Anda di halaman 1dari 91

PENUNTUN

PRAKTIKUM
PENGANTAR TEKNIK KIMIA I

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

OLEH

TIM JURUSAN TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS BUNG HATTA


JANUARI 2021
PANDUAN PRAKTIKUM

PENGANTAR TEKNIK KIMIA I

Disusun oleh :
ELLYTA SARI, ST. MT.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamin. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT


atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
kembali modul-modul praktikum yang akan dilaksanakan pada Tahun 2020 yang sesuai
dengan kurikulum Revolusi 4.0.
Sehubungan telah dilaksanakannya kurikulum Revolusi 4.0 mulai tahun ajaran
2019/2020, maka perlu dilakukan penyesuaian modul praktikum. Buku Penuntun
Praktikum ini disusun untuk praktikum Pengantar Teknik Kimia I yang tercantum pada
semester IV dengan jumlah 2 SKS.
Kompetensi umum yang diharapkan dari mahasiswa dalam melaksanakan Praktikum
Pengantar Teknik Kimia I ini adalah:
1. Mampu merangkai dan mengoperasikan peralatan praktikum
2. Memiliki pemahaman fisik tentang proses yang dipraktekkan.
3. Mampu menganalisa data hasil praktikum
4. Mampu bekerjasama dalam team
Agar pencapaian kompetensi diatas bisa berjalan dengan efektif, maka perlu
dilakukan revisi modul praktikum yang dijabarkan dalam Buku Penuntun. Buku
Penuntun ini memberikan informasi secara detail tentang pelaksanaan Praktikum. Dengan
selesainya penyusunan Buku Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I ini, maka
bisa dijadikan acuan mahasiswa dalam melaksanakan Praktikum Pengantar Teknik Kimia
I.

Laboratorium Pengantar Teknik Kimia I


Kepala

Ellyta Sari ST, MT

ii
I. PENDAHULUAN

Pada pendahuluan ini akan dijabarkan latar belakang, tujuan dan ruang lingkup
dari praktikum Pengantar Teknik Kimia I.

1.1. LATAR BELAKANG

Kurikulum berbasis Revolusi 4.0 tahun 2020 Jurusan Teknik Kimia terdiri dari
kegiatan perkuliahan teori (kelas), praktikum di laboratorium, kegiatan praktek lapangan
di industri, kegiatan penelitian dan seminar, serta pra rancangan pabrik. Pra Rancangan
Pabrik merupakan tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Jurusan
Teknik Kimia. Tugas akhir ini merupakan sarana untuk meningkatkan pemahaman
mahasiswa terhadap mata kuliah mulai dari semester 1-7.
Program Studi Teknik Kimia menginginkan agar lulusannya mampu mendalami
dan mengembangkan ilmu secara mandiri dan berkelanjutan. Hal ini seiring dengan Visi
Misi dari Program studi di Jurusan Teknik Kimia yaitu Menjadi Lembaga Pendidikan
Teknik Kimia Tingkat Sarjana yang Berkualifikasi Unggul di Tingkat Nasional dan
Berkontribusi pada Industri Khususnya Kawasan Sumatera dan Berkonsentrasi di Bidang
Teknologi Pengolahan Sumber Daya Alam Nabati dengan Misi sebagai berikut :
1. Melaksanakan sistem ketatakelolaan yang kredibel, transparan, akuntabel,
bertanggung jawab dan adil.
2. Mengembangkan sumber daya manusia, sarana prasarana, keuangan dan sistem
informasi.
3. Melaksanakan pendidikan yang menghasilkan sarjana Teknik Kimia yang
berkualitas.
4. Melaksanakan penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang Teknik Kimia
yang dapat menunjang pembangunan dan perekonomian.
5. Membangun kemitraan dan jaringan kerjasama.
Dalam menunjang visi misi tersebut, untuk menghasilkan sarjana Teknik Kimia
yang berkualitas harus dibekali penguasaan berupa materi teori dan materi yang berupa
praktek. Penguasaan materi teori saja tidak cukup tapi perlu penghayatan dengan praktek
di laboratorium/lapangan. Laboratorium sangat diperlukan untuk membentuk sikap,

iii
keterampilan, kemampuan bekerja sama, dan kreativitas dalam menerima ilmu.
Kemampuan tersebut diperoleh melalui latihan-latihan yang intensif dan kegiatan
praktikum. Praktikum adalah aktivitas yang dilakukan untuk mencapai suatu tingkat
ketrampilan (skill) tertentu, kemampuan bekerja sama, dan menumbuhkan sikap (attitude)
yang diperlukan dalam berprofesi di bidang Teknik Kimia.
Laboratorium merupakan sarana fisik dan sarana programatik karena merupakan
suatu organisasi dimana pra-sarana dan sarana fisik serta sumberdaya manusia dikelola
untuk melakukan kegiatan kajian, penelitian atau pengembangan suatu keilmuan.
Laboratorium Teknik Kimia merupakan laboratorium pendidikan yang mewujudkan
kegiatan dalam bentuk modul percobaan/praktikum. Untuk kelancaran pelaksanaan
praktikum di program Studi Teknik Kimia perlu disusun suatu panduan buku Penuntun
Praktikum.

1.2. TUJUAN

Buku panduan Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I disusun dengan


tujuan menjadi pedoman/acuan untuk Praktikan, Asisten, Instruktur, Teknisi, dan Kepala
Laboratorium dalam melaksanakan kegiatan laboratorium. Selain itu buku ini juga
bertujuan :
1. Mengoptimalkan fungsi dan manfaat laboratorium.
2. Meminimalkan dampak negatif kegiatan laboratorium terhadap keselamatan,
kesehatan, kenyamanan kerja, dan lingkungan.
3. Memperjelas tugas dan wewenang pengelola laboratorium
4. Mengembangkan, merencanakan, dan mengoperasikan laboratorium dengan
memperhatikan faktor berkelanjutan
5. Menentukan tolak ukur untuk mengevaluasi kemajuan yang dicapai laboratorium
6. Merancang dokumen yang jelas untuk digunakan sebagai dasar pelaksanaan
kegiatan tersebut

iv
1.3. RUANG LINGKUP

Buku panduan Penuntun Praktikum ini berisi tentang ;


1. Tata tertib praktikum dan Tata cara pelaksanaan praktikum, pembuatan laporan,
dan penilaian.
2. Modul praktikum. Modul praktikum yang akan dilaksanakan sudah mengacu pada
Standar Minimal Laboratorium Teknik Kimia yang diterbitkan oleh DIKTI
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2. TATA TERTIB DAN TATA CARA PELAKSANAAN


PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA I
Tata Tertib dan Tata cara pelaksanaan praktikum Pengantar Teknik Kimia I terdiri dari 6
tahapan yaitu :
1. Kuliah Umum
2. Responsi (pretest)
3. Pelaksanaan praktikum
4. Penyusunan laporan praktikum
5. Responsi laporan akhir praktikum

2.1. KULIAH UMUM

Kuliah umum adalah pembekalan atau penyampaian tata tertib dan tat cara
pelaksanaan dan materi modul praktikum ke pratikan sebelum memulai praktikum
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kuliah umum dilakukan 1 minggu sebelum pelaksanaan praktikum dan harus diikuti
oleh semua kelompok praktikan, asisten dan instruktur.
b. Kuliah umum menjelaskan tentang
1. Tujuan praktikum
2. Tata tertib pelaksanaan praktikum
3. Tata cara pengambilan data

v
4. Penyusunan laporan
5. Sistem penilaian dan sanksi
6. Materi yang terkait dengan modul praktikum
Dengan kondisi pandemi covi 19 ini, maka kuliah umuam dan responsi , pelaksanaan
praktikum dilakukan secara daring.

2.2. RESPONSI (PRETEST)

Kegiatan Responsi atau Pretest dilaksanakan setelah praktikan mengikuti Kuliah


Umum. Responsi dilaksanakan oleh praktikan pada waktu berikut ini :
a. Setiap akan melaksanakan satu modul praktikum, terlebih dahulu diadakan pretest.
Pretest dipandu oleh asisten dan dilaksanakan secara lisan terhadap kelompok
praktikan 2 (dua) hari sebelum praktikum dimulai. Dan inti pembicaraannya meliputi
dari :
• Tujuan dan prinsip modul
• Cara pengoperasian alat
• Kegunaan masing-masing komponen alat yang terdapat pada alat utama
• Tujuan pemakaian bahan kimia/non kimia
• Macam variabel variabel yang akan dipraktikumkan
• Cara mengumpulkan data
b. Jika ada diantara praktikan dalam satu kelompok tidak dapat menjelaskan hal yang
ditanyakan oleh asisten, kelompok tersebut tidak diperkenankan melaksanakan
praktikum pada hari yang telah ditentukan. Kelompok praktikan yang tidak lulus
pretest, diwajibkan mengulang kembali pretest. Jika sampai saat praktikum akan
dimulai dan kelompok praktikan belum lulus pretest, maka pelaksanaan praktikum
untuk kelompok praktikan tersebut dilaksanakan dihari lain. Disaat pretest, praktikan
membawa 2 lembar form nilai pretest yang akan diisi oleh asisten dan 1 lembar
dibawa praktikan 1 lebar dibawa asisten untuk arsip lab.
c. Kelompok praktikan yang dinyatakan lulus, asisten akan memberikan variabel harus
diamati yang ditulis pada form data yang telah disepakati dengan instruktur.
d. Jika ada beberapa tugas persiapan bahan yang disiapkan sebelum mulai praktikum,
maka harus sudah disiapkan 1 hari sebelum praktikum.

vi
2.3. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
MEKANISME PELAKSANAAN PRAKTIKUM SESUAI STANDAR
PROTAB COVID 19

A. Pembuatan Video modul praktikum (karena kondisi adanya pandemi Covid 19)

Tahapan Uraian
1. Persiapan modul praktikum dan Persiapan peralatan praktikum untuk
6 modul , pembersihan, perbaikan dan perakitan
2. Pembuatan video manual setiap modul praktikum Pengantar Teknik
Kimia I sesuai protab Covid 19. Pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Mahasiswa yang mendemokan permodul yaitu praktikan yang
ada di Padang yang mewakili setiap kelompoknya ada 2 grup
pendemo yaitu Grup A Kelas A dan Grup B kelas B yang
melaksanakan demo praktikum dengan pelaksanaan yang sesuai
dg protab covid 19, praktikan, asisten dan instruktur harus
dilengkapi dengan masker, sarung tangan dan face shield. Selain
itu selalu memakai hand sanitizer sebelum masuk lab dan keluar
lab serta penyemprotan desinfektan
2. Demo ini dilaksanakan selama 6 hari sesuai dengan modulnya
sebanyak 6 modul. Susunan pelaksanaan dapat dilihat pada Tabel
1.1 terlampir

3 Pelaksanaan praktikum Daring untuk 12 kelompok yang dibagi 2


kelas yaitu kelas A dan Kelas B. Jadwal terlampir pada Tabel 1.2.
Dengan rangkaian pelaksanaan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan kuliah umum praktikum Teknolodgi
Bioprosessecara daring , penyampaian :
a. Oleh Kepala Laboratorium
b. Oleh 6 Asisten sesuai modul yang di handle

2. Pelaksanaan Responsi Awal secara Daring, setelah praktikan


membuat Laporan Awal (di pandu Asisten) dilaksanakan
perkelompok sesuai jadwal yang telah disusun

3. Pelaksanaan praktikum sesuai modul yang telah dibuat


youtubenya yang disampaikan asisten serta perwakilan
kelompok yang ikut demo, pelaksanaa sesuai jadwal

4. Pengolahan data dan pembuatan laporan Akhir didampingi oleh


Asisten

vii
5. Pemeriksaan Laporan Akhir di dampingi asisten

6. Pengumpulan Laporan Akhir yang sudah final ke Instruktur


sesuai modul yang dihandle

7. Pelaksanaan Responsi Akhir dengan Instruktur

Protokol pelaksanaan praktikum Pengantar Teknik Kimia I


Dalam rangka pencegahan penyebaran COVID - 19, maka kepada praktikan dan
asisten sebelum memasuki ruangan pratikum dengan ini diwajibkan mengikuti protokol
dibawah ini :
a. Mencuci tangan dengan sabun atau pemakaian hand sanitizer yang telah disediakan
oleh Laboratorium Pengantar Teknik Kimia I Teknik Kimia.
b. Melakukan pengecekan suhu (yang akan dilakukan oleh asisten yang telah ditunjuk)
o
jika hasil pengecekan suhu menunjukkan angka diatas 37,3 C maka yang
bersangkutan tidak diijinkan untuk memasuki ruangan praktikum Pengantar Teknik
Kimia I.
c. Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti : masker, sarung tangan, jas
laboratorium yang berfungsi untuk keselamatan dalam pratikum berlangsung
d. Memakai face shield yang telah disediakan oleh Laboratorium Pengantar Teknik
Kimia I Teknik Kimia.
e. Setiap pratikan dan asisten yang berada didalam ruangan pratikum Pengantar Teknik
Kimia I harus memastikan diri, berdiri atau duduk dalam jarak minimal 1 m.
f. Dipastikan ruangan pratikum Pengantar Teknik Kimia I dibersihkan dan dilakukan
penyemprotkan desinfektan yang telah disediakan setiap praktikum selesai.

B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM DARING


Pelaksanaan Praktikum dilakukan secara daring dengan menggunakan vieo modul
praktikum yang telah dibuat oleh perwakilan praktikan.

viii
Praktikum sesuai jadwal dan dimulai ketika kelompok praktikan telah melaksanakan
responsi dan memperoleh form data yang telah diisi oleh Asisten. Dan Aturan
pelaksanaan Praktikum tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Praktikum dimulai pada pukul 8.00 pagi.
2. Praktikan sudah harus online di google meet yang telah disusun, paling lambat 15
menit sebelum praktikum dimulai.
3. Jika praktikan berhalangan hadir, maka harus memberitahukan atau minta ijin pada
instruktur atau asisten praktikum (dengan melampirkan surat izin)
4. Praktikan mempersiapkan lembaran pelaksanaan praktikum dan siapkan utk
mencatat apa yang akan diolah dari assisten dengan melihat video modulnya, sesuai
dengan modul praktikum.
5. Pengamatan data praktikum
a. Data yang diamati adalah data yang ditugaskan oleh asisten yang tercantum dalam
form data
b. Praktikan mencatat setiap data sesuai dengan urutan kerja yang dilakukan dan
dibutuhkan. Tidak diperkenankan melakukan manipulasi data.
c. Setiap data yang diperoleh harus dikonfirmasikan ke asisten. Asisten harus
memeriksa data tersebut dengan seksama. Jika terjadi penyimpangan data, maka
data pengamatan harus diulangi. Jika data yang diperoleh masih tidak sesuai
dengan teori, berikan alasan dan pembahasannya.
d. Data pengamatan harus ditulis secara rapi dalam lembaran data yang telah
disediakan.
e. Lembar data harus dibuat rangkap dua dan diparaf oleh asisten. Satu lembar data
harus diserahkan pada asisten dan lembar lainnya di simpan oleh kelompok
praktikan untuk pembuatan laporan lengkap
6. Setiap praktikan harus mengikuti seluruh modul praktikum. Apabila tidak mengikuti
praktikum tanpa pemberitahuan atau ijin, maka praktikan yang bersangkutan
dianggap mengundurkan diri atau gugur.
7. Setiap kelompok praktikan akan mendapat 6 modul praktikum
8. Praktikan membuat laporan akhir dan mengumpulkan sesuai perjanjian dengan
asisten

ix
9. Setelah dinyatakan penulisan laporan akhir selesai oleh Asisten, maka dikumpulkan
dengan cara mengirim ke asisten secara daring dan difoto atau discan , Jika terlambat
akan mengakibatkan pengurangan nilai.
10. Laporan akhir praktikum permodul yang telah acc oleh asisten segera diberikan ke
instruktur oleh asisten permodul masing-masing dan segera dilakukan pemeriksaan
dan penilaian oleh instruktur.
11. Ujian tulis praktikum seluruh modul dilaksanakan setelah laporan siap dikumpul ke
instruktur.
12. Ujian lisan laporan akhir dilaksanakan secara kelompok dilaksanakqan daring
dengan instruktur dan buat perjanjiannya

2. 4. PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM

A. PENULISAN LAPORAN
Laporan Praktikum terdiri dari laporan awal dan laporan akhir (lengkap).
1. Laporan Awal
Laporan singkat adalah laporan yang diserahkan pada saat responsi awal.
Susunan Laporan Awal
Judul modul
Penilaian Asisten
1 . Latar Belakang
2. Tujuan Percobaan
3. Kompetensi
4. Mata Kuliah Terkait
5. Penelusuran Pustaka
6. Metodologi Percobaan
6.1. Alat
6.2. Bahan
6.3. Parameter dan Variabel
6.4. Prosedur Percobaan
6.5. Gambar Alat

x
Pada penyusunan laporan Singkat dibuat oleh semua praktikan sesuai dengan modul yang
akan dilaksanakan saat itu. Laporan singkat dibuat sebelum responsi sampai bab 3. Dan
setelah melaksanakan praktikum dan selesai semua pengamatan yang dilakukan,
praktikan segera melanjutkan pengolahan data dan pembahasan , kemudian yang diajukan
untuk pembicaraan akhir dengan instruktur. Dengan format laporan sebagai berikut :
7. Hasil Percobaan dan Pembahasan
7.1. Hasil Percobaan
Hasil percobaan harus disusun dalam daftar-daftar yang rapi. Nama jalur dan
deret dalam daftar itu diperhatikan, supaya mudah dimengerti. Tiap-tiap daftar
harus diberi nama dan nomor urut didahului dengan kata “Tabel”. Hasil
percobaan akan lebih mudah ditafsirkan bila dari hasil tersebut dibuat grafik,
gambar dan diagram aliran harus diberi nama dan nomor urut dengan didahului
data “Gambar”. Penulisan Tabel di letakkan diatas tabelnya dan penulisan
Gambar diletakkan pada bawah Gambar. Sebelum menampilkan Tabel dan
Gambar harus diawali dengan kalimat-kalimat pengantar, karena suatu bab tidak
dapat dimulai dengan Gambar atau Tabel. (Setiap melakukan praktikum buat
dokumen foto setiap pengambilan dan pengamatan data)
Pada point Bab ini bukanlah tempat untuk membicarakan hasil. Tujuan kalimat-
kalimat pengantarnya adalah untuk memberikan orientasi kepada pembaca akan
cara-cara penyajian hasil-hasil secara logis dan mudah untuk dimengerti.
7.2 Pembahasan
Pembahasan dititik-beratkan pada hasil percobaan yang dimuat dalam bab hasil-
hasil. Saran-saran yang memungkinkan perbaikan percobaan boleh dimasukkan.
Dalam bab ini juga dimasukan faktor kesalahan.
8. Kesimpulan dan Saran
Dikemukakan semua hasil percobaan dalam ringkasan dan dari hasil-hasil itu
kemudian ditarik kesimpulan.
9. Daftar Pustaka
10. Lampiran
Setelah pembicaraan laporan akhir, segera memperbaiki laporan jika ada koreksi dan
pastikan susunan laporan sebagai berikut ;
Susunan Laporan Lengkap

xi
• Judul laporan, Ditulis pada formulir yang telah disediakan.
• Penilaian resposi awal oleh instruktur
• Penilaian laporan akhir oleh Instruktur
• Penilaian asisten saat pelaksanaan praktikum
• Lembar Pengesahan
• Daftar Isi.
• Daftar Tabel, Memuat tabel yang terdapat dalam laporan dan halaman dimana
tabel tersebut dimuat.
• Daftar Gambar, Memuat urutan gambar yang terdapat dalam laporan dan halaman
dimana gambar tersebut dimuat.
• BAB 1 s/d BAB 7 (Uraian sama dengan yang dicantumkan di laporan singkat
+ pembahasan yang telah direvisi)
• Daftar Pustaka
• Dituliskan pustaka yang dibaca atau dari mana asal kutipan kutipan, disusun dan
diberi nomor urut. Kutipan dapat diambil dari buku, majalah, catatan kuliah atau
keterangan pribadi; asalkan disebutkan sumbernya sebagai berikut :
1. Untuk buku :
• Nama pengarang (nama keluarga lebih dahulu), nama buku, jilid, edisi, penerbit,
tempat penerbit, tahun terbit, dan halaman.
• 2. Untuk majalah :
• Nama pengarang, nama majalah, nomor, jilid, halaman dan tahun terbit.
• Lampiran
Dalam bab ini dimut semua data asli sebagaimana diamati dalam percobaan.
Data dan keterangan lain yang diperlukan, seperti grafik dan data kalibrasi,
Contoh setiap jenis perhitungan, serta foto-foto pengamatan.
B. FORMAT LAPORAN
Digunakan kertas A4 (21x297 mm).
Margin kiri atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm (buat garis batas)
Nomor halaman sebelum bab pendahuluan adalah tengah-tengah 2,5 cm dari tepi
bawah dengan angka romawi kecil (i, ii, iii, iv, …dst). Nomor halaman yang
memuat bab baru adalah ditengah-tengah 2,5 cm dari tepi bawah dengan angka

xii
arab (1, 2, 3, 4, …dst). Nomor halaman lain adalah dengan angka arab pula 2,5 cm
dari tepi atas dan 4 cm dari tepi kanan.
Gunakan penomoran urutan bab pasal sebagai berikut :
Bab. 1
1.1 …….
1.2 …….
1.2.1 …….
1.2.2 ……. Dst
Gambar alat dan grafik hendaknya dibuat pada halaman tersendiri dan diberi
keterangan secukupnya. Tabel dan gambar masing-masing harus diberi nomor
urut (misalnya : Tabel 1, Gambar 1, dst). Dan setiap menampilkan tulisan Tabel
dan Gambar awali dengan huruf besar. Semua gambar harus juga termuat dalam
kertas A4 dan didalam bidang yang diberi batas garis 4 cm, dari tepi atas dan kiri,
serta 3 cm dari tepi kanan dan bawah.
Tulis daftar pustaka sebagai berikut : (contoh literatur)
1. Sherwood, T.K, dan Pigford, R.L.”Absorpstion and Extraction”, McGraw Hil,
New York, 1952, hal 16-19.
2. Whitney,R.P. dan Vivian, J.E. “Ind. Eng. Chem, 33 (184J, hal 743).

C. PETUNJUK UMUM
• Laporan Awal harus ditulis tangan dengan menggunakan pena tinta biru.
• Laporan harus rapi. Tulisan dan gambar harus terang dan dapat dibaca.
• Laporan harus seksama dan benar, baik dalam bahasa dan ejaannya, maupun
dalam perhitungannya. Jangan mempergunakan kata “saya”, “kami”, dan “kita”.
• Sedapat mungkin jangan mengulang sesuatu pernyataan atau kalimat yang ada.
Kalimat-kalimat harus berhubungan satu sama lain secara wajar dan teratur.
• Jangan semata-mata mengutip kalimat dari buku. Susunlah kalimat-kalimat
menurut kesanggupan sendiri.
• Pergunakan satuan metrik (SI unit) dalam setiap perhitungan. Sebutkan satuan
(unit) dalam lajur data sehingga cukup sekali saja dikemukakan.

D. PENYERAHAN LAPORAN

xiii
• Laporan awal, dibuat untuk setiap percobaan yang dilakukan dan harus diserahkan
kepada asisten ketika pembicaraan awal dan dibawa pada saat pelaksanaan
praktikum dan diserahkan ke asisten ketika masuk laboratorium untuk praktikum
• Laporan akhir per modul, diserahkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
waktu yang telah ditetapkan.

E. UJIAN LISAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


Ujian lisan laporan akhir bertujuan memantau kemampuan pemahaman praktikan
setelah pelaksanaan praktikum. Materi ujian lisan meliputi :
• Keterkaitan parameter percobaan terhadap hasil
• Penguasaan materi
• Kemampuan komunikasi

F. PENILAIAN
Nilai praktikum Dasar Dasar Bioproses terdiri dari:
o Responsi awal (10%)
Kelengkapan persyaratan response (50%)
Penguasaan materi (50%)
o Pelaksanaan Praktikum (40%)
Kehadiran pada saat pelaksanaan praktikum (15%)
Kebersihan tempat kerja (10%)
Disiplin (15%)
Kesungguhan dalam melaksanakan praktikum (60%)
o Laporan akhir (20%)
Kesesuaian format (10%)
Kebersihan (10%)
Kelengkapan materi dan teori pendukung (25%)
Kesesuaian data hasil praktikum (15%)
Pembahasan (40%)
o Ujian Tulis sisten bel (10%)
o Ujian Lisan Laporan akhir (20%)

xiv
• Kesesuaian parameter percobaan terhadap hasil (20%)
Penguasaan materi (50%)
Kemampuan komunikasi (30%)

G. SANKSI

1. Praktikan yang tidak mengikuti kuliah umum tidak diizinkan mengikuti kegiatan
praktikum kecuali ada pemberitahuan, dan harus mengikuti kuliah umum di hari
lain.
2. Praktikan yang tidak lulus responsi tidak diizinkan mengikuti kegiatan praktikum.
3. Praktikan yang tidak tepat waktu pada pelaksanaan praktikum, harus membuat surat
perjanjian di atas materai 3000 yang diketahui oleh kepala laboratorium. Jika
praktikan melanggar surat perjanjian yang telah dibuat, maka praktikan tidak
diizinkan untuk mengikuti praktikum selanjutnya (praktikum dibatalkan).
4. Praktikan yang tidak serius/lalai dalam melakukan praktikum, maka nilai
kesungguhan praktikum dikurangi 50%.
5. Praktikan yang mengumpulkan laporan yang terlambat atau tidak tepat waktu,
maka nilai laporan akan dikurangi 50 %.
6. Jika kelalaian dilakukan sampai 3 modul maka nilai praktikum

2. 5. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM


LABORATOTIUM

A. Pelindung Yang Harus Digunakan Bagi Pengguna Laboratorium


• Pekerja di lab. harus menggunakan jas lab, pada saat bekerja di dalam lab.
• Pekerja di lab. harus menggunakan masker dan sarung tangan dan kacamata debu
bila bekerja dengan bahan kimia berbahaya.
• Pekerja di lab. harus menggunakan sarung tangan anti panas/kain bila bekerja
dengan bejana yang dipanaskan.

xv
• Pekerja di lab. harus menggunakan penutup wajah atau pelindung muka bila
bekerja dengan bahan kimia yang menimbulkan reaksi asam atau basa.
• Bila bekerja dengan bahan kimia harus menggunakan sepatu tertutup, tidak boleh
menggunakan sandal.

INFO INFO YANG PERLU DIKETAHUI


Aturan Pembuangan Limbah
• Semua pecahan yang terbuat dari kaca atau gelas harus dibuang pada tempat yang
telah disediakan.
• Semua benda tajam (termasuk silet) harus dipandang sebagai limbah biologi yang
berbahaya dan harus dibuang ke wadah yang disediakan.
• Limbah yang berupa bahan kimia, limbah padat, dan limbah cair berwarna harus
ditampung di dalam wadah yang telah disediakan.
• Tidak diperkenankan mencampur limbah yang berlainan jenis dalam 1 wadah.
• Sebelum dibuang ke bak limbah yang terdapat dibelakang lab. Teknik Kimia,
semua limbah cair yang berisi bahan kimia harus diberi perlakuan terlebih
dahulu.
• Air sisa pencucian yang tidak mengandung bahan kimia dan bahan lainnya boleh
dibuang di saluran air yang terdapat didalam lab. (hanya air bening)
• Semua kertas tissu yang telah dipakai harus dibuang ke wadah yang telah
disediakan, dan kertas tissu yang terkena bahan kimia beracun harus dibuang
ketempat yang khusus.
• Semua limbah berbahaya ditampung di dalam wadah dan ditandai dengan kartu
tanda ”Limbah Berbahaya”. Pada kartu tersebut harus tertulis semua informasi
yang ada dalam kontainer.
• Jika kontainer telah penuh, maka kartu tanda limbah berbahaya harus diberi
tanggal dan salah seorang staf lab. harus melapor ke pihak yang berwenang
(misalnya Badan Keselamatan Lingkungan) untuk membuang kontainer yang
sudah penuh tersebut.

B. Bahan Kimia
Pemakaian Bahan Kimia

xvi
• Pemakaian bahan kimia harus mendapat izin dari teknisi/adm lab.
• Teknisi/adm lab. harus mendata dengan rinci setiap bahan kimia yang diterima dan
dikeluarkan dengan mengisi kartu stock bahan sesuai dengan tanggal dan jumlah
yang diperlukan.
• Mahasiswa yang menggunakan bahan kimia harus mengisi form yang telah
disediakan dan diserahkan kembali ke teknisi/adm lab.

Penanganan Bahan Kimia Secara Umum


• Air raksa yang tertumpah harus dikumpulkan kembali dengan menggunakan alat
bantu. Hindari kontak air raksa dengan bagian tubuh. Gunakan sarung tangan dan
masker pada saat mengumpulkan air raksa yang tertumpah.
• Resin yang sudah digunakan harus diregenerasi kembali.
• Etanol yang digunakan sebagai pelarut harus dipisahkan kembali dan di tampung
pada wadah yang telah disediakan.
• Jika terjadi tumpahan bahan kimia dalam jumlah sedikit, maka tumpahan tersebut
dibersihkan dengan menggunakan chemical spill kit (perangkat khusus yang
dipersiapkan untuk menangani bahan kimia yang tumpah).
• Jika jumlah tumpahan banyak, maka semua pekerja di lab. harus di evakuasi dan
petugas yang terkait harus dihubungi untuk menangani tumpahan tersebut.

Penanganan Bahan Cair Tumpah Yang Bersifat Asam


• Bubuk sodium bikarbonat dalam jumlah yang memadai dituangkan ke tempat
yang ditumpahi asam pekat untuk menetralkan asam.
• Campuran asam dan sodium bikarbonat diserok dan dimasukkan kedalam sebuah
ember.
• Air dicampur perlahan-lahan ke dalam ember tempat campuran asam pekat dan
sodium bikarbonat, kemudian diperiksa pHnya. bila hasilnya telah menunjukkan
netral, maka campuran dapat dibuang ke saluran dengan mengalirkan air dingin ke
saluran tersebut.

xvii
Penanganan Bahan Cair Tumpah Yang Bersifat Basa
• Bila cairan yang bersifat basa tumpah ke atas lantai, maka serbuk asam sitrik
dalam jumlah yang memadai dituangkan ketumpahan basa tersebut untuk
menetralkannya. petugas yang melakukannya harus menggunakan jas lab dan
sarung tangan tebal.
• Campuran asam sitrik dan basa tersebut diserok dan dimasukkan kedalam sebuah
ember.
• Air dicampurkan perlahan-lahan ke dalam ember tempat campuran asam sitrik
dan cairan basa tersebut, kemudian diperiksa pHnya. Bila hasilnya telah
menunjukkan netral, maka campuran dapat dibuang ke saluran dengan
mengalirkan air dingin ke saluran tersebut.

Penanganan Bahan Cair Tumpah Yang Berupa Pelarut Organik


• Bila pelarut organik yang tumpah banyak (1-2 liter), maka pekerja lab harus
dievakuasi dari daerah tersebut dan petugas kesehatan lingkungan harus
dihubungi untuk mendatangkan petugas pembersih tumpahan tersebut. petugas
kesehatan lingkungan juga harus dihubungi walaupun jumlah pelarut organik
yang tumpah sedikit tetapi pelarut tersebut tergolong beracun, misalnya
dichloromethane.
• Semua pekerja di lab. diperintahka untuk mematikan api dari sumber apapun.
• Tumpahan diserap dengan menggunakan laboratory spill cleanup kit oleh petugas
yang menggunakan jas lab dan sarung tangan tebal.
• Pekerja lab. yang merasa pusing harus dibawa ke luar lab atau ketempat terbuka
untuk menghirup udara segar.
• Handuk penyerap tumpahan dimasukkan ke dalam ruang asam di dalam wadah
yang tahan asam yang dapat ditutup, dan diberi label dengan stiker bahan
berbahaya, lalu dikirim ke tempat limbah berbahaya.
D. Keselamatan Umum
• Untuk mencegah menangani kebakaran kecil yang terjadi di dalam lab. gunakan
racun api. Tersedia 2 tabung racun api, yang satu terletak di dinding lab. dan satu
lagi terletak di dekat ruang asam di dalam lab.
• Semua larutan sisa yang mengandung bahan kimia, harus diberi label.

xviii
• Semua peralatan yang telah digunakan harus dibilas dengan air, dan bila perlu
harus direndam dulu dengan air dan sabun pada wadah yang telah disediakan.
• Sarung tangan yang telah digunakan harus dibuang ke tempat yang telah
ditentukan. tidak melakukan kegiatan lain seperti makan, minum, menerima
paket, menelepon, membuka pintu pada saat menggunakan sarung tangan yang
telah tercemar zat kimia.
• Alat-alat atau perangkat gelas yang telah terkontaminasi bahan yang berbahaya
harus diberi tanda.
• Pekerjaan yang berpotensi menimbulkan bahaya tidak dilakukan sendirian.
• Termometer air raksa yang pecah harus dibuang ketempat yang telah disediakan,
karena termasuk bahan yang berbahaya.
• Bahan kimia tidak boleh diletakkan dalam suatu tempat tanpa label.
• Pencegahan luka dan menangani luka yang terjadi akibat melakukan kegiatan di
lab. dilakukan hal-hal berikut:
1. Sarung tangan, jas lab, dan kacamata pelindung harus selalu digunakan
bila bekerja dengan bahan kimia yang dapat memercik.
2. Lensa kontak (lensa mata yang menempel di mata) tidak boleh digunakan
pada saat bekerja dengan larutan kimia. jika lensa kontak tidak dapat
dilepas, maka harus digunakan kacamata pelindung.
3. Kacamata pelindung ultraviolet harus digunakan pada saat bekerja dengan
transluminator atau sumber ultraviolet.
4. Baju yang terkontaminasi akibat terpercik larutan asam atau basa harus
dilepas, dan anggota badan yang terkontaminasi disiram dengan air dingin
dengan durasi kira-kira 15 menit (menggunakan water shower).
5. Jika yang terkontaminasi adalah mata, maka mata harus disiram dengan air
yang banyak, dan bila perlu di bawa ke dokter.
6. Bagian yang terluka ditutup dengan perban atau alat pengobatan lain dan
selanjutnya digunakan sarung tangan atau alat lain untuk menghindari
kontaminasi pada luka.

xix
xx
JURUSAN TEKNIK KIMIA Praktikum
MODUL FAKULTAS TEKNOLOGI Pengantar Teknik
1 INDUSTRI Kimia I

JUDUL : PENGENALAN DAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT LABORATORIUM


KOMPETENS I: Mahasiswa mampu menjelaskan cara-cara pokok pada perlakuan –
perlakuan umum di Laboratorium, terutama alat-alat yg ada di
laboratorium serta penggunaannya.

PARAMETER :
INPUT :
• SOP pemakaianAlat-alat laboratorium.
OUTPUT :
• Gambar alat
• Spesifikasi alat
• Kegunaan alat
VARIABEL:
• Alat-alat timbang
• Alat-alat gelas
• Alatt penyaring
• Alat-alat ukur
• Alat pengering

BAHAN :
• Kertas saring, kertas label, botol reagen, botol semprot/pencuci
• Aquades
• HCl
• Vaselin
• Spiritus
• Kertas tisu

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


8
TEORI :
• Penggunaan Alat-alat Laboratorium
Untuk memperoleh hasil analisa yang benar, maka haruslah diketahui cara-cara pokok
dalam perlakuan-perlakuan umum yang sering dijumpai dalam laboratorium, antara lain
mengenai alat-alat laboratorium dan cara penggunaannya.
• Penimbangan
Timbangan yang digunakan dilaboratorium terdiri dari bermacam-macam jenis maupun
merk. Yang penting diketahui adalah kapasitas dan ketelitian timbangan-timbangan yang
akan digunakan, yaitu apakah timbangan kasar, sedang atau halus. Timbangan halus
mempunyai ketelitian sampai 0,1 mg bahkan 1 µg. (1 µg = 1 microgram = 0,0019).
Jenis timbangan mana yang akan dipakai tergantung dari tujuannya, misalnya untuk
penentuan kadar air atau abu harus digunakan neraca analitis ketelitian 0,1 mg, sedang untuk
menimbang bahan kimia yang akan dibuat larutan jenuh cukup menggunakan timbangan
yang lebih kasar.
Beberapa petunjuk penting dalam menggunakan timbangan, yaitu :
- Duduklah tepat menghadap timbangan untuk menghindarkan kesalahan pembacaan.
- Periksalah timbangan apakah bekerja baik atau tidak.
- Periksalah water pass timbangan (harus data air). Aturlah bila tidak menunjukkan
keadaan yang semestinya.
- Hindarkan menimbang bahan yang panas (jika mungkin).
- Jangan menimbang bahan langsung di piring timbangan, gunakan wadah seperti kaca
arloji, botol timbangan, gelas piala, dan lain-lain.
Timbangan neraca analitik dan timbangan teknis dapat dilihat pada Gambar 1.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


9
a b
Gambar 1.(a) Timbangan analitis dan (b) Timbangan teknis.

Alat-alat / wadah untuk menimbang harus bersih dan sudah dikeringkan dalam oven
bersuhu 1100C, kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15 menit, demikian pula bila
akan menimbang sesuatu yang panas harus didinginkan terlebih dahulu dengan cara yang
sama. Wadah untuk menimbang dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Wadah untuk penimbangan

- Selama menimbang, gunakanlah alat-alat yang digunakan untuk menaruh atau


mengambil wadah untuk menimbang bahan, anak timbangan dan lain-lainnya; jangan
sekali-kali langsung dipegang dengan tangan. Alat-alat tersebut dapat berupa penjepit,
pinset untuk menaruh atau mengambil wadah, sedangkan untuk bahan kimia bisa

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


10
diambil dengan sendok tanduk, spatula atau pipet (untuk bahan cair). Bentuk alat
penjepit, pinset, sendok dapat dilihat pada Gambar 3.
- Setiap menambah atau mengurangi beban dari penimbangan, timbangan harus dalam
keadaan tidak bergerak atau bergoyang.
- Jangan menimbang melebihi kapasitas timbangan.
- Bila selesai menimbang bersihkan alat timbangan dan kembalikan dalam keadaan
terkunci.

-
- Gambar 3.Alat penjepit, patula, pinset, dan pipet.

• Penyaringan.
Penyaringan bertujuan untuk memisahkan suatu cairan dari bahan padat yang terdapat
pada cairan itu dengan cara meletakkan cairan pada bahan penyaring, misalnya : kertas
saring.
Bahan-bahan penyaring terdiri dari bermacam-macam jenis yaitu : kertas saring, krus
Gooch, “fiber glass”, krus dari sintered-glass, krus porselin yang porous. Bahan-bahan
penyaring tersebut memiliki ukuran porositas yang bermacam-macam.
Ada dua macam cara penyaringan, yaitu :
- Penyaringan tanpa penghisapan (gravity filtration), yaitu fitrat melewati penyaringan,
karena pengaruh gaya grafitasi dan tarik menarik kapiler antara cairan dengan dinding
batang corong.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


11
- Penyaringan dengan penghisapan (vacuum filtration), dengan cara ini akan terdapat
perbedaan tekanan diantara penyaring, sehingga penyaringan terjadi lebih cepat.
Cara melipat kertas saring dan pemasangannya pada corong dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 4.Cara melipat kertas saring.

Langkah-langkah caa melipat kertas saring


- Ikuti cara melipat seperti pada (a), (b), dan (c).
- Guntinglah salah satu ujung sudutnya, lalu buatlah bentuk kerucut (d).
- Pasanglah diatas corong (e), seluruh permukaan kertas saring harus menempel baik pada
dinding corong, tapi kertas saring tidak boleh melebihi bibir atas corong (f).
- Basahilah kertas saring tersebut dengan air suling (aquades) dan hindari adanya rongga
udara dibalik kertas saring dengan cara menekan-nekannya dengan batang pengaduk
sehingga permukaan kertas saring menempal baik pada corong.
- Kertas saring sudah bisa digunakan.
Hal yang perlu diusahakan dalam penyaringan adalah bagaimana supaya penyaringan dapat
berlangsung cepat dan endapan yang lolos bersama filtrat ataupun hilang sedikit
mungkin.Cara penyaringan tanpa penghisapan (gravity filtration) adalah seperti terlihat pada
Gambar 5
- Gelas piala berisi cairan dan endapan dimiringkan sedemikian rupa dan didiamkan
sehingga endapan terkumpul pada salah satu tempat didasar dan tepat dibawah ceret gelas
piala. Cairan yang bening disebut supernatan.
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
12
- Pasanglah corong pada penyangga dan taruhlah wadah penampung dibawahnya
sedemikian rupa sehingga ujung batang corong menempel pada dinding wadah
penampung.
- Tuanglah supernatan hati-hati (dekantasi). Penuangan dibantu dengan batang pengaduk
yang ujungnya ditempelkan kira-kira, 0,5 cm dibawah tepi kertas saring. Pada tahap ini
hindarkan terkumpulnya endapan yang berlebihan pada kertas saring, karena hal ini akan
menyebabkan tersumbatnya pori-pori kertas saring.
- Biarkan dulu seluruh cairan pada penuangan pertama habis, barulah dituang cairan
berikutnya sampai seluruh cairan dalam gelas piala habis.
- Endapan yang tertinggal dalam gelas piala dicuci dengan cara menambahkan sedikit
cairan pencuci apabila hal ini tidak menganggu perhitungan atau prosedur analisa
misalnya dengan air suling. Aduklah dengan cara digoyang-goyang atau dengan batang
pengaduk dan kemudian biarkan endapan mengendap didasar wadah.
- Kemudian lakukan dekantasi seperti semula, ulangi pencucian ini beberapa kali seperti
diatas.
- Perlu diketahui bahwa cara pencucian yang berulang-ulang dengan menggunakan sedikit
cairan pencuci lebih efektif dari pada satu kali pencucian, walaupun jumlah keseluruhan
cairan pencuri sama banyak.
- Endapan dalam gelas piala dipindahkan keatas kertas saring dengan menggunakan gelas
pengaduk yang ujungnya terdapat karet yang menyerupai spatula (d). Sisa endapan yang
masih ada pada gelas piala maupun pengaduk dituang seluruhnya ke atas kertas saring
dengan disemprot cairan pencuci yang berasal dari botol pencuci sampai bersih.

Gambar 5.Penyaringan, pencucian dan penuangan.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


13
Cara penyaringan dengan penghisapan (vaccum filtration) pada prinsipnya sama
dengan penyaringan tanpa penghisapan, yaitu dekantasi, pencucian dan memindahkan
endapan. Perbedaannya hanyalah pada penyaring yang digunakan dan disini diperlukan
pompa hisap (vaccum pump).Ada beberapa macam alat penyaring yang dipakai, seperti yang
terlihat pada gambar 6.
Corong Bucher (Gambar 6a), banyak dipakai untuk penyaringan dengan
penghisapan.Corong ini pada alasnya berlubang-lubang dan diatasnya dapat dipasang kertas
saring satu atau dua helai. Sebelum dipakai, kertas saring yang diameternya tepat atau sama
dengan diameter dasar corong ditaruh rapi diatasnya dan kemudian dibersihkan dulu dengan
cairan pencuci (air suling).

a b
Gambar 6..Alat Penyaring dengan Penghisapan.

Penyaring dengan penghisapan secara lengkap dapat dilakukan sebagai berikut


seperti terlihat pada gambar 7.
- Pasanglahpenyaring tersebut dengan bantuan adaptor karet sehingga terpasang
rapatdengan erlenmeyer yang dipakai menampung filtrat.
- Hubungkan dengan erlenmeyer lain yang berisi bahan higroskopis, misalnya silika gel.
Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya uap air kedalam mesin pompa hisap.
- Hubungkan erlenmeyer kepompa hisap dan mesin pompa dijalankan mulailah
menyaring. Mesin dijalankan hanya apabila sedang menyaring.
-
-
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
14
Gambar 7.Cara Penyaringan dengan Penghisapan.

• Penggunaan Alat-alat Pengukur Volume Cairan.


Macam-macam alat pengukur volume cairan antara lain adalah gelas ukur, pipet volume,
labu ukur dan buret, erlenmeyer, gelas piala, seperti terlihat pada Gambar 8. Pada alat
tersebut tertera tanda berupa garis melingkar yang menunjukkan batas tinggi cairan pada
volume-volume tertentu.Sebagai batas pembacaan adalah bagian bawah permukaan
lengkung cairan (miniskus), untuk larutan bening dapat terlihat jelas apabila dilihat tetap
segaris dimukanya (paralax).Pembacaan yang dilakukan diatas ataupun dibawah miniskus
adalah salah.Cara pembacaan volume cairan dapat dilihat pada Gambar 9. Untuk larutan
bening pembacaan volume cairan berdasarkan miniskus cekung dan untuk larutan bewarna
pembacaan miniskus cembung.

Keterangan :
a. Gelas Ukur
b. Buret
c. Pipet Gondok

a b c

Gambar 8. Alat-alat Pengukur volume Cairan.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


15
pembacaan

Gambar 9. Cara Pembacaan Volume Cairan.


Alat-alat tersebut sebelum dipakai harus bersih. Alat yang sudah bersih dapat
diketahui bila permukaannya dibasahi, maka akan terdapat suatu lapisan film cairan yang
merata. Adanya debu ataupun lemak menyebabkan lapisan film tersebut tidak merata,
kejadian ini bisa dipakai sebagai petunjuk bahwa alat tersebut belum bersih. Pembersihan
alat dilakukan dengan cara mencucinya dengan detergen atau larutan pencuci dan bila perlu
digosok dengan sikat, akhirnya dibilas dengan air suling dan ditiriskan.
Larutan pencuci yang sering digunakan adalah larutan Kaliumdikhromat dalam Asam
sulfat.Cara membuat larutan pencuci adalah sebagai berikut. Larutkan 10-15 gram K2Cr2O7
(Kalium dikhromat) dengan 15 ml air dalam labu tahan panas 500 ml. Kemudian tambahkan
Asam sulfat pekat perlahan-lahan dan kadang kala digoyangkan. Warna larutan pencuci yang
baik adalah orange.Larutan pencuci ini sudah tidak dipakai lagi apalagi warna telah berubah
menjadi hijau.

• Cara menggunakan pipet.


Guna pipet adalah untuk memindahkan suatu volume cairan yang diketahui dari suatu
wadah kewadah yang lain. Bila kita menggunakan pipet 10 ml, maka volume cairan yang
keluar dari pipet tersebut adalah 10 ml. Pemipetan dilakukan dengan cara menyedot cairan
ke dalam pipet, yang dapat dilakukan dengan mulut, aspirator atau bola karet yang dibuat
untuk keperluan ini. Cara pemipetan dalam analisa adalah sebagaiberikut :
- Pipet harus kering dan bersih, perhatikan ujungnya apakah masih baik atau tidak. Ujung
pipet yang sudah retak, patah atau pecah sebaiknya tidak dipakai.
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
16
- Bila pipet basah, bilaslah terlebih dahulu dengan air suling tiga kali dan keringkan dengan
lap bersih atau kertas tissue.
- Sebelum melakukan pemipetan, biasakanlah mula-mula membilas pipet dengan larutan
yang akan dipindahkan paling sedikit dua kali, kemudian barulah pipet bisa dipakai.
- Sedotlah sampai tinggi cairan melewati tanda dan tutup pangkal pipet sampai tanda
dengan cara mengendorkan jari telunjuk pada ujung atas pipet karena akan lebih sulit
mengontrolnya, hindarkan penutupan pangkal pipet dengan menggunakan ibu jari.
- Pertahanakan tinggi cairan tersebut dan keringkan bagian luar dengan lap bersih.
- Tempelkan ujung pipet pada dinding wadah penampung dan biarkan cairan mengalir ke
dalam wadah penampung. Biarkan sisa cairan yang tertinggal pada ujung pipet sampai
menetes pada wadah dengan sendirinya. Jangan ditiup dengan maksud mengeluarkan sisa
cairan yang ada pada ujung pipet tersebut.
- Setiap selesai menggunakan pipet, bilaslah segera dengan air suling.

Catatan :
Bila memipet cairan-cairan yang berbahaya, beracun atau korosif, janganlah sekali-
kali menyedotnya dengan mulut tetapi gunakanlah alat-alat penyedot seperti terlihat pada
Gambar 10, yaitu bola karet (a) atau pipet takar. (b) atau micropipet (c)

a b c
Gambar 10. (a) Bola Karet, (b) pipet takar, (c) micropipet
• Cara Menggunakan Labu Ukur.
Kegunaan labu ukur adalah untuk menampung cairan pada volume tertentu. Jika kita
menggunakan labu ukur 100 ml berarti volume cairan yang dimasukkan ke dalam labu

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


17
tersebut adalah 100 ml. Labu ukur biasanya digunakan untuk membuat larutan atau
mengencerkan larutan. Labu ukur yang akan digunakan harus sudah dicuci dengan detergen
atau bila perlu dengan larutan pencuci dan dikeringkan. Bahan yang akan dilarutkan atau
diencerkan mula-mula dimasukkan ke dalam labu ukur, kemudian tambahkan bahan pelarut
sampai kurang lebih setengah volume labu, kocoklah dan tambah lagi bahan pelarut sambil
kadang kala dikocok sampai akhirnya hampir mencapai tanda batas. Diamkan dulu sesaat
agar gelembung-gelembung udara keluar dan cairan yang menempel pada dinding diatas
permukaan cairan turun.Kemudian tambahkan cairan tetes demi tetes sampai tanda.Tutuplah
labu dan bolak baliklah labu tersebut beberapa kali agar tercampur dengan baik.
• Cara Menggunakan Buret.
Buret digunakan untuk mengukur volume cairan yang keluar seperti halnya pipet.Pada
buret terdapat kran untuk mengeluarkan atau menghentikan cairan yang keluar dan
volumenya dapat diketahui pada skala yang tertera padanya.Buret digunakan terutama untuk
titrasi. Cara penggunaan buret dalam titrasi sebagai berikut :
- Buret harus bersih, bebas lemak maupun debu.
- Pasang buret pada tempatnya (standar dan klem), buret harus tegak lurus dengan datar air.
- Periksa krannya, kran harus mudah diputar dan tidak bocor. Bila kran sukar diputar
maupun bocor, lepaskanlah kran tersebur dan olesi permukaannya dengan vaselin
seperlunya. Cara pemakaian vaselin pada buret dapat dilihat pada Gambar 11.

Diolesi vaselin

Gambar 11. Pemakaiaan Vaselin Pada buret.

- Bilaslah buret dengan larutan yang akan dipakai untuk titrasi sebanyak tiga kali,
kemudian isilah buret dengan larutan yang sama sampai diatas titik nol. Biarkan dulu
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
18
gelembung-gelembung udara keluar atau lapisan larutan yang berada pada dinding
dalam diatas permukaan larutan tersebut turun dulu sehingga tinggi permukaan larutan
sudah tidak berobah lagi.
- Alirkan larutan dengan membuka kran dan usahakan kolam pipa dibawah kran terisi
larutan (tidak terdapat gelembung udara).
- Aturlah tinggi cairan sampai miniskusnya tepat pada angka nol, atau angka lain catatlah
angka mula-mula ini.
- Mulailah titrasi, tangan kiri memegang kran sambil memutarnya dan tangan kanan
memegang erlenmeyer yang berisi cairan yang akan dititrasi.

Selama titrasi,erlenmeyer tersebut digoyang-goyang dengan gerak berputar-putar agar


larutan yang menetes dari buret dapat segera tercampur.Demikian seterusnya sampai titik
akhir tercapai.Titrasi akan lebih mudah dan cepat bila menggunakan pengaduk magnetis
(magnetic stirer) alat ini ada yang dilengkapi dengan pemanas dan pengatur suhu, dapat
dilihat pada Gambar 12

Gambar 12.Rangkaian Proses Titrasi.

• Melarutkan zat padat.


Zat padat yang berukuran relatif besar, sebelum dilarutkan harus diubah menjadi bentuk
yang lebih kecil seperti tepung atau dilumatkan seperti pasta, dapat dilakukan dengan
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
19
caradigiling, digerus, ditumbuk dan lain-lainnya dengan alat-alat seperti mortir (porselin,
kaca dan logam), mesin giling, Lumpang dan alu. Kadang-kadang untuk melarutkan harus
dilakukan pemanasan dan pengadukan sehingga bisa larut sempurna.
Pada Gambar (a) ditunjukkan cara pemanasan yang sederhana, sedangkan Gambar (b)
digunakan hot plate yang dilengkapi dengan alat pengaduk yang berupa batang magnetis
yang dapat berputar, juga dilengkapi alat pengatur suhu. Rangkaian alat melarutkan zat padat
dapat dilihat pada Gambar 13

a b
Gambar 13. Melarutkan Zat Padat.

• Cara pemijaran dan pengabuan


Pemijaran adalah proses pemanasan endapan yang dilakukan bersama dengan kertas
saring, yang bertujuan untuk mencari kadar abu.Alat pemijaran menggunakan kompor dan
alat pengabuan menggunakan furnace. Alat pemijaran dan pengabuan dapat dilihat pada
Gambar 14.

Gambar 14.Cara pemijaran dan pengabuan.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


20
• Pengeringan.
Pengeringan biasanya dipakai untuk menentukan kadar air suatu bahan. Alat yang
digunakan adalah oven yang dilengkapi dengan termometer, pengatur waktu pengeringan
yang dikehendaki. Alat yang akan dipakai sebagai wadah bahan kimia yang ditimbang harus
juga dikeringkan. Alat yang digunakan untuk menyimpan bahan yang sudah dikeringkan
adalah eksikator (desikator) yang kedap udara, didalamnya ditaruh zat yang bisa menyerap
uap air (silika gel) sehingga pengaruh uap air selama penyimpanan bisa diabaikan.Alat
desikator dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Eksikator (Desikator)

Tugas :
1. Gambarlah alat-alat laboratorium yang disediakan di atas meja praktikum saudara,
lengkapi dengan nama dan spesifikasinya.
2. Kelompokkan alat-alat yang teliti dan tidak teliti.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


21
JURUSAN TEKNIK KIMIA Praktikum
MODUL FAKULTAS TEKNOLOGI Pengantar
2 INDUSTRI Teknik Kimia I

JUDUL : PENGENALAN DAN PENGGUNAAN ALAT ANALISIS

KOMPETENSI:
• Mahasiswa dapat mengenal alat-alat analisa instrument.
• Mahasiswa mampu memakai peralatan analisa di laboratorium.
• Mahasiswa mampu menghitung hasil analisa suatu sampel, seperti densitas,
viskositas, kadar air, pH, kadar gula, alkohol, TDS, Fotometri.

PARAMETER :
INPUT :
• SOP analisa dilaboratorium berdasarkan SNI
OUTPUT :
• Prinsip kerja alat analisa laboratorium
• Menghitung data hasil analisa suatu sampel
VARIABEL :
• Analisa kualitatif
• Analisa menggunakan alat instrument

BAHAN :
• Aquades
• Minyak
• Tahu
• Air Selokan
• Gula
• Ammoniak
• H2SO4dan NaOH
• Metanol

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


22
ALAT :
• Oven
• Piknometer 10 ml
• Viskometer Oswalt
• pH meter
• Glukometer
• Alcoholmeter
• Spektrofotometer
• Turbidimeter
• Mikroskop
• Tds
• Jar test
• AAS

TEORI
Fotometri
Fotometri adalah salah satu cara analisis pengukuran besaran penyerapan sinar
monokromatis oleh suatu larutan dengan menggunakan detector fotosel.
A = a .b .c
A = Absorban (penyerapan)
b = diameter sel (cm)
a = absorbtivity
c = konsentrasi
Untuk melakukan analisis secara fotometri sinar tampak langkah – langkah yang harus
dilakukan adalah :
1. Pembentukkan warna.
2. Pemilihan panjang gelombang.
3. Membuat kurva kalibrasi / standar.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


23
Untuk pembentukkan warna ada beberapa cara dan harus diseleksi zat – zat pengganggu
(yang membentuk warna). Panjang gelombang yang dipakai untuk menentukan konsentrasi
larutan adalah panjang gelombang dimana terjadi absorban maksimum ini dapat ditentukan
dengan membuat grafik antara absorban dengan panjang gelombang. Untuk membuat kurva
kalibrasi perlu diukur absorban dari larutan standar spektrofotometri terdiri dari 4 bagian
yang penting yaitu :
1. Sumber cahaya
2. Monokromatik
3. Kuvet
4. Detektor
Sumber Cahaya
Cahaya yang digunakan ialah lampu Wolform yang dapat menghasilkan sinar dengan
panjang gelombang diatas 375 nm atau lampu hydrogen yang mempunyai panjang
gelombang ditambah 375 nm.Dengan demikian salah satu diantaranya kita dapat melakukan
pengukuran pada daerah ultra violet atau sinar tampak.Cahaya yang diserap oleh suatu zat
berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata manusia.Cahaya yang tampak atau cahaya
yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat
akan berwarna orange bila menyerap warna biru dari spektrum sinar tampak dan suatu zat
akan berwarna hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada spektrum sinar tampak.
Untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 1.

Tabel 1. Panjang Gelombang dengan warna yang diserap dam warna komplementer

Panjang gelombang (nm) Warna warna yang diserap Warna komplementer


(warna yang terlihat)
400 – 435 Ungu Hijau kekuningan
435 – 480 Biru Kuning
480 – 490 Biru kehijauan Jingga
490 – 500 Hijau kebiruan Merah
500 – 560 Hijau Ungu kemerahan
560 – 580 Hijau kekuningan Ungu
580 – 595 Kuning Biru
595 – 610 Jingga Biru kehijauan

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


24
610 – 800 Merah Hijau kebiruan

Monokromatik
Ada 2 jenis monokromatik yang dapat digunakan untuk memiliki sinar yang akan dipakai :
1. Prisma
Bila seberkas sinar polikhromatis melalui sebuah prisma maka akan terjadi peristiwa
difraksi.
2. Grating
Terbuat dari suatu lempeng (biasanya aluminium) yang permukaannya seperti
gergaji.Dimana permukaan dilapisi dengan bahan yang tembus cahaya. Jika ada sinar
yang datang/jatuh pada permukaan maka cahaya itu akan didispersikan. Daya dispersi
grating lebih tinggi dibandingkan prisma dan dapat dipergunakan pada semua spektrum.
Kuvet
Kuvet yang dipakai untuk analisis fotometri harus memenuhi syarat – syarat sebagai
berikut :
a. Tidak berwarna sehingga dapat menetralisasi semua cahaya.
b. Permukaan.
c. Harus tahan (tidak bereaksi terhadap bahan – bahan kimia)
d. Tidak boleh rapuh.
e. Mempunyai bentuk yang sederhana.
Detektor
Sebagai detector dipakai photo tube / barriet lover cell yang keduanya dapat mengubah
cahaya menjadi arus listrik.Bunyi hokum Lanberre “ Bila suatu cahaya monokromatis
melalui suatu media transfaran maka berikutnya intensitas cahaya yang dipancarkan
sebanding dengan tebal kaca.”
Bunyi hokum Gram beer “ Bila suatu cahaya monokromatis melalui suatu media
transparan maka berkurang intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan
bertambahnya suatu konsentrasi media :
Cara kerja Spektrofotometer :

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


25
1. Sinar polikromatis yang berasal dari sumber cahaya dilewatkan pada lensa kalimator
sehingga didapat sinar polikromatik yang sejajar.
2. Selanjutnya sinar tersebut dilewatkan pada kromator sehingga diperoleh sibar
kromatis dengan panjang gelombang tertentu yang diinginkan.
3. Kemudian diteruskan ke sample dan akan terjadi interaksi sinar dengan medium
dimana sebagian sinar akan diserap dan yang lain akan diteruskan. Sinar yang
diteruskan akan ditangkap oleh detector kemuadian diubah menjadi arus listrik,
karena arus ini masih lemah perlu diperkuat dengan amplifier.
4. Selanjutnya arus tersebut akan menggerakkan jarum galvanometer sinar diteruskan
dapat dilihat pada skala transmitan.
Dalam hal ini digunakan larutan blanko yang bersifat meneruskan sinar disebabkan
karena larutan blanko tidak mengandung unsur yang ditentukan, larutan blanko tersebut
adalah untuk mengkalibrasikan alat.
Cara Kerja :
1. Hidupkan peralatan Spektrofotometer dan biarkan selama 15 menit.
2. Dibuat Larutan standar protein 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm (yang
dipipet dari larutan stock 100 ppm) dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Larutan
standar 0 ppm disebut sebagai larutan blanko.
3. Tambahkan masing-masing labu ukur tersebut 5 ml ammonia 1:1. Kemudian paskan
sampai tanda batas di labu ukur 25 mL dengan aquadest.
4. Kocok dan diamkan selama 15 menit pada suhu kamar.
5. Untuk larutan sampel, dibuat denga prosedur yang sama dengan membuat larutan standar
di atas dan konsentrasinya ditentukan oleh asisten pengawas.
6. Setelah 15 menit, pindahkan semua larutan standard dan larutan sampel ke dalam tabung
kuvet sampai tanda batas kuvet.
7. Set panjang Gelombang Alat pada λ = 600 nm.
8. Putar tombol 0%T sehingga pembacaan alat tepat pada angka 0%T
9. Masukkan kuvet 0 ppm ke dalam tabung kuvet pada alat, putar tombol 100%T sehingga
pembacaan pada alat tepat pada angka 100%T

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


26
10. Keluarkan Tabung Kuvet 0%T, Lanjutkan dengan Tabung Kuvet 5 ppm, 10 ppm, 15
ppm, 20 ppm, 25 ppm dan sampel. Catat %T yang diperoleh.
11. Buat perhitungan dengan metoda regresi linier, atau boleh mempergunakan software
Microsoft excel. Buat kurva kalibrasi standar vs absorban sampel dan hitung konsentrasi
larutan sampel yang diperoleh.
12. Ulangi percobaan dengan menggunakan panjang gelombang 580 nm, 590 nm, 595 nm.
13. Buat masing-masing grafik dan persamaan regresinya (3 grafik). Bandingkan hasil yang
diperoleh.
Densitas
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa
jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata
setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang
memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah
daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m−3)
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis
yang sama.
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah

dengan
ρ adalah massa jenis,
m adalah massa,
V adalah volume.
Satuan massa jenis dalam 'CGS [centi-gram-sekon]'adalah gram per sentimeter kubik
(g/cm3). 1 g/cm3=1000 kg/m3

Cara menganalisa densitas suatu bahan cair dan padat :


Penentuan Berat jenis zat cair dengan piknometer
• Keringkan piknometer dalam oven selama 15 menit,
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
27
• Menimbang piknometer kosong,bersih dan kering yang telah ditentukan volumenya
piknometernya ( a), catat berat awal piknometer kosong.
• Mengisi piknometer dengan zat cair (b),
• Menimbang piknometer yang berisi zat cair (c),
• Catat pembacaan berat yang tertera didalam timbanga

Berat jenis zat cair =

pH meter
Sebuah alat elektronik yang berfungsi untuk mengukur pH ( derajat keasaman atau
kebasaan) suatu cairan ( ada elektroda khusus yang berfungsi untuk mengukur pH bahan
– bahan semi padat). Sebuah pH meter terdiri dari sebuah elektoda (probe pengukur)
yang terhubung ke sebuah alat elektonik yang mengukur dan menampilkan nilai pH. Alat
ini sangat berguna untuk industri air minum, laboratorium, akuarium, industri pakaian
terutama batik dan pewarna pakaian. Alat analisa pH

Prosedur Pemakaian Dan Perawatan Digital pH Meter


1. Cuci dulu dengan air distiller sebelum dan sesudah dipakai. Celupkan kedalam air
tersebut dan aduk beberapa putaran angkat dan ulangi sampai 3 kali. Kalau tidak ada air
distiler gunakan air aqua atau lebih baik lagi air tds nol. Hal ini terutama digunakan
untuk larutan kimia yang korosif dan keras. Serta larutan bersifat kental seperti madu.
2. Pada saat penutupan jangan sampai meleset karena dapat menyentuh sensor pH yang
terbuat dari kaca. Harus diperhatikan dengan hati-hati saat penutupan.
3. Taruh selalu pH dalam Box plastik pH meter. Meskipun tidak esensial tapi box ini
dirancang untuk menempatkan pH sesuai dengan tempatnya dengan pas. Aman jika Box
tersebut berisi pH jatuh dengan ketinggian 1 meter.

Prosedur Pemakaian pH Universal


1. Ambil masing-masing larutan yang ada pada gelas kimia dengan menggunakan pipet
tetes
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
28
2. Teteskan 3 tetes larutan kedalam plat tetes
3. Celupkan Pita Indikator Universal pada masing-masing larutan yang ada telah ada pada
plat tetes
4. Lihatlah perubahan warna yang terjadi pada Pita Indikator Universal
5. Cocokkan perubahan warna yang terjadi pada Pita Indikator Universal dengan skala pH
pada wadah Pita Indikator Universal.

Viskositas
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan
antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan – bahan
yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi.
Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya – gaya
mekanika dari suatu aliran viskos sebagai :Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalahkonstan
sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluidaNewtonian, dimana
perbandingan antarategangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan.Parameter
inilah yang disebut dengan viskositas.
Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida
tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh
lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A.
Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida
dibawahnya, maka tidah ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F
dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan
kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan – lapisan yang
saling bergeseran.Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A
yang seragam, dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan
lapisan fluida paling bawah sama dengan nol. Maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida
di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap, dengan tidak adanya tekanan fluida.

Konsep Viskositas dapat dilihat pada Gambar 1


“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
29
Gambar 1. Alat Viscometer Oswald
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan
antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang
membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat
cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul
sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air.Sebaliknya,
fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dkk. Hal
ini bisa dibuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng di atas lantai yang
permukaannya miring. Pasti air ngalir lebih cepat daripada minyak goreng atau oli.Tingkat
kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu.Semakin tinggi suhu zat cair, semakin
kurang kental zat cair tersebut.Misalnya ketika ibu menggoreng paha ikan di dapur, minyak
goreng yang awalnya kental menjadi lebih cair ketika dipanaskan.Sebaliknya, semakin tinggi
suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut.
Perlu diketahui bahwa viskositas alias kekentalan cuma ada pada fluida riil (rill =
nyata). Fluida riil/nyata tuh fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air,
sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida riil berbeda dengan fluida ideal.Fluida ideal
sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari.Fluida ideal hanya model yang digunakan
untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang kita pakai dalam
pokok bahasan Fluida Dinamis).Mirip seperti kita menganggap benda sebagai benda tegar,
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
30
padahal dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak ada benda yang benar-benar
tegar/kaku. Tujuannya sama, biar analisis kita menjadi lebih sederhana.
Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koofisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.s
(pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk si koofisien viskositas adalah
dyn.s/cm2 = poise (P). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cP). 1 cP = 1/100
P. Satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Perancis, almahrum Jean
Louis Marie Poiseuille (baca : pwa-zoo-yuh).
1 poise = 1 dyn .s/cm2 = 10-1 N.s/m2
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat
cair yang lain. Salah satunya adalah viskositas.Viskositas merupakan tahanan yang dilakukan
oleh suatu lapisan fluida terhadap suatu lapisan lainnya.Sifat viskositas ini dimiliki oleh
setiap fluida, gas, atau cairan. Viskositas suatu cairan murni adalah indeks hambatan aliran
cairan.Aliran cairan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu aliran laminar dan aliran
turbulen. Aliran laminar menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis
tengah kecil.Sedangkan aliran turbulen menggambarkan laju aliran yang besar dengan
diameter pipa yang besar.Penggolongan ini berdasarkan bilangan Reynoldnya.
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan
antar lapisan material.Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan
untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat. Besarnya
viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan
ukuran serta jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya
berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan
karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat
gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air.Sebaliknya,
fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dll.Tingkat
kekentalan fluida dinyatakan dengan koefisien viskositas (h). Kebalikan dari Koefisien
viskositas disebut fluiditas, , yang merupakan ukuran kemudahan mengalir suatu fluida.
Viskositas cairan adalah fungsi dari ukuran dan permukaan molekul, gaya tarik
menarik antar molekul dan struktur cairan. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
31
kedudukan setimbang, maka sebelum sesuatu lapisan melewati lapisan lainnya diperlukan
energy tertentu. Sesuai hokum distribusi Maxwell-Boltzmann, jumlah molekul yang
memiliki energy yang diperlukan untuk mengalir, dihubungkan oleh factor e-E/RT dan
viskositas sebanding dengan e-E/RT. Secara kuantitatif pengaruh suhu terhadap viskositas
dinyatakan dengan persamaan empirik,
h = A e-E/RT
A merupakan tetapan yang sangat tergantung pada massa molekul relative dan
volume molar cairan dan E adalah energi ambang per mol yang diperlukan untuk proses awal
aliran
Viskositas cairan juga dapat ditentukan berdasarkan jatuhnya benda melalui medium
zat cair, yaitu berdasarkan hukum Stokes. Dimana benda bulat dengan radius r dan rapat d,
yang jatuh karena gaya gravitasi melalui fluida dengan rapat dm/db, akan dipengaruhi oleh
gaya gravitasi sebesar :
F1 = 4/3 πr3( d-dm ) g

Prinsip Viscometer Oswald


Viscometer Oswald untuk mengukur sampel yang encer atau kurang kental.
Berdasarkan persamaan poisseulle, dengan membandingkan wakltu alir cairan sampel dan
cairan pembanding menggunakan alat yang sama.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


32
Prosedur Kerja :
Penetuan Kekentalan Cairan Dengan Viskometer Ostwald
1. Viskometer dibersikan dan dikeringkan
2. Cairan yang akan ditentukan kekentalanya dimasukan melalui pipa besar sampai
ruanganan terisi,
3. Cairan dihisap melalui pipa kecil sampai naik melewati garis/tanda tera
4. Jika cairan mulai melewati batas atas, tekan stopwach
5. Cairan dibiarkan turun sampai garis tera atau garis batas bagian bawah
6. Catat waktu yang dibutukan cairan untuk mengalir dari garis m ke n
7. Lakukan 3 kali pengulangan data

Penentuan Kekentalan Cairan Dengan Viskometer Bola Jatuh


Prosedur kerja :
1. Pasang Alat Dan Perangkat Pada Posisi Yang Tara
2. Tabung Gelas Disi Dengan Cairan Yang Akan Ditentukan Kekentalanna ,Kemudian
Tutup Tabung Dengan Hati-Hati Dan Jangan Sampai Terdapat Gelembung Udara Di
Dalamnya
3. Masukan Bola Yang Sesuai Dan Apabila Bola Suda Turun Melampaui Garis
Awal,Kembalikan Bola Pada Posisi Semula Dengan Car Membalikan Tabung
4. Catat Waktu Tempuh Bola Melalui Tabung Mulai Garis Awal Sampai Garis Akhir
Dalam Detik
5. Tentukan Bobot Jenis / Kerapatan Dengan Piknometer
6. Hitung Kekentalan Cairan Dengan Persamaan :
ɳ = t (sb – sr)B
Keterangan :
ɳ = kekentalan
t = waktu bola jatuh (dtk)
sb = kerapatan bola yang digunakan
sr = kerapatan cairan sampel
B = konstanta bola
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
33
Turbidimeter
Turbidity Meter adalah salah satu alat umum yang biasa digunakan untuk keperluan
analisa kekeruhan air atau larutan.Turbidity meter merupakan alat pengujian kekeruan
dengan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya
yang dipantulkan terhadap cahaya yang datang.Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu
suspensi padatan adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan. Alat ini
banyak digunakan dalam pengolahan air bersih untuk memastikan bahwa air yang akan
digunakan memiliki kualitas yang baik dilihat dari tingkat kekeruhanya.Gambar alat
turbidimeter dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Alat Turbidimeter


Pengukuran atau analisa kekeruhan dan kejernihan pada air sangat penting dalam
proses industri, seperti pada produksi air minum atau minuman, pengolahan makanan, dan
instalasi pengolahan air minum. Serta dalam pengolahan sumber air bersih.
Dalam proses pengolahan dan produksi air minum, nilai kekeruhan dapat dijadikan
sebagai indikator keberadaan bakteri patogen, atau partikel yang dapat melindungi
organisme berbahaya dari proses desinfeksi. Oleh sebab itu, pengukuran tingkat kekeruhan
sangat berguna untuk instalasi pengolahan air untuk memastikan kebersihan nya. Pada proses
industri, kekeruhan dapat menjadi bagian dari Quality Control untuk memastikan efisiensi
dalam pengolahan atau proses industri terkait.
Turbidimeter merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan
sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang dating. Intensitas
cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi merupakan fungsi konsentrasi jika kondisi-
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
34
kondisi lainnya konstan. Turbidimeter merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk
mengetahui atau mengukur tingkat kekeruhan air dalam sampel. Jenis – jenis turbidimeter
antara lain berbentuk bench top, on-line instruments dan portable.

Cara penggunaan alat turbidimeter

Pada bagian alat turbidimeter yaitu terdiri dari tombol standar angka kekeruhan, tempat
sampel (untuk meletakkan botol sampel yang berisi sampel), tombol zero, tombol test,
tombol Kal (untuk mengakses kalibrasi modus dan tetap aktif selama kalibrasi), display,
botol standar, dan botol sampel.
Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu partikel
ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan digunakan
sebagai dasar pengukuran. Alat akan memancarkan cahaya pada media atau sampel, dan
cahaya tersebut akan diserap, dipantulkan atau menembus media tersebut. Cahaya yang
menembus media akan diukur dan ditransfer ke dalam bentuk angka. Berikut tahapan cara
mengoperasionalkan alat turbidimeter:
Botol sampel di lap dengan kain lembut untuk membersihkan.
Tekan tombol I/O. instrument akan terbuka kemudian tempatkan instrument pada suatu
permukaan datar(kokoh) dan jangan memegang instrument ketika sedang melakukan
pengukuran.
Masukkan cell sampel dalam ruang cell dengan mengorientasikan tanda garis pada
bagian depan ruang cell.
Pilih daerah/range secara manual atau otomatis dengan menekan tombol RANGE.
Memilih mode sinyal rata-rata dengan menekan tombol SIGNAL AVERAGE. Dan
monitor akan menunjukkan SIG AVG ketika instrument sedang menggunkan mode
sinyal rata-rata.
Tekan READ. Monitor akan menunjukkan NTU, kemudian angka turbiditas akan
muncul dalam NTU. Catat angka turbiditas setelah symbol lampu padam.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


35
Adapun prosedur kalibrasi alat, harus dilakukan pemanasan selama 30 menit dengan
memperhatikan beberapa tahap, yaitu
Tidak boleh memegang tempat sampel secara langsung, agar tidak ada sidik jari yang
menempel.
Gunakan alkohol dan kain halus untuk membersihkan bagian luar kuvet.
Diletakkan di tempat yang rata, jangan diletakkan di tempat yang miring.
Setiap hari kalau perlu, dibersihkan dari debu.
Sebelum turbidimeter digunakan untuk menentukan tingkat kekeruhan dari sampel, terlebih
dahulu turbidimeter dikalibrasi dengan menggunakan sampel standar dari turbiditans /
kekeruhan 0,01 NTU sampai 7500 NTU. Hal ini dilakukan untuk menstandarkan kembali
alat tersebut.

TDS Meter
TDS Meter adalah : Alat untuk mengukur partikel padatan terlarut di air minum yang tidak
tampak oleh mata Air adalah molekul yang paling banyak ada di alam. Bahkan tubuh
manusia sendiri tersusun dari 80% cairan. Tapi tahukah kita bahwa kualitas air itu berbeda-
beda? Pada makalah ini akan dibahas tentang suatu alat yang dapat digunakan untuk
mengukur kualitas suatu larutan. Pengukuran ini menggunakan metoda Electrical
Conductivity, dimana dua buah probe dihubungkan ke larutan yang akan diukur, kemudian
dengan rangkaian pemprosesan sinyal diharapkan bisa mengeluarkan output yang
menunjukkan besar konduktifitas larutan tersebut, yang jika dikalikan dengan factor
konversi maka akan kita dapatkan nilai kualitas air tersebut dalam TDS atau PPM.
TDS (Total Dissolved Solid) atau jumlah total larutan padat yang terkandung dalam air yang
kita konsumsi. Setiap air minum selalu mengandung partikel yang terlarut yang tidak tampak
oleh mata, bisa berupa partikel padatan (seperti kandungan logam misal : Besi, Aluminium,
Tembaga, Mangan dll), maupun partikel non padatan seperti mikro organisma. Bentuk Tds
dapat dilihat pada Gambar 3.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


36
Gambar 3 Tds meter

Salah satu cara untuk mengukur TDS adalah menggunakan alat yang disebut sebagai TDS
meter. Alat ini bisa mengukur berapa jumlah padatan yang terlarut didalamnya dalam satuan
ppm (mg/L) yang ditunjukkan berupa angka digital di displaynya. Cara kerja alat ini adalah
dengan cara mencelupkan kedalam air yang akan diukur (kira-kira kedalaman 5cm) dan
secara otomatis alat bekerja mengukur.
Prosedur Pemakaian
1. Prosedur Memasukan Battery
• Tarik penutup battery (bagian paling atas,bagian warna putih) menggunakan
obeng kecil/kuku. Bisa ditarik sampai lepas karena tidak terhubung kabel
apapun,
• Masukkan 1 buah batu baterai kancing dengan posisi yang pas,
• Maka otomatis akan muncul angka-angka di layar. Itu menandakan TDS&EC
Meter sudah aktif. Segera tekan tombol ON/OFF untuk mematikan Unit,
• Pasang kembali penutup battery dengan cara menekannya kembali ke dalam,
• Selesai.
2. Prosedur Memakai TDS Meter
• Pegang unit TDS Meter, lepas Protective cap (tutup bawah), celupkan bagian
elektroda pada air/larutan yang akan di ukur TDS nya (Jangan melebihi batas
immersion level). Tekan tombol ON/OFF untuk menghidupkan alat. Lalu
Stir (aduk-aduk/putar-putar), Tunggu beberapa saat (sekitar 5-10 detik) hingga
layar menunjukan angka yang stabil (angka tidak terus turun atau tidak terus
naik). Jika angka sudah stabil/diam, maka itulah angka hasih pengukuran TDS,

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


37
• Tekan tombol ON/OFF untuk mematikan alat, celupkan bagian elektroda pada
air bersih (TetapJangan melebihi batas immersion level), kemudian lap bagian
luar TDS Meter yang terlihat basah dengan kain halus.
Glukometer
Glucometer adalah alat yang digunakan untuk mengetahui kadar gula darah yang ada di
dalam tubuh. Alat ini merupakan komponen yang sangat penting dalam mengontrol kadar
gula darah bagi pasien. Prinsip kerja glucometer elektroda yang bekerja : Elektron
diproduksi di sini selama reaksi kimia. Elektroda ini terhubung dengan arus ke tegangan
penguat. Referensi elektroda: Diadakan pada tegangan konstan sehubungan dengan elektroda
yang bekerja untukmendorong reaksi kimia yang diinginkan. Kontra elektroda: saat ini
mensuplai ke elektroda yang bekerja. Glukosa meter hanya menggunakan dua elektroda,
elektroda referensi dan elektroda kerja. Sebuah tegangan referensi yang tepat (VREF)
diterapkan pada elektroda referensi dan tegangan bias yang tepat. Cara pemakaian alat
glukometer dapat dilihat pada Gambar 4

Gambar 4. Alat Glukometer

Penjelasan :
• Siapkan alat glucometer dan strip,
• Pasang batrai pada bagian belakang alat, kemudian pasang memory card pada
bagian atas alat glucometer,
• Hidupkan alat glucometer dengan menekan tombol on pada alat,
• Pasang strip pada bagian atas/bawah alat glucometer (sampai timbul simbol hati
berkedip-kedip, jika keluar symbol x berarti strip tidak bisa dipakai),
• Teteskan sampel yang akan dianalisa kadar glukosanya (sampai berbunyi)
• Kemudian biarkan sampai alat glucometer selesai membaca.
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
38
• Catat berapa yang terbaca pada alat glucometer.

Alkoholmeter
Alkohol meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar alcohol suatu cairan
misalnya di alkohol dan bisa juga di methanol. Alat alcohol meter dapat dilihat pada
Gambar 5

Gambar 5 .Alat alcohol meter

Cara penggunaan Alat Alkohol meter


1. Siapkan alat dan bahan,
2. Pindahkan bahan (sampel) dalam labu ukur besar 1000 ml
3. Kemudian celupkan alat alkohol meter
4. Catat berapa persen alkohol yang terbaca pada alat.

Kadar air
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari
bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air darisuatu bahan pangan sangat
penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang
tepat. Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa metode,
yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metodekimia, dan metode
khusus (kromatografi, nuclear magnetic resonance / NMR). Pada praktikum kali ini, metode
yang digunakan adalah metode pengeringan dengan oven biasa dan metode destilasi. Metode
oven memiliki beberapa kekurangan, yaitu bahan lain ikut menguap, terjadi penguraian
karbohidrat menghasilkan air yang ikut terhitung, ada air yang terikat kuat pada bahan yang
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
39
tidak terhitung. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus didapatkan
berat konstan, yaitu berat bahan yang tidak akanberkurang atau tetap setelah dimasukkan
dalam oven. Berat sampel setelah konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam
sampel telah menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat
dalam sampel, setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air
dalam bahan.
Metode analisis kadar air secara langsung terbagi menjadi 3 macam, yaitu sebagai
berikut :
1. Metode gravimetric (pengeringan dengan oven)
2. Metode oven udara
3. Metode oven vakum

Cara kerja analisa kadar air


• Cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit
• Kemudian didiinginkan dalam desikator.
• Ambil cawan kering dengan penjepit lalu timbang cawan kering yang sudah
didinginkan.
• Lakukan penimbangan 1-2 g contoh pada cawan tersebut.
• Kemudian masukan kedalam oven sampai didapat bobot konstan.

Mikroskop
Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains,
khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat
mengamati obyek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Bagian mikroskop dapat
dilihat pada Gambar 6.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


40
Gambar 6. Mikroskop dan Bagian-Bagiannya
Komponen-komponen mikroskop :
a) Kaki
Berfungsi untuk menopang dan memperkokoh kedudukan mikroskop.
b) Lengan
Digunakan untuk memegang mikroskop pada saat memindahkan mikroskop.
c) Cermin
Berfungsi untuk memantulkan cahaya.
d) Kondesor
Berfungsi untuk mengumpulkan sinar, kondensor tersusun dari lensa gabungan.
e) Diagfragma
Berfungsi untuk mengatur banyangan sinar yang masuk, dengan mengatur bukaan
iris.
f) Meja Preparat
Merupakan tempat meletakkan objek (preparat) yang akan dilihat. Objek diletakkan
di meja dengan penjepit. Dibagian tengah meja terdapat lengan untuk dilewati sinar.
g) Tabung
Dibagian atas tabung melekat lensa okuler dengan perbesaran tertentu. Dibagian
bawah tabung terdapat alat yang disebut revover. Pada revolver terdapat lensa
objektif.
h) Lensa Objektif

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


41
Lensa ini menentukan srtuktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan
akhir. Cirri penting lensa objektif adalah memperbesar bayangan objek dengan
perbesaran bermacam-macam.
i) Lensa Okuler
Berfungsi untuk mengatur kedudukan lensa objektif terhadap objek yang akan dilihat.
Pada mikroskop dengan tabung lurus/tegak, pengatur kasar dan halus untuk
menaikturunkan tabung sekaligus lensa objektif.
j) Pengatur Kasar dan Halus
Komponen ini terlihat pada bagian lengan dan berfungsi untuk mengatur kedudukan
lensa objektif terhadap objek yang dilihat.

Jar Test
Jar Test secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu metode untuk
mendapatkan proses yang optimal dengan penambahan sejumlah bahan kimia ( koagulan dan
flokulan ) pada dosis tertentu dan kondisi tertentu.

Dari definisi tersebut, Jar Test selain dipergunakan untuk menentukan dosis chemical yang
paling tepat juga dapat digunakan untuk menentukan jenis bahan kimia yang paling tepat
untuk proses koagulasi pada air.

Jar Test dilakukan pada skala laboratorium, sehingga Jar test adalah langkah pra
pengolahan.Jar Test biasa diaplikasikan pada pengelolaan air limbah ( Instalasi Pengolahan
Limbah Cair /IPAL ) dan atau sebagai cara penjernihan air pada pengolahan air minum.
Prinsip dasar Jar Test adalah membandingkan hasil koagulasi dan pengendapan yang
terbentuk setelah sejumlah tertentu air ( air limbah ) ditambahkan dengan sejumlah dosis
bahan koagulan dan flokulan pada suhu kamar disertai pengadukan kontinyu. Bentu jar Test
dapat dilihat pada Gambar 7.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


42
Gambar 7. Jar Test

AAS (ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY)


AAS yaitu suatu instrument dalam ilmu kimia analitik yang digunakan untuk
menentukan kadar suatu unsur dalam senyawa berdasarkan serapan atomnya. Dikembangkan
oleh Walsh 1953. Digunakan untuk analisis senyawa anorganik, atau logam (gol alkali tanah,
dan gol unsure transisi). Spectrum yang diukur di daerah UV-Vis. Syarat utama sampel yang
diukur adalah larutan jernih. Sumber radiasi: HCL (Hollow Cathode Lamp). Membutuhkan
bahan pembentuk nyala api terdiri dari fuel dan oxidant.
Bagian- bagian dari AAS :
1. Sumber sinar
2. Sistem pengatoman (Atomizer)
3. Monokromator
4. Detektor
Sistem pembacaan

Prinsip Kerja :
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan
absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar
dinaikan tingkat energinya ketingkat eksitasi. Keberhasilan analisis ini tergantung pada
proses eksitasi dan memperoleh garis resonansi yang tepat.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


43
Cara Kerja AAS :
Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen berikut :
1. Unit atomisasi
2. Sumber radiasi
3. Sistem pengukur fotometrik
Atomisasi dapat dilakukan dengan baik dengan nyala maupun dengan tungku. Untuk
mengubah unsure metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas.
Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses atomisasinya
sempurna. Biasanya temperatur dinaikkan secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus
mendisosiasikan senyawa yang dianalisis. Bila ditinjau dari sumber radiasi, haruslah bersifat
sumber yang kontinyu. Di samping itu sistem dengan penguraian optis yang sempurna
diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang semonokromator
mungkin.
Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsure
yang spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar hallow cathode. Dengan pemberiaan
tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar, dan atom-atom logam katodenya akan
teruapkan dengan pemercikkan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada
panjang gelombang tertentu.

Pemakaian Analitis AAS :


Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam anlisis. Ini disebabkan diantaranya oleh
kecepatan analisisnya, ketelitiannya sampai tingkat runut, tdak memerlukan pemisahan
pendahuluan. Kelebihan kedua adalah kemungkinannya untuk menentukan konsentrasi
semua unsure pada konsentrasi runut. Ketiga, sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan
pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsure dengan
kehadiran unsure lain dapat dilakukan asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia.
AAS dapat digunakan sampai 61 logam. Bentuk AAS dapat diihat pada Gambar 8.
.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


44
Gambar 8.Alat AAS (Atomic Absorption Spectrofotometri)

Sensitivitas dan batas deteksi merupakan 2 parameter yang sering digunakan dalam AAS.
Sensitivitas didefinisikan sebagai konsentrasi suatu unsure dalam larutan air (µg/ ml) yang
mengabsorpsi 1 % dari intensitas radiasi yang datang. Sedangkan batasan deteksi adalah
konsentrasi suatu unsure dalam larutan yang memberikan sinyal setara dengtan 2 kali deviasi
standar dari suatu seri pengukuran standar yang konsentrasinya mendekati blangko atau
sinyal latar belakang.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


45
JURUSAN TEKNIK KIMIA Praktikum
MODUL FAKULTAS TEKNOLOGI Pengantar Teknik
3 INDUSTRI Kimia I

JUDUL MODUL : MEMBUAT LARUTAN DAN PENENTUAN pH LARUTAN

KOMPETENSI :

1. Mahasiswa mampu membuat larutan dengan zat terlarutnya padat dan cair, dengan pa
berbagai macam konsentrasi (M,N,m,% berat, % volume, % berat/vol, ppm, pbb)

2. Mahasiswa mampu menentukan kosentrasi NaOH dengan cara titrasi dengan


larutanstandar asam (larutan standar primer).

3. Mahasiswa mampu menghitung pH larutan pada saat titrasiasam basa.

PARAMETER :
INPUT :
• Massa zat padat dan zat cair
• Larutanstandar Primer (Asam oksalat)
• Larutan NaOH
• Larutan uji
OUTPUT:
• Molaritas
• Normalitas
• Molalitas
• % berat, %
• volume, %
• berat/volume.
• ppm dan pbb
• pH

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


46
VARIABEL :
• Pelarut
• Larutan

ALAT :
• Kaca arloji
• timbangan analitis
• Spatula
• Corong
• Gelas piala 250 ml
• Gelas ukur 50 ml
• Labu semprot
• Labu ukur 100 ml
• Pipet gondok10 ml
• Pipet takar 10 ml
• Pipet tetes
• Buret
• Klem dan Statif
• Erlenmeyer 250 ml

BAHAN :
• NaOH Kristal
• HCl pekat
• Aquadest
• HCl 0.1 N
• NaOH 0.1 N
• Asam oksalat
• Indikator PP
• Indikator methyl red
• garam dapur

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


47
TEORI
Larutan
Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat. Air alam seperti air laut,air
sumur,air sungai dan air ledeng semuanya adalah larutan dimana air adalah sebagai pelarut
dan zat-zat lain seperti garam-garam dan oksigen terlarut didalamnya dalam jumLah tertentu.
Kita tidak mempermasalahkan berapa jumlah garam-garam terlarut dalam air laut seperti
NaCL yang jumlahnya lebih banyak didalam air, makanya air laut itu asin dibandingkan
dengan air yang lainnya.
Selain itu di dalam kehidupan sehari-hari kita juga mengenal larutan encer dan larutan
pekat misalnya sedikit gula kita masukan kedalam satu gelas air, kita katakan larutan encer
sebaliknya dikatakan larutan pekat. Encer atau pekatnya suatu larutan didalam ilmu kimia
dinyatakan sebagai “ konsentrasi “ larutan. Konsentrasi larutan menunjukan sejumlah berat
atau volume zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu pelarut. Konsentrasi larutan
dinyatakan dalam :Molar,Normal, Molal dan lain-lain. Pada percobaan ini kita akan
mempelajari cara membuat larutan dengan konsentrasi Molar, Normal, % berat, dan %
volume(% b/v ).
• Membuat larutan dengan zat terlarut zat padat.
1. Normalitas ( N ) , yaitu jumLah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Contoh : NaOH 1 N berarti dalam 1 liter larutan NaOH terdapat 1 mol ekivalen
NaOH.
Untuk menghitung konsentrasi larutan, atau untuk membuat larutan dengan
konsentrasi normal dapat digunakan rumus :
G 1000
N= x
BE V

dimana, G = berat zat ( gram )


V = Volume larutan (mL)
BE = Berat ekivalen

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


48
= Mr Zat terlarut
n
n = valensi zat terlarut
G 1000
jadi, N = x x valensi
Mr V
2. Molaritas ( M ) , yaitu jumLah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Contoh : KOH 1 M berarti ada 1 mol KOH dalam 1 liter larutan.
Untuk menghitung konsentrasi larutan atau untuk membuat larutan dengan
konsentrasi molar, dapat dipakai rumus :
G 1000
M = x
Mr V
3. Persen berat / berat (% b/b) , yaitu berat zat terlarut (gram) dalam 100 gram
larutan.
Contoh : NaCl 10 %, berarti dalam 100 gr larutan terdapat 10 gr NaCl, atau dalam 90
mL air (Bj air = 1 gr/mL) terdapat 10 gr NaCl.

4. Persen berat / volume ( % b/v ) : berat zat terlarut ( gram) dalam 100 mL larutan.
Contoh : NaCl 10 % ( b/v ), berarti terdapat 10 gr NaCl dalam 100 mL larutan.
Berat zat terlarut
%b =
v 100 ml laru tan

• Membuat larutan dengan zat terlarut zat cair.


Menggunakan rumus pengenceran :
V1 x C1 = V2 x C2
dimana C = konsentrasi ( N, M, %)
Rumus mana yang akan dipergunakan tergantung konsentrasi larutan yang akan dibuat.
Cara Menghitung Konsentrasi
Perhatikan reaksi berikut :
XA + yB → Produk

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


49
Selama titrasi larutan yang mengandung A dengan konsentrasi NA bereaksi dengan
larutan B dengan konsentrasi NB. JikaVA larutan A bereaksi dengan VB larutan B, maka
jumlah mol A dalam VAL :
VA
VA L = N A x
1000

Dan jumlah mol B dalam VBL :


VB
VB L = N B x
1000
Untuk reaksi sempurna :

Jumlah Mol A X
=
Jumlah Mol B Y
Oleh karena itu : (N A ) =
X

(N B ) VB 

Y
 1000 

Dengan VA dan VB dalam ml dan VA dan VB dalam mol L-1.


Misalnya untuk reaksi :
2NaOH + (COOH)2→ (COONa)2 + 2H2O
Jika N1 adalah kenormalan NaOH dan V1 Volume NaOH sedangkan N2 adalah kenormalan
(COOH)2 dan V2 adalah volume (COOH)2 maka :

V1 N1 2
= V1 N1 = V2 N 2 × 2
V2 N 2 1
Dengan cara lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
1 mol (COOH)2 = 2 Ekivalen
1 mol NaOH = 1 Ekivalen
1 Ekivalen (COOH)2 bereaksi dengan ½ ekivalen NaOH
Oleh karena itu :
V (NaOH) x N (NaOH) x 1 = V (Asam Oksalat) x N (Asam Oksalat) x 2
Untuk menentukan konsentrasi dapat juga dilakukan dengan cara titrasi. Titrasi yaitu
proses mereaksikan zat yang sudah diketahui konsentrasinya dengan zat yang akan diketahui
konsentrasinya dengan menggunakan buret. Titrasi asam basa adalah analisa volumetri yang
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
50
berdasarkan pada reaksi penetralan dimana sejumlah volume asam dan basa salah satu
konsentrasinya diketahui.Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi
netralisasi.Dalam titrasi ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan
standar basa. Pada prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu
H++OH- H2 O
Titik akhir/titik ekivalen adalah titik sasat terjadinya penetralan antara H+ dan OH–
atau titik disaat berakhirnya titrasi yang ditunjukkan oleh indikator.Dalam menganalisis
sampel yang bersifat basa, maka kita dapat menggunakan larutan standar asam, metode ini
dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat
asam, kita akan menggunakan lartan standar basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri.
Asidimetri merupakan penentuan konsentrasi basa dengan larutan standar
asam.Alkalimetri merupakan penentuan konsentrasi asam dengan larutan standar basa.Jadi
asidimetri dan alkalimetri diartikan sebagai titrasi yang berdasarkan reaksi netralisasi asam
dengan basa.Pada titik ekivalen, jumlah asam yang dititrasi ekivalen dengan jumlah basa
yang dipakai.Untuk menentukan titik ekivalen ini biasanya dipakai suatu indikator asam-
basa, yaitu suatu zat yang dapat berubah warnanya tergantung pada pH larutan.Jika pada
suatu titrasi dengan indikator tertentu timbul perubahan warna, maka titik akhir titrasi telah
tercapai. Titik akhir titrasi tidak selalu sama dengan titik ekivalen dan selisihnya disebut
kesalahan titrasi. Indikator dapat berupa asam atau basa lemah.
• Larutan Standar
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa diperlukan suatu larutan
baku, yaitu suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan pasti dan biasanya
berupa larutan standar primer, dapat dipakai larutan asam oksalat.
Larutan standar skunder merupakan larutan standar yang konsentrasi tepatnya dapat
diketahui berdasarkan hasil standarisasi dengan larutan standar primer karena larutan standar
sekunder konsentrasinya selalu tidak stabil.
Untuk mengamati titik ekivalen dipakai indikator, saat terjadi perubahan warna disebut
titik akhir sedangkan indikator itu adalah senyawa asam organik lemah atau basa organik
lemah pada pH tertentu mempunyai warna tertentu.Indikator asam dan basa dapat dilihat
pada Tabel 1.1
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
51
Tabel 1.1 Beberapa Indikator Asam – Basa
Nama Jenis Trayek Warna Asam Warna Basa
Asam Pikrat Asam 0,1 – 0,8 Bening Kuning
Biru Timol Asam 1,2 – 2,8 Merah Kuning
2,6 Nitrotenol Asam 2,0 – 4,0 Bening Kuning
Kuning Metil Basa 3,1 – 4,4 Merah Kuning
Jingga Metil Basa 2,9 – 4,0 Merah Jingga
Hijau Brom Kresa Asam 3,8 – 5,4 Kuning Biru
Lakmus 4,9 – 8,3 Merah Biru
Baru Brom Timol Asam 6,0 – 7,6 Kuning Biru
Merah Fenol Asam 6,4 – 8,0 Kuning Merah
Phenol Phloen Asam 8,2 – 10,0 Bening Merah
Timol Phloen Asam 9,3 – 10,5 Bening Biru
Metil Merah Basa 4,2 – 6,3 Merah Kuning

A. Cara Kerja :
A. Pembuatan Larutan :
a. Zat terlarut zat padat :
- Hitung berat molekul atau Mr/BM dari zat padat tersebut.
- Timbang zat padat dengan gelas piala 50 mL
- Tambahkan aquadest 25 ml dan aduk dengan batang pengaduk.
- Pindahkan kelabu ukur. Bilas gelas piala dan pengaduk beberapa kali dan
pindahkan ke labu ukur tersebut. Paskan volume pada labu ukur sampai tanda
batas. Pindahkan ke botol reagen dan diberi label nama zat dan konsentrasinya,
tanggal pembuatan dan kelompok yang membuat.
b. Zat terlarut zat cair :
- Ketahui Normalitas atau Molaritas kepekatan larutan induk dari larutan yang akan
di buat.
- Hitung volume larutan induk yang akan dibuat (gunakan rumus V1 . N1 = V2 . N2)
- Pipet larutan induk sesuai dengan perhitungan yang telah dibuat dengan pipet takar
atau gelas ukur.(jika menggunakan pipet, gunakan bantuan bola karet hisap,
jangan gunakan mulut untuk menghisap pipet)
- Masukkan ke dalam labu ukur atau gelas piala yang tersedia. Bilas pipet takar atau
gelas ukur yang digunakan beberapa kali

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


52
- Tambahkan aquadest sampai tanda batas, dikocok hati-hati.
- Pindahkan ke botol reagen dan beri labelnama zat dan konsentrasinya, tanggal
pembuatan dan kelompok yang membuat.

B. Titrasi NaOH dengan Asam oksalat 0,1 N


1. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 N.
2. Pipet 10 ml asam oksalat 0,1N dan masukan kedalam erlenmeyer.
3. Tambahkan 3 tetes indicator PP.
4. Titrasi asam oksalat dengan larutan NaOH dari dalam buret tersebut.
5. Hentikan titrasi bila timbul warna merah muda yang tidak hilang dalam
pengocokan seterusnya.
6. Hitung kenormalan larutan NaOH yang dianalisis.
7. Ulangi percobaan dengan menggunakan indicator methyl red dan methyl
orange.
C. Mengukur pH larutan
1. Pipet 10 ml asam oksalat 0,1 N dan masukan kedalam erlenmeyer
2. Tambahkan 3 tetes indicator PP. Ukur pH Larutan tersebut dengan pH meter
dan catat data yang tampil di display.
3. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 N.
4. Tambahkan 1 mL NaOH yang ada di dalam buret ke dalam Erlenmeyer yang
berisi asam oksalat aduk beberapa saat. Ukur pH nya dengan pH meter. Catat
data yang diperoleh.
5. Tambahkan kembali 1 mL NaOH dari dalam buret dan ulangi langkah ini
sampai diperoleh titik akhir titrasi. (catatan : karena sebelumnya kita telah
melakukan titrasi, maka pada saat penambahan volume NaOH yang mendekati
titik akhir titrasi, sesuaikan dengan volume yang ada di perhitungan, tidak harus
1 mL lagi ditambahkan.)
6. Buat grafik Volume NaOH vs pH larutan dengan kertas grafik. Hitung juga Ka,
Kb dan Kc dari larutan tersebut.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


53
Pertanyaan
1. Apakah syarat suatu indikator yang dapat digunakan dalam titrasi?
2. Sebutkan syarat-syarat / sifat-sifat dari larutan standar primer!
3. Jelaskan apabila dalam suatu analisa yang menggunakan larutan standar sekunder, tidak
dilakukan standarisasi terlebih dahulu.
4. Sebutkan 5 contoh larutan standar primer yang Saudara ketahui!

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


54
JURUSAN TEKNIK KIMIA Praktikum
MODUL FAKULTAS TEKNOLOGI Pengantar
4 INDUSTRI Teknik Kimia I

JUDUL MODUL: MENGENAL REAKSI -REAKSI KIMIA

KOMPETENSI : Mahasiswa mampu membuktikan beberapa jenis reaksi kimia dan


faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan
PARAMETER :
INPUT:
• vol CuSO4
• vol NaOH
• H2S04

OUTPUT:
• Perbandingan massa zat secara teoritis dengan massa zat menurut percobaan
• Menghitung stoikiometri reaksi kesetimbangan

ALAT :
• Tes tube
• Pipet takar 10 ml
• Pipet tetes
• Rak tabung reaksi
• Corong
• Gelas piala 250 ml
• Ampelas
• Timbangan
• Alat pengering

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


55
• Pipet takar
• Gelas ukur 100 ml
• Batang pengaduk
• Labu ukur 25 ml
• Serbet
• Gunting

BAHAN :
Larutan
• CuSO4
• Larutan NaOH
• Larutan MgSO4
• Logam Mg
• Logam Zn
• K2Cr2O7
• K2CrO4
• HCl
• KMnO4
• Na2S2O3
• H2C2O4
• Na2S2O3 0,1 M
• H2SO4
• ZnSO4
• SbCl3
• FeCl3
• KCNS
• NaH2PO4
• Aquades

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


56
Teori
Reaksi kimia adalah suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi, terbentuk dari
beberapa zat aslinya yang disebut pereaksi. Biasanya suatu reaksi kimia disertai oleh
kejadian-kejadian fisis, seperti : perubahan warna, terbentuknya endapan, pelepasan gas dan
pelepasan energi serta penyerapan energi.Jika terjadi reaksi kimia, , dapat diamati 3 macam
perubahan, yaitu :
a. perubahan sifat
b. perubahan susunan
c. perubahan energy
Semua perubahan kimia tentu induk pada hukum pelestarian hukum energi dan hukum
pelestarian energi massa.Hukum-hukum dasar kimia yaitu :
1. Hukum Lavoisier (Hukum kekekalan massa)
Lavoisier maenyimpulkan hasil penemuannya dalam suatu hukum yang disebut
Hukum Kekekalan Massa : “ Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama.”
2. Hukum Proust (Hukum Perbandingan Tetap), Proust menyimpulkan bahwa
:perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tertentu dan tetap.
3. Hukum Dalton (Hukum Kelipatan Berganda), Yaitu berkaitan dengan pasangan unsur
yang dapat membentuk lebih dari satu jenis senyawa.
Dalam percobaan ini keempat Hukum Dasar Kimia tersebut sudah dicakup yaitu Hukum
Lavoiser menyangkut berat zat sebelum dan sesudah reaksi, Salah satu jenis reaksi yang akan
dilakukan dalam percobaan ini adalah reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang
disertai perubahan bilangan oksidasi.Setiap reaksi redoks terdiri atas reaksi-reaksi reduksi
dan reaksi oksidasi.Reaksi oksidasi adalah reaksi kimia yang ditandai kenaikan bilangan
oksidasi.Sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi kimia yang ditandai penurunan bilangan
bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom
jika seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain yang keelektronegatifannya lebih
besar. Jika kedua atom diberikan maka atom yang keelektronegatifannya lebih kecil lebih

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


57
positif sedangkan atom yang keelektronegatifannya lebih besar memiliki bilangan oksidasi
negatif.
Contoh reaksi :
5(COOH)2+ 2KMnO4 + 3H2SO4  10CO2 + 8H2O + K2SO4 + 2MnSO4
Ce4+ + Fe2+⇔ Ce3+ + Fe3+
I2 + 2Na2S2O3 ⇔ 2NaI + Na2S2O3
Pengertian Kesetimbangan Kimia
Seperti yang diuraikan di atas bahwa pengertian kesetimbangan kimia adalah keadaan
reaksi bolak-balik dimana laju reaksi reaktan dan produk sama dan konsentrasi keduanya
tetap. Kesetimbangan kimia hanya terjadi pada reaksi bolak-balik dimana laju terbentuknya
reaktan sama dengan laju terbentuknya produk. Reaksi akan terjadi terus menerus secara
mikroskopis sehingga disebut kesetimbangan dinamis.
Le Chatelier (1884) merumuskan pengaruh gangguan-gangguan terhadap kesetimbangan
kimia dalam suatu prinsip yang mencakup keseluruhan kemungkinan pergeseran. Prinsip
tersebut menyatakan bahwa setiap gangguan yang merubah faktor kesetimbangan akan
mengakibatkan pergeseran kesetimbangan ke arah yang melawan gangguan tersebut.
Faktor faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia adalah :
1. Perubahan volume campuran.
• Jika volume diperbesar maka kesetimbangan bergeser ke arah zat dengan umlah
koefisien yang lebih besar
• Jika volume diperkecil maka kesetimbangan bergeser ke arah zat dengan jumlah
koefisien yang lebih kecil.
2. Perubahan Tekanan Campuran
• Jika tekanan diperbesar (volume diperkecil), reaksi akan bergeser ke arah jumlah mol
gas atau koefisien yang lebih kecil.
• Jika tekanan diperkecil (volume diperbesar, reaksi akan bergeser ke arah jumlah mol
gas atau koefisien yang lebih besar
3. Pengaruh konsentrasi
• Jika konsentrasi zat diperbesar reaksi akan bergeser dari arah zat tersebut.
• Jika salah satu konsentrasi zat diperkecil, reaksi akan bergeser ke arah zat tersebut.
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
58
4.Pengaruh Temperatur (Suhu)
• Jika suhu dinaikkan, reaksi akan bergeser ke arah reaksi endoterm.
• Jika suhu diturunkan, reaksi akan bergeser ke arah reaksi eksoterm.

PROSEDUR KERJA :
1. Hidupkan timbangan digital. Setelah angka menunjukkan 0, taruh sebuah gelas piala.
Tunggu beberapa saat .baca angka yang keluar pada layar display (dalam satuan gram).
Catat data tersebut. Kemudian tekan tombol “TARE” untuk me-nol-kan kembali. Taruh
sebuah test tube kedalam gelas piala tersebut, catat data pada display, kemudian tekan
tombol Tare untuk menolkan kembali. Begitulah seterusnya untuk melakukan prosedur
penimbangan.
2. Pipet 5 ml larutan CuSO4 dengan pipet takar dan masukkan ke dalam testube yang telah
ditimbang tadi. Catat berat larutan yang diperoleh pada display timbangan. Kemudian
nol kan timbangan.
3. Pipet 5 ml NaOH 0,2 M, dan tambahkan ke dalam larutan CuSO4 yang ada di dalam test
tube. Catat data penimbangan. Keluarkan gelas piala dan testube yang berisi campuran
CuSO4dan NaOH dari timbangan. Goyang-goyang test tube selama 5 menit.
4. Timbang kertas saring dan catat datanya. Siapkan alat penyaringan.
5. Saring larutan tersebut dengan kertas saring yang telah ditimbang, jika diperlukan bilas
test tube agar semua endapan bisa dikeluarkan. kemudian keringkan kertas saring
dengan alat pengering / hair dryer. Setelah kering kertas saring yang berisi endapan
ditimbang.
6. Pada laporan buat perhitungan secara teoritis dan dibandingkan dengan hasil praktikum
yang diperoleh.
7. Masukkan 2 pipet larutan CuSO4 0,5 M, masukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan
sepotong logam Mg. Biarkan beberapa menit. Catat apa yang terjadi.Lakukan
sebaliknya, dengan memasukkan logam Cu ke dalam larutan MgSO4 0.5 M. catat apa
yang terjadi. Jelaskan keadaan di atas dengan menggunakan daftar potensial elektroda
reduksi.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


59
8. Pipet 1 ml K2Cr2O7 ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 pipet NaOH 2 N. amati yang
terjadi.Tambahkan 1 pipet HCl 4 N. amati yang terjadi.
9. Pipet 1 ml K2CrO4 ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 pipet HCl 2 N. amati yang
terjadi.Tambahkan 1 pipet NaOH 4 N. amati yang terjadi.
10. Pipet 1 ml KMnO4 ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 pipet NaOH 2 N. amati yang
terjadi
11. Pipet 1 ml KMnO4 ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 pipet HCl 2 N. amati yang
terjadi
12. Masukkan kira-kira 3 mL larutan Na2S2O3 0,1 M ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 2
tetes larutan kanji, kemudian tetesi dengan larutan Iodin tetes demi tetes hingga
campuran berwarna biru-ungu. (Warna biru-ungu menunjukkan bahwa Na2S2O3 telah
habis bereaksi).
13. Dipipet 10ml larutan (COOH)2 0,05 M ke dalam 3 buah erlenmeyer
14. Ditambahkan 15 ml aquades ke dalam masing-masing Erlenmeyer, tambahkan
perlahan-lahan 25 ml larutan H2SO4 3 M
15. Cuplikan dipanaskan sampai suhu 70-80oC, suhu diukur dengan thermometer, dititrasi
dalam keadaan panas dengan KMnO4 0,02 M dalam buret, warna KMnO4 sebagai
indicator
16. Ampelas lempengan seng dan tembaga hingga bersih, kemudian potong secukupnya,
masing-masing 2 potong
17. Siapkan empat tabung reaksi yang bersih dan beri nomor 1 sampai 4, isilah keempat
tabung itu sebagai berikut.
18. Tabung 1 dengan larutan CuSO4 4ml,
19. Tabung 2 dengan larutan ZnSO4 4ml,
20. Tabung 3 dan 4 dengan larutan HCl masing-asing 4 ml.
21. Tambahkan lempeng seng ketabung 1 dan 3, sedangkan lempeng tembaga kedalam
tabung 2 dan 4.
22. Catat pengamatan anda.
23. Masukan 2 ml air kedalam tabung reaksi dan teteskan beberapa tetes SbCl3 reaksi terjadi
dan terbentuk endapan putih. Kesetimbangan yang terjadi adalah sebagai berikut :
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
60
SbCl3 + H2O SbOCl + 2HCl + X KaI
Sekarang robahlah kesetimbangan sebagai berikut :
- Panaskan larutan diatas kemanakah kesetimbangan bergeser ?
- Kemudian dinginkan kembali dengan merendamkan tabung kedalam air .
- Apakah reaksinya eksotem atau endoterm ?
- Tambahkan kedalam larutan diatas beberapa tetes HCl pekat sambil dikocok
apakah yang terjadi ?kearah mana kesetimbangan bergeser ?
a. pengukuran konsentrasi larutan pada saat setimbang.
FeCl3 + 3KCNS Fe(CNS)3 + 3KCl
larutan standar Fe(CNS)3
- siapkan 5 buah labu ukur 25 ml. beri label 1,2,3,4,5. isi masing-masing labu ukur
dengan larutan FeCl3 0,01 M ; 0 ml, 1,5 ml, 3,0 ml, 4,5 ml, 6,0 ml. Tambahkan ke
dalam masing masing labu ukur 15 ml KSCN 0,01 M. paskan volume sampai tanda
batas. Catat pengamatan yang diperoleh dan hitung berapa konsentrasi masing-
masing labu.
- Pindahkan ke kuvet dan ukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 495
nm. Catat pembacaan transmitan atau absorban yang diperoleh.
larutan sampel.
- Pipet 2 ml larutan FeCl3 0,01 M dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
tambahkan 50 ml KSCN 0,01 M, paskan volume sampai 100 mL.
- Siapkan 4 buah gelas piala 50 ml dan beri label 1,2,3,4.
- Bagi sama banyak (masing-masing 25 ml) larutan dalam labu ukur kedalam masing-
gelas piala.
Gelas piala 1 ; tanpa penambahan apapun
Gelas piala 2 ; tambahkan 0,5 ml FeCl3 0,01 M
Gelas piala 3 ; tambahkan 0,5 ml KCNS 0,01 M
Gelas piala 4 ; tambahkan 0,5 ml NaH2PO4 0,01 M
- diamkan beberapa saat dan pindahkan ke kuvet. Ukur dengan spektro dan catat
pembacaan transmitan atau absorban.
- Buat kurva kalibrasi standard dan hitung Tetapan kesetimbangan.
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
61
Perubahan Suhu terhadap kesetimbangan
CuSO4.5H2O(s) ↔ CuSO4(s) + 5H2O(g) ∆H = +1508 kJ mol–1
Biru Putih
1. Timbang Cawan Penguap kosong dan catat beratnya. Tambahkan 5 gram CuSO4.5H2O
ke dalam cawan penguap. Panaskan cawan penguap pada suhu 105 0C sampai warna
Kristal berubah menjadi putih. Dinginkan beberapa saat dan timbang berat
cawan+Kristal. Tambahkan 1 tetes air ke dalam cawan dan timbang. Catat data
pengamatan dan penimbangan.

PERTANYAAN DAN TUGAS :


1. Tulislah persamaan reaksi dari percobaan-percobaan di atas.
2. Buatlah perhitungan stokiometri berdasarkan data hasil percobaan untuk mengetahui
berat zat sebelum dan sesudah reaksi. Jangan buat perhitungan spekulasi karena hsil
tersebut akan merugikan saudara.
3. Apabila volume dan konsentrasi zat yang direaksikan tepat serta reaksinya terjadi
dengan sempurna, buatlah perhitungan stoikiometri teoritisnya untuk mengetahui berat
zat sebelum dan sesudah reaksi.
4. Bandingkan hasil perhitungan secara teoritis dengan hasil perhitungan data hasil
percobaan, apakah sesuai dengan teori, mengapa demikian halnya? Berikan beberapa
kemungkinan penyebabnya.
5. Jelaskan kenapa warna kedua lapisan jika system tidak dalam keadaan setimbang
berubah-ubah.
6. Jelaskan kenapa warna masing-masing lapisan jika system dalam keadaan setimbang
adalah tetap.
7. .Bagaimana pendapat Le Chatelier mengenai kesetimbangan.
8. . Bila kesetimbangan gas berikut :
2A + B C + D + x kal
Kemana kesetimbangan bergeser bila :
a. Ditambah C, b. Volume diperbesar, c. Tekanan diperbesar, d.Suhu
diturunkan, e. Ditambah katalisator.
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
62
JURUSAN TEKNIK KIMIA Praktikum
MODUL FAKULTAS TEKNOLOGI Pengantar Teknik
5 INDUSTRI Kimia I

JUDUL MODUL : IDENTIFIKASI KATION DAN ANION

KOMPETENSI :
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kation dan anion
2. Mahasiswa mampu mengenali beberapa reaksi identifikasi anion, dan penentuan
kadar Cl- secaraMohr
3. Mahasiswa mampu mengenali beberapa reaksi identifikasi kation, dan penentuan
Ca+2 dalam CaCO3 secara kompleksometri.

PARAMETER :
INPUT :
• CaCO3
• NaCl
OUTPUT:
• Menghitung kadar Cl-
• Menghitung kadar Ca+2

ALAT :
• pH meter,
• Neraca analitik,
• Buret 50 mL,
• Erlenmeyer 250 mL,
• Gelas kimia 300 mL,
• Pipet gondok volume 25 mL dan 5 mL,
• Labu ukur 100 mL,
• Statif dan klem,

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


63
• Bulp,
• Botol semprot,
• Corong
.BAHAN :
• Aquabides,
• Aquades,
• Buffer natrium hidroksida (NaOH) 2 M,
• Indikator EBT,
• Kalsium karbonat (CaCO3),
• Natrium etilen diamin tetra asetat (Na2EDTA) 0,089 M.
• NaCl (Garam dapur)
• Larutan AgNO3
• Larutan asam kromat (H2CrO4) 0.1M

TEORI
Penentuan kadar Ca+2(calsium) dalam CaCO3 secara kompleksometri (kuantitatif)
a. Metode Analisis Volumetri atau Titrimetri
Analisis volumetri adalah bagian dari analisis kimia kuantitatif untuk menentukan
banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur banyaknya larutan standar
yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan analit (zat yang akan ditentukan). Prinsip dasar
analisis volumetri berdasarkan reaksi :
aA + tT ↔ Hasil
dimana a molekul analit A (titrat) bereaksi dengan t molekul pereaksi T (titran).
Dengan titrasi dimaksudkan suatu proses pengerjaan di mana titran ditambahkan sedikit
demi sedikit melalui buret ke dalam larutan analit untuk mencapai titik ekivalen. Titik
ekivalen dimaksudkan pada saat titrasi dimana jumlah titran yang ditambahkan ekivalen
dengan jumlah analit dalam larutan.Selain itu dikenal juga titik akhir titrasi yaitu saat terjadi
perubahan warna indikator.Selisih antara titik ekivalen dan titik akhir titrasidikenal sebagai
kesalahan titrasi.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


64
Menurut Sitti Chadijah (2001), dalam analisa volumetri reaksi yang terjadi antara
titran dan titrat harus memenuhi syarat-syarat berikut :
Reaksi harus sederhana, mudah dituliskan dengan suatu persamaan reaksi. Analit
harus dapat bereaksi secara kuantitatif dengan titran.
Reaksi harus dapat terjadi dengan cepat (bila perlu tambahkan katalisator atau suhu
tinggi).
Saat titik ekivalen, harus terjadi perubahan baik sifat fisik maupun sifat kimia dalam
larutan yang cukup jelas.
Indikator harus dapat memberikan ketentuan (perubahan warna atau struktur yang
jelas) pada saat tercapainya titik ekivalen.
Menurut M. Sodiq Ibnu, et. al. (2005), jenis metode titrimetri didasarkan pada jenis
reaksi kimia yang terlibat dalam proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka metode
titrimetri dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: asidi-alkalimetri, oksidimetri,
kompleksometri dan titrasi pengendapan.
A. Asidi-alkalimetri didasarkan pada reaksi asam basa atau prinsip netralisasi. Larutan
analit yang berupa larutan asam dititrasi dengan titran yang berupa larutan basa atau
sebaliknya. Metode ini cukup luas penggunaannya untuk penetapan kuantitas analit
asam atau basa. Jika HA mewakili asam dan BOH mewakili basa, maka reaksi antara
analit dengan titran dapat dirumuskan secara umum sebagai berikut :
HA + OH- A- + H2O (analit asam, titran basa)
BOH + H+ B+ + 2H2O (analis basa, titran asam)
Titran umumnya berupa larutan standar asam kuat atau basa kuat, misalnya larutan
asam klorida (HCl) dan larutan natrium hidroksida (NaOH).
B. Kompleksometri didasarkan pada pembentukan kompleks stabil hasil reaksi antara
analit dengan titran. Misalnya reaksi antara Ag+ dan CN- yang mengikuti persamaan
reaksi :
Ag+ + 2CN- Ag(CN)2
Reaksi antara Ag+ dengan CN- dikenal sebagai metode Liebig untuk penetapan
sianida. Reagen lain adalah EDTA (etilen diamina tetraasetat) yang banyak
digunakan sebagai pengompleks berbagai ion logam melalui metode titrasi.
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
65
C. Oksidimetri didasarkan pada reaksi oksidasi – reduksi antara analit dan titran. Analit
yang mengandung spesi reduktor dititrasi dengan titran yang berupa larutan standar
dari oksidator atau sebaliknya. Berbagai reaksi redoks dapat digunakan sebagai dasar
reaksi oksidimetri, misalnya penetapan ion besi(II) (Fe2+) dalam analit dengan
menggunakan titran larutan standar cesium(IV) (Ce4+) yang mengikuti persamaan
reaksi :
Fe2+ + Ce4+ H+
Fe3+ + Ce3+
Oksidator lain yang banyak digunakan dalam oksidimetri adalah kalium permanganat
(KMnO4), misalnya pada penetapan kadar ion besi(II) dalam suasana asam.
D. Titrasi pengendapan didasarkan reaksi pengendapan analit oleh larutan standar titran
yang mampu secara spesifik mengendapkan analit. Metode ini banyak digunakan
untuk menetapkan kadar ion halogen dengan menggunakan pengendap Ag+, yang
reaksi umumnya dapat dinyatakan dengan persamaan :
Ag+ + X- AgX(s) (X- = Cl-, Br-, I-, SCN-)

b. Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi.Contoh dari kompleks
tersebut adalah kompleks logam dengan EDTA.Berbagai logam membentuk kompleks pada
pH yang berbeda-beda. Peristiwa pengompleksan tergantung pada aktivitas anion bebas,
misalkan Y4- (jika asamnya H4Y dengan tetapan ionisasi pK1 = 2,0; pK2 = 2,64; pK3 = 6,16
dan pK4 = 10,26). Ternyata variasi aktivitas Y4- bervariasi terhadap perubahan pH dari 1,0
sampai 10 dan secara umum perubahan ini sebanding dengan (H+) pada pH 3,0 – 6,0.
Menurut Achmad Mursyidi dan Abdul Rohman (2008), cara-cara titrasi dengan
EDTA terbagi menjadi 5, yaitu :
1. Titrasi langsung merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai. Larutan
ion yang akan ditetapkan ditambah dengan dapar, misalnya dapar pH 10 lalu
ditambahkan indikator logam yang sesuai dan dititrasi langsung dengan larutan baku
dinatrium tetra asetat.
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
66
2. Titrasi kembali, cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada
pH yang dikehendaki untuk titrasi. Untuk senyawa yang tidak larut misalnya sulfat,
kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk kompleks yang sangat lambat dan ion
logam yang membentuk kompleks lebih stabil dengan dinatrium tetra asetat daripada
dengan indikator. Pada keadaan demikian, dapat ditambahkan larutan baku dinatrium
tetra asetat berlebihan kemudian larutan di dapar pada pH yang diinginkan dan kelebihan
dinatrium edetat dititrasi kembali dengan larutan baku ion logam.
3. Titrasi substitusi, cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan titik akhir
yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali, atau juga jika ion
logam tersebut membentuk kompleks dengan dinatrium tetra asetat lebih stabil daripada
logam lain seperti magnesium dan kalsium.
4. Titrasi tidak langsung, cara titrasi tidak langsung dapat digunakan untuk menentukan
kadar ion-ion seperti anion yang tidak bereaksi dengan pengkelat. Sebagai contoh
barbiturat tidak bereaksi dengan EDTA akan tetapi secara kuantitatif dapat diendapkan
dengan ion merkuri dalam keadaan basa sebagai ion kompleks 1:1. Setelah pengendapan
dengan kelebihan Hg(II), kompleks dipindahkan dengan cara penyaringan dan dilarutkan
kembali dalam larutan baku EDTA berlebihan. Larutan baku Zn(II) dapat digunakan
untuk menitrasi kelebihan EDTA ini menggunakan indikator yang sesuai untuk
mendeteksi titik akhir.
5. Titrasi alkalimetri, pada metode ini proton dari dinatrium tetra asetat (Na2H2Y)
dibebaskan oleh logam berat dan dititrasi dengan larutan baku alkali sesuai dengan
persamaan reaksi berikut :
Mn+ + H2Y2- ↔ (MY)+n-4 + 2H+
Larutan logam yang ditetapkan dengan metode ini sebelum dititrasi harus dalam suasana
netral terhadap indikator yang dipergunakan.Penetapan titik akhir menggunakan
indikator asam-basa atau secara potensiometri.

Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan menunjukkan
komposisi kimiawi yang tertentu. Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian
pH, misal magnesium (Mg), krom (Cr), kalsium (Ca) dan barium (Ba) dapat dititrasi pada
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
67
pH = 11; mangan (Mn2+), besi (Fe), kobalt (Co), nikel (Ni), seng (Zn), kadmium (Cd),
aluminium (Al), timbal (Pb), tembaga (Cu), titian (Ti) dan vanadium (V) dapat dititrasi pada
pH 4,0 – 7,0. Terakhir logam seperti raksa (Hg), bismut (Bi), kobalt (Co), besi (Fe), krom
(Cr), kalsium (Ca), indium (In), scandium (Sc), titian (Ti), vanadium (V) dan thorium (Th)
dapat dititrasi pada pH 1,0 - 4,0. Etilen diamin tetra asetat (EDTA) sebagai garam natrium
(Na2H2Y) sendiri merupakan standar primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih
lanjut.Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan.Suatu titik ekivalen segera tercapai
dalam titrasi dan akhirnya titrasi kompleksometri dapat digunakan untuk penentuan beberapa
logam pada operasi skala semimikro.
Dalam praktek, kestabilan kompleks-kompleks logam EDTA dapat diubah dengan (a)
mengubah-ubah pH dan (b) adanya zat-zat pengkompleks lain. Maka tetapan kestabilan
kompleks EDTA akan berbeda dari nilai yang dicatat pada suatu pH tertentu, dalam larutan
air EDTA akan memiliki nilai yang berbeda dari nilai yang telah dicatat pada suatu pH
tertentu. Kondisi baru ini dinamakan tetapan kestabilan nampak atau tetapan
kestabilan menurut kondisi.
c. Indikator
Sebagian besar titrasi kompleksometri menggunakan indikator yang juga bertindak
sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda
dengan pengompleksnya sendiri.Indikator demikian disebut indikator
metalokromat. Indikator metalokromik visual yang penting dapat masuk dalam tiga golongan
utama, yaitu: (a) senyawaan hidroksiazo, (b) senyawaan fenolat dari trifenilmetana yang
tersubstitusi oleh hidroksi serta (c) senyawaan yang mengandung suatu gugus
aminometildikarboksimetil. Banyak dari indikator ini juga merupakan senyawaan-senyawaan
trifenil metana.
Menurut Ikhsan Firdaus (2009), beberapa indikator metalokromik yang dapat digunakan,
yaitu :
1. Mureksida
Mureksida dapat digunakan untuk titrasi langsung dengan EDTA terhadap
kalsium pada pH = 11, perubahan warna pada titik akhir adalah dari merah menjadi
violet biru. Perubahan warna pada titrasi langsung dari nikel pada pH 10-11 adalah
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
68
dari kuning menjadi violet biru.Perubahan warna untuk kalsium adalah dari hijau
zaitun melalui abu-abu, menjadi biru mendadak.
2. Hitam Solokrom (Eriochrom Black T)
Zat ini adalah natrium 1-(1-hidroksi-2-naftilazo)-6-nitro-2-naftol-4-
sulfonat(II) dan mempunyai acuan indeks warna C.I.14645. Dalam larutan yang
sangat asam, zat warna ini cenderung untuk berpolimerisasi menjadi produk yang
berwarna coklat-merah, akibatnya indikator ini jarang digunakan dalam titrasi EDTA
dengan menggunakan larutan yang lebih asam daripada pH = 6,5.
Gugus asam sulfonat dalam indikator ini akan menyerahkan protonnya
sebelum range pH 7-12, yang merupakan perhatian paling utama bagi penggunaan
indikator ion logam. Kedua nilai pK untuk atom-atom hidrogen ini masing-masing
adalah 6,3 dan 11,5. Di bawah pH = 5,5, larutan hitam solokrom (Hitam Eriokrom T)
adalah merah, antara pH 7 dan 11 warnanya biru, dan di atas pH = 11,5 indikator ini
berwarna jingga-kekuningan, dalam range pH 7-11, penambahan garam logam
menghasilkan perubahan warna yang cemerlang dari biru menjadi merah.
3. Indikator Patton dan Reeder
Indikator Patton dan Reeder adalah asam 2-hidroksil-1-(2-hidroksi-4-sulfat-1-
naftilazo)-3-naftoat(III); nama ini boleh disingkat menjadi HHSNNA.
Penggunaannya yang utama adalah dalam titrasi langsung dari kalsium, terutama
dengan adanya magnesium.Perubahan warna yang tajam dari merah angur menjadi
biru murni diperoleh bila ion-ion kalsium dititrasi dengan EDTA pada nilai pH antara
12 dan 14.
4. Biru tua solokrom
Biru tua solokrom atau kalkon kadang-kadang disebut Hitam Eriokrom RC,
zat ini sebenarnya adalah natrium 1-(2-Hidroksi-1-naftilazo)-2-nafto-4-sulfonat. Zat
warna ini mempunyai 2 atom hidrogen fenolat yang dapat terionisasi, proton-proton
ini terionisasi secara bertahap dengan pKa masing-masing 7,4 dan 13,5. Suatu
penerapan penting dari indikator ini adalah pada titrasi kalsium secara
kompleksometri dengan adanya magnesium, titrasi ini harus dilakukan pada pH kira-
kira 12,3 (misalnya yang diperoleh dengan suatu buffer dietilamina). Pada kondisi-
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
69
kondisi ini, magnesium diendapkan secara kuantitatif sebagai
hidroksidanya.Perubahan warna adalah dari merah jambu menjadi biru murni.
5. Kalmagit
Kalmagit merupakan asam 1-(1-hidroksil-4-metil-2-fenilazo)-2-naftol-4-
sulfonat (V), mempunyai perubahan warna yang sama seperti hitam solokrom (Hitam
Eriokrom T), tetapi perubahan warnanya agak lebih jelas dan tajam. Kelebihan
indikator ini adalah tetap stabil hampir tanpa batas waktu.Zat ini digunakan sebagai
pengganti Hitam Solokrom (Hitam Eriokrom T) tanpa mengubah eksperimen untuk
titrasi kalsium ditambah magnesium.
B. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini, yaitu sebagai berikut :
1. Pembuatan CaCO3 0,01 M
b. Menimbang 0,1 gram padatan kalsium karbonat (CaCO3) menggunakan neraca
analitik.
c. Melarutkan padatan kalsium karbonat (CaCO3) dengan memberikan sedikit
aquabides dalam gelas kimia.
d. Memindahkan padatan yang telah larut ke dalam labu takar 100 mL.
e. Encerkan sampai tanda batas menggunakan aquabides/aquades dan
menghomogenkan larutan.
f. Menyaring larutan yang telah dibuat menggunakan kertas saring biasa.
1. Titrasi Kompleksometri
a. Memipet 25 mL larutan kalsium karbonat (CaCO3) 0,01 M dan memasukkan ke
dalam erlenmeyer 250 mL.
b. Menambahkan 25 mL aquabides/aquades ke dalam erlenmeyer, mengocok
erlenmeyer.
c. Menambahkan 1 mL larutan buffer (NaOH) 2 M ke dalam erlenmeyer hingga pH
= 12, mengecek pH larutan menggunakan pH meter.
d. Menambahkan 3 tetes indikator EBT ke dalam erlenmeyer dan
menghomogenkan larutan.

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


70
e. Menitrasi larutan dengan Na2EDTA 0,0089 M sampai larutan berubah warna
menjadi biru.
f. Melakukan secara duplo dan menghitung kadar kalsium (Ca) dalam sampel.

PENENTUAN KADAR KHLORIN(CL-) SECARA MOHR


Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi argentometri.Argentometri merupakan
titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-, Br-, I-) atau anion lainnya (CN-, CNS-)
dengan ion Ag+ (argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan perak halida
(AgX) (Cecep, 2011).
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentums, yang berarti perak. Jadi,
argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan dengan ion Ag+.
Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan
volumetri. Dasar titrasi argentometri adalah reaksi pengendapan (presipitasi) dimana zat
yang hendak ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan baku AgNO3. Berdasarkan
indikator yang digunakan, titrasi argentometri dibedakan menjadi 3 metode, yaitu:
1. Metode Mohr. Pembentukan endapan berwarna.
Persis seperti sistem asam-basa bisa digunakan sebagai indikator untuk sebuah titrasi
asam-basa, pembentukan endapan dapat digunakan untuk mengindikasikan selesainya
sebuah titrasi pengendapan.Contohnya titrasi Mohr klorida dengan ion perak, dimana ion
kromat digunakan sebagai indikator.
2. Metode Volhard. Pembentukan kompleks berwarna.
Metode Volhard didasasri oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam larutan asam
nitrit, dengan ion besi (III) digunakan untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat.Metode
ini digunakan untuk titrasi langsung perak dengan larutan standar tiosianat atau untuk
titrasi tidak langsung dengan ion-ion klorida, bromida, dan iodida.
3. Metode Fajans. Penggunaan indikator adsorpsi.
Adsorpsi dari sebuah komponen organik berwarna pada permukaan sebuah endapan
dapat menyebabkan pergeseran elektronik dalam molekul yang mengubah
warnanya.Fenomena ini dapat digunakan untuk mendeteksi titik-titik akhir dari titrasi
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
71
pengendapan garam-garam perak.Senyawa organik berfungsi sebagai indikator adsorpsi
(Underwood, 2001).

Reaksi pengendapan dapat terjadi pada suatu keadaan tertentu. Jika Q adalah nilai hasil
kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka kesimpulan yang lebih umum mengenai
pengendapan adalah pengendapan terjadi jika Q>Ksp, pengendapan tak terjadi jika Q<Ksp.
Larutan ini tepat jenuh jika Q=Ksp. Jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali kelarutan
yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah larut. Sebaliknya, jika harga tetapan hasil
kali kelarutan dari suatu garam tertentu sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut
sukar untuk larut.Harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan
perubahan temperatur. Umumnya kenaikan temperatur akan memperbesar kelarutan suatu
garam, sehingga harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar
(Petrucci, 1989).
Adapun syarat untuk titrasi argentometri yaitu konsentrasi mula-mula larutan yang
hendak dititrasi cukup besar dan Ksp kecil (Chang, 2001).
• Prosedur Percobaan
a. Penetapan Kadar Klorida
1. Timbang 0.074 gram garam dapur, lalu larutkan dan masukkan ke dalam labu
ukur 25 mL dan encerkan sampai tanda batas.
2. Pipet 10 mL aliquot dan masukkan ke dalam erlenmeyer.
3. Buret disiapkan lalu diisi dengan larutan AgNO3 0.1M
4. 10 mL larutan aliquot ditambahkan 2 mL K2CrO4 0.1 M lalu dititrasi dengan
larutan AgNO3 dengan mengaduknya secara konstan sampai terbentuk endapan
putih.
5. Teruskan titrasi secara perlahan sampai terbentuk endapan merah.
6. Hentikan titrasi, lalu catat volume titran.
7. Hitung kadar klorida dengan rumus sebagai berikut.

b. Penetapan Blangko Indikator


“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
72
1. Pipet 10 mL aliquot dan masukkan ke dalam Erlenmeyer
2. Buret disiapkan lalu diisi dengan larutan AgNO3
3. 10 mL larutan aliquot lalu dititrasi dengan larutan AgNO3 dengan mengaduknya
secara konstan sampai terbentuk endapan putih
4. Teruskan titrasi secara perlahan
5. Bandingkan larutan hasil titrasi penetapan blangko indikator dengan hasil titrasi
penentuan kadar klorida

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


73
JURUSAN TEKNIK KIMIA Praktikum
MODUL FAKULTAS TEKNOLOGI Pengantar Teknik
6 INDUSTRI Kimia I

JUDUL MODUL : TEKNIK DASAR PEMISAHAN


KOMPETENSI :
1. Mahasiswa mampu memisahkan zat dari suatu campuran/ larutan dengan cara:
penyaringan, destilasi, destilasi berfraksi, dan dengan corong pisah.
2. Mahasiswa mampu memahami perhitungan miscibility dan solubility

PARAMETER :
INPUT :
• Zat padat dan zat cair yang tidak saling melarut.
• Dua zat cair yang tidak saling bercampur.
• Dua zat cair yang saling melarut.

OUTPUT :
• Dua zat yang Dipisahkan dengan penyaringan.
• Dua zat yang di pisahkan dengan corong pisah
• Dua zat yang dipisahkan dengan distilasi.
• Dua zat yang dipisahkan menjadi fraksinya dengan destilasi.

ALAT :
• Corong kaca
• Erlemeyer 250 ml
• Gelas piala 250 ml
• Labu dasar bulat/destilasi
• Pendingin Leibig

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


74
• Kaca arloji
• Corong pisah
• Buret
• Standar+klem
BAHAN :
• Kertas Saring
• Batu kapur
• Tinta cair
• Etanol ( td=65ºC)
• Air
• Indikator pp

TEORI
Pemisahan zat dapat dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari keadaan
zat/campuran yang mau dipisahkan.
a. Senyawa Padat Yang Tidak Larut Dari Suatu Campuran.
Jika senyawa padat yang tidak larut dalam cairan telah mengendapa maka cairannya
dapat dituangkan dan senyawa padat tersebut dapat diperoleh.Metode seperti ini disebut
dekantasi.Jika senyawa merupakan suspensi dalam cairan maka metode pemisahan yang
terbaik untuk itu adalah penyaringan (filtration).
Dalam proses penjernihan air, penyaringan ini dilakukan dengan pasir sebelum air
diklorinasi untuk mematikan bakteri.
b. Dua Zat Cair Yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain.
Cairan yang tidak bercampur satu sama lain disebut immiscible. Larutan ini dapat
dipisahkan dengan menggunakan corong pisah (Gambar 1d). Campuran dimasukkan dalam
corong, dikocok kuat-kuat, lalu dibiarkan kedua kedua zar cair memisah sesuai dengan berat
jenisnya, yang lebih berat akan berada di bawah. Teknik ekstraksi-eter adalah suatu metode
yang sangat banyak digunakan untuk memisahkan senyawa yang larut dalam air dari
senyawa yang larut dalam eter. Senyawa yang larut dalam eter akan pergi menuju eter,

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


75
sedang senyawa yang larut dalam air akan pergi menuju air. Jika kedua larutan sudah
memisah, kedua senyawa telah berpisah juga, dan dapat diperoleh dengan penguapan.
c. Dua Zat Cair Yang Saling Bercampur Satu/Melarutkan (Miscible liquids)
Methanol-Tinta adalah sutu contoh dari dua larutan yang miscible.Pemisahannya dapat
dilakukan berdasarkan perbedaan titik didih kedua larutan.Pemisahan ini disebut destilasi
berfraksi (Fractional destilation).

A. Prosedur Kerja
1. Penyaringan
• Timbang kertas saring. Catat berat yang diperoleh
• Timbang 2 gr CaCO3, masukkkan dalam 50 mL air dalam Gelas Piala, lalu aduk.
• Saring, apabila penyaringan telah selesai, keringkan kertas saring sampai bebas
air dan timbang. Hitung residu CaCO3 yang diperoleh.
2. Pemisahan Suatu Campuran Air/Minyak
• Timbang 10 gram minyak dalam corong pisah. Tambahkan 25 ml air. Kocoklah
kuat-kuat selama 5 menit , kemudian biarkan beberapa saat.
• Apa yang terjadi setelah dibiarkan beberapa saat ?.
• Buka saluran corong pisah dan keluarkan air sampai sedikit yang tersisa.
• Timbang labu didih 100 ml dan catat berat yang diperoleh.
• Masukkan sisa campuran minyak dan air yang di dalam corong pisah ke dalam
labu didih. Bilas beberapa kali dengan hexane. Didihkan larutan pada suhu 105
0
C. setelah kering, dinginkan dan timbang.
• Hitung berapa berat minyak yang diperoleh.
• Bagaimana fakta ini dapat digunakan untuk memisahkan suatu campuran ?.
3. Memisahkan Campuran Ethanol-tinta
• Ukur indek bias ethanol dengan refraktometer.
• Ambil 25 ml Ethanoldan tambahkan 5 tetes tinta. Perhatikan bahwa Ethanol
dapat saling melarutkan dengan tinta (miscible solvents).
• Taruhlah campuran ke dalam labu, kemudian lakukan destilasi seperti Panaskan
pelan-pelan sehingga suhu naik secara perlahan (65-70 0C)Perhatikan larutan
“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “
76
yang keluar dan tertampung di wadah destilat. Destilat yang ditampung diukur
indek biasnya dengan refraktometer.Bandingkan hasil pengukuran indek bias
destilat dengan pengukuran indek bias awal
4. Memisahkan Ammoniak dari Campuran Ammonium sulfat.
• Masukkan 25 mL larutan ammonium sulfat 0,5 M ke dalam labu destilasi.
Tambahkan 10 ml NaOH 10 %. Tambahkan 100 ml air. Tambahkan beberapa
butir batu didih. Destilasi larutan tersebut pada suhu 1000C.
• Perhatikan larutan yang keluar dan tertampung di wadah destilat. Tambahkan 3
tetes indicator pp. amati yang terjadi.
• Destilat yang diperoleh dititrasi dengan larutan HCl 0,2 N. Hitung konsentrasi
destilat yang diperoleh dan bandingkan perhitungannya secara stoikiometri
terhadap ammonium sulfat yang digunakan.

Pertanyaan
1. Apa pendapat saudara tentang masing-masing proses pemisahan zat di atas

“ Penuntun Praktikum Pengantar Teknik Kimia I “


77

Anda mungkin juga menyukai