Modul Pembelajaran 3
PELAKSANAAN
PROGRAM BIMBINGAN
DAN KONSELING
MATA PELAJARAN BIMBINGAN DAN KONSELING
MADRASAH ALIYAH
Unit Pembelajaran 5:
Keterampilan Dasar Bimbingan dan Konseling
Unit Pembelajaran 6:
Metode, Pendekatan dan Teknik Bimbingan dan Konseling
Penanggung Jawab
Direktorat GTK Madrasah
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia
Penulis:
Siti Kulsum
Bibit Prayoga
Ana Susanti
Rini Kristiani
Nazia Nurul Fuadia
Reviewer:
Naharus Surur
Copyright © 2020
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah
Kementerian Agama
Muhammad Zain
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................... 1
01 PENDAHULUAN ................................................................................................................ 3
B. Tujuan ............................................................................................................................... 4
C. Manfaat ............................................................................................................................ 5
D. Sasaran ............................................................................................................................ 5
A. Pengantar ....................................................................................................................... 13
B. Penilaian ........................................................................................................................ 57
1. Penilaian Mandiri Guru ............................................................................................ 57
2. Penilaian oleh Asesor /Fasilitator .........................................................................58
05 PENUTUP ........................................................................................................................ 59
KUNCI JAWABAN................................................................................................................ 60
GLOSARIUM ...........................................................................................................................61
01 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 66
B. Tujuan .............................................................................................................................68
C. Manfaat ..........................................................................................................................68
D. Sasaran ..........................................................................................................................68
A. Pengantar ...................................................................................................................... 77
B. Tujuan
i. Mengkaji materi
Pada kegiatan mengkaji materi ini peserta dapat mempelajari
kembali materi yang telah diuraikan pada in service learning 1 (IN-
1), yang dapat dijadikan bahan untuk menyelesaikan tugas atau
lembar kerja saat pembelajaran ON.
ii. Melakukan aktivitas pembelajaran
Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran
mandiri yang dapat dilaksanakan di madrasah atau bersama
kelompok dengan mengacu pada rencana yang telah disusun pada
IN-1 dan mengikuti panduan yang dituliskan dalam modul. Aktivitas
dapat menggunakan berbagai pendekatan seperti simulasi
(menyebarkan angket kepada siswa), observasi, diskusi,
presentasi, kerja kelompok, untuk mengisi dan melengkapi lembar
kerja/tagihan kegiatan ON.
B. Organisasi Pembelajaran
Artinya : Dengan itu kami memberi petunjuk siapa yang kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya, engkau benar-benar membimbing
(manusia) kepada jalan yang lurus (QS.42:52).
َ َ ُ َ ۡ َ َ ُ جَٰ َ ذ
ٞخبري َ ََ َۡ ۡ ْ ُ ُ َ ُ ۡ َ ذ ْ َُ َ َ َ ُ ُ ْ ََۡ ذُ ذ
ٖۚ فٱنُشوا يرفعِ ٱَّلل ٱَّلِين ءامنوا مِنكم وٱَّلِين أوتوا ٱلعِلم در
ِ ت وٱَّلل بِما تعملون
Artinya :
E. Bahan Bacaan
1. Bimbingan Klasikal
Sebagian orang mampu keluar dari masalah yang dihadapinya, namun
tidak sedikit yang sukar saat mengatasi masalahnya. Dalam konteks ini, bimbingan
dan konseling sebagai sarana untuk membantu individu agar dapat berkembang
selaras dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu sebagai khalifah fil ardh, Q.S. Al
Baqarah, 2: 30. Sebagai upaya untuk mencapai derajat tinggi sebagai manusia,
diperlukan arahan dan bimbingan yang dapat menghantarkan kepada
pemahaman yang tepat. Allah SWT memerintahkan manusia untuk saling
mengingatkan dan menasehati, Q. S Al Ashr, 103:2-3
Use Activitics
and Metaphors
Assign
Homework Be Clear
Play Games
Make Learning
Fun
e. Use Drama and Role-play, menggunakan drama dan bermain peran dua hal
tersebt dapat dikombinasikan dalam pelaksanaan layanan bimbingan klasikal
karena benyak tokoh yang dapat diperankan oleh siswa. Drama yang diperankan
harus sesuai dengan tema atau topik yang mendukung ketercapaian tujuan.
Pelaksnaan drama harus dalam pengawasan guru BK
dan siswa harus berperan aktif dalam memerankan dan mendiskripsikan pesan
yang terkandung dalam drama yang dimainkan.
f. Use Bibliotherapy, penggunaan literatur seperti buku atau karya sastra dalam
pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dapat digunakan. Literatur yang
disediakan harus sesuai dengan tema atau topik serta dalam pengawasan guru
BK. Pembahasan literatur oleh siswa dan guru BK diharapkan dapat memberikan
gambaran atau pemahaman terhadap siswa.
g. Play Game, bermain game strategi ini adalah strategi yang ditunggu oleh siswa
di kelas. Penggunaan permainan yang mendukung tujuan layanan dapat
dilakukan di dalam atau di luar kelas. Kegiatan bermain tentunya dalam
i. Be Clear, merupakan sebuah tujuan yang dapat dijadikan pedoman oleh guru
BK dan siswa yaitu dengan menyamakan persepsi dengan jelas. Siswa di tuntut
untuk aktif bertanya, menanggapi atau menyanggah pendapat secara sopan dan
pintar. Strategi ini bisa digunakan dalam layanan klasikal metode diskusi panel di
dalam kelas
NO Bahan
Art Material
- Cat warna warni
- Acrilic
2.
- Kapur warna
- Arang
- Crayon
3. Spidol permanent
5. Clear Spray
(LK 5.1)
a. Keterampilan Atending
2) Menyapa
a) mengucapkan/membalas salam
b) menyambut kedatangan konseli
c) berjabat tangan
d) mempersilahkan duduk
e) menyebut nama konseli
f) memperkenalkan nama guru BK/konselor
e) membuka pembicaraan
3) Pemberian informasi
Informasi pada tahap attending berhubungan dengan kualifikasi, peran,
tanggung jawab guru BK/konselor, etika, peran konseli, serta proses konseling
yang akan dilakukan. Pada tahapan konseling berikutnya pemberian informasi
berhubungan dengan menyampaikan informasi, data, fakta yang dibutuhkan
konseli yang dapat memfasilitasi konseli untuk memiliki pengetahuan,
4) Observasi
Observasi adalah aktivitas konselor mengamati kondisi konseli dengan melihat
tampilan fisik, membaca bahasa tubuh, mendengarkan bahasa lisan yang
digunakan serta kesesuaian antara bahasa lisan dengan bahasa tubuh untuk
mengukur intelektual, energi pikiran, perasaan dan tidakan konseli, serta
perasaan konseli. Tampilan fisik: kesehatan, kebugaran, kerapihan, kebersihan,
kesesuaian, keserasian. Bahasa tubuh: postur (posisi tubuh), gestur (gerakan-
gerakan tubuh dan anggota tubuh, gerakan untuk simbol/ tujuan tertentu),
mimik muka, reaksi-reaksi fisik karena emosi (contoh: air mata, mata merah, gigi
gemelutuk)
5) Mengatur posisi
Posisi badan yang baik adalah:
a) duduk dengan rileks, badan tegak tidak kaku dan sesekali condong ke arah
konseli untuk menunjukkan kebersamaaan dengan konseli.
b) duduk dengan jarak yang cukup dengan konseli, tidak terlalu dekat dan
tidak terlalu jauh.
c) menaruh tangan dengan rileks di atas pangkuan, gerakan tangan mengikuti
komunikasi verbal untuk menekankan ucapan.
d) menganggukkan kepala untuk menyatakan penerimaan dan menunjukkan
pengertian, serta menggelengkan kepala tanda kurang mengerti
e) ekspresi wajahnya yang tenang dan responsif, misalnya senyum secara
spontan atau menganggukkan kepala, tanda persetujuan atau pengertian.
Posisi badan yang kurang baik adalah konselor:
a) duduk dalam keadaan terpaku, posisi yang kaku tanpa bergerak.
b) ekspresi wajah gelisah, tidak tenang.
6) Kontak mata
Kontak mata yang baik adalah:
a) menatap konseli secara wajar.
b) memandang secara sekilas dan spontan yang menunjukkan minat dan
perhatian terhadap apa yang dikatakan konseli.
7) Mendengar aktif
Mendengarkan secara aktif memerlukan mendengar terhadap isi, suara dan
bahasa tubuh dari orang yang berbicara. Selain itu melibatkan
mengkomunikasikan pesan terhadap orang yang berbicara bahwa pendengar
benar-benar sedang memperhatikan apa yang dibicarakan.
Guru BK/konselor harus dapat mengidentifikasi unsur pesan: apa, mengapa,
kapan, dimana, siapa dan bagaimana.
Guru BK/konselor juga harus dapat menangkap dimensi pesan yang
disampaikan konseli. Dimensi terdiri dari dimensi personal, kontekstual, dan
dimensi relasional. Dimensi personal adalah pesan nyata yang disampaikan
8) Menetapkan tujuan
Menetapkan tujuan adalah aktivitas konselor mendorong konseli menyadari
kebutuhan memperoleh bantuan sehingga menyepakati perilaku yang akan
dibicarakan dalam proses konseling.
9) Penstrukturan
Pada proses konseling kadang-kadang terjadi pembicaraan yang meluas baik
dari sisi konseli maupun dari sisi konseling. Pembatas/ kontrak diperlukan,
mencakup pembatasan/kontrak waktu, masalah, peran, dan tindakan.
Tujuan penstrukturan adalah agar guru BK/konselor dan konseli memahami
perannya masing-masing, mengetahui berapa lama sesi konseling akan
diselenggarakan, membatasi masalah yang akan dibahas, memahami apa yang
akan dilakukan dan apa yang diharapkan dalam sesi konseling.
b. Responding
1) Dorongan Minimal
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung
yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan konseli. Misalnya dengan
menggunakan ungkapan : oh…, ya…., lalu…, terus…. dan… (Willis, 2004, h. 166)
Tujuan dorongan minimal agar konseli terus berbicara dan dapat mengarah
agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal diberikan pada saat
konseli akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat
konseli kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat guru
BK/konselor ragu atas pembicaraan konseli.
2) Refleksi
3) Empati
Empati adalah kemampuan untuk memahami secara tepat perasaan, pikiran
dan pengalaman peserta didik sehingga guru BK dapat merasakan apa yang
sedang dirasakan oleh konseli (Willis, 200, h 161). Empati tidak dapat dipisahkan
dengan attending, artinya tanpa attending maka tidak akan ada empati. Untuk
melakukan empati maka guru BK/konselor harus mampu mengosongkan
perasaan dan pikiran egoistik, serta harus mampu memasuki dunia dalam
konseli. Tujuan empati agar konseli merasa diperhatikan, dipahami, didukung
serta dihargai harkat dan martabatnya. Empati membuat guru BK/konselor
menerima konseli sebagaimana adanya, mengerti serta menghargai nilai dan
sistem nilai konseli. Guru BK/konselor tidak bersikap menghakimi, menyalahkan
4) Paraphrase
Teknik parahrase adalah untuk menangkap pesan utama yang disampaikan
konseli, kemudian menyatakan kembali dengan kalimat yang mudah dan
sederhana dengan bahasa guru BK sendiri (Willis,2004, h 164). Ada empat
tujuan utama paraphrase, yaitu (1) untuk menegaskan pada konseli bahwa guru
BK bersama konseli, dan berusaha memahami apa yang dikatakan konseli, (2)
mengendapkan apa yang dikatakan konseli secara lebih ringkas, (3) memberi
arah wawancara konseling, (4) mengecek kembali persepsi guru BK/konselor
tentang apa yang dikemukakan konseli. Kalimat dapat diawali dengan kata
“apakah atau tampaknya”
5) Menyimpulkan sementara
Teknik menyimpulkan adalah teknik untuk meringkas atau menyimpulkan apa
yang telah dikemukakan konseli pada proses konseling. Teknik menyimpulkan
sementara bertujuan untuk (1) memberikan kesempatan pada konseli untuk
mengambil kilas kilas balik (feed back) dari hal-hal yang telah dibicarakan, (2)
untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap, (3)
7) Memimpin
Teknik memimpin adalah teknik guru BK dalam memimpin percakapan agar
pembicaraan dalam wawancara konseling tidak menyimpang dari
permasalahan sehingga tujuan konseling dapat tercapai (Lubis, 2011, h 99).
Keterampilan memimpin bertujuan agar konseli tidak menyimpang dari fokus
pembicaraan dan agar arah pembicaraan lurus kepada tujuan konseling.
8) Fasilitating
Adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar konseli dengan mudah
berbicara dengan guru BK dan menyatakan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya secara bebas. Komunikasi dan partisipasi diharapkan
meningkat sehingga proses konseling berjalan efektif (Willis, 2014).
9) Konfrontasi
Keterampilan konfrontasi adalah cara mengarahkan/ menunjukkan perhatian
konseli pada ketidaksesuaian terhadap dua hal yang dinyatakan konseli
(inkonsistensi), atau di antara ungkapan verbal dan non verbal konseli
(kontradiksi). Konseli biasanya belum menyadari ketidaksesuaian, sehingga
guru BK/konselor membantu menyadarkan agar konseli menghadapi diri
sendiri dengan jujur. Menurut Gladding ( 2012, h 193) konfrontasi yang baik dan
tepat dapat menumbuhkan dan mendukung pengamatan yang jujur terhadap
diri sendiri. Tujuannya teknik konfrontasi adalah agar konseli memahami
dirinya, dan mengurangi kesenjangan fikiran yang dialam
13) Klarifikasi
Keterampilan klarifikasi (menjernihkan) yaitu cara yang digunakan untuk
mengungkapkan kembali secara tepat isi pernyataan konseli dengan
menggunakan kata-kata guru BK/konselor sendiri untuk mengklarifikasi
maksud konseli (Gadding, 2012, h 184). Keterampilan klarifikasi digunakan
ketika konseli menyampaikan pernyataan atau ucapan-ucapan yang sama-
samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuan klarifikasi adalah (1)
mengundang konseli untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan
kata-kata yang tegas, dan dengan alasan yang logis (2) agar konseli
menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.
c. Personalisasi
1) Personalisasi masalah
Personalisasi masalah adalah upaya menstimulasi konseli untuk menganalisa
kekurangan dan kesulitan yang akan dihadapi dalam menyelesaikan masalah/
melaksanakan keputusan perilaku yang akan dipilih.
2) Personalisasi potensi
Personalisasi potensi adalah upaya untuk menstimulasi konseli memikirkan
kelebihan/ kemampuan diri maupun dukungan dari lingkungan dalam
menyelesaikan masalah atau melaksanakan keputusan alternatif perubahan
perilaku.
d. Initiating
1) Merencanakan program bersama konseli
Merencanakan program adalah aktivitas guru BK/konselor untuk menetapkan
langkah-langkah operasional yang akan dilakukan untuk dapat mencapai
perubahan perilaku yang diinginkan.
2) Penjadwalan
Penjadwalan adalah aktivitas guru BK/konselor untuk menetapkan waktu
melaksanakan aktivitas berdasarkan program yang disusun.
4) Pengembangan komitmen
Pengembangan komitmen adalah aktivitas guru BK/konselor untuk
memfasilitasi konseli menetapkan monitoring dan evaluasi perubahan perilaku
yang diharapkan terjadi pada dirinya.
Pelatih
No Aspek yang dinilai Pengamat I Pengamat II
I Muka
1. Ekspresi wajah
2. Mata
II Kepala
1. Anggukan/geleng
2. Posisi
III Posisi Tubuh
1. Posisi badan (tubuh)
2. Jarak Konselor – konseli
3. Posisi duduk
IV Tangan/Lengan
1. Variasai gerakan
2. Isyarat
3. Menyentuh
4. Gerakan untuk
menekankan ucapan
V Mendengarkan
1. Kesabaran
2. Diam
3. Perhatian
(Willis, 2009)
Terampil melaksanakan
layanan bimbingan klasikal
Terampil menggunakan
keterampilan dasar konseling
dalam proses konseling.
Terampil melaksanakan
layanan bimbingan
klasikal
Terampil menggunakan
keterampilan dasar
konseling dalam proses
konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, G. 1985. Theory and Practice of Group Counseling. California: Brooks/Cole
Publishing Company
Gladding, S.T. 1995. Group Work: A Counseling Specialty. Englewood Cliffs, New
Jersey: Prentice- Hall, Inc
Gazda, George M. 1984. Group Counseling A Developmental Approach. Third
Edition. Toronto: AllynAnd Bacon Inc
Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
Prayitno, 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Padang: Ghalia
Indonesia
Prayitno, 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Padang: FIP
Universitas Negeri Padang
Supriatna, Mamat. 2003. Konseling Kelompok: Wawasan Konsep, Teori, dan
Aplikasi dalam Rentang Sepanjang Hayat. Jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan Bandung: FIP UPI
Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang:
UNNES Press
Yacobs, Harvill, Masson. 1993. Group Counseling: Strategies and Skills. California:
Brooks/Cole Company
Prayitno. 2006. Kegiatan Pendukung 1 - Kegiatan Pendukung 6. Padang: BK UNP.
Rahardjo Susilo dan Gudnanto. 2013. Pemahaman IndividuTeknik Tes; Edisi
Revisi, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Sari Manda Siska dkk. 2013. Hambatan yang Dialami Guru BK dalam Pelaksanaan
Kegiatan Kunjungan Rumah di SMP dan SMA Negeri Kota Payakumbuh.
C. Manfaat
D. Sasaran
2. Lembar kerja
B. Organisasi Pembelajaran
C. Integrasi Keislaman
Artinya :
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah yang mendapat
petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan
mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk
kepadanya. (Q.S Al-Kahfi:17)
Sebagai manusia yang tidak pernah lepas dari masalah, namun demikian
di depan manusia telah terbentang berbagai bagi solusi (pemecahan,
penyelesaian) terhadap masalah kehidupan yang dihadapinya. Namun karena
D. Aktivitas Pembelajaran
E. Bahan Bacaan
a. Konseling Individual
b. Bimbingan Kelompok
Latihan/Tugas (LK6.1)
Refleksi:
Tuliskan makna pembelajaran yang telah Saudara lakukan (nilai
Bahan Bacaan Pendekatan utama karakter danyang Teknik terinternalisasi
dalam Konseling
...........................................................................................................
...........................................................................................................
a. Teori Konseling Psikoanalitik
2. Konsep Dasar
b. Konsep kunci
1) Struktur kepribadian
a) THE ID
The id merupakan sistem kepribadian yang orisinal, artinya telah dimiliki
oleh individu sejak dilahirkan, Ketika individu lahir, seluruh
kepribadiannya diwarnai oleh the id, sedang dua sistem kepribadian lain
(the ego dan the super ego) belum ada. The id merupakan tempat
bersemayamnya instink-instink. Dia memiliki sifat buta, dan suka
menuntut, tidak mampu toleran terhadap ketegangan, menjalankan
fungsinya berupa menghilangkan ketegangan dengan segera. Cara
kerjanya dikendalikan oleh prinsip kenikmatan (pleasure principle),
yang punya tujuan mereduksi ketegangan, menghindari sakit, dan
memperoleh kenikmatan. Tegasnya, the id urusannya hanya satu yaitu
memuaskan dorongan yang timbul ketika instink tertentu bangkit, tidak
ada pertimbangan moral. Dia tidak pernah dewasa, tidak pernah berfikir
melainkan hanya berkehendak dan bertindak, sebagian besar tidak
disadari atau berada di luar kesadaran.
b) THE EGO
The ego merupakan tempat bersemayamnya inteligensi atau
kecerdasan intelektual, memiliki kontak dengan dunia luar atau dunia
realita. The Ego dapat dianalogikan sebagai pemerintah yang bertugas
mengatur, mengendalikan, dan meregulasi kepribadian. Mirip dengan
tugas sebagai polisi lalu lintas, dia menjadi penengah antara instink-
instink dan lingkungan sekitar. Diatur dengan prinsip kenyataan, the ego
bekerja secara realistik dan berfikir logis, merumuskan rencana tindakan
guna memuaskan kebutuhan-kebutuhan individu.
5) Perkembangan Kepribadian
3. Proses Konseling
a. Tujuan Konseling
a. Prosedur
b. Teknik-teknik terapetik
CONTOH KASUS
A. Identitas Konseli
1. Nama/Kode: Sarah (nama samaran) 0708015 / Perempuan
2. Kelas: X- IPA 2 (MAN.......)
3. Umur: 16 tahun
4. Agama: Islam
B. Permasalahan
Sarah merupakan siswa yang tergolong pandai tetapi pendiam di kelasnya.
Ia hanya bergaul dengan beberapa teman tertentu. Ia mendengar dari teman
dekatnya, ada dua teman lain yang menganggap ia sebagai anak desa yang
sombong. Menurut perkiraan guru BK berdasarkan hasil sosiometri yang
menunjukkan tidak ada seorangpun yang memilih berteman dengannya,
kemungkinan ia merasa minder sehingga kurang dapat menjalin hubungan sosial
dengan teman-temannya. Sarah mengatakan pada teman dekatnya kalau ingin
berkonsultasi dengan guru BK tapi tidak berani datang ke ruang BK.
C. Treatmen
Lakukanlah konseling terhadap Sarah dengan menggunakan pendekatan
konseling Psikoanalisis.
1. Latar Belakang
Pendekatan behavioral mulai ada pada tahun 1950-an dan awal 1960-an
sebagai pemisahan diri yang radikal dari perspektif psikoanalitik yang dominan.
Dilihat dari sejarahnya, konseling behavior tidak dapat dipisahkan dengan riset-
riset perilaku binatang. Sebagaimana yang diakukan Ivan Pavlov (1849-1936)
2. Konsep Dasar
2) Prosedur aplikasi
a) Mengubah lingkungan fisik sehingga perilaku yang tidak
dikehendaki sulit dan tidak mungkin terlaksana.
b) Mengubah lingkungan sosial sehingga lingkungan sosial ikut
mengontrol tingkah laku konseli.
c) Mengubah lingkungan atau kebiasaan sehingga perilaku
yang dikehendaki hanya dapat dilakukan pada waktu dan
tempat tertntu saja (Sukadji, 1983 dalam Komalasari,
dkk.,2011)
Guru : …………………………………………………………………………………
Pendekatan trait and factor disebut juga pendekatan Direktif. Pendekatan ini
bersifat rasional, logis, dan intelektual, tetapi dasar filsafatnya bukanlah
Rationalisme ataupun Essentialisme, melainkan lebih dekat pada Empirisme
dan mempunyai pandangan yang optimis bahwa manusia sudah dibekali
dengan pembawaan, tetapi pembawaan itu tidak menentukan. Beberapa
tokoh utama yang biasanya diasosiasikan dengan teori sifat dan faktor adalah
Walter Bingham, John Darley, Donald G. Paterson,dan E.G. Williamson. Teori
trait and factor sering juga disebut sebagai konseling direktif atau konseling
yang berpusat pada konselor. Teori ini telah berkembang secara dinamis,
yang pada mulanya berupa pendekatan konseling vokasional, kemudian
berkembang ke dalam lingkup yang lebih luas yang tidak hanya segi
vokasional, akan tetapi mencakup aspek perkembangan secara keseluruhan.
1. Konsep Dasar
Menurut Williamson (Winkel, 2007), hubungan konseling merupakan
hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat pribadi dalam hubungan
tatap muka, kemudian konselor bukan hanya membantu individu atas apa
saja yang sesuai dengan potensinya, tetapi konselor harus
mempengaruhi konseli berkembang ke satu arah yang terbaik baginya.
Williamson merumuskan pula sejumlah asumsi yang mendasari Trait-
Factor Counseling dalam suatu karangan yang dimuat dalam Theories of
Counseling (Steffle,1965 dalam Winkel, 2007, h 410), sebagai berikut:
a. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti
taraf intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreativitas, wujud minat
serta keterampilan, yang bersama-sama membentuk suatu pola yang
khas untuk individu itu. Kemampuan dan variasi potensi itu
merupakan ciri-ciri kepribadian (traits), yang telah agak stabil sesudah
masa remaja lewat dan dapat diidentifikasikan melalui tes-tes
psikologis. Data hasil testing memberikan gambaran deskriptif
b. Rasional
5. Proses Konseling
Williamson (Shertzer & Stone,1980, h 173) menyatakan bahwa kerja
konselor trait and factor meliputi enam langkah, yaitu:
6. Teknik Konseling
Di dalam proses konseling ”tidak ada teknik tertentu yang dapat digunakan untuk
konseling kepada seluruh siswa di sekolah” dan “arah konseling bersifat
individual”. Teknik konseling harus disesuaikan dengan individualitas konseli, dan
kita tidak dapat menghindari kenyataan bahwa setiap masalah menuntut
fleksibelitas dan keragaman konseling. Teknik konseling bersifat khusus bagi
individu dan masalahnya. Setiap teknik hanya dapat digunakan bagi masalah dan
CONTOH KASUS
Terapi
Lakukanlah konseling terhadap Sarah dengan menggunakan pendekatan
konseling trait and factor.
2. Konsep dasar
Konseling Realitas berlandaskan premis bahwa ada suatu kebutuhan
psikologis tunggal yang hadir sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan
identitas yang mencakup suatu kebutuhan untuk merasakan suatu
c. Data hasil wawancara : Konseli tinggal dengan ayah dan ibu tiri yang baru saja
melahirkan. Konseli merasa tidak diperhatikan ayahnya sejak adiknya lahir.
Dia juga merasa ibu tirinya terlalu mengaturnya, sehingga ia merasa tidak
bebas bermain seperti yang lain, karena banyaknya tugas rumah yang harus
dia kerjakan. Konseli ingin tinggal dengan ibunya, namun ia lebih tidak
nyaman karena ada ayah tirinya yang tidak akrab. Akhirnya konseli sering
pergi dan menginap di rumah neneknya.
3. Latar Belakang
Pada pertengahan abad ke-20, Art Therapy sebagai sebuah profesi mulai
muncul secara independen di Inggris dan Eropa. Seniman Inggris Adrian
Hill menciptakan istilah Art Therapy pada tahun 1942. (Hogan, 2001: 135). Hill
dilahirkan di Charlton, London, dan menempuh pendidikan di Dulwich
College. Dia melanjutkan untuk belajar di Sekolah Seni Kayu St John antara
tahun 1912 dan 1914. Setelah dinas perangnya, Hill belajar di Royal College of
Art pada tahun 1919 dan 1920.
1. Konsep
Musik pada hakikatnya adalah bagian dari suatu budaya. Musik dapat
membantu konseli berhubungan dengan pikiran dan perasaan dan
mengkomunikasikan emosi yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.
Musik memiliki struktur dasar yang ditandai oleh ritme, melodi, nada, dan
tempo yang dapat digunakan untuk mempromosikan struktur pada klien
dan pikirannya yang tidak teratur dan kacau (misalnya, klien
dengan skizofrenia).
d. Menyesuaikan d. Memainkan
komposisi musik berbagai
dengan masalah dan instrumen musik
tujuan yang seperti drum,
ingin dicapai gembrengan,
lonceng, kecapi
dan
lain-lain
a. Terapi Drama
1. Konsep
Psychodrama, berasal dari Moreno (dalam Nystul, 2016: 471), adalah
salah satu penggunaan drama sistematis pertama sebagai
bentuk terapi. Kemudian, terapi drama muncul sebagai alternatif yang
lebih fleksibel: Terapi drama kurang verbal, kurang terstruktur, dan kurang
berorientasi pada teater daripada psikodrama Johnson (dalam Nystul,
2016: 471) mendefinisikan terapi drama "sebagai penggunaan yang
disengaja dari drama kreatif terhadap tujuan psikoterapi dari pengurangan
gejala, integrasi emosional dan fisik, dan pertumbuhan pribadi”. Terapi
drama termasuk penggunaan roleplaying, tetapi terutama terkait dengan
penggunaan teater kreatif sebagai media untuk ekspresi diri.
2. Prosedur dan hasil
Seperti dalam semua modalitas Creative Art Therapy, prosedur terapi
drama bervariasi sesuai dengan orientasi teoretis praktisi. Terapis drama
mengambil dari berbagai orientasi teoretis, seperti psikoanalitik, perilaku,
Gestalt, Jung, dan Rogerian (Irwin, dalam Nystul, 2016: 471). Beberapa
penulis telah mengidentifikasi apa yang dapat dianggap sebagai prosedur
umum yang terkait dengan terapi drama. Pertama, bermain peran spontan
b. Terapi Tari
1. Konsep
Asal-usul terapi tari dapat ditelusuri ke tarian modern, yang dimulai
pada awal abad ke-20. Konsep-konsep kunci berikut dikaitkan dengan
terapi tari (Fleshman & Fryrear, dalam Nystul, 2016: 472): Konsep dasar
dalam terapi tari adalah integrasi, atau lebih khusus reintegrasi, pikiran dan
tubuh. Gerakan dapat mencerminkan suasana hati klien dan menunjukkan
fleksibilitas atau kekakuan.
Terapi tari memberikan kesempatan bagi klien untuk mengekspresikan
diri mereka dalam gerakan, menyalurkan ekspresi diri ke dalam bentuk
tarian.
2. Prosedur dan hasil
Dalam terapi tari, klien dapat menari sendiri atau dengan klien
lain. Metode tarian bisa spontan atau lebih terstruktur. Perhatian khusus
diberikan pada apa yang dikomunikasikan atau ditemukan klien dari
tarian. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana klien
berinteraksi dengan orang lain, kesadaran ruang klien, dan bagaimana
tarian itu berhubungan dengan masalah tertentu yang dialami klien. Terapi
d. Melihat d. Menghilangkan
bagaimana konseli perasaan
bergerak negative
c. Biblioterapi
1. Konsep
Penggunaan biblioterapi paling awal dapat ditelusuri ke orang-orang
Yunani kuno, ketika sebuah tanda digantung di pintu masuk perpustakaan
yang menyatakannya sebagai "tempat penyembuhan jiwa". (Nystul, 2016:
475)
Biblioterapi adalah pembacaan yang dipandu dari materi tertulis dalam
mendapatkan pemahaman atau menyelesaikan masalah yang relevan
dengan kebutuhan terapeutik seseorang. Penggunaan biblioterapi
sebagai tambahan untuk konseling tampaknya semakin meningkat
(Riordan & Wilson), dengan 60% psikolog sesekali meresepkan buku self-
help , 24% sering, dan 12% secara teratur (Starker, Nystul, 2016: 475).
Berikut konsep-konsep kunci biblioterapi berasal dari teori
psikoanalitik
a) Melakukan universalisasi. Klien meminimalkan perasaan bersalah,
malu, dan terasing ketika mereka menemukan bahwa orang
lain memiliki masalah yang sama dalam hidup.
B. Mengaktualisasikan diri
1. terampil mempraktikan
konseling individual yang
meliputi perencanaan,
proses konseling, dan
penilaian dan tindak lanjut
2. terampil mempraktikan
bimbingan Kelompok
yang meliputi
perencanaan, proses
konseling, dan penilaian
dan tindak lanjut
1. Menganalisis Konsep dasar,
Asumsi tingkahlaku
bermasalah konseling,
Psikoanalisa, Behavioristik,
Realitas, Trait and Factor
dan Creative Art Therapy
Catatan:
1. terampil
mempraktikan
layanan konseling
individual yang
meliputi
perencanaan, proses
konseling, dan
penilaian dan tindak
lanjut
2. terampil
mempraktikan
layanan konseling
Kelompok yang
meliputi
perencanaan, proses
konseling, dan
penilaian dan tindak
lanjut
1. Menganalisis Konsep
dasar, Asumsi
tingkahlaku
bermasalah
konseling
Psikoanalisa,
1. B
2. C
3. A
4. B
5. B
6. A
7. C
8. B
9. B
10. B
Gladding. (2016). The Creative Art in Counselling (Fifth Edition). USA: Aerican
Counselling Association
Hansen, JC. Et.al. 1988. Counseling. Theory and Process. Boston : Allyn and
Bacon, Inc.
John McLEOD (2006). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta:
Prenada Media Group.