Anda di halaman 1dari 52

Pemantauan

Penyelenggaraan SPIP

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN


BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2013
Pemantauan Penyelenggaraan SPIP
Dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP dalam rangka
Diklat Teknis Substansi Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Edisi Pertama : Tahun 2013

Penyusun : Timotius Tarigan, S.E.


Narasumber : Dra. Sri Penny Ratnasari, M.M.
Pereviu : Andilo Tohom, Ak., M.A.
Penyunting : Yeni, S.E., M.M.
Penata Letak : Didik Hartadi

Pusdiklatwas BPKP
Jl. Beringin II, Pandansari, Ciawi, Bogor 16720
Telp. (0251) 8249001 ‐ 8249003
Fax. (0251) 8248986 ‐ 8248987
Email : pusdiklat@bpkp.go.id
Website : http://pusdiklatwas.bpkp.go.id
e‐Learning : http://lms.bpkp.go.id

Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau menggandakan sebagian atau


seluruh isi modul ini, serta memperjualbelikan tanpa izin tertulis dari
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP.
Kata Pengantar

Setiap pegawai harus memiliki kompetensi yang layak untuk dapat menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya. Kompetensi yang selalu dimutakhirkan dan ditingkatkan akan menjadikan
seseorang menjadi mahir dan mampu menghadapi lingkungan yang selalu berubah. Salah satu
cara untuk memutakhirkan dan meningkatkan kompetensi adalah dengan mengikuti pendidikan
dan pelatihan (diklat).

Pusdiklatwas BPKP adalah salah satu unit kerja BPKP yang memiliki tugas pokok dan fungsi
melaksanakan diklat. Dalam rangka melaksanakan mandat Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, Pusdiklatwas BPKP
berkomitmen memberikan yang terbaik bagi para peserta diklat. Kurikulum dan bahan ajar
dirancang dengan memperhatikan praktik di kementerian/lembaga dan pemerintah daerah,
sehingga materi diklat dalam proses pembelajaran adalah cerminan penerapan ilmu
pengetahuan di lapangan. Dengan demikian, peserta diklat diharapkan mampu menerapkan
hasil pendidikan dan pelatihan pada instansinya.

Modul pelatihan ini adalah salah satu bahan ajar tertulis, selain menjadi acuan pada proses
pembelajaran juga diharapkan dapat menjadi acuan pada tempat kerja para peserta diklat.
Namun modul bukan satu‐satunya referensi yang berkenaan dengan substansi materi, bahan
ajar lain yang disampaikan oleh instruktur merupakan pengayaan materi diklat. Peserta diklat
juga diharapkan tetap memperkaya dengan referensi lainnya.

Meskipun modul ini telah disusun dengan proses evaluasi dan reviu, kami menyadari perbaikan
terus menerus masih perlu dilakukan. Untuk itu, kami mengharapkan saran perbaikan untuk
menjadikan modul ini lebih bermanfaat.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi atas
terbitnya modul ini.

Ciawi, Agustus 2013


Kepala Pusdiklat Pengawasan BPKP

Dadang Kurnia, Ak., M.B.A.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP i


ii 2013 | Pusdiklatwas BPKP
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................................. iii

Daftar Gambar dan Tabel ......................................................................................................... v

Bab I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1


A. KOMPETENSI DASAR .............................................................................................. 1
B. INDIKATOR KEBERHASILAN .................................................................................... 1
C. DESKRIPSI SINGKAT STRUKTUR MODUL ................................................................ 1
D. METODOLOGI PEMBELAJARAN ............................................................................. 2

Bab II KONSEP PEMANTAUAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN ......................................... 3


A. PENGERTIAN PEMANTAUAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN ............................ 3
B. PERAN PEMANTAUAN, PIHAK‐PIHAK YANG BERTANGGUNG JAWAB, DAN
FOKUS KEGIATAN PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN ................................. 4
C. DISKUSI KELOMPOK ............................................................................................... 9

Bab III IMPLEMENTASI PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN ........................................ 11


A. MEMBANGUN FONDASI PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN ..................... 11
B. MERANCANG PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN ...................................... 12
C. MENILAI PENGENDALIAN INTERN ....................................................................... 15
D. SIMULASI PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN ............................................. 17

Bab IV PELAPORAN HASIL PEMANTAUAN .......................................................................... 21


A. PELAPORAN PRIORITAS TEMUAN ........................................................................ 21
B. PELAPORAN HASIL ............................................................................................... 21
C. PERBAIKAN YANG DIPERLUKAN SECARA TEPAT WAKTU ..................................... 22
D. LATIHAN ............................................................................................................... 37

Daftar Pustaka........................................................................................................................ 39

Simulasi Penyelenggaraan SPIP iii


iv 2013 | Pusdiklatwas BPKP
Daftar Gambar dan Tabel

Gambar

Gambar 2.1 Kubus SPIP ................................................................................................................. 3

Gambar 3.1 Alur Logis Langkah Pemantauan ............................................................................. 13

Tabel

Tabel 3.1 Penilaian Desain SPIP .................................................................................................. 15

Simulasi Penyelenggaraan SPIP v


vi 2013 | Pusdiklatwas BPKP
Bab I
PENDAHULUAN

A. KOMPETENSI DASAR

Modul ini disusun untuk memenuhi materi pembelajaran pada Diklat Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di lingkungan instansi pemerintah.

Kompetensi dasar yang ingin dicapai dari diklat ini adalah peserta mampu melakukan
pemantauan pengendalian intern secara sederhana dan memiliki gambaran
pengimplementasiannya di lingkungan instansi pemerintah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008.

B. INDIKATOR KEBERHASILAN

Setelah mengikuti diklat ini, peserta diklat diharapkan mampu:

1. menjelaskan pengertian dan arti penting pemantauan pengendalian intern;

2. menjelaskan gambaran implementasi pemantauan pengendalian intern;

3. menjelaskan pelaporan pemantauan pengendalian intern.

C. DESKRIPSI SINGKAT STRUKTUR MODUL

Modul ini dirancang untuk membekali peserta dengan pengertian, pemahaman, dan konsep‐
konsep tentang Pemantauan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang terdiri atas empat
materi bahasan yang dibagi dalam bab berikut.

Bab I Pendahuluan, membahas kompetensi dasar, indikator keberhasilan, deskripsi


singkat struktur modul, dan metodologi pembelajaran.

Bab II Konsep pemantauan pengendalian intern, membahas pengertian pemantauan


pengendalian intern, arti penting pemantauan, pihak‐pihak yang bertanggung
jawab, dan fokus kegiatan pemantauan pengendalian intern.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 1


Bab III Implementasi pemantauan pengendalian intern, membahas tentang membangun
fondasi pemantauan, merancang pemantauan, menilai sistem pengendalian intern,
dan simulasi pemantauan pengendalian intern.

Bab IV Pelaporan pemantauan pengendalian intern, membahas tentang pelaporan prioritas


temuan, pelaporan kelemahan pengendalian intern, dan perbaikan pengendalian
intern.

D. METODOLOGI PEMBELAJARAN

Metodologi pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan ini menggunakan pendekatan


pembelajaran orang dewasa (andragogi). Dengan metode ini, peserta didorong untuk berperan
serta secara aktif dalam pembelajaran.

Metode pembelajaran ini menggunakan kombinasi proses belajar mengajar dengan cara:
pemaparan materi, tanya jawab, diskusi, dan pembahasan kasus.

2 2013 | Pusdiklatwas BPKP


Bab II
KONSEP PEMANTAUAN
SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti materi ini, peserta diklat diharapkan mampu memahami konsep pemantauan
sistem pengendalian intern, arti penting pemantauan, pihak­pihak yang bertanggung jawab,
fokus kegiatan pemantauan pengendalian intern dan sub­unsur pemantauan.

Gambar 2.1 Kubus SPIP

A. PENGERTIAN PEMANTAUAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Sistem pengendalian intern yang efektif adalah sistem pengendalian intern yang dirancang
dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan rencana. Dalam sistem pengendalian intern yang
efektif, kelima unsur harus ada dan berfungsi seperti yang direncanakan. Setiap unsur SPIP
harus ada dan berfungsi efektif tidak memaksudkan bahwa setiap unsur sistem pengendalian
intern harus berfungsi secara sempurna.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 3


Rancangan SPIP serta pelaksanaannya dapat berubah tujuan, proses atau prosedur yang
dikendalikan bisa saja berubah dari waktu ke waktu, demikian pula dengan rancangan SPIP serta
pelaksanaannya dapat pula berubah. Oleh karena itu, SPIP perlu dipantau.

Pemantauan pengendalian intern adalah penilaian mutu kinerja sistem pengendalian intern dari
waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera
ditindaklanjuti. Pemantauan dilakukan pada satu periode tertentu, mencakup penilaian desain
dan operasi pengendalian dan melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan terhadapnya.
Pemantauan SPIP dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah dan tindak
lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.

Demikian juga, pemantauan SPIP tidak bertujuan untuk menyimpulkan efektivitas pelaksanaan
SPIP per unsur tanpa dikaitkan dengan unsur lainnya.

B. PERAN PEMANTAUAN, PIHAK‐PIHAK YANG BERTANGGUNG JAWAB, DAN FOKUS


KEGIATAN PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN

1. Peran Pemantauan Pengendalian Intern

Pemantauan pengendalian intern penting untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan


pengendalian yang dirancang dan dilaksanakan. Pemantauan dilakukan pada
pengendalian tingkat aktivitas maupun tingkat entitas, demikian pula dengan
pengendalian secara individu maupun secara menyeluruh.

Pengendalian yang dirancang dapat menjadi efektif pada waktu tertentu, sebaliknya dapat
juga berubah menjadi lemah.

2. Pihak‐pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan

Setiap orang dalam organisasi memiliki tanggung jawab atas kegiatan pemantauan.
Kedudukan seseorang dalam organisasi membantunya menentukan fokus dan sejauh
mana tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh
pegawai, staf, penyelia, pimpinan menengah, dan pimpinan tinggi tidak akan sama
fokusnya. Hal ini dapat dilihat dalam pembagian berikut ini.

4 2013 | Pusdiklatwas BPKP


a. Pelaksana (Staf)

Fokus utama pelaksana adalah memantau kegiatan‐kegiatan yang dilaksanakannya


sendiri untuk memastikan bahwa pekerjaan tersebut telah dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Para pelaksana harus mengoreksi kesalahan‐kesalahan yang
dijumpai dalam pekerjaannya sebelum disampaikan kepada tingkatan yang lebih
tinggi. Terkait dengan hal tersebut, pimpinan harus mendidik staf sehubungan
dengan kegiatan‐kegiatan pengendalian dan menekankan pentingnya menjaga
kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya setiap penyimpangan dan
melaporkannya. Oleh karena keterlibatannya dalam setiap rincian kegiatan
organisasi, staf dapat mengetahui lebih jelas permasalahan yang berhubungan
dengan kegiatan pengendalian. Pimpinan instansi juga harus mengingatkan staf
untuk mencatat perubahan yang terjadi dalam lingkungan, baik internal maupun
eksternal organisasi, untuk mengidentifikasi risiko perubahan‐perubahan tersebut
dan melaporkan kemungkinan dilakukannya perbaikan.

b. Penyelia (Supervisor)

Supervisi merupakan bagian penting dalam unsur pemantauan. Penyelia harus


memantau seluruh kegiatan yang berada dalam supervisinya dan memastikan
bahwa:

• staf telah melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya;

• kegiatan pengendalian telah berfungsi sebagaimana mestinya;

• masing‐masing unit telah mencapai tujuannya;

• lingkungan pengendaliannya telah sesuai;

• komunikasi telah dilakukan secara terbuka dan cukup; serta

• risiko serta peluang telah teridentifikasi dengan baik.

c. Pimpinan Menengah (Middle Management)

Fokus pimpinan menengah dalam pemantauan sistem pengendalian intern pada


dasarnya sama dengan penyelia, namun dalam lingkup yang lebih luas. Pimpinan
menengah harus menilai:

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 5


• sejauh mana pengendalian berfungsi pada berbagai unit di bawah kendalinya
dalam suatu organisasi, dan

• sejauh mana penyelia melakukan pemantauan pada unit dibawah kendalinya.

d. Pimpinan Puncak (Top Management)

Pimpinan puncak dalam suatu instansi harus memusatkan kegiatan pemantauannya


pada bagian utama dalam organisasinya. Oleh karena cakupannya lebih luas,
pimpinan puncak harus menekankan pemantauan pada pencapaian tujuan instansi
pemerintah. Pimpinan puncak juga harus memantau keberadaan risiko dan peluang
yang terjadi dalam lingkungan intern dan ekstern yang mungkin membutuhkan
perubahan dalam perencanaan instansi.

Pimpinan harus memastikan bahwa ia mengambil langkah yang benar dari hasil
pemantauan. Sebagai contoh, pimpinan mungkin menetapkan untuk membuat
tujuan baru dan mengambil manfaat dari peluang yang terbuka, melatih pegawai
untuk memperbaiki prosedur yang salah, atau mengubah kegiatan pengendalian
untuk meminimalkan terjadinya risiko.

3. Fokus Kegiatan Pemantauan Pengendalian

Kegiatan pemantauan pengendalian intern yang dilaksanakan oleh staf pelaksana,


penyelia, pimpinan menengah, dan eksekutif harus berfokus pada berikut ini.

a. Misi ‐ kegiatan pemantauan harus mencakup pengembangan dan reviu data


operasional yang memungkinkan pimpinan menetapkan apakah lembaga telah
mencapai misinya. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan pembandingan periodik
atas data operasional dengan rencana strategis instansi pemerintah.

b. Kegiatan Pengendalian ‐ merupakan kebijakan dan prosedur yang dapat membantu


memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan instansi untuk mengurangi risiko
yang telah diidentifikasi.

c. Lingkungan Pengendalian ‐ pimpinan harus memonitor lingkungan pengendalian


untuk memastikan bahwa masing‐masing eselon di bawahnya menerapkan aturan

6 2013 | Pusdiklatwas BPKP


perilaku organisasi. Pimpinan juga harus memastikan kompetensi staf pelaksana,
pelatihan yang diterima pegawai mencukupi, dan gaya serta filosofi manajemen
mendukung pencapaian misi instansi.

d. Komunikasi ‐ pimpinan secara periodik melakukan verifikasi bahwa pegawai yang


seharusnya bertanggung jawab atas informasi tertentu telah menerima dan
mendistribusikannya dengan benar, tepat waktu, cukup, dan tepat sasaran.
Pimpinan harus memastikan adanya komunikasi terbuka, yang memungkinkan
pelaporan hasil yang positif maupun yang buruk.

e. Risiko dan Kesempatan ‐ pimpinan juga harus memantau perubahan lingkungan


intern maupun ekstern organisasi untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya
risiko. Bila perubahan dapat diidentifikasi, pimpinan harus menanganinya dengan
benar, dan pimpinan harus menyadari bahwa melakukan penundaan penanganan
atas risiko dapat menimbulkan kerusakan pada organisasi dan hilangnya
kesempatan yang menimbulkan ketidakefisienan di kemudian hari.

Pemantauan pengendalian intern dalam sistem pengendalian intern instansi pemerintah


(SPI‐IP) mencakup kegiatan: pemantauan berkelanjutan (on‐going monitoring); evaluasi
terpisah (separate evaluations); dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu
lainnya. Pemantauan SPIP membantu pimpinan untuk memastikan bahwa setiap unsur
dalam pengendalian intern berfungsi dengan baik dalam jangka waktu tertentu.

Pemantauan yang efektif mencakup tiga elemen berikut.

a. Membangun dasar untuk melakukan pemantauan. Hal ini mencakup:

1) Tone at the top, yakni sikap dan perilaku para pimpinan terhadap sistem
pengendalian sehingga memberikan teladan dan memotivasi seluruh pegawai
untuk peduli terhadap pengendalian.

2) Struktur organisasi yang efektif yang menggambarkan adanya kegiatan


pemantauan terhadap sumber daya manusia yang duduk dalam suatu fungsi
tertentu memiliki kemampuan yang memadai, objektif, dan memiliki otoritas.

3) Suatu titik awal yang jelas untuk menerapkan pemantauan berkelanjutan atau
evaluasi terpisah secara efektif.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 7


b. Mendisain dan melaksanakan prosedur pemantauan.

Agar dapat dilakukan pemantauan, diperlukan informasi yang dapat diandalkan


untuk menyimpulkan efektivitas SPIP. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan:

1) pemrioritasan risiko

Efektivitas dan efisiensi pemantauan dapat dilakukan bila dihubungkan dengan


hasil penilaian risiko. Fokus pemantauan dilakukan pada pengendalian atas
risiko kunci

2) identifikasi atas pengendalian kunci

3) kecukupan informasi.

4) Melaksanakan pemantauan, yang mencakup berikut.

• Pemantauan berkelanjutan (on‐going monitoring), merupakan


pemantauan SPIP yang prosedurnya diintegrasikan dengan kegiatan
rutin operasional suatu organisasi. Oleh karena dibangun di dalam
kegiatan rutin dan bersifat fleksibel, pemantauan dapat berfungsi seiring
dengan terjadinya perubahan dalam kegiatan normal. Dengan demikian,
pemantauan berkelanjutan akan menghasilkan informasi secara real
time sehingga kelemahan pengendalian akan lebih cepat teridentifikasi.

• Evaluasi terpisah (separate evaluation), yakni penilaian efektivitas SPIP


yang dilakukan secara terpisah dari kegiatan rutin suatu organisasi.
Evaluasi terpisah dapat menggunakan metode yang sama dengan
pemantauan berkelanjutan, namun dirancang untuk mengevaluasi
pengendalian secara periodik serta tidak diintegrasikan dengan kegiatan
rutin unit organisasi yang dievaluasi. Evaluasi terpisah dilaksanakan oleh
orang yang secara tidak langsung terkait dengan kegiatan rutin yang
dievaluasi. Dengan demikian, hasilnya akan lebih objektif dibandingkan
dengan pemantauan berkelanjutan. Evaluasi terpisah ini dapat dilakukan
oleh instansi pemerintah itu sendiri, aparat pengawasan intern
pemerintah (APIP) atau pihak eksternal yang independen.

8 2013 | Pusdiklatwas BPKP


• Tindak lanjut hasil pemantauan. Penyelesaian tindak lanjut rekomendasi
hasil audit adalah upaya untuk memastikan bahwa temuan audit dan
reviu lainnya telah atau segera diselesaikan.

Kombinasi antara pemantauan berkelanjutan (on‐going monitoring) dan


evaluasi terpisah (separate evaluation) membuat kegiatan pemantauan atas
pengendalian intern menjadi lebih efektif. Semakin efektif pelaksanaan
pemantauan berkelanjutan, akan semakin sedikit kebutuhan akan evaluasi
terpisah.

c. Menilai dan melaporkan hasil pemantauan

Hal yang dilakukan dalam menilai efektivitas SPIP adalah:

1) prioritas dan komunikasi hasil pemantauan, mencakup kelemahan


pengendalian yang berakibat materil terhadap pencapaian tujuan, efektivitas
pengendalian pengganti (compensating control) dan agregasi dampak atas
kelemahan pengendalian

2) pelaporan intern dan ekstern.

C. DISKUSI KELOMPOK

1. Jelaskan pengertian pemantauan pengendalian intern!

2. Setiap instansi pemerintah memiliki visi dan misinya sendiri yang tercantum dalam
renstranya. Apa peranan pemantauan SPIP dalam pencapaian misi instansi pemerintah?

3. Apa peranan para pegawai atau staf dalam pemantauan pengendalian intern?

4. Hal apa saja yang menjadi fokus setiap pihak yang menjalankan pemantauan pengendalian
intern?

5. Jelaskan perbedaan pokok dan hubungan dari masing‐masing metode atau kegiatan
pemantauan, yakni pemantauan berkelanjutan, penilaian terpisah, dan tindak lanjut
rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya!

6. Jelaskan elemen‐elemen yang turut memengaruhi kegiatan pemantauan!

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 9


7. Jelaskan pendapat Anda mengenai peranan tone of the top terhadap efektif tidaknya
pemantauan pengendalian intern.

8. Jelaskan pendapat Anda mengenai kegiatan penilaian sendiri. Apa yang menjadi
keuntungan utama pemantauan dengan penilaian sendiri? Apa yang menjadi kendala atau
kerugiannya?

9. Sebutkan contoh‐contoh pemantauan berkelanjutan!

10 2013 | Pusdiklatwas BPKP


Bab III
IMPLEMENTASI
PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN

Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti materi ini, peserta diklat diharapkan mampu melaksanakan
pemantauan pengendalian intern.

Dalam membangun pemantauan pengendalian intern, perlu memerhatikan tiga aspek yaitu
fondasi pemantuan, desain dan pelaksanaan pemantauan, dan penilaian serta pelaporannya.

A. MEMBANGUN FONDASI PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN

Agar pemantauan pengendalian intern dapat terlaksana, perlu dibangun fondasi pemantauan
terlebih dahulu. Fondasi pemantauan pengendalian intern yang perlu dibangun tersebut
mencakup berikut.

1. Sikap pimpinan terhadap pentingnya SPIP. Dukungan pimpinan terhadap penyelenggaraan


SPIP akan memengaruhi sikap manajemen dalam memantau efektivitas pelaksanaan SPIP.

2. Struktur organisasi yang mempertimbangkan peran manajemen dalam hal monitoring


dan penggunaan evaluator dengan tingkat kapabilitas, objektivitas, otoritas dan sumber
daya yang memadai. Hal ini mencakup penugasan personil yang memiliki kemampuan,
objektivitas dan otoritas dalam melaksanakan pemantauan. Pemahaman personil yang
ditugaskan untuk mengevaluasi SPIP (evaluator) sangat penting. Oleh karena itu evaluator
harus memahami SPIP di unit yang akan dievaluasi, risiko yang diidentifikasi, bagaimana
pengendalian seharusnya bekerja dan kecukupan pengendalian yang dibutuhkan risiko.

Dalam melakukan evaluasi terpisah, pimpinan dapat membentuk tim yang terpisah dari
unit yang akan dievaluasi, atau dapat juga meminta inspektorat untuk melaksanakannya.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 11


3. Pemahaman dasar atas efektivitas sistem pengendalian intern

Selanjutnya, pimpinan juga perlu memiliki informasi awal kondisi sistem pengendalian
intern pada instansi yang dipimpinnya. Informasi ini penting sehingga pimpinan dapat
mengetahui dasar penerapan pemantauan berkelanjutan.

Pemahaman akan penyebab ketidakefektifan SPIP diperlukan. Penyebab SPIP tidak efektif
karena:

a. SPIP tidak dirancang dan dilaksanakan dengan baik di awal;

b. SPIP dirancang dan dilaksanakan dengan baik pada awalnya, tetapi adanya
perubahan lingkungan tidak diikuti dengan penyesuaian rancangan SPIP‐nya;

c. SPIP dirancang dan dilaksanakan dengan baik pada awalnya, namun dengan adanya
perubahan proses bisnis, tidak dilakukan penyesuaian terhadap SPIP‐nya.

B. MERANCANG PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN

Dalam pemantauan pengendalian intern, evaluator harus dapat menilai informasi persuasif
tentang pelaksanaan satu atau lebih pengendalian terhadap risiko kunci atas pencapaian tujuan
organisasi. Mengingat SPIP yang dibangun berbasis risiko, penilaian informasi ini akan
membantu evaluator memfokuskan pemantauannya pada hal yang dapat memberikan dasar
untuk menyimpulkan efektivitas SPIP.

Oleh karena itu, langkah pemantauan dapat dirancang dengan mengikuti alur logis berikut.

12 2013 | Pusdiklatwas BPKP


Mengembangkan dan Memahami &
mengimplementasikan memprioritaskan risiko
prosedur yang efektif tujuan organisasi
dan efisien

4. Implementasi 1. Pemrioritasan
Pemantauan Risiko

3. Identifikasi 2. Identifikasi
Informasi Pengendalian

Mengidentifikasi Mengidentifikasi
informasi yg pengendalian kunci
dibutuhkan untuk atas risiko kunci/
menyimpulkan efektivitas SPIP prioritas

Sumber: COSO Guidance on Monitoring Internal Control Systems Vol 1.

Gambar 3.1 Alur Logis Langkah Pemantauan

1. Pemrioritasan Risiko

Dalam implementasi SPIP, manajemen telah melakukan penilaian risiko terhadap


pencapaian tujuan organisasinya. Dari hasil penilaian risiko tersebut manajemen telah
menetapkan mana yang menjadi risiko yang sangat memengaruhi pencapaian tujuannya
(meaningful risk) atau sering disebut dengan risiko kunci. Prioritas pemantauan dilakukan
terhadap risiko yang dianggap sebagai risiko kunci tersebut. Faktor risiko yang perlu
menjadi pertimbangan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

a. sifat operasi;

b. perubahan dalam proses bisnis;

c. faktor lingkungan; dan

d. kerentanan terhadap pencurian atau fraud.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 13


2. IDENTIFIKASI PENGENDALIAN

Agar dapat mengidentifikasi pengendalian kunci (key control), perlu memahami:

a. bagaimana SPIP pada unit tersebut dirancang untuk memitigasi risiko kunci

b. bagaimana kemungkinan tidak berfungsinya pengendalian tersebut tidak terdeteksi.

Analisis terhadap pengendalian kunci dapat dilakukan dengan memerhatikan faktor‐faktor


berikut.

a. Kompleksitas

b. Pertimbangan, berdasarkan pengalaman manajemen atau evaluator.

c. Pengendalian yang bersifat manual atau otomatis

d. Kegagalan pengendalian sebelumnya

e. Kompetensi personil

f. Risiko pengabaian oleh manajemen

g. Kemungkinan terjadinya kegagalan deteksi.

3. Identifikasi Informasi

Informasi yang diperlukan adalah informasi yang bersifat relevan, reliable dan tepat waktu
untuk dapat mendukung pengambilan kesimpulan efektivitas SPIP pada unit yang
dipantau.

4. Pelaksanaan Pemantauan

Berdasarkan desain pemantauan yang telah direncanakan, kegiatan pengendalian yang


terpilih dan tersedianya informasi yang mendukung, maka pelaksanaan pemantauan
terhadap efektivitas SPIP dilakukan baik dalam bentuk pemantauan berkelanjutan atau
evaluasi terpisah.

14 2013 | Pusdiklatwas BPKP


C. MENILAI PENGENDALIAN INTERN

Dalam menilai pengendalian intern, langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Pengujian rancangan SPIP (Test of Design)

Berdasarkan table analisis risk & control, evaluator dapat melakukan evaluasi terhadap
rancangan SPIP dengan melihat kondisi penilaian per‐subkegiatan. Bila terdapat material
weakness pada satu subkegiatan, maka dapat disimpulkan material weakness pada
rancangan pengendalian (control design) pada kegiatan tersebut. Apabila terdapat satu
significant deficiency pada salah satu subkegiatan sementara pada subkegiatan lain hanya
deficiency maka simpulannya adalah significant deficiency pada desain, dan jika semua
subkegiatan significant deficiency maka simpulan atas rancangan pengendalian adalah
deficiency.
Program Kondisi
Pengendalian Pengendalian Informasi
Tujuan No / Lingkungan Risiko Simpulan
yang ada tambahan Komunikasi
kegiatan Pengendalian

Tabel 3.1 Penilaian Desain SPIP

2. Pengujian pengendalian (Test of Control)

Pengujian implementasi pengendalian dilakukan dengan menguji bukti‐bukti yang


menunjukkan proses pengendalian tersebut. Penilaian efektivitas operasional/
pelaksanaan dilakukan dengan tujuan untuk menetapkan apakah pengendalian yang telah
diidentifikasi berfungsi sesuai rancangan dan apakah personil yang menjalankan
pengendalian memiliki wewenang dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pengendalian secara efektif.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 15


Penilaian atas efektivitas operasional dilakukan melalui pengujian atas pengendalian (test
of control/TOC) terhadap kegiatan terpilih berdasarkan klasifikasi berikut:

• kegiatan rutin harian;

• kegiatan bulanan;

• kegiatan tahunan;

• kegiatan insidentil.

Teknik pengujian pengendalian (Test Of Control)

TOC atas efektivitas operasional harus mencakup kegiatan reviu dokumen yang dapat
diperkuat dengan wawancara personil yang terlibat, observasi terhadap kegiatan yang
terkait, dan pengetesan (reperformance) aplikasi pengendalian yang ada.

Evaluator harus melaksanakan TOC dalam waktu tertentu yang memungkinkan


penyimpulan pada tanggal pelaporan bahwa pengendalian yang diperlukan untuk
mencapai tujuan sesuai kriteria pengendalian telah dilaksanakan dengan efektif. Waktu
pengujian dipengaruhi oleh sifat pengendalian dan frekuensi pelaksanaan pengendalian.

Langkah kerja sebagai berikut.

a. Setelah penilaian efektivitas desain pilih kegiatan pengendalian yang akan diuji.

b. Tentukan populasi

Setelah mengidentifikasi kegiatan yang dipilih, evaluator harus menentukan jumlah


populasi atas kegiatan tersebut sebagai dasar menentukan ukuran sampel yang
dipilih.

c. Menentukan jumlah sampel

Sampel harus dipilih berdasarkan jenis transaksi dan jumlah populasi dari masing‐
masing kegiatan.

d. Melakukan penilaian

Penilaian dalam tahap ini adalah mengidentifikasi apakah kegiatan pengendalian


kunci telah dilaksanakan sesuai rencana atau belum.

16 2013 | Pusdiklatwas BPKP


3. Identifikasi kelemahan pengendalian

Salah satu pendekatan dalam menetapkan tingkat kelemahan pengendalian adalah


dengan membandingkan pengaruh kelemahan pengendalian terhadap pencapaian target
kinerja, sebagai contoh:
• material weakness;
• significant deficiency;
• deficiency;
• efektivitas.

4. Memprioritaskan atas kelemahan pengendalian

Kelemahan pengendalian yang ditemukan diprioritaskan untuk dilaporkan kepada pihak


yang terkait dengan risiko (pemilik risiko). Tujuan pelaporan sesegera mungkin adalah agar
pemilik risiko atau yang terkait dengannya dapat segera melakukan perbaikan atas
kelemahan pengendalian.

D. SIMULASI PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN

Dalam kelompok Saudara, lakukan pemantauan pengendalian intern terhadap unit yang telah
dilakukan penerapan unsur 1 sampai 4 (Lingkungan Pengendalian sampai dengan Informasi dan
Komunikasi).

Saudara harus sudah menunjuk ketua kelompok.

1. Fondasi Pemantauan Pengendalian Intern

a. Tone at the top

1) Dari hasil Evaluasi Lingkungan Pengendalian yang telah dihasilkan pada tahap
sebelumnya, identifikasi kondisi lingkungan pengendalian terkait Pemantauan
Pengendalian Intern.

2) Bandingkan antara hasil kuesioner dengan laporan hasil audit/reviu terkait


aspek pemantauan pengendalian intern.

3) Buatkan simpulan atas point i dan ii tersebut di atas.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 17


b. Struktur organisasi

Diskusikan sesuai dengan unit yang Saudara evaluasi! Atas pengendalian intern yang
telah dilaksanakan, siapa saja yang seharusnya melakukan:

• pemantauan berkelanjutan, dan

• evaluasi terpisah.

c. Pemahaman dasar atas efektivitas sistem pengendalian intern

1) Pelajari peta risiko yang telah dibuat pada sesi terdahulu!

2) Uji alur logika mulai dari “TujuanÆRisikoÆKegiatan Pengendalian (eksisting


dan tambahan)” yang telah dibuat!

3) Simpulkan keterkaitannya!

2. Rancangan Pemantauan Pengendalian Intern

a. Pemrioritasan Risiko

Dari hasil penilaian risiko yang telah dibuat peta risikonya, identifikasi risiko kunci
pada unit yang dievaluasi. Gunakan aspek berikut dalam menetapkan risiko kunci.

1) Sifat operasi.

2) Perubahan dalam proses bisnis

3) Faktor lingkungan

4) Kerentanan terhadap pencurian atau fraud.

b. Identifikasi Pengendalian

Dari kegiatan pengendalian yang telah dirancang pada sesi terdahulu, pilihlah
kegiatan pengendalian kunci (key control) atas risiko kunci (key risk) yang telah
teridentifikasi.

c. Identifikasi Informasi

1) Identifikasi informasi yang diperlukan agar dapat menyimpulkan efektivitas


SPIP yang akan dievaluasi!

18 2013 | Pusdiklatwas BPKP


2) Diskusikan faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan
informasi yang diperlukan!

d. Rencana Pelaksanaan Pemantauan

1) Dari hasil diskusi (point c) tersebut, buatlah rencana pemantauan berikut!

a) pemantauan berkelanjutan

b) evaluasi terpisah.

2) Diskusikan hal apa yang membedakan antara pemantauan berkelanjutan dan


evaluasi terpisah tersebut di atas!

3. Penilaian Pengendalian Intern

a. Test of Design

1) Dari informasi yang telah dimiliki, ujilah desain sistem pengendalian intern unit
yang Saudara evaluasi!

2) Berikan penilaian atas hasil pengujian saudara!

b. Test of control

1) Rencanakan pengujian yang akan saudara lakukan!

2) Tentukan populasi unit yang akan diuji. Dari populasi yang telah dipilih,
tentukan sampel pengujian atas pengendalian internnya!

4. Buat simpulan atas pengujian yang Saudara lakukan

Dalam membuat simpulan, Saudara harus memerhatikan:

a. kemungkinan terjadinya kelemahan pengendalian

b. materialitas bila kelemahan pengendalian.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 19


20 2013 | Pusdiklatwas BPKP
Bab IV
PELAPORAN HASIL PEMANTAUAN

Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu menyusun secara sederhana
laporan kegiatan pemantauan SPIP yang dilaksanakan.

Pelaku pemantauan melaporkan hasil pemantauan kepada pihak yang tepat. Pelaporan hasil
pemantauan mencakup prioritas temuan, pelaporan hasil, dan tindak lanjut dengan perbaikan
pengendalian. Uraian berikut menjelaskan ketiga hal tersebut.

A. PELAPORAN PRIORITAS TEMUAN

Hasil pemantauan adalah berupa temuan kelemahan pengendalian. Pengkomunikasian


kelemahan pengendalian ini mengacu pada tingkat keseriusan dari kelemahannya. Aturan dasar
berikut dapat digunakan sebagai acuran.

1. Seluruh kelemahan pengendalian dilaporkan kepada orang yang bertanggung jawab atas
proses kegiatan dan pengendalian terkait dan atasan langsungnya

2. Kelemahan dan masalah pengendalian intern yang serius segera dikomunikasikan kepada
pimpinan tertinggi instansi pemerintah.

Pimpinan instansi pemerintah sebaiknya menetapkan batasan tingkat keseriusan temuan


kelemahan pengendalian dalam sebuah kebijakan. Kebijakan ini harus selaras dengan kebijakan
risiko (risk policy) yang telah digunakan dalam menetapkan skala dampak dan kemungkinan
risiko pada tahap penilaian risiko.

B. PELAPORAN HASIL

Pengomunikasian hasil pemantauan merupakan kegiatan yang melibatkan pimpinan instansi


pemerintah dan pejabat unit di bawahnya dengan tim dan atau pimpinan unit/instansi yang
melaksanakan pemantauan. Beberapa hal yang perlu dibangun dalam pengomunikasian hasil
pemantauan adalah:

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 21


1. Komunikasi yang efektif harus dibangun dengan tim yang melakukan pemantauan.
Pimpinan instansi pemerintah dan pejabat unit terkait dengan proses audit dan reviu
lainnya harus memastikan keandalan temuan/kelemahan pengendalian. Pembahasan
mengenai kelemahan ini dilakukan secara intensif sejak berlangsungnya pemantauan atau
pada tahap akhir pemantauan.

2. Pimpinan instansi pemerintah dan pejabat unit terkait harus mengapresiasi temuan‐
temuan hasil pemantauan yang bersifat memperkuat sistem pengendalian intern, dan
mendiskusikan bagaimana agar dapat segera melakukan tindak lanjut atas permasalahan
yang ditemukan

3. Pimpinan instansi pemerintah dalam kesempatan pertama segera menginformasikan


kepada pimpinan instansi yang melakukan audit dan reviu lainnya, berkaitan dengan
pelaksanaan tindak lanjut yang telah dilakukan oleh instansi pemerintah atau unit di
bawahnya

4. Pimpinan instansi pemerintah harus memiliki database yang mencatat semua informasi
hasil audit dan hasil reviu, berdasarkan laporan hasil audit dan hasil reviu yang diterima
dari instansi/unit yang melakukan audit dan reviu lainnya. Database tersebut di‐update
berdasarkan tindak lanjut hasil audit dan reviu lainnya yang telah dilaksanakan dan
disetujui oleh instansi yang melakukan audit dan reviu lainnya. Hasil updating database
tersebut dilaporkan oleh pejabat yang mengoordinasikan tindak lanjut hasil audit dan
reviu lainnya kepada pimpinan instansi pemerintah

C. PERBAIKAN YANG DIPERLUKAN SECARA TEPAT WAKTU

Perbaikan atas kelemahan pengendalian dilaporkan baik pada pihak intern maupun pihak
ekstern yang dianggap perlu mendapatkan informasinya. Hal ini penting agar pihak ekstern
dapat mengetahui sejauh mana instansi pemerintah tersebut telah memperbaiki kinerjanya
terutama terkait dengan pelayanan publik.

Beberapa hal yang harus dilakukan guna memastikan dilakukannya tindak lanjut perbaikan
pengendalian secara tepat waktu adalah:

22 2013 | Pusdiklatwas BPKP


1. Pimpinan instansi pemerintah bersama‐sama dengan pimpinan instansi/unit yang
melaksanakan pemantauan pengendalian, secara berkala, melakukan koordinasi untuk
melakukan pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut.

2. Untuk efektivitas pemantauan tindak lanjut hasil audit, pimpinan instansi pemerintah
dapat mendelegasikan tugas pemantauan tersebut kepada pejabat unit di bawahnya

3. Secara berkala pejabat unit yang mempunyai tugas melakukan koordinasi untuk
pelaksanaan tindak lanjut, melaporkan hasil tindak lanjut hasil audit dan reviu lainnya
kepada pimpinan instansi pemerintah

4. Pimpinan instansi pemerintah harus melakukan analisis yang cukup terhadap temuan‐
temuan hasil audit dan reviu lainnya yang tidak dapat ditindaklanjuti secara tuntas. Hasil
analisis tersebut dapat digunakan oleh pimpinan instansi pemerintah untuk memutuskan
alternatif tindak lanjut yang harus dilakukan agar permalahan temuan audit dan reviu
lainnya menjadi tuntas, dan kegiatan organisasi dapat dilaksanakan secara efisien dan
efektif.

5. Pimpinan instansi pemerintah juga harus melakukan evaluasi yang cukup atas efektivitas
pelaksanaan tindak lanjut hasil audit, yang dilakukan dengan maksud agar kondisi yang
menunjukkan kelemahan pengendalian tidak terulang lagi dalam pelaksanaan kegiatan
yang sama.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 23


24 2013 | Pusdiklatwas BPKP
Bahan Diskusi I

Potensi PAD Sumut Tak Terdata

RABU, 22 OKTOBER 2008 | 16:57 WIB (WWW.KOMPAS.COM)

MEDAN, RABU ‐ Potensi pendapatan asli daerah Provinsi Sumut selama ini tak terdata dengan
baik. Akibatnya anggaran pendapatan dan belanja daerah dari tahun ke tahun tak pernah bisa
meningkat secara signifikan. Kenaikan anggaran hampir selalu terjadi karena limpahan sisa lebih
perhitungan anggaran atau silpa tahun sebelumnya.

Dari dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA) rancangan anggaran pendapatan dan belanja
daerah (RAPBD) Provinsi Sumut tahun 2009 yang diserahkan ke Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) tergambar, kenaikan anggaran tahun 2009 hanya berasal dari perhitungan silpa
tahun 2008. Menurut Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F‐PKS) DPRD Sumut Sigit Pramono
Asri, Pemprov Sumut tak bisa menaikkan anggaran dari tahun ke tahun secara signifikan karena
tak pernah mengelola potensi PAD dengan baik.

"Kalau tidak ditekan oleh DPRD, Pemprov Sumut tak pernah mau menaikkan nilai APBD. Tahun
2007 Pemprov Sumut mengajukan RAPBD sebesar Rp 2,7 triliun. Setelah kami tekan Pemprov
Sumut, akhirnya mereka bisa menaikkannya menjadi Rp 3 triliun. Demikian juga saat RAPBD
tahun 2008, yang diajukan Rp 3 triliun, akhirnya bisa kami tekan jadi Rp 3,2 triliun," kata Sigit di
Medan, Rabu (22/10).

Sigit melihat tidak adanya data potensi PAD yang membuat Pemprov Sumut tak bisa
mengalokasikan kenaikan anggaran secara signifikan dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan di wilayah ini. "Padahal perda soal pungutan dan retribusi ada
dimana‐mana. Belum lagi pendapatan yang disetor oleh badan usaha milik daerah. Tak pernah
terdata dengan baik berapa sebenarnya potensinya," ujar Sigit.

Lebih lanjut menurut Sigit, kondisi ini semakin diperparah dengan kinerja keuangan BUMD. Dia
menengarai banyak BUMD yang kinerjanya tak jelas. "PD (perusahaan daerah) Perhotelan itu
tidak punya hotel, tetapi setiap tahun menyetor ke PAD. Jadi dari mana sebenarnya mereka

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 25


dapat uang. Belum lagi PD AIJ (aneka industri dan jasa), orangnya ada, barangnya ada, tetapi
enggak jelas siapa yang diurus," kata Sigit.

Sekretaris Daerah Provinsi Sumut R.E. Nainggolan membenarkan ketiadaan pendataan potensi
PAD. Nainggolan mengatakan, pendataan potensi PAD baru akan dilakukan sekarang ini. "Dalam
dua bulan ke depan, saya berharap seluruh potensi PAD Sumut bisa terdata sehingga kami tahu,
dari mana kami bisa menggenjot penerimaan anggaran," katanya.

Menurut Nainggolan selama ini PAD terbesar di Sumut disumbang dari sektor pajak daerah. Dari
total PAD yang tercantum dalam dokumen KUA RAPBD 2009 sebesar Rp2.062.502.616.180,00
pajak daerah menyumbang sebesar Rp1.904.747.000.000,00 dan retribusi daerah sebesar
Rp25.552.581.000,00 "Memang selama ini yang terbesar disumbang pajak daerah, antara lain
dari pajak kendaraan bermotor, dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB). Tetapi itu
pun yang paling besar menikmatinya daerah tingkat dua," ujar Nainggolan.

Nainggolan mengatakan, Pemprov Sumut tengah memperjuangkan peningkatan PAD dari bagi
hasil perkebunan. Saat ini undang‐undang (UU) belum mengatur bagi hasil perkebunan untuk
daerah. Dana bagi hasil yang diatur UU baru sebatas minyak, gas, dan pertambangan. "Padahal
untuk Sumut potensi penerimaan dari sektor perkebunan sangat besar. Untuk itulah kami
sangat berharap pemerintah pusat bisa memberikan dana bagi hasil di sektor perkebunan ini,"
katanya.

Diskusikan:

Untuk menyikapi kasus di atas, Kepala Inspektorat Propinsi Sumatera Utara mensinyalir bahwa
masalahnya bukan saja pada potensi PAD‐nya yang belum terdata dengan baik, tetapi
kemungkinan juga pada realisasi penerimaan PAD yang tidak terawasi secara memadai sehingga
kenaikan PAD‐nya tidak signifikan.

Saudara diminta mendiskusikan dengan Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Sumatera Utara
mengenai:

1. desain SPIP yang harus dirancang oleh Kepala Dinas Pendapatan terkait penerimaan
PADnya

2. rencana pemantauan SPIP yang harus dibuat oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah
(Pemantauan Berkelanjutan dan Evaluasi Terpisah).

26 2013 | Pusdiklatwas BPKP


Bahan Diskusi 2

Gaji PNS DKI Dibayar Ganda

Media Indonesia, 9 Desember 2008

Sejak Pemrov DKI melakukan pembayaran gaji melalui sistem transfer rekening bank beberapa
bulan lalu, ribuan pegawai negeri sipil (PNS) diduga menerima gaji ganda. Ketua Komisi A DPRD
DKI Jakarta Achmad Suaidy, di Jakarta, kemarin, mengungkapkan dirinya menemukan banyak
PNS menerima gaji ganda.

Awal bulan masuk ke rekening Rp2,5 juta, pertengahan bulan dapat lagi Rp2,5 juta, berikut
tunjangan sebesar Rp2,7 juta. “Total yang diterima Rp7,7 juta per bulan,” ujarnya. Suaidy
menduga kekeliruan terjadi akibat administrasi tumpang tindih, manajemen kepegawaian tak
mampu melacaknya.

Kepala Biro Organisasi Tata Laksana Pemprov DKI Catur Laswanto menyatakan pihaknya sedang
melakukan pembenahan sistem administrasi karena akan ada perampingan struktur organisasi.
“Nanti pasti akan dilakukan numerasi lagi,” katanya. Setelah itu, Badan Kepegawaian Daerah
akan menyusun daftar baru terkait jumlah pegawai serta gaji yang harus diterima berikut
tunjangan.

Diskusikan:

Langkah‐langkah pembenahan atas sistem yang berfungsi sebagai media pemantauan


berkelanjutan yang dapat mendeteksi secara dini suatu kelemahan atau penyimpangan oleh
manajemen.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 27


28 2013 | Pusdiklatwas BPKP
Bahan Diskusi 3

Pengadaan peralatan medis telah dilaksanakan oleh Rumah Sakit Daerah Kabupaten Amazon
yang senilai Rp 1.500.000.000,00 . Pejabat pembuat komitmen telah ditunjuk oleh Direktur RSD
dengan surat keputusan Direktur Utama Nomor: 007/RSD/5/08 tanggal 15 Mei 2008. Demikian
pula panitia yang berjumlah 5 (lima) orang juga telah ditunjuk dengan surat keputusan yang
sama.

Diskusikan:

Hal‐hal apa saja yang harus dievaluasi secara terpisah berkaitan dengan sistem pengendalian
intern pengadaan barang peralatan medis pada Rumah Sakit Daerah Kabupaten Amazon dan
susunlah internal control questionaire‐nya (ICQ).

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 29


30 2013 | Pusdiklatwas BPKP
Bahan Diskusi 4

Salah satu butir dari beberapa alasan yang digunakan Badan Pemeriksa Keuangan dalam
memberikan opini disclaimer terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat adalah belum
ditindaklanjutinya rekomendasi audit berupa perbaikan pada instansi pemerintah pusat.

Diskusikan:

Mekanisme apa saja yang harus dibangun oleh instansi pemerintah pusat untuk meyakini telah
ditindaklanjutinya hasil audit BPK. Mekanisme dimaksud meliputi kebijakan dan prosedur yang
harus dirancang.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 31


32 2013 | Pusdiklatwas BPKP
Bahan Diskusi 5

Berikut ini disajikan contoh checklist Pengujian Pengendalian Intern untuk kegiatan pengadaan
barang dan jasa.

Checklist Pengujian Pengendalian Intern


Kriteria Indikator Ya Tidak
1. Lingkungan Pengendalian
Integritas 1 Apakah pejabat pengadaan membuat Pakta
Integritas untuk melaksanakan pelelangan
□ □
pengadaan dengan bersih, adil, dan transparan?
(Keppres 80 th 2003, Pasal 10 ayat 5 (i))
Reviu atas Integritas hanya dilihat dari ada tidaknya pakta integritas,
bila tidak ada berarti kelemahan lingkungan pengendalian.
Konflik 2 Apakah pejabat atau personil instansi sudah □ □
kepentingan bertindak independen? (misalnya tidak ada konflik
kepentingan atau memiliki hubungan istimewa
dengan pemenang tender).
3 Apakah pengambilan keputusan pemenang tender □ □
dibuat secara independen? (misalnya tidak ada
intervensi atas keputusan tim pengadaan).
4 Apakah terdapat kebijakan dan mekanisme untuk □ □
mencegah/melarang pimpinan instansi dan pejabat
instansi lainnya berpartisipasi langsung dalam setiap
kegiatan pengadaan?
5 Apakah terdapat kebijakan dan mekanisme untuk □ □
mencegah/melarang pimpinan instansi dan pejabat
lainnya berpartisipasi tidak langsung dalam setiap
kegiatan pengadaan?
Catatan:
Berpartisipasi langsung adalah adanya praktik
perusahaan dalam perusahaan atau kondisi dimana
pejabat/pegawai yang bersangkutan ataupun
keluarganya memiliki kepemilikan atau kepentingan
secara finansial atas transaksi tersebut.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 33


Kriteria Indikator Ya Tidak
Berpartisipasi tidak langsung adalah mengundang,
memberikan persetujuan, memberikan dan
mengungkapkan informasi, menerima hadiah untuk
kepentingan tertentu pihak ketiga dan aktivitas lain
berkaitan dengan pengadaan yang bertentangan
dengan kebijakan perusahaan.
Reviu lebih lanjut sesuai audit program untuk menilai perencanaan,
pelaksanaan pelelangan serta pengidentifikasian adanya indikasi
praktik KKN.
Komitmen 6 Apakah panitia/tim lelang yang ditunjuk memiliki □ □
untuk kompetensi dalam bidang barang dan jasa yang
kompetensi diadakan?
Reviu lebih lanjut apakah berpengaruh ke dalam kewajaran harga,
kualitas dan kuantitas (audit program untuk menguji kewajaran
harga, kualitas, dan kuantitas).
Struktur 7 Apakah struktur yang dibentuk untuk Tim □ □
organisasi Pengadaan sudah cukup memadai dilihat dari
kemampuan untuk bertindak independen dan
objektif?
Filosofi dan gaya 8 Apakah pengambilan keputusan bersifat formal dan □ □
manajemen konsisten dengan prosedur dan kebijakan instansi?
9 Apakah terdapat uraian tugas dan batasan □ □
kewenangan yang jelas dari tim pengadaan?
10 Apakah terdapat pengecualian atas kebijakan? □ □
11 Bila pertanyaan butir 10 dijawab: Ya, apakah □ □
pengecualian dilakukan dengan alasan yang
memadai dan didokumentasikan?
Reviu lebih lanjut pengaruhnya pada kepatuhan terhadap prosedur
dan peraturan perundang‐undangan (audit program untuk
meyakinkan kesesuaiannya dengan pedoman dan perundangan yang
berlaku).

34 2013 | Pusdiklatwas BPKP


Kriteria Indikator Ya Tidak
2. Penilaian Risiko
Tujuan 12 Apakah pengadaan barang dan jasa telah sesuai □ □
dengan tujuan prosedur pengadaan barang/jasa
umumnya dan tujuan unit kerja khususnya?
Identifikasi 13 Apakah kemungkinan terjadinya kerugian yang □ □
Risiko signifikan atas pengadaan barang dan jasa telah
diidentifikasi oleh instansi?
14 Apakah telah dilakukan identifikasi/kajian atas risiko □ □
yang berpengaruh pada efisiensi dan efektivitas
pengadaaan dan sistem pengadaan?
15 Apakah telah dilakukan identifikasi/kajian atas risiko □ □
yang berkaitan dengan isi perjanjian/ kontrak?
Reviu lebih lanjut untuk menilai bahwa pengadaan dilakukan sesuai
kebutuhan dan tidak merugikan perusahaan.
3. Kegiatan pengendalian
Kebijakan dan 16 Apakah prosedur dan kebijakan telah ditetapkan □ □
prosedur untuk mendukung sistem pengadaan barang dan
jasa?
17 Apakah kebijakan dan prosedur ditetapkan dengan □ □
memerhatikan tujuan, risiko, sifat, dan kompleksitas
sistem pengadaan barang dan jasa?
18 Apakah kebijakan dan prosedur sudah memadai? □ □
(Misalnya minimal berisi tujuan, kebijakan, prosedur,
tanggung jawab, kegiatan, ruang lingkup, dan
pelaporan).
19 Apakah kebijakan dan prosedur dievaluasi secara □ □
berkala?
Kegiatan 20 Apakah terdapat pemisahan fungsi yang memadai? □ □
pengendalian
yang ada 21 Apakah terdapat kejelasan otorisasi dari setiap □ □
transaksi?
22 Apakah setiap transaksi dan kegiatan □ □
terdokumentasi dengan baik?

23
Apakah terdapat pertanggungjawaban untuk setiap □ □
kegiatan?
24 Apakah terdapat pengamanan fisik? □ □

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 35


Kriteria Indikator Ya Tidak
Reviu lebih lanjut untuk menilai barang/jasa telah diserahkan,
ditempatkan di lokasi yang tepat, dimanfaatkan sesuai tujuan serta
pembayaran yang dapat dipertanggungjawabkan
4. Informasi dan komunikasi
Apakah sistem informasi mampu memberikan □ □
informasi yang relevan? Misalnya data
25
supplier/vendor, data harga, data kebutuhan
barang/jasa dan lain‐lain.
Apakah sarana dan prasarana komunikasi dirancang □ □
26 untuk tujuan menghasilkan data yang akurat dan
efektivitas pengambilan keputusan?

27
Apakah terdapat penetapan target waktu untuk □ □
penyampaian laporan pelaksanaan pengadaan?
Reviu lebih lanjut untuk menilai pengaruhnya terhadap kepatuhan
dan kewajaran harga, kuantitas, dan kualitas yang diperoleh melalui
pengadaan?
5.Pemantauan
Apakah terdapat prosedur pemantauan dan □ □
28 pengujian internal yang memadai atas keakuratan
dokumen dan transaksi?
Reviu lebih lanjut dengan audit program untuk menilai kebenaran
pembayaran.

29
Apakah setiap tahapan proses pengadaan dimonitor □ □
dan dilaporkan?

30
Apakah proses supervisi/pengawasan atas □ □
pengadaan barang dan jasa memadai?

36 2013 | Pusdiklatwas BPKP


D. LATIHAN

1. Pemantauan Berkelanjutan

Pada departemen/lembaga di mana Saudara bekerja, pimpinan telah menyusun Renstra


departemen berdasarkan fungsi departemen tersebut. Tugas dan fungsi departemen/
lembaga tempat Saudara bekerja kemudian dibagi ke dalam tugas dan fungsi per eselon I
(direktorat jenderal).

Dari tugas dan fungsi direktorat jenderal yang telah ditetapkan, masing‐masing ditjen
menyusun program kegiatannya dalam program‐program dan kegiatan yang telah
ditetapkan dalam jangka waktu periode tertentu.

a. Menurut Saudara, bagaimana bentuk pemantauan berkelanjutan yang Saudara


usulkan bagi pimpinan untuk unit kerja dimana Saudara berada?

b. Langkah‐langkah apa yang akan Saudara lakukan untuk membentuk kegiatan


pemantauan berkelanjutan tersebut?

c. Bila Saudara adalah seorang auditor intern pada instansi Saudara, langkah apa yang
Saudara lakukan untuk menguji efektivitas pemantauan berkelanjutan yang ada di
unit Saudara?

2. Evaluasi Terpisah

Dari soal nomor 1 tersebut di atas, bagaimana Saudara menetapkan kegiatan evaluasi
terpisah pada unit Saudara?

3. Tindak Lanjut Hasil Audit

Dari hasil audit yang dilakukan oleh auditor ekstern dua tahun yang lalu, terdapat temuan
yang belum dapat ditindaklanjuti oleh unit di mana Saudara berada. Temuan tersebut
antara lain adalah tidak adanya daftar barang milik negara yang menjadi tanggung jawab
unit Saudara per 31 Desember 2004. Sedangkan pembelian aset yang dilakukan sejak 1
Januari 2005 hingga 31 Desember 2007 pencatatannya dilakukan pada 6 satuan kerja
(satker) yang ada di daerah. Ke‐6 satker tersebut telah menyelesaikan tugasnya sehingga

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 37


pegawai yang bertanggung jawab melaksanakan pencatatan sudah tersebar pada unit
yang berlainan.

Diskusikan usulan kegiatan penyelesaian tindak lanjut hasil audit untuk kondisi tersebut di
atas!

4. Kasus

Instansi X telah berusaha membangun SPIP yang baik, termasuk pemantauannya. Kepada
setiap pegawai, baik pada tataran pimpinan maupun staf, telah ditekankan pentingnya
peranan mereka dalam SPIP. Telah ditetapkan prosedur untuk melaporkan setiap
ketidakcermatan, ketidakefektifan dan ketidaklaziman yang terjadi dalam kegiatan
operasional instansi. Pemantauan pada instansi X telah dilakukan dengan baik melalui
pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit.

Diminta:

a. Jelaskan pendapat anda mengenai pemantauan yang telah dilakukan oleh instansi X!

b. Identifikasikan hal strategis yang dapat menyebabkan tidak efektifnya pemantauan!

38 2013 | Pusdiklatwas BPKP


Daftar Pustaka

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2007. Pedoman Umum Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah. Jakarta

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission. 2009. Guidance on


Monitoring Internal Control Systems. Volume I‐III.

INTOSAI. 2004. Guidelines for Internal Control Standards for the Public Sector. Brussels.

Moeler, Robert. 2005. Brink’s Modern Internal Auditing. 6th edition. John Wiley.

Ramos, Michael J. 2006. How to comply with Sarbanes‐Oxley Section 404: Assessing the
effectiveness of internal control. 2nd edition. New Jersey, USA: E John Wiley & Sons
Inc.

United States General Accounting Office. 2001. Internal Control Management and Evaluation
Tool. Washington.

Simulasi Penyelenggaraan SPIP 39


40 2013 | Pusdiklatwas BPKP

Anda mungkin juga menyukai