Anda di halaman 1dari 40

Judul

Modul B: Keterampilan Pengawas Sekolah Dalam Peran Baru

Penerbit
Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan

Penanggungjawab
Kasiman

Penyusun
Monika Irayati
Rudy Prihatin
Titik Sugihartilawati D

Pengkaji Materi
Garti Sri Utami
Muhamad Budi Setiawan

Pengkaji Media
Eni Susilawati
Catur Gunawan

Penataletak
Arsyahfira Putri Decinta
Kaharjanu Fajar Respati

3
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, Direktorat Kepala
Sekolah Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi (Kemendikbudristek) dapat menyelenggarakan Program Bimbingan Teknis (Bimtek) Fasilitator
Peran Baru Pengawas Sekolah dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Program ini dilaksanakan
dalam bentuk Bimtek yang bertujuan untuk memberikan bimbingan teknis bagi fasilitator terkait
kemampuan pengawas sekolah dalam melakukan 4 siklus pendampingan yang sesuai dengan peran baru
Pengawas Sekolah dalam Perdirjen Nomor 4831/B/HK.03.01/2023 Tahun 2023; serta menyiapkan
fasilitator untuk bertugas pada Bimtek peran baru Pengawas Sekolah yang dilaksanakan di BBGP/BGP di
seluruh Indonesia guna mendukung terciptanya transformasi peran pengawas dalam IKM.

Bimtek Fasilitator Peran Baru Pengawas Sekolah dalam IKM diselenggarakan sebagai bentuk tindak lanjut
atas ditetapkannya Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Perdirjen GTK),
Kemendikbudristek, Nomor 4831/B/HK.03.01/2023 tentang Peran Pengawas Sekolah dalam Implementasi
Kebijakan Merdeka Belajar pada Satuan Pendidikan. Dalam Peraturan ini, Pengawas Sekolah diharapkan
untuk melakukan tugas kepengawasannya dalam mendukung implementasi Kebijakan Merdeka Belajar,
yaitu melakukan kegiatan pendampingan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik di setiap satuan pendidikan binaan.

Direktorat Kepala Sekolah Pengawas Sekolah dan Tendik, Kemendikbudristek terus berupaya
mengakselerasi transformasi peran pengawas dalam Implementasi Kebijakan Merdeka Belajar melalui
Bimtek kepada para calon fasilitator di BBGP/BGP yang akan melatih para pengawas satuan pendidikan di
wilayah kewenangannya. Untuk mendukung tercapainya tujuan Bimtek ini, Modul Bimtek telah disusun dan
didesain dalam beberapa bentuk aktivitas, dan pemahaman konsep, dengan harapan agar para pengawas
sekolah dapat memahami makna pendampingan melalui ragam aktivitas. Secara umum, modul ini
dikembangkan dalam tiga bagian, yaitu (A) Modul Transformasi Peran Pengawas Sekolah, (B) Modul
Keterampilan Pengawas Sekolah dalam Peran Baru, dan (C) Modul Siklus Pendampingan.

Pada akhir pembelajaran, peserta diharapkan mampu menjadi fasilitator pada Bimtek Peran Baru Pengawas
Sekolah yang dilaksanakan di BBGP/BGP di seluruh Indonesia guna mendukung terciptanya transformasi
peran pengawas dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) secara lebih lebih luas. Selain itu, fasilitator
yang dilatih diharapkan dapat mengkontekstualisasikan konsep pendampingan ke dalam praktik yang lebih
terukur dan berdampak pada tugas pengawas sekolah. Lebih dari itu, ekosistem pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik diharapkan semakin tumbuh berkembang dan berkualitas di setiap satuan
pendidikan.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya program
Bimtek ini. Selamat mengikuti program Fasilitator Peran Baru Pengawas Sekolah dalam IKM. Semoga ikhtiar
kita untuk mengakselerasi transformasi peran Pengawas Sekolah di satuan pendidikan dapat terwujud dan
berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Jakarta,
Plt Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah,
dan Tenaga Kependidikan,

Dr. Kasiman
NIP. 196906011998031001

4
Daftar isi

Kata Pengantar..................................................................................................... 4
Daftar isi............................................................................................................... 5
Modul B Keterampilan Pengawas Sekolah Dalam Peran Baru........................... 6
A. Sub modul: Ragam Metode Pendampingan.......................................................6
Kerangka Program...........................................................................................................6
Jadwal........................................................................................................................ 7
Elaborasi Konsep dan Kompetensi...........................................................................9
Aktivitas 1: Pohon Harapan.......................................................................................9
Aktivitas 2: Refleksi Awal Pemahaman 5 Metode Pendampingan.........................9
Aktivitas 3: Harapan Perubahan............................................................................. 10
Aktivitas 4: Diskusi Kelompok................................................................................ 10
Aktivitas 5: Refleksi................................................................................................. 13
B. Sub Modul: Metode Pendampingan Coaching................................................. 14
Kerangka Program...................................................................................................14
Jadwal...................................................................................................................... 15
Gambaran Detail Sesi.............................................................................................. 16
Eksplorasi Konsep, Kompetensi, dan Metode Pendampingan....................... 16
Aktivitas 1: Refleksi Awal Pemahaman (0.5JP)...............................................17
Aktivitas 2: Definisi Coaching, Pola Pikir Coach, Prinsip Coaching,
Kompetensi Inti Coaching (1JP)....................................................................... 17
Aktivitas 3: Alur Percakapan Coaching TIRTA (0.5 JP).................................. 22
Aktivitas 4: Refleksi (0.5 JP) - Asinkron........................................................... 24
C. Sub Modul: Fasilitasi yang Memberdayakan................................................. 25
Kerangka Program...................................................................................................25
Jadwal...................................................................................................................... 26
Gambaran Detail Sesi.............................................................................................. 27
Eksplorasi Konsep dan Kompetensi Fasilitasi................................................. 27
Elaborasi Konsep dan Kompetensi.......................................................................... 27
Elaborasi Metode DIAS dalam Memandu Fasilitasi................................................. 30
Praktik Fasilitasi dalam Kelompok........................................................................... 32
D. Sub Modul: Consulting yang Membangun....................................................... 34
Kerangka Program...................................................................................................34
Jadwal...................................................................................................................... 35
Gambaran Detail Sesi.............................................................................................. 35
Elaborasi Konsep Meliputi Definisi, Tujuan, dan Langkah Consulting..........35
Kompetensi Konsultan.................................................................................. 37
Praktek Perumusan Solusi dan Pemberian Rekomendasi........................... 38
Referensi................................................................................................................. 41

5
Modul B
Keterampilan Pengawas Sekolah Dalam
Peran Baru

A. A. Sub modul: Ragam Metode Pendampingan


Kerangka Program

Hasil Akhir yang Diinginkan

Pengawas Sekolah memiliki pemahaman mengenai ragam metode yang akan diterapkan dalam
strategi pendampingan Pengawas Sekolah kepada Kepala Sekolah.

Pemahaman Esensial

Pengawas Sekolah dapat menentukan metode pendampingan yang sesuai dengan strategi
pendampingan Kepala Sekolah agar Kepala Sekolah mampu melakukan perubahan bermakna di
satuan pendidikan melalui pembelajaran yang berkualitas yang berpusat kepada peserta didik.

Keterampilan Kunci

Mampu mengidentifikasi metode pendampingan yang sesuai kebutuhan Kepala Sekolah.

Indikator Keterampilan Kunci

1. Menjelaskan perbedaan dan persamaan dari 5 metode pendampingan


2. Menentukan metode pendampingan yang sesuai kebutuhan Kepala Sekolah

Tujuan Pembelajaran

Pengawas Sekolah dapat menentukan metode pendampingan sesuai profil dan kebutuhan
Kepala Sekolah.

Topik Pembelajaran Modul

1. Pemahaman 5 metode pendampingan;


2. Studi kasus 5 metode pendampingan; dan
3. Refleksi identifikasi 5 metode pendampingan.

6
Pertanyaan Pemantik

1. Apa perbedaan dan persamaan dari 5 metode pendampingan?


2. Bagaimana menentukan metode pendampingan yang sesuai kebutuhan Kepala Sekolah?

Agenda dan Total Waktu Pelatihan

60 Menit

Jadwal

No Judul Sesi Aktivitas Menit Perlengkapan

1. Elaborasi a. Penjelasan Tujuan 10’ Flipchart


konsep, Pembelajaran; Kertas plano
kompetensi b. Penjelasan Agenda; Sticky notes
(sinkron) c. Pemetaan Harapan Aktivitas;
Fasilitator mengajukan
pertanyaan "Dengan tujuan dan
agenda seperti di atas, apa
harapan yang ingin dicapai?"
a. Peserta menjawab
menggunakan post it
b. Fasilitator membacakan
jawaban2 tersebut untuk
direfleksikan di akhir
pembelajaran
d. Kesepakatan Kelas.

2. Refleksi awal Pengantar Keterampilan 10’


pemahaman 5 Pendampingan Pengawas Sekolah
metode
pendampingan Aktivitas 1:
a. Fasilitator memandu diskusi
dengan mengajak Peserta
berbagi pengalaman atau
pengamatan saat
mendampingi Kepala
Sekolah dengan menjawab
pertanyaan "Perubahan apa
yang Ibu/Bapak harapkan
muncul dalam diri Kepala
Sekolah dampingan?
b. Peserta menjawab
pertanyaan menggunakan

7
post it
c. Fasilitator merangkum hasil
diskusi dan menyimpulkan
jawaban peserta

Aktivitas 2:
1. Fasilitator memandu diskusi
dengan mengajak Peserta
menjawab pertanyaan
"Untuk mencapai harapan
perubahan tersebut di atas,
teknik pendampingan apa
yang dapat membuat Kepala
Sekolah dampingan menjadi:
a. Mandiri dalam
merefleksikan ....
b. Mandiri dalam
merumuskan…
c. Mampu menjalankan
proses pengembangan diri
yang.....

2. Peserta menuliskan jawaban


di post it dan tempelkan di
flipchart

3. Elaborasi Pemaparan materi terkait berbagai 10’


konsep 5 pendekatan dalam Proses
metode Pendampingan
pendampingan a. coaching
b. facilitating
c. consulting
d. training
e. mentoring

4. Diskusi Aktivitas - Fasilitator mendiskusikan 10’


kelompok studi 5 studi kasus yang
kasus 5 metode merepresentasikan situasi riil di
pendampingan siklus pendampingan pengawas -
Peserta menjawab dan
mendiskusikan ke 5 studi kasus
terkait 5 pendekatan tersebut

5. Refleksi Aktivitas Fasilitator memandu 10’


identifikasi 5 refleksi peserta terkait
metode pemahamannya mengenai
pendampingan pendekatan pendampingan yang
telah dan akan dilakukan saat
mendampingi Kepala Sekolah
dampingan

8
Elaborasi Konsep dan Kompetensi
1. Tujuan sesi:
a. Memahami perbedaan dan persamaan metode pendampingan coaching dengan fasilitasi,
training, mentoring consulting; dan
b. Menentukan metode pendampingan yang sesuai kebutuhan kepala sekolah.

2. Peralatan yang dibutuhkan:


a. 2 buah flipchart;
b. kertas plano;
c. sticky notes;
d. spidol;
e. LCD projector; dan
f. laptop.

3. Persiapan:
a. Menyediakan 1 lembar kertas plano per meja (5-6 meja);
b. Menyediakan 1 bundel sticky notes per meja;
c. Memasang ... lembar kertas plano pada flip chart;
d. Fasilitator menyapa peserta;
e. Fasilitator mengadakan kesepakatan kelas;
f. Fasilitator memantik refleksi awal peserta tentang beragam metode pendampingan; dan
g. Fasilitator mengajak peserta bersama-sama melakukan ice breaking.

Aktivitas 1: Pohon Harapan


1. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok dengan jumlah 6 orang per kelompok dengan
cara membentuk huruf U;
2. Fasilitator mengajukan pertanyaan “Apa harapan yang ingin dicapai di sesi ini?”;
3. Sediakan sticky notes untuk menuliskan harapan, 1 lembar sticky notes 1 ide;
4. Durasi diskusi 10 menit; dan
5. Fasilitator memandu kegiatan dengan membaca jawaban untuk direfleksikan kembali di akhir
sesi.

Aktivitas 2: Refleksi Awal Pemahaman 5 Metode Pendampingan


1. Fasilitator memandu diskusi mengajak peserta berbagi pengalaman/pengamatan saat
mendampingi kepala sekolah dengan menjawab pertanyaan pemantik yang dituliskan di kertas
panel “Perubahan apa yang diharapkan muncul dalam diri kepala sekolah dampingan?”;
2. Sediakan sticky notes untuk menuliskan jawaban, 1 lembar sticky notes 1 ide;
3. Durasi … menit;
4. Fasilitator memandu diskusi, melakukan clustering jawaban peserta dan menyimpulkan
jawaban peserta; dan
5. Catatan: jawaban2 yang diharapkan muncul seperti “lebih mandiri”, “lebih berkomitmen”,
“cakap menggunakan data dan IT”, dll.

9
Aktivitas 3: Harapan Perubahan
1. Fasilitator menjelaskan perubahan yang diharapkan muncul di kepala sekolah sesuai peran
pengawas sekolah yang baru;
2. Fasilitator mengaitkan keselarasan harapan perubahan dari peserta di sesi 2;
3. Fasilitator memandu diskusi dengan mengajak peserta menjawab pertanyaan pemantik yang
dituliskan di kertas plano “Untuk mencapai harapan perubahan tersebut di atas, metode
pendampingan apa yang dapat membuat kepala sekolah dampingan menjadi;
a. Mandiri dalam merefleksikan
b. Mandiri dalam merumuskan
c. Mampu menjalankan proses pengembangan diri yang …
4. Peserta menuliskan jawaban di sticky note dan ditempelkan di flip chart; dan
5. Fasilitator memandu diskusi, melakukan clustering jawaban peserta dan menyimpulkan
jawban peserta.

Aktivitas 4: Diskusi Kelompok


1. Fasilitator memberikan materi terkait beragam metode pendampingan;

Training Mentoring Coaching Facilitating Consulting


Definisi
Mengajarkan Memberikan Memberdaya Membantu Memberikan
suatu saran dan kan sekelompok rekomendasi
strategi atau contoh untuk seseorang orang dalam berdasarkan
teknik dipelajari untuk mengambil hasil analisis
kepada oleh meningkatka keputusan untuk
Tujuan
seseorang seseorang n kinerja kelompok pengembang
yang relevan untuk dengan atau an organisasi
dengan meningkatka mengungkap organisasi
pekerjaan. n kinerjanya potensi
dirinya
Kelompok
Komunitas Individu atau Individu atau
Lingkup atau Organisasi
Belajar kelompok kelompok.
organisasi.
✓ Praktik ✓ Praktik
✓ Praktik atau ✓ Keputusan ✓ Keputusan
penerapan penerapan
perspektif tentang tentang
hasil hasil baru hasil strategi, strategi,
pelatihan. mentoring.
kesadaran kebijakan, kebijakan,
✓ Cenderung ✓ Cenderung atau atau atau
lebih lebih inspirasi program program
standar mengikuti yang hasil proses hasil proses
Luaran mengacu kekayaan didapatkan fasilitasi konsultasi
pada pengalaman dari kelompok. organisasi.
kurikulum mentor. coaching. ✓ Cenderung ✓ Cenderung
atau tujuan ✓ Cenderung lebih lebih
pelatihan. lebih kontekstuali kontekstuali
kontekstuali sasi sesuai sasi sesuai
sasi potensi potensi
berdasarkan kelompok organisasi

10
kapasitas atau dan kondisi
peserta. organisasi lingkungan.
dan kondisi
lingkungan.
✓ Anggota ✓ Orang yang ✓ Orang yang ✓ Kelompok ✓ Organisasi
komunitas akan ingin orang yang yang ingin
belajar yang menangani meningkatk ingin melakukan
akan posisi atau an mengambil perubahan
menangani pekerjaan kinerjanya keputusan atau
posisi atau baru atau berdasarkan yang pengemban
pekerjaan akan hasil refleksi berdampak gan dalam
Dibutuhkan baru atau mempelajari pengalaman besar atau lingkup
oleh… akan suatu nya yang pengemban organisasi.
mempelajari strategi atau relevan. gan yang ✓ Sangat
suatu teknik baru. melibatkan dibutuhkan
strategi atau sejumlah terutama
teknik baru. aspek/pihak oleh
. organisasi
yang
terpuruk.
○ Jumlah ○ Waktu relatif ○ Ada potensi ○ Bertujuan ○ Bertujuan
orang yang terbatas atau praktik memberday membantu
banyak dan untuk baik yang akan organisasi
waktu pengemban bisa kelompok bangkit dari
terbatas. gan. dikembangk atau kondisi
○ Menyediaka ○ Menyediaka an organisasi terpuruk
n contoh n contoh seseorang. melakukan atau
yang bisa yang bisa ○ Bertujuan perubahan. melakukan
Lebih tepat perubahan
dipelajari dipelajari membuat ○ Butuh
bila… besar.
dan dan seseorang inovasi atau
diadopsi. diadopsi. menjadi diferensiasi ○ Mengombin
berdaya praktik asikan
melakukan sesuai dengan
perubahan. konteks pilihan
kelompok metode
atau yang lain
organisasi

2. Fasilitator mendiskusikan 5 studi kasus yang sudah dijawab sebelumnya di LMS;


3. Fasilitator mencetak dan menempelkan cerita dari masing-masing kasus di flip chart dan
mengundang setiap peserta untuk memberikan jawabannya di sticky notes;
4. Fasilitator mendiskusikan hasil jawaban dari peserta;
a. apabila ada perbedaan jawaban: tanyakan ke peserta yang menjawab a apa yang membuat
peserta yakin jawabannya adalah a, lalu tanyakan peserta yang menjawab berbeda, dst.
b. di akhir diskusi pastikan mengajak peserta untuk menyepakati metode pendampingan
yang sesuai untuk setiap kasus dengan menggunakan referensi tabel metode
pendampingan.

11
Studi Kasus
1. Ibu Ida baru saja diangkat menjadi Kepala Sekolah SDN 05 Pondok Harapan, beliau belum
memiliki keterampilan dan pengalaman untuk mengelola keuangan berbasis IT secara
mandiri sehingga menyerahkan sepenuhnya kepada guru yang kemudian berperan sebagai
bendahara. Situasi ini menyulitkan guru yang ditunjuk sebagai bendahara untuk membagi
waktu dengan tugas utamanya yaitu mengajar. Saya, pengawas sekolah, melihat beberapa
Kepala Sekolah yang mengalami masalah yang sama. Untuk itu saya mengadakan sesi
pelatihan untuk Kepala Sekolah binaan agar mampu mengelola keuangan berbasis IT.
Kunci jawaban: Training;

2. Pak Baid, Kepala Sekolah SMPN 10 Pondok Padi minta tolong untuk diajari bagaimana cara
membuat perencanaan berbasis data dari rapor pendidikan. Saya sebagai pengawas
sekolah di sekolah tersebut, mengadakan beberapa sesi pembimbingan untuk
mendemonstrasikan cara mengunduh rapor pendidikan, melakukan analisis dari data
temuan, sampai kemudian mengolah rekomendasi untuk menjadi Rencana Keuangan
Anggaran Sekolah (RKAS). Kegiatan yang dilakukan selama beberapa sesi tersebut
bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki pada Pak Baid,
dan memberikan contoh praktek nyata agar dapat diterapkan oleh Pak Baid dalam membuat
perencanaan berbasis data.
Kunci jawaban: Mentoring;

3. Ibu Iceu, Kepala Sekolah SMKN 10 Teluk, sudah mengikuti kelas mentoring untuk membuat
perencanaan berbasis data. Saatnya Ibu Iceu menerapkan pengalaman dan pengetahuannya
untuk membuat perencanaan berbasis data dari rapor pendidikan. Ternyata Ibu Iceu
mengalami kesulitan mengidentifikasi indikator yang bermasalah. Saya, pengawas sekolah,
mendengarkan keluhan Ibu Iceu tentang kesulitannya kemudian saya melakukan analisis dan
memberi catatan rekomendasi solusi.
Kunci jawaban: Consulting;

4. Awal tahun pembelajaran baru sekolah-sekolah melaksanakan (Masa Pengenalan


Lingkungan Sekolah (MPLS). Dari beberapa sekolah dampingan ada permintaan dari kepala
sekolah untuk melaksanakan MPLS yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Sebagai
pengawas sekolah, saya mengundang pertemuan kepala sekolah dari sekolah binaan untuk
membahas bagaimana pelaksanaan MPLS yang lebih baik. Di pertemuan tersebut setiap
kepala sekolah diajak untuk menyepakati hal-hal yang perlu dilakukan dan menentukan
strategi pelaksanaan MPLS.
Kunci jawaban: Facilitating; dan

5. Ibu Nurul, Kepala Sekolah SMP Insan Prestasi memiliki harapan agar guru penggerak di
sekolahnya dapat membangun komunitas belajar di sekolah. Namun kenyataannya guru
penggerak di sekolahnya lebih sering menjadi narasumber dan berbagi ke komunitas belajar
di luar sekolah. Saya, pengawas sekolah, melakukan percakapan agar Ibu Nurul dapat
mengidentifikasi situasi saat ini dan situasi ideal yang diharapkan. Di dalam percakapan,
saya mengajak Ibu Nurul untuk memetakan hal-hal yang bisa dilakukan dan potensi kendala
yang dihadapi. Di akhir percakapan Ibu Nurul menentukan langkah-langkah agar harapannya
bisa terwujud dan memberikan konklusi apa yang didapat dari percakapan tersebut.
Kunci jawaban: Coaching.

12
Aktivitas 5: Refleksi
1. Fasilitator memandu refleksi peserta terkait pemahaman mengenai beragam pendekatan
pendampingan yang telah dan akan dilakukan saat mendampingi kepala sekolah dengan
menjawab pertanyaan pemantik;
a. Dari 5 Metode pendampingan, metode apa yang sudah sering dilakukan?’
b. Metode pendampingan yang masih menantang dan perlu dikembangkan?”
2. Fasilitator memberikan penjelasan untuk menjembatani sesi selanjutnya yaitu coaching,
fasilitasi, consulting;
a. Harapan jawaban no. 1 adalah: mentoring dan training
b. Harapan jawaban no. 2 adalah: coaching, consulting, fasilitasi
c. Apabila jawaban sesuai fasilitator menyampaikan “Terima kasih, jawaban Bapak/Ibu
sesuai dengan hasil temuan kebutuhan pengawas sekolah untuk lebih mendalami metode
coaching, consulting, fasilitasi
d. Apabila jawaban belum sesuai, fasilitator menyampaikan “Terima kasih, masukan untuk
mendalami mentoring dan training akan kami sampaikan sebagai usulan pelatihan lebih
lanjut. Tapi di hari ini kita akan fokus dulu membahas pendekatan coaching, consulting,
dan fasilitasi.

13
B. Sub Modul: Metode Pendampingan Coaching

Kerangka Program

Hasil Akhir yang Diinginkan

Pengawas Sekolah memiliki pemahaman bagaimana metode pendampingan coaching dapat


membantu kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada Satuan Pendidikan.
.

Pemahaman Esensial

Pengawas Sekolah dapat menentukan metode pendampingan yang sesuai untuk strategi
pendampingan Kepala Sekolah agar dapat mendampingi Kepala Sekolah dalam melakukan
perubahan bermakna di satuan pendidikan melalui pembelajaran yang berkualitas yang berpusat
kepada peserta didik.

Keterampilan Kunci

a. Mampu membedakan coaching dengan metode pendampingan lainnya


b. Memahami konsep coaching, pola pikir, dan prinsip coaching.

Indikator Keterampilan Kunci

a. Menjelaskan prinsip dan pola pikir coach;


b. Menjelaskan perbedaan dan persamaan dari metode pendampingan coaching; dan
c. Menjelaskan kompetensi yang dibutuhkan untuk menerapkan metode pendampingan
coaching.

Tujuan Pembelajaran

Pengawas Sekolah dapat menentukan penerapan metode pendampingan coaching dalam


konteks peran pengawas sekolah.

Topik Pembelajaran Modul

a. Definisi coaching;
b. Pola pikir coach dan prinsip coaching;
c. Kompetensi inti coaching; dan
d. Alur percakapan coaching dengan TIRTA.

14
Pertanyaan Pemantik

a. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang coaching?


b. Apa perbedaan antara coaching dengan metode pendampingan lainnya?
c. Apa persamaan antara coaching dengan metode pendampingan lainnya?
d. Pola pikir seperti apa yang perlu dimiliki saat mempraktekkan metode pendampingan
coaching?
e. Bagaimana pertanyaan dan cara orang bertanya akan mempengaruhi pikiran dan
perasaan teman bicaranya?
f. Percakapan seperti apa yang digunakan dalam coaching?

Agenda dan Total Waktu Pelatihan

240 Menit

Jadwal

No. Judul Sesi Aktivitas Menit Perlengkapan

1. Eksplorasi Aktivitas: 30’


konsep, 1. Penjelasan Tujuan
kompetensi, dan Pembelajaran;
metode 2. Penjelasan Agenda; dan
3. Penjelasan dan diskusi;
I. definisi coaching
II. pola pikir dan prinsip
coaching
III. kompetensi inti coaching.

2. Elaborasi konsep Aktivitas Latihan Kompetensi, 60’ Flipchart


dan latihan fasilitator memandu: kertas plano
kompetensi 1. latihan kompetensi hadir sticky notes
sepenuhnya dan
contoh-contohnya;
2. latihan mendengarkan aktif
dan hal-hal yang menghambat
mendengarkan aktif; dan
3. latihan RASA: mendengarkan
aktif, menangkap kata kunci,
paraphrase, mengajukan
pertanyaan berbobot.

3. Presentasi Aktivitas alur percakapan coaching: 60’


konsep alur 1. Fasilitator menjelaskan alur

15
percakapan percakapan coaching dengan
coaching TIRTA; dan
2. Fasilitator mendemokan
percakapan
coaching/menonton video
simulasi percakapan coaching
dengan TIRTA.

4. Latihan Aktivitas 60’


berpasangan 1. Latihan percakapan coaching;
coaching dan dan
Refleksi 2. Refleksi percakapan coaching.
Coaching

5. Refleksi Aktivitas: 30’


1. Refleksi pemahaman coaching;
dan
2. Refleksi penerapan metode
pendampingan coaching
dalam konteks peran
pengawas sekolah.

Gambaran Detail Sesi


Eksplorasi Konsep, Kompetensi, dan Metode Pendampingan
1. Tujuan sesi:
a. memahami apa coaching;
b. memahami pola pikir dan prinsip coaching; dan
c. memahami kompetensi inti coaching.

2. Peralatan yang dibutuhkan:


a. Flipchart;
b. Kertas Plano; dan
c. Sticky Notes.

3. Peralatan yang dibutuhkan:


a. 2 buah flipchart;
b. kertas plano;
c. sticky notes;
d. spidol;
e. LCD projector; dan
f. laptop.

4. Persiapan:
a. Menyediakan 1 lembar kertas plano per meja (5-6 meja);

16
b. Menyediakan 1 bundel sticky notes per meja;
c. Memasang ... lembar kertas plano pada flip chart;
d. Fasilitator menyapa peserta;
e. Fasilitator mengadakan kesepakatan kelas;
f. Fasilitator memantik refleksi awal peserta tentang berbagai metode pendampingan; dan
g. Fasilitator mengajak peserta bersama-sama melakukan ice breaking.

Aktivitas 1: Refleksi Awal Pemahaman (0.5JP)


1. Fasilitator memandu diskusi peserta untuk memahami apa yang dimaksud dengan coaching;
2. Sediakan sticky notes untuk menuliskan pemahaman coaching, 1 lembar sticky notes 1 ide;
3. Durasi diskusi 10 menit;
4. Fasilitator memandu kegiatan dengan melakukan kategorisasi jawaban dari peserta; dan
5. Fasilitator tidak perlu memberikan jawaban terhadap apa yang disampaikan peserta dan
menyampaikan “Setelah ini kita akan membahas apa itu coaching, apa prinsip juga pola pikir
yang diperlukan oleh seorang coach”.

Aktivitas 2: Definisi Coaching, Pola Pikir Coach, Prinsip Coaching, Kompetensi Inti
Coaching (1JP)
1. Fasilitator memberikan paparan tentang sejarah dan apa itu coaching:
a. Definisi coaching yaitu proses menghantarkan seseorang dari tempat dia berada saat ini
ke tempat lain yang menjadi tujuannya;
b. Penjelasan dari kata kunci yang ada di definisi coaching yaitu Kemitraan dengan individu
dalam suatu percakapan kreatif, dengan tujuan memaksimalkan potensi pribadi dan
profesionalnya;
i. Kemitraan: Seorang coach harus membangun rasa setara, tidak lebih tinggi/rendah
dibandingkan coachee-nya;
ii. Proses Kreatif: dilakukan melalui percakapan yang memicu proses berpikir coachee.
Percakapan dilakukan untuk memetakan, menggali situasinya, dan nantinya
menghasilkan ide-ide baru; dan
iii. Memaksimalkan Potensi: percakapan coaching harus diakhiri dengan suatu rencana
tindak lanjut yang diputuskan oleh coachee, yang paling mungkin dan paling besar
kemungkinan berhasilnya.

Aktivitas Refleksi:

Fasilitator memandu peserta untuk melakukan refleksi terhadap prinsip coaching dengan
mengajukan pertanyaan pemantik sbb:
a. Prinsip yang sudah diyakini dan diterapkan; dan
b. Prinsip yang masih menantang untuk diterapkan
Fasilitator perlu menyesuaikan waktu untuk memutuskan dijalankannya kegiatan ini.

2. Pola Pikir Coaching


a. Fasilitator menjelaskan pola pikir yang dibutuhkan agar dapat menjalankan percakapan
coaching;

i. Fokus pada coachee:

17
a. Coach memusatkan perhatian pada orang yang dicoachingnya, bukan pada
"topik" yang dibawanya dalam percakapan; dan
b. Fokus diletakkan pada bagaimana topik apa pun yang dibawa oleh
coachee, dapat membawa kemajuan pada coachee, sesuai keinginan
coachee.

ii. Bersikap Ingin Tahu Lebih Banyak: Seorang coach memelihara rasa ingin tahu
(curiosity) yang besar terhadap apa yang membuat coacheenya memiliki
pemikiran/pendapat/perasaan tertentu, ciri-ciri dari sikap terbuka dan ingin tahu ini
adalah:

a. Tidak menghakimi, melabel, berasumsi, atau menganalisis pemikiran


orang lain;
b. Mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang, dan tidak menjadi
emosional; dan
c. Tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa
yang membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu.

Agar coach dapat bersikap terbuka, coach perlu selalu berpikir netral terhadap apa
pun yang dikatakan atau dilakukan coachee. Jika ada penghakiman atau asumsi
yang muncul di pikiran coach atas jawaban coachee, maka coach perlu mengubah
pikiran tersebut dalam bentuk pertanyaan untuk mengonfirmasi penghakiman atau
asumsi itu secara hati-hati.

Contoh kalimat yang bisa diucapkan adalah “Pada saat saya mendengarkan apa
yang Ibu ceritakan, saya menangkap adanya keinginan Ibu untuk terus berusaha
sebisa Ibu. Apakah betul seperti itu Bu?”

Memelihara rasa ingin tahu membantu coach untuk memahami situasi coachee.
Contoh kalimat yang bisa diucapkan adalah “Tadi Ibu mengatakan akan menurut
saja apa yang dikatakan oleh guru senior tadi, dari mana datangnya pikiran itu?”

iii. Memiliki kesadaran diri yang kuat:

● Kesadaran diri yang kuat membantu coach untuk bisa menangkap adanya
perubahan yang terjadi selama pembicaraan; dan
● Juga mampu menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan
mempengaruhi percakapan, baik dari dalam diri maupun dari coachee.

iv. Mampu melihat peluang baru dan berpikir ke depan: Coach harus mampu melihat
peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa coachee melihat masa
depan agar Coachee bisa melihat peluang baru dan fokus pada masa depan, Coach
dapat mengajukan pertanyaan berikut:

a. Tadi Bapak/Ibu sudah ceritakan situasi Bapak/Ibu saat ini, lantas situasi
ideal apa yang Bapak/Ibu inginkan di masa depan?
b. Tadi Bapak/Ibu sudah ceritakan tantangan/masalah yang Bapak/Ibu
hadapi saat ini, lantas idealnya situasinya seperti apa?

18
c. Apa saja yang bisa dijadikan pilihan untuk dapat mewujudkan situasi ideal
tersebut?
d. Peluang apa saja yang dimiliki?
e. Apa yang perlu dilakukan untuk dapat memiliki peluang-peluang baru?

Aktivitas Refleksi:

Fasilitator memandu peserta untuk melakukan refleksi terhadap prinsip coaching dengan
mengajukan pertanyaan pemantik sbb:
a. Pola pikir yang sudah diyakini dan diterapkan; dan
b. Pola pikir yang masih menantang untuk diterapkan.

3. Kompetensi Coaching
Fasilitator menjelaskan serta memberikan simulasi kompetensi coaching

a. Presence: Kemampuan untuk hadir utuh bagi coachee kita.


i. Badan - pikiran - hati selaras saat sedang melakukan percakapan dengan coachee;
ii. Ini bagian dari Kesadaran Diri; dan
iii. Ini membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi yang lain: Bersikap
terbuka, sabar, ingin tahu lebih banyak.

Aktivitas latihan kompetensi Menghadirkan diri seutuhnya:

Penting diingat tidak ada satu cara yang terbaik untuk semuanya karena setiap orang
memiliki caranya masing-masing untuk dapat menghadirkan presence. Untuk itu
temukan cara yang paling efektif untuk Bapak/Ibu agar bisa terus melatih diri dan
menerapkannya sebelum dan selama melakukan percakapan coaching.

Latihan teknik STOP (Stop, Take a Breath, Observe, Proceed), salah satu teknik untuk
menghadirkan kondisi kesadaran penuh, dengan mengakses link video di bawah ini:
https://www.youtube.com/watch?v=84hg4zuelpY

Fasilitator: mengundang peserta untuk berbagi pengalaman terkait hal2 yang biasanya
dilakukan untuk menghadirkan diri sepenuhnya.

b. Mendengarkan aktif: Kemampuan untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh lawan bicara
dan memahami keseluruhan makna yang tidak terucapkan
i. 3 Alasan tidak bisa mendengarkan aktif
● Asumsi: sudah mempunyai anggapan tertentu tentang suatu situasi;
● Judgment/Melabel: memberi label pada seseorang dalam situasi tertentu;
dan
● Asosiasi: mengaitkan dengan pengalaman pribadi.

c. Mengajukan pertanyaan berbobot


i. Pertanyaan lahir dari mendengarkan;

19
ii. Berbentuk pertanyaan terbuka: menggunakan kata Apa - Bagaimana - Seberapa.
Tidak menggunakan kata Kenapa atau Mengapa. Bukan pertanyaan tertutup seperti
Apakah, Sudahkah, Apa sudah, pertanyaan yang dijawab Ya atau Tidak;
iii. Membuat coachee merenung, menggali, mengingat, mengaitkan; dan
iv. Diajukan pada saat yang tepat.

d. Mendengarkan dan Bertanya dengan RASA


i. R (Receive): Mendengarkan kata kunci - kata-kata yang diucapkan klien, dengan
ciri-ciri Kata Kunci, sebagai berikut:
● diucapkan berulang-ulang;
● diucapkan dengan intonasi tertentu;
● berupa kata yang aneh/metafora/analogi;
● tertangkap ada emosi saat diucapkan;
● menggambarkan kondisi perasaan/pemikiran dia saat itu; dan
● diucapkan setelah "tapi", "namun".

ii. A (Acknowledge):
● Memberi tanda/sinyal bahwa kita mendengarkan;
● Dengan anggukan, dengan kontak mata;
● Jika percakapan dilakukan secara daring, bisa dengan mengatakan "O..",
"Ya..";
● Memberikan perhatian penuh pada coachee;
● Tidak sibuk mencatat; dan
● Tidak terganggu dengan situasi lain.

iii. S (Summarize):
● Saat coachee selesai bercerita, rangkum untuk memastikan pemahaman
kita sama;
● Gunakan kata kunci;
● Digunakan juga untuk merangkum potongan-potongan informasi yang telah
didapatkan sebelum ini; dan
● Mintakan konfirmasi dari coachee apakah rangkuman kita betul.

iv. A (Ask):
● Berdasarkan yang kita dengar dan hasil summarizing, ajukan pertanyaan
yang membuat pemahaman coachee lebih dalam tentang situasinya;
● Pertanyaan harus merupakan hasil mendengarkan - mengandung
penggalian atas kata kunci atau emosi yang sudah dikonfirmasi; dan
● Dalam format pertanyaan terbuka.

Aktivitas Latihan Mendengarkan:

1. Fasilitator membacakan skenario dan mengundang peserta untuk identifikasi


kata kunci dari skenario yang diucapkan:
● Latihan 1: Saya sangat bersemangat untuk menjadikan sekolah saya ini
Sekolah Penggerak yang berhasil. Saya ingin sekali melihat sekolah kami ini
berhasil melahirkan pelajar-pelajar Pancasila. Saya sendiri sejak dulu
mengajar di sini. Jadi penunjukkan saya sebagai Kepala Sekolah apalagi
sekarang ada program Sekolah Penggerak ini seperti anugerah untuk saya.
Saya jadi punya kesempatan untuk mewujudkan cita-cita saya, cita-cita yang

20
membuat saya memilih karir sebagai pendidik.Yang saat ini menjadi
pertanyaan besar bagi saya adalah, saya harus mulai dari mana?

● Latihan 2: Sebagai kepala sekolah saya ingin menjadi pelopor dan agen
perubahan dalam dunia pendidikan, tapi saya belum tahu bagaimana saya
bisa melakukannya. Kelihatannya masih banyak yang harus saya siapkan

● Latihan 3: Saya sedang bingung karena merasa tidak memiliki keterampilan


menggunakan IT, tapi sekarang pengelolaan keuangan berbasis IT. Saya
menunjuk salah satu guru untuk membantu menjadi bendahara tapi
sekarang guru tersebut mengeluh kesulitan membagi waktu dengan
tugasnya mengajar. Apa yang harus saya lakukan ya?

2. Penguatan pentingnya kata kunci oleh Fasilitator untuk diperdalam karena akan
membantu coachee lebih paham terhadap situasi yang sedang dihadapi

Aktivitas latihan melakukan paraphrase dan mengajukan pertanyaan

1. Setelah aktivitas mendengarkan aktif menangkap kata kunci, undang peserta


untuk latihan melakukan paraphrase dari skenario di atas;
2. Fasilitator kembali membacakan skenario di atas dan mengundang peserta untuk
melakukan paraphrase menggunakan kata kunci yang disampaikan dan minta
konfirmasi apakah paraphrase yang disampaikan betul;
a. contoh paraphrase latihan 1: “Saya mendengar Bapak/Ibu merasa saat ini
sebagai Kepala Sekolah sebagai anugerah karena adanya kesempatan
untuk mewujudkan cita2 sebagai pendidik tapi saat ini Bapak/Ibu memiliki
pertanyaan harus mulai dari mana, betul seperti itu ya pak/bu?
pilihan2 pertanyaan setelah konfirmasi:
- Apa sih yang membuat Bapak/Ibu sangat bersemangat untuk
menjadikan sekolahnya sebagai sekolah pengerak yang berhasil?
atau
- Apa cita-cita yang ingin diwujudkan Bapak/Ibu dengan menjadikan
sekolahnya sebagai sekolah penggerak yang berhasil? atau
- Dalam pandangan Bapak/Ibu, sekolah penggerak yang berhasil itu
seperti apa sih?
b. contoh paraphrase latihan 2: “Oh jadi Bapak/Ibu ingin menjadi pelopor dan
agen perubahan ya di dalam dunia pendidikan, betul begitu ya?
pilihan pertanyaan setelah konfirmasi:
- Menjadi pelopor dan agen perubahan seperti apa yang diinginkan
oleh Bapak/Ibu?
c. contoh paraphrase latihan 3: Bapak/Ibu saat ini merasa tidak memiliki
keterampilan IT dan guru yang ditunjuk sebagai bendahara saat ini
mengeluh karena tidak kesulitan membagi waktu, begitu ya?
pilihan pertanyaan setelah konfirmasi:
- Apa yang membuat Bapak/Ibu merasa bingung dengan situasi
saat ini?
- Apa yang membuat Bapak/Ibu merasa tidak memiliki keterampilan
IT?
3. Penguatan pentingnya melakukan paraphrase oleh Fasilitator untuk memastikan
pemahaman yang ditangkap coach sesuai dengan yang dimaksud coachee.

21
Aktivitas 3: Alur Percakapan Coaching TIRTA (0.5 JP)
1. Fasilitator mengajak peserta menonton video demo coaching tatap muka menggunakan alur
TIRTA di link: https://www.youtube.com/watch?v=crp7P7dJegw atau mendemonstrasikan
percakapan coaching menggunakan alur TIRTA;

2. Setelah menonton atau menyaksikan demo, Fasilitator mengajak peserta membahas setiap
tahapannya;

3. Fasilitator menjelaskan TIRTA sebagai alur percakapan yang digunakan dalam sesi coaching;
● T(Tujuan) : Menyepakati topik pembicaraan dan hasil pembicaraan
● I (Identifikasi) : Menggali dan memetakan situasi saat ini. Hubungkan dengan
fakta-fakta yang ada
● R (Rencana Aksi) : Mengembangkan ide untuk alternatif rencana aksi/solusi
● TA (Tanggung Jawab): Berkomitmen akan langkah selanjutnya
● narasumber mengajak tonton video percakapan TIRTA melalui luring dan daring. Peserta
memperhatikan dan mengidentifikasi percakapan di setiap alurnya

4. Fasilitator menjelaskan dan mensimulasikan pertanyaan untuk di setiap alur TIRTA;

● Pertanyaan untuk “Tujuan”

Percakapan akan dibuka dengan menyepakati Tujuan Percakapan. Ini selaras dengan prinsip
Kemitraan dalam coaching. Di tahap Tujuan ini, coach harus menanyakan 2 pertanyaan:

1. Pertanyaan terkait agenda/topik pembicaraan:


“Apa yang kita bicarakan di sesi ini?”
“Topik apa yang mau diangkat di sesi ini?”

2. Pertanyaan terkait hasil yang akan didapatkan dari pembicaraan ini


“Apa yang ingin didapat dari percakapan kita ini?”
“Hasil apa yang ingin dibawa pulang dari percakapan ini?”

Kedua pertanyaan ini harus ditanyakan dan dinyatakan ulang sebelum kita masuk ke
segmen berikutnya.

● Pertanyaan untuk “Identifikasi”

Di tahap ini, tujuannya adalah memperjelas situasi saat ini dan juga situasi ideal yang
diinginkan. Gali dan petakan situasi saat ini, bantu coachee menghubungkan fakta-fakta
yang ada,

“Bagaimana situasinya saat ini?”


“Apa yang sudah berjalan baik?”
“Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh?”
“Apa yang menjadi hambatan?”
“Idealnya situasinya seperti apa?”

● Pertanyaan untuk “Rencana Aksi”

Apabila coachee dapat melihat situasi saat ini dari sudut pandang berbeda atau
mendapatkan kesadaran baru atas kondisinya saat ini, hal itu adalah momen coachee
mulai mendapatkan ide bagaimana mencapai tujuannya. Di tahap Rencana Aksi ini, coach

22
bersama coachee mematangkan ide-ide sehingga ada beberapa pilihan rencana aksi yang
telah ditelaah.
“Apa yang Bapak/Ibu sadari dari percakapan kita sejauh ini?
“Apa yang perlu berubah?”
“Apa yang perlu diperbaiki/ditingkatkan?”
“Apa yang bisa menjadi pilihan?”
“Alternatif apa saja yang tersedia?”
“Apa ide Anda?”
“Apa lagi?”
“Selain itu?”

Di tahap ini buka ruang brainstorming dengan coachee

● Pertanyaan untuk “Tanggung Jawab”

Tahap akhir percakapan digunakan untuk memilih opsi mana yang akan diambil untuk
dilakukan, memastikan komitmen kiln, meminta coachee menyimpulkan sesi, dan menutup
sesi.

Contoh-contoh pertanyaannya:

“Jadi apa yang akan dilakukan setelah sesi ini?”


“Mana dari pilihan yang kita punya yang paling realistis untuk dilakukan dalam… ke depan”
“Kapan Bapak/Ibu akan melakukannya”
”Apa yang bisa memastikan keberhasilannya?”
“Siapa yang kamu perlukan untuk mendukungmu?

“ Apa yang bisa Bapak/Ibu simpulkan dari percakapan ini?”

Catatan: di dalam coaching, rencana tindakan bisa bersifat “intangible”, misalnya perlu waktu
untuk memikirkan.

Aktivitas Latihan Percakapan Coaching (1 JP)

1. Fasilitator mengelompokan peserta berpasangan atau bertiga;


2. Peserta akan melakukan praktik percakapan coaching menggunakan alur TIRTA;
3. Siklus (durasi 10’): peserta 1 menjadi coach, peserta 2 menjadi coachee, dan
bergantian sampai setiap peserta menjalankan peran sebagai coach;
4. Peserta yang menjadi coach bertanya menggunakan pertanyaan coaching sesuai
alur TIRTA;
○ T: tanyakan 2 pertanyaan tentang topik dan hasil percakapan
○ I, R, dan TA: gunakan keterampilan mendengarkan aktif dan bertanya
dengan pertanyaan berbobot
○ TA: minta coachee menyimpulkan
5. Peserta yang menjadi coachee menyiapkan topik untuk percakapan. Pastikan
topik yang diangkat merupakan topik nyata dan bukan latihan simulasi. Fasilitator
menjelaskan mengapa penting coachee menggunakan topik nyata yaitu agar
peserta yang menjadi coach tidak mengalami kebingungan karena apabila
coachee tidak menggunakan topik nyata tentang dirinya kecenderungan
jawabannya tidak konsisten; dan

23
6. Jika masih ada waktu, saling refleksi: Apa rasanya dicoaching? Apa rasanya
meng-coaching? Apa yang berkesan? Apa lagi yang dialami?

Aktivitas 4: Refleksi (0.5 JP) - Asinkron


Fasilitator memandu refleksi peserta terkait pemahaman mengenai beragam pendekatan
pendampingan yang telah dan akan dilakukan saat mendampingi kepala sekolah dengan
meenjawab pertanyaan pemantik:

a. Hal baru apa yang saya pelajari mengenai metode pendampingan dengan pendekatan
coaching?
b. Apa yang akan dilakukan berbeda saat pendampingan, setelah mempelajari metode
pendampingan dengan pendekatan coaching?
c. Apa yang masih perlu saya tingkatkan/kembangkan agar dapat melakukan
pendampingan dengan pendekatan coaching dengan lebih baik?
d. Apa 3 tindakan konkrit yang akan saya lakukan dalam menerapkan pendampingan
dengan pendekatan coaching dalam menjalankan peran saya sebagai Pengawas
Sekolah yang memberdayakan?

24
C.

Sub Modul: Fasilitasi yang Memberdayakan

Kerangka Program
Hasil Akhir yang Diinginkan

Pengawas Sekolah memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagai fasilitator.

Pemahaman Esensial

Pengawas Sekolah dapat berperan sebagai fasilitator yang dapat memfasilitasi kepala sekolah,
guru dan tenaga kependidikan dalam melakukan perubahan bermakna di satuan pendidikan
melalui pembelajaran yang berkualitas yang berpusat kepada peserta didik.

Keterampilan Kunci

1. Memandu fasilitasi; dan


2. Menggunakan metode DIAS dalam fasilitasi.

Indikator Keterampilan Kunci

1. Menjelaskan konsep fasilitasi;


2. Menjelaskan kompetensi fasilitator; dan
3. Mempraktekkan memandu fasilitasi.

Tujuan Pembelajaran

Pengawas Sekolah dapat mempraktekkan kegiatan fasilitasi pertemuan bersama kepala


sekolah atau PTK sekolah untuk mendapatkan ide perubahan atau pemecahan masalah terkait
transformasi pembelajaran ataupun pengelolaan pendidikan.

Topik Pembelajaran Modul

1. Konsep Fasilitasi;
2. Kompetensi Fasilitator;
3. Diamond Theory (Sam Kaner, 2007);
4. Metode DIAS (adopsi diamond theory); dan
5. Praktek fasilitasi.

Pertanyaan Pemantik

1. Apa tujuan diadakannya fasilitasi?

25
2. Apa kompetensi yang perlu dimiliki seorang pengawas sekolah dalam perannya sebagai
fasilitator?
3. Bagaimana cara melakukan fasilitasi yang memberdayakan?

Agenda dan Total Waktu Pelatihan

120 Menit

Jadwal

No. Judul Sesi Aktivitas Menit Perlengkapan

1. Elaborasi konsep 1. Ice-breaking; 45’ Flipchart


dan kompetensi 2. Kesepakatan kelas; kertas plano
3. Fasilitasi dengan tema; sticky notes,
“Bagaimana Memimpin LCD Projector
Rapat yang Efektif” Laptop
4. Presentasi: konsep dan
manfaat fasilitasi;
5. Diskusi pemantik: apa
kompetensi yang
dibutuhkan pimpinan
rapat?
6. Elaborasi kompetensi
fasilitator.

2. Elaborasi metode 1. permainan edukasi: 30’ LCD Projector


DIAS dalam pemecahan masalah Laptop
memandu berkelompok; Flipchart
fasilitasi 2. Elaborasi: prinsip
memandu fasilitasi;
3. Presentasi model DIAS
untuk memandu fasilitasi;
a. sekilas tentang model
diamond sebagai
acuan
b. penjelasan tentang
model DIAS:
● D (Definisikan:
tema, harapan, dan
tantangan)
● I (Ide dicurahkan)
● A (Analisis
dampak)
● S (Simpulkan).

26
3. Praktik fasilitasi 1. Praktik fasilitasi 45’ Kertas plano
dalam kelompok berkelompok dengan tema Sticky notes
“peningkatan kompetensi
dalam rangka transformasi
peran pengawas”; dan
2. Peserta melakukan refleksi
pemahaman tentang
kompetensi dan metode
pendampingan fasilitasi.

Gambaran Detail Sesi


Eksplorasi Konsep dan Kompetensi Fasilitasi
1. Tujuan sesi:
a. memahami beberapa kompetensi yang perlu dimiliki dalam sesi fasilitasi; dan
b. mendapatkan contoh demo fasilitasi.

2. Peralatan yang dibutuhkan:


file yang berisi tautan referensi

3. Persiapan:
Informasi dalam bentuk pdf yang berisi tautan 5 video referensi

4. Pelaksanaan:
Peserta menyimak 5 video referensi

Elaborasi Konsep dan Kompetensi


1. Tujuan sesi:
a. mendapatkan pengalaman dan inspirasi tentang fasilitasi;
b. memahami konsep fasilitasi; dan
c. memahami kompetensi fasilitator.

2. Peralatan yang dibutuhkan:


a. 2 buah flipchart;
b. kertas plano;
c. sticky notes;
d. spidol;
e. LCD projector; dan
f. laptop.

3. Persiapan:
a. menyediakan 1 lembar kertas plano per meja (5-6 meja);
b. menyediakan 1 bundel sticky notes per meja;
c. memasang ... lembar kertas plano pada flip chart;

27
d. Fasilitator menyapa peserta;
e. Fasilitator mengadakan kesepakatan kelas;
f. Fasilitator memantik refleksi awal peserta tentang fasilitasi; dan
g. Fasilitator mengajak peserta bersama-sama melakukan ice breaking.

4. Pelaksanaan:
a. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok dengan jumlah 6 orang per kelompok dengan
cara membentuk huruf U dengan berdasarkan urutan abjad nama lengkap (kanan
perspektif peserta dimulai dengan huruf A dst), kemudian menyebutkan bergantian
fa-si-li-ta-tor dan kemudian berkelompok sesuai dengan suku kata apa yang disebut tadi;
b. Fasilitator menjelaskan bahwa bersama kelompok akan berdiskusi dengan topik
“Bagaimana Memimpin Rapat yang Efektif”;
c. Fasilitator menjelaskan bahwa dalam diskusi ini peserta dapat menggali tentang cara atau
tentang kompetensi yang diperlukan dalam memandu rapat;
d. Fasilitator meminta masing-masing kelompok bersepakat menunjuk pemimpin diskusi,
penyaji hasil diskusi, penjaga waktu, dan pencatat;
e. Sediakan sticky notes untuk menuliskan kesimpulan, 1 lembar sticky notes 1 ide;
f. Durasi diskusi 10 menit;
g. Setelah diskusi selesai masing-masing kelompok akan presentasi selama 2 menit dan
menempelkan sticky notes di flipchart; dan
h. Fasilitator memimpin fasilitasi dengan clustering kesimpulan diskusi. Cluster dibagi atas 2
kelompok yaitu “cara” dan “kompetensi”, tuliskan di flipchart seperti contoh tabel berikut;

Cara Kompetensi

i. Fasilitator mendemonstrasikan peran sebagai fasilitator dalam kegiatan fasilitasi dengan


membuat pengelompokan masing-masing ide di sticky notes ke masing-masing kolom;
j. Fasilitator menutup fasilitasi dan mengajukan pertanyaan pemantik “apa yang kita
dapatkan selama sesi 30 menit tadi?”;
k. Fasilitator memberi kesempatan menyampaikan pendapat kepada 1 atau 2 peserta;
l. Fasilitator memaparkan materi tentang definisi fasilitasi di mana fasilitasi adalah suatu
proses yang berperan dalam membantu kelompok atau individu dalam mencapai tujuan
tertentu atau menyelesaikan tugas dengan lebih efektif;

Definisi fasilitasi berdasarkan International Association of Facilitators (IAF) adalah sebagai berikut:

28
"Fasilitasi adalah proses penyusunan, pengelolaan, dan berpartisipasi dalam suatu diskusi,
pertemuan, atau interaksi kelompok untuk mencapai hasil tertentu atau memenuhi tujuan
tertentu. Seorang fasilitator, melalui penggunaan keterampilan komunikasi, alat, dan teknik
yang tepat, membantu kelompok bekerja sama secara efektif, berpikir kritis, dan mengambil
keputusan yang baik."

Sam Kaner, seorang ahli dalam bidang fasilitasi kelompok dan pengambilan keputusan
berpartisipasi, memberikan definisi fasilitasi sebagai berikut:

"Fasilitasi adalah proses yang dirancang untuk membantu kelompok-kelompok manusia


dalam berpikir dan berbicara bersama. Ini adalah cara mengundang kelompok untuk
memiliki percakapan yang penuh dengan arti, menciptakan pemahaman bersama, dan
membuat keputusan yang kuat. Fasilitasi adalah tentang menyajikan tujuan yang jelas,
memberdayakan peserta untuk mencapai tujuan itu, dan mengelola proses yang efektif."

Dalam definisi ini, Sam Kaner menekankan peran fasilitator dalam membantu kelompok
berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif, memfasilitasi proses pemikiran yang dalam,
menciptakan pemahaman bersama, dan membantu kelompok dalam pengambilan keputusan
yang kuat. Fasilitasi bukan hanya tentang menyajikan informasi, tetapi juga tentang membantu
kelompok mencapai pemahaman yang mendalam, memecahkan masalah, dan mencapai tujuan
mereka.

m. Fasilitator menjelaskan manfaat fasilitasi yaitu:


I. Pencapaian tujuan yang lebih efisien:
fasilitasi membantu kelompok dalam merencanakan dan mencapai tujuan dengan
cara yang lebih efisien. Fasilitator membantu kelompok tetap fokus pada tujuan
mereka dan mengarahkan energi mereka ke arah yang benar;
II. Pengambilan keputusan yang melibatkan seluruh peserta:
Fasilitasi membantu menghilangkan hambatan komunikasi dan membuka ruang
untuk partisipasi aktif. Ini menghasilkan diskusi yang lebih dinamis dan partisipasi
yang lebih merata dari semua anggota kelompok;
III. Merangsang Pemikiran Kritis dan Kreativitas:
Fasilitator dapat menggunakan teknik-teknik kreatif untuk merangsang pemikiran
kritis dan inovasi dalam kelompok. Ini membantu kelompok untuk memecahkan
masalah dengan cara yang baru dan segar; dan
IV. Orientasi pada implementasi dan tindakan:
Fasilitasi tidak hanya berfokus pada diskusi, tetapi juga pada mengarahkan
kelompok menuju tindakan konkret. Fasilitator membantu dalam merumuskan
rencana tindakan dan mengikuti langkah-langkah selanjutnya.

n. Elaborasi kompetensi fasilitator dengan pertanyaan pemantik: apa kompetensi yang


dibutuhkan pimpinan rapat? ;
o. Fasilitator menuliskan pendapat peserta di flipchart, fasilitator juga bisa mengambil
pendapat peserta dari hasil diskusi awal terkait kompetensi; dan
p. Fasilitator menjelaskan kompetensi fasilitator:

29
I. Komunikasi yang Efektif: Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan
efektif dalam situasi kelompok, termasuk mendengarkan aktif dan mengajukan
pertanyaan yang kuat dan relevan;
i. Mendengarkan aktif meliputi keterampilan menangkap kata kunci dan
observasi emosi peserta dalam kegiatan fasilitasi; dan
ii. Pertanyaan yang kuat diperlukan dalam fasilitasi karena fasilitator
menggunakan pertanyaan (tidak memberi saran) dalam memfasilitasi
pertemuan.
II. Memahami dan Mengelola Proses: Kemampuan untuk memahami dinamika
kelompok dan mengelola proses diskusi, termasuk merancang agenda,
mengendalikan waktu, dan menjaga fokus; dan
III. Kemampuan Memimpin dan Mengelola Pertemuan: Memimpin pertemuan dengan
arah yang jelas, merencanakan dan mengelola sesi secara efektif, memastikan
partisipasi semua peserta, dan menangani konflik secara konstruktif.
5. Refleksi:
a. Fasilitator meminta 2 atau 3 peserta menyatakan refleksi yang didapat selama sesi; dan
b. Fasilitator menyampaikan bahwa fasilitasi yang telah dijalankan sebagai gambaran
bagaimana fasilitasi berlangsung.

Elaborasi Metode DIAS dalam Memandu Fasilitasi


1. Tujuan sesi:
memahami teori berlian dalam metode DIAS

2. Peralatan yang dibutuhkan:


a. 2 buah flipchart;
b. Kertas plano;
c. Sticky notes;
d. Spidol;
e. LCD projector; dan
f. Laptop.

3. Persiapan:
a. Permainan edukasi: pemecahan masalah berkelompok; dan
b. Pertanyaan pemantik;
I. apa yang Bapak/Ibu alami saat sesi fasilitasi di awal?
II. apa pembelajaran yang bisa didapat dari sesi fasilitasi tersebut?

4. Pelaksanaan:
a. Elaborasi: prinsip memandu fasilitasi untuk menghindari mind-block, mendorong
keterlibatan tim;
b. pertanyaan pemantik:
I. apa yang Bapak Ibu alami dan rasakan selama sesi fasilitasi di pembukaan?
II. Bagaimana fasilitasi dijalankan?
c. Fasilitator memaparkan materi sekilas tentang diamond theory sebagai acuan:

30
Diamond theory diinisiasi oleh Sam Kaner dalam bukunya FACILITATOR’S GUIDE TO
PARTICIPATORY DECISION-MAKING. Dalam diagram diamond theory digambarkan proses
fasilitasi diawali dengan penentuan topik baru, curah gagasan pada divergent zone,
memfasilitasi perbedaan yang mungkin muncul dalam groan zone, dan memandu
pengambilan kesimpulan dalam convergent zone (tampilkan gambar diagram diamond
theory pada ppt);

gambar 1. ilustrasi diagram diamond theory

d. Fasilitator memaparkan materi model DIAS, model DIAS adopsi dari diamond theory (Sam
Kaner). Tahapan DIAS sebagai berikut;
I. D (Definisikan):
pada tahapan ini ditetapkan bersama tema fasilitasi, harapan, dan tantangan;

II. I (Ide dicurahkan):


fokus pada kuantitas ide, kumpulkan ide sebanyak-banyaknya, libatkan seluruh
peserta. Fasilitator dapat menggunakan beberapa alat misal sticky notes, atau kertas
plano. Pada fasilitasi dengan jumlah peserta yang banyak dapat dilakukan melalui
pengelompokan peserta dan akan lebih efektif bila menggunakan sticky notes dalam
mengumpulkan ide, sementara bila peserta dengan jumlah sedikit diskusi di ruang
utama masih bisa dilaksanakan dan bisa dengan menggunakan flipchart atau papan
tulis;

III. A (Analisis dampak):


mengelola seluruh ide yang masuk untuk dipetakan. Bersama-sama peserta
fasilitator memandu memetakan ide-ide untuk analisis dampak. Pemetaan dapat
menggunakan clustering, cara lain adalah aliran ide. Clustering yaitu membuat
pengelompokan ide yang sesuai untuk pencapaian tujuan. Fasilitator perlu kreatif
dalam membuat pengelompokan dalam clustering. Kemudian dalam aliran ide
fasilitator akan menyoroti beberapa kata kunci penting dalam aliran ide untuk
kemudian memandu peserta mendapatkan kesimpulan bersama; dan

IV. S (Simpulkan):
mengambil kesimpulan/keputusan bersama dari hasil analisis. Ingat bahwa tugas
fasilitator hanya memandu pengambilan kesimpulan, bukan mengambil kesimpulan.

31
5. Refleksi:
a. Fasilitator mempersilakan 2 atau 3 peserta menyampaikan pemahamannya tentang model
DIAS yang diadopsi dari diamond theory; dan
b. Fasilitator meminta peserta bersama kelompoknya untuk mempraktikkan fasilitasi dengan
model DIAS.

Praktik Fasilitasi dalam Kelompok


1. Tujuan sesi:
mempraktekkan metode DIAS dalam memandu fasilitasi

2. Peralatan yang dibutuhkan:


a. 2 buah flipchart;
b. kertas plano;
c. sticky notes;
d. spidol;
e. LCD projector; dan
f. laptop.

3. Persiapan:
a. Ice breaking: WORD STORM. Peserta diminta berdiri di posisi masing-masing. Dalam waktu
20 detik setiap orang meneriakkan kata-kata terkait apa yang telah dipelajari dalam
keterampilan fasilitasi terus menerus sampai fasilitator memberi tanda untuk selesai;
b. Fasilitator menyampaikan kepada peserta untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari
sebelumnya dalam kelompok; dan
c. Fasilitator membagikan kertas plano, spidol, dan sticky notes kepada setiap kelompok.

4. Pelaksanaan:
a. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menetapkan 1 orang sebagai fasilitator dan 1
orang yang akan menjadi presenter. Peserta yang bertugas menjadi fasilitator atau
presenter adalah orang yang berbeda dari pemimpin diskusi kelompok di sesi awal;
b. Fasilitator memberikan instruksi setiap kelompok membahas tema “Peningkatan
kompetensi dalam peran baru pengawas” dengan durasi 10 menit;
c. Fasilitator menjelaskan bahwa dalam perannya sebagai presenter, bukan menjelaskan
tentang hasil diskusi tapi menjelaskan jalannya fasilitasi;
d. Masing-masing kelompok mempraktikkan fasilitasi; dan
e. Gallery walk: peserta bersama kelompok mengunjungi hasil diskusi masing-masing
kelompok secara berurutan. Durasi setiap kunjungan adalah maksimal 2 menit. Presenter
akan menjelaskan bagaimana jalannya fasilitasi.

5. Refleksi:
a. Fasilitator meminta setiap peserta untuk mengisi sticky notes untuk refleksi dengan
pertanyaan pemantik:
I. Apa kompetensi yang perlu dimiliki fasilitator?
II. Apa yang perlu Bapak/Ibu kembangkan untuk menjadi fasilitator yang baik?
III. Apa rencana Bapak/Ibu untuk pengembangan kompetensi fasilitasi?

32
D.

Sub Modul: Consulting yang Membangun

Kerangka Program

Hasil Akhir yang Diinginkan

Pengawas Sekolah memiliki pengetahuan dan kemampuan sesi consulting yang membangun

Pemahaman Esensial

Pengawas Sekolah dapat membantu satuan pendidikan dalam analisis data untuk
pemecahan masalah, memiliki kemampuan untuk memberikan rekomendasi sesuai hasil
analisis dan evaluasi data, serta memantau pelaksanaan rekomendasi.

Keterampilan Kunci

Analisis data dan pemberian rekomendasi

Indikator Keterampilan Kunci

Peserta dalam kelompok menganalisis dan mengevaluasi data, kemudian menyusun dan
memberikan rekomendasi

Tujuan Pembelajaran

Pengawas Sekolah dapat mendemonstrasikan keterampilan analisis data, penyelesaian


masalah, dan memberikan rekomendasi.

Topik Pembelajaran Modul

a. Konsep, tujuan, dan manfaat consulting;


b. Langkah-langkah consulting;
c. Kompetensi pengawas sekolah sebagai konsultan;
d. Optimalisasi Identifikasi – Refleksi – Benahi (IRB); dan
e. Plan – Do – Check – Action (PDCA) untuk monitoring evaluasi.

Pertanyaan Pemantik

a. Apa yang perlu diselesaikan melalui pendekatan consulting?


b. Apa kompetensi yang perlu dimiliki seorang pengawas sekolah dalam perannya
sebagai konsultan bagi kepala sekolah dan sekolah?
c. Apa langkah-langkah dalam pelaksanaan consulting?

33
d. Bagaimana analisis akar masalah dapat menjadi acuan untuk melakukan
pembenahan dalam IRB?

Agenda dan Total Waktu Pelatihan

60 Menit

Jadwal

No Judul Sesi Aktivitas Menit Perlengkapan

1. Elaborasi Konsep 1. Educational game: 15’ LCD Projector,


Meliputi Definisi, pemecahan masalah dalam Laptop,
Tujuan, dan kelompok presentasi ppt,
Langkah 2. Pemaparan materi: definisi, flipchart, spidol
Consulting tujuan, dan langkah
consulting

2. Kompetensi 1. Diskusi: kompetensi apa 15’ LCD Projector,


Konsultan yang dimiliki pengawas Laptop,
sebagai konsultan presentasi ppt,
2. Pemaparan materi: flipchart, spidol,
kompetensi pengawas sticky notes
sebagai konsultan

3. Praktek 1. Praktik analisis dan 30’ LCD Projector,


Perumusan memecahkan masalah Laptop,
Solusi dan 2. Elaborasi dan diskusi: presentasi ppt,
Pemberian bagaimana pengawas flipchart, spidol,
Rekomendasi sekolah memberi kertas plano,
rekomendasi kepada spidol kecil,
kepala sekolah sticky notes kecil,
3. Praktik berpasangan kertas A4
memberikan rekomendasi
4. Refleksi

Gambaran Detail Sesi


Elaborasi Konsep Meliputi Definisi, Tujuan, dan Langkah Consulting
1. Tujuan sesi:
a. Menjelaskan konsep, tujuan, manfaat dan langkah consulting; dan
b. Menjelaskan kompetensi consulting dalam peran pengawas sekolah

2. Peralatan yang dibutuhkan:

34
a. flipchart;
b. kertas plano;
c. sticky notes;
d. spidol;
e. LCD projector; dan
f. laptop.

3. Persiapan
a. Sebelum sesi sinkron peserta diminta menyiapkan rapor pendidikan sebagai bahan
praktek;
b. Pengaturan ulang kelompok menjadi 5 kelompok: peserta berdiri membentuk huruf U
(paling kiri berasal dari paling barat Indonesia dan paling kanan berasal dari paling timur
Indonesia), kemudian menyebutkan 5 kata secara bergantian NOMOR - 4 - 8 - 3 - 1. Peserta
dengan kata yang sama membentuk 1 kelompok; dan
c. Educational game: tebak-tebakan menyeberang sungai
https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-41078986
I. Fasilitator menjelaskan aturan main;
II. Peserta berdiskusi dalam kelompok dengan durasi 5 menit; dan
III. Perwakilan 1 atau 2 kelompok menjelaskan jawaban yang benar.

4. Pelaksanaan
a. Elaborasi: bagaimana pengawas mendampingi KS dalam pemecahan masalah
I. Fasilitator memantik peserta mengenai apa yang dilakukan saat memecahkan
masalah dalam ice breaking;
II. Fasilitator melakukan bridging dengan mengaitkan peran pengawas yang kadang
harus membantu memecahkan masalah satuan pendidikan; dan
III. Fasilitator menjelaskan bahwa sesi ini akan memaparkan tentang konsep
consulting yang mencakup definisi, tujuan, dan langkah-langkah consulting.

b. Paparan konsep consulting:


I. Fasilitator memaparkan materi definisi consulting (dengan menampilkan ppt):
proses di mana seorang ahli untuk memberikan saran, panduan, dan solusi kepada
klien (dalam hal ini kepala sekolah) dalam rangka mengatasi masalah,
meningkatkan kinerja, atau mencapai tujuan tertentu. Consulting dibutuhkan oleh
organisasi yang ingin melakukan perubahan atau pengembangan dalam lingkup
organisasi. Sangat dibutuhkan terutama oleh organisasi yang terpuruk; dan
II. Fasilitator memaparkan materi tujuan consulting (dengan menampilkan ppt):
Consulting bertujuan membantu organisasi bangkit dari kondisi terpuruk atau
melakukan perubahan besar. Tujuan consulting dapat diuraikan sebagai berikut:
untuk memberikan saran, panduan, dan solusi kepada individu atau organisasi
dalam rangka mengatasi masalah, meningkatkan kinerja, atau mencapai tujuan
tertentu. Bentuk pemanfaatan consulting antara lain untuk identifikasi masalah dan
akar penyebab; pengembangan solusi; peningkatan kinerja organisasi; perubahan
organisasi; pemecahan masalah kompleks. Consulting dapat dilakukan dengan
mengombinasikan dengan pilihan metode yang lain.

35
III. Fasilitator memaparkan materi langkah consulting:
i. Identifikasi masalah: Identifikasi masalah atau tujuan klien melalui
wawancara dan analisis. Pahami konteks dan tujuan secara mendalam;
ii. Perumusan solusi: merancang solusi yang tepat sesuai dengan analisis.
Sajikan rekomendasi dan langkah-langkah implementasinya;
iii. Rekomendasi Implementasi: Bantu klien dalam menerapkan solusi.
Memberikan rekomendasi untuk memastikan perubahan berhasil
diimplementasikan; dan
iv. Evaluasi dan pemantauan: Monitor hasil implementasi dan evaluasi
dampaknya. Identifikasi perubahan lanjutan yang diperlukan untuk
memastikan kesuksesan jangka panjang.

5. Refleksi
Fasilitator mengajukan pertanyaan pemantik keterkaitan langkah-langkah consulting dengan
rapor pendidikan. (jawaban yang diharapkan adalah mengaitkannya dengan Identifikasi -
Refleksi - Benahi (IRB), bila jawaban peserta tidak sesuai harapan ingatkan peserta bahwa
terdapat IRB dalam rapor pendidikan).

Kompetensi Konsultan
1. Tujuan sesi:
Menjelaskan kompetensi yang perlu dimiliki pengawas dalam perannya sebagai konsultan

2. Peralatan yang dibutuhkan:


a. flipchart;
b. sticky notes;
c. spidol;
d. LCD projector; dan
e. laptop.

3. Persiapan
a. Fasilitator menyampaikan bahwa sesi ini peserta akan mengelaborasi kompetensi
konsultan melalui diskusi di ruang utama;
b. Fasilitator menyampaikan tema diskusi “apa kompetensi yang diperlukan seorang
pengawas sekolah dalam perannya sebagai konsultan”; dan
c. Fasilitator membagikan sticky notes kepada setiap peserta.

4. Pelaksanaan
a. Peserta menuliskan pendapatnya di sticky notes;
b. Peserta menempelkan sticky notes hasil diskusi di flip chart;
c. Fasilitator merangkum dengan membaca sticky notes dan mulai menayangkan ppt tentang
kompetensi pengawas sebagai konsultan;
d. Fasilitator memaparkan materi kompetensi pengawas sekolah sebagai konsultan
(upayakan mengaitkan dengan hasil diskusi peserta);
e. kompetensi pengawas sekolah sebagai konsultan;
i. Kemampuan analisis dan pemecahan masalah: Seorang konsultan harus dapat
menganalisis data dengan teliti, mengidentifikasi trend, dan mengurai masalah yang

36
kompleks. Kemampuan analisis membantu dalam menentukan akar penyebab
masalah dan merancang solusi yang tepat. Kemampuan memecahkan masalah
meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan solusi, dan
merancang rencana aksi. Beberapa metode untuk analisis dan pemecahan masalah
antara lain: analisis SWOT, mind mapping, problem tree analysis, diagram tulang ikan,
atau metode 5 whys;
ii. Kemampuan komunikasi: Seorang konsultan harus dapat berkomunikasi dengan
jelas, baik secara tertulis maupun lisan, serta mampu menjelaskan konsep kompleks
dengan cara yang mudah dipahami oleh klien. Konsultan harus mendengarkan
dengan baik dan memahami kebutuhan klien mereka. Ini memungkinkan mereka
untuk menyusun solusi yang sesuai dengan tujuan dan harapan klien. Dengan
komunikasi yang baik konsultan dapat melakukan wawancara untuk penggalian dan
analisis kebutuhan klien;
iii. Keterampilan penyusunan rekomendasi dan presentasi: Konsultan seringkali harus
menyampaikan hasil analisis dan rekomendasi kepada klien atau pihak terkait.
Rekomendasi yang disusun harus jelas, dapat dipahami klien, menyeluruh, dan
solutif. Oleh karena itu, kemampuan menyusun rekomendasi dan memberikan
presentasi yang efektif sangat penting; dan
iv. Kemampuan Evaluasi dan Pemantauan: Setelah solusi diimplementasikan, konsultan
perlu dapat mengukur dampaknya dan melakukan pemantauan untuk memastikan
bahwa tujuan tercapai. Evaluasi dan pemantauan perlu dilakukan secara berkala
untuk menjaga jalannya rencana tindakan berdasarkan rekomendasi konsultan
sehingga tujuan dapat tercapai.
5. Refleksi
a. Fasilitator menggambar 4 garis di flipchart dan menuliskan masing-masing kompetensi
konsultan (ANALISIS, KOMUNIKASI, REKOMENDASI, EVALUASI) di atas garis. Pada
masing-masing garis tulis angka 1 di kiri garis dan angka 10 di kanan garis;
b. Fasilitator memberi penjelasan bahwa angka 1 adalah penilaian diri dengan penilaian
paling rendah dan 10 paling tinggi terkait masing-masing; dan
c. Fasilitator meminta peserta memberi tanda sebagai penilaian diri pada masing-masing 4
garis.

Praktek Perumusan Solusi dan Pemberian Rekomendasi


1. Tujuan sesi:
a. Mempraktekkan analisis dan pemecahan masalah; dan
b. Mempraktekkan penyusunan dan penyampaian rekomendasi.

2. Peralatan yang dibutuhkan:


a. flipchart;
b. kertas plano;
c. sticky notes;
d. spidol;
e. LCD projector; dan
f. laptop.

37
3. Persiapan
a. Fasilitator meminta masing-masing kelompok menyiapkan 1 contoh rapor pendidikan
untuk menjadi bahan praktek. Bila tidak ada maka peserta dapat menggunakan contoh
berikut: https://bit.ly/contohraporpendidikan1;
b. Fasilitator meminta masing-masing kelompok menyiapkan skenario: 1 orang berperan
menjadi pengawas, 1 kepala sekolah, 4 PTK;
c. Fasilitator menjelaskan urutan kegiatan diskusi sebagai berikut;
I. analisis masalah, peserta yang berperan sebagai pengawas menjadi konsultan
yang memimpin diskusi, durasi 10 menit untuk analisis masalah;
II. Perumusan solusi dengan durasi 5 menit; dan
III. Dokumentasi solusi. Semua peserta mencatat di catatan masing-masing sebagai
bahan praktek.

4. Pelaksanaan
a. Peserta dalam kelompok melaksanakan praktek perumusan solusi dengan
langkah-langkah:
I. analisis masalah (10 menit);
II. perumusan solusi (5 menit); dan
III. dokumentasi solusi (2 menit).
b. Setelah diskusi selesai fasilitator meminta 2 atau 3 peserta menyampaikan inspirasi yang
didapat dari diskusi;
c. Fasilitator menjelaskan salah satu tugas konsultan adalah menyampaikan rekomendasi
solusi;
d. Fasilitator memaparkan beberapa poin penting dalam memberikan rekomendasi sebagai
berikut:
I. Klarifikasi Tujuan: Pastikan rekomendasi solusi yang disampaikan sesuai dengan
tujuan klien. Dengan memahami dengan jelas apa yang ingin dicapai klien,
rekomendasi dapat lebih terfokus;
II. Penyajian yang Jelas dan Terstruktur: Sajikan rekomendasi secara sistematis dan
terstruktur. Gunakan format yang mudah dipahami, mulai dari gambaran umum
hingga detail pelaksanaan;
III. Dukungan Data dan Fakta: Gunakan data, angka, dan fakta yang relevan untuk
mendukung rekomendasi. Hal ini memperkuat keandalan dan kepercayaan klien
terhadap solusi yang diajukan;
IV. Kaitkan dengan Keuntungan dan Dampak: Jelaskan bagaimana solusi akan
memberikan manfaat kepada klien. Fokuskan pada dampak positif yang diharapkan
dari penerapan rekomendasi; dan
V. Komitmen dan Dukungan: Berikan komitmen untuk mendukung implementasi
rekomendasi. Hal ini memperlihatkan tanggung jawab dan kesiapan konsultan
untuk membantu klien dalam menjalankan solusi yang diusulkan.
e. Berdasarkan beberapa poin di atas, fasilitator memaparkan langkah-langkah pemberian
rekomendasi sebagai berikut:
I. menjelaskan tujuan;
II. menyampaikan rekomendasi berdasarkan data dan fakta serta mengaitkan dengan
keuntungan dan dampak;
III. membuka ruang diskusi (diperlukan untuk klarifikasi); dan

38
IV. menyampaikan komitmen dan dukungan implementasi mencakup diskusi lanjutan,
evaluasi, dan pemantauan.
f. Fasilitator meminta masing-masing kelompok untuk membentuk pasangan praktik, bila
terdapat 6 peserta dalam kelompok maka dibentuk 3 pasangan;
g. Praktik memberikan rekomendasi dengan 2 siklus, masing-masing peserta bergantian
memberi rekomendasi dengan durasi 10 menit;
h. Fasilitator memaparkan materi siklus Plan - Do - Check - Action (PDCA) untuk tahapan
implementasi dan evaluasi/pemantauan.
I. Plan (Perencanaan):
i. Tahap pertama dalam PDCA adalah merencanakan. Di sini, masalah atau
peluang perbaikan diidentifikasi, dan tujuan yang jelas ditetapkan; dan
ii. Rencanakan tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Ini
termasuk merumuskan strategi, menentukan langkah-langkah konkret,
mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan, dan mengembangkan
rencana kerja.
II. Do (Pelaksanaan):
i. Tahap kedua adalah melaksanakan rencana yang telah dibuat. Tindakan
yang direncanakan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat;
dan
ii. Selama tahap ini, konsultan dan tim bekerja untuk menerapkan perubahan
atau solusi yang telah dirancang.
III. Check (Pengecekan):
i. Setelah tindakan dilaksanakan, tahap berikutnya adalah melakukan evaluasi.
Ini melibatkan pengumpulan data dan informasi untuk menilai apakah
tindakan yang diambil efektif atau tidak; dan
ii. Evaluasi mencakup perbandingan hasil dengan tujuan awal yang ditetapkan
dalam tahap perencanaan.
IV. Act (Tindakan):
i. Jika evaluasi menunjukkan bahwa tindakan telah mencapai hasil yang
diharapkan, langkah ini melibatkan pembuatan keputusan untuk
mengadopsi solusi atau tindakan sebagai praktik berkelanjutan; dan
ii. Jika evaluasi menunjukkan bahwa tindakan tidak mencapai tujuan atau ada
potensi perbaikan lebih lanjut, maka tindakan perbaikan lebih lanjut
direncanakan dan diimplementasikan.

5. Refleksi
a. Fasilitator meminta peserta menjawab pertanyaan melalui google form melalui tautan yang
disediakan dengan pertanyaan pemantik berikut:
I. Menurut Bapak/Ibu apa yang perlu diselesaikan melalui consulting?
II. Apa kompetensi consulting Bapak/Ibu yang sudah baik?
III. Apa kompetensi consulting Bapak/Ibu yang perlu ditingkatkan?
IV. Apa rencana Bapak/Ibu untuk peningkatan?

39
Referensi
Sam Kaner, Facilitator’s Guide to Participatory Decision-Making, 2007, John Wiley & Sons, Inc., 2nd Edition

Referensi video coaching dan fasilitasi: https://bit.ly/referensiketerampilanps

Consulting Is More Than Giving Advice, Arthur N. Turner


https://hbr.org/1982/09/consulting-is-more-than-giving-advice , diakses pada 6 Oktober 2023 pukul 17.00
WIB

Nawras Skhmot, Using the PDCA Cycle to Support Continuous Improvement (Kaizen)
https://theleanway.net/the-continuous-improvement-cycle-pdca diakses pada 13 November 2023 pukul
15:55 WIB

40

Anda mungkin juga menyukai