Anda di halaman 1dari 10

DASAR HUKUM METROLOGI LEGAL

a. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal


b. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
c. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera
dan/atau Ditera Ulang serta Syarat-syarat Teknis bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan
Perlengkapannya.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 tentang Tarif Biaya Tera
e. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1986 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor
26 Tahun 1983 tentang Tarif Biaya Tera
f. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang Satuan Turunan, Satuan Tambahan dan
Satuan Yang Berlaku,
g. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1989 tentang Standar Nasional untuk Satuan Ukuran,
h. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional,
i. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
j. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2012 tentang Jenis dan tarif Atas Penerimaan Negara
Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Perdagangan.
k. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 61/MPP/Kep/2/1998 tentang
Penyelenggaraan Kemetrologian.
l. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 251/MPP/Kep/8/1999 tentang
Perubahan Keptusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 61/MPP/Kep/2/1998
tentang Penyelenggaraan Kemetrologian.
m. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 636/MPP/Kep/10/2004 tentang
Ketentuan Izin Perbaikan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya.
n. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 638/MPP/Kep/10/2004 tentang
Ketentuan Izin Perbaikan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya Yang
memerlukan Penangan Khusus.
o. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 33/M-DAG/PER/10/2006 tentang Tingkat Kesulitan
Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya
p. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50/M-DAG/PER/10/2009 tentang Unit Kerja dan Unit
Pelaksana Teknis Metrologi Legal.
q. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/10/2009 tentang Penilaian Terhadap
Unit Pelaksana Teknis dan Unit Pelaksana Teknis Daerah Metrologi Legal.
r. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 63/M-DAG/PER/3/2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/3/2010 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Kemetrologian
s. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3/2010 tentang Alat-alat Ukur, Takar,
Timbang dan Perlengkapannya Yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang.
t. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 69/M-DAG/PER/10/2014 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Manusia Kemetrologian.
u. Peraturan Menteri Perdagangan No. 31/M-DAG/PER/10/2011 tentang Barang Dalam Keadaan
Terbungkus;
v. Peraturan Menteri Perdagangan No. 69/M-DAG/PER/10/2012 tentang Tanda Tera
w. Peraturan Menteri Perdagangan No. 74/M-DAG/PER/12/2012 tentang tentang Alat-alat Ukur,
Takar, Timbang dan Perlengkapannya Asal Impor.
MEMPERDAYA UKURAN MEHILANGKAN KEPERCAYAAN
1. Neraca sama lengan dalam keadaan seimbang (dimuati beban/barang dan anak timbang) :
Melambangkan keadilan dan tertib ukur yang merupakan missi Direktorat Metrologi’
2. Huruf X dan bujur sangkar (dibawah neraca) :
3. melambangkan/menggambarkan penampang dari meter-lembaga (standar induk) yang berbentuk
X dan kilogram lembaga (standar induk) yang berbentuk silinder sama sisi. Kedua standar induk
tersebut merupakan dasar utama menegakkan tertib ukur di Indonesia.
4. Bentuk lingkaran : melambangkan kestabilan yang bergerak dengan pasti dan berkesinambungan.

SEJARAH PENGATURAN KEGIATAN KEMETROLOGIAN


sekitar 3000 Tahun ada yang nama standar ukuran panjang namanya ” --- THE FIRST ROYAL
CUBIT ” terbuat dari batu granit warna hitam, sedangkan standar kerjanya terbuat dari kayu atau
batu granit.
Di Perancis sampai abad ke 18 telah tumbuh secara bersamaan ukuran-ukuran dengan nama
satuan yang sama tetapi dengan panjang atau massa yang berlainan untuk tiap-tiap daerah. Pada
waktu Revolusi Perancis tahun 1789, dalam waktu singkat Dewan Rakyat Perancis (
l’Assemblee Nationale) mengadakan banyak perubahan dalam hal :
a. Sistem ukuran;
b. Pembagian desimal dalam pembagian waktu, yaitu bukan lagi 1 sd. 12 tetapi 1 sampai 10.
c. Pembagian tahun desimal, yaitu 1 tahun sama dengan sepuluh (10). Tetapi untuk pembagian
waktu dan tahun didalam desimal kemudian ditarik kembali, karena rakyat tidak mau menerima.
Politikus terkenal Perancis bernama Talleyrand. Pemerintah Perancis pada tahun 1799
mengajak negara-nagara lain yang masuk negara yang telah ditaktukan yaitu : Belanda, Denmark,
Spanyol, Swiss dan Italia telah sepakat menggunakan prototype meter dan kilogram. platina dicampur
Eridium.
Tanggal 20 Mei 1875 secara resmi mengadakan konferensi tingkat diplomat yang diadakan di
Paris dan menghsilkan kesepakatan dalam bentuk penandatanganan perjanjian “Convention du
Metre” oleh wakil dari 17 negara. Conventioan du Metre adalah suatu perjanjian antara negara-negara
mengenai keseragaman pengukuran, keseragaman satuan ukuran. Indonesia baru menjadi anggota
Konvensi Meter ini pada tahun 1960 sampai sekarang.

METROLOGI DI INDONESIA
Pada tanggal 24 Pebruari 1923 diumumkan/diundangkan Ijk Ordonantie (Ordonansi Tera)
Tahun 1923 (Staatsblad 57): Sistem metrik diwajibkan, Diwajibkan tera dan tera ulang, Jawatan
Khusus, menyeragamkan dan pembimbingan alat uttp.
Pada tanggal 1 Januari 1928 diumumkan/diundangkan Ordonansi Tera 1928:
- merubah masa transisi pelaksanaan Ordonansi Tera 10 Tahun menjadi 15 Tahun;
- menetapkan Direktorat Metrologi sebagai Kantor Pusat berkedudukan di Bandung.
Pada tanggal 1 Januari 1938, satuan ukuran tradisional (satuan lama) di Indonesia secara resmi
dinyatakan tidak berlaku lagi. 1 Juli 1949, Dalam Ordonansi Tera Tahun 1949 ditegaskan adanya 2
(dua) Standar Nasional yaitu Standar Meter dan Standar Kilogram
1 April 1981 mulai berlaku Undang Undang Republik Indonesia tahun 1981 tentang Metrologi
Legal. satuan ukuran berlaku sah SI, mengatur 7 (tujuh) satuan dasar, penggolongan tindak
pidana kejahatan dan pelanggaran, sanksi dan Hukuman.
Tanggal 29 Mei 1975 nama Direktorat Metrologi, Standardisasi dan Normalisasi diubah kembali
menjadi Direktorat Metrologi.
Pada tanggal 3 Januari 1995 terbit Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 09/KP/I/1995 tentang
Pembentukan dan Wilayah Kerja Bidang dan Seksi Metrologi. basis efisiensi serta menjamin
keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2000 tentang Pembagian Kewenangan Pemerintah dan Pemda Provinsi sebagai Daerah
Otonom, Pemerintah mempunyai kewenangan Pengelolaan Kemetrologian.
UU Nomor 32 Tahuan 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah.
Pelaksanaan PP 38 Tahun 2007, maka Menteri Perdagangan melalui Peraturan Menteri Nomor
50/M-DAG/PER/10/2009. Peraturan Menteri Nomor 51/M-DAG/PER/10/2009. persyaratan
pembentukan Unit Kerja dan UPT/UPTD.
Urusan Tera dan Tera Ulang UTTP serta pengawasan menjadi urusan Kabupaten/Kota NSPK
Permendag 50 dan 51 tahun 2010.
FORMATIF 1
1. Menurut Saudara mengapa kebenaran dari suatu hasil pengukuran sangat diperlukan
dalam kehidupan manusia? Kebenaran dari suatu hasil pengukuran sangat diperlukan karena
kita dalam kehidupan sehari-hari tidak luput dari suatu pengukuran. hasil pengukuran tersebut
apakah bisa dipastikan benar atau tidak. Bergantung pada alat ukur yang digunakan. kalibrasi
atau tera.

2. Salah satu penyebab timbulnya Revolusi Perancis Abad 18 adalah tidak seragamnya
sistem satuan ukuran di negara tersebut, upaya apa yang akan dilakukan Pemerintah
Perancis setelah terjadi revolusi tersebut.? (SEJARAH KEMETROLOGIAN), Conventioan
du Metre adalah suatu perjanjian antara negara-negara mengenai keseragaman pengukuran

3. Kewajiban apa yang akan dilakukan oleh pedagang yang menggunakan UTTP kalau
pemerintah Hindia Belanda menerapkan Ordonanti Tera ? dan Coba saudara sebutkan
ordonansi tera yang diberlakukan sejak tahun 1923 oleh pemerintahan Hindia Belanda
sampai dengan tanggal 1 April 1981 ditetapkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981
Tentang Metrologi Legal oleh Pemerintah bersama-sama dengan DPR RI.?
Melakukan kalibrasi dan tera ulang. (lanjut SEJARAH METROLOGI DI INDONESIA)

4. Ada beberapa perbedaan yang menonjol antara Ordonansi Tera 1949 dan UU No. 2 Tahun
1981 Tentang Metrologi Legal, coba sebutkan 4 hal yang menonjol tersebut?
Ordonansi Tera Tahun 1949 ditegaskan adanya 2 (dua) Standar Nasional yaitu Standar Meter
dan Standar Kilogram. satuan ukuran berlaku sah SI, mengatur 7 (tujuh) satuan dasar,
penggolongan tindak pidana kejahatan dan pelanggaran, sanksi dan Hukuman.

5. Bagaimana sistem pembagian urusan pemerintahan dibidang perdagangan sub bidang


metrologi legal dan apa persyaratan untuk membentuk unit pelayanan teknik metrologi
legal,. Anda harus baca permendag nomor 50/M-DAG/PER/10/2009. Tentang Unit Kerja
dan UPT/UPTD.
PP_38_2007_LAMP_DD. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERDAGANGAN
BATANG TUBUH DAN PASAL-PASAL UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN
1981 TENTANG METROLOGI LEGAL (Pasal 1 s.d. 11 )

PASAL 1
a. Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur-mengukur secara luas;
b. Metrologi Legal adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metoda-
metoda pengukuran dan alat-alat ukur, yang menyangkut persyaratan teknik dan
peraturan berdasarkan Undang-undang yang bertujuan melindungi kepentingan umum
dalam hal kebenaran pengukuran;
c. Konvensi Meter ( La Convention du Metre ) ialah suatu perjanjian internasional yang
bertujuan mencari dan menyeragamkan satuan-satuan ukuran dan timbangan, yang
ditandatangani dan diselenggarakan di Paris pada tanggal 20 mei 1875 oleh para utusan
yang berkuasa penuh dari 17 Negara;
d. Konferensi Umum untuk Ukuran dan Timbangan (La Conference Generale des Poids
et Mesures) ialah konferensi yang diadakan berdasarkan Konvensi Meter;
e. Biro Internasional untuk Ukuran dan Timbangan (Le Bureau International des Poids et
Mesures) ialah Biro yang dibentuk berdasarkan Konvensi Meter;
f. Satuan Sistem Internasional (Le Systeme International d’Unites) selanjutnya disingkat
SI ialah satuan ukuran yang sistemnya bersumber pada suatu ukuran yang didapat
berdasarkan atas satuan dasar yang disahkan oleh Konperensi Umum untuk Ukuran dan
Timbangan;
g. Satuan dasar ialah satuan yang merupakan dasar dari satuan-satuan suatu besaran yang
dapat diturunkan menjadi satuan turunan;
h. Lambang satuan ialah tanda yang menyatakan satuan ukuran;
i. Standar satuan ialah suatu ukuran yang sah dipakai sebagai dasar pembanding;
j. Standar induk satuan dasar ialah standar satuan yang diterima dari Biro Internasional
untuk Ukuran dan Timbangan yang diangkat sebagai Standar Nasional atau Standar
Tingkat Satu;
k. Alat ukur ialah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran kuantitas dan atau
kualitas;
l. Alat takar ialah alat yang dipuntukkan atau dipakai bagi pengukuran kuantitas atau
penakaran;
m. Alat timbang ialah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran massa atau
penimbangan;
n. Alat perlengkapan ialah alat yang diperuntukkan atau dipakai sebagai pelengkap atau
tambahan pada alat-alat ukur, takar atau timbangan, yang menentukan hasil pengukuran,
penakaran atau penimbangan;
o. Alat penunjuk ialah bagian dari alat ukur, yang menunjukkan hasil pengukuran;
p. Tempat usaha ialah tempat yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan perdagangan,
industri, produksi, usaha jasa, penyimpanan-penyimpanan dokumen yang berkenaan
dengan perusahaan, juga kegiatan-kegiatan penyimpanan atau pameran barang-barang,
termasuk rumah tempat tinggal yang sebagian digunakan untuk kegiatan-kegiatan
tersebut;
q. Menera ialah hal yang menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang
berlaku, atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau
tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak
melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar,
timbangan dan perlengkapannya yang belum dipakai;
r. Tera ulang ialah hal menandai berkala dengan tanda-tanda tera sah atau tera batal yang
berlaku atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tera
batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak melakukannya
berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbangan, dan
perlengkapannya yang telah ditera;
s. Menjustir ialah mencocokkan atau melakukan perbaikan ringan dengan tujuan agar alat
yang dicocokkan atau diperbaiki itu memenuhi persyaratan tera atau tera ulang;
t. Menteri ialah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang metrologi legal.
PASAL 2
mempunyai makna bahwa setiap satuan ukuran yang berlaku sah di Indonesia harus berdasarkan
desimal, dengan menggunakan Satuan Sistem Internasional (SI).

IMPLEMENTASI
PENULISAN LAMBANG SATUAN UKURAN
benar salah
m
km
kl / kL M, mtr
kg KM, Km
g KL
Ton, t KG, Kg
G, Gr, gr
T

˚C
s Ons/ONS
YARD
Detik
CC

PP NO. 10 TH 1987 TENTANG SATUAN

PASAL 3, PASAL 4
a. Satuan dasar besaran panjang adalah meter = m
b. Satuan dasar besaran massa adalah kilogram = kg
c. Satuan dasar besaran waktu adalah sekon = s
d. Satuan dasar besaran arus listrik adalah amper =A
e. Satuan dasar besaran suhu termodinamika adalah Kelvin = K
f. Satuan dasar besaran kuat cahaya adalah candela = cd
g. Satuan dasar besaran kuantitas zat adalah mole = mol
Ketujuh satuan dasar dalam satuan SI tersebut diatas telah diakui oleh Konperensi Umum
untuk Ukuran dan Timbangan (le Conference General des Poids of Mesures atau disingkat CGPM)
yang merupakan forum tertinggi dari organisasi internasional untuk ukuran dan timbangan atau OIPM
(Organization Internasionale des Poids et Mesures).
PASAL 5
Pasal ini mengatur tentang penggunaan awal kata dan lambang satuan kecuali awal kata dan satuan
yang telah ditetapkan dalam Pasal 2 dan bagian – bagian desimal yang ditetapkan dalam Pasal 3.
Lebih rinci dapat dilihat dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2).
PASAL 6
Derajat Celsius dari skala suhu dalam pemakaian secara umum yang titik nolnya sama dengan 273,15
K adalah sama dengan derajat Kelvin
PASAL 7
Pasal ini ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 Tentang Satuan Turunan,
Satuan Tambahan, dan Satuan Lain Yang Berlaku.
SATUAN TAMBAHAN :
Satuan Tambahan diatur dalam BAB III Lampiran IV PP No. 10 Tahun 1987 dalam keputusan CGPM
yang terakhir telah dikategorikan sebagai Satuan Turunan.
BAB III STÁNDAR – STÁNDAR SATUAN
PASAL 8
mengatur bahwa stándar-stándar induk untuk satuan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
UUML disebut Standar Nasional ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
PASAL 9
Tatacara pengurusan, pemeliharaan dan pemakaian stándar Nasional yang dimaksud dalam Pasal 8
UUML ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
PASAL 10
Susunan turunan-turunan dari Stándar Nasional sebagai mana dimaksud dalam Pasal 8 UUML
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
PASAL 11
ayat (1) Standar Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal UUML dibina oleh suatu lembaga
yang khusus dibentuk untuk itu. Pada ayat (2) Susunan organisasi dan tatakerja lembaga tersebut
dalam ayat (1) Pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Dari pembelajaran BAB III ini, sebagai tindak lanjutnya pada tahun 1989 telah
dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Stándar Nasional
Untuk Satuan Usuran. (dapat dibaca).
Yang perlu dicermati dalam PP tersebut adalah sebagai berikut :
1. Definisi stándar nasional atau stándar tingkat I dan turunannya sebagai stándar
tingkat II, III, IV, dan stándar kerja tanpa menyatakan jenis-jenis stándar itu untuk tiap
satuan ukuran.
2. Pasal 6 PP tersebut menyebutkan bahwa penetapan, pengurusan, pemeliharaan dan
pemakaian standar nasional satuan ukuran dilakukan oleh Dewan Standardisasi
Nasional (DSN);
3. DSN sudah dibubarkan dan diganti dengan ditetapkannya PP 102 Tahun 2000
tentang Standardisasi Nasional dan berdirinya Badan Standardisasi Nasional tahun
1997.
4. SNSU sementara dikelola oleh sebuah Komite SNSU dan tugas-tugas teknis
diserahkan kepada Puslit KIM-LIPI. Dan Direktorat Metrologi sebagai Pengelola
Kilogram Prototite nomor 46 (K46).
5. Status X Meter dan Kilogram 46 yang sebelumnya ditunjuk oleh Keppres no. 54 dan
55 tahun 1957 tentang penunjukkan Panitya Induk Meter dan Kilogram (PIMK)
dengan demikian (X27 dan K46) semakin tidak jelas;
6. Adanya PP No. 102/2000 tentang Standardisasi Nasioanl yang mencakup juga
bidang SNSU, dilaksanakan oleh Komite SNSU (Keppres 79/2001) yang mempunyai
tugas memberikan pertimbangan dan saran kepada BSN mengenai SNSU.
Dari catatan tersebut di atas siswa dapat membaca dan mempelajari lebih jauh
tentang Peraturan Pemerintah No. 2/1989, No. 102/2000 dan Keppres pembentukan
DSN dan BSN serta Komite SNSU.
Timbul Pertanyaan Bagaimana implementasi dari Pasal 8 s.d. Pasal 11 Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.
Tahun 2014 Presiden mensahkan UU No.20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian pengembangan dari PP 102/2000.
PENGELOLAAN SNSU DI INDONESIA :
Dengan berlakunya Ordonansi Tera 1923 dan beberapa kali dirubah dan terkahir dengan
Ordonansi Tera 1949, Pemerintah Hindia Belanda waktu itu memfasilitasi estándar nacional berupa
estándar massa kilogram prototype lembaga internacional no. 46 ( K46 ) dan Stándar panjang
prototype meter internacional No. 27 (X27). Pada tahun 1957 kedua stándar tersebut ditetapkan
sebagai stándar nacional untuk satuan massa dan panjang dengan Kepres No.54 tahun 1957. tersebut
dikelola oleh suatu lembaga yaitu Panitya Induk Untuk Meter dan Kilogram. Sedangkan sekretarita
panitya tersebut adalah kepala jawatan Metrologi.
Pembelajaran di atas kita juga sudah mengenal metrologi teknik, sesuai dengan Peratuaran
Pemerintah RI Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, metrologi teknik merupakan
salah satu lingkup dalam kegiatan standardisasi Nasional, sesuai dengan Kepres Nomor 13 tahun 1997
tentang pembentikan Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Untuk membantu tugas dan fungsi BSN terkait dengan Stándar Nasional Satuan Ukuran (SNSU)
dibentuklah Komite Stándar Nasional Satuan Ukuran dengan Kepres No.79 Tahun 2001yang memiliki
tugas dan fungsi sebagai sebuah Komite yang bertugas memberikan pertimbangan dan saran kepada
Kepala BSN terkait dengan SNSU.
Perkembangan masalah standardisasi, awal tahun 2014 Pemerintah bersama Dewan
Perwakilan Rakyat telah mengesahkan Undang-undang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian,
undang-undang ini penjabaran dari PP 102 tahun 2000.

STANDAR-STANDAR SATUAN
-
PP 2 /1989 PP 102 /2000 TENTANG
TENTANG SNSU STANDARDISASI NASIONAL

KEPPRES NO
KEPPRES NO KEPPRES NO 13/1997 KEPPRES NO
54 DAN 55 7/1989 TENTANG BSN 79/2001
TAHUN 1957 TENTANG CABUT TENTANG
TENTANG DSN KEPRESS 7/89 KOMITE SNSU
PIMK
K 46
X 27 MENTERI
DIT PUSLIT
METROLOGI KIM-LIPI
SEBAGAI SEBAGAI
PENGELOLA PENGELOLAH
K 46 TEKNIK SNSU

satuan-satuan bukan isi atau bukan yang diizinkan penggunaannya sudah tidak boleh dipakai lagi di
Indonesia ( satuan tradisonal yang banyak digunakan di pedesaan seperti TOMBAK, BATA,
GANTANG dll
TES FORMATIF 3
1. Mengapa sistem satuan ukuran khususnya dalam dunia perdagangan diperlukan keseragaman,
dan coba jelaskan apakah di Indonesia menganut sistem satuan internasioanl secara utuh, kalau
tidak peraturan mana yang membolehkan menggunakan satuan selain SI, berikan contoh satuan
dimaksud.?
Pada PP nomor 10tahun 1987 tentang dan satuan turunan, satuan tmbahan , dan satuan yang berlaku
disebutkan bahwa pada Bab 1 dan pasal 2 yang memuat tentang ketentuan umum satuan ukuran yang
diperbolehkan di Indonesia. Pada pasal 2 Hal ini menjadikan standar acuan ukuran yang diikuti oleh
Indonesia adalah SI.
Selain itu pada BAB IV tentang satuan lain yang berlaku pada pasal 6. Hal ini menjadikan ada satuan
selain SI yang dapat digunakan di Indonesia seperti pada BAB I Pasal 1 ayat f yang berbunyi “Satuan Lain
yang berlaku adalah satuan yang tidak termasuk baik sebagai satuan dasar, satuan turunan maupun satuan
tambahan, yang oleh CGPM dibolehkan pemakaiannya dengan ketentuan-ketentuan tertentu karena
penting dan luas penggunaannya;” .

2. Sampai saat ini institusi mana yang mengelola standar nasional untuk satuan ukuran, mengapa PP
2 tahun 1989 tidak dapat diimplementasikan ? jelaskan
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Stándar Nasional Untuk Satuan Ukuran. Pada pasal
6 PP dilakukan oleh Dewan Standardisasi Nasional (DSN). Namun DSN sudah dibubarkan dan diganti
dengan ditetapkannya PP 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional dan berdirinya Badan
Standardisasi Nasional 2 maret tahun 1997.
Untuk menindaklanjuti = Undang-Undang nomor 20 tahun 2014 untuk pengelolaan SNSU. Pada UU
nomor 20 tahun 2014 Tentang STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN yang mengatur
juga tentang pengelolaan standar nasional satuan ukuran. Pada Undang-Undang tersebut pada pasal 43
ayat 1 berbunyi “Pengelolaan standar nasional satuan ukuran dilakukan oleh BSN.”
Sudah ada UU lebih tinggi kedudukannya dari PP.

3. Berapa tahun sekali standar massa nasional dikalibrasikan, ke mana, peraturan mana yang dipakai
sebagai dasar pelaksanaannya.?.
Pengelolaan sadar nasional diatur pada permendag nomor 52 tahun 2019 tentang STANDAR UKURAN
METROLOGI LEGAL. Untuk ketentuan ketertelusuran standar sendiri disebutkan pada pasal 5 ayat 2
Ketentuan tersebut tentunya merujuk pada pasal 1 ayat 2 Untuk lama waktu kalibrasi sendiri telah diatur
dalam pasal 2 ayat 3 tercantum dalam Lampiran I
Dalam lampiran tersebut disebutkan bahwa lama waktu kalibrasi standar nasional massa yaitu 10 tahun
seklai. Berikut ini tabel tentang lama waktu kalibrasi standar ukuran massa.
Jangka Waktu Verifikasi/
Besaran Standar Ukuran Tingkat
Kalibrasi (Tahun)
Standar Massa Pt-Ir K46 1 10
Standar Massa Eo 1 5
Anak Timbangan Kelas Ei 1 3
Anak Timbangan Kelas E2 2 3
Anak Timbangan Kelas F1 2 2
Anak Timbangan Kelas F2 3 2
Anak Timbangan Kelas M1 4 1
Anak Timbangan Kelas M2 4 1
Massa
Anak Timbangan Kelas M3 4 1
Timbangan Standar Kelas I 2 2
Timbangan Standar Kelas II 3 2
Timbangan Standar Kelas III 4 1
Timbangan Standar Kelas IIII 4 1
Testbench meter air (Gravimetrik) 4 1
Westphal balance 2 1
Hidrometerstandar 3 1

4. Menurut pendapat Saudara perlukah pemerintah membentuk national metrologi institut yang khusus
mengelola SNSU ?
Belum terlalu diperlukan jika dibuatkan sebuah kampus yang hanya berperan untuk mengelola SNSU.
Hal ini dikarenakan untuk pembelajaran dari SDM yang mengelola SNSU dapat dilakukan diluar negeri.
Namun apabila pendirian kampus ini untuk mencetak sumber daya manusia yang berperan sebagai
pengelola standar ukuran yang ada di Indonesia maka diperlukan. Hal ini dikarenakan dari jumlah SDM
untuk pengelolaan standar Ukuran di Indonesia begitu banyak namun apabila pengelola SNSU maka
terbilang begitu sedikit.
5. Coba anda jelaskan sistem ketertelusuran pengkuran versi PP 2/98 dan versi ketertelusuran yang berlaku
secara Internasional.
Berikut ini hirarki ketertulusan satuan ukuran menurut PP nomor 2 tahun 1998 tentang Penyelenggaran
Kemetrologian

secara internasional memiliki 4 tingkatan mulai dari yang terendah measuring equipment,
Working standar & Factory standar, Reference standar, dan National standar
ALAT ALAT UTTP

Pengaturan tentang alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapan telah diatur dalam Pasal 12
UUML..
Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan tentang UTTP yang :
a. wajib ditera dan ditera ulang;
b. dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya;
c. syarat-syaratnya harus dipenuhi.
Pasal ini ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 Tentang Wajib Dan
Pembebasan Untuk Ditera Dan/Atau Ditera Ulang Serta Syarat-Syarat Bagi Alat-alat, Ukur, Takar,
Timbang dan Perlengkapannya, dan SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
61/MPP/Kep/2/1998, Nomor 251/MPP/Kep/6/99 dan SK Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
No.29/DJPDN/Kp/XII/98 tentang UTTP metrologi legal dan SK Direktur Metrologi tentang Syarat-Syarat
Teknis Khusus dan yang terakhir beberapa SK Menperindag tentang Ketentuan dan Syarat Teknis
UTTP. SK 61/98 BAB VII SYARAT-SYARAT TEKNIK DAN SK DIRJEN 29/98 SUDAH DIRUBAH
DENGAN PERMENDAG 08/M-DAG/PER/3/2010 TENTANG UTTP WAJIB TERA DAN TERA ULANG.

Pasal 12 UUML ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1985. Pasal 2 sd 4
mengatur tentang UTTP yang wajib tera dan tera ulang, Pasal 5 sd 7 mengatur UTTP yang wajib tera
dan dapat dibebaskan dari tera ulang, sedangkan Pasal 8 sd 10 mengatur tentang UTTP yang bebas
tera dan tera ulang. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut. Dalam Pasal 2 PP No. 2
tahun 1985 sbb :

UTTP yang secara langsung atau tidak langsung digunakan atau disimpan dalam keadaan siap pakai
untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk:

a. kepentingan umum;
b. usaha;
c. menyerahkan atau menerima barang;
d. menentukan pungutan atau upah;
e. menentukan produk akhir dalam perusahaan;
f. melaksanakan peraturan perundang-undangan,
wajib ditera dan ditera ulang.

Anda mungkin juga menyukai