Anda di halaman 1dari 60

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR

MODUL DIKLAT
PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
2008
STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR

Cetakan pertama Agustus 2008

Hak Cipta Pusdiklat KNLH

Cara mengutip buku ini sesuai kaidah-kaidah ilmiah yang


berlaku

Diterbitkan oleh :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Kawasan Puspiptek, Jl. Raya Puspiptek, Serpong
Tangerang 15314
KATA PENGANTAR

Pengawasan lingkungan hidup merupakan mandat Undang-


undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 22, 23
dan 24. Peraturan pelaksanaan mengenai pengawasan
lingkungan termaksud ditetapkan dalam beberapa Peraturan
Pemerintah (PP) dan Keptusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup (KEPMEN-LH).Peraturan perundang-undangan
tersebut menetapkan bahwa pengawasan lingkungan
hidup dilakukan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
(PPLH) dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
(PPLHD).
Salah satu tugas pokok Pusat Pendidikan Dan Pelatihan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (PUSDIKLAT KLH)
adalah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (Diklat)
Pegawai Negeri Sipil (PNS), antara lain program Diklat untuk
calon PPLH dan PPLHD termaksud diatas.
Penulisan dan penerbitan modul ini merupakan bagian dari
pelaksanaan tugas PUSDIKLAT-KLH, khususnya dalam
rangka penyelenggaraan Diklat sebagaimana dimaksud
diatas. Dengan adanya modul ini maka diharapkan akan
dicapai proses penyelenggaraan ke-diklat-an yang semakin
membaik, khususnya berkenaan dengan standarisasi dan
akuntabilitas, dan akan dicapai pula hasil (output) yang lebih
efektif dan efisien, terutama dalam mewujudkan standar
kompetensi personil dari calon PPLH dan PPLHD.
Modul ini dirancang sebagai bahan ajar standar, yang
muatannya hanya pokok-pokok materi yang penting dan intinya
saja. Oleh karena modul ini merupakan “standar minimum”
maka diharapkan para widyaiswara / fasilitator / nara-sumber
dapat memperluas dan memperdalamnya dalam agenda dan

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR iii


proses pembelajaran bersama para peserta Diklat, seperti
misalnya perihal yang berupa contoh implementatif, materi
untuk diskusi aktualisasi/konstekstual, studi kasus, materi
mengenai paradigma baru, dsb. Bahan ajar tambahan atau
komplemen tersebut dapat berupa karya tulis (hand out) dan/
atau berupa bahan presentasi.
Kami merencanakan untuk menyempurnakan modul ini
secara berkala. Untuk itu kami mengharapkan masukan dari
semua pihak untuk penyempurnaan modul ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan modul ini, khususnya pada
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan
Widyaiswara. Semoga modul ini bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai media pembelajaran.

Serpong, Agustus 2008


Kepala
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup

Inar Ichsana Ishak, SH, LLM

iv STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................... iii


DAFTAR ISI ............................................................ v
BAB I PENDAHULUAN.............................................. 1
A. Latar Belakang........................................... 1
B. Deskripsi Singkat........................................ 2
C. Manfaat Modul Bagi Peserta...................... 2
D. Tujuan Pembelajaran................................. 3
1. Kompetensi Dasar................................. 3
2.Indikator Keberhasilan............................ 3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok.......... 4
BAB II LANDASAN HUKUM....................................... 5
A. Pengawasan Lingkungan Hidup................. 5
B. Pengendalian Pencemaran Air................... 7
1. Batasan Pengertian............................... 8
2.Tolok Ukur Penaatan.............................. 10
BAB III STRATEGI DAN KERANGKA KERJA............ 16
A. Tujuan dan Sasaran................................... 17
B. Kelompok Sasaran (Target Group)............. 18
C. Tolok Ukur Penaatan.................................. 19
D. Garis-garis Besar Program......................... 12
BAB IV KERANGKA KERJA....................................... 23
A. Persiapan .................................................. 23
B. Pelaksanaan............................................... 24
1. Pelaksanaan operasi di dalam area
usaha/kegiatan...................................... 25
2. Pelaksanaan operasi di luar area usaha/
kegiatan................................................. 32
C. Tindak Lanjut............................................. 35
BAB V PENUTUP....................................................... 36
A. Rangkuman................................................ 36
B. Evaluasi...................................................... 38

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR v


DAFTAR PUSTAKA.................................................... 41
LAMPIRAN I ............................................................ 43
LAMPIRAN II ............................................................ 48

vi STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (selanjutnya disingkat dengan UU 23/1997),
dan peraturan-peraturan turunannya menetapkan ketentuan
yang antara lain berkenaan dengan larangan, kewajiban,
dan/atau persyaratan.
Untuk mengetahui dan memastikan bahwa larangan,
kewajiban, dan/atau persyararan termaksud di atas ditaati
maka perlu dilakukan pengawasan, sesuai dengan kaidah
command and control. Ketentuan mengenai pengawasan
dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup (environmental
inspection), yang disingkat dengan pengawasan lingkungan
hidup, diatur dalam Pasal 22 UU 23/1997, sebagai berikut:
(1) Menteri melakukan pengawasan terhadap penaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas
ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup;
(2) Untuk melakukan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Menteri dapat menetapkan
pejabat yang berwenang melakukan pengawasan;
(3) Dalam hal wewenang pengawasan diserahkan kepada
Pemerintah Daerah, Kepala Daerah menetapkan
pejabat yang berwenang melakukan pengawasan.
Menteri Negara Lingkungan Hidup, yang mendapat mandat
UU tersebut, kemudian menetapkan bahwa pejabat yang
berwenang melakukan pengawasan, sebagaimana dimaksud
Pasal 22 tersebut di atas, adalah Pejabat Pengawas

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 1


Lingkungan Hidup (PPLH) dan Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup Daerah (PPLHD).
Dalam melaksanakan peran dan tugasnya, PPLH dan
PPLHD seyogyanya memiliki pengetahuan, ketrampilan
dan sikap yang sesuai dengan petunjuk tata-laksana yang
telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Sehubungan dengan itu maka diperlukan pendidikan dan
pelatihan (diklat) bagi para calon PPLH dan PPLHD.
Kelulusan diklat ini merupakan salah satu persyaratan untuk
dapat diangkat dan dilantik sebagai PPLH atau PPLHD. Buku
ini merupakan modul yang berisikan bahan ajar mata diklat
“Strategi Pengawasan Bidang Air”, yang penyusunannya
mengacu kepada Garis-garis Besar Program Pembelajaran
(GBPP) “Diklat Pengawas Lingkungan Hidup”.

B. Deskripsi Singkat
Pembahasan modul ini meliputi uraian tentang pengertian
strategi dalam rangka pelaksanaan pengawasan lingkungan
hidup, penentuan (determinasi) tolok-ukur ketaatan dalam
konteks pengendalian pencemaran air, dan tata-laksana
pengawasan lingkungan hidup yang sistematis, efektif dan
efisien untuk mencapai sasaran serta tujuannya pada konteks
pengendalian pencemaran air.

C. Manfaat Modul Bagi Peserta


Dengan tersedianya modul ini maka peserta diklat ini akan
memiliki materi tertulis tentang uraian pokok-pokok bahasan
mata diklat ini, sehingga peserta diklat ini dapat melakukan
pembelajaran secara mandiri, dan dapat mempelajari materi
termaksud sebelum pembelajaran bersama dalam ”kelas”,
serta dapat memberikan kritisasi atas modul ini demi

2 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


penyempurnaan kediklatan berikutnya. Oleh karena isi modul
ini disesuaikan dengan lamanya (durasi) jam pembelajaran
sehingga muatannya terbatas, maka dianjurkan kepada para
peserta diklat ini untuk memempelajari kepustakaan lainnya,
yang bertalian dengan pengawasan dan pengendalian
pencemaran air dan perusakan lingkungan perairan.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti mata diklat ini, peserta diharapkan dapat
memiliki kompetensi yang memadai sebagai calon PPLH atau
PPLHD dalam menjelaskan strategi untuk melaksanakan
pengawasan lingkungan hidup, terutama dalam rangka
penaatan ketentuan yang berkenaan dengan pengendalian
pencemaran air dan pengendalian perusakan lingkungan
perairan.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti mata Diklat ini peserta mampu menjelaskan
dasar hukum dan kebijakan yang spesifik berkenaan dengan
pengendalian pencemaran air, tolok ukur penaatannya, tata-
cara pengawasan dalam rangka menegakkan penaatan
hukum administratif yang berkenaan dengan air limbah
dan pengendalian pencemaran air, serta cara melakukan
identifikasi sumber-sumber pencemaran air pada setiap jenis
kegiatan dan/atau usaha.
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
“Strategi Pengawasan Bidang Air” adalah salah satu mata
diklat dari Diklat “Pengawas Lingkungan Hidup”, dengan
materi pokok sebagai berikut :

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 3


1. Landasan Hukum :
a. Pengawasan Lingkungan Hidup
b. Pengendalian Pencemaran Air
2. Strategi dan Kerangka Kerja
a. Tujuan dan Sasaran
b. Kelompok Sasaran (Target Group)
c. Tolok Ukur Penaatan
d. Garis-garis Besar Program
3. Kerangka Kerja
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Tindak Lanjut

4 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


BAB II
LANDASAN HUKUM

Indikator Keberhasilan: Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta


mampu menjelaskan dasar hukum dan kebijakan yang menjadi dasar
dalam melakukan pengawasan di bidang pengendalian pencemaran
air.

Peraturan perundang-undangan yang melandasi pengawasan


lingkungan hidup, secara garis besar, meliputi dua ranah
(domain), yaitu:
1. peraturan perundang-undangan yang berkenaan
dengan mandat pengawasan lingkungan serta
ketatalaksanaannya; dan
2. peraturan perundang-undangan yang mengenai
subyek dan obyek pengawasan kontekstualnya, antara
lain berkenaan dengan pengendalian pencemaran air
dan pengendalian perusakan lingkungan perairan.

A. Pengawasan Lingkungan Hidup


Pengawasan lingkungan hidup merupakan mandat dari
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UU 23/1997), sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 22. Menteri Negara Lingkungan Hidup, sebagai
penerima mandat termaksud diatas, menetapkan petunjuk
pelaksanaan pengawasan lingkungan dengan keputusan-
keputusan sebagai berikut:
1. KEPMEN-LH Nomor 07 Tahun 2001 Tentang Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat Pengawas

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 5


Lingkungan Hidup Daerah;
2. KEPMEN-LH Nomor 56 Tahun 2002 Tentang Pedoman
Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup
Bagi Pejabat Pengawas;
3. KEPMEN-LH Nomor 57 Tahun 2002 Tentang Tata Kerja
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di Kementerian
Lingkungan Hidup;
4. KEPMEN-LH Nomor 58 Tahun 2002 Tentang Tentang
Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di
Propinsi/Kabupaten/Kota.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air
(PP 82/2001), yang merupakan peraturan turunan UU 23/1997,
menetapkan ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan,
yakni dalam Pasal 44 sampai dengan Pasal 47. Dalam
rangka “penataan persyaratan yang tercantum dalam izin”,
pengawasannya dilakukan oleh PPLHD Kabupaten/Kota,
sebagaimana diatur dalam Pasal 44, sedangkan ketentuan
mengenai persyaratan termaksud di atas ditetapkan dalam
Pasal 38 ayat (2). Namun dalam hal tertentu, misalnya jika
di daerah yang bersangkutan belum ada PPLHD dan/atau
pemerintah daerah belum melakukan pengawasan, maka
pengawasan penaatan termaksud diatas dapat dilakukan
oleh PPLH, sebagaimana diatur dalam Pasal 45. Dalam
melaksanakan tugasnya, sebagaimana dimaksud diatas,
wewenang PPLHD dan PPLH diatur dalam Pasal 46, yaitu
sebagai berikut:
a. melakukan pemantauan yang meliputi pengamatan,
pemotretan, perekaman audio visual, dan pengukuran;
b. meminta keterangan kepada masyarakat yang
berkepentingan, karyawan yang bersangkutan, konsultan,

6 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


kontraktor, dan perangkat pemerintahan setempat;
c. membuat salinan dari dokumen dan atau membuat catatan
yang diperlukan (seperti misalnya pembuatan denah,
sketsa, gambar, peta, dan atau dekripsi yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas pengawasan), antara lain
dokumen perizinan, dokumen AMDAL, UKL, UPL, data
hasil swapantau, dokumen surat keputusan organisasi
perusahaan, memasuki tempat tertentu;
d. mengambil contoh dari air limbah yang dihasilkan, air
limbah yang dibuang, bahan baku, dan bahan penolong;
e. memeriksa peralatan yang digunakan dalam proses
produksi, utilitas, dan instalasi pengolahan limbah;
f. memeriksa instalasi, dan atau alat transportasi.
Dalam Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 tersirat pasal-pasal
yang harus ditaati oleh penanggung jawab usaha dan atau
kegiatan, yakni :
(1). Pasal-pasal yang dalam ranah (domain) sanksi
administrasi: Pasal 24 ayat (1), Pasal 25, Pasal 32,
Pasal 34, Pasal 35, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 40, dan
Pasal 42;
(2). Pasal-pasal yang dalam ranah (domain) sanksi
pidana: Pasal 26, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 37, Pasal
38, Pasal 41, dan Pasal 42.

B. Pengendalian Pencemaran Air


Dalam UU 23/1997 ditetapkan antara lain kebijakan mengenai
pengendalian pencemaran lingkungan hidup. Kebijakan
tersebut diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah,
sebagaimana dimandatkan dalam Pasal 14 Ayat (2), sebagai
berikut: “Ketentuan mengenai baku mutu lingkungan hidup,

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 7


pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta
pemulihan daya tampungnya diatur dengan Peraturan
Pemerintah”.
Pengaturan mengenai pengendalian pencemaran air
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air (selanjutnya disingkat dengan PP 82/2001).
Oleh karena modul ini mengenai pengawasan lingkungan
hidup, yang pada intinya adalah berkenaan dengan ketaatan,
maka bahasan modul ini difokuskan pada pasal-pasal yang
mengatur larangan, kewajiban, persyaratan, dan pengawasan
penaatannya serta tindak-lanjutnya. Berikut ini uraian
mengenai pokok-pokok bahasan yang berkenaan dengan
perihal termaksud diatas.

1. Batasan Pengertian
Berikut ini beberapa istilah dan batasan pengertiannya,
serta penjelasan singkat mengenai relevansinya dengan
pelaksanaan pekerjaan pengawasan lingkungan hidup.
Pendefinisian ini perlu diketahui mengingat bahwa dalam
pelaksanaan pekerjaan pengawasan lingkungan hidup
harus secara tepat menggunakan dasar hukum, antara lain
untuk menentukan tolok ukur ketaatan dan data/informasi
faktualnya.

● Air
Pengertian air dalam PP 82/2001 adalah seperti
diuraikan dalam Pasal 1, angka 1 sebagai berikut:
“Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di
bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air
fosil”.

8 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


Dalam konteks pengawasan lingkungan hidup, definisi ini
berimplikasi pada penentuan dasar hukum, mengingat bahwa
ketentuan dalam PP ini hanya berlaku pada air sebagaimana
dimaksud, dan tidak berlaku pada air laut dan air fosil.
● Pencemaran Air
Dalam PP 82/2001 pengertian pencemaran air adalah
seperti diuraikan dalam Pasal 1, angka 11, sebagai
berikut: “Pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya”.
Anak kalimat “makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen
lain” dalam definisi tersebut diatas adalah parameter kualitas
air dan atau parameter polutan.
Definisi ini berimplikasi pada penentuan indikasi pencemaran
air, tolok ukur penaatannya, dan data/informasi yang
diperlukan untuk menunjukkan tingkat ketaatan. Hal tersebut
berkenaan dengan ketentuan-ketentuan mengenai larangan
mencemari lingkungan hidup, dan kewajiban mencegah
pencemaran lingkungan hidup. Pendefinisian pencemaran air
ini merupakan pengejawantahan dari pengertian pencemaran
lingkungan hidup, sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1
angka 12 UU 23/1997.
● Baku Mutu Air
Pasal 1 angka 9 PP82/2001 mendefinisikan: “baku
mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk
hidup, zat, energi atau komponen yang ada
atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam air”.

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 9


Baku mutu air merupakan penjabaran dari anak kalimat
“tingkat tertentu” dalam uraian definisi “pencemaran air”,
sebagaimana diuraikan sebelum ini. Baku mutu air adalah
instrumen kebijakan (policy tool) yang dalam konteks
pengawasan lingkungan hidup digunakan sebagai tolok ukur
untuk menentukan tingkatan kondisi kualitas air dan/atau
tingkatan pencemaran air (seberapa cemarnya atau seberapa
tidak cemarnya).
● Baku Mutu Air Limbah
Pasal 1 angka 15 PP82/2001 mendefinisikan: “baku
mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar
unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar
yang ditenggang keberadaanya dalam air limbah
yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber
air dari suatu usaha dan atau kegiatan”.
Baku mutu air limbah adalah instrumen kebijakan (policy tool)
yang merupakan dasar hukum tentang batas maksimum air
limbah yang ditoleransi untuk diizinkan pembuangannya ke
dalam air atau sumber air.

2. Tolok Ukur Penaatan


Pengertian penaatan dalam konteks pengawasan lingkungan
adalah ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berkenaan dengan pengelolaan lingkungan
hidup, antara lain tentang pengendalian pencemaran air.
Dengan demikian maka penentuan (determination) tolok-
ukur ketaatan terhadap ketentuan pengendalian pencemaran
air harus mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai pengendalian pencemaran air. Kata
kunci dalam pencarian tolok-ukur ketaatan dalam peraturan
adalah kata-kata:larang, wajib, syarat, izin, dan/atau sanksi.

10 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


Sebagai contoh misalnya dalam Pasal 38 ayat (2) PP 82/2001
terdapat kata kunci ‘persyaratan’. Pasal tersebut berisi
ketentuan mengenai persyaratan yang tercantum dalam
izin pembuangan air limbah, yang merupakan acuan untuk
menentukan tolok ukur penaatan. Isi pasal tersebut antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Kewajiban untuk mengolah limbah;
b. Persyaratan mutu dan kualitas air limbah yang boleh
dibuang ke media lingkungan;
c. Persyaratan cara pembuangan air limbah;
d. Persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur
penanggulangan keadaan darurat;
e. Persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit
air limbah;
f. Persyaratan lain yang ditentukan oleh hasil pemeriksaan
analisis mengenai dampak lingkungan yang erat kaitannya
dengan pengendalian pencemaran air bagi usaha dan atau
kegiatan yang wajib melakasanakan analisis mengenai
dampak lingkungan;
g. Larangan pembuangan secara sekaligus dalam satu saat
atau pelepasan dadakan;
h. Larangan untuk melakukan pengenceran air limbah dalam
upaya penaatan batas kadar yang di persyaratkan;
i. Kewajiban melakukan swapantau dan kewajiban untuk
melaporkan hasil swapantau.
Dalam hal suatu kegiatan belum memiliki izin pembuangan air
limbah maka acuan yang dipakai untuk pengawasan adalah
ketentuan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup tentang Baku Mutu Air Limbah yang menetapkan
kewajiban, antara lain adalah sebagai berikut:

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 11


a. Melakukan pengelolaan air limbah sehingga mutu air
limbah yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui
Baku Mutu Air Limbah yang telah ditetapkan.
b. Membuat saluran pembuangan air limbah yang kedap
air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke
lingkungan
c. Memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah
dan melakukan pencatatan debit harian air limbah
tersebut
d. Tidak melakukan pengenceran air limbah
e. Memeriksakan kadar parameter baku mutu air limbah
secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam
sebulan
f. Memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan
saluran limpasan air hujan
g. Melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya
h. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian,
kadar parameter Baku Mutu Air Limbah, produksi
bulanan senyatanya sekurang-kurangnya tiga bulan
sekali kepada Bapedal, Gubernur, instansi teknis yang
membidangi industri, dan instansi lain yang dianggap
perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Peraturan perundang-undangan mengenai baku mutu air
limbah antara lain disajikan pada Tabel 2.1.

12 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


Tabel 2.1 Keputusan Menteri atau Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Air Limbah
No Nomor Peraturan Tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri
Catatan :
Dalam keputusan ini ditetapkan baku
mutu limbah cair yang secara spesifik
bagi 21 jenis industri, yaitu industri-
industri: soda kaustik, pelapisan
KEP-51/
1 logam, penyamakan kulit, minyak
MENLH/10/1995
sawit, pulp dan kertas, karet, gula,
tapioka, tekstil, pupuk, etanol, MSG,
kayu lapis, susu dan makanan terbuat
dari susu, minuman ringan, sabun dan
deterjen serta produk minyak nabati,
bir, baterai kering, cat, farmasi, dan
pestisida
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
KEP-52/ Hotel
2 MENLH/10/1995 Catatan :
Berlaku khusus bagi hotel berbintang
3, 4 dan 5
KEP-58/ Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
3
MENLH/12/1995 Rumah Sakit
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan
4 KEP-03/MENLH/1/1998
Industri
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
5 Kepmen No. 113/2003 Dan Atau Kegiatan Pertambangan
Batu Bara

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 13


Perubahan Atas Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor
Kep-51/MENLH/10/1995 Baku Mutu
6 Kepmen No. 122/2004
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
Catatan :
Khusus untuk kegiatan industri pupuk
Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan
7 Permen No. 02/2006
Rumah Pemotongan Hewan
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
8 Permen No. 04/2006 dan/atau Kegiatan Pertambangan
Bijih Timah
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
9 Permen No. 09/2006 dan/atau Kegiatan Pertambangan
Bijih Nikel
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/
10 Permen No. 10/2006 atau Kegiatan Industri Vinyl Chloride
Monomer dan Poly Vinyl Chloride
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
11 Permen No. 04/2007 dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas
serta Panas Bumi
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
12 Permen No. 05/2007 dan/atau Kegiatan Pengolahan Buah-
Buahan dan/atau Sayuran
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
13 Permen No. 06/2007 dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil
Perikanan
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
14 Permen No. 08/2007 dan/atau Kegiatan Industri Petro Kimia
Hulu

14 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
15 Permen No. 09/2007
dan/atau Kegiatan Industri Rayon
Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Purified
16 Permen No. 10/2007
Terephthalic Acid dan Poly Ethylene
Terephthalate

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 15


BAB III
STRATEGI DAN KERANGKA KERJA

Indikator Keberhasilan : Setelah mempelajari bab ini peserta diharap-


kan mampu:
- menjelaskan tujuan dan sasaran pengawasan di bidang pen-
gendalian pencemaran air;
- menetapkan target operasi/kelompok sasaran pengawasan;
- menyusun program pengawasan.

Secara umum strategi didefinisikan sebagai serangkaian


tindakan (action) atau pendekatan (approach) untuk mencapai
sasaran, yang menuju tujuannya, secara efektif dan efisien
melalui proses yang sah dan absah.
Gambar 3.1 - Strategi Pengawasan Lingkungan Hidup
TUJUAN & SASARAN
PENGAWASAN LH
UU, PP, dan Kepmen yang
berkenaan dengan pengawasan
lingkungan hidup
STRATEGI UMUM

Pengendalian
Pencemaran Air

STRATEGI
KONTEKSTUAL
UU, PP, Permen, Kepmen yang
berkenaan dengan pengendalian
pencemaran air

KERANGKA-KERJA
OPERASIONAL

16 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


Dengan demikian maka untuk menyusun strategi harus
ditentukan dahulu sasaran dan tujuannya serta rambu-
rambu proses pencapaiannya, agar hasilnya sah dan absah,
kemudian dilakukan analisis untuk menentukan strategi dan
program serta kerangka kerjanya (framework). Salah satu
metoda analisis untuk menyusun strategi adalah metoda
SWOT, yang risalahnya dikemukakan dalam Lampiran 1.
Setelah strategi ditentukan maka tahapan selanjutnya adalah
perumusan program dan kegiatan-kegiatan pokoknya, serta
penyusunan jadualnya, dengan mengacu pada sistem
perencanaan dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
(AKIP).

A. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dan sasaran serta ruang lingkup pengawasan
lingkungan hidup mengacu kepada Pasal 22 UU 23/1997,
dan KEPMEN-LH Nomor 56 Tahun 2002. Dalam Lampiran I
KEPMEN-LH tersebut dinyatakan bahwa:
● Tujuan pengawasan lingkungan hidup adalah untuk
memantau, mengevaluasi dan menetapkan status
ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan
terhadap:
1. Kewajiban yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan di bidang pengendalian
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan
hidup.
2. Kewajiban untuk melakukan pengelolaan
lingkungan dan pemantauan lingkungan
sebagaimana tercantum dalam dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 17


Pemantauan Lingkungan (UPL) atau persyaratan
lingkungan yang tercantum dalam izin yang terkait.
● Sasaran pengawasan lingkungan hidup adalah untuk
mendapatkan data dan informasi secara umum
berupa fakta-fakta yang menggambarkan kinerja atau
status ketaatan suatu usaha atau kegiatan terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang pengendalian
pencemaran lingkungan dan atau kerusakan lingkungan,
serta perizinan yang terkait.
● Ruang lingkup pengawasan lingkungan hidup mencakup
aspek perundang-undangan, aspek perizinan dan aspek
kesiagaan dan tanggap darurat.

B. Kelompok Sasaran (Target Group)


Dalam rumusan tujuan pengawasan lingkungan hidup tersebut
di atas, dinyatakan bahwa yang berkewajiban mentaati
adalah penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Dengan
demikan maka kelompok sasaran (target group) pengawasan
lingkungan hidup, atau sering diistilahkan dengan “target
operasi” (disingkat “TO”), adalah penanggung jawab dari suatu
usaha dan atau kegiatan. Dalam konteks mata ajar ini, usaha
dan atau kegiatan termaksud di atas adalah usaha/kegiatan
yang potensial menyebabkan pencemaran air dan atau
perusakan lingkungan perairan. Untuk mengetahui dengan
pasti tentang siapa penanggung-jawab suatu usaha dan
atau kegiatan maka perlu didapatkan salinan dokumen yang
memuat data/informasi faktual mengenai struktur manajemen
usaha/kegiatan yang bersangkutan, dan personalia, serta
ketata-laksanaannya.

18 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


C. Tolok Ukur Penaatan
Agar kinerja pencapaian tujuan dan sasaran dapat
dipantau akuntabilitasnya maka perlu ditentukan indikator
keberhasilannya. Berdasarkan pada rumusan sasarannya
maka keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengawasan
lingkungan diindikasikan oleh perolehan data dan informasi
faktual mengenai tingkat ketaatan. Sedangkan tolok ukur
ketaatan tersirat dalam rumusan tujuan pengawasan
lingkungan hidup, yakni status ketaatan terhadap kewajiban
yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan,
dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL), atau persyaratan lingkungan
yang tercantum dalam izin yang terkait. Sehubungan dengan
ketaatan terhadap kewajiban yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan dan perizinan, dalam konteks mata
diklat ini, adalah mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang berkenaan dengan pengendalian pencemaran
air, dan/atau pengendaliam perusakan lingkungan perairan.
Tolok ukur tersebut antara lain tersirat dalam Pasal 44 sampai
dengan 47, dan Pasal 38 PP 82/2001.
Sebagai contoh misalnya dalam Pasal 44 ayat (1) ditetapkan
aturan sebagai berikut: “Bupati/Walikota wajib melakukan
pengawasan terhadap penataan persyaratan yang tercantum
dalam izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2)”.
Sedangkan isi Pasal 38 ayat (2) adalah sebagai berikut:
“Dalam persyaratan izin Pembuangan air limbah sebagaimana
dimaksud didalam ayat (1) wajib dicantumkan:
1. kewajiban untuk mengolah limbah;
2. persyaratan mutu dan kuantitas air limbah yang boleh
dibuang ke media lingkungan;
3. persyaratan cara pembuangan air limbah;

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 19


4. persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur
penanggulamgan keadaan darurat;
5. persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit
air limbah;
6. persyaratan lain yang ditentukan oleh hasil pemeriksaan
analisis mengenai dampak lingkungan yang erat kaitannya
dengan pengendalian pencemaran air bagi usaha dan
atau kegiatan yang wajib melaksanakan analisis mengenai
dampak lingkungan;
7. larangan pembuangan secara sekaligus dalam satu saat
atau pelepasan dadakan;
8. larangan untuk melakukan pengenceran air limbah dalam
upaya penaatan batas kadar yang diperyaratkan;
9. kewajiban melakukan swapantau dan kewajiban untuk
melaporkan hasil swapantau.”
Dalam hal suatu usaha atau kegiatan belum memiliki izin
pembuangan air limbah maka acuan yang dipakai untuk
pengawasan adalah Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup (KEPMEN-LH) dan atau Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup (PERMEN-LH) yang berkenaan dengan
baku mutu air limbah, antara lain KEPMEN-LH Nomor Kep-
51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Industri, yang mengatur perihal sebagai berikut:
a. Melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu limbah
cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui Baku
Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan;
b. Membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap
air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke
lingkungan;
c. Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan

20 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut;
d. Tidak melakukan pengenceran limbah cair;
e. Memeriksakan kadar parameter baku mutu limbah cair
secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam
sebulan;
f. Memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan
saluran limpasan air hujan;
g. Melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya;
h. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian,
kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair, produksi
bulanan senyatanya, sekurang-kurangnya tiga bulan
sekali, kepada Bapedal, Gubernur, instansi teknis yang
membidangi industri, dan instansi lain yang dianggap
perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

D. Garis-garis Besar Program


Program pengawasan lingkungan hidup disusun dalam rangka
pelaksanaan mandat dari Undang-undang Nomor 23 Tahun
1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU 23/1997),
khususnya Pasal 22, sebagaimana dijelaskan dalam Bab
Kedua. Sedangkan tujuan dan sasaran serta ruang lingkup
programnya adalah sebagaimana dikemukakan di atas.
Garis-garis besar programnya disusun berdasarkan strategi,
yang penentuannya didasarkan pada faktor-faktor kunci yang
paling menentukan keberhasilan (critical success factors).
Faktor-faktor kunci tersebut di atas mungkin berbeda pada
satu unit kerja dengan unit kerja lainnya, dan juga mungkin
berbeda pada situasi serta kondisi di satu daerah dengan
daerah lainnya, sehingga determinasi dan analisisnya harus
dilakukan secara spesifik.

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 21


Secara tipologik pengawasan lingkungan hidup terdiri dari
tiga tahapan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan operasi, atau pra operasi;
2. Tahap operasi; dan
3. Tahap tindak lanjut operasi, atau pasca operasi.
Rincian kegiatan pokok dari tiap tahapan tersebut di atas
adalah sebagaimana petunjuk dalam KEPMEN-LH Nomor
56 Tahun 2002.

22 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


BAB IV
KERANGKA KERJA

Indikator Keberhasilan : Setelah mempelajari bab ini peserta


diharapkan mampu menguraikan tahapan-tahapan beserta kegiatan
masing-masing tahapan dalam melakukan pengawasan di bidang
pengendalian pencemaran air.

Secara garis besar tahapan pekerjaan pengawasan


lingkungan hidup terdiri dari 3 (tiga) tahapan pokok, yaitu
: persiapan operasi (pra operasi), pelaksanaan operasi,
dan tindak lanjut operasi (pasca operasi). Rincian kegiatan
pokok dari tiap tahapan tersebut di atas adalah sebagaimana
petunjuk dalam KEPMEN-LH Nomor 56 Tahun 2002.

A. Persiapan
Tahap persiapan operasi (pra operasi) pengawasan meliputi
kegiatan-kegiatan pokok antara lain:
1. Identifikasi dan inventarisasi usaha dan atau kegiatan yang
akan diawasi. Dalam konteks mata ajar ini adalah usaha/
kegiatan yang potensial menyebabkan pencemaran air
dan atau perusakan lingkungan hidup perairan.
2. Penentuan (determination) daftar kelompok sasaran (target
group) atau “target operasi” (disingkat “TO”) pengawasan
lingkungan hidup, dalam konteks pencemaran air dan
atau perusakan lingkungan hidup perairan.
3. Penentuan tolok ukur penaatan dari tiap usaha/kegiatan
dalam daftar termaksud diatas.
4. Pengumpulan data/informasi sekunder mengenai aktifitas

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 23


tiap usaha dan atau kegiatan dalam daftar termaksud
diatas, antara lain: perizinan, dokumen AMDAL, struktur
organisasi dan ketatalaksanaan.
5. Pengumpulan data/informasi sekunder mengenai
lingkungan tiap usaha dan atau kegiatan dalam daftar
termaksud diatas, antara lain: lokasi pembuangan air
limbah, perairan, dan pemukiman sekitar.
6. Pengumpulan data/informasi sekunder yang berkenaan
dengan penaatan tiap usaha/kegiatan dalam daftar
termaksud diatas, antara lain hasil pemantauan yang
telah dilakukan sebelumnya.
7. Penyusunan rencana kerja, seperti misalnya jadual
pelaksanaan operasi, rencana sampling dan wawancara,
rencana pengambilan foto/video, tim kerja, dan
anggaran.
8 Persiapan pelaksanaan, seperti misalnya pengiriman
surat, kelengkapan dokumen keadministrasian, penyiapan
peralatan lapangan, transportasi, dan kebutuhan logistik.

B. Pelaksanaan
Secara umum pelaksanaan pekerjaan pengawasan adalah
sebagaimana ditunjukkan secara diagram dalam Gambar
4.1. Pelaksanaan operasi pengawasan lingkungan hidup
mencakup pengawasan pada lokasi di dalam area usaha/
kegiatan yang bersangkutan, dan pada lokasi di luar area
usaha/kegiatan, yaitu lingkungan sekitar yang diperkirakan
akan terkena dampak dari usaha/kegiatan tersebut.

24 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


Gambar 4.1 – Langkah-langkah Pokok Pelaksanaan
Pengawasan
1
BERANGKAT LOKASI ”TO”
● “Di luar”
● “Didalam”
3 2
PENGAWASAN BERTEMU SIAPA ?

4
5
“PAMITAN” KEMBALI LABORATORIUM

1. Pelaksanaan operasi di dalam area usaha/kegiatan


Tahap pelaksanaan operasi di dalam area usaha/kegiatan
meliputi kegiatan-kegiatan pokok antara lain:
a. Kedatangan di tempat usaha/kegiatan
Pengawas harus memperkenalkan diri dan menunjukkan
surat tugas. Jika wakil dari perusahaan menolak maka
dilakukan cara persuasif. Jika tetap menolak maka kepada
yang menolak diminta untuk menandatangani berita acara
penolakan. Apabila menolak menandatangani berita acara
penolakan, maka aparatur pemerintah setempat menjadi
saksi yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut
menolak pengawasan lingkungan hidup.
b. Pertemuan pendahuluan dengan penanggung
jawab usaha/kegiatan
Pertemuan pendahuluan diperlukan terutama pada
pengawasan yang pertama kali. Pada pertemuan ini
pengawas memperkenalkan diri, menunjukkan surat
tugas dan memberikan salinannya, serta menyatakan
maksud dan rencana pengawasan. Dalam kesempatan

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 25


ini dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, antara
lain: izin usaha/kegiatan, izin mendirikan bangunan (IMB),
peta lokasi usaha/kegiatan, luas area, tata letak, peta
saluran drainase, peta saluran air limbah, proses yang
menimbulkan air limbah, penggunaan air, neraca air,
pengelolaan air limbah, lokasi dan saluran pembuangan
air limbah ke lingkungan, izin pembuangan air limbah,
dsb.
c. Pengumpulan data/informasi primer
Setelah pertemuan termaksud di atas kemudian
dilakukan pengumpulan data/informasi melalui cara-cara
sebagaimana diuraikan dalam KEPMEN-LH Nomor 56
tahun 2002 antara lain wawancara, pengambilan foto/
video, sampling. Dalam hal pelaksanaannya dilakukan
dalam area kerja maka pengawasan harus mentaati
ketentuan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja.
Pengumpulan data/informasi tersebut mengacu pada tolok
ukur ketaatan dari usaha/kegiatan yang bersangkutan,
dengan sasaran untuk mengetahui secara faktual
mengenai apakah taat atau tidak taat.
Dalam hal diketahui bahwa tidak taat maka perlu diketahui
tingkat kepedulian dan upaya dari penanggung jawab
usaha/kegiatan termaksud.
d. Contoh Kasus
Sebagai contoh misalnya pelaksanaan pengawasan
pada pabrik/industri tekstil terpadu PT Warnatek.
Sasaran pengawasannya adalah untuk mengetahui
penaatannya terhadap baku mutu air limbah, dan
kepedulian serta upaya perusahaan tersebut untuk
mentaatinya. Langkah-langkah pokok operasi

26 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


pengawasannya adalah sebagai berikut:

1). Mengidentifikasi dan memahami proses produksi


dan aktivitas lainnya yang potensial menjadi
sumber air limbah
Proses produksi industri tekstil secara terpadu diawali
dengan pengolahan bahan baku berupa kapas atau
serat sintetis, misalnya poliester, hingga dihasilkan
produk akhir berupa kain yang telah diwarnai (melaui
proses pencelupan/dyeing dan printing), dimana tiap
rangkaian proses mempunyai potensi menghasilkan
air limbah.
Proses produksi industri tekstil terpadu dapat
disederhanakan menjadi:
Kapas atau serat sintetis pemintalan (spinning)
benang penenunan dan perajutan (weaving)
kain grey pencelupan dan pencetakan (dyeing and
printing) produk akhir berupa kain berwarna.
Sebagai catatan, proses produksi suatu pabrik
tekstil dapat berbeda dari satu pabrik tekstil dengan
pabrik lainnya, dan sangat beragam tergantung
dari bahan baku dan produk tekstil yang dihasilkan.
Proses dapat dimulai dari pengolahan bahan baku
berupa kapas atau serat sintetis, hingga menjadi
kain berwarna, atau diawali dari pemrosesan kain
grey (karena proses sebelumnya berupa pemintalan
kapas menjadi benang dilakukan di pabrik lain). Opsi
lain yang mungkin adalah produk akhir berupa kain
grey, sedangkan proses pencelupan dan pencetakan
dilakukan di tempat lain.
Selain dari proses produksi, sumber air limbah PT.

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 27


Warnatek dapat juga berasal dari unit utilitas, seperti
boiler dan air pendingin (blowdown), dan dari unit
demin water (terutama dari tahap backwash). Sumber
air limbah lainnya adalah air limbah dari unit wet
scrubber untuk mengendalikan emisi yang dihasilkan
dari proses pembakaran batu bara di unit boiler pada
industri tekstil. Air digunakan untuk menyerap partikulat
dan SOx, sehingga air yang keluar dari wet scrubber
akan banyak mengandung polutan tersebut.

2). Mengidentifikasi jenis pengelolaan air limbah yang


dilakukan.
Setelah mengetahui sumber-sumber dimana air limbah
dihasilkan, perhatikan bagaimana air limbah tersebut
dialirkan (misalnya : apakah ada saluran limbah yang
tidak mengarah ke IPAL, adakah kebocoran di pipa,
apakah saluran limbah kedap air, apakah air dari wet
scrubber dialirkan ke IPAL), apakah dikelola, dan atau
diolah sesuai dengan kaidah pengolahan limbah yang
baik.
Dalam pengelolaan air limbah yang ada adalah
pengolahan di unit IPAL, beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain, adalah kelengkapan alat
yang digunakan, perawatan peralatan, persediaan
bahan kimia untuk pengolahan, sistem pencatatan
swapantau/log-book (parameter yang dipantau,
frekuensi pemantauan), kapasitas pengolahan (dapat
dicek silang dengan mengetahui waktu tinggal dan
jumlah air limbah yang diolah).
Untuk dapat memastikan bahwa pengolahan biologis,
terutama proses lumpur aktif, dijalankan secara
terus-menerus, periksa bagaimana pencatatan suplai

28 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


oksigen dan Mix Liquor Suspended Solid (MLSS).
Untuk pengolahan fisika-kimia, misalnya, bahan kimia
apa yang digunakan dan berapa banyak persatuan
waktu.
Jika dari proses pengolahan tersebut dihasilkan
sludge, tanyakan berapa banyak yang dihasilkan
dan bagaimana pengolahannya (sludge dewatering
process). Jika sludge dewatering process
menggunakan, misalnya, beltpress atau filter press,
perhatikan aliran filtrate yang dihasilkan, apakah
dikembalikan ke sistem pengolahan atau dibuang
langsung ke saluran drainase air hujan.

3). Melakukan pengambilan contoh, pengukuran


debit air limbah dan pencatatan jumlah produksi
Pengambilan contoh air limbah, pengukuran debit air
limbah dan pencatatan jumlah produksi dibutuhkan
sebagai alat untuk membuktikan tingkat penaatan
terhadap baku mutu air limbah.

● Pengambilan contoh air limbah


Pengambilan contoh air limbah dilakukan di titik
tertentu yang telah ditentukan dalam izin pembuangan
air limbah atau dokumen lingkungan lainnya. Jika
tidak, maka pengawas harus dapat menentukan titik
tertentu yang “mewakili” kondisi air limbah, baik secara
kualitas maupun kuantitas, yang akan di buang ke
lingkungan.
Jika sampling harus dilakukan maka pahami aspek
teknis pengambilan sampel seperti, antara lain:
Penentuan lokasi pengambilan sampel, teknik

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 29


pengambilan sampel, pengawetan sampel dan
pemilihan kontainer/wadah sampel (lihat modul Teknik
Sampling Air).
Setelah melakukan pengambilan sampel, pengawas
memberi label (yang tahan air) pada wadah sampel
dengan mencantumkan nama, tgl, kode pabrik, kondisi
cuaca saat pengambilan sampel, dan parameter yang
akan dianalisis. Abadikan posisi pengambilan dan
yang terpenting adalah utamakan keselamatan pada
saat pengambilan sampel.

● Pengukuran debit air limbah


Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat
pengambilan data debit atau melaksanakan
pengukuran debit adalah sebagai berikut :
○ Apakah terdapat alat ukur debit yang berfungsi
dengan baik;
○ Jenis saluran :
- saluran terbuka : misalnya penggunaan alat
ukur debit berupa weir (V-notch), dengan
syarat aliran harus laminer dan adanya
tabel yang menyatakan hubungan tinggi
pembacaan (skala ukur) dengan debit air
limbah.
- saluran tertutup: misalnya, menggunakan
watermeter atau menggunakan kapasitas
pompa
○ Kalibrasi alat ukur debit (kapan kalibrasi terakhir
dilakukan)
○ Log book catatan harian air limbah yang dibuang

30 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


○ Pengukuran yang dilakukan apakah seketika
atau akumulatif.
Pengukuran seketika dinyatakan dalam satuan
volume persatuan waktu (misalnya m3/detik) seperti
pembacaan yang diperoleh dari weir. Pengukuran
akumulatif dinyatakan sebagai selisih air limbah yang
dibuang dalam selang waktu tertentu, seperti hasil
yang dibaca dari watermeter, yang menunjukkan satu
angka yang dibaca pada saat kunjungan lapangan,
sehingga dibutuhkan hasil pembacaan lain pada
waktu sebelumnya. Misalnya pada kunjungan
lapangan angka menunjukkan 1251 m3 sehingga perlu
ditanyakan kapan pencatatan terakhir dilakukan. Jika
pencatatan terakhir dilakukan satu hari sebelumnya,
dan tercatat angka 1000 m3, maka air limbah yang
dibuang sebesar 251 m3/hari.

● Pencatatan jumlah produksi


Baku Mutu Air Limbah untuk industri tekstil (Lampiran
B.IX Kepmen LH No. 51 Tahun 1995), selain dinyatakan
dengan kadar maksimum (mg/L), juga dinyatakan
dengan debit air limbah maksimum (m3 per ton produk)
dan beban pencemaran maksimum (kg/ton produk).
Untuk mengevaluasi tingkat ketaaan terhadap baku
mutu air limbah, selain membandingkan kadar contoh
air limbah sebagaimana hasil yang diperoleh pada
butir iii di atas, juga dibutuhkan data jumlah produksi
tekstil, dalam satuan berat (kg, ton, dll) persatuan
waktu, misalnya 100 ton/hari. Ada kalanya, produksi
tekstil tidak dinyatakan dalam satuan berat persatuan
waktu, tetapi satuan panjang atau luas persatuan waktu
(misalnya yard/hari, m2/hari), sehingga diperlukan
konversi dari satuan panjang atau luas ke satuan

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 31


berat. Perlu ditanyakan ke pihak pabrik berapa berat
produk yang dihasilkan per satuan luas atau panjang.
Misalnya, jika produk PT. Warnatek A 100.000 yard per
hari dan berat 100 yard kain yang dihasilkan adalah
10 kg, maka produk tekstil yang dihasilkan oleh PT.
Warnatek adalah 10 ton/hari.

4. Evaluasi tingkat penaatan terhadap baku mutu air


limbah.
Contoh evaluasi tingkat penaatan terhadap baku mutu
air limbah PT. Warnatek disajikan pada Lampiran 2.

e. Pertemuan penutup
Walaupun pertemuan penutup adalah dalam rangka
pamitan kepada perusahaan yang dikunjungi, namun
dalam pertemuan penutup dapat digunakan untuk
klarifikasi temuan yang didapat, meminta keterangan
tambahan, penandatanganan berita-berita acara
pengawasan lingkungan hidup.

2. Pelaksanaan operasi di luar area usaha/kegiatan


Sedangkan tahap pelaksanaan operasi di luar area usaha/
kegiatan meliputi kegiatan-kegiatan pokok antara lain:

a. Kedatangan di lokasi
Pengawas menemui aparatur atau tokoh masyarakat
setempat (pengurus RT, pengurus RW, Lurah) , kemudian
memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan
serta menunjukkan surat tugas.

32 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


b. Pengumpulan data/informasi primer
Setelah pertemuan termaksud di atas kemudian
dilakukan pengumpulan data/informasi melalui cara-cara
sebagaimana diuraikan dalam KEPMEN-LH Nomor 52
tahun 2002 antara lain wawancara, pengambilan foto/
video, sampling. Sasaran pengumpulan data/informasi di
luar area TO ini antara lain untuk mengetahui secara faktual
mengenai penaatan terhadap persyaratan pembuangan air
limbah ke lingkungan, akibat pembuangan air limbah dan
dampaknya, serta untuk mengetahui kondisi lingkungan
apakah pada kondisi cemar/rusak atau tidak.
Dalam hal lingkungan pada kondisi cemar/rusak maka
perlu diketahui tingkat kontribusi buangan air limbah dari
usaha/kegiatan termaksud.
Sebagai contoh misalnya pembuangan air limbah
dari pabrik tekstil PT. Warnatek sebagaimana telah
diuraikan di atas. Sasaran pengawasannya adalah untuk
mengetahui penaatannya terhadap baku mutu air, dan
akibat serta dampak dari buangan air limbah perusahaan
TO (PT. Warnatek). Untuk mengetahui dampak akibat
pembuangan dari PT. Warnatek tersebut perlu diketahui
kualitas air sebelum dan setelah titik pembuangan,
sebagaimana ilustrasikan pada Gambar 4.2.

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 33


Gambar 4.2 Ilustrasi Dampak Pembuangan Air Limbah PT
Warnatek Terhadap Sungai X
Pabrik
Tekstil PT.
Titik B
(Titik Pembuangan)

Arah aliran Titik A Zona Pencampuran C Titik D


sungai X (Upstream) Mixing Zone Downstream

Langkah-langkah pokok operasi pengawasannya adalah


sebagai berikut:
i. Pengambilan contoh air limbah pada titik pembuangan
(titik B) PT. Warnatek ke sungai X (titik ini sama
dengan titik pada saat pengambilan contoh air limbah
sebagaimana telah diuraikan pada B.1.d.iii di atas)
ii. Pengambilan contoh air sungai di titik sebelum titik
pembuangan/up- stream (Titik A)
iii. Pengambilan contoh air sungai di titik setelah titik
pembuangan/down- stream (Titik C). Penentuan Titik
C lihat modul Teknik Sampling Air
iv. Evaluasi dampak pembuangan air limbah PT. Warnatek
terhadap kualitas Sungai X.
Contoh evaluasi dampak pembuangan air limbah PT.
Warnatek terhadap kualitas Sungai X disajikan pada
Lampiran 2.

34 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


c. Pertemuan penutup
Walaupun pertemuan penutup adalah dalam rangka
pamitan kepada aparat setempat (pengurus RT, pengurus
RW, Lurah), namun dalam pertemuan penutup dapat
digunakan untuk klarifikasi temuan yang didapat, meminta
keterangan tambahan, penandatanganan berita-berita
acara pengawasan lingkungan hidup.

C. Tindak Lanjut
Kegiatan utama adalah pendokumentasian secara baik
semua informasi yang diperoleh dari pengawasan termasuk
catatan pengawasan, foto, dan informasi lain yang relevan
serta penyusunan laporan pengawasan. Kegiatan tersebut
bertujuan agar semua temuan yang didapat dari pengawasan
dapat digunakan untuk menentukan status tingkat penaatan,
menentukan tindakan atau langkah berikutnya, misalnya,
untuk membantu dalam rangka proses penegakan hukum.

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 35


BAB V
PENUTUP

A. Rangkuman
Pengawasan lingkungan hidup merupakan mandat UU
23/1997, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 22, yang
pelaksanaaannya didelegasikan pada PPLH dan atau
PPLHD.
Tujuan pengawasan lingkungan hidup adalah untuk
memantau, mengevaluasi dan menetapkan status ketaatan
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap:
1. Kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-
undangan di bidang pengendalian pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan hidup.
2. Kewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan
dan pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum
dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau persyaratan
lingkungan yang tercantum dalam izin yang terkait.
Ketaatan termaksud di atas antara lain adalah penaatan
dalam konteks pengendalian pencemaran air dan
pengendalian perusakan lingkungan perairan. Indikator
keberhasilan pelaksanaan pengawasan lingkungan hidup
adalah sebagaimana dinyatakan dalam sasarannya, yaitu
untuk mendapatkan data dan informasi secara umum berupa
fakta-fakta yang menggambarkan kinerja atau status ketaatan
suatu usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-
undangan di bidang pengendalian pencemaran lingkungan
dan atau kerusakan lingkungan, serta perizinan yang terkait.
Data dan informasi tersebut harus diperoleh melalui proses

36 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


yang absah dan sah, yaitu sah sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan dan absah sesuai petunjuk teknis.
Penaatan secara umum meliputi penaatan terhadap
larangan, penaatan terhadap kewajiban, dan atau penaatan
terhadap persyaratan. Larangan, kewajiban, dan persyaratan
termaksud adalah yang dinyatakan dalam peraturan
perundang-undangan, dokumen AMDAL, dan atau dokumen
perizinan. Adapun peraturan perundang-undangan yang
dimaksud adalah UU 23/1997 dan peraturan pelaksanaannya,
sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 14 Ayat (2). Dalam
konteks pengendalian pencemaran air, peraturan pelaksanaan
dari Pasal 14 Ayat (2) UU 23/1997 adalah PP 82/2001 beserta
peraturan/keputusan turunannya.
Keberhasilan pelaksanaan pengawasan lingkungan hidup
diindikasikan dengan perolehan data dan informasi faktual,
secara sah dan absah, yang menunjukkan tingkat ketaatan
penanggung jawab suatu usaha/kegiatan.
Dalam konteks pengendalian pencemaran air, indikator
ketaatan termaksud diatas dapat dideterminasi dengan daftar
periksa, sebagai berikut:
a. ketaatan terhadap baku mutu air limbah;
b. ketaatan terhadap persyaratan pembuangan air
limbah;
c. ketaatan terhadap persyaratan berkenaan dengan
tanggap darurat;
d. ketaatan terhadap persyaratan sebagaimana
dinyatakan dalam RKL dan RPL;
e. ketaatan terhadap kewajiban mencegah pencemaran
lingkungan hidup;

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 37


f. ketaatan terhadap larangan mencemari lingkungan
hidup.
Sedangkan dalam konteks pengendalian perusakan
lingkungan, indikator ketaatan termaksud diatas meliputi
ketaatan terhadap:
a. ketaatan terhadap kriteria baku kerusakan;
b. Persyaratan sebagaimana dinyatakan dalam RKL dan
RPL;
c. Kewajiban mencegah perusakan lingkungan hidup;
d. Larangan merusak lingkungan hidup
Secara tipologik pengawasan lingkungan hidup terdiri dari
tiga tahapan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan operasi, atau pra operasi;
b. Tahap operasi; dan
c. Tahap tindak lanjut operasi, atau pasca operasi.
Rincian kegiatan pokok dari tiap tahapan tersebut di atas
adalah sebagaimana petunjuk dalam KEPMEN-LH Nomor 56
Tahun 2002.

B. Evaluasi
1. Peraturan perundang-undangan yang melandasi
pengawasan lingkungan hidup secara garis besar
meliputi dua ranah (domain). Ranah pertama adalah
yang berkenaan dengan mandat untuk melaksakan
pengawasan, dan ranah kedua adalah adalah yang
berkenaan dengan tolok ukur ketaatan. Jelaskan kedua
ranah hukum tersebut.
2. Jelaskan sasaran pengawasan lingkungan hidup, siapa

38 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


yang diawasi dan ketaatan pada apa?.
3. Berdasarkan definisi pencemaran air dalam PP 82/2001,
sebutkan tiga indikator pokok yang mengindikasikan
pencemaran air.
4. Jelaskan perbedaan antara baku mutu air dan baku mutu
air limbah.
5. Dalam konteks pengendalian pencemaran air,
berdasarkan PP 82/2001 dan peraturan/keputusan
turunannya,
a. Sebutkan larangan-larangan yang wajib ditaati oleh
penanggungjawab usaha/kegiatan;
b. Sebutkan kewajiban-kewajiban yang wajib ditaati oleh
penanggungjawab usaha/kegiatan;
c. Sebutkan persyaratan-persyaratan yang wajib ditaati
oleh penanggungjawab usaha/kegiatan.
6. Secara tipologik pengawasan lingkungan hidup terdiri
dari tiga tahapan.
a. Sebutkan tahapan-tahapan tersebut;
b. Pedoman mengenai tahapan-tahapan tersebut
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang
mana?

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 39


40 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR
DAFTAR PUSTAKA

Potter, C., Soeparwadi, M., Gani, M., 1994, Limbah Cair


Berbagai Industri di Indonesia: Sumber, Pengendalian
dan Baku Mutu, EMDI-BAPEDAL.
US-EPA, 1997, Conducting Environmental Compliance
Inspections, Inspector’s Field Manual, 8th Ed.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun
2001, tentang Penge;lolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
KEPMEN-LH Nomor 07 Tahun 2001 Tentang Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup Daerah;
KEPMEN-LH Nomor 56 Tahun 2002 Tentang Pedoman Umum
Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup Bagi Pejabat
Pengawas;
KEPMEN-LH Nomor 57 Tahun 2002 Tentang Tata Kerja
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di Kementerian
Lingkungan Hidup;
KEPMEN-LH Nomor 58 Tahun 2002 Tentang Tentang Tata
Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di Propinsi/
Kabupaten/Kota.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan atau
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu
Air Limbah.

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 41


42 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR
LAMPIRAN I
Metoda SWOT

Satu diantara sekian macam metoda analisis strategi adalah


metoda SWOT, yakni metoda yang didasarkan pada kaidah
bahwa keberhasilan dari pelaksanaan suatu kegiatan, dalam
rangka mencapai sasarannya, dipengaruhi oleh faktor-faktor
kunci (critical success factors), baik faktor-faktor eksternal
maupun internal organisasi. Faktor kunci internal meliputi
faktor yang mendorong pada keberhasilan dan faktor yang
menghambat pada keberhasilan. Faktor internal yang
mendorong disebut faktor kekuatan (strength), sedangkan
faktor internal yang menghambat disebut faktor kelemahan
(weakness). Demikian pula dengan faktor kunci ekstenal,
juga meliputi faktor yang mendorong pada keberhasilan dan
faktor yang menghambat keberhasilan. Faktor eksternal yang
mendorong disebut faktor peluang (opportunities), sedangkan
faktor eksternal yang menghambat disebut faktor ancaman
(threats).
Beberapa contoh faktor yang kemungkinan akan menjadi
faktor kunci internal adalah antara lain: apresiasi pimpinan
organisasi (dalam konteks ini adalah apresiasinya terhadap
pengawasan lingkungan), jumlah dan kapasitas PPLH/
PPLHD, jumlah dan kapasitas nara sumber yang layak dan
pantas menjadi tim teknis yang menunjang pekerjaan PPLH/
PPLHD, dasar hukum, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk
teknis, mekanisme dan prosedur, sarana kerja.
Oleh karena faktor-faktor yang dianalisis hanya yang paling
strategis maka harus dideterminasi dua faktor saja sebagai
faktor kunci. Faktor-faktor kunci internal tersebut, baik yang
mendorong (+) maupun yang menghambat (-) harus dapat
dikuantifikasikan agar dapat dijumlahkan. Penjumlahan

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 43


faktor-faktor (+) dan faktor-faktor (-) akan menghasilkan dua
kemungkinan resultante, yakni netto positif (relatif kuat) atau
netto negatif (relatif lemah).
Kedua faktor kunci internal tersebut ditabulasikan dalam
tabel, yang contoh tabelnya ditunjukkan dalam Gambar L.I.1
berikut ini.
Gambar L.I.1 – Daftar Determinasi Faktor-faktor Kunci
Internal

FAKTOR KUNCI INTERNAL

KEKUATAN KELEMAHAN

Sedangkan faktor-faktor yang kemungkinan akan menjadi


faktor kunci eksternal adalah antara lain: apresiasi publik dan
pimpinan politik (dalam konteks ini adalah aoresiasi terhadap
penegakan hukum), apresiasi lembaga yang menetapkan
alokasi anggaran, keberadaan mitra kerja yang potensial
pendukung, aksesibilitas.
Seperti halnya faktor-faktor kunci internal, faktor-faktor kunci
ekstenal yang mendorong (+) dan yang menghambat (-) harus
dapat dikuantifikasikan agar dapat dijumlahkan. Penjumlahan
faktor-faktor kunci eksternal juga akan menghasilkan dua
kemungkinan resultante, yakni netto positif (relatif memiliki
peluang) atau netto negatif (relatif menghadapi kendala).

44 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


Gambar L.I.2 – Daftar Determinasi Faktor-faktor Kunci
Eksternal

FAKTOR KUNCI EKSTENAL

PELUANG ANCAMAN

Resultante kuantifikasi faktor kunci internal dan faktor


kunci eksternal, sebagaimana termaksud di atas, kemudian
diposisikan dalam grafik koordinat SWOT sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar L.I.3.
Pada grafik ini diposisikan nilai netto hasil penjumlahan faktor-
faktor kunci internal dan nilai netto hasil penjumlahan faktor-
faktor kunci eksternal. Resultante dari faktor-faktor kunci
internal dan faktor-faktor kunci eksternal termaksud di atas
akan berada pada empat kemungkinan posisi, pada grafik
koordinat SWOT, yakni Kuadran-kuadran I, II, III, atau IV.
Gambar L.I.3 – Grafik Koordinat SWOT
KEKUATAN
(+)

S-T S-O

ANCAMAN PELUANG
(-) (+)

W-T W-O

KELEMAHAN
(-)

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 45


Penjelasan ringkas mengenai kuandran tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
• Kuandran I adalah ruang koordinat yang netto faktor kunci
internal-nya bernilai positif (Strength) dan netto faktor
kunci eksternal-nya juga bernilai positif (Opportunity),
karena itu maka Kuadran I disebut Kuadran S-O.
• Kuadran II adalah ruang koordinat yang netto faktor kunci
internal-nya bernilai positif (Strength) dan namun netto
faktor kunci eksternal-nya bernilai negatif (Threat), karena
itu maka Kuadran II disebut Kuadran S-T.
• Kuadran III adalah ruang koordinat yang netto faktor kunci
internal-nya bernilai negatif (Weakness) dan namun netto
faktor kunci eksternal-nya bernilai positif (Opportunity),
karena itu maka Kuadran III disebut Kuadran W-O.
• Kuadran IV adalah ruang koordinat yang netto faktor kunci
internal-nya bernilai negatif (Weakness) dan netto faktor
kunci eksternal-nya juga bernilai negatif (Threat), karena
itu maka Kuadran IV disebut Kuadran W-T.
Sedangkan tipologi strategi yang dianjurkan adalah
sebagaimana dikemukakan dalam Tabel L.I.1 berikut ini.
Tabel L.I.1 – Tipologi Strategi SWOT

POSISI RESULTANTE
TIPLOGI STRATEGI
FAKTOR-FAKTOR KUNCI

Strategi Ekspansi: Perluasan


I S-O
dan/atau pengembangan

Strategi Diversifikasi:
II S-T Mobilisasi, pembaharuan,
dan/atau inovasi.

46 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


Strategi Stabilitas atau
III W-O Rasionalisasi: investasi atau
divestasi
Strategi Defensif atau
IV W-T Survival: efisiensi dan atau
penciutan skala kegiatan

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 47


LAMPIRAN 2

Evaluasi BMA dan BMAL

Contoh perhitungan dengan metode Neraca Massa


Data dan langkah-langkah pokok yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Tersedianya data kualitas, kuantitas dan BMA sungai
2. Tersedianya data kualitas, kuantitas air limbah yang masuk
dan BMAL dari masing-masing usaha/kegiatan
3. Membandingkan kualitas sungai sebelum dan sesudah
terjadinya pembuangan air limbah
a. Jika kualitas sungai setelah pembuangan > BMA 
pencemaran perlu investigasi lebih lanjut terhadap
air limbah
b. Jika kualitas sungai setelah pembuangan < BMA 
tidak terjadi pencemaran  air limbah ? Memenuhi
BMAL?

Gambar 4.2 Ilustrasi Dampak Pembuangan Air Limbah PT


Warnatek Terhadap Sungai X

Pabrik
Tekstil PT. Warnatex
Titik B
(Titik Pembuangan)

Arah aliran Titik A Zona Pencampuran C Titik D


sungai X (Upstream) Mixing Zone Downstream

48 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


Evaluasi BMA

Data yang dibutuhkan


Hasil pemantauan kualitas sungai:

Titik A Titik B Titik C

Neraca
Pemantauan Pemantauan
Massa

Tersedianya
data CCOD = 10 mg/L ? 12
kualitas

Tersedianya
Debit, Q = 10
data ? ?
m3/dtk
kuantitas

BMA sungai COD = 25 mg/L

Evaluasi BMAL

Data yang dibutuhkan:


PT Warnatek
Pengawasan
Tersedianya data koalitas CCOD = 400 mg/L
Tersedianya data Debit, Q = 0,2 m3/dtk
cuantiítas
BMAL tekstil (Lampiran CCOD = 150 mg/L
B.IX Kepmen LH No. 51 Debit limbah maksimum = 100 m3/
Tahun 1995) ton produk
Beban pencemaran maksimum =
15 kg/ton produk

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 49


Produksi bulanan 7500 ton
senyatanya
Hari produksi bulanan 30 hari
senyatanya

Perhitungan Evaluasi BMA

Di titik A :
• Laju alir, Q = 10 m3/dtk,
• konsentrasi parameter COD, CCOD = 10 mg/L
 Kadar COD di A (10 mg/L) < BMA (25 mg/L) 
Kesimpulan?

Aliran limbah PT. Warnatek:


• Laju alir, Q = 0,2 m3/dtk,
• konsentrasi parameter COD, CCOD = 400 mg/L
 Kadar COD di Y (400 mg/L) > BMAL (150 mg/L) 
Kesimpulan?

Di Zona C:
• Laju alir, Q = 10 + 0,2 = 10,2 m3/dtk
• konsentrasi parameter COD, CCOD = ((10 x 10) +( 0,2
x 400))/10,2
= 17,64 mg/L
 Kadar COD di zona C (17,64 mg/L) < BMA (25 mg/L)
 Kesimpulan?

Jika kualitas sungai setelah pembuangan < BMA  tidak


terjadi pencemaran
 air limbah ? Memenuhi BMAL?

50 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR


Resume Evaluasi BMA

Sungai X Konsentrasi COD Kesimpulan


(mg/L)
BMA 25
Di Titik A (upstream) 10 √
Zona C 17,64 √
Di Titik D (down 12 √
stream)
Kesimpulan : tidak terjadi pencemaran (akibat buangan
PT Warnatek (baik di titik B maupun C lebih kecil dari
BMA))

Perhitungan Evaluasi BMAL


Aliran limbah Y:
Laju alir, Q = 0,2 m3/dtk,
konsentrasi parameter COD, C = 400 mg/L
• BMAL :
COD = 150 mg/L
Debit limbah maksimum = 100 m3/ton produk
Beban pencemaran maksimum = 15 kg/ton
produk
 Produksi bulanan senyatanya = 7500 ton/bulan
 Hari produksi bulanan senyatanya = 30 hari/bulan

Evaluasi :
debit perbulan = 0,2 x 3600 x 24 x 30 = 518400 m3/bulan
Debit limbah maksimum aktual = (518400 m3/bulan)/(7500
ton/bulan) = 69,12 m3/ton produk

STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR 51


Beban Pencemaran aktual :
(400 mg/L) x (518400 m3/bulan) x (bulan/7500 ton) x
(1/1000) = 27,65 kg/ton

Resume Evaluasi BMAL

Pabrik PT Warnatek BMAL Aktual Kesimpulan


Kadar Maksimum (mg/L) 150 400 X
Debit Air Limbah 100 69,12 X
Maksimum (m3/ton
produk)
Beban Pencemaran 15 27,65 X
Maksimum (kg/ton
produk)

Pembuangan dari pabrik Tekstil PT Warnatek, tidak


menyebabkan terjadinya pencemaran, meskipun demikian
PT Warnatek tidak mentaati ketentuan BMAL  pelanggaran
terhadap Pasal 43 (I1) UU 23/97

52 STRATEGI PENGAWASAN BIDANG AIR

Anda mungkin juga menyukai