Anda di halaman 1dari 32

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL AIR

MODUL DIKLAT

PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
2008
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL AIR

Cetakan Pertama, Agustus 2008

Hak Cipta : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian


Negara Lingkungan Hidup

Cara mengutip modul ini sesui dengan kaidah ilmiah yang


berlaku

Diterbitkan Oleh:
Pusat Pendidikan dan pelatihan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
PUSPIPTEK Serpong Tangerang 15314
KATA PENGANTAR

Pengawasan lingkungan hidup merupakan mandat Undang-


undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, sebagaimana yang ditetapkan dalam
Pasal 22, 23 dan 24.
Peraturan pelaksanaan mengenai pengawasan lingkungan
termaksud ditetapkan dalam beberapa Peraturan Pemerintah
(PP) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
(KEPMEN-LH).
Peraturan perundang-undangan tersebut menetapkan
bahwa pengawasan lingkungan hidup dilakukan oleh Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) dan Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD).
Salah satu tugas pokok Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (PUSDIKLAT KLH)
adalah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (Diklat)
Pegawai Negeri Sipil (PNS), antara lain program Diklat untuk
calon PPLH dan PPLHD termaksud diatas.
Penulisan dan penerbitan modul ini merupakan bagian dari
pelaksanaan tugas PUSDIKLAT-KLH, khususnya dalam
rangka penyelenggaraan Diklat sebagaimana dimaksud
diatas.
Dengan adanya modul ini maka diharapkan akan dicapai
proses penyelenggaraan ke-diklat-an yang semakin membaik,
khususnya berkenaan dengan standarisasi dan akuntabilitas,
dan akan dicapai pula hasil (output) yang lebih efektif dan
efisien, terutama dalam mewujudkan standar kompetensi
personil dari calon PPLH dan PPLHD.
Modul ini dirancang sebagai bahan ajar standar, yang

iii
muatannya hanya pokok-pokok materi yang penting dan intinya
saja. Oleh karena modul ini merupakan “standar minimum”
maka diharapkan para widyaiswara / fasilitator / nara-sumber
dapat memperluas dan memperdalamnya dalam agenda dan
proses pembelajaran bersama para peserta Diklat, seperti
misalnya perihal yang berupa contoh implementatif, materi
untuk diskusi aktualisasi/konstekstual, studi kasus, materi
mengenai paradigma baru, dan sebagainya. Bahan ajar
tambahan atau komplemen tersebut dapat berupa karya tulis
(hand out) dan/atau berupa bahan presentasi.
Kami merencanakan untuk menyempurnakan modul ini
secara berkala. Untuk itu kami mengharapkan masukan dari
semua pihak untuk penyempurnaan modul ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan modul ini, khususnya pada
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Semoga modul ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai
media pembelajaran.

Serpong, Agustus 2008
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup

Inar Ichsana Ishak,SH, LLM

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................... 1
A. Latar Belakang ........................................... 1
B. Deskripsi Singkat . ...................................... 1
C. Manfaat Modul Bagi Peserta ....................... 2
D. Tujuan Pembelajaran .................................. 2
1. Kompetensi Dasar ................................... 2
2. Indikator Keberhasilan . ........................... 2
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ........... 2
BAB II. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL AIR............. 4
A. Perencanaan................................................ 4
B. Persiapan...................................................... 9
C. Pelaksanaan................................................. 10
BAB III. PENUTUP ......................................................... 18
A. Evaluasi........................................................ 18
B. Rangkuman ................................................. 18
LAMPIRAN ....................................................................... 20


vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Selanjutnya disingkat
dengan UU LH No. 23/1997) dan beberapa Peraturan
Pemerintah (PP) turunannya memuat antara lain ketentuan
yang melarang, mewajibkan, dan mensyaratkan, serta
sanksinya jika tidak ditaati. Untuk mengetahui dan
memastikan bahwa ketentuan-ketentuan tersebut ditaati
maka dilakukan pengawasan. Agar pengawasan termaksud
dapat dilakukan secara obyektif, maka diperlukan
barang bukti berupa sampel yang diambil melalui teknik
pengambilan sampel yang benar (Good Enviromental
Sampling Practice)
Buku ini merupakan modul yang berisiakan bahan ajar
baku untuk mata diklat ”Teknik Pengambilan sampel Air”.
Penyusunan buku ini mengacu kepada Garis-garis Besar
Program Pembelajaran (GBPP) ”Diklat Pengawasan
Lingkungan Hidup”. Modul ini berisikan uraian dari pokok-
pokok materi bahasan, sebagaimana dirumuskan dalam
buku Kurikulum program diklat ini.

B. Deskripsi Singkat
Dalam rangka melakukan pengambilan sampel yang
benar sejak awal, maka teknik pengambilan sampel air
dimulai dengan persiapan pengambilan sampel termasuk
di dalamnya perencanaan sampling. selanjutnya dalam
pelaksanaan pengambilan sampel juga dideskripsikan
tentang jaminan mutu dan pengendalian mutu pengambilan
sampel, sampai prosedur penyerahan sampel ke


laboratorium penguji yang disertai dengan Berita Acara
Penyerahan Sampel.

C. Manfaat Modul Bagi Peserta


Dengan tersedianya modul ini maka peserta diklat ini
akan mendapatkan informasi tertulis mengenai garis-
garis besar program pembelajaran, dan materi pokok
mata diklat termaksud, sehingga dapat melakukan
pembelajaran secara mandiri, dan memiliki acuan awal
untuk pembelajaran bersama dalam ”kelas”, serta dapat
berpartisipasi memberikan kritisasi demi penyempurnaan
kediklatan berikutnya.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan
dapat memiliki kompetensi sebagai calon PPLH
atau PPLHD, yang dalam hal ini berkenaan dengan
pemahaman Teknik Pengambilan Sampel Air.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti mata diklat ini, para peserta mampu
menjelaskan tentang teknik pengambilan sampel
air yang benar mulai dari persiapan, pelaksanaan
pengambilan sampel, pengendalian mutu pengambilan
sampel, perlakuan sampel sejak di lapangan sampai
ke laboratorium penguji, serah terima sampel kepada
laboratorium penguji serta pemilihan alat pengambil
sampel.

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


”Teknik Pengambilan sampel Air” adalah salah satu mata


diklat dari Diklat Pengawas Lingkungan Hidup. Materi
pokok mata diklat ini, sebagaimana dirumuskan dalam
Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) adalah
sebagai berikut:
1. Persiapan pengambilan sampel;
2. Pelaksanaan pengambilan sampel;
3. Perlakuan dan pengendalian mutu sampel;
4. Serah terima sampel kepada laboratorium penguji;
5. Peragaan alat-alat sampling.


BAB II
TEKNIK SAMPLING AIR

Indikator Keberhasilan: Setelah mempelajari Bab II ini , peserta


diklat diharapkan mampu:
1. Menyusun suatu perencanaan pelaksaan sampling air mulai
dari penetuan tujuan sampai penetuan parameter
2. Mengidentifikasikan peralatan-pealatan yang akan diper-
siapkan pada pelaksanan sampling air
3. Memperagakan pengambilan sampling air di lapangan.

A. PERENCANAAN
1. Penentuan Tujuan
Tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam
perencanaan sampling dan merupakan pernyataan
yang jelas, ringkas dan harus tertuang dalam dokumen
perencanaan. Untuk mendapatkan sampel yang
representatif.
2. Administrasi dan Biaya Pengambilan Sampel
Administrasi pengambilan sampel diperlukan untuk
kelengkapan pada saat dilapangan misal : surat
pengantar atau surat tugas ketika masuk dalam pabrik.
Mutu data hasil uji sampel lingkungan sangat dipengaruhi
oleh biaya. Biasanya timbul akibat akses lokasi dan titik
pengambilan sampel, jumlah dan jenis sampel, frekuensi
serta pengendalian dan jaminan mutu hasil uji.
3. Penentuan Petugas Pengambil Sampel
Pengambilan sampel lingkungan harus dilakukan
oleh petugas yang kompeten yaitu yang memiliki


pendidikan yang sesuai, pernah mendapatkan pelatihan
yang memadai, memiliki pengalaman dan mampu
mendemonstrasikan keahliannya.
Dalam pengambilan sampel kasus perlu dilakukan oleh
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Apabila petugas
pengambil sampel non PPNS maka pemberkasan
seperti berita acara pemeriksaan akan dilakukan oleh
PPNS.
4. Penentuan Alat Pengambil, Pengukur Parameter
Lapangan dan Wadah Sampel
Peralatan yang digunakan harus memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan dan mampu menghasilkan akurasi
yang diperlukan. Bahan alat pengambil sampel haruslah
yang tahan terhadap bahan kimia, tidak terkontaminasi
oleh sampel dan tidak mengadsorbsi parameter yang
akan dianalisis
Wadah yang digunakan untuk sampel harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Terbuat dari bahan gelas atau plastik tergantung
pada jenis parameter yang diperiksa
b. Dapat ditutup rapat, mudah dicuci dan tidak
mudah pecah
Tidak menyerap zat-zat kimia sampel dan tidak
melarutkan zat-zat kimia ke dalam sampel serta tidak
menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan
sampel.
Pemilihan wadah sampel yang diperlukan tergantung
dari parameter yang akan diuji/dianalisis sehingga
dapat ditentukan volume sampel serta jenis dan
ukuran wadahnya.Jenis wadah, volume, dan


pengawetan sampel dapat dilihat dalam Lampiran
1,
Pada saat pengambilan sampel dilapangan, ada
sejumlah parameter yang harus diukur dilapangan
menggunakan beberapa peralatan seperti pH meter,
Konduktometer, DO meter dsb.
5. Penentuan Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel kualitas air telah diatur
pada Standar Nasional Indonesia (SNI 06-6989-57-
2008, SNI 06-6989-58-2008, SNI 06-6989-59-2008),
6. Frekuensi dan Waktu Pengambilan Sampel
Frekuensi dan waktu pengambilan tergantung pada
beberapa faktor yaitu perubahan beban pencemaran
dan debit air serta disesuaikan dengan keperluan :
a. untuk keperluan survai pendahuluan dalam
rangka pengenalan daerah, waktu pengambilan
sampel dapat dilaksanakan pada saat survai;
b. untuk studi dan penelitian disesuaikan.
c. untuk keperluan perencanaan dan pemanfaatan
diperlukan data pemantauan kualitas air, yang
diambil pada waktu tertentu dan periode yang
tetap, tergantung pada jenis sumber air dan tingkat
pencemarannya sebagai berikut:
1) sungai/saluran yang tercemar berat , setiap dua
minggu sekali selama setahun;
2) sungai/saluran yang telah tercemar ringan
sampai sedang sebulan sekali selama
setahun;
3) sungai/saluran alami yang belum tercemar tiga


bulan sekali selama setahun;
4) danau/waduk setiap dua bulan sekali selama
setahun;
5) air tanah setiap tiga bulan sekali selama
setahun;
6) air meteorik sesuai dengan keperluan.
7. Penentuan Metode Analisis
Penentuan metode analisis yang digunakan berpengaruh
terhadap volume sampel, batas deteksi hasil uji. Metode
analisis telah diatur pada Standar Nasional Indonesia,
JIS, Standar Method, US EPA dan standar-standar
lainnya.
8. Penentuan Pengendalian Mutu Sampel (kualitas
data)
Pengendalian Mutu merupakan bagian yang sangat
penting dari suatu program jaminan mutu dilapangan
(Field quality assurance). Hal itu perlu dilakukan sebagai
kontrol mutu pada pengambilan sampel yang bertujuan
untuk memperoleh sampel yang mewakili dan kontrol
kontaminasi.
9. Penentuan Parameter
Dalam studi kualitas air untuk mengetahui dan
menetapkan sifat-sifat air, maka perlu ditentukan
parameter yang akan diukur/diketahui antara lain
parameter fisik, parameter kimia anorganik, parameter
kimia organik dan parameter biologi. Pemilihan
parameter pengukuran tergantung pada peruntukan
badan air (ekosistem, air rekreasi, industri, pertanian,
budidaya)


10. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel akan sangat mempengaruhi
representatifnya suatu data hasil uji. Sehingga
pengambilan sampel yang representative dapat
menggambarkan kualitas perairan sesungguhnya.
Penentuan titik dan lokasi pengambilan sampel akan
berbeda tergantung pada jenis perairan (Danau, laut,
sungai, effluent limbah dll).
11. Pengamanan Sampel di Lapangan
Prosedur rangkaian pengamanan sampel diperlukan
untuk menjamin kedapattelusuran sampel uji, mulai
dari pengambilan sampai dengan sampel uji dianalisis.
Rangkaian pengamanan sampel uji dituangkan dalam
“Formulir Pengamanan Sampel Uji”. Formulir berisi
informasi kondisi pengambilan sampel uji, dan diisi
oleh petugas pengambil sampel uji dan dilengkapi oleh
petugas penerima sampel uji.
12. Penentuan Penyimpanan dan Batas Waktu
Simpan
Batas waktu simpan sampel uji sangat dipengaruhi oleh
karakteristik matriks sampel lingkungan, sifat parameter
uji dan teknik pengawetan. Sampel uji harus dianalisis
sebelum habis batas waktu simpan agar didapat data
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. (lihat
lampiran 1)
13. Penentuan Dokumentasi yang Diperlukan
Dokumentasi perencanaan pengambilan sampel
meliputi semua unsur perencanaan pengambilan
sampel dan disahkan oleh personil yang berwenang.
Dokumentasi tersebut berisi tujuan pengambilan


sampel, deskripsi lokasi, waktu, karakteristik sampel,
pengawetan, identifikasi sampel, chain of custody.

B. PERSIAPAN
1. Persiapan dan Dekontaminasi Wadah dan Alat Pengam-
bil Sampel
Untuk menghindari kontaminasi sampel, seluruh
wadah sampel dan peralatan pengambil sampel harus
benar­-benar dibersihkan di laboratorium sebelum
berangkat.
2. Bahan Penunjang
Bahan penunjang yang harus disiapkan untuk
pengambilan sampel meliputi : pengawet, label, blanko,
formulir rekaman
3. Uji Kinerja Alat Pengukur Parameter Lapangan
Sebelum dilakukan pengambilan sampel maka alat-alat
yang akan digunakan dalam pengukuran seperti pH
meter, DO meter, Turbidimeter, Konduktometer, TDS
meter harus telah dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi
yang terakreditasi. Selain itu, setiap kali akan digunakan,
harus dilakukan uji kinerja sebelum berangkat ke
lapangan untuk memastikan bahwa peralatan tersebut
dalam kondisi laik pakai.
4. Pemahaman Prosedur Pengambilan Sampel
Pemahaman prosedur pengambilan sampel oleh
seorang petugas pengambil sampel wajib dilakukan
sebelum pelaksanaan pengambilan sampel, mulai
dari perencanaan sampai pengiriman sampel ke
laboratorium. Kesalahan dalam prosedur pengambilan
sampel akan mengakibatkan data hasil pengujian tidak


dapat digunakan sesuai tujuan pengambilan sampel.

C. PELAKSANAAN
1. Penetapan titik pengambilan sampel
Tujuan dari pemilihan titik pengambilan sampel
adalah agar dapat diperoleh sampel yang mewakili
sehingga dapat memenuhi tujuan pemantauan yang
ditargetkan.
Air permukaan
Lokasi pengambilan sampel air permukaan dapat
berasal dari sungai, danau/waduk, dan mata air dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Titik pengambilan sampel air pada suatu daerah
pengaliran sungai (DPS), berdasarkan pada:
1) sumber air alamiah diambil pada lokasi di
tempat yang belum mengalami pencemaran
atau mengalami pencemaran ringan;
2) sumber air tercemar diambil pada lokasi yang
telah tercemar di hilir titik pencemaran;
3) sumber air yang dimanfaatkan diambil di tempat
seperti yang tercantum pada gambar 2.

10
Keterangan
Titik pengambilan sampel air dengan alat tipe mendatar
Titik pengambilan sampel air dengan alat tipe tegak
terpadu
d Kedalaman air
L Lebar sungai
Gambar 2
Titik pengambilan sampel air sungai

b. Titik pengambilan sampel air danau/waduk pada


tempat-tempat berikut: (lihat gambar 3);
(a) tempat masuknya sungai ke danau/waduk;
(b) di tengah danau/waduk;

11
(c) lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan;
(d) tempat keluarnya air danau/waduk.

Keterangan:
No. Lokasi
1. tempat masuknya anak sungai ke danau
2. Kualitas air danau pada umumnya
3. penyediaan air untuk perkotaan
4. tempat keluarnya air danau
Gambar 3
Diagram lokasi pengambilan sampel air danau

Air tanah
Lokasi Pengambilan sampel air tanah dapat berasal
dari air tanah bebas (tidak tertekan dan air tanah
tertekan dengan penjelasan sebagai berikut: ( lihat
gambar 4)
1 ) Air tanah bebas ( tak tertekan) diambil di:
a) bagian hulu dan hilir dari lokasi penimbunan/
pembuangan sampah kota / industri;
b) bagian hilir daerah pertanian yang menggunakan
pestisida dan pupuk kimia secara intensif
c) daerah pantai tempat terjadinya penyusupan air
asin

12
d) tempat - tempat lain yang dianggap perlu
2) air tanah tertekan diambil di :
a) sumur produksi air tanah untuk pemenuhan
kebutuhan perkotaan, pedesaan, pertanian dan
industri
b) sumur produksi air tanah PAM maupun sarana
umum;
c) sumur - sumur pemantauan kualitas air tanah;
d) lokasi kawasan industri
e) sumur observasi untuk pengawasan imbuhan;
f) sumur observasi air tanah di suatu cekungan
air tanah artesis (misalnya: cekungan artesis
Bandung )
g) sumur observasi di wilayah pesisir dimana
terjadi penyusupan air asin;
h) sumur observasi penimbunan / pengolahan
limbah industri bahan berbahaya dan beracun
(B3);
i) sumur lainnya yang dianggap perlu.

13
Keterangan
No. Lokasi
1. Sumur produksi untuk penyediaan air kota
2. Sumur produksi untuk penyediaan air irigasi
3. Sumur observasi untuk pemantauan dampak
pencemaran pertanian
4. sumur observasi untuk pemantauan dampak
pencemaran industri
5. sumur observasi untuk pemantauan dampak interusi
air asin.
Gambar 4
Diagram lokasi pengambilan air tanah

5. Analisis In-situ (pH, temperatur, debit, total, produksi


saat pengambilan sampel)
Pengukuran lapangan (on-site) seperti pH, turbiditi,
salinitas, DHL biasanya untuk parameter yang dapat
berubah baik fisik, kimia atau biologi selama transportasi
dan lebih diutamakan karena nilai parameter ini mungkin
berubah pada sampel setelah diambil.
6. Pencatatan kondisi saat pengambilan sampel
Pengamatan lapangan selama pengambilan sampel
sangat penting dilakukan, karena dapat membantu
dalam interpretasi data. Hasil pengamatan lapangan saat
pengambilan sampel perlu dicatat atau direkam sebelum
meninggalkan lokasi pengambilan sampel termasuk bila
ada kejadian luarbiasa pada saat pengambilan sampel.
Pengamatan lapangan tersebut perlu dilengkapi dengan
foto dan sketsa lokasi pengambilan sampel yang
menggambarkan titik pengambilan sampel yang diambil
serta informasi yang ada seperti sumber pencemar
dsb.

14
7. Perlakuan Sampel
Perlakuan terhadap sampel yang telah diambil meliputi:
a) Pengawetan
b) Pemberian label/tanda
c) Pengisian Formulir Rangkaian Pengamanan
Sampel (RPCU)
d) Pengamanan /Penyegelan
Informasi minimum yang diperlukan untuk pelabelan
sampel meliputi :
1) Penandaan lokasi, seperti penomoran
2) Titik/Lokasi pengambilan
3) Tanggal dan Waktu Pengambilan
4) Keterangan singkat mengenai jenis sampel
5) Petugas Pengambilan Sampel
6) Catatan tambahan (seperti pH, temperatur dan lain
lain)
8. Jaminan Mutu
Jaminan mutu merupakan bagian penting
dalam menghasilkan data lapangan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis dan hukum.
Komponen-komponen jaminan mutu terdiri dari :
legalitas personel dan dokumentasi sampling
a. Legaitas personel
Untuk memberikan ketertelusuran jaminan mutu
sampel yang diambil, seorang petugas pengambil
sampel harus memenuhi syarat sebagai berikut
1) Personil yang terlibat dalam pengambilan sampel
harus merupakan bagian dari organisasi yang legal
dan bebas dari pengaruh dan tekanan apapun.

15
2) Personil pengambil sampel memenuhi kualifikasi
pendidikan yang tepat, pelatihan yang memadai,
pengalaman yang sesuai dan ketrampilan yang
bisa ditunjukkan.
b. Dokumentasi Sampling
Ketertelusuran sampel yang diambil, dapat dibuktikan
melalui dokumen atau rekaman sampling yang juga
sering disebut sampling protocol, meliputi antara lain:
1) Dokumentasi/rekaman pengambilan sampel
harus baik dan benar mulai dari perencanaan,
pengambilan sampel, pelabelan, transportasi,
penerimaan, penanganan, perlindungan dan
penyimpanan.
2) Rekaman kalibrasi peralatan yang digunakan untuk
pengukuran parameter lapangan harus dipelihara

5. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu dilapangan merupakan bagian
yang sangat penting dari suatu program jaminan mutu
dilapangan (Field quality assurance). Disamping itu
perlu dilakukan kontrol mutu pada pengambilan sampel
yang bertujuan untuk memperoleh sampel representatip
dan kontrol kontaminasi seperti penggunaan blangko,
sampel duplikat, dan sampel terbelah
6. Serah Terima Sampel Kepada Laboratorium Penguji
a. Berita acara penyerahan sampel
Pengujian sampel terhadap parameter yang tidak
dianalisis di lapangan dikirim ke laboratorium. Bila
memungkinkan, dapat juga menggunakan jasa

16
pelayanan pengiriman sehingga sampel dapat diterima
di laboratorium sebelum melebihi batas penyimpanan
maksimum. Pengiriman sampel harus disertai Berita
Acara Penyerahan Sampel dari Petugas Pembawa
Sampel kepada Laboratorium penguji yang dituju.
Informasi yang harus ada dalam Berita Acara
Penyerahan sampel antara lain:
1) Petugas Sampling
2) Jumlah sampel yang dikirim (volume, jumlah
wadah)
3) Tanggal dan waktu pengambilan masing-masing
sampel
4) Deskripsi sampel
5) Parameter yang akan diuji
6) Perlakuan terhadap sampel yang diambil
7) Waktu dan tanggal penerimaan
8) Tandatangan orang yang membawa dan
menerima sampel
b. Rangkaian Pengamanan Sampel
Setelah sampel diterima oleh laboratorium, maka
semua kondisi sampel akan direkam dalam Rangkaian
Pengamanan Sampel (Chain Of Custody), antara lain
temperatur penyimpan sampel, juga abnormalitas
sampel bila ada. Pada intinya, semua informasi
yang disepakati antara pembawa dan penerina
sampel harus dituangkan/direkam dalam Rangkaian
Pengamanan Sampel.

17
BAB III
PENUTUP

A. Evaluasi
1. Saat saudara ditugaskan untuk mengambil sampel
air limbah di kawasan industri yang kondisi udaranya
berdebu, setelah saudara berada dilokasi pengambilan
sampel, jelaskan secara rinci tahapan yang harus
dilakukan pada saat pengambilan sampel !
2. Apa yang saudara lakukan untuk membuktikan bahwa
sampel yang saudara ambil di suatu titik sampling tidak
terkontaminasi ?
3. Jika saudara harus mengambil sampel air limbah untuk
pengujian parameter BOD, COD, Logam Zn dan Logam
Pb, jelaskan pelaksanaan pengambilan sampel yang
harus saudara lakukan di lapangan sampai sampel
tersebut tiba di laboratorium !
4. Tuliskan secara lengkap data dan informasi yang harus
direkam di lapangan pada saat pengambilan sampel !

B. Rangkuman
Pengambilan sampel air harus “benar sejak awal”,
sehingga data yang didapatkan dari sampel yang diambil
dapat digunakan sesuai tujuan yang ditetapkan.
Teknik pengambilan sampel air merupakan rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan, persiapan dan
pelaksanaan termasuk jaminan mutu dan pengendalian
mutu pengambilan sampel yang secara detail harus
dituangkan secara tertulis dalam formulir rekaman
pengambilan sampel. Persyaratan yang juga harus dipenuhi

18
dalam pengambilan sampel air adalah: pengambilan
sampel harus dilakukan oleh personel yang kompeten,
menggunakan peralataan pengambil sampel yang tepat
dan bebas kontaminan,menggunakan peralatan pengukur
parameter lapangan yang terkalibrasi, serta merekam
semua kondisi dan data pada saat pengambilan sampel.
Metode pengambilan sampel air dapat menggunakan
metode standar seperti Standar Nasional Indonesia
(SNI) atau metode standar internasional. Sedangkan
pengujian sampel dapat diserahkan ke laboratorium yang
terakreditasi atau telah menerapkan jaminan mutu dan
pengendalian mutu sesuai ISO/IEC 17025:2005 untuk
parameter yang dimaksud, dengan menyerahkan rekaman
rangkaian pengamanan sampel yang dilakukan.

19
Lampiran 1

20
CARA PENGAWETAN DAN PENYIMPANAN SAMPEL AIR
TEMPAT
KEPERLUAN BATAS PE-
PENETAPAN PENYIM- PENGAWETAN
SAMPEL (mL) NYIMPANAN
PANAN
Asiditas P,G (B) 100 Pendinginan 14 hari
Alkalinitas P,G 100 Pendinginan 14 hari
KOB P,G 1000 Pendinginan 48 jam
Boron P 100 Tanpa pengawet 28 hari
Kalsium P,G 100 Tambahkan HNO3 6 bulan
sampai pH<2
Kesadahan P,G 100 Tambahkan HNO3 6 bulan
sampai pH<2
Karbon organ- G 100 Pendinginan, dan tambah 28 hari
ik total H2SO4 sampai pH<2
Karbon diok- 100 Segera dianalisis di
sida lapangan
Kebutuhan P,G 100 Tambah H2SO4 28 hari
Oksigen sampai pH<2
Kimia
Khlorida P,G 100 Tanpa diawetkan Tidak terba-
tas
Sisa klor P,G 500 Segera dianalisis di lapan- 2 jam
gan
Khlorofil P,g 500 Dibekukan dan disimpan di 30 hari
dalam ruang gelap
Warna P,G 500 Pendinginan 48 jam
Sianida P,G 500 Tambahkan NaOH sampai 14 hari
pH>12, pendinginan
Fluorida P 300 Tanpa diawetkan 28 hari
Minyak dan G 1000 Tambahkan H2SO4 sampai 28 hari
lemak pH<2, dinginkan
Deterjen P,G 100 – 200
Logam ter- P,G 250 Disaring segera dan tambah 6 bulan
larut HNO3 sampai pH < 2

21
22
Logam total P,G 250 Ditambah HNO3 sampai pH 6 bulan
Ammonia-N P,G 500 Tambahkan H2SO4 sampai 28 hari
pH<2
Dinginkan
Nitrat-N P,G 100 Tambahkan H2SO4 sampai 48 jam
pH<2
Dinginkan
Nitrit-N P,G 100 Dinginkan 48 jam
Organik-N P,G 500 Pendinginan 28 hari
Tambah H2SO4 sampai
pH<2
Oksigen ter- G, botol 300 Segera dianalisis di lapan-
larut KOB gan
Pestisida G, (S) 1000 Dinginkan & tambah 100 mg 7 hari
Na2SO3 bila sisa klorin ada
PH P,G Segera dianalisis 2 jam
Fenol G 500 Dinginkan Tambahkan H2SO4 28 hari
sampai pH<2
Fosfat G,(A) 100 Untuk fosfat terlarut disaring 48 jam
Residu/Solid P,G 500 Dinginkan 14 hari
Salinitas G 250 Ditutup dengan lapisan lilin 6 bulan
Silika P 50 Dinginkan 28 hari
Sulfat P,G 100 Pendinginan 28 hari
Sulfida P,G 100 Tambahkan 4 tetes tes 2 N 28 hari
Seng Asetat/100 mL, atau
didinginkan

Temperatur Segera dianalisis


di lapangan
Kekeruhan P,G 250 Simpan di tempat gelap 48 jam

Keterangan :
G = gelas P = plastik G(B) = gelas dari bahan Borosilikat St = steril
(A) = dibilas dengan HNO3 1:1 (S) = dibilas dengan pelarut organik
Dinginkan = dinginkan pada temp. 4oC dan simpan ditempat gelap

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai