tetap Silinder Tegak Bahan 10
Bakar Minyak
4 Tangki Ukur Tongkang dan Tangku Ukur 6
Kapal
5 Meter Gas Diafragma 10
6 Ultrasonic gas Flow Meter 7
7

7 Meter Air
-Diameter Nominal (DN) ≤ 50 mm; 5
- 50 mm < Diameter Nominal ( DN) ≤ 254
3
mm
8 Meter kWh Elektromekanik/Dinamis 15
9 Meter kWh Elektronik/Statis 10
10 Custody Transfer Measuring System 3
(CTMS)/ Sistem Tangki Ukur Terapung
11 Alat Perlengkapan UTTP Mengikuti jangka waktu
tera ulang UTTP terkait
Sumber: Data Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Berdasarkan tabel 1.I ada 11 jenis UTTP yang diwajibkan dilakukan tera

ulang dan SPBU termasuk alat perlengkapan UTTP, dan Menurut Permendag no

68 tahun 2018 pasal 3 menjelaskan sebagi berikut:

1. Tera dan Tera Ulang dilakukan terhadap:

a. UTTP produksi dalam negeri; dan

b. UTTP asal impor.

2. Tera Wajib dilakukan terhadap UTTP produksi dalam negeri dan asal impor

sebelum ditawakan, dijual, disewakan, deserahkan atau diadakan sebagai

persediaan.

3. Tera Ulang wajib dilakukan terhadap UTTP yang:

a. Habis masa berlaku tanda sahnya;

b. Tanda tera rusak dan/ atau kwat segelnya puts;

c. Dilakukan perbaikan atau perubahan yang dapat mempengaruhi penunjukan;

dan

d. Penunjukannya menyimpang dari syarat teknis Alat Ukur, Alat Takar, Atau

Timbang.

4. Jangka waktu Tera Ulang 1 (satu) tahun, kecuali untuk UTTP yang tercantum

dalam lampiran 1 (tabel 1.I) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.


8

Dalam pelaksanaan pengawasan Tera dan Tera Ulang Alat-Alat Ukur, Takar,

Timbang, Dan Perlengkapannya (UTTP) yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan

dan Perindustrian memiliki Standar Operasional Prosedur.

Tabel 1.II: Standar Operasional Prosedur Dinas Perdagangan dan


Perindustrian Kota Pekanbaru Bidang Tertib Perdagangan
dan Perindustrian Seksi Pengawasan METROLOGI.
Nomor SOP
Tanggal
Pembuatan
Tanggal
Revisi
Disahkan Kepala Dinas Perdagangan
oleh dan Peindusrian Kota
Pekanbaru
Drs.Ingot Ahmadhu Tasuhut
Dinas Perdagangan dan NIP. 19710926 199101 001
Perindusritan Kota Pekanbaru Nama SOP Pengawasan Alat-alat Ukur,
Bidang Tertib Perdagangan dan Takar, Timbang, dan
Perindustrian Seksi Pengawasan Perlengkapannya( UTTP),
Metrologi Barang Dalam keadaan
Terbungkus (BKDT) dan
satuan Ukuruan.
Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 1. Memahami Topoksi Unit
tentang Metrologi Legal; Kerjanya;
2. PP Nomor 2 tahun 1985 tentang Wajib dan 2. Memahami regulasi;
Pembebasan untuk di Tera dan / atau di 3. Menguasai penggunaan
Tera Ulang serta Syarat-syarat Bagi UTTP; computer.
3. Permendag Nomor 31 Tahun 2001 tentang
BDKT;
4. Permendag Nomor 67 Tahun 2018 Tentang
Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan
Perlengkapannya yang Wajib Ditera dan
Ditera Ulang
5. Permendag Nomor 68 Tahun 2018 tentang
Tera dan Tera Ulang Alat-alat Ukur, Takar,
Timbang dan Perlengkapannya
6. Permendag Nomor 26/M-DAG/PER/5/2017
7. Pemendag Nomor 115 Tahun 2018 tentang
Unit Metrologi Legal.
Keterkaitan Pelaratan/ Kelengkapan
1. SOP Pengawasan Barang Wajib SNI 1. SPT/Nota Dinas
2. SOP Pengawasan Barang kebutuhan Pokok 2. Peraturan Teknis
dan Barang Penting 3. Peralatan Standar
9

4. Cerapan/Blanko
pengawasan
5. Komputer
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Pengawasan akan terkendala jika terjadi 1. Catatan Hasil Pengawasan
penyimpangan dalam prosedurnya 2. Berita Acara Pengawasan
Sumber: Data Dinas Perdagangan dan Peindustrian Kota Pekanbaru

Oleh Karena itu pengujian sampel tera ulang dinilai cukup efektif untuk

menghindari kecurangan dalam pengisian bahan bakar minyak.Langkah-langkah

yang dilakukan dalam pengujian tera ulang sebagai berikut:

1. Kepala Seksi Pengawasan Metrologi Melakukan Penyusunan Jadwal

Pengawasan

2. Kepala Seksi Pengawasan Metrologi melakukan penyiapan dan memaraf

Surat Perintah Tugas (SPT)

3. Kepala Bidang Tertib Perdagangan dan Perindustrian memaraf surat

perintah tugas

4. Sekretaris Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Pekanbaru memaraf

surat perintah tugas

5. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Pekanbaru melakukan

persetujuan surat perintah tugas

6. Agendaris memberikan Penomoran Surat Perintah Tugas

7. Kepala Seksi Pengawasan Metrologi menyiapkan perlengkapan administrasi

dan peralatan teknis yang dibutuhkan

8. Tim pengawasan melaksanakan rapat koordinasi dengan tim pengawasan

9. Tim pengawasan melaksanakan pengawasan

10. Tim pengawasan melakukan pemeriksaan pengamatan dan pengujian

11. Tim pengawasan membuat hasil berita acara hasil pengawasan

Di Kota Pekanbaru sendiri Dinas Perdangangan dan perindustrian

melakukan tera Ulang di semua SPBU yang ada di Kota Pekanbaru, adapaun
10

jumlah SPBU yang terdapat di Kota Pekanbaru sebanyak 63 SPBU yang terdiri

dari SPBU Pemerintah dan SPBU Milik Pribadi. Dalam penelitian ini penulis

menfokuskan untuk melakukan penelitian di 8 (Delapan) SPBU yang dilakukan

Tera Ulang oleh Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Pekanbaru, berikut

beberapa daftar SPBU yang penulis ambil lokasi penelitiannya yaitu:

1. SPBU milik Febri Hamida di Jl. Srikandi Pekanbaru.

2. SPBU milik PT. Lautan Petro Energi, Jl. SM. Amin Arengka II.

3. SPBU milik PT. Citra Wahana Perkasa, Jl.Sembilang.

4. SPBU milik PT. Bangun Semesta Abadi, Jl. Kharuddin Nasution.

5. SPBU milik PT. H&A Berkah Abadi Jaya, Jl.Hangtuah.

6. SPBU milik PT.Nadine Indah Cantika, Jl.Yos Sudarso.

7. SPBU milik PT. Prima Putra Agung, Jl. HR. soebrantas KM. 13

8. SPBU milik PT. Pertamina retail (SPBU K50 Sudirman) Jl.Sudirman.

Pengujian dilakukan pompa Ukur BBM yang berisi media dexlite,

Pertamax, dan Pertalite. Pengujian dilakukan di semua SPBU yang ada di

pekanbaru dan hasilnya diketahui oleh Dinas Perdangangan dan Perindustrian

apakah SPBU tersebut masih memiliki Tera sah yang masih berlaku atau tidak.

Dan mengecek takaran minyak yang dikeluarkan apakah sesuai dengan

semestinya karena ada batas toleransi yang diberikan oleh Badan Kepegawaian

dan Diklat Daerah (BKD) yaitu sebesar (±0,5%). Berikut adalah hasil laporan

pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perdangangan dan peindustrian di SPBU

pekanbaru.

Tabel 1.III Rekap Laporan Hasil Pengawawasan Metrologi oleh Dinas


Perdagangan dan Peindustrian Tahun 2021 sampai 2022.
1 2 3 4
No Lokasi SPBU Hasil Pengawasan Tera Ulang
1 Jl.Srikandi Milik Febri Melebihi batas Kesalahan yang Belum
Hamida diizinkan Melakukan
Tera Ulang
1 2 3 4
2 Jl.SM.Amin Arengka Masih dalam batas toleransi Tanda Tera
11

II Milik PT.Lautan kesalahan yang diiizinkan Berlaku


Petro Energi
3 Jl.Sembilang Milik Masih dalam batas toleransi Tanda Tera
PT.Citra Wahana kesalahan yang diizinkan Berlaku
Perkasa
4 Jl.Kharuddin Nasution Masih dalam batas toleransi Tanda Tera
Milik PT.Bangun kesalahan yang diizinkan Berlaku
Semesta Abadi
5 Jl.Hangtuah Milik Masih dalam batas toleransi Tanda Tera
PT.H&A Berkah kesalahan yang diizinkan Berlaku
Abadi Jaya
6 Jl.Yos Sudarso Milik Melewati Batas Kesalahan yang Tanda Tera
Pt.Nadine Indah diizinkan Berlaku
Camtika
7 Jl.HR.Soebrantas Masih dalam batas toleransi Tanda tera
Km.13 Milik kesalahan yang diizinkan Berlaku
PT.prima Putra Agung
8. Jl. Sudirman Milik Diluar Batas toleransi kesalahan Belum
PT.Pertamina Retail yang diizinkan melakukan
( SPBU K50 Tera Ulang
Sudirman)
Sumber: Data Dinas Perdagangan dan Perindustrian Pekanbaru

Dari hasil rekap laporan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Perdangangan dan Perindustrian ada beberapa SPBU yang belum melakukan Tera

Ulang dan ada juga yang melebihi batas toleransi yang diizinkan oleh Badan

Kepegawaian dan Diklat Daerah (BKD). Fenomena yang terjadi berdasarkan hasil

Observasi dilapangan, peneliti mendapatkan keterangan dan informasi dari

sumber terpercaya informasi antara lain sebagai berikut:

1. Ada beberapa tempat SPBU, yang kedapatan melebihi batas toleransi

kesalahan ketika dilakukannya tera ulang, yang menyebabkan terjadinya

kecurangan saat pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM).

2. Masih terdapat SPBU yang belum melakukan Tera Ulang di SPBU milik

PT.Pertamina Retail (SPBU K50 Sudirman) dan di SPBU milik Febri Hamida

(Jl.Srikandi). Menurut uu no. 68 tahun 2018 mereka wajib melakukan tera

ulang minimal 1x setahun.

Berdasarkan fenomena diatas Penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan Judul “Implementasi Peraturan Menteri Perdagangan no 68 tahun


12

2018 Tentang Tera dan Tera Ulang Alat Alat Ukur, Takar, Timbang, Dan

Perlengkapannya (Studi SPBU Pekanbaru)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan pokok permasalahan

dalam penelitian yaitu Bagaimana Implementasi Peraturan Mentri no 68 tahun

2018 Tentang Tera dan Tera Ulang Alat Alat Ukur, Takar, Timbang, Dan

Perlengkapannya oleh Dinas Perdangangan dan Perindustrian (Studi di SPBU

Kota Pekanbaru)?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami

dan menganalisis :

a. Bagaimana Implementasi Peraturan Mentri no 68 tahun 2018 Tentang Tera

dan Tera Ulang Alat Alat Ukur, Takar, Timbang, Dan Perlengkapannya

oleh Dinas Perdangangan dan Perindustrian (Studi di SPBU Kota

Pekanbaru).

b. Apa saja faktor yang menghambat Implementasi Peraturan Mentri no 68

tahun 2018 Tentang Tera dan Tera Ulang Alat Alat Ukur, Takar, Timbang,

Dan Perlengkapannya oleh Dinas Perdangangan dan Perindustrian (Studi

di SPBU Kota Pekanbaru).

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini secara teoritis, praktis dan akademis sebagai

berikut:

a. Kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan mampu mengisi dan ikut

berpatisipasi dalam perkembangan ilmu administrasi publik, dan

mempertajam teori-teori yang ada khususnya mengenai teori Implementasi

kebijakan publik.
13

b. Kegunaan Praktis, penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan

sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk melakukan

pembenahan dalam pemanfaataan media social bagi Dinas Perdagangan dan

Perindustrian Kota Pekanbaru .

c. Kegunaan akdaemis, dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa lain

yang akan melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama.


BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR

A. Studi Kepustakaan

1. Konsep Administrasi

Administrasi adalah sebuah bentuk usaha dan aktivitas yang berhubungan

dengan pengaturan kebijakan agar dapat mencapai target dan tujuan

organisasi.Jadi, dapat dikatakan bahwa administrasi punya peranan yang sangat

penting dalam sebuah kegiatan organisasi.

Administrasi adalah perkerjaan terencana yang dilakukan oleh sekelompok

oroang dalam bekerjasam untuk mencapai tujuan atas dasar efektif, efesien, dan

rational. (Pasolog, 2020).

Menurut (Maksudi, 2017) mengatakan Administrasi dalam arti sempat adalah


kegiatan tulis-menulis, catat mencatat-mencatat, mengetik, surat-menyurat
(corespondance), yaitu suatu proses kegiatan yang berkaitan dengan
pengiriman informasi secara tertulis dimulai dari penyurunan, penulitsan
hingga pengiriman informasi dan sampai kepada pihak yang di tuju.
Administrasi dalam arti luas adalah sebagai proses kerjakerja sama saat

penyelenggaraan kegiatam yang dilakukan oleh sekelompok orang secara

bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan secara efisien dan

efektif (Maksudi, 2017).

Menurut Sondang P.Siagian dalam (Maksudi, 2017) Administrasi adalah

keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan keputusan-keputusan yang telah

diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia

atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Sementara, menurut Hadari Nawawi dalam (Maksudi, 2017) Administrasi

adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerja

14
15

sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditenukan

sebelumnya.

Dari Pendapat para pakar Adminisrasi diatas, dapat kita simpulkan bahwa

administrasi dalam arti luas dapat dilihat dari 3 (tiga) sudut pandang pemahaman,

yaitu dari proses, fungsi, dan kepranataan (institusi). Meskipun ada perspektif yang

berbeda, namun terlihat persamaannya. Oleh karena itu Pengertian fungsi

adminiastrasi adalah perannya sebagaialat organisasi untuk memudahkan mencapai

tujuan.

Menurut Simon dalam (Gianjar, 2016) mengemukakan pendapat bahwa

administrasi bersifat universal, pertama karena adminitrasi berkenaan dengan pola

prilaku kerja sama, maka sangat jelas bahwa setiap orang yang terlibat dalam

kegiatan bekerja sama dengan orang lain terlibat dalam administrasi.

Selain itu, administrasi dapat dilihat dalam arti luas dari 3 sudut pandang

yang mengarah ke 3 arti menurut sudut pandang masing-masing oleh (Anggara,

2012) yaitu:

a. Dari sudut pandang proses, administrasi ini adalah keseluruhan proses

berpikir, mulai dari penetapan tujuan hingga penyelesaian pekerjaan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Dari segi fungsi, administrasi merupakan keseluruhan kegiatan yang secara

sadar dilakukan oleh setiap orang atau sekelompok orang yang bertindak

sebagai pengurus atau pengelola. Dalam kegiatan tersebut terdapat berbagai

jenis tugas kerja, seperti tugas perencanaan, tugas organisasi, tugas gerak, tugas

tindak lanjut, dan lain-lain.

c. Dari sudut pandang lembaga administrasi dalam kaitannya dengan orang-

orang yang, baik secara individu maupun kolektif, melakukan kegiatan untuk

mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.


16

Yang dimaksud dalam 3 definisi di atas, adalah Pertama Administrator adalah

orang yang menetapkan dan mempertahankan tujuan. Kedua Manajer, adalah

orang yang melakukan pekerjaan secara langsung untuk mencapainya. Mengarah

pada hasil pekerjaan. Ke tiga Pembantu khusus (staf) yang terdiri dari tenaga ahli

di masing-masing bidang seperti konsultan dan aset di wilayah kerja. Ke empat

Pegawai, adalah pelaksana dan pekerja yang didorong untuk bekerja oleh manajer

untuk menghasilkan sesuatu sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Administrasi adalah suatu tindakan yang telah diperhitungkan dengan tepat

dan cermat untuk melaksanakan, menyelenggarakan, merealisasikan suatu tujuan

tertentu yang dikehendaki dengan mempertimbangkan kerugian dan pengorbanan

yang minimal untuk mewujudkan tujuan lain yang dikendaki.

Menurut Hendry Fayol (dalam Syafri, 2012; 156) mengemukakan terdapat 14

prinsip umum administrasi:

a. Pembagian kerja (division of work). Merupakan upaya yang harus

dipertimbangkan untuk mendapat efesiensi dalam menggunakan tenaga kerja.

b. Pendelagasian wewenang dan tanggung jawab (authority and responbility).

Harus ada kaitan antara wewenang dan tanggung jawab. Tangguang jawab

merupakan akibat yang timbul dari adanya wewenang sebagai suatu kombinasi

antara wewenang resmi yang timbul sebagai akibat kedudukan resmi seorang

menajer dan wewenang yang bersifat pribadi yang merupakan gabungan dari

intelegensia, pengalaman, nilai – nilai moral, pekerjaan masa lampau, dsb.

c. Disiplin (diseipline). Disiplin berarti bersikap dan pelaku yang selalu sesuai

dengan ketentuan, atau dengan kata lain, sikap dan prilaku yang konsekuen,

tidak hanya pada norma–norma yang berlaku tapi juga dengan nilai – nilai

tujuan yang ingin dicapai.

d. Kesatuan Perintah (unity of command). Pekerja (bawahan) menerima hanya

dari satu pemimpin (atasan).


17

e. Kesatuan arah atau tujuan (unity of derection). Bahwa kegiatan organisasi

harus mempunyai tujuan yang sama dan langsung dari perencanaan yang

dibuat oleh menajer

f. Mendahulukan atau mengutamakan atau menempatkan kepentingan umum

(organisasi) diatas kepentingan pribadi (subordination of individual to general

intrest). Dalam hal ini kepentingan organisasi sebagai kepentinagn bersama

yang harus didahulukan bukan kepentingan pribadi.

g. Pengumpamaan atau pengajian (remuneration). Pemberian ganjaran sebagai

ganjaran sebagai balas jasa, sebagai alat motivasi dan pendorong.

h. Centralisasi (centralization). Wewenang perlu didelegasikan kepada

jadobawahan, tetapi tanggung jawab akhir tetap di pegangn oleh pimpinan

puncak (top manager)

i. Ketertiban (order). Penempatan dan pendayagunaan sumber daya (orang –

orang dan barang – barang) sesuai dalam tempatnya dalam organisasi.

j. Jenjang hierarki (scalar cahain). Tingkat wewenang yang dimiliki.

k. Keadilan (equity). Pelaksanaan yang adil pada semua pihak

l. Satabilitas jabatan (stabilty of tenor). Memberikan waktu yang cukup sangat

diperlukan pekerjaan untuk menjalankan fungsinya dengan sangat efektif

sehimgga perlu mengurangi intensitas pengertian jabatan atau personal.

m. Prakarsa atau inisiatif (initiative). Dalam semua tingkat organisasi semangat

kerja didukung oleh perkembangan prakarsa, dan kerenanya kepada bawahan

perlu dierikan kebebasan untuk memikirkan dan mengeluarkan pendapat

tentang semua aktivitas, bahkan melihat dan menilai kesalahan – kesalahan

yang terjadi.

n. Solidaritas kelompok kerja (sprits de crops). Perinsip ini menitik beratka

semangat persatuan dan persatuan, perlunya kerjasama dan memelihara


18

hubungan antara pekerja untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi

kerja.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa administrasi

berhubungan erat dengan kegiatan kerjasama yang dilakukan manusia atau

sekelompok orang dalam menjalankan kegiatan dan rutinitas kehidupan sehari –

hari. Kegiatan administrasi yang teratur dan sistematis akan melahirkan keadaan

organisasi yang sehat dan dinamis.

2. Konsep Organisasi

Organisasi adalah alat yang di gunakan oleh orang-orang, baik secara

individual maupun maupun kelompok untuk mencapai tujuan.Selain itu organisasi

dapat mewujudkanpengetahuan kolektif, nilai-nilai, dan visi dari orang-orang

yang sadar (dan kadang tidak sadari) mencoba untuk menapatkan sesuatu yang

mereka inginkan atau nilai.

Organisasi jika di pandang dari segi statis, hal ini sama dengan organisasi

sebagai wadah, yaitu merupakan suatu wahana kegiatan yang mencerminkan

bahwa organisasi merupakan tempat beraktivitas saja yang di dalam wahana itu

kegiatan setiap orang haru jelas tugas, wewenang, dan tangggung jawab.

Pengertian organisasi sebenarnya telah banyak disampiakan oleh para ahli

tetapi pada dasarnnya tidak ada perbedaan yang spesifik dan sebagai bahan

perbandingan akan disampaikan beberapa pendapat sebagai berikut:

Menurut (Siagian, 2003) mendefinisikan organisasi sebagai setiap bentuk


persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama dan secara formal
terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam
ikatan mana terdapat sesorang/beberapa orang yang disebut atasan dan
seorang/sekelompok orang yang disebut bawahan.
Menurut Sthepen P. Robbins (1990;4) organisasi diartikan sebagai kesatuan

social yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relative

dapat diidentifikasi, bekerja atas dasar yang relative terus-menerus untuk mecapai

suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.


19

Menurut Gareth R. Jones (1994;4) memahami sebuah organisasi adalah alat

yang digunakan oleh orang-orang, baik secara individual maupun kelompok untuk

mencapai bermacam tujuan.

Menurut James D Mooney dalam sutarto (1998;23) organisasi adalah bentuk

setiap perserikatan manusia untuk pencapaian suatu tujuan bersama.

Menurut Fremont E.Kast & James E. Rosenzweigh memahami organsasi

sebagai suatu subsistem dari lingkungan yang lebih luas.Selanjutnya, ia

berpendapat bahwa suatu organisasi harus memuat sekurang-kurangnya empat

unsur yakni:

a. Goals –oriented yaitu mengarah kepada pencapaian tujuan;

b. Techonlogical system,yaitu orang menggunakan pengetahuan dan teknik;

c. Structural system,yaitu orang-orang yang bekerja sama dalam suatu hubungan

yang berpola;

d. Psychosocial system, yaitu orang-orang yang berhubungan satu sama lain

dalam kelompok kerja.

Menurut (Siswanto, 2013) Organisasi di defenisikan sebagai kelompok

orang yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk merealisasikan tujuan

bersama. Didalam organisasi mengandung tiga elemen yaitu:

a. Sekelompok orang

b. Interaksi dan Kerjasama

c. Tujuan Bersama

Dari beberapa pengertian organisasi diatas, dapat kita temukan terdapat kata

tujuan, kerjasama, struktur, teknik dan psikologi sosial.adapun penjelasannya

sebagai berikut:

a. Tujuan organisasi adalah pernyataan tentang keadaan yang diinginkan dimana

organisasi bermaksud untuk merealisasikan tujuan.Tujuan merupakan titik

akhir dari yang diharapkan atau ricapai dalam tujuan.


20

b. Kerja sama organisasi dapat diartikan kegiatan atau usaha yang di lakukan oleh

beberapa orang dan saling bantu-membantu dengan sesama anggota organisasi

lainnya untuk mencapai tujuan bersama.

c. Struktur adalah susunan komponen-komponen (unit-unit) dalam organisasi

Struktur organisasi menunjukan adanya pembagian kerja dan menunjukan

bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda tersebut

dikoordinasikan.Struktur dalam organisasi formal dinyatakan dalam peta

organisasi, posisi, dan uraian pekerjaan, serta di peraturan dan prosedur.

d. Teknik diartikan untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif

maka orang-orang yang bekerja sama tersebut perlu dibekali pengetahuan dan

keahlian yang dibutuhkan (dengan pendidikan dan latihan), serta peralatan dan

fasilitas (seperti gedung perkantoran, peralatan kantor, kendaraan, anggaran,

tanah dan barang modal lainnya).

e. Psikososial atau jiwa sosial.Organisasi juga mempunyai subsistem psikososial

yang terdiri orang-orang dan kelompok dan berinteraksi serta saling

dipengaruhi oleh perasaan, nilai-nilai, sikap, harapan, dan aspirasi dari orang-

orang dalam organiasi itu.Kekuatan ini menentukan “iklim organisasi” diaman

para anggotanya melaksanakan peranan dan kegiatan meraka.

Dari pengertian diatas suatu organisasi dipahami sebagai wadah manusia atau

individu untuk melakukan kerja sama yang terintegrasikan atau terkoordinasikan,

sehingga memungkinkan orang-orang yang berada didalam organisasi itu untuk

mecapai tujuan bersama.

Adminsitrasi dan organisasi merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan

atau bisa dikatakan tidak dapat dipisahkan. Kegiatan administrasi mengarah

kepada pencapaian tujuan organisasi yang efektif dan efisien, dan organisasi

sebagai wadah atau sarana untuk mencapai tujuan.

3. Konsep Manajemen
21

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Adapun

unsurunsur manajemen yang terdiri dari 6M yaitu man, money, mothode,

machines, materials, dan market. Manajemen adalah suatu cara/seni mengelola

sesuatu untuk dikerjakan oleh orang lain. Untuk mencapai tujuan tertentu secara

efektif dan efisien yang bersifat masif, kompleks dan bernilai tinggi tentulah

sangat dibutuhkan manajemen.

Manajemen adalah koordinasi sumber daya manusia dan pemanfaatan sumber

tenaga alam seproduktif mungkin demi kesejahteraan hidup bersama. (Kartono

K. , 2016).

Manajemen secara umum adalah proses jangka panjang yang dilakukan

manajer senior untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. (Sadaryamanti, 2014).

Manajemen menurut Siswanto dan Doni (2014:16) adalah ilmu dan seni

dalam mengatur dan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya

lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen

terdiri dari (6): Man, Money, Methode, Material, Machine dan Market.

Manajemen adalah koordinasi sumber daya manusia dan pemanfaatan sumber

daya energi, hidup berdampingan untuk kebahagaiaan dengan cara yang paling

produktif. (Kartono K. , 2016).

Menurut (Winardi, 2010) mengemukakan manajemen adalah merupakan


sebuah proses khusus yang terdiri kegiatan-kegiatan perencaan,
pengorganisasian, menggerakan dan tindakan pengawasan yang dilaksanakan
untuk mendeterminasikan dan mencapai sasaran yang ditetapkan sebelumnya,
dengan jalan memanfaatkan unsur manusia dan sumber daya lainnya.

Manajemen adalah alat organisasi untuk mengarahkan kegiatan organisasi

dan mengendalikannya. Sebaliknya, juga organisasi sebagai alat manajemen (para

pemimpin) untuk melaksanakan keputusan-keputusan manajemen, demgan kata

lain organisasi dalah tempat berprosesnya manajemen.

Hubungan antara administrasi, organisasi, dan manajemen adalah

administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama dua orang atau lebih didasarkan
22

rasionaitas dan komitmen tertentu untuk mencapai tujuan tertentu, organisasi

adalah wadahnya, dan manajemen adalah ilmu atau seni atau cara untuk

mengendalikan atau mengelola proses kerja sama tersebut demi pencapaian tujuan

suatu kelompok yang sudah bekerjasama. Jika unsur itu terpenuhi dengan baik

pencapaian tujuan akan berhasil sesuai target yang telah ditentukan.

4. Konsep Kebijakan Publik

Secara umum kebijakan atau policy digunakan untuk menunjukkan perilaku

seorang aktor misalnya seorang pejabat, suatu kimpulan, maupun lembaga tertentu

untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Kebijakan adalah cara atau

pronsip bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keuputusan.

Menurut (Dunn, W. N. , 2003) Perumusan kebijakan adalah merupakan suatu

informasi yang relevan dengan kebijakan guna dimanfaatkan pada tingkat politik

dalam rangka pemecahan suatu masalah. Adapun indikasi dari perumusan

kebijakan ini adalah :

1. Pengolahan informasi yaitu usaha yang dilakukan oleh setiap badan atau

instansi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pembuatan suatu

kebijakan.

2. Penetapan alternatif-alternatif, merupakan penilaian yang diperoleh dari

beberapa usulan yang ada.

3. Penerapan sarana keputusan, menggunakan berbagai potensi yang dimiliki oleh

badan/instansi tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan

kebijakan.

4. Penilaian terhadap isi kebijakan, melakukan tindakan evaluasi yang dilakukan

oleh pembuat kebijakan.

Kebijakan publik adalah kebijakan yang mengatur kehidupan bersama atau

kehidupan publik, bukan kehidupan seseorang atau golongan (Nugroho R. , 2006).


23

Istilah Kebijakan dan Publik digabung menjadi satu, yaitu kebijakan publik
memiliki makna yang lebih luas dari pada ketika diartikan secara sendiri-
sendiri. Kebijakan publik menjadi salah satu komponen negara yang tidak
boleh diabaikan. Negara tanpa kebijakan publik dipandnag gagal, karena
kehidupan bersama hanya diatur oleh seseorang atau sekelompok orang saja,
yang bekerja seperti tiran dengan tujuan untuk memuaskan kepentingan diri
atau kelompok saja. (Nugroho R. , 2006)

Kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh prilaku

yang konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yang sebagai

prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan tertentu.

Kebijakan publik adalah kewenangan pemerintah dalam pembuatan suatu


kebijakan yang digunakan kedalam peraturan hukum. Kebijakan tersebut
bertujuan untuk menyerap dinamika sosial dalam masyarakat, yang akan
dijadikan, acuan perumusan kebijakan agar tercipta hubungan sosial yang
harmonis (Harbani, P, 2010)

Menurut Anderson dalam Invalid source specified. kebijakan publik

adalah serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan yang tertentu

yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang

berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.

Menurut (Syafiie, 2005) menyebutkan : ‘’Model kebijakan yang sesuai


dengan situasi sekarang ini adalah model sistem dimana memperhatikan
desakan-desakan lingkungan antara lain berisi tuntutan, dukungan,
hambatan, tantangan, gangguan, rintangan, ujian, kebutuhan atau
keperluan dan lain-lain yang mempengaruhi public polic, bukan
sebaliknya, mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok’’.

Menurut (Tangkilisan H. N., 2003) Menyebutkan bahwa pembuatan

kebijakan merupakan sebuah aktivitas yang diarahkan dengan utjuannya sebagai

ciri tersendiri dari aktivitas fisik dan ekpresif murni bertujuan untuk

mempengaruhi prospektif (masa depan) alternatif arah yang dikehendaki.

(Agustino, Dasar-dasar Kebijakan Publik, 2016) Kebijakan publik memiliki

beberapa karakteristik utama yaitu :

1. Kebijakan publik merupakan sebuah tindakan yang memiliki maksud atau

tujuan tetentu : kebijakan tidak bersifat acak, tetapi memiliki sasaran dan

berorientasi pada tujuan.


24

2. Kebijakan publik dibuat oleh pihak yang berwenang.

3. Kebijakan publik pada dasarnya merupakan keputusan yang stimulan dan

bukan keputusan yang terpisah-pisah.

4. Kebijakan merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah

dan bukan apa yang hendak dikerjakan oleh pemerintah.

5. Kebijakan publik bersifat popular (pemberian intensif, pelkasanaan bantuan

keuangan kepada rakyat miskin dan lainnya) tetapi tidak juga popular

(pencabutan subsidi, penerapan suku bunga tinggi dan sebagainnya).

6. Kebijakan berbentuk positif maupun negatif. Untuk yang positif kebijakan

melibatkan tindakan untuk mengawasi masalah, sedangkan yang negatif,

kebijakan dapat melibatkan suatu keputusan untuk tidak melakukan suatu

tindakan atau mengerjakan apapun.

7. Kebijakan didasarkan atas aturan hukum dan merupakan tindakan yang

bersifat memerintah.

Menurut (Edward, 1980) implementasi kebijakan merupakan proses yang

krusial karena seberapa baiknya suatu kebijakan kalau tidak dipersiapkan dan

direncanakan dengan baik implementasinya maka apa yang menjadi tujuan

kebijakan publik tidak akan terwujud.

Dengan demikian berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat

disimpulakan bahwa kebijakan adalah sebagai rangkaian konsep dan azas yang

menjadi garis besar dari dasar pada masalah yang menjadi rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak, pernyataan, cita-

cita, prinsip, atau maksud dalam memecahkan masalah sebagai garis pedoman

untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran atau tujuan. Dengan kata lain

sebagai pedoman untuk bertindak dalam mengambil sebuah keputusan.

5. Konsep Implementasi

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan


25

dapat mencapai tujuannyaTidak lebih dan tidak kurang. Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang

ada yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program –program atau

melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak yang

berwenang / berkepentingan baik pemerintah maupun swasta yang bertujuan

untuk mewujudkan cita-cita/ tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul


Sabatier (1979) sebagaimana dikuti dalam (Ali & Hafis, 2015) mengatakan
bahwa implementasi adalah adalah memahami apa yang senyatanya terjadi
sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus
perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan
yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara yang
mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasi atau kejadian-kejadian.

Pelaksanaan menurut (Wesra, 2011) adalah sebagai usaha-usaha yang

dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah

dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang

diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat pelaksanaanya dan

kapan waktu dimulainya.

Menurut (Awang, 2010) menjelaskan bahwa implementasi adalah memahami


apa yang senyatanya yng terjadi setelah sesuatu program dinyatakan berlaku
atau dirumuskan, merupakan fokus implementasi kebijakan yaitu kejadian
yang timbul sesudah disahkannya pedoman kebijkan yang mencakup, baik
usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk menimbulkanakibat atau
dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Menurut Koryati (2005:7) mengemukakan bahwa secara umum kebijakan

dapat dikatakan sebagai rumusan keputusan pemerintah yang menjadi pedoman

tingkah laku guna mengatasi masalah publik yang mempunyai tujuan

rencana, rencana dan program yang akan dilaksanakan.

Menurut Merilee S. Grindle (dalam agustino 2020: 159) pendekatannya

dikenal dengan nama implementation as a political and administrative process.

Menurut Grindle keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik dapat diukur


26

dari proses pencapaian outcomes (yaitu tercapainya atau tidak tujuan yang

diraih).

Nugroho (2004:50) kebijakan publik yang terbaik adalah kebijakan yang

mendorong setiap warga masyarakat untuk membangun daya saingnya masing-

masing, dan bukan semakin menjerumuskan kedalam pola ketergantungan.

Menurut jones (dalam agustino 2020:169) dalam melaksanakan aktivitas

implementasi program atau pelaksanaan kegiatan terdapat tiga macam aktivitas

yang perlu diperhatikan secara seksama yaitu:

a. Organisasi: pembentukan atau penata ulang sumber daya, unit, atau metode

agar kebijakan dapat memberikan hasil atau dampak.

b. Interpretasi: menafsirkan bahasa kebijakan menjadi rencana dan pengarahan

yang tepat dan dapat memberikan hasil atau dampak.

c. Penerapan: ketentuan rutin dari pelayanan, pembayaran atau lainnya yang

disesuai dengan tujuan atau perlengkapan program.

Menurut Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier (Agustino, 2020) model

implementasi yang ditawarkan mereka disebut dengan a framework for policy

implementation analysis. Kedua ahli kebijakan ini berpendapat bahwa peran

penting dari implemetasi kebijakan publik adalah kemampuannya dalam

mempengaruhi tercapainya tujuan tujuan formal pada keseluruhan proses

implementasi. Dari variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga

kategori besar, yaitu:

a. Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap

b. Kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara tepat

c. Variabel di luar UU yang mempengaruhi implementasi.

Menurut Van Metter dan Van Horn (dalam Zainiraden 2015;54) merumuskan

peoses implementasi ini sebagai “Those actions by publik or private individuals

(or groups) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior
27

policy decision” (tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu- individu

/pekabat atau kelompok –kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Model pendekatan top-down yang dirumuskan oleh Van Mettern dan Van

Horn (dalam Agustino 2020:150) Disebut dengan Istilah A. Model of the Policy

Implementation.Proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksasi atau

performansi dari suatu kebijakan pelaksanaan kebijakan publik yang berlangsung

dalam hubungan dengan berbagai variabel.

Ada enam variabel menurut Van Metter dan Van Horn, yang mempengaruhi

kinerja implementasi.

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika-

dan-hanya-jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realisasi dengan

rasio-kultur yang mengada ditingkat pelaksanan kebijakan. Ketiks ukuran

kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk

dilaksanakan ditingkat warga, maka akan sulit untuk merealisasikan kebijakan

publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.

2. Sumber daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya tersedia. Manusia adalah

sumber daya terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi.

Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menentukan adanya

sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan para palaksana, dimana

dilihat kemampuan para pelaksanana dalam memahami apa saja yang menjadi

tugas mereka.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formasl dan


28

organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik

akan sangat banyak di pengaruhi oleh ciri-ciri yang tetap serta cocok dengan

para agen pelaksanaanya.

4. Sikap atau kecendrungan (disposition) para pelaksana

Menurut Van Metter dan Van Horn sikap penerima atau penolakan

dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau

tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik.

5. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme sekaligus syarat utama dalam

menentukan keberhasilan pelaksanaan kebijakan. Semakin baik koordinasi dan

komunikasi diantara para pelaksana yang terlibat dalam proses impelementasi,

maka asumsi dari kesalahan akan sangat kecil terjadi dan juga sebaliknya.

6. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik

Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja

implmentasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter & Van

Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan

kebijakan publik yang telah ditetapkan.

Menurut George Edwar C. III menamakan model implementasi

kebijakan publiknya dengan istilah Direct and Indirect Impact on

Implementation. Dalam pendekatan yang yang diterjemahkan oleh Edward III,

terdapat empt Variabelyang sangat menentukan keberhasilan implementasi

suatu kebiajakan, yaitu: (i) komunikasi; (ii) sumber daya; (iii) disposisi; dan

(iv) birokrasi.

7. Konsep Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh pihak pihak yang berwenang/berkepentingan baik pemerintah


29

maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita - cita/tujuan yang telah

ditetapkan.

Pelaksanaan adalah suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut suatu


program astau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan
keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijakan
menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dan program yang ditetapkan
semula (Abdullah, Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan, 2014).

Pelaksanaan adalah pergerakkan yang dilakukan setelah organisasi

memiliki perencanaan dan melakukan pengorganisasian dengan memiliki

struktur organisasi termasuk tersedianya personil sebagai pelaksanaan sesuai

dengan kebutuhan unit atau satuan kerja yang dibentuk. (Nawawi,

Manajemen Sumber Daya Manusia, 2008)

Pelaksanaan adalah sebagai usaha- usaha yang dilakukan untuk

melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan

ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan,

siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya dan kapan

waktu dimulainya. Invalid source specified.

Menurut (Hamdi, Kebijakan Publik : Proses, Analisis dan Partisipasi,

2014) Dalam pendekatan yang menggunakan teori dari Van Metter dan Carl Van

Horn Implementasi kebijakan publik mengatakan proses implementasi kebijakan

sebuah abstraksi atau performansi suatu Implementasi kebijakan yang pada

dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja Implementasi kebijakan

publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel.

Terdapat enam variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi atau

pelaksanaan, yaitu :

1. Standar Dan Sasaran Kebijakan

2. Sumber Daya

3. Karakteristik Agen Pelaksana

4. Sikap/Kecendrungan
30

5. Ketepatan Komunikasi Antar Organisasi Dan Aktivitas Pelaksana

6. Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial.

Menurut Daniel Mazmanian dan Paul A.Sabatier (Agustino, Dasar -

dasar Kebijakan Publik, 2020) model implementasi yang ditawarkan mereka

disebut dengan a framewok for policy implementation analysis. Kedua ahli

kebijakan ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan

publik adalah kemampuannya dalam mempengaruhi tercapainya tujuan – tujuan

formal pada keselutuhan proses impelementasi. Dari variabel yang dimaksud

dapat diklafikasikan menjadi tiga kategori besar yaitu, :

1. Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap

2. Kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara tepat

3. Variabel diluar UU ynag mempengaruhi implementasi.

(Matland, 2003) mengembangkan sebuah model yang disebut Model Matriks

Ambigusitas-Konflik yang menjelaskan bahwa Implementasi Kebijakan adalah

implementasi yang dilakukan dalam aktivitas operasional keseharian birokrasi.

Pada prinsipnya matrik Matland memiliki ‘‘empat tepat’’ yang perlu dipenuhi

dalam hal implementasi kebijakan yaitu :

1. Ketepatan Kebijakan

Ketepatan kebijakan dinilai dari :

a. Sejauh mana kebijakan yang ada telah bermuatan hal-hal yang memang

memecahkan masalah yang hendak dipecahkan.

b. Apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan sesuai dengan karakter masalah

yang hendak dipecahkan.

c. Apakah kebijakan dibuat oleh lembaga yang mempunyai kewenangan yang

sesuai dengan karakter kebijakan.

2. Ketepatan Pelaksanaan
31

Implementor kebijakan tidaklah hanya pemerintah. Ada tiga lembaga yang

bisa menjadi pelaksana kebijakan, yaitu : pemerintah, kerjasama antara

pemerintah, masyarakat/swasta, atau implementasi kebijakan yang diswastakan.

Kebijakan-kebijakan yang bersfiat monopoli, seperti kartu identitas penduduk

atau mempunyai derajat politik keamanan yang tinggi seperti pertahanan dan

keamanan sebaiknya dilaksanakan oleh pemerintah.

Kebijakan yang bersifat memberdayakan masyarakat, seperti penanggulangan

kemiskinan, sebaiknya menjadi tanggung jawab eksekutif (pemerintah) bersama

masyarakat. kebijakan yang bertujuan mengarahkan kegiatan kemasyarakatan,

seperti bagaimana perusahaan harus dikelola, atau dimana pemerintah tidak akan

efektif melaksanakannya sendiri, seperti pembangunan industri-industri

menengah dan kecil yang tidak bersifat strategis, maka sebaiknya diserahkan

kepada masyarakat.

3. Ketepatan Target

Ketepatan target berhubungan dengan tiga hal, yaitu :

a. Apakah target yang diintervensi sesuai dengan yang direncanakan, apakah

tidak akan tumpang tindih dengan intervensi atau program lainnya, ataukah

tidak bertentangan dengan intervensi kebijakan lain.

b. Apakah targetnya dalam kondisi siap untuk diintervensi atau tidak.

c. Apakah intervensi implementasi kebijakan bersifat baru atau

memperbaharui implementasi kebijakan sebelumnya.

4. Ketepatan Lingkungan

Ada dua lingkungan yang paling menentukan, yakni :

a. Lingkungan kebijakan, yaitu interaksi antara lembaga perumus kebijakan

dengan pelaksana kenijakan dengan lembaga yang terkait. Donald J. Calista

menyebutnya sebagai variabel endogen, yaitu authoritative arrangement

yang berkenaan dengan kekuatan sumber otoritas dari kebijakan, baik dari
32

pemerintah maupun masyarakat, implemention setting yang berkenaan

dengan posisi tawar-menawar antara otoritas yang mengeluarkan kebijakan

dan jejaring yang berkenaan dengan impelementasi kebijakan.

b. Lingkungan Eksternal kebijakan oleh Calista disebut sebagai variabel

oksigen yang terdiri dari public opinion, yaitu persepsi publik opinion, yaitu

persepsi publik akan kebijakan dan implementasi kebijakan, interpretive

institision yang berkenaan yang berkenaan dengan interpretasi lembaga-

lembaga strategis dalam masyarakat, seperti media massa, kelompok

penekan, dan kelompok kepentingan, dalam menginterpretasikan kebijakan

dan implementasi kebijakan fan individuals yaitu individu-individu tertentu

yang mampu memainkan peran penting dalam menginterpretasikan

kebiajkan dan implementasi kebijakan. ( Nugroho R. D., 2003)

Implementasi merupakan tindakan untuk mencapai tujuan yang telah

digariskan dalam keputusan kebijakan, tindakan tersebut dilakukan baik oleh

individu, pejabat pemerintah ataupun swasta. Berdasarkan uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana

pelaksana kebijakan melakukan aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya

akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan

itu sendiri.

Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan

bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah ditetapkan oleh

pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu di lapangan maupun di

luar lapangan. Yang mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa unsur disertai

dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat penujang.

6. Konsep Implementasi Tentang Tera dan Tera Ulang Alat Alat Ukur,

Takar, Timbang, Dan Perlengkapannya.

Berdasarkan peraturan republik indonesia undang-undang republik indonesia


33

nomor 2 tahun 1981 tentang metrologi legal pada pasal 1 ayat (18) yang

menjelaskan tera ulang ialah hal menandai berkala dengan tanda-tanda tera sah

atau tera batal yang berlaku atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang

bertanda tera sah atau tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai

yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat

ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang telah ditera. Dan pada pasal 12

menjelaskan bahwa Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan tentang alat-alat

ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang:

a. Wajib ditera dan ditera ulang;

b. dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya;

c. syarat-syaratnya harus dipenuhi.

Berdasarkan peraturan walikota pekanbaru no 114 tahun 2016 tentang kedudukan,

susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Dinas perdagangan dan

perindustrian kota pekanbaru pada pasal 3 ayat (1) bagian c menjelaskan bahwa

susunan organisasi dinas perdagangan dan perindustrian tediri dari:

1. Seksi Pengawasan Metrologi

2. Seksi Pengawasan Perdagangan

3. Seksi Pengawasan Perindustrian

Tera dan tera ulang alat alat ukur, takar, timbang dan perlangkapan ini yang

yang melaksanakan pengawasan adalah seksi pegawasan metrologi di undang

undang peraturan menteri perdagangan republik Indonesia nomor 26 tahun 2017

pasal 1

ini yang dimaksud dengan:

a. Metrologi Legal adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran,

metoda-metoda pengukuran, dan alat-alat ukur yang menyangkut

persyaratan teknik dan peraturan berdasarkan Undang-Undang yang

bertujuan melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran.


34

b. Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya yang selanjutnya

disingkat UTTP adalah alat-alat sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

c. Barang dalam Keadaan Terbungkus yang selanjutnya disingkat BDKT

adalah barang atau komoditas tertentu yang dimasukkan ke dalam kemasan

tertutup, dan untuk mempergunakannya harus -5 merusak kemasan atau

segel kemasan yang kuantitasnya telah ditentukan dan dinyatakan pada label

sebelum diedarkan, dijual, ditawarkan, atau dipamerkan.

d. Merusak Kemasan atau Segel Kemasan adalah semua perbuatan berupa

membuka kemasan atau melepaskan segel kemasan BDKT.

e. Batas Kesalahan yang Diizinkan adalah batas kesalahan negatif dari nilai

kuantitas BDKT yang diizinkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

f. Satuan Ukuran adalah satuan yang merupakan ukuran dari satuan suatu

besaran berdasarkan peraturan perundang-undangan.

g. Satuan Sistem Internasional (le Systeme International d'Unites) yang

selanjutnya disebut SI adalah satuan ukuran yang sistemnya bersumber pada

suatu ukuran yang didapat berdasarkan atas satuan dasar yang disahkan oleh

Konperensi Umum untuk Ukuran dan Timbangan.

h. Tempat Usaha adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan perdagangan,

industri, produksi, usaha jasa, penyimpanan dokumen yang berkenaan

dengan perusahaan, juga kegiatan-kegiatan penyimpanan atau pameran

barang-barang, termasuk rumah tempat tinggal yang sebagian digunakan

untuk kegiatankegiatan tersebut.

i. Pengujian dalam Rangka Pengawasan yang selanjutnya disebut Pengujian

adalah tindakan untuk mengetahui kebenaran penunjukan UTTP atau

kebenaran kuantitas BDKT sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.
35

j. Pengawasan adalah serangkaian kegiatan untuk memastikan UTTP, BDKT

dan Satuan Ukuran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

k. Pengawas Kemetrologian adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,

tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang

berwenang untuk melakukan pengawasan Metrologi Legal.

l. Pengamat Tera adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung

jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk

melakukan pengamatan tera.

m. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang

dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan

guna menemukan tersangkanya.

n. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Metrologi Legal yang selanjutnya disebut

sebagai PPNS Metrologi Legal adalah pejabat atau Pegawai Negeri Sipil

tertentu baik yang ada di pusat maupun daerah yang diberi wewenang

khusus oleh Undang-Undang Nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal

dan telah diangkat sebagai Penyidik oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia.

o. Kuantitas Nominal adalah nilai kuantitas BDKT yang tercantum pada label.

p. Kuantitas Sebenarnya adalah nilai kuantitas BDKT yang diperoleh

berdasarkan hasil pengukuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

q. Ukur Ulang adalah serangkaian kegiatan mengukur, menakar, atau

menimbang ulang barang-barang yang telah diukur, ditakar, atau ditimbang

dan telah diserahterimakan oleh penjual kepada pembeli.

r. Segel Metrologi adalah tanda metrologi yang dibubuhkan pada timah

plombir dengan kawat yang diikatkan pada UTTP.


36

s. Metrology Line adalah pita berwarna kuning yang dipasang melingkari

barang dan/atau tempat kejadian yang diduga terjadi pelanggaran ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang Metrologi Legal. -7

t. Label Barang dalam Pengamanan adalah label yang diikatkan pada barang

yang dianggap sebagai bukti awal dan diduga terjadi pelanggaran ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang Metrologi Legal.

u. Unit Metrologi Legal adalah satuan kerja pada Dinas Kabupaten/ Kota atau

Dinas Provinsi DKI Jakarta yang melaksanakan kegiatan tera, tera ulang

UTTP dan pengawasan Metrologi Legal.

Pada pasal ini ada lagi beberapa turunan undang undang yang harus mereka

pakai dalam melakukan tera ulang seperti undang undang no 67 tahun 2018

tentang alat alat ukur,takar,timbang dan perlengkapannya yang wajib di tera dan

di tera ulang , dan undang undang no 68 tahun 2018 tentang tera dan tera ulang

alat alat ukur,takar,timbang, dan perlengkapannya. Berdasarkan uraian pasal di

atas dapat diketahui bahwa masalah Pengawasan tera dan tera ulang (UTTP )

merupakan masalah yang sangat serius karena dapat merugikan masyarakat dalam

melakukan pengisian bahan bakar minyak ( BBM). Di tambah lagi bahan bakar

minyak ini adalah sumber yang sangat penting bagi masyarakat. Dalam

melaksanakan kegiatan ini dinas perdagangan dan perindustrian membentuk tim

yang dilakukan oleh Seksi Pengawasan Metrologi legal yang lebih dari tigabelas

orang .

B. Kerangka Fikir

Berdasarkan dari variabel penelitian pelaksanaan pengawasan oleh Dinas

Perdagangan dan perindustrian Kota Pekanbaru terhadap Tera dan tera ulang

(studi di SPBU Pekanbaru) kemudian diukur dengan acuan dari beberapa teori

yang dijadikan indikator serta fenomena yang terjadi, maka penulis menjelaskan

hubungan tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran makna dan
37

maksud penelitian. Untuk lebih jelas, teori yang dijadikan indikator akan

menampilkan pada gambar sebagai berikut:

Gambar II.1 : Implementasi no 68 tahun 2018 Tentang Tera dan Tera


Ulang Alat Alat Ukur, Takar, Timbang, Dan
Perlengkapannya (Studi SPBU Pekanbaru)

Administrasi Implementasi Peraturan Menteri


Perdagangan no 68 tahun 2018
Tentang Tera dan Tera Ulang Alat
Organisasi
Alat Ukur, Takar, Timbang, Dan
Perlengkapannya (Studi SPBU
Manajemen Pekanbaru)

Indikator Pelaksanaan dari Richard


Implementasi Matland:
1. Ketepatan Kebijakan
2. Ketepatan Pelaksanaan
3. Ketepatan Target
4. Ketepatan Lingkungan

Hasil Dari implentasi Peraturan


Menteri Perdagangan

Sumber: Modifikasi Penulis, Tahun 2022

C. Konsep Operasional

Untuk mempermudah melaksanakan penelitian dan untuk menghindarkan

kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka penulis merasa perlu

mengoperasionalkan konsep-konsep tersebut sebagai berikut :

1. Administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses

pengendalian usaha kerja sama kelompok manusia untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan sebelumnya.

2. Organisasi adalah sebagai wadah pelaksanaan kerja sama sejumlah personil,

dan juga mencakup rangkaian aktivitas pembagian tugas, penunjukkan staf,


38

pendelegasian wewenang dan tanggungjawab dalam rangka upaya pencapaian

tujuan organisasi.

3. Manajemen adalah suatu proses kegiatan, yaitu merupakan suatu rangkaian

aktivitas pengelolaan yang dilakukan terus-menerus oleh manajer atau

administrator, yang dimulai dari kegiatan merencanakan, melaksanakan serta

mengoordinasikan apa yang telah direncanakannya sampai kepada kegiatan

pengawasan agar bekerja sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

4. Richard Matland (2003) mengembangkan sebuah model yang disebut Model

Matriks Ambigusitas-Konflik yang menjelaskan bahwa implementasi secara

administratif adalah implementasi yang dilakukan dalam keseharian operasi

birokrasi pemerintahan.

Pada prinsipnya matrik Matland memiliki ‘‘empat tepat’’ yang perlu

dipenuhi dalam hal implementasi kebijakan yaitu : (1) Ketepatan Kebijakan,

(2) Ketepatan Pelaksanaan, (3) Ketepatan Target, (4) Ketetapan Lingkungan.

Yang dimana indikator Variabel Pelaksanan yang sangat menentukan

keberhasilan Pelaksanaan, yaitu :

1. Ketepatan Kebijakan

Ketepatan kebijakan, apakah kebijakannya sendiri sudah tepat. Ketepatan

kebijakan ini dinilai dari sejauh mana kebijakan yang ada telah bermuatan hal-

hal yang memang memecahkan masalah yang hendak dipecahkan.

Dalam Indikator Ketetapan Kebijakan memiliki item penilian :

a. Standar Kebijakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

Kebijakan dilakukan karena sesuai dengan situasi atau keadaan yang terjadi

di masa yang panjang.

b. Kebijakan sesuai dengan karakter masalah

Suatu kebijakan atau kegiatan dibuat dan dilaksanakan untuk

menyelesaiakan suatu permasalahan yang ada.


39

c. Kebijakan dilakukan oleh lembaga yang berwenang.

Suatu kegiatan hanya bisa dibuat oleh orang-orang yang memiliki

kewenangan untuk melaksanakan nya.

2. Ketetapan Pelaksanaan

Ketepatan dalam pelaksanaan atau aktor dari implementasi kebijakan

yang akan dilaksanakan. Dalam Indikator Ketetapan Pelaksanaan memiliki

item penilaian, yaitu :

a. Kesiapan pelaksana dalam mengerjakan tugas

Kesediaan anggota instansi dalam setiap keadaan untuk tetap dapat

menjalankan tugas serta fungsinya sesuai dengan peraturan yang telah

ditentukan.

b. Standar Operasional Prosedur adalah alur atau bisa juga dikatakan sebagai

cara kerja yang sudah terbentuk secara standarisasi, SOP memiliki peran

sebagai suatu petunjuk. Dalam SOP terdapat bagaimana cara pelaksana

mengerjakan tugas nya.

c. Ketersediaan alat adalah penyediaan alat yang dibutuhkan dalam melakukan

tera ulang oleh dinas perdagangan dan perindustrian.

d. Anggaran

Anggaran merupakan bagian terpenting yang harus direncanakan sebelum

melakukan suatu kegiatan, anggaran menjadi bagian yang berisi jumlah

dana yang hendak digunakan. Suatu kegiatan akan berjalan jika anggaran

nya sudah tersedia.

3. Ketetapan Target

Ketetapan target berkaitan dengan tiga hal yaitu pertama, apakah target

yang diintervensi sesuai dengan yang direncanakan, tidak tumpang tindih


40

dengan intervensi lain, dan tidak bertentangan dengan intervenis kebijakan

lain. Kedua kesiapan kondisi target untuk diintervensi, ketiga apakah

intervensi implementasi kebijakan bersifat baru atau memperbarui kebijakan

sebelumnya.

Dalam indikator Ketetapan Target yang memiliki item penilian, yaitu :

a. Kesesuaian perencanaan, yaitu apakah target sudah sesuai dengan yang

direncanakan.

b. Kesiapan target, yaitu apakah target dalam keadaan siap atau tidak.

c. Pembaharuan, apakah kebijakan nya bersifat baru atau memperbaharui

kebijakan sebelumnya,

4. Ketetapan Lingkungan.

Terdiri atas dua lingkungan yaitu lingkungan internal kebijakan dan

lingkungan eksternal kebijakan Dalam Indikator Ketepatan Lingkungan

Memiliki item penilaian, yaitu:

a. Internal

Lingkungan internal kebijakan yaitu interaksi diantara lembaga perumus

kebijakan dan pelaksana kebijakan lembaga lain yang terkait.

b. Eksternal

Lingkungan eksternal kebijakan yang tediri atas persepsi publik atas

kebijakan, interpretasi lembaga strategis dalam masyarakat, dan individu-

individu tertentu yang memiliki peran penting dalam menginterpretasikan

kebijakan dan implementasi kebijakan.

5. Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh negara khususnya

pemerintah, sebagai strategi merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan

6. Pengawasan Metrologi Legal adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan

ukuran, metoda-metoda pengukuran, dan alat-alat ukur yang menyangkut


41

persyaratan teknik dan peraturan berdasarkan Undang-Undang yang bertujuan

melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran.

7. Dinas Perdagangan dan Perindustrian merupakan unsur penunjang yang

mempunyai tugas pokok mendukung dan membantu Walikota melaksanakan

urusan pemerintahan konkuren bidang Metrologi legal yang menjadi

kewenangan Pemerintah Daerah dan tugas pembantuan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan.

8. Kota Pekanbaru merupakan pusat kota di Provinsi Riau.

D. Operasional Variabel

Operasional Variabel Penelitian Tentang Pelaksanaan Peningkatan


Pengawasan Keamanan Pangan Oleh Dinas Ketahanan Pangan Kota
Pekanbaru.
Tabel II.2 Tabel Operasional Variabel Pelaksanaan Pengawasan Tera dan
Tera ulang Alat alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapan
Oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Pekanbaru.
42

Konsep Variabel Indikator Item yang dinilai


1 2 3 4
Menurut Richard Implementasi 1. Ketepatan 1. Standar kebijakan
Matland Peraturan Kebijakan sesuai dengan
Mengembangkan Menteri no 68 kondisi dan
Model Matrik tahun 2018 kebutuhan.
Ambigguitas- Tera dan Tera 2. Kebijakan sesuai
Konflik yang ulang Alat alat dengan karakter
mengasumsikan Ukur, Takar, masalah.
bahwa Timbang, dan 3. Kebijakan
Implementasi Perlengkapan dilakukan oleh
Kebijakan adalah Kota lembaga yang
implementasi Pekanbaru berwenang.
yang dilakukan 2. Ketepatan
dalam aktivitas Pelaksanaa 1. Kesiapan
operasional n pelaksana dalam
keseharian mengerjakan tugas.
birokrasi. 2. SOP
(Matland, 2003) 3. Ketersediaan alat
Bejana
4. Anggaran

3. Ketepatan 1. Kesesuaian
target Perencanaan
2. Kesiapan Target
3. Pembaharuan

4. Ketepatan 1. Internal
Lingkunga 2. Eksternal
n
Sumber : Modifikasi Penulis, Tahun 2022
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian survey diskriptif yaitu karena peneliti

ingin memberikan gambaran keadaan yang sebenarnya terjadi, berdasarkan

pengamatan peneliti dilapangan melalui pengumpulan data dan menganalisa,

sehingga dapat mengevaluasi dan mendapatkan hasil yang sesuai dalam

permasalahan penelitian ini.

Sedangkan metode yang digunakan pada penilitian ini adalah metode

kualitatif yang bertujuan untuk mengubungkan antar variabel dalam sebuah

populasi dikarenakan hal tersebut, peneliti berkeinginan mendapatkan data yang

akurat sesuai dengan fakta dilapangan yang dapat diukur dan dari data diperoleh

peneliti dapat melakukan analisis terhadap hipotesis dari penelitian ini sehingga

dari hasil penelitian ini akan teruji secara ilmiah dan empiris dengan hasil akhir

yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota

Pekanbaru alasan penulis melakukan penelitian didaerah ini adalah karena Kota

Pekanbaru merupakan kota yang jumlah populasi penduduk nya paling tertinggi di

Provinsi Riau, sehingga sangat perlu dilakukan pengawasan tera dan tera ulang

alat alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya untuk menjamin ketepatan

dalam melakukan pengisian bahan bakar minyak di SPBU pertamina.

C. Key informan dan informen

1. Key informan

Adalah orang yang paling memahami permasyalahan dalam

implementasi kebijakan tentang tera dan tera ulang alat alat ukut, takar, timbang,

43
44

dan perlengkapannya (UTTP) yang menjadi key informan adalah kepala dinas

perdangangan dan perindustrian.

2. Infroman

Orang orang yang dijadikan sebagai sumber infromasi untuk mendapatkan

data primer melalui wawancara yang menjadi informan yang dalam penelitian ini

kepala bidang metrologi, kepala seksi pengawasan, petugas pengukur dan petugas

atau pegelola spbu.

Tabel III.1 Key Informan Dan Infroman Penelitian Implementasi Peraturan


Menteri Perdagangan No 68 Tahun 2018 Tera Dan Tera Ulang
Alat Alat Ukur, Takar, Timbang, Dan Perlengkapan Oleh (Studi
Di SPBU Kota Pekanbaru )
Key
No Karakteristik Informan Jumlah
Informan
1. Kepala Dinas Perdagangan dan √ 1
Peindustrian
2. Sekretaris √ 1
3. Kepala Bidang Perdagangan dan √ 1
Perindustrian
4. Kepala Seksi Pengawasan √ 1
Metrologi
5. Kepegawaian (petugas pengukur) √ 8

6. Pemilik SPBU √ 8
Jumlah 2 4 20
Sumber : Dinas Perdagangan dan industrian kota Pekanbaru 2022

D. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung yang terdiri dari sumber di

lapangan melalui wawancara dan observasi yang berasal dari Kepala Bidang

Metrologi Legal, Kepala Seksi Pengawasan dan petugas SPBU.

b. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh melalui data yang sudah tersedia di Dinas

Perdagangan dan Perindustrian Kota Pekanbaru antara lain:

1. Standar Operasional Prosedur.


45

2. Hasil Laporan Pengawasan Metrologi.

3. Data Jumlah SPBU.

4. Rencana Strategis Dinas Perdagangan dan perindustrian Kota Pekanbaru.

5. Stuktur Organisasi.

6. SK Perdagangan dan Perindustrian Kota Pekanbaru.

Sedangkan dari perpustakaan untuk mendapatkan teori-teori tertentu

yang relevan dengan permasalahan penelitian termasuk perundang-undangan yang

berkaitan dengan hal tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan penulis dalam

rangka mengumpulkan data penelitian. Pengumpulan data dan informasi dalam

penelitian ini menggunakan teknik-teknik :

a. Observasi

Observasi yang dilakukan bersama narasumber yakni Kepala Bidang

Metrologi legal untuk mengetahui informasi tentang UTTP, Kepala Seksi

Pengawasan untuk mengetahui hasil Pengawasan Alat alat Ukur , takar ,

Timbang ,Perlengkapannya di SPBU Pertamina kota Pekanbaru.

b. Wawancara (interview)

Wawancara yang dilakukan terkait judul penelitian terdapat narasumber

yaitu Kepala Bidang Metrologi Legal , Kepala Seksi Pengawasan ,dan

Petugas SPBU.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari

pencatatan buku-buku, arsip, menggunakan fasilitas dan mengabadikan

momen. Dokumentasi dalam penliti ini peneliti peroleh dokumentasi pribadi

yang diberikan oleh instansi yang terkait dan beberapa dokumentasi pribadi

yang diambil dari lapangan.


46

F. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan penganalisaan

secara diskriptif. Setelah data dikumpulkan secara lengkap dan menyeluruh, maka

data tersebut di akan kelompokkan dan disesuaikan dengan jenis data yang

diperoleh, selanjutnya akan dibahas dan dianalisa dalam dua bentuk.

Data yang bersifat kualitatif akan diuraikan dengan lengkap dan rinci

dalam bentuk kalimat, sedangkan data yang bersifat kualitatif akan ditabulasikan

dalam bentuk tabel, barulah kemudian membandingkan dengan teori dan pendapat

para ahli untuk kemudian dapat diambil kesimpulan induktif.

G. Jadwal Kegiatan- Penelitian

Tabel III.2: Jadwal Kegiatan Penelitian Tentang Implementasi Peraturan


Menteri Perdagangan no 68 tahun 2018 Tentang Tera dan Tera
Ulang Alat Alat Ukur, Takar, Timbang, Dan Perlengkapannya
(Studi di SPBU Pekanbaru )”
Bulan dan minggu ke
o Jenis Kegiatan Septem Okt Nov Des Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan UP

2 Seminar UP

3 Revisi UP
Rekomendasi
4
Survey
Survey
5
Lapangan
6 Analisis Data
Laporan Hasil
7
Penelitian
Konsultasi
8
Revisi Skripsi
9 Ujian Skripsi

10 Revisi Skripsi
11 Penggadaan
47

Revisi Skripsi
BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Terbentuknya Kota Pekanbaru

Kota Pekanbaru adalah ibu Kota dan Kota terbesar di Provinsi Riau,

Indonesia. Kota ini merupakan salah satu sentra ekonomi terbesar di Pulau

Sumatra, dan termasuk sebagai Kota dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan

urbanisasi yang tinggi. Kota ini berawal dari sebuah pasar (pekan) yang didirikan

oleh para pedagang Minangkabau di tepi Sungai Siak pada abad ke-18. Hari jadi

Kota ini ditetapkan pada tanggal 23 Juni 1784. Kota Pekanbaru tumbuh pesat

dengan berkembangnya industri terutama yang berkaitan dengan minyak bumi,

serta pelaksanaan otonomi daerah.

Pekanbaru mempunyai satu bandar udara internasional yaitu Bandar Udara

Sultan Syarif Kasim II dan terminal bus antar kota dan provinsi Bandar Raya

Payung Sekaki, serta dua pelabuhan di Sungai Siak, yaitu Pelita Pantai dan Sungai

Duku. Saat ini Kota Pekanbaru berkembang pesat menjadi kota dagang yang

multi-etnik, keberagaman ini telah menjadi modal sosial dalam mencapai

kepentingan bersama untuk di manfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya.

Nama Pekanbaru dulu di kenal dengan nama ‘’Senapelan’’ yang ada pada

saat itu di pimpin oleh seorang kepala suku disebut Batin. Daerah yang mulanya

sebagai ladang, lambat laun menjadi perkampungan. Kemudian perkampungan

Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun

Payung Sekaki yang terletak ditepai muara sungai siak. Namun Payung Sekaki

tidak begitu dikenal pada masanya melainkan Senapelan.

48
49

B. Luas wilayah Kota Pekanbaru

Pekanbaru memiliki posisi strategis pada jalur Lintas Timur Sumatera,

terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang, dan Jambi, dengan

wilayah administratif, dapit oleh Kabupaten Siak pada bagian utara dan timur,

sementara bagian barat dan selatan oleh Kabupaten Kampar. Kota ini dibelah oleh

sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian berkisar

antara 5-50 meter diatas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropis dengan

suhu udara maksimum berkisar antara 34,1 ℃ hingga 35,6 ℃, dan suhu

minimum antara 20,2 ℃ hingga 23,0 ℃.

Sebelum tahun 1960 Pekanbaru hanyalah Kota dengan luas 16 km² yang

kemudian bertambah menjadi 62,96 km² dengan 2 kecamatan yaitu Senapelan

kecapatan Limapuluh. Selanjutnya pada Tahun 1965 menjadi 6 kecamatan, dan

Tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah 446,50 km², setelah

Pemerintah daerah Kampar menyetujui untuk menyerahkan sebagian wilayahnya

untuk keperluan perluasan wilayah Kota Pekanbaru, yang kemudian ditetapkan

melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1987.

Kemudian pada Tahun 2003 jumlah kecamatan pada kota pekanbaru dimekarkan

menjadi 12 kecamatan.

Kordinator Aksi Anas Aismana mengatakan, sebagai kota Melayu yang

memiliki sejarah berdirinya, Pekanbaru sudah tepat diberi gelar Kota Bertuah.

Karena makna Bertuah itu sendiri juga sangat dalam sebagai kota Bersih, Aman

dan Harmonis.
50

C. Sejarah Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Pekanbaru


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini yang perannya sangat penting yaitu

responden, maka dari itu membutuhkan data identitas responden berupa jenis

kelamin, usia, pendidikan, yang dimana responden dalam penelitian bertujuan

untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yang berjudul

Pelaksanaan Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan Segar Oleh Dinas

Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru.

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin pada identitas responden terdiri dari dua jenis yaitu

perempuan dan laki-laki. Jenis kelamin juga memperngaruhi emosional responden

yang bersangkutan dalam pengisian kuesioner. Untuk lebih jelas bisa dilihat dari

tabel dibawah ini :

Tabel V.1 Identitas Jumlah Responden Pegawai Dinas Ketahanan Pangan


Kota Pekanbaru
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Laki-laki 5 100%
2. Perempuan 3 100%
Jumlah 8 100%
Sumber Data : Olahan Hasil Penelitian, 2022

Dari tabel diatas terlihat bahwa jummlah responden dari pegawai

Dinas Perdagangan dan perindustrian Kota Pekanbaru dominan adalah

Perempuan yang ikut serta mengisi angket.

Tabel V.2 : Identitas Jumlah responden Pemilik SPBU yang ada Kota
Pekanbaru
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
51
52

1.Laki-laki 6 24%
2.Perempuan 19 76%
Jumlah 25 100%
Sumber Data : Olahan Hasil Penelitian, 2022

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden dari

Kelompok Petani yang ada di Kota Pekanbaru lebih dominan perempuan,

yang dimana ikut serta mengisi angket dengan jumlah perempuan 19

responden atau 76%, sedangkan laki-laki berjumlah 6 responden atau

24%.

2. Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh

terhadap diri seseorang dalam melaksanakan semua tugas yang diberikan,

selain itu usia juga bisa mempengaruhi produktivitas kerja, tingkat

ketelitian dalam bekerja, konsentrasi, dan ketahanan fisik dalam bekerja

yang mungkin dipengaruhi oleh faktor daya tahan tubuh dan lain-lain.

Selanjutnya dapat kita lihat identitas responden berdasarkan usia.

Tabel V.3 Identitas Usia Responden Pegawai Dinas Ketahanan Pangan Kota
Pekanbaru
No Usia Responden Jumlah Persentase
1. 20-30 0 0%
2. 31-40 4 40%
3. 41-50 3 32%
4. < 50 2 28%
Jumlah 9 100%
Sumber Data : Olahan Hasil Penelitian, 2022

Berdasarkan tabel V.3 diatas dapat kita ketahui bahwa usia menjadi

hal yangat berpengaruh terhadap tingkat kerja atau produktivitas kerja.

Pegawai yang produiktif dalam bekerja adalah usia 20-30 Tahun dan 31-

40 Tahun dibandingkan usia 41-50 Tahun. Dengan usia responden mulai

31-40 Tahun berjumlah 4 responden atau 40% dan 41-50 berjumlah 3

responden atau 32% serta < 50 berjumlah 2 responden atau 28%. Hal ini

dikarenakan bahwa umur 31 sampai 40 adalah yang memiliki tenaga yang


53

masih kuat dalam melaksanakan Kegiatan Peningkatan Pengawasan

Keamanan Pangan Segar.

Tabel V.4 : Identitas Usia Responden Kelompok Petani yang ada di Kota
Pekanbaru
No Usia Responden Jumlah Persentase
1. 20-30 0 0%
2. 31-40 12 48%
3. 41-50 9 36%
4. < 50 4 16%
Jumlah 25 100%
Sumber Data : Olahan Hasil Penelitian, 2022
Berdasarkan tabel V.4 diatas, dalam pengelompokkan identitas

responden dari kelompok petani di Kota Pekanbaru bahwa yanng

mendominasi tingkat usia responden berada di tingkat usia 31-40 Tahun,

dengan jumlah 12 Responden atau 48% dan 41-50 yang berjumlah 9

responden atau 36%. Serta tingkat usia < 50 yang berjumlah 4 responden

atau 16%.

3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha seseorang dalam rangka

memberikan pengembangan terhadapa pola pikir orang dalam memahami

dan menilai seseuatu dari tingkat pendidikan kita akan mengetahui

seberapa kemampuan seseoarang yang akan cenderung akan

memepengaruhi pola pikri serta tingkah laku. Setiap orang semakin tinggi

tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi pola pikir seseorang dalam

melakukan dan bertingkah laku mengambil keputusan dalam

melaksamalan pekerjaan.

Tabel V.5 : Identitas Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Pegawai Dinas


Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru
54

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase


1. SLTA 2 0%
2. DIPLOMA 0 0%
3. SARJANA (S1/S2) 7 100%
Jumlah 9 100%
Sumber Data : Olahan Hasil Penelitian, 2022

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa tingkat pendidikan sangat

berpengaruh tergadap cara kerja pegawai Dinas Ketahanan Pangan Kota

Pekanbaru. Semakin tinggi tingkat pendidikan Pegawai dan Dinas

Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru maka semakin mampu memberikan

pelayanan dan mampu menangani masalah pangan dan keluhan dari

masyarakat.

Tabel V.6 : Identitas Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Kelompok


Petani di Kota Pekanbaru
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1. SD 1 4%
2. SLTP 0 0%
3. SLTA 14 56%
4. DIPLOMA 4 16%
5. SARJANA (S1/S2) 6 24%
25 100%
Sumber Data : Olahan Hasil Penelitian, 2022

Dari Tabel V.6 diatas, bahwa tingkat pendidikan sangat

berpengaruh terhadap pola pikir seseorang. Tinggi rendahnya tingkat

pendidikan seseorang menentukan sikap dan pola pikirnya. Tingkat

pendidikan SD berjumlah 1 responden atau 4%, tingkat pendidikan SLTA

berjumlah 14 responden atau 56%, dan tingkat Pendidikan Diploma

berjumlah 4 responden atau 16% serta tingkat pendidikan Sarjana (S1/S2)

berjumlah 6 responden atau 24%. Semakin tinggi tingkat pendidikan

petani maka semakin besar potensi mereka dalam melaksanakan keamanan

pangan segar.
55

DAFTAR PUSTAKA

Moleong, Lexy J,. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: : PT.


Remaja Rosdakarya.
A, D. (2014). Populasi dan Sampel.
Abdullah, M. (2014). Abdullah, MManajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Andry, H., & Yussa, T. (2020). Perilaku dan Etika Administrasi Publik.
Pekanbaru: Marpoyan Tujuh.
Anggara, S. (2012). Ilmu Administrasi Negara. Bandung: Pustaka Setia.
Arifin, Djainul,. (2014). Pengawas Kemetrologian,. Jakarta: Pusat Pengembangan
SDM Kemetrologian,.
Arikunto, Suharsimi,. (2005). Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta,
2005. Jakarta: Rineka Cipta.
Atsar, Abdul dan Rani Apriani . (2019). Buku Ajar Hukum Perlindungan
Konsumen,. Yogyakarta: Deepublish.
56

Awang, & Azam. (2010). Implementasi Pemberdayaan Pemerintah Desa.


Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, Saifuddin. (2007). Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset,. Yogyakart: Pustaka Pelajar Offset,.
Budiardjo, M. (2017). Pengantar Ilmu Politik. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Bungin, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif,. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Bungin, Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya,. Jakarta: Kencana.
Cangara, H. (2016). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Darnia, Meriza Elpha. (2017). Perlindungan Konsumen Pengguna Alat Ukur,
takar, Timbangan dan Perlengkapannya (UTTP) Pasar Panam
Pekanbaru.Riau. Pekanbaru: Law Journal,.
Dunn, W. N. . (2003). Analisa Kebijakan Publik. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hadi, Anwar. (2018). Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian &
Laboratorium Kalibrasi ISO/IEC 17025: 2017. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama,.
Halim, A., & syam, K. M. (2018). Sektor Publik. Jakarta: Selemba Empat.
Handoko, H. T. (2012). Manejemen. Jakarta: BPFE.
Harbani, P. (2010). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
Hikmawati, Fenti. (2017). Metodologi Penelitian, Depok: RajaGrafindo Persada,.
Depok: RajaGrafindo Persada.
Indradi, S. S. (2016). Dasar-Dasar & Teori Administrasi Publik. Malang,Jatim:
Intrans Publishing.
Indrawijaya, A. (2009). Prilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Kalimetro.
Irra, D. (2011). Pengantar Ilmu Administrasi. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan
Kualitatif. Jakarta: GP Press.
Jakni. (2014). Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Bandung:
ALFABETA,CV.
Kartono, K. (2016). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
L, A. (2014). Dasar - Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Made, D. W. (2018). Pengantar Ekonomi. Pekanbaru: Marpoyan Tujuh.
Maksudi, B. I. (2017). Dasar Dasar Administrasi Publik. Depok: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA.
57

Mardiansyah, Alfiyan dan Neisa Angrum Adisti. (2015). Permasalahan


Penyelenggaraan Kegiatan Metrologi Legal Berupa Pelayanan Tera/Tera
Ulang di Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Legislasi
Indonesia.
Matland, R. (2003). Synthesizing the Implementation Literature : The Ambiguity
Conflict Model Of Policy Implementation. Jounal of Public
Administration Research and Theory, 145-174.
Nugroho, R. (2006). Nugroho, R. (2006). Analisa Kebijakan Publik. . Jakarta:
Elexmedia.
Nugroho, R. D. (2003). Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. . Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
P, A. (1982). Administrasi dan Manajemen Umum. Jakarta: Ghalia Indonesia.
pandi, A. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Pekanbaru: Zanafa
Publishing.
Pasolog, H. (2020). Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
S, A. (2012). lmu Administrasi Negara. Bandung: Pustaka Setia.
Sadaryamanti. (2014). Manajemen Strategi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Siagian, S. P. (2003). Filsafat Administrasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Siswanto. (2013). Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif,. Bandung: Alfabeta,.
Sumarta, K. (2018). Bahasa Indonesia Umum. Pekanbaru: Alfabeta.
Syafri, W. (2021). Studi Tentang Administrasi Publik. Jatinangor: Erlangga.
Jatinangor: Erlangga.
Tangkilisan. (2003). Implementasi Kebijakan Publik. . Yogyakarta: Lukman
Offset YPAPI. Yogyakarta : Lukman Offset YPAPI.
w, D. M. (2018). Manajemen CSR. Pekanbaru. Pekanbaru: Marpoyan Tujuh.
Wedayanti, M. D. (2019). Demografi dan Ketenagakerjaan. Pekanbaru:
Marpoyan Tujuh.
Widoyoko, Eko Putro,. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian,
Yogyakarta:. Yogyakarta:: Pustaka Pelajar.
Winardi. (2010). Asas-asas Manajemen. Bandung: Gramedia.
Wiratna, S. (2014). Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS.
Wuria Dewi, Eli,. (2015). Hukum Perlindungan Konsumen,. Yogjakarta: Graha
Ilmu,.
Zulkifli. (2005). Pengantar Studi Ilmu Administrasi & Manajemen. Pekanbaru:
UIR Press.
58

58
59
60

Anda mungkin juga menyukai