Anda di halaman 1dari 71

TRAINING tentang

“Estimasi / Evaluasi KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN”


(Uncertainty of Measurement , U95)
Pokok Pembahasan
(Estimasi / Evaluasi Ketidakpastian Pengukuran , U95)

1). Pengantar ttg Pengukuran (Uji & Kalibrasi) dan Ketidakpastian (U95)
2). Prinsip Akurasi dan Presisi dalam Pengukuran
3). Identifikasi Ketidakpastian Pengukuran (tipe A , tipe B) dan Metoda
perhitungan Ketidakpastian U95 (ISO GUM dan CITAC Eurachem)
4). Tahapan penentuan Ketidakpastian dan Perhitungan U95 (Excel)
5). Pelaporan Hasil (lengkap) & Interpretasi U95 dalam Batas Spec.
6). Perihal BMC dan CMC
Perihal “Uncertainty” (ketidakpastian) dalam ISO/IEC 17025

ISO 9001:2015

ISO/IEC 17025 : Th.2005


ISO/IEC ISO/IEC
17025 :17025
Th.2017
: 2005

Sistem Manajemen Keahlian Teknis


[Klausul 5.4.6 dan 7.6]
 Est. / Evaluasi ketidakpastian
pengukuran. (hasil Lab)
(Uncertainty of Measurement)
Uncertainty dalam ISO/IEC 17025:2005

• Klausul 5.1.2 :
“ Kontribusi masing-masing faktor terhadap ketidakpastian pengukuran
total berbeda pada (jenis dari) pengujian yang satu dan yang lainnya dan
pada (jenis dari) kalibrasi yang satu dan yang lainnya. ………………………. “
• Klausul 5.4.6.1 :
“ Lab kalibrasi atau lab pengujian yang melakukan kalibrasi sendiri, harus
mempunyai dan menetapkan prosedur untuk mengestimasi ketidakpastian
pengukuran untuk semua kalibrasi atau jenis kalibrasi.”
• Klausul 5.4.6.2 :
“ Lab pengujian harus juga mempunyai dan menerapkan prosedur untuk
mengestimasi ketidakpastian pengukuran. ………………………. “
• Klausul 5.4.6.3 :
“ Saat mengestimasi ketidakpastian pengukuran, semua komponen
ketidakpastian yang penting dalam situasi yang ada harus diperhitungkan
dengan menggunakan metode analisis yang sesuai.”
• Catatan 1 (klausul 5.4.6.3) :
“Sumber-sumber penyebab ketidakpastian mencakup, tapi tidak perlu terbatas pada
standar acuan dan bahan acuan yang digunakan, metode dan peralatan yang
digunakan, kondisi lingkungan, sifat & kondisi barang yang diuji atau dikalibrasi, dan
operator.
Evaluasi ketidakpastian pengukuran
( ISO/IEC 17025 : 2017 , klausul 7.6 )

7.6.1 Laboratorium harus mengidentifikasi kontribusi terhadap ketidakpastian pengukuran.


Ketika mengevaluasi ketidakpastian pengukuran, semua kontribusi yang signifikan, termasuk yang
timbul dari pengambilan sampel, harus diperhitungkan dengan menggunakan metode analisis yang
tepat.

7.6.2 Laboratorium yang melakukan kalibrasi, termasuk untuk peralatannya sendiri, harus
mengevaluasi ketidakpastian pengukuran untuk semua kalibrasi.

7.6.3 Laboratorium yang melakukan pengujian harus mengevaluasi ketidakpastian


pengukuran. Bila metode uji tidak memungkinkan evaluasi ketidakpastian pengukuran yang ketat,
estimasi harus dilakukan berdasarkan pemahaman prinsip-prinsip teoritis atau pengalaman praktis
dari kinerja metode tersebut.

CATATAN 1 : Dalam hal metode uji yang telah diakui dengan baik menentukan batasan nilai sumber
utama ketidakpastian pengukuran dan menentukan bentuk penyajian hasil yang dihitung, laboratorium
dianggap telah memenuhi 7.6.3 dengan mengikuti metode uji itu dan petunjuk pelaporannya.

CATATAN 2 : Untuk metode tertentu yang ketidakpastian pengukuran hasilnya telah ditetapkan dan
diverifikasi, tidak diperlukan evaluasi ketidakpastian pengukuran untuk setiap hasil jika laboratorium
dapat menunjukkan bahwa faktor-faktor berpengaruh kritis yang diidentifikasi terkendali.

CATATAN 3 : Untuk informasi lebih lanjut, lihat ISO/IEC Guide 98 3, ISO 21748 dan seri ISO 5725.
PENGUKURAN (measurement)
 What ?
 How ?
TUJUAN PENGUKURAN
1.1 Menentukan nilai suatu obyek ukur melalui
proses pembacaan oleh suatu instrumen/ alat
ukur yang disepakati. (konvensi)
1.2 Menjamin bahwa hasil ukur bisa diterima oleh
semua pihak yang terkait / ke-absah-annya
dapat dipertanggungjawabkan secara legal
dan ilmiah .
MANFAAT PENGUKURAN
Menjadikan suatu obyek ukur diketahui / memiliki
identitas kuantitatif beserta satuannya, yang siap
dipakai untuk berbagai keperluan.
Contoh data penimbangan

ILUSTRASI “Ketidakpastian Pengukuran”


(Measurement Uncertainty , MU)

Penentuan “MU” dari penimbangan beras

1). Contoh DATA :

Hasil suatu penimbangan beras (ber-label "50 Kg") sbb :


Alat yang dipakai yaitu Timbangan elektronik Kap.60 Kg / Resolusi 0,05 Kg

(Hasil dalam Kg) Karung A Karung B Karung C Karung D

Penimbang 1 50.05 50.00 50.05 50.10

Penimbang 2 50.00 50.05 50.05 50.10

Penimbang 3 50.10 50.10 50.10 50.10

Berapa Nilainya? (untuk di laporkan)


Rekap DATA :
(Kg)

Karung A Karung B Karung C Karung D

Penimbang 1 50.05 50.00 50.05 50.10

Penimbang 2 50.00 50.05 50.05 50.10

Penimbang 3 50.10 50.10 50.10 50.10

2.) BEBERAPA MACAM Penyimpulan : (summary)

Hasil Penimbangan tsb bisa dilaporkan sbb:

I). 50.05 Kg + 0.05 ===> Dari mana asalnya ?

II). 50.10 Kg + 0.10 ===> Dari mana asalnya ?

III). 50.075 Kg + 0.075 ===> Dari mana asalnya ?

IV). Berkisar antara = ( 50.00 s/d 50.10 ) Kg


….. dan seterusnya.
KESIMPULAN Awal

a). Ringkasan atas suatu Data, tidak cukup informatif jika hanya disajikan nilai Average (rata-rata) nya.

b). Nilai tengah (ukuran central) bisa terdiri dari : Average, Modus, dan Median.

c). Nilai sebaran data (ukuran dispersi) diperlukan untuk menggambarkan sejauhmana variasi suatu data.

d). Nilai ukuran dispersi, dapat dilihat pada nilai RANGE maupun SD (standard deviation) suatu data.

e). Adanya variasi dari hasil pengukuran (berulang) menunjukan bahwa terdapat faktor UNCERTAINTY.

f). Hasil ukur yang informatif , mencakup : nilai HASIL (nilai tengah) dan nilai KETIDAKPASTIANnya.

g). Menentukan nilai Uncertainty / Ketidakpastian harus mengacu pada suatu metoda dan perlu
dibuatkan Prosedurnya.

h). Prosedur “Ketidakpastian Pengukuran” harus logis & dapat dipahami oleh pihak-pihak yang terkait.
Beberapa KONSEP UMUM
 Yang dimaksud dengan proses pengukuran adalah suatu proses yang meliputi spesifikasi
besaran ukur, metode pengukuran dan prosedur pengukuran.
 Secara umum, hasil pengukuran hanya merupakan taksiran atau pendekatan nilai besaran
ukur, oleh karena itu hasil tersebut hanya lengkap bila disertai dengan pernyataan
ketidakpastian dari taksiran tersebut.
 Ketidakpastian adalah ukuran sebaran yang secara layak dapat dikaitkan dengan nilai terukur.
Yang memberikan rentang, terpusat pada nilai terukur, dimana di dalam rentang tersebut
terletak nilai benar dengan kemungkinan tertentu.
 Ketidakpastian hasil pengukuran mencerminkan kurangnya pengetahuan yang pasti tentang
nilai besaran ukur. Hasil pengukuran setelah dikoreksi terhadap kesalahan sistematik masih
berupa taksiran nilai besaran ukur karena masih terdapat ketidakpastian yang berasal dari
pengaruh acak dan koreksi kesalahan sistematik yang tidak sempurna.
 Konsep ketidakpastian didasarkan pada besaran teramati yang diperoleh dengan
pengukuran; hal ini berbeda dengan konsep ideal kesalahan yang didasarkan pada besaran
yang tidak dapat diketahui.
 Kesalahan pengukuran terdiri dari dua komponen, yaitu komponen acak dan komponen
sistematik.
Kesalahan acak disebabkan oleh besaran berpengaruh yang tidak dapat diramalkan, stokastik
terhadap waktu dan bervariasi terhadap ruang.
Kesalahan sistematik disebabkan oleh besaran berpengaruh yang dapat diamati terhadap
hasil pengukuran
 Perbedaan antara antara kesalahan dan ketidakpastian sebaiknya selalu diperhatikan.
Sebagai contoh, hasil pengukuran setelah koreksi dapat secara tidak sadar dapat menjadi
sangat dekat dengan nilai besaran ukur yang tidak diketahui, dan oleh karena itu mempunyai
kesalahan yang dapat diabaikan, meskipun mungkin mempunyai ketidakpastian yang besar.
10
Beberapa DEFINISI / ISTILAH

a). METROLOGI : Ilmu pengetahuan tentang pengukuran.


b). Metrologi LEGAL :
Metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metoda-metoda pengukuran dan alat-alat
ukur, yang menyangkut persyaratan teknik dan peraturan berdasarkan UU yang bertujuan
untuk melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran.

Metrologi TEKNIK :
Metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metoda-metoda pengukuran dan alat-alat
ukur, yang menyangkut persyaratan teknik dan pengembangan mtd pengukuran, perawatan
dan pengembangan std nasional untuk satuan ukuran & alat ukr sesuai dengan
perkembangan IPTEK u/ memberikan kepastian dan kebenaran dalam pengukuran.

Metrologi Radiasi Nuklir :


Metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metoda-metoda pengukuran dan alat-alat
ukur yang menyangkut persyaratan teknik dalam pemakaian zat radioaktif da/atau sumber-sumber
radiasi lainnya yang diatur berdasarkan UU/ PP/ Keppres/ Kep Dirjen BATAN/ Kepala Badan
Pengawas Tenaga Nuklir yang bertujuan menjamin kesehatan dan keselamatan dengan memberikan
ketelitian dan keandalan yang dapat dipertanggung jawabkan.
DEFINISI / ISTILAH ( … lanjutan )

c). PENGUKURAN : kegiatan untuk menentukan nilai dari suatu


obyek ukur yang dilengkapi dengan satuannya, melalui proses
pembandingan oleh suatu alat ukur atau bahan ukur.
Serangkaian operasi yang bertujuan untuk menetapkan nilai suatu besaran
ukur. [GUM B 2.5; VIM 2.1]

d). METODA PENGUKURAN :


Pedoman acuan/ prosedur TEKNIS tertentu untuk melaksanakan
pekerjaan pengukuran. (direct compare and indirect compare).

e). STANDAR PENGUKURAN :


Bahan ukur, alat ukur atau sistem pengukuran yang digunakan
menentukan, mewujudkan, melestarikan atau mereproduksikan
suatu satuan ukuran atau satu atau lebih nilai yang telah diketahui
dari suatu besaran untuk dialihkan ke alat-alat ukur lainnya
dengan cara pembandingan. (Contoh: Standar massa 1 kg,
Standar resistor 100 Ohm, dll)
DEFINISI / ISTILAH ( … lanjutan )

f). STANDAR PRIMER : Standar untuk satuan ukuran yang


mempunyai mutu metrologis tertinggi dlm suatu bidang tertentu.
g). STANDAR SEKUNDER : Standar untuk satuan ukuran yang
nilainya ditentukan dengan cara pembandingan terhadap suatu
standar primer.
h). STANDAR ACUAN : Standar untuk satuan ukuran yang
umumnya dengan mutu metrologis yang tertinggi yang ada
disuatu lokasi tertentu, digunakan sebagai acuan untuk
mengkalibrasi bahan atau alat ukur di lokasi tersebut.
i). STANDAR KERJA : Standar untuk satuan ukuran yang telah
dikalibrasi terhadap suatu standar acuan, dan digunakan sehari-
hari untuk mengkalibrasi bahan ukur atau alat ukur.
DEFINISI / ISTILAH ( … lanjutan )

j). KALIBRASI:
Serangkaian kegiatan yang membentuk hub antara nilai yang
ditunjukan oleh instrumen pengukur atau sistem pengukuran
atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang
sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur
dalam kondisi tertentu.
k). Standar Kalibrasi (=kalibrator) :
Peralatan atau bahan ukur yang dijadikan sebagai pembanding
(acuan komparasi) dalam kegiatan pengerjaan kalibrasi.

l). Petugas Kalibrasi / Pengukuran :


Orang yang bertugas melakukan pekerjaan kalibrasi / Pengukuran.
DEFINISI / ISTILAH ( … lanjutan )

m). Prosedur Kalibrasi :


Serangkaian uraian dan langkah-langkah TEKNIS untuk pengerjaan
kalibrasi yang tersusun secara tertib, sistematis dan menyeluruh yang
mengacu pada suatu metoda kalibrasi tertentu.
n). Prosedur Pengujian :
Serangkaian uraian dan langkah-langkah TEKNIS untuk mengerjakan
pengujian yang disusun secara tertib, sistematis dan menyeluruh yang
mengacu pada suatu metoda tertentu.
o). Hasil Kalibrasi : Laporan yang berisi ttg hasil-hasil dari pengerjaan
kalibrasi, yang dituangkan dalam bentuk “Laporan” atau “Sertifikat” .

p). Hasil Pengujian : Laporan yang berisi ttg hasil dari pengerjaan
pengujian, yang dituangkan dalam “Laporan” / “Sertifikat”.
DEFINISI / ISTILAH ( … lanjutan )

q). Selang Waktu Kalibrasi (=periode/interval kalibrasi):


Jarak waktu untuk kalibrasi ulang atau jarak waktu antara
kalibrasi pertama dengan kalibrasi berikutnya.
r). Mampu Telusur (traceability):
Sifat dari suatu hasil pengukuran yang dapat dikaitkan dengan
standar tertentu yang tepat, umumnya standar nasional atau
internasional, melalui rantai pembandingan yang tak terputus.
s). Koreksi:
Suatu harga yang ditambahkan secara aljabar pada hasil dari
alat ukur untuk mengkompensasi (mengimbangi) penambahan
kesalahan sistematik.
Nilai yang dijumlahkan secara aljabar pada hasil pengukuran tak terkoreksi untuk
mengkompensasi kesalahan sistematik yang diketahui. [GUM B 2.23; VIM 3.15]

 (KESALAHAN (error / Deviasi) secara matematis adalah “lawan” dari Koreksi)


DEFINISI / ISTILAH ( … lanjutan )

t). Kecermatan (Accuracy):


Kecakapan (kemampuan) dari instrumen ukur untuk memberikan indikasi pendekatan terhdp harga
sebenarnya dari obyek yg diukur.

atau [menurut GUM B 2.15; VIM 3.5]


“Kedekatan antara hasil pengukuran dan nilai sebenarnya dari besaran ukur.
(Akurasi bersifat kualitatif, dan tidak sama dengan presisi )
u). Ketelitian (Precision):
Kemampuan proses pengukuran untuk menunjukan hasil yg sama dari suatu pengukuran yg
dilakukan berulang-ulang dan identik.
v). Rentang Ukur (Range, Capacity of measuremnet):
Besar daerah ukur antara batas ukur bawah dan batas ukur atas.
w). Nilai Skala Terkecil / NST (Resolusi):
Besar pernyataan dari kemampuan peralatan untuk membedakan arti dari dua tanda harga/ skala yg
paling berdekatan dari besaran yg ditunjukan.
x). Ketidakpastian Pengukuran (Measurement Uncertainty):
Perkiraan mengenai rentang hasil pengukuran yang didalamnya terdapat harga yang benar.
Atau [menurut GUM B 2.18; VIM 3.9]
Parameter hasil pengukuran yang memberikan karakter sebaran nilai-nilai yang secara layak dapat
diberikan pada besaran ukur.
Ilustrasi hasil AKURAT dan PRESISI :

Tidak Akurat, Tidak Presisi Tidak Akurat, Presisi

Akurat, Tidak Presisi


Akurat dan Presisi
ISTILAH & DEFINISI (2) … dalam ISO GUM dan VIM
Istilah dalam ISO Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement (GUM) dan
Vocabulary of Basic and General Terms in Metrology (VIM) :
 Besaran [quantity (measurable quantity)] [GUM B 2.1; VIM 1.1]
Sifat dari suatu gejala, benda atau bahan yang dapat dibedakan secara kualitatif
dan ditentukan secara kuantitatif
 Nilai [value (of a quantity)] [GUM B 2.2; VIM 1.18]
Harga suatu besaran tertentu yang umumnya dinyatakan sebagai suatu angka
satuan ukuran dikalikan dengan suatu
 Nilai benar [true value (of a quantity)] [GUM B 2.3; VIM 1.19]
Nilai yang konsisten dengan definisi besaran.
Catatan: Nilai sebenarnya tidak dapat ditentukan dengan pengukuran karena
setiap pengukuran memiliki ketidakpastian, lebih dari itu, definisi setiap besaran
ukur bersifat tidak sempurna, dan karena itu nilai sebenarnya hanya merupakan
besaran hipotetik.
 Nilai konvensional [conventional true value (of a quantity)] [GUM B 2.4; VIM 1.22]
Nilai yang diberikan pada suatu besaran tertentu dan diterima, kadang-kadang
melalui kesepakatan, sebagai nilai yang mempunyai ketidakpastian yang sesuai
untuk tujuan tertentu.
Catatan:
Nilai ini mungkin diperoleh dari sejumlah pengukuran yang sengaja dilakukan
untuk menetapkan suatu nilai konvensional.
19
ISTILAH & DEFINISI (2) … dalam ISO GUM dan VIM
 Besaran ukur [measurand] [GUM B 2.10; VIM 2.6]
Besaran tertentu yang nilainya diukur.
Contoh: Diameter sepotong baja pada suhu dan tekanan standar.
 Besaran berpengaruh [influence quantity] [GUM B 2.11; VIM 2.10]
Besaran tertentu yang bukan besaran ukur tetapi nilainya mempengaruhi
hasil pengukuran.
Contoh: Suhu mikrometer yang digunakan dalam pengukuran panjang.
 Hasil pengukuran [result of a measurement] [GUM B 2.11; VIM 3.1]
Nilai yang diberikan pada besaran ukur, yang diperoleh melalui proses
pengukuran.
Catatan: Nilai ini perlu disertai dengan informasi tambahan, termasuk
ketidakpastiannya.
 Hasil tak terkoreksi [uncorrected result] [GUM B 2.13; VIM 3.3]
Hasil pengukuran sebelum dikoreksi terhadap kesalahan yang disebabkan
oleh pengaruh sistematik.
 Hasil terkoreksi [corrected result] [GUM B 2.14; VIM 3.4]
Hasil pengukuran setelah dikoreksi terhadap kesalahan sistematik yang
diketahui.
20
ISTILAH & DEFINISI (2) … dalam ISO GUM dan VIM
 Daya ulang [repeatibility (of result of a measurement)] [GUM B 2.16; VIM 3.6]
Kedekatan antara hasil-hasil pengukuran yang berurutan untuk besaran ukur yang
sama yang dilakukan pada kondisi yang sama.
Catatan: Kondisi tersebut harus spesifik, misalnya waktu, suhu, kelembaban saat
pengukuran dilaksanakan.
 Daya reproduksi [reproducibility (of result of a measurement)] [GUM 2.17; VIM 3.7]
Kedekatan antara hasil-hasil pengukuran untuk besaran ukur yang sama yang
dilakukan pada kondisi yang berbeda.
Catatan: Kondisi yang berbeda tersebut harus dinyatakan secara spesifik, misalnya
perbedaan suhu dan perbedaan kondisi lain yang mempengaruhi pengukuran.
 Kesalahan [error (of a measurement)] [GUM B 2.19; VIM 3.10]
Hasil pengukuran dikurangi nilai sebenarnya dari besaran ukur.
Catatan: karena nilai sebenarnya tidak dapat diketahui dengan pasti maka
kesalahan pengukuran juga tidak dapat diketahui dengan pasti.
 Kesalahan acak [random error] [GUM B 2.21; VIM 3.13]
Hasil pengukuran dikurangi nilai rata-rata yang dihasilkan dari sejumlah pengukuran
berulang berhingga dari besaran ukur yang sama.
 Kesalahan sistematik [systematic error] [GUM B 2.22; VIM 3.14]
Nilai rata-rata yang yang akan dihasilkan dari sejumlah pengukuran berhingga dari
besaran ukur yang sama yang dilakukan secara berulang dikurangi nilai sebenarnya
dari besaran ukur.
21
ISTILAH & DEFINISI (2) … dalam ISO GUM dan VIM
 Ketidakpastian baku [standard uncertainty] [GUM 2.3.1]
Ketidakpastian hasil pengukuran yang dinyatakan sebagai suatu simpangan baku.
 Evaluasi ketidakpastian baku tipe A [type A evaluation (of standard uncertainty)]
[GUM 2.3.2]
Metode evaluasi ketidakpastian dengan analisis statistik dari serangkaian
pengamatan
 Evaluasi ketidakpastian baku tipe B [type B evaluation (of standard uncertainty)]
[GUM 2.3.3]
Metode evaluasi ketidakpastian dengan cara selain analisis statistik dari serangkaian
pengamatan
 Ketidakpastian baku gabungan [combined standard uncertainty] [GUM 2.3.4]
Ketidakpastian baku hasil pengukuran, bila hasil pengukuran diperoleh dari nilai
sejumlah besaran lain, ketidakpastian baku gabungan bernilai sama dengan akar
kuadrat positif dari jumlah semua suku yang merupakan varian atau kovarian
besaran lain tersebut yang telah diberi bobot sesuai dengan bagaimana hasil
pengukuran bervariasi terhadap perubahan besaran tersebut
 Faktor cakupan [coverage factor] [GUM 2.3.6]
Faktor numerik yang digunakan sebagai pengali terhadap ketidakpastian baku
gabungan untuk memperoleh ketidakpastian bentangan.
 Ketidakpastian bentangan [expanded uncertainty] [GUM 2.3.5]
Besaran yang mendefinisikan interval di sekitar hasil pengukuran yang diharapkan
mencakup sebagian besar distribusi nilai yang dapat diberikan pada besaran ukur
22
TAHAPAN Pada PENGUKURAN

1. T. Persiapan mengukur
2. T. Pengambilan Data Pengukuran
3. T. Perhitungan / Olah data hasil-hasil ukur
4. T. Pelaporan Hasil Pengukuran
5. T. Dokumentasi & Distribusi
TAHAPAN Pekerjaan KALIBRASI

1. T. Persiapan Kalibrasi
2. T. Pengambilan Data Kalibrasi
3. T. Perhitungan / Olah data kalibrasi
4. T. Pelaporan Hasil Kalibrasi
5. T. Dokumentasi & Distribusi
TAHAPAN Pekerjaan PENGUJIAN

1. T. Persiapan Pengujian
( Pengkondisian , Preparasi , pemb.Standar , dll )

2. T. Pengambilan Data hasil uji (pembacaan instrumen)


3. T. Perhitungan/Olah data hasil-hasil pengujian
4. T. Pelaporan Hasil Uji (LHU , LHA)
5. T. Dokumentasi & Distribusi
Contoh Alat ukur & Standar-nya
ISTILAH …...
Traceability dalam Pengukuran
(Bagan ilustrasi contoh
ketertelusuran dalam
Massa : Dimensi : Pengukuran)

Interferometer
E1

E2 GB klas 00, K

F1 GB klas 0
F2 “sifat dari hasil pengukuran atau
nilai dari standar acuan yang dapat
GB klas 1 dihubungkan ke acuan tertentu,
M1 biasanya berupa standar nasional
atau internasional melalui rantai
M2 GB klas 2 perbandingan yang tidak terputus
dimana dalam setiap tahap
perbandingan tersebut mempunyai
M3 Checker, Tester, G.Scale ketidakpastian tertentu”
Faktor yang mempengaruhi Pengukuran

1.Obyek Ukur

2.Personil

4.Traceability 5. kondisi 3.Metoda


lingkungan kerja

3.Alat / bahan & Tools

(fasilitas fisik/ ruang, meja,


( suhu, kelembaban, tekanan udara alat subsider, datasheet, dll)
kebisingan, cahaya, getaran, dll )
HASIL
Pengukuran
Notasi untuk UNCERTAINTY
• Standard Uncertainty ( ui ) :  u = U / k
- merupakan ketidakpastian baku dari masing-masing sumber /
kontributor, yang sudah dilepaskan dari faktor cakupannya (k)
- menunjukan nilai Uncertainty dalam interval 1 skala “faktor cakupan”
• Combined standard uncertainty ( uc ) :  uc = akar ( u12 + u22 + …. )
- merupakan penggabungan beberapa ketidakpastian baku yang
telah ditetapkan sbg sumber / kontributor.
- menunjukan nilai kumulatif dari ketidakpastian yang diperhitungkan
• Expanded uncertainty ( U ) :  U = k . uc
- merupakan ketidakpastian yang telah diperluas dengan estimasi
berdasarkan statistika, memakai “faktor cakupan” sbg pengalinya
- menunjukan interval “ketidakpastian” yang cukup diyakini (setelah
dikaitkan dengan “Tingkat Kepercayaan” dan “Faktor Cakupan”)

• Dengan mengetahui nilai U , maka prediksi “daerah nilai benar” dan


“resiko kekurang-akurat-an” dapat diinformasikan.
ilustrasi tentang Hasil PENGUKURAN yang Lengkap

Resolusi = 0.1 g Resolusi = 0.1 g


Toleransi Akurasi = + 0.3 g Toleransi Akurasi = + 0.5 g
SPESIFIKASI Persyaratan PRESISI
Teknis yang diinginkan /
sesuai METODA nya

Hasil Kalibrasi Pekerjaan


mengukur / menguji
Koreksi = +0.15 g
U95 = + 0.11 g Hasil ukur (HU) = Nilai HU Terkoreksi= 25.4 g
25.25 g Nilai U95 = + 0.22 g
Toleransi Produk = 25 + 1

Hasil-hasil Pengukuran
( tertelusur, nilainya lengkap, dapat dipertanggungjawabkan )
Prinsip …
Faktor-Faktor dalam Pengukur

a).Faktor Pengaruh yang dapat dikendalikan/ diatur :


- Alat pengukur  keterbatasan kapasitas & resolusi,
penggunaannya, akurasi & presisinya
- Petugas pengukur  berhubungan dengan skill
- Metoda pengukuran  teknik , persyaratan, laporannya
- Kondisi saat pengukuran  suhu, getaran, dll
- Penyajian hasil pengukuran  raw data, pembulatan,
konversi, dll.

b).Hal yang tidak dapat/ sulit dikendalikan :


- Nilai mutlaknya (absolute value)  bisa diperkirakan
- Nilai kesalahan & ketidakpastian  bisa dikompensasi &
bisa diperkecil
Prinsip …

Spesifikasi Alat Ukut & Toleransi Hasil Ukur

Spesifikasi Alat Ukur mencakup :


- Disain & Klasifikasinya
- Bahan, Konstruksi, Fungsi-fungsi
- Ukuran (dimensi, berat, dll) & Unjuk Kerja
- Range & Resolusi ( + unit satuannya)
- Informasi/ Petunjuk penting yang relevan (dari manufaktur)

Toleransi Hasil Ukur :


• NILAI penyimpangan hasil ukur yang dapat diterima (plus atau minus).
• Biasanya dibedakan toleransi Akurasi dan toleransi Presisi.
• Ada Toleransi mencakup nilai Measurement Uncertainty (U95) , ada yang tidak
Prinsip …
KERANGKA PROSEDUR (ukur / kalibrasi / uji)
A). PERSIAPAN :
1. Pastikan lokasi & obyek yang akan diukur / kalibrasi / diuji
2. Tentukan alat ukur yg dipakai & pastikan status kalibrasiya
3. Pengkondisian, dan pemastian petugasnya
4. Kejelasan ttg pengukuran yang diminta dan siapkan sarana
pendukung untuk mengukur (metoda, datasheet, dll)
5. Sediakan tool / peralatan subsider yang relevan

B). PELAKSANAAN PENGUKURAN :


sesuai uraian langkah-langkah yang ditetapkan dalam Prosedurnya

C). PELAPORAN HASIL :


- Data pengamatan asli
- Hasil Pengolahan Data / perhitungan
- Laporan Final & Kesimpulan
Contoh ilustrasi UNCERTAINTY (Ketidakpastian)

“Uncertainty” :
Rentang nilai hasil pengukuran yang didalamnya
(diharapkan) terdapat nilai yang sebenarnya.

Misalkan : hasil ukur , L = (50  0.2) mm


Artinya, nilai L=50 mm , dengan uncertainty
sebesar  0.2 mm
 maka nilai sebenarnya berada pada interval :
49.8 mm s/d 50.2 mm
Beberapa hal pokok dalam ISO “GUM” (Guide to the expression
of Uncertainty in Measurement) 1993 : direvisi ISO/IEC Guide 98 : 2008

• Suatu pedoman untuk mengevaluasi ketidakpastian


pengukuran yang merupakan acuan internasional (untuk
Lab kalibrasi & uji).

• Memuat konsep bahwa ada 2 jenis evaluasi ketidakpastian


yaitu tipe A dan tipe B.

• Menyatakan adanya tahapan ketidakpastian : “baku” (u),


“gabungan” (uc), dan “terentang / diperluas” (U).

• Melaporkan ketidakpastian pengukuran, harus mencakup


nilai “coverage factor (k)“ dan tingkat kepercayaan / CL
(confidence level).
UNCERTAINTY – ISO GUM (…lanjutan)

Rangkuman tahap penentuan UNCERTAINTY : (menurut ISO “GUM” 1993)


 ISO/IEC Guide 98 : 2008
• 1).Tetapkan model matematis pengukurannya.
• 2).Identifikasi sumber-sumber ketidakpastiannya & urutkan.

• 3).Hitung ketidakpastian baku masing2 komponen (u)


• 4).Hitung ketidakpastian gabungan (uc)
• 5).Hitung ketidakpastian “terentang / diperluas” (expanded), U.

• 6).Pelaporan Uncertainty (memuat k dan Tingkat kepercayaan)


SUMBER-SUMBER KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN

Kemungkinan sumber ketidakpastian dalam pekerjaan


pengukuran a.l.:
• Dari alat ukur yg dipakai  lihat Sertifikat kalibrasinya
• Dari keterbatasan pembacaan dari peralatan ukur yang dipakai
(resolusi / NST)
• Dari akibat pengukuran berulang (repeatability)
• Dari efek lingkungan ataupun proses pengukuran (misal:
penyimpangan suhu, pengaruh buoyancy udara)
• Sumber-sumber lain yang relevan. (tetapi bukan salah blunder)

HATI-HATI terhadap sesuatu yang merupakan kesalahan “blunder”


 salah pemakaian alat ukur, salah dlm pemindahan data, salah dlm
program komputer, salah karena kecerobohan, dll
BAGAN Langkah-Langkah evaluasi U

MODEL Pengukuran

Sumber2 Ketidakpastian

Hitung K.baku (u)


K. tipe-A K. tipe-B

Hitung Koef.sensitifitas (Ci)

Hitung K.Gabungan (uc)


V efektif
Nilai k
TK 95%

Hitung K.Terentang (U95)


CONTOH Estimasi Ketidakpastian Pengukuran (1)

1).model matematis : Koreksi= S – A + E


2).Identifikasi sumber-sumber ketidakpastiannya :
- dari Std (u1) = 0.0025mm, k=2
- dari NST alat (u2) = 0.01mm, k= 3
- dari repeatability,sd (u3) = 0.005mm, k= n

 3).Hitung ketidakpastian baku masing2 komponen (u)


u1= 0.0025/2 , u2= 0.5x0.01/(1.73) , u3=0.005/ (1.73)
 4).Hitung ketidakpastian gabungan (uc)
uc=V (u12+ u22+ u32) = 0,0043 mm
 5).Hitung ketidakpastian “terentang / diperluas” (expanded),
U= k.uc  2.(0,0043) =  0,0086 mm

 6).Pelaporan Uncertainty:
U= 0,0086mm Atau 0,009mm (k=2 dan tingkat kep. 95%)
Interpretasi Nilai-Nilai pada suatu Sertifikat Kalibrasi
( Nilai Koreksi atau Deviasi, dan Uncertainty ) :

1. Contoh Hasil kalibrasi Massa :


NOMINAL= 100 g , NILAI MASSA= 99,99975 g
Maka nilai anak timbangan tersebut memiliki koreksi : -0,00025g
atau bisa juga dikatakan memiliki DEVIASI sebesar ; +0.00025g

2. Contoih Hasil kalibrasi Dimensi (micrometer) :


NOMINAL=10mm , NILAI KOREKSI= -0,002mm , U95= + 0.0015mm
Maka nilai penunjukan Micrometer tersebut pada skala 10mm
adalah sebesar : 9,998mm dengan Uncertainty + 0.0015mm pada
tingkat kepercayaan 95%
3. Contoh hasil kalibrasi Suhu (termometer) :
SKALA=50 °C , NILAI DEVIASI= +1 °C , U95= + 0.5 °C (k=2)
Maka nilai penunjukan Termometer tersebut pada skala 50 °C
adalah sebesar : 49 °C dengan Uncertainty + 0,5 °C pada tingkat
kepercayaan 95% & nilai coverage factor 2
Contoh dari Eurachem / CITAC Guide “QUAM”
(Quantifying Uncertainty in Analytical Measurement) 2000 :

 Proses estimasi Ketidakpastian pengukuran :


I. Specify Measurand
II. Identify Uncertainty Sources
III. Quantify Uncertainty Components
IV. Calculate Combined Uncertainty

 Penyajian “Cause and Effect Diagram” , untuk melihat


sumber-sumber ketidakpastian pengukuran.

 Penerapan ATURAN “praktis” untuk menentukan


formulasi perhitungan Ketidakpastian Gabungan ( uc ).
 ada 3 rule (linier, non linier, dan polinomial)
Penentuan koefisien sensitivitas (Ci) dan Rumus perhitungan
ketidakpastian gabungannya (Uc) :

I. Aturan 1 : (Model matematisnya y=a+b+c+….)


Yaitu untuk penjumlahan dan/ atau pengurangan.
 koefisien sensitifitas masing-masing (Ca, Cb, Cc, ….) adalah 1.
 Sehingga ketidakpastian gabungannya (u c ) dirumuskan :

u c (y) =  [ u2(a) + u2(b) + u2(c) + …. ]

II. Aturan 2 : (Modelnya y=a.b.c … atau y=a/b.c …)


Yaitu untuk perkalian dan/ atau pembagian.
 Koefisien sensitifitas masing-masing : Ca=y/a , Cb=y/b , Cc=y/c , ………
 Sehingga ketidakpastian gabungannya (u c ) dirumuskan :

u c (y) = y .  { [u(a)/a]2 + [u(b)/b]2 + [u(c)/c]2 + …. }

III. Aturan 3 : (Model: y=an , a=yang diukur n=bilangan tetap)


Yaitu untuk perpangkatan dan/ atau polinomial.
 koefisien sensitifitasnya : Ca=y/a.n
 Sehingga ketidakpastian gabungannya (u c ) dirumuskan :

u c (y) = y .  { n. [u(a)/a]2 } = y . [u(a)/a] . n


Pelaporan “Uncertainty” :

 Laporan hasil uji yang memuat “Uncertainty” dilaporkan dalam


bentuk :
“hasil” = ( x + U ) “satuan”
 Laporan harus dilengkapi dengan informasi “coverage factor” (k)
dan “level of confidence”(%).
Contoh :
Masa logam Cu = (500,65 + 0,15) mg
dengan CL=95% dan k=2

Kadar Air dalam suatu produk = (2,42 + 0,28) %


dengan CL=95% dan k=2

Kadar Pb pada suatu sample = (119,3 + 12,8) ppm


dengan CL=95% dan k=2
U95 dilaporkan Max.2 angka penting

Contoh :

U95 = + 0.02054 g ………. ?  0.021 g


U95 = + 1.39 g ……………… ?  1.4 g
U95 = + 0.00004053 g ….. ?  0.000041 g = 0.041 mg
U95 = + 54.75 g ……………. ?  55 g
U95 = + 179.25 g ………….. ?  0.18 Kg
 Konsep ketidakpastian didasarkan pada besaran teramati yang diperoleh dengan
pengukuran; hal ini berbeda dengan konsep ideal kesalahan yang didasarkan
pada besaran yang tidak dapat diketahui.

 Kesalahan pengukuran terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu komponen acak dan
komponen sistematik. Kesalahan acak disebabkan oleh besaran berpengaruh
yang tidak dapat diramalkan, stokastik terhadap waktu dan bervariasi terhadap
ruang. Kesalahan sistematik disebabkan oleh besaran berpengaruh yang dapat
diamati terhadap hasil pengukuran.

 Perbedaan antara antara kesalahan dan ketidakpastian sebaiknya selalu


diperhatikan. Sebagai contoh, hasil pengukuran setelah koreksi dapat secara
tidak sadar dapat menjadi sangat dekat dengan nilai besaran ukur yang tidak
diketahui, dan oleh karena itu mempunyai kesalahan yang dapat diabaikan,
meskipun mungkin mempunyai ketidakpastian yang besar.
SUMBER KETIDAKPASTIAN (Uncertainty) :

Dalam praktek, terdapat berbagai macam kemungkinan sumber


ketidakpastian pengukuran antara lain mencakup :

 Definisi besaran ukur yang tidak lengkap;


 Realisasi definisi besaran ukur yang tidak sempurna;
 Pengambilan sampel yang tidak mewakili keseluruhan besaran ukur yang
didefinisikan;
 Pengetahuan yang tidak memadai tentang pengaruh kondisi lingkungan
terhadap proses pengukuran atau pengukuran kondisi lingkungan yang
tidak sempurna;
 Bias personil dalam membaca peralatan analog;
 Resolusi atau diskriminasi peralatan;
 Nilai yang diberikan pada standar pengukuran atau bahan acuan;
 Nilai konstanta dan parameter lain yang diperoleh dari sumber luar dan
digunakan dalam algoritma reduksi data;
 Pendekatan dan asumsi yg tercakup dlm metode & prosedur
pengukuran;
 Variasi pengamatan berulang terhadap besaran ukur dalam kondisi yang
tampak sama.
KLASIFIKASI KOMPONEN KETIDAKPASTIAN

• Ketidakpastian pengukuran terdiri dari beberapa


komponen yang dapat diklasifikasikan menurut metode
yang digunakan untuk menaksir nilai numeriknya:
– Tipe A : yang dievaluasi dengan analisis statistik dari
serangkaian pengamatan.
– Tipe B : yang dievaluasi dengan cara selain analisis statistik
dari serangkaian pengamatan.

• Klasifikasi komponen ketidakpastian ke dalam tipe A dan


tipe B tidak selalu mempunyai hubungan langsung
dengan klasifikasi komponen ketidakpastian sebagai
ketidakpastian acak dan sistematik.
PEMODELAN PENGUKURAN

Suatu fungsi yang menghubungkan besaran yang diukur dengan besaran


masukan disebut : model pengukuran

• Dalam sebagian besar proses pengukuran, besaran ukur Y ditentukan dari


N besaran lain yaitu. X1, X2,…, XN melalui hubungan fungsional berikut:
Y = f (X1, X2, …, XN)

Besaran masukan tersebut adalah X1, X2,…, XN dimana besaran ukur Y


dapat dipandang sebagai besaran ukur yang bergantung pada besaran lain.

• Besaran masukan X1, X2,…, XN dapat mempunyai nilai dan ketidakpastian


yang ditentukan secara langsung dari proses pengukuran yang sedang
dilakukan. (seperti dari suatu pengamatan tunggal, pengamatan berulang,
penentuan koreksi terhadap pembacaan instrumen dan koreksi dari
besaran berpengaruh) atau diperoleh dari sumber luar (seperti besaran
terkait dengan standar pengukuran terkalibrasi, bahan acuan bersertifikat
dan data acuan dari handbook).
PEMODELAN PENGUKURAN ……..

Suatu taksiran dari besaran ukur Y, dinyatakan dengan y, diperoleh dari


persamaan model pengukuran menggunakan taksiran besaran input x1,
x2,…,xN, untuk nilai dari N besaran masukan X1, X2,…, XN,
oleh karena itu taksiran besaran ukur “y”, yang merupakan hasil dari
proses pengukuran, diberikan dengan:
y = f(x1, x2, …,xN)

Bila diasumsikan bahwa setiap besaran input telah dikoreksi terhadap


semua pengaruh sistematik yang dikenali yang memberi pengaruh
signifikan terhadap taksiran keluaran, taksiran simpangan baku yang
berkaitan dengan taksiran keluaran, disebut sebagai ketidakpastian baku
gabungan (dinyatakan sebagai uc(y)) diperoleh dengan menggabungkan
taksiran simpangan baku dari setiap taksiran masukan xi yang disebut
sebagai simpangan baku (dinyatakan sebagai u(xi)).

Setiap ketidakpastian baku u(xi) diperoleh baik dari evaluasi tipe A atau
tipe B.
IDENTIFIKASI SUMBER KETIDAKPASTIAN

Setelah proses pengukuran dinyatakan dalam model matematis, maka sumber


ketidakpastian yang berkaitan dengan proses pengukuran harus dapat
diidentifikasi dengan baik untuk menghindari taksiran ketidakpastian yang
overestimate maupun underestimate.

• Untuk membantu proses identifikasi sumber ketidakpastian pengukuran, terutama


untuk proses pengukuran yang melibatkan banyak besaran masukan maupun
besaran berpengaruh dapat digunakan cause and effect diagram.

• Prosedur yang dapat digunakan untuk membuat suatu cause and effect diagram
adalah sebagai berikut:
– Tulis persamaan matematis lengkap yang mewakili proses pengukuran
berdasarkan hasil pemodelan pengukuran. Parameter yang terdapat
dalam persamaan tersebut digunakan untuk membentuk cabang utama
dari diagram.
– Perhatikan setiap langkah dalam metode dan tambahkan faktor lain yang
mempengaruhi pengukuran ke dalam diagram, yang membentuk cabang
dari cabang utama diagram.
– Tambahkan faktor lain yang memberikan kontribusi sampai semua faktor
yang mempunyai kontribusi cukup signifikan telah tercakup dalam
diagram.
IDENTIFIKASI …….

CONTOH pembuatan “Cause and Effect Diagram” :

Pengukuran densitas cairan (ρ) menggunakan Metode Penimbangan.


Tulis Model matematis : ρ = (m isi – m kosong) / V

M isi M kosong
ρ

Dalam proses pengukuran densitas cairan ini digunakan timbangan dan labu ukur
yang telah dikalibrasi. Pengukuran berulang dilakukan sebanyak n-kali.
Dari proses ini maka kontribusi ketidakpastian yang harus diperhatikan adalah:
– kalibrasi timbangan
– repeatability penimbangan
– kalibrasi labu ukur
– repeatability pengukuran volume
– pengaruh temperatur terhadap kapasitas labu ukur
(a) rincian I :

(b) rincian II :
EVALUASI KETIDAKPASTIAN BAKU TIPE A.
Evaluasi ketidakpastian yang memakai kaidah Statistika.
( Misal : Standard Deviation , ESDM)

EVALUASI KETIDAKPASTIAN BAKU TIPE B.

• Evaluasi ketidakpastian baku tipe B diperoleh dengan cara selain analisis statistik
dari serangkaian pengamatan yang biasanya didasarkan pada justifikasi ilmiah
menggunakan semua informasi relevan yang tersedia, yang dapat meliputi:
– Data pengukuran sebelumnya;
– Pengalaman dengan, atau pengetahuan umum tentang tingkah laku dan
sifat instrumen dan bahan yang relevan;
– Spesifikasi pabrik;
– Data yang diberikan dalam sertifikat atau laporan lainnya;
– Ketidakpastian yang diberikan untuk data acuan, diambil dari data book.

• Contoh paling sederhana dari evaluasi tipe B adalah penggunaan ketidakpastian


yang dilaporkan dalam sertifikat standar. Untuk memperoleh ketidakpastian baku,
ketidakpastian bentangan dibagi dengan faktor cakupan yang diberikan dalam
sertifikat tersebut. Tanpa adanya nilai faktor cakupan, maka faktor cakupan sama
dengan 2 dapat digunakan jika ketidakpastian bentangan mempunyai tingkat
kepercayaan 95%.
EVALUASI “TIPE B” ……

• Dalam kasus lain, dimana ketidakpastian diberikan dalam batas tertentu + a,


distribusi kemungkinan dapat diestimasi dari informasi yang tersedia, yang
kemungkinan dapat berbentuk distribusi berikut:
– Distribusi kemungkinan rectangular
Hal ini digunakan bila batas dapat ditentukan namun nilai besaran ukur tampak
berada di semua tempat dalam rentang tersebut. Ketidakpastian baku diperoleh
dengan membagi semi-range ‘a’ dengan akar 3 , yaitu u = a / (3)^0.5  (3)^0.5 = k
– Distribusi kemungkinan triangular
Hal ini digunakan bila terdapat bukti bahwa nilai yang paling mungkin adalah nilai
yang dekat dengan nilai rata-rata, lebih dekat dengan batas rentang,
kemungkinannya berkurang menuju “nol”. Ketidakpastian baku diperoleh dengan
membagi semi-range ‘a’ dengan akar 6 , yaitu, u = a / (6)^0.5  (6)^0.5 = k
– Distribusi kemungkinan bentuk-U
Distribusi ini terjadi di beberapa bidang metrologi. Sebagai contoh adalah
distribusi kemungkinan untuk ketidakpastian yang timbul dari refleksi konektor
frekuensi radio. Hal ini juga dapat diterapkan untuk variasi temperatur udara bila
kendali temperatur menghasilkan sebaran yang selalu dekat dengan batas
ketidakpastian. Ketidakpastian diperoleh dengan membagi semi-range ‘a’ dengan
akar 2 yaitu :
u = a / (2)^0.5  (2)^0.5 = k
EVALUASI “TIPE B” ……

– Distribusi Gaussian atau Normal


Distribusi ini dapat digunakan bila diasumsikan untuk ketidakpastian yang
menyatakan tingkat kepercayaan tertentu, 95% atau 99%. Ketidakpastian baku
diperoleh dengan membagi ketidakpastian tersebut dengan faktor cakupan yang
tepat berdasarkan tabel distribusi-t, yaitu u = U / k; dimana U adalah
ketidakpastian bentangan untuk tingkat kepercayaan tertentu dan k adalah
faktor cakupan,

• Untuk evaluasi ketidakpastian baku tipe B, maka distribusi rectangular adalah


model dasar yang cukup beralasan bila tidak terdapat informasi lainnya.

• Namun jika diketahui bahwa nilai besaran yang diukur dekat dengan pusat
rentang ketidakpastian, maka distribusi triangular merupakan model yang lebih
baik.

• Ketidakpastian baku tipe B diperoleh dari suatu proses penaksiran distribusi


kemungkinan.
KOEFISIEN SENSITIFITAS

• Koefisien sensitifitas merupakan salah satu aspek dalam evaluasi ketidakpastian


pengukuran yang menimbulkan kesulitan.
Koefisien sensitifitas mengkonversikan semua komponen ketidakpastian ke dalam
satuan yang sama dengan satuan besaran ukur. Hal ini merupakan kondisi yang
harus dipenuhi untuk menggabungkan ketidakpastian baku yang mempunyai
satuan berbeda.

• Koefisien sensitifitas juga memberikan skala fungsi pembobot untuk setiap


komponen ketidakpastian; yang menjelaskan bagaimana taksiran keluaran
bervariasi dengan perubahan nilai taksiran masukan.

• Evaluasi koefisien sensitifitas dapat dilakukan berdasarkan turunan parsial dari


fungsi yang mewakili model matematis pengukuran, yaitu:
ci = ∂f / ∂xi
• Koefisien sensitifitas kadang-kadang dapat ditentukan secara eksperimental, yaitu
dengan memvariasikan besaran input tertentu dan menjaga besaran input lainnya
dalam nilai yang konstan.
KETIDAKPASTIAN BAKU GABUNGAN (COMBINE UNCERTAINTY)
• Ketidakpastian baku gabungan dari suatu pengukuran, dinotasikan dengan uc(y),
diambil untuk mewakili taksiran simpangan baku (estimated standard deviation)
dari hasil pengukuran, yang diperoleh dengan menggabungkan ketidakpastian
baku dari setiap taksiran masukan berdasarkan pendekatan deret Taylor orde satu
dari model pengukuran. Metode penggabungan ketidakpastian baku ini sering
disebut dengan hukum propagasi ketidakpastian.

 uc2 = ( 𝐜𝐢 . ui )2 atau uc = ( 𝐜𝐢 . ui )2
KETIDAKPASTIAN BENTANGAN (EXPANDED UNCERTAINTY)

• Ukuran ketidakpastian perlu untuk memenuhi kemungkinan yang memadai yang


diistilahkan dengan ketidakpastian bentangan, yang dinyatakan dengan simbol U,
dan diperoleh dari mengalikan uc(y) dengan caktor cakupan, yang dinyatakan
dengan simbol t atau k.
 U = k . uc
• Praktek internasional yang biasa diterapkan adalah memberikan tingkat
kepercayaan sekitar 95% (95.45%). Untuk tingkat kepercayaan tertentu, nilai faktor
cakupan bervariasi terhadap derajat kebebasan efektif.

• Dalam banyak kasus, nilai k sama dengan 2 dapat digunakan bila derajat
kebebasan cukup besar, yaitu lebih besar atau sama dengan 30. Jika derajat
kebebasan efektif relatif kecil, nilai k dapat diperoleh dari tabel distribusi-t
DERAJAT KEBEBASAN ( v )

Masing-masing sumber Ketidakpastian Pengukuran (U) memiliki nilai


Derajad Bebas (v) yang berbeda :

- Untuk U dari “Repeatabilitas” , memiliki nilai v = (n-1)


(distribusi Normal)

- Untuk U dari “Kalibrator” (di Sertifikat Kalibrasinya), memiliki nilai v = 60


(distribusi Normal)  lihat pada tabel t-student

- Untuk U dari sumber yang berdistribusi “Rectangular” , memiliki nilai


v = “tak terhingga” ATAU dihitung dengan rumus :

v = ½ . [ 100 / R ]2 , nilai R= 10% atau 5%

( R = Reliability )
DERAJAT KEBEBASAN EFEKTIF ( V eff. )
- Jika semua komponen ketidakpastian telah digabungkan, derajat
kebebasan (v) dari ketidakpastian baku gabungan ( uc ) perlu untuk
diestimasi, yaitu menghitung derajat kebebasan efektif ( v eff ) dari
ketidakpastian baku gabungan yang didapat dengan rumus Welch-
Satterthwaite :

Dimana:
v eff = derajat kebebasan efektif dari ketidakpastian baku gabungan
vi = derajat kebebasan dari komponen ketidakpastian ke-i
ui (y) = hasil perkalian antara ci dan u(xi)

- Setelah didapat nilai v eff , maka diperoleh nilai faktor cakupan (k)
memakai tabel t-student.
Faktor Cakupan ( k )

Faktor cakupan (coverage factor , k) adalah nilai pengali terhadap suatu


nilai Ketidakpastian gabungan (combine uncertainty , uc) , sehingga
menjadi nilai Ketidakpastian Diperluas (expanded uncertainty , U).

- nilai k untuk Distribusi Rectangular (segi empat) , maka  k = (3)^0.5

- nilai k untuk Distribusi Normal (Gauss distribution) , maka  k = t


Lihat pada tabel t-student (Statistika)

Atau pada excel bisa menggunakan Rumus : =tinv(0.05,v)


0.05  Tingkat Kepercayaan 95%
v  nilai Derajad bebas

Contoh tabel t-student , sbb : …………………..


Critical Values for the Student t-Test (T a% , v ) , for two-tailed test

CL (%)= 90% 95% 98% 99%


alpha (%)= 10% 5% 2% 1%
v ==> 1 6.3138 12.7062 31.8205 63.6567
2 2.9200 4.3027 6.9646 9.9248
3 2.3534 3.1824 4.5407 5.8409
4 2.1318 2.7764 3.7469 4.6041
5 2.0150 2.5706 3.3649 4.0321
6 1.9432 2.4469 3.1427 3.7074
7 1.8946 2.3646 2.9980 3.4995
8 1.8595 2.3060 2.8965 3.3554
9 1.8331 2.2622 2.8214 3.2498
10 1.8125 2.2281 2.7638 3.1693
11 1.7959 2.2010 2.7181 3.1058
12 1.7823 2.1788 2.6810 3.0545
13 1.7709 2.1604 2.6503 3.0123
14 1.7613 2.1448 2.6245 2.9768
15 1.7531 2.1314 2.6025 2.9467
16 1.7459 2.1199 2.5835 2.9208
17 1.7396 2.1098 2.5669 2.8982
18 1.7341 2.1009 2.5524 2.8784
19 1.7291 2.0930 2.5395 2.8609
20 1.7247 2.0860 2.5280 2.8453
21 1.7207 2.0796 2.5176 2.8314
22 1.7171 2.0739 2.5083 2.8188
30 1.6973 2.0423 2.4573 2.7500
40 1.6839 2.0211 2.4233 2.7045
50 1.6759 2.0086 2.4033 2.6778
60 1.6706 2.0003 2.3901 2.6603
70 1.6669 1.9944 2.3808 2.6479
80 1.6641 1.9901 2.3739 2.6387
90 1.6620 1.9867 2.3685 2.6316
100 1.6602 1.9840 2.3642 2.6259
mencari nilai t (=k)
Critical Values for the Student t-Test (T a% , v ) dengan RUMUS :

CL (%)= 95%

alpha (%)= 5%

Nilai v  1 12.7062 ------ =TINV($D$5,B6)

2 4.3027 ------ =TINV($D$5,B7)

3 3.1824 ------ =TINV($D$5,B8)

( kolom B ) ( kolom D )
PELAPORAN KETIDAKPASTIAN

• Dalam pelaporan hasil pengukuran, informasi berikut sebaiknya diberikan:


– Ketidakpastian bentangan beserta faktor cakupan dan tingkat
kepercayaan;
– Deskripsi metode pengukuran yang digunakan untuk menghitung hasil
pengukuran dan ketidakpastiannya;
– Nilai dan sumber semua koreksi dan konstanta yang digunakan baik
dalam perhitungan dan analisis ketidakpastian;
– Hubungan fungsional Y=f(X1, X2, …) dan bebrapa koefisien sensitifitas
tertentu yang ditentukan secara eksperimental sebaiknya diberikan.
• Dalam melaporkan hasil kalibrasi atau hasil uji beserta ketidakpastiannya,
sebaiknya dengan memperhatikan:
– Nilai numerik dari ketidakpastian pengukuran sebaiknya dinyatakan
dalam 2 significant digit. (max.)
– Bila pembulatan menyebabkan nilai numerik turun lebih dari 5 % maka
sebaiknya dilakukan pembulatan ke atas.
– Untuk meminimalkan kesalahan pembulatan, dalam proses
penggabungan ketidakpastian sebaiknya digunakan paling sedikit satu
significant digit lebih banyak.
– Nilai numerik dalam pelaporan hasil pengukuran dan/atau pengujian
sebaiknya dibulatkan ke significant digit terakhir dari ketidakpastian
bentangan yang dilaporkan.
KESESUAIAN DENGAN SPESIFIKASI
 Ilustrasi:
hasil pengukuran diameter batang silinder adalah 0,50 mm sedangkan
batas spesifikasi adalah antara 0,45 mm ~ 0,55 mm, dalam kondisi ini dapat
disimpulkan bahwa batang silinder tersebut memenuhi persyaratan tanpa
memperhatikan ketidakpastian pengukuran.

 Pernyataan kesesuaian seperti dalam ilustrasi diatas sering disebut sebagai


membagi resiko karena pengguna akhir mengambil sebagian resiko bahwa
terdapat sebagian produk yang diuji dan/atau dikalibrasi mungkin tidak
memenuhi spesifikasi setelah diuji dan/ataudikalibrasi dengan metoda
pengukuran dan/atau pengujian yang disetujui.
Dalam kasus seperti ini terdapat asumsi bahwa ketidakpastian dari metode
yang disetujui dapat diterima dan hal ini harus dievaluasi bila perlu.
Regulasi dalam perdagangan biasanya menolak prinsip membagi resiko ini
dan meletakkan ketidakpastian sebagai resiko pada satu pihak.

 Suatu persetujuan antara pelanggan dan laboratorium, atau kode praktek


atau spesifikasi mungkin menyatakan bahwa akurasi dari metode yang
diadopsi memadai dan ketidakpastian tidak perlu diperhatikan secara
eksplisit saat menjustifikasi kesesuaian.
Konsiderasi yang sama dengan kasus membagi resiko (di atas) dapat
diterapkan untuk kasus tersebut. 64
………. KESESUAIAN DENGAN SPESIFIKASI
 Bila tidak terdapat kriteria, spesifikasi pengujian dan/atau kalibrasi, permintaan
pelanggan, persetujuan atau kode praktek, pendekatan yang dapat digunakan
untuk menyatakan kesesuaian maka pernyataan kesesuaian dengan spesifikasi
dapat dinyatakan bila batas spesifikasi tidak dilanggar oleh hasil pengujian dan/atau
kalibrasi, yang diperluas dengan setengah ketidakpastian bentangan pada tingkat
kepercayaan 95%.

 Dalam kasus seperti ini, kesesuaian bisa dinyatakan dalam tingkat


kepercayaan yang sama dengan tingkat kepercayaan dari ketidakpastian
bentangan yang digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian dengan
spesifikasi tersebut.

65
TABEL (1)
PERHITUNGAN Uncertainty (Ketidakpastian Pengukuran) ===> ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN "Uji …………."
(untuk komoditi : ……………………….)
Deskripsi proses uji : ………………………………………

Peralatan yang dipakai : ………………………………………

Rumus Ketidakpastian gabungan (combine) :

uc = Akar { (y/a)2.(ua)2 + (y/b)2.(ub)2 + ….. } dalam satuan : ……..

Sumber ketidakpastian Nilai Y nilai X (a) , ci.ui (ci.ui)^2


(dan Satuan-nya) (result) <komponen
sumber> Ketidakpastian ( U ) Koef.
<komponen masing2 Ketidakpas- sensitifitas,
sumber> Pembagi, k tian Baku, ui ci

Jumlah =
Ketidakpastian baku Gabungan, uc

Faktor Cakupan, k
Ketidakpastian Diperluas, U95 =

Keterangan :

Laporan Hasil Uji (lengkap) :


- nilai hasil uji (Y) = ……
- nilai hasil U95 = ……

Maka nilai Hasil Uji & nilai U95 dapat ditulis sbb :
( Y + U95 ) = ( ….. + ….. )
TABEL BUDGET KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN (hasil Kalibrasi)
TABEL 2
………
………
Besaran yang ..
diukur :
Nama Alat ukur yang
dikalibrasi : ………………..
Nilai U95 Standar
Standard yang digunakan : ……………….. =======================> (k=2) : …………
Rentang Ukur : …… s/d …… ( ………. ) satuannnya
Ketelitian Baca
(resolusi) : …… ( ………. ) satuannnya

Divisor
Componen Unit Distribution U (k) vi ui ci ui.ci ( ui.ci )2 ( ui.ci )4/ vi

Jumlah

Ketidakpastian Baku Gabungan , uc

Derajat Kebebasan , v eff

Factor Cakupan , k=student's for v eff (at CL 95 %)


( ………. )
Ketidakpastian Bentangan , U = k . uc satuannnya
RINGKASAN PROSEDUR EVALUASI
(dalam praktisnya) :
 Tentukan model matematis proses pengukuran.
 Tentukan taksiran nilai besaran masukan.
 Lakukan identifikasi semua sumber ketidakpastian.
 Evaluasi ketidakpastian baku tipe A untuk besaran ukur yang diperoleh dari
pengamatan berulang.  ui
 Evaluasi ketidakpastian baku tipe B berdasarkan informasi yang tersedia. (ui)
 Evaluasi koefisien sensitifitas untuk setiap besaran masukan.
 Hitung ketidakpastian baku gabungan.  uc
 Evaluasi derajat kebebasan efektif. ( v efektif)
 Hitung ketidakpastian bentangan dari hasil pengukuran.  U

 Laporkan hasil pengukuran dan ketidakpastian bentangan terkait beserta


faktor cakupan dalam laporan/sertifikat pengujian/kalibrasi.
 Bila diperlukan penilaian kesesuaian dengan spesifikasi, maka lakukan
evaluasi penilaian kesesuaian dengan spesifikasi sesuai dengan standar atau
permintaanpelanggan.
68
Evaluasi BMC dan CMC
 Best Measurement Capability (BMC) didefinisikan sebagai “ketidakpastian
terkecil yang dapat dicapai oleh laboratorium dalam lingkup akreditasinya,
dalam melakukan kalibrasi rutin standar pengukuran yang mendekati ideal
yang digunakan untuk mendefinisikan, merealisasikan, memelihara atau
mereproduksi suatu satuan dari besaran ukur tersebut atau satu atau lebih
nilai-nilainya; atau peralatan ukur yang mendekati ideal yang digunakan
untuk mengukur besaran ukur tersebut.” *8+

 Dari definisi di atas maka harus diperhatikan bahwa BMC yang ditetapkan
untuk suatu laboratorium kalibrasi harus dapat merefleksikan kemampuan
laboratorium dalam melakukan kalibrasi rutin terhadap suatu alat ukur atau
standar pengukuran yang hampir ideal, yang dapat dikalibrasi oleh
laboratorium tersebut menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Oleh
karena itu dalam praktek BMC merupakan ketidakpastian yang dapat dicapai
oleh laboratorium kalibrasi dalam melakukan pelayanan kalibrasi rutin.

 Ketidakpastian yang dilaporkan oleh suatu laboratorium dapat lebih kecil dari
BMC, bila laboratorium tersebut mengkalibrasi suatu alat ukur atau standar
pengukuran yang mempunyai karakteristik lebih baik dari kondisi hampir
ideal yang digunakan dalam menetapkan BMC.
69
………………. (BMC dan CMC)
 Dalam kondisi tertentu, ketidakpastian yang dilaporkan oleh laboratorium
dapat lebih besar BMC, bila laboratorium melakukan kalibrasi terhadap
suatu alat ukur atau standar pengukuran yang mempunyai karakterisitik
yang lebih buruk dari kondisi hampir ideal yang digunakan dalam
menetapkan BMC.

 Satu kasus yang memerlukan investigasi terhadap kemampuan


laboratorium adalah bila laboratorium melaporkan ketidakpastian yang
jauh lebih kecil atau jauh lebih besar dalam melakukan kalibrasi alat ukur
atau standar ukuran dengan karakteristik setingkat dengan kondisi hampir
ideal yang digunakan dalam menetapkan BMC.

 Dalam praktek, BMC dapat dievaluasi dengan audit pengukuran


menggunakan peralatan hampir ideal yang dapat dikalibrasi oleh
laboratorium bersangkutan dengan BMC atau dengan mengevaluasi
uncertainty budget yang biasa digunakan oleh laboratorium dalam
melakukan kalibrasi rutin.

CMC = Calibration and Measurement Capability


(berorientasi pada obyek kalibrasi realitis yang pernah ada, bukan
obyek kalibrasi ideal)
70
Latihan & Studi Kasus

1. Selesaikan Soal Latihan berikut ini ………………


2. Hitung Ketidakpastian (uncertainty) :
a. Hasil pengukuran
b. Hasil Kalibrasi
c. Hasil Pengujian

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai