Penyelenggaraan SPIP
Pusdiklatwas BPKP
Jl. Beringin II, Pandansari, Ciawi, Bogor 16720
Telp. (0251) 8249001 ‐ 8249003
Fax. (0251) 8248986 ‐ 8248987
Email : pusdiklat@bpkp.go.id
Website : http://pusdiklatwas.bpkp.go.id
e‐Learning : http://lms.bpkp.go.id
Setiap pegawai harus memiliki kompetensi yang layak untuk dapat menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya. Kompetensi yang selalu dimutakhirkan dan ditingkatkan akan menjadikan
seseorang menjadi mahir dan mampu menghadapi lingkungan yang selalu berubah. Salah satu
cara untuk memutakhirkan dan meningkatkan kompetensi adalah dengan mengikuti pendidikan
dan pelatihan (diklat).
Pusdiklatwas BPKP adalah salah satu unit kerja BPKP yang memiliki tugas pokok dan fungsi
melaksanakan diklat. Dalam rangka melaksanakan mandat Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, Pusdiklatwas BPKP
berkomitmen memberikan yang terbaik bagi para peserta diklat. Kurikulum dan bahan ajar
dirancang dengan memperhatikan praktik di kementerian/lembaga dan pemerintah daerah,
sehingga materi diklat dalam proses pembelajaran adalah cerminan penerapan ilmu
pengetahuan di lapangan. Dengan demikian, peserta diklat diharapkan mampu menerapkan
hasil pendidikan dan pelatihan pada instansinya.
Modul pelatihan ini adalah salah satu bahan ajar tertulis, selain menjadi acuan pada proses
pembelajaran juga diharapkan dapat menjadi acuan pada tempat kerja para peserta diklat.
Namun modul bukan satu‐satunya referensi yang berkenaan dengan substansi materi, bahan
ajar lain yang disampaikan oleh instruktur merupakan pengayaan materi diklat. Peserta diklat
juga diharapkan tetap memperkaya dengan referensi lainnya.
Meskipun modul ini telah disusun dengan proses evaluasi dan reviu, kami menyadari perbaikan
terus menerus masih perlu dilakukan. Untuk itu, kami mengharapkan saran perbaikan untuk
menjadikan modul ini lebih bermanfaat.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi atas
terbitnya modul ini.
Daftar Pustaka........................................................................................................................ 39
Gambar
Tabel
A. KOMPETENSI DASAR
Modul ini disusun untuk memenuhi materi pembelajaran pada Diklat Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di lingkungan instansi pemerintah.
Kompetensi dasar yang ingin dicapai dari diklat ini adalah peserta mampu melakukan
pemantauan pengendalian intern secara sederhana dan memiliki gambaran
pengimplementasiannya di lingkungan instansi pemerintah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008.
B. INDIKATOR KEBERHASILAN
Modul ini dirancang untuk membekali peserta dengan pengertian, pemahaman, dan konsep‐
konsep tentang Pemantauan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang terdiri atas empat
materi bahasan yang dibagi dalam bab berikut.
D. METODOLOGI PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran ini menggunakan kombinasi proses belajar mengajar dengan cara:
pemaparan materi, tanya jawab, diskusi, dan pembahasan kasus.
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti materi ini, peserta diklat diharapkan mampu memahami konsep pemantauan
sistem pengendalian intern, arti penting pemantauan, pihakpihak yang bertanggung jawab,
fokus kegiatan pemantauan pengendalian intern dan subunsur pemantauan.
Sistem pengendalian intern yang efektif adalah sistem pengendalian intern yang dirancang
dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan rencana. Dalam sistem pengendalian intern yang
efektif, kelima unsur harus ada dan berfungsi seperti yang direncanakan. Setiap unsur SPIP
harus ada dan berfungsi efektif tidak memaksudkan bahwa setiap unsur sistem pengendalian
intern harus berfungsi secara sempurna.
Pemantauan pengendalian intern adalah penilaian mutu kinerja sistem pengendalian intern dari
waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera
ditindaklanjuti. Pemantauan dilakukan pada satu periode tertentu, mencakup penilaian desain
dan operasi pengendalian dan melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan terhadapnya.
Pemantauan SPIP dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah dan tindak
lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.
Demikian juga, pemantauan SPIP tidak bertujuan untuk menyimpulkan efektivitas pelaksanaan
SPIP per unsur tanpa dikaitkan dengan unsur lainnya.
Pengendalian yang dirancang dapat menjadi efektif pada waktu tertentu, sebaliknya dapat
juga berubah menjadi lemah.
Setiap orang dalam organisasi memiliki tanggung jawab atas kegiatan pemantauan.
Kedudukan seseorang dalam organisasi membantunya menentukan fokus dan sejauh
mana tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh
pegawai, staf, penyelia, pimpinan menengah, dan pimpinan tinggi tidak akan sama
fokusnya. Hal ini dapat dilihat dalam pembagian berikut ini.
b. Penyelia (Supervisor)
Pimpinan harus memastikan bahwa ia mengambil langkah yang benar dari hasil
pemantauan. Sebagai contoh, pimpinan mungkin menetapkan untuk membuat
tujuan baru dan mengambil manfaat dari peluang yang terbuka, melatih pegawai
untuk memperbaiki prosedur yang salah, atau mengubah kegiatan pengendalian
untuk meminimalkan terjadinya risiko.
1) Tone at the top, yakni sikap dan perilaku para pimpinan terhadap sistem
pengendalian sehingga memberikan teladan dan memotivasi seluruh pegawai
untuk peduli terhadap pengendalian.
3) Suatu titik awal yang jelas untuk menerapkan pemantauan berkelanjutan atau
evaluasi terpisah secara efektif.
1) pemrioritasan risiko
3) kecukupan informasi.
C. DISKUSI KELOMPOK
2. Setiap instansi pemerintah memiliki visi dan misinya sendiri yang tercantum dalam
renstranya. Apa peranan pemantauan SPIP dalam pencapaian misi instansi pemerintah?
3. Apa peranan para pegawai atau staf dalam pemantauan pengendalian intern?
4. Hal apa saja yang menjadi fokus setiap pihak yang menjalankan pemantauan pengendalian
intern?
5. Jelaskan perbedaan pokok dan hubungan dari masing‐masing metode atau kegiatan
pemantauan, yakni pemantauan berkelanjutan, penilaian terpisah, dan tindak lanjut
rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya!
8. Jelaskan pendapat Anda mengenai kegiatan penilaian sendiri. Apa yang menjadi
keuntungan utama pemantauan dengan penilaian sendiri? Apa yang menjadi kendala atau
kerugiannya?
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti materi ini, peserta diklat diharapkan mampu melaksanakan
pemantauan pengendalian intern.
Dalam membangun pemantauan pengendalian intern, perlu memerhatikan tiga aspek yaitu
fondasi pemantuan, desain dan pelaksanaan pemantauan, dan penilaian serta pelaporannya.
Agar pemantauan pengendalian intern dapat terlaksana, perlu dibangun fondasi pemantauan
terlebih dahulu. Fondasi pemantauan pengendalian intern yang perlu dibangun tersebut
mencakup berikut.
Dalam melakukan evaluasi terpisah, pimpinan dapat membentuk tim yang terpisah dari
unit yang akan dievaluasi, atau dapat juga meminta inspektorat untuk melaksanakannya.
Selanjutnya, pimpinan juga perlu memiliki informasi awal kondisi sistem pengendalian
intern pada instansi yang dipimpinnya. Informasi ini penting sehingga pimpinan dapat
mengetahui dasar penerapan pemantauan berkelanjutan.
Pemahaman akan penyebab ketidakefektifan SPIP diperlukan. Penyebab SPIP tidak efektif
karena:
b. SPIP dirancang dan dilaksanakan dengan baik pada awalnya, tetapi adanya
perubahan lingkungan tidak diikuti dengan penyesuaian rancangan SPIP‐nya;
c. SPIP dirancang dan dilaksanakan dengan baik pada awalnya, namun dengan adanya
perubahan proses bisnis, tidak dilakukan penyesuaian terhadap SPIP‐nya.
Dalam pemantauan pengendalian intern, evaluator harus dapat menilai informasi persuasif
tentang pelaksanaan satu atau lebih pengendalian terhadap risiko kunci atas pencapaian tujuan
organisasi. Mengingat SPIP yang dibangun berbasis risiko, penilaian informasi ini akan
membantu evaluator memfokuskan pemantauannya pada hal yang dapat memberikan dasar
untuk menyimpulkan efektivitas SPIP.
Oleh karena itu, langkah pemantauan dapat dirancang dengan mengikuti alur logis berikut.
4. Implementasi 1. Pemrioritasan
Pemantauan Risiko
3. Identifikasi 2. Identifikasi
Informasi Pengendalian
Mengidentifikasi Mengidentifikasi
informasi yg pengendalian kunci
dibutuhkan untuk atas risiko kunci/
menyimpulkan efektivitas SPIP prioritas
1. Pemrioritasan Risiko
a. sifat operasi;
a. bagaimana SPIP pada unit tersebut dirancang untuk memitigasi risiko kunci
a. Kompleksitas
e. Kompetensi personil
3. Identifikasi Informasi
Informasi yang diperlukan adalah informasi yang bersifat relevan, reliable dan tepat waktu
untuk dapat mendukung pengambilan kesimpulan efektivitas SPIP pada unit yang
dipantau.
4. Pelaksanaan Pemantauan
Dalam menilai pengendalian intern, langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
Berdasarkan table analisis risk & control, evaluator dapat melakukan evaluasi terhadap
rancangan SPIP dengan melihat kondisi penilaian per‐subkegiatan. Bila terdapat material
weakness pada satu subkegiatan, maka dapat disimpulkan material weakness pada
rancangan pengendalian (control design) pada kegiatan tersebut. Apabila terdapat satu
significant deficiency pada salah satu subkegiatan sementara pada subkegiatan lain hanya
deficiency maka simpulannya adalah significant deficiency pada desain, dan jika semua
subkegiatan significant deficiency maka simpulan atas rancangan pengendalian adalah
deficiency.
Program Kondisi
Pengendalian Pengendalian Informasi
Tujuan No / Lingkungan Risiko Simpulan
yang ada tambahan Komunikasi
kegiatan Pengendalian
• kegiatan bulanan;
• kegiatan tahunan;
• kegiatan insidentil.
TOC atas efektivitas operasional harus mencakup kegiatan reviu dokumen yang dapat
diperkuat dengan wawancara personil yang terlibat, observasi terhadap kegiatan yang
terkait, dan pengetesan (reperformance) aplikasi pengendalian yang ada.
a. Setelah penilaian efektivitas desain pilih kegiatan pengendalian yang akan diuji.
b. Tentukan populasi
Sampel harus dipilih berdasarkan jenis transaksi dan jumlah populasi dari masing‐
masing kegiatan.
d. Melakukan penilaian
Dalam kelompok Saudara, lakukan pemantauan pengendalian intern terhadap unit yang telah
dilakukan penerapan unsur 1 sampai 4 (Lingkungan Pengendalian sampai dengan Informasi dan
Komunikasi).
1) Dari hasil Evaluasi Lingkungan Pengendalian yang telah dihasilkan pada tahap
sebelumnya, identifikasi kondisi lingkungan pengendalian terkait Pemantauan
Pengendalian Intern.
Diskusikan sesuai dengan unit yang Saudara evaluasi! Atas pengendalian intern yang
telah dilaksanakan, siapa saja yang seharusnya melakukan:
• evaluasi terpisah.
3) Simpulkan keterkaitannya!
a. Pemrioritasan Risiko
Dari hasil penilaian risiko yang telah dibuat peta risikonya, identifikasi risiko kunci
pada unit yang dievaluasi. Gunakan aspek berikut dalam menetapkan risiko kunci.
1) Sifat operasi.
3) Faktor lingkungan
b. Identifikasi Pengendalian
Dari kegiatan pengendalian yang telah dirancang pada sesi terdahulu, pilihlah
kegiatan pengendalian kunci (key control) atas risiko kunci (key risk) yang telah
teridentifikasi.
c. Identifikasi Informasi
a) pemantauan berkelanjutan
b) evaluasi terpisah.
a. Test of Design
1) Dari informasi yang telah dimiliki, ujilah desain sistem pengendalian intern unit
yang Saudara evaluasi!
b. Test of control
2) Tentukan populasi unit yang akan diuji. Dari populasi yang telah dipilih,
tentukan sampel pengujian atas pengendalian internnya!
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu menyusun secara sederhana
laporan kegiatan pemantauan SPIP yang dilaksanakan.
Pelaku pemantauan melaporkan hasil pemantauan kepada pihak yang tepat. Pelaporan hasil
pemantauan mencakup prioritas temuan, pelaporan hasil, dan tindak lanjut dengan perbaikan
pengendalian. Uraian berikut menjelaskan ketiga hal tersebut.
1. Seluruh kelemahan pengendalian dilaporkan kepada orang yang bertanggung jawab atas
proses kegiatan dan pengendalian terkait dan atasan langsungnya
2. Kelemahan dan masalah pengendalian intern yang serius segera dikomunikasikan kepada
pimpinan tertinggi instansi pemerintah.
B. PELAPORAN HASIL
2. Pimpinan instansi pemerintah dan pejabat unit terkait harus mengapresiasi temuan‐
temuan hasil pemantauan yang bersifat memperkuat sistem pengendalian intern, dan
mendiskusikan bagaimana agar dapat segera melakukan tindak lanjut atas permasalahan
yang ditemukan
4. Pimpinan instansi pemerintah harus memiliki database yang mencatat semua informasi
hasil audit dan hasil reviu, berdasarkan laporan hasil audit dan hasil reviu yang diterima
dari instansi/unit yang melakukan audit dan reviu lainnya. Database tersebut di‐update
berdasarkan tindak lanjut hasil audit dan reviu lainnya yang telah dilaksanakan dan
disetujui oleh instansi yang melakukan audit dan reviu lainnya. Hasil updating database
tersebut dilaporkan oleh pejabat yang mengoordinasikan tindak lanjut hasil audit dan
reviu lainnya kepada pimpinan instansi pemerintah
Perbaikan atas kelemahan pengendalian dilaporkan baik pada pihak intern maupun pihak
ekstern yang dianggap perlu mendapatkan informasinya. Hal ini penting agar pihak ekstern
dapat mengetahui sejauh mana instansi pemerintah tersebut telah memperbaiki kinerjanya
terutama terkait dengan pelayanan publik.
Beberapa hal yang harus dilakukan guna memastikan dilakukannya tindak lanjut perbaikan
pengendalian secara tepat waktu adalah:
2. Untuk efektivitas pemantauan tindak lanjut hasil audit, pimpinan instansi pemerintah
dapat mendelegasikan tugas pemantauan tersebut kepada pejabat unit di bawahnya
3. Secara berkala pejabat unit yang mempunyai tugas melakukan koordinasi untuk
pelaksanaan tindak lanjut, melaporkan hasil tindak lanjut hasil audit dan reviu lainnya
kepada pimpinan instansi pemerintah
4. Pimpinan instansi pemerintah harus melakukan analisis yang cukup terhadap temuan‐
temuan hasil audit dan reviu lainnya yang tidak dapat ditindaklanjuti secara tuntas. Hasil
analisis tersebut dapat digunakan oleh pimpinan instansi pemerintah untuk memutuskan
alternatif tindak lanjut yang harus dilakukan agar permalahan temuan audit dan reviu
lainnya menjadi tuntas, dan kegiatan organisasi dapat dilaksanakan secara efisien dan
efektif.
5. Pimpinan instansi pemerintah juga harus melakukan evaluasi yang cukup atas efektivitas
pelaksanaan tindak lanjut hasil audit, yang dilakukan dengan maksud agar kondisi yang
menunjukkan kelemahan pengendalian tidak terulang lagi dalam pelaksanaan kegiatan
yang sama.
MEDAN, RABU ‐ Potensi pendapatan asli daerah Provinsi Sumut selama ini tak terdata dengan
baik. Akibatnya anggaran pendapatan dan belanja daerah dari tahun ke tahun tak pernah bisa
meningkat secara signifikan. Kenaikan anggaran hampir selalu terjadi karena limpahan sisa lebih
perhitungan anggaran atau silpa tahun sebelumnya.
Dari dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA) rancangan anggaran pendapatan dan belanja
daerah (RAPBD) Provinsi Sumut tahun 2009 yang diserahkan ke Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) tergambar, kenaikan anggaran tahun 2009 hanya berasal dari perhitungan silpa
tahun 2008. Menurut Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F‐PKS) DPRD Sumut Sigit Pramono
Asri, Pemprov Sumut tak bisa menaikkan anggaran dari tahun ke tahun secara signifikan karena
tak pernah mengelola potensi PAD dengan baik.
"Kalau tidak ditekan oleh DPRD, Pemprov Sumut tak pernah mau menaikkan nilai APBD. Tahun
2007 Pemprov Sumut mengajukan RAPBD sebesar Rp 2,7 triliun. Setelah kami tekan Pemprov
Sumut, akhirnya mereka bisa menaikkannya menjadi Rp 3 triliun. Demikian juga saat RAPBD
tahun 2008, yang diajukan Rp 3 triliun, akhirnya bisa kami tekan jadi Rp 3,2 triliun," kata Sigit di
Medan, Rabu (22/10).
Sigit melihat tidak adanya data potensi PAD yang membuat Pemprov Sumut tak bisa
mengalokasikan kenaikan anggaran secara signifikan dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan di wilayah ini. "Padahal perda soal pungutan dan retribusi ada
dimana‐mana. Belum lagi pendapatan yang disetor oleh badan usaha milik daerah. Tak pernah
terdata dengan baik berapa sebenarnya potensinya," ujar Sigit.
Lebih lanjut menurut Sigit, kondisi ini semakin diperparah dengan kinerja keuangan BUMD. Dia
menengarai banyak BUMD yang kinerjanya tak jelas. "PD (perusahaan daerah) Perhotelan itu
tidak punya hotel, tetapi setiap tahun menyetor ke PAD. Jadi dari mana sebenarnya mereka
Sekretaris Daerah Provinsi Sumut R.E. Nainggolan membenarkan ketiadaan pendataan potensi
PAD. Nainggolan mengatakan, pendataan potensi PAD baru akan dilakukan sekarang ini. "Dalam
dua bulan ke depan, saya berharap seluruh potensi PAD Sumut bisa terdata sehingga kami tahu,
dari mana kami bisa menggenjot penerimaan anggaran," katanya.
Menurut Nainggolan selama ini PAD terbesar di Sumut disumbang dari sektor pajak daerah. Dari
total PAD yang tercantum dalam dokumen KUA RAPBD 2009 sebesar Rp2.062.502.616.180,00
pajak daerah menyumbang sebesar Rp1.904.747.000.000,00 dan retribusi daerah sebesar
Rp25.552.581.000,00 "Memang selama ini yang terbesar disumbang pajak daerah, antara lain
dari pajak kendaraan bermotor, dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB). Tetapi itu
pun yang paling besar menikmatinya daerah tingkat dua," ujar Nainggolan.
Nainggolan mengatakan, Pemprov Sumut tengah memperjuangkan peningkatan PAD dari bagi
hasil perkebunan. Saat ini undang‐undang (UU) belum mengatur bagi hasil perkebunan untuk
daerah. Dana bagi hasil yang diatur UU baru sebatas minyak, gas, dan pertambangan. "Padahal
untuk Sumut potensi penerimaan dari sektor perkebunan sangat besar. Untuk itulah kami
sangat berharap pemerintah pusat bisa memberikan dana bagi hasil di sektor perkebunan ini,"
katanya.
Diskusikan:
Untuk menyikapi kasus di atas, Kepala Inspektorat Propinsi Sumatera Utara mensinyalir bahwa
masalahnya bukan saja pada potensi PAD‐nya yang belum terdata dengan baik, tetapi
kemungkinan juga pada realisasi penerimaan PAD yang tidak terawasi secara memadai sehingga
kenaikan PAD‐nya tidak signifikan.
Saudara diminta mendiskusikan dengan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Sumatera Utara
mengenai:
1. desain SPIP yang harus dirancang oleh Kepala Dinas Pendapatan terkait penerimaan
PADnya
2. rencana pemantauan SPIP yang harus dibuat oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah
(Pemantauan Berkelanjutan dan Evaluasi Terpisah).
Sejak Pemrov DKI melakukan pembayaran gaji melalui sistem transfer rekening bank beberapa
bulan lalu, ribuan pegawai negeri sipil (PNS) diduga menerima gaji ganda. Ketua Komisi A DPRD
DKI Jakarta Achmad Suaidy, di Jakarta, kemarin, mengungkapkan dirinya menemukan banyak
PNS menerima gaji ganda.
Awal bulan masuk ke rekening Rp2,5 juta, pertengahan bulan dapat lagi Rp2,5 juta, berikut
tunjangan sebesar Rp2,7 juta. “Total yang diterima Rp7,7 juta per bulan,” ujarnya. Suaidy
menduga kekeliruan terjadi akibat administrasi tumpang tindih, manajemen kepegawaian tak
mampu melacaknya.
Kepala Biro Organisasi Tata Laksana Pemprov DKI Catur Laswanto menyatakan pihaknya sedang
melakukan pembenahan sistem administrasi karena akan ada perampingan struktur organisasi.
“Nanti pasti akan dilakukan numerasi lagi,” katanya. Setelah itu, Badan Kepegawaian Daerah
akan menyusun daftar baru terkait jumlah pegawai serta gaji yang harus diterima berikut
tunjangan.
Diskusikan:
Pengadaan peralatan medis telah dilaksanakan oleh Rumah Sakit Daerah Kabupaten Amazon
yang senilai Rp 1.500.000.000,00 . Pejabat pembuat komitmen telah ditunjuk oleh Direktur RSD
dengan surat keputusan Direktur Utama Nomor: 007/RSD/5/08 tanggal 15 Mei 2008. Demikian
pula panitia yang berjumlah 5 (lima) orang juga telah ditunjuk dengan surat keputusan yang
sama.
Diskusikan:
Hal‐hal apa saja yang harus dievaluasi secara terpisah berkaitan dengan sistem pengendalian
intern pengadaan barang peralatan medis pada Rumah Sakit Daerah Kabupaten Amazon dan
susunlah internal control questionaire‐nya (ICQ).
Salah satu butir dari beberapa alasan yang digunakan Badan Pemeriksa Keuangan dalam
memberikan opini disclaimer terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat adalah belum
ditindaklanjutinya rekomendasi audit berupa perbaikan pada instansi pemerintah pusat.
Diskusikan:
Mekanisme apa saja yang harus dibangun oleh instansi pemerintah pusat untuk meyakini telah
ditindaklanjutinya hasil audit BPK. Mekanisme dimaksud meliputi kebijakan dan prosedur yang
harus dirancang.
Berikut ini disajikan contoh checklist Pengujian Pengendalian Intern untuk kegiatan pengadaan
barang dan jasa.
23
Apakah terdapat pertanggungjawaban untuk setiap □ □
kegiatan?
24 Apakah terdapat pengamanan fisik? □ □
27
Apakah terdapat penetapan target waktu untuk □ □
penyampaian laporan pelaksanaan pengadaan?
Reviu lebih lanjut untuk menilai pengaruhnya terhadap kepatuhan
dan kewajaran harga, kuantitas, dan kualitas yang diperoleh melalui
pengadaan?
5.Pemantauan
Apakah terdapat prosedur pemantauan dan □ □
28 pengujian internal yang memadai atas keakuratan
dokumen dan transaksi?
Reviu lebih lanjut dengan audit program untuk menilai kebenaran
pembayaran.
29
Apakah setiap tahapan proses pengadaan dimonitor □ □
dan dilaporkan?
30
Apakah proses supervisi/pengawasan atas □ □
pengadaan barang dan jasa memadai?
1. Pemantauan Berkelanjutan
Dari tugas dan fungsi direktorat jenderal yang telah ditetapkan, masing‐masing ditjen
menyusun program kegiatannya dalam program‐program dan kegiatan yang telah
ditetapkan dalam jangka waktu periode tertentu.
c. Bila Saudara adalah seorang auditor intern pada instansi Saudara, langkah apa yang
Saudara lakukan untuk menguji efektivitas pemantauan berkelanjutan yang ada di
unit Saudara?
2. Evaluasi Terpisah
Dari soal nomor 1 tersebut di atas, bagaimana Saudara menetapkan kegiatan evaluasi
terpisah pada unit Saudara?
Dari hasil audit yang dilakukan oleh auditor ekstern dua tahun yang lalu, terdapat temuan
yang belum dapat ditindaklanjuti oleh unit di mana Saudara berada. Temuan tersebut
antara lain adalah tidak adanya daftar barang milik negara yang menjadi tanggung jawab
unit Saudara per 31 Desember 2004. Sedangkan pembelian aset yang dilakukan sejak 1
Januari 2005 hingga 31 Desember 2007 pencatatannya dilakukan pada 6 satuan kerja
(satker) yang ada di daerah. Ke‐6 satker tersebut telah menyelesaikan tugasnya sehingga
Diskusikan usulan kegiatan penyelesaian tindak lanjut hasil audit untuk kondisi tersebut di
atas!
4. Kasus
Instansi X telah berusaha membangun SPIP yang baik, termasuk pemantauannya. Kepada
setiap pegawai, baik pada tataran pimpinan maupun staf, telah ditekankan pentingnya
peranan mereka dalam SPIP. Telah ditetapkan prosedur untuk melaporkan setiap
ketidakcermatan, ketidakefektifan dan ketidaklaziman yang terjadi dalam kegiatan
operasional instansi. Pemantauan pada instansi X telah dilakukan dengan baik melalui
pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit.
Diminta:
a. Jelaskan pendapat anda mengenai pemantauan yang telah dilakukan oleh instansi X!
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2007. Pedoman Umum Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah. Jakarta
INTOSAI. 2004. Guidelines for Internal Control Standards for the Public Sector. Brussels.
Moeler, Robert. 2005. Brink’s Modern Internal Auditing. 6th edition. John Wiley.
Ramos, Michael J. 2006. How to comply with Sarbanes‐Oxley Section 404: Assessing the
effectiveness of internal control. 2nd edition. New Jersey, USA: E John Wiley & Sons
Inc.
United States General Accounting Office. 2001. Internal Control Management and Evaluation
Tool. Washington.