Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGUKURAN MASSA


MODUL 2

Nama Mahasiswa : Fernand Kristwoson


NIM : A022028
Kelompok : 5
Nama Modul Praktikum : Timbangan Pegas
Nama Asisten Praktikum : Adib Wicaksana
Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 25 September 2023

AKADEMI METROLOGI DAN INSTRUMENTASI


KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilakukan pratikum pengukuran massa pada trimbangan
pegas sebagai berikut:
1. Praktikan mampu menjelaskan cara kerja timbangan pegas
2. Pratikan dapat menentukan nilai minimum dari timbangan pegas
3. Pratikan dapat mengetahui kelas dari timbangan pegas
4. Pratikan dapat menentukan muatan yang digunakan pada setiap
pengujian dan batas kesalahan (BKD)
5. Praktikan mampu menentukan hasil tera setiap pengujian timbangan
pegas
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Timbangan Pegas

Timbangan pegas bekerja berdasarkan sifat-sifat peregangan pegas,


yang akan meregang (bertambah panjang) apabila ditarik dan akan memampat
(kembali memendek) apabila tarikan dilepaskan. Menurut pemakaiannya,
timbangan pegas ada yang disebut timbangan pegas macam meja dan
timbangan pegas gantung. Timbangan pegas macam meja adalah timbangan
pegas yang pemakaiannya diletakkan diatas meja, dan biasanya kapasitasnya
terbatas, sedangkan timbangan kapasitas gantung adalah timbangan
pegas yang pemakaiannya digantung. Timbangan pegas umumnya berada
pada kelas ketelitian biasa (IIII), sehingga timbangan pegas banyak digunakan
hanya untuk menimbang barang-barang yang tidak memerlukan ketelitian
tinggi, seperti menimbang buah-buahan, ikan, beras, gula dan lainnya.

Cara penggunaanya sangat praktis, karena termasuk timbangan yang


penunjukannya otomatis. Muatan yang ditimbang dapat langsung dibaca pada
alat penunjuknya yang berupa skala dalam satuan massa, tidak memerlukan
anak timbangan. Timbangan pegas dapat dibuat dengan konstruksi yang
murni, yaitu timbangan pegas dimana muatan yang ditimbang seluruhnya
dengan perantara sifat-sifat pegas saja. Tetapi ada juga timbangan pegas
dengan konstruksi campuran, yaitu timbangan pegas dimana hanya sebagian
saja penunjukkannya menggunakan sistem pegas, sedangkan bagian lainnya
menggunakan tuas-tuas.

Penunjukkan timbangan pegas adalah hasil gaya reaksi yang timbul


akibat beban yang digantungkan yang besarnya F = m.g, sedangkan F adalah
gaya berat yang dipengaruhi oleh besarnya gravitasi. Oleh karena itu bila
timbangan pegas dimuati oleh muatan yang sama ditempat yang berbeda,
penunjukannya akan berbeda sesuai dengan rumus :
𝑔2
L2 - L1 = ∆L =L1 (𝑔1 − 1)

Dimana : I1 = penunjukan timbangan ditempat pemakain pertama


I2 = penunjukan timbangan ditempat pemakain kedua
g1 = gravitasiditempat pemakaian pertama
g2 = gravitasi ditempat pemakaian kedua

Konstruksi timbangan pegas, ujung pegas dihubungkan dengan suatu


batang bergigi yang dapat bergerak vertikal. Apabila pegas bertambah panjang
maka batang bergigi akan akan bergerak naik turun. Pergerakan batang bergigi
ini akan memutar roda gigi yang padanya dilekatkan jarum penunjuk lengkap
dengan skala dalam satuan massa.

2.2 Pengujian Timbangan Pegas

Timbangan pegas termasuk alat ukur timbang takar dan perlengkapannya


metrologi legal yang artinya alat ukur tersebut harus dilakukan pengujian
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen Nomor 131/SPK/KEP/10/2015 tentang Syarat Teknis Timbangan Bukan
Otomatis untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran.
1. Pengujian Kebenaran
a. Titik uji penimbangan dengan minimal 4 titik uji dalam rentang ukur
penimbangannya harus mencakup :
• Min;
• Perubahan BKD dan
• Max atau (Max – 5e)
b. Setel nol timbangan
c. Muati dengan anak timbangan standar pada titik uji yang diperiksa.
d. Amati posisi jarum penunjukan
e. Apabila kesalahan penunjukannya tidak melebihi BKD, maka
timbangan dinyatakan “SAH”. Jika melebihi BKD maka timbangan
dinyatakan “BATAL”.
2. Pengujian Kepekaan
a. Pengujian ini dapat menjadi suatu kesatuan dengan pengujian
kebenaran meliputi 3 titik uji pada muatan mencakup:
• Min
• 50% max dan
• max atau (Max – 5e)
b. Setel nol timbangan dan tambahkan imbuh sebesar BKD
c. Amati penunjukannya
d. Apabila perubahan penunjukan minimal 0,7 BKD, maka timbangan
dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang dari 0,7
BKD, maka timbangan dinyatakan “BATAL”.
3. Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability)
a. Setel nol timbangan.
b. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan 0,8 Max.
c. Lakukan perubahan / gangguan pada muatan.
d. Amati posisi jarum penunjukan.
e. Untuk mengetahui kesalahannya lakukan minimum 3 kali.
f. Selisih pennunjukan yang terbesar tidak boleh melebihi BKD untuk
muatan uji.
4. Pengujian Eksentrisitas
Hanya diperuntukan untuk timbangan pegas bukan gantung.
a. Setel nol timbangan.
b. Muatan dengan anak timbangan standar pada muatan minimal 1/3
Max pada posisi yang diuji.
c. Amati penunjukannya.
d. Apabila kesalahan penunjukannya tidak melebihi BKD, maka
timbangan dinyatakan “SAH”. Jika melebihi BKD maka timbangan
dinyatakan “BATAL”.
2.3 Kontruksi Timbangan Pegas

Timbangan pegas dapat dibuat dengan kontruksi yang murni, yaitu dimana
muatan yang ditimbang seluruhnya dengan perantaraan sifat-sifat pegas saja.
Tetapi ada juga timbangan pegas dengan kontruksi campuran, yaitu timbangan
pegas dimana hanya sebagian saja penunjukkannya menggunakan sistem pegas,
sedangkan bagian lainnya menggunakan tuas-tuas. Ujung pegas dihubungkan
dengan suatu batang bergigi yang dapat bergerak vertikal. Apabila pegas
bertambah panjang maka batang bergigi akan bergerak naik turun. Pergerakan
batang bergigi ini akan memutar roda gigi yang padanya dilakatkan jarum
penunjuk lengkap dengan skala dalam satuan massa. Bagian dari timbangan pegas
yaitu :
• Piring muatan, tempat untuk menyimpan muatan yang akan diuji.
• Penyetel nol, untuk membuat posisi timbangan pegas dalam posisi nol.
• Jarum penunjuk dan skala penunjukannya, memberikan informasi
mengenai hasil pembacaan timbangan pegas dalam satuan massa.
• Roda gigi, melekat pada jarum penunjuk yang akan berputar sesuai dengan
besarnya pembebanan dari pergerakkan batang bergigi.
• Pegas spiral, akan bekerja sesuai prinsip pegas, dan bergerak naik dan
turun.
• Batang bergigi, pergerakkannya berdasarkan naik turunnya pegas spiral.
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Data
Adapun data yang telah dikumpulkan pada pratikum kali ini, sebagai berikut:

3.1.1 Pemeriksaan Timbangan Pegas


Pengujian untuk : Tera
Dasar Pengujian : Surat No 131 tahun 2015
Tanggal 25 September 2023

3.1.1.1 Dokumentasi
Pemilik : Akademi Metrologi dan Instrumentasi
Tanggal Pengujian : 25 September 2023
Pegawai Berhak : Fernand Kristwoson

3.1.1.2 Data Timbangan


Kelas keakurasian : IIII
Kapasitas : 10 kg
maksimum (Max)
Kapasitas Minimum : 500 g
(Min)
Interval skala : 50 g
verifikasi (e)
Interval skala (d), : 50 g
jika d<e
Merek : RENHE
Negara pembuat : Vietnam
(jika ada)
Tipe/ Model : NHS 10
Nomor seri : 304088

No. Uraian Ya/ Ada Tidak Ada Ket


1. Tanda tera
2. Alat penunjuk kedataran
3. Bersih dan siap uji
4. Sesuai ITP/ IT yang berlaku
Bahan dan konstruksi
timbangan sesuai dengan
5.
peraturan yang berlaku
(hanya untuk tera)

3.1.2 Pengujian Timbangan Pegas


3.1.2.1 Pengujian Kebenaran

Kesalahan
Muatan Penunjukan
Penunjukan BKD Kesimpulan
(L) (P)
(E = P – L)
⃣ SAH
500 500 0 ± 25
⃣ BATAL
⃣ SAH
2.500 2.500 0 ± 25
⃣ BATAL
⃣ SAH
5.000 5.000 0 ± 50
⃣ BATAL
⃣ SAH
10.000 10.000 0 ± 50
⃣ BATAL

Kesimpulan: SAH BATAL

3.1.2.2 Pengujian Kepekaan


Muatan Penunjukan Imbuh 1 Penunjukan Pengamatan
(L) (P0) BKD (∆L) (PL+∆L) Kesetimbangan
⃣ SAH
500 500 ± 25 525
⃣ BATAL
⃣ SAH
5.000 5.000 ± 50 550
⃣ BATAL
⃣ SAH
9.750 9.750 ± 50 9.800
⃣ BATAL
Kesimpulan: SAH BATAL

Keterangan :
SAH : Penunjukan minimal 0,7 BKD
BATAL : Tidak bergerak atau bergerak kurang dari 0,7 BKD
4 Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability)

Muatan Uji: 0,8 Max


Pengulangan ke- Muatan (L) Penunjukan (P) BKD
1 P1 = 8.000
2 8.000 P2 = 8.000 ± 50
3 P3 = 8.000
Selisih Penunjukan (ΔP) = Pmax - Pmin
ΔP = 0
Kesimpulan: SAH BATAL

5 Pengujian Eksentrisitas

Muatan Uji: Min 1/3 Max


Posisi Muatan Penunjukan Error Pengamatan
BKD
Uji (L) (P) (E = P – L) Kesetimbangan
⃣ SAH E ≤ BKD
1 5.000 5.000 0 ± 50
⃣ BATAL E > BKD
⃣ SAH E ≤ BKD
2 5.000 5.000 0 ± 50
⃣ BATAL E > BKD
⃣ SAH E ≤ BKD
3 5.000 5.000 0 ± 50
⃣ BATAL E > BKD
⃣ SAH E ≤ BKD
4 5.000 5.000 0 ± 50
⃣ BATAL E > BKD
⃣ SAH E ≤ BKD
5 5.000 5.000 0 ± 50
⃣ BATAL E > BKD
Kesimpulan: SAH BATAL
3.2 Pengolahan Data

3.2.1 Menentukan Kelas Timbangan pegas


Diketahui: Max= 10 kg
e= 50 g
➢ Hitung jumlah interval skala (n)
𝑴𝒂𝒙 𝟏𝟎.𝟎𝟎𝟎 𝒈
n= 𝒆
= 𝟓𝟎 = 200

➢ Perhatikan tabel klasifikasi Timbangan

Timbangan pegas meja ini termasuk dalam kelas


kelas IIII (empat) dengan kapasitas minimum 10e.

3.2.2 Menentukan minimum menimbang


Diketahui: e= 50 g
Kapasitas minimum= 10e
Jawab:
Minimum menimbang = 10 x 50 g = 500 g
3.2.3 Menentukan Muatan yang digunakan pada setiap pengujian dan BKDnya
a. Pengujian kebenaran
➢ Titik minimum
Muatan= 10 x 50 g
= 500 g
BKD = ± 0,5 e
= ± 0,5 x 50
= ± 25
➢ Perubahan BKD 1
Muatan= 0 ≤ m ≤ 50
= 0 x e ≤ m ≤ 50 x e
= 0 x 50 ≤ m ≤ 50 x 50
= 2.500 g
BKD = ± 0,5 e
= ± 0,5 x 50
= ± 25
➢ 50% Maximum
𝟏
Muatan= 𝐱 𝟏𝟎. 𝟎𝟎𝟎 𝐠 = 5.000 g
𝟐
BKD = ± 1,0 e
= ± 1,0 x 50
= ± 50
➢ Maximum
Muatan= 10.000 g
BKD = ± 1,0 e
= ± 1,0 x 50
= ± 50

b. Pengujian Kepekaan
➢ Titik minimum
Muatan= 10 x 50 g
= 500 g
BKD = ± 0,5 e
= ± 0,5 x 50
= ± 25
➢ 50% Maximum
𝟏
Muatan= 𝐱 𝟏𝟎. 𝟎𝟎𝟎 𝐠 = 5.000 g
𝟐

BKD = ± 1,0 e
= ± 1,0 x 50
= ± 50
➢ Maximum (5e – max)
Muatan= 5e – max
= 5 x 50 – 10.000
= 9.750 g
BKD = ± 1,0 e
= ± 1,0 x 50
= ± 50

c. Pengujian Repeatability
Diketahui: Muatan uji: 0,8 Max
(semua pengujian muatan yang sama)
➢ Muatan= 0,8 x 10.000
= 8.000 g
➢ BKD = ± 1,0 e
= ± 1,0 x 50
= ± 50

d. Pengujian Eksentrisitas
Diketahui: muatan uji= min 1/3 max
(semua posisi pengujian dengan muatan yang sama)
➢ Muatan= minimal 1/3 x 10.000
= minimal 3.333 g
= memilih muatan 5.000 g
➢ BKD = ± 1,0 e
= ± 1,0 x 50
= ± 50
BAB IV
ANALISIS

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil timbangan pegas sebagai


berikut; Kesalahan Tarra (Tara), Kesalahan ini terjadi ketika timbangan tidak diatur
kembali ke nol setelah objek yang diukur (misalnya, sebuah benda) ditaruh atau
dihapus dari timbangan. Pengaturan ulang ke nol yang tidak tepat dapat
menyebabkan kesalahan pengukuran. Kesalahan Nol (Zero Error), Ini adalah
kesalahan yang muncul ketika timbangan pegas tidak menunjukkan nol yang tepat
saat tidak ada beban yang diletakkan di atasnya. Kesalahan nol ini harus dikoreksi
sebelum pengukuran dilakukan. Kesalahan Histeresis, Histeresis adalah perbedaan
dalam bacaan timbangan saat beban diterapkan secara berturut-turut dan
kemudian dilepaskan. Histeresis dapat terjadi karena pegas mungkin memiliki
perubahan elastisitas yang tidak kembali sepenuhnya ke posisi semula setelah
beban dihapus. Kesalahan Elastisitas Pegas, Elastisitas pegas dapat berubah
seiring waktu dan penggunaan yang berlebihan. Hal ini dapat mengakibatkan
perubahan dalam konstanta pegas dan oleh karena itu, perubahan dalam
pengukuran timbangan.Kesalahan Akibat Panas dan Suhu, Perubahan suhu dapat
mempengaruhi kinerja timbangan pegas karena suhu dapat mempengaruhi
elastisitas pegas. Perubahan suhu yang signifikan dapat mengakibatkan kesalahan
pengukuran. Kesalahan Pembacaan Manusia atau biasa yang disebut dengan
kesalahan paralaks, Kesalahan paralaks saat membaca skala atau indikator pada
timbangan juga dapat mempengaruhi akurasi pengukuran Kesalahan paralaks
disebabkan pada saat pengamat tidak sejajar saat melihat jarum penunjuk. Selain
itu apabila pada saat timbangan tidak bermuatan jarum penunjuk tidak tepat pada
skala nol, maka akan berpengaruh ke semua pengujian. Hal-hal seperti ini harus
dihindari selama melakukan pengujian. Misalnya, membaca indikator dengan sudut
pandang yang tidak tepat atau kurang tepat. Kesalahan Konstruksi atau Desain
Pegas, Kesalahan mungkin terjadi dalam desain atau konstruksi pegas itu sendiri,
seperti ketidakmerataan elastisitas pada pegas atau keausan yang tidak merata.
Penjustiran timbangan merupakan cara dalam melakukan penyesuaian agar
timbangan tersebut dapat memberikan hasil yang mendekati nilai sebenarnya dan
sesuai dengan standar yang ditetapkan. menjustir dilakukan dengan beberapa
cara yaitu sebagai berikut pertama, mengatur jumlah lilitan (n) dengan
menggunakan alat penjustir yang dimana cara pemakaian alat ini adalah dengan
cara mengaitkan alat penjustir dengan pegas yang akan di justir dan memutar
pegas sesuai dengan kebutuhan jumlah lilitan yang bertujuan untuk menambah
atau mengurangi lilitan pegas. Yang dimana Semakin besar jumlah lilitan dan
diameter pegas maka semakin kecil nilai dari konstanta pegas tersebut, begitupun
sebaliknya jika jumlah lilitan semakin kecil maka nilai dari konstanta pegas semakin
besar. Nilai konstanta pegas sangat berpengaruh dengan hasil pembacaan dan
nilai pembacaan pada suatu timbangan pegas. Konstanta pegas berbanding
terbalik dengan jumlah lilitan pegas. Kemudian melakukan menjustiran timbangan
dengan cara menyetel alat penyetel nol. Yang dimana dengan melakukan
pemutaran pada penyetel nol yang dimana prinsip kerja penyetel nol nya adalah
dengan memutar alat penyetel nol sehingga pegas yang ada di dalam penyetel nol
dapat menekan ataupun merenggangkan jarum penunjuk sehingga jarum
penunjuk dapat mendekati angka nol.

Tanda tera digunakan untuk menandai atau memasang pada alat-alat ukur,
takar, timbang, dan peralatan terkait (UTTP) yang menunjukkan keabsahan atau
kelayakan penggunaan setelah pengujian. Terdapat sejumlah cap tanda tera yang
diterapkan pada timbangan. Pada proses pengujian tera, tanda tera muncul di
sebelah skala terakhir, yaitu diberikan Tanda tera daerah (D4) pada plat lumanium
atau kuningan yang telah disetujui selama pengujian, untuk menandai lokasi tera
dilakukan. Selain itu, diberikan pula tanda tera pegawai berhak (H4) yang sudah
disetujui selama pengujian, untuk menunjukkan pegawai yang memiliki wewenang
untuk melakukan tera. Kemudian, tanda tera dipasang pada plat lumanium atau
kuningan yang ditempatkan pada plat skala (dial), yaitu Tanda tera sah (SL4),
untuk menandai UTTP yang memenuhi persyaratan teknis dan dinyatakan sah
selama atau setelah pengujian ulang. Tanda sah terdiri dari Sah Logam (SL) yang
diterapkan pada logam. Selanjutnya, pada bagian penutup, diberi Tanda tera
jaminan pelombir (JPB) yang sudah disetujui untuk mencegah pertukaran dan/atau
perubahan pengaturan timbangan. Tanda Jaminan Pelombir (JP) diterapkan pada
timah pelombir. Ketika terjadi pengujian tera ulang, hanya cap tanda tera yang
diubah, yaitu Tanda tera sah (SL4) pada sumbat cap dan (JPB) pada bagian
penutup, jika terjadi perbaikan atau penyesuaian.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Cara kerja timbangan pegas yaitu dengan memanfaatkan pegas berupa
per, dimana saat timbangan pegas diberi muatan sehingga pegas
merenggang dan memutar jarum penunjuk skala yang menunjukkan
massa muatan.
2. Dari kelas timbangan pegas diketahui masuk kedalam klasifikasi kelas
IIII dimana kapasitas minimum nya adalah 10 e dan nilai e adalah 50
g maka dari itu menimum menimbangnya yaitu 10 x 50 g sebesar 500
g.
3. Pada pengujian Timbangan pegas yang telah dilakukan, diketahui
muatan max 10.000 g dengan nilai (e) sebesar 50 g dan didapat nilai
(n) sebesar 200, maka timbangan ini masuk kedalam klasifikasi kelas
IIII (empat).
4. Pada pengujian kebenaran terdapat muatan 500 g dan 2.500 g dengan
BKD ± 25, dan juga 5.000 g dan 10.000 g dengan BKD ± 50. Pengujian
Kepekaan didapatkan muatan 500 g, 5.000 g dan 9.750 g dengan BKD
yang sama ± 50. Pengujian Repeatability dengan muatan 1/3 max
didapatkan 8.000 g muatan dan BKD ± 50. Pengujian Eksentrisitas
muatan 5.000 g dengan BKD ± 50.
5. Pada pengujian kebenaran pada timbangan pegas dinyatakan “SAH”
karena semua pengujiannya telah memenuhi syarat. Pada pengujian
kepekaan pada timbangan pegas dinyatakan “SAH” karena setiap
pengujian “SAH” sesuai prosedur. Pada pengujian repeatability pada
timbangan pegas dinyatakan “SAH” karena setiap pengujian “SAH”
sesuai prosedur. Pada pengujian eksentrisitas pada timbangan pegas
dinyatakan “SAH” karena setiap pengujian “SAH” sesuai prosedur.
Pengujian timbangan pegas “SAH” karena semua pengujiannya “SAH”

5.2 Saran
Pada praktikum timbangan pegas kali ini, sudah berjalan dengan baik.
Namun ada beberapa hal yang harus dipahami praktikan pada saat
menjalankan praktikum seperti prosedur dan muatan-muatan yang akan
digunakan dalam setiap masing-masing pengujian. Sehingga antara
praktikan dan asisten praktikum dapat saling membantu dalam menjalankan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2015.Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan


Konsumen Nomor: 131/SPK/KEP/10/2015 Tentang Syarat Teknis
Timbangan Bukan Otomatis.

Tim Penyusun PPAUM. 2021. PEDOMAN PRAKTIKUM PENGUJIAN


TIMBANGAN PEGAS. Bandung: Akademi Metrologi dan Instrumentasi
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
1 Gambar 1.
Penimbangan anak
timbangan dan imbuh

2 Gambar 2.
Dokumentasi imbuhan

3 Gambar 3.
Dokumentasi praktikan

Anda mungkin juga menyukai