1). Pengantar ttg Pengukuran (Uji & Kalibrasi) dan Ketidakpastian (U95)
2). Prinsip Akurasi dan Presisi dalam Pengukuran
3). Identifikasi Ketidakpastian Pengukuran (tipe A , tipe B) dan Metoda
perhitungan Ketidakpastian U95 (ISO GUM dan CITAC Eurachem)
4). Tahapan penentuan Ketidakpastian dan Perhitungan U95 (Excel)
5). Pelaporan Hasil (lengkap) & Interpretasi U95 dalam Batas Spec.
6). Perihal BMC dan CMC
Perihal “Uncertainty” (ketidakpastian) dalam ISO/IEC 17025
ISO 9001:2015
• Klausul 5.1.2 :
“ Kontribusi masing-masing faktor terhadap ketidakpastian pengukuran
total berbeda pada (jenis dari) pengujian yang satu dan yang lainnya dan
pada (jenis dari) kalibrasi yang satu dan yang lainnya. ………………………. “
• Klausul 5.4.6.1 :
“ Lab kalibrasi atau lab pengujian yang melakukan kalibrasi sendiri, harus
mempunyai dan menetapkan prosedur untuk mengestimasi ketidakpastian
pengukuran untuk semua kalibrasi atau jenis kalibrasi.”
• Klausul 5.4.6.2 :
“ Lab pengujian harus juga mempunyai dan menerapkan prosedur untuk
mengestimasi ketidakpastian pengukuran. ………………………. “
• Klausul 5.4.6.3 :
“ Saat mengestimasi ketidakpastian pengukuran, semua komponen
ketidakpastian yang penting dalam situasi yang ada harus diperhitungkan
dengan menggunakan metode analisis yang sesuai.”
• Catatan 1 (klausul 5.4.6.3) :
“Sumber-sumber penyebab ketidakpastian mencakup, tapi tidak perlu terbatas pada
standar acuan dan bahan acuan yang digunakan, metode dan peralatan yang
digunakan, kondisi lingkungan, sifat & kondisi barang yang diuji atau dikalibrasi, dan
operator.
Evaluasi ketidakpastian pengukuran
( ISO/IEC 17025 : 2017 , klausul 7.6 )
7.6.2 Laboratorium yang melakukan kalibrasi, termasuk untuk peralatannya sendiri, harus
mengevaluasi ketidakpastian pengukuran untuk semua kalibrasi.
CATATAN 1 : Dalam hal metode uji yang telah diakui dengan baik menentukan batasan nilai sumber
utama ketidakpastian pengukuran dan menentukan bentuk penyajian hasil yang dihitung, laboratorium
dianggap telah memenuhi 7.6.3 dengan mengikuti metode uji itu dan petunjuk pelaporannya.
CATATAN 2 : Untuk metode tertentu yang ketidakpastian pengukuran hasilnya telah ditetapkan dan
diverifikasi, tidak diperlukan evaluasi ketidakpastian pengukuran untuk setiap hasil jika laboratorium
dapat menunjukkan bahwa faktor-faktor berpengaruh kritis yang diidentifikasi terkendali.
CATATAN 3 : Untuk informasi lebih lanjut, lihat ISO/IEC Guide 98 3, ISO 21748 dan seri ISO 5725.
PENGUKURAN (measurement)
What ?
How ?
TUJUAN PENGUKURAN
1.1 Menentukan nilai suatu obyek ukur melalui
proses pembacaan oleh suatu instrumen/ alat
ukur yang disepakati. (konvensi)
1.2 Menjamin bahwa hasil ukur bisa diterima oleh
semua pihak yang terkait / ke-absah-annya
dapat dipertanggungjawabkan secara legal
dan ilmiah .
MANFAAT PENGUKURAN
Menjadikan suatu obyek ukur diketahui / memiliki
identitas kuantitatif beserta satuannya, yang siap
dipakai untuk berbagai keperluan.
Contoh data penimbangan
a). Ringkasan atas suatu Data, tidak cukup informatif jika hanya disajikan nilai Average (rata-rata) nya.
b). Nilai tengah (ukuran central) bisa terdiri dari : Average, Modus, dan Median.
c). Nilai sebaran data (ukuran dispersi) diperlukan untuk menggambarkan sejauhmana variasi suatu data.
d). Nilai ukuran dispersi, dapat dilihat pada nilai RANGE maupun SD (standard deviation) suatu data.
e). Adanya variasi dari hasil pengukuran (berulang) menunjukan bahwa terdapat faktor UNCERTAINTY.
f). Hasil ukur yang informatif , mencakup : nilai HASIL (nilai tengah) dan nilai KETIDAKPASTIANnya.
g). Menentukan nilai Uncertainty / Ketidakpastian harus mengacu pada suatu metoda dan perlu
dibuatkan Prosedurnya.
h). Prosedur “Ketidakpastian Pengukuran” harus logis & dapat dipahami oleh pihak-pihak yang terkait.
Beberapa KONSEP UMUM
Yang dimaksud dengan proses pengukuran adalah suatu proses yang meliputi spesifikasi
besaran ukur, metode pengukuran dan prosedur pengukuran.
Secara umum, hasil pengukuran hanya merupakan taksiran atau pendekatan nilai besaran
ukur, oleh karena itu hasil tersebut hanya lengkap bila disertai dengan pernyataan
ketidakpastian dari taksiran tersebut.
Ketidakpastian adalah ukuran sebaran yang secara layak dapat dikaitkan dengan nilai terukur.
Yang memberikan rentang, terpusat pada nilai terukur, dimana di dalam rentang tersebut
terletak nilai benar dengan kemungkinan tertentu.
Ketidakpastian hasil pengukuran mencerminkan kurangnya pengetahuan yang pasti tentang
nilai besaran ukur. Hasil pengukuran setelah dikoreksi terhadap kesalahan sistematik masih
berupa taksiran nilai besaran ukur karena masih terdapat ketidakpastian yang berasal dari
pengaruh acak dan koreksi kesalahan sistematik yang tidak sempurna.
Konsep ketidakpastian didasarkan pada besaran teramati yang diperoleh dengan
pengukuran; hal ini berbeda dengan konsep ideal kesalahan yang didasarkan pada besaran
yang tidak dapat diketahui.
Kesalahan pengukuran terdiri dari dua komponen, yaitu komponen acak dan komponen
sistematik.
Kesalahan acak disebabkan oleh besaran berpengaruh yang tidak dapat diramalkan, stokastik
terhadap waktu dan bervariasi terhadap ruang.
Kesalahan sistematik disebabkan oleh besaran berpengaruh yang dapat diamati terhadap
hasil pengukuran
Perbedaan antara antara kesalahan dan ketidakpastian sebaiknya selalu diperhatikan.
Sebagai contoh, hasil pengukuran setelah koreksi dapat secara tidak sadar dapat menjadi
sangat dekat dengan nilai besaran ukur yang tidak diketahui, dan oleh karena itu mempunyai
kesalahan yang dapat diabaikan, meskipun mungkin mempunyai ketidakpastian yang besar.
10
Beberapa DEFINISI / ISTILAH
Metrologi TEKNIK :
Metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metoda-metoda pengukuran dan alat-alat
ukur, yang menyangkut persyaratan teknik dan pengembangan mtd pengukuran, perawatan
dan pengembangan std nasional untuk satuan ukuran & alat ukr sesuai dengan
perkembangan IPTEK u/ memberikan kepastian dan kebenaran dalam pengukuran.
j). KALIBRASI:
Serangkaian kegiatan yang membentuk hub antara nilai yang
ditunjukan oleh instrumen pengukur atau sistem pengukuran
atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang
sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur
dalam kondisi tertentu.
k). Standar Kalibrasi (=kalibrator) :
Peralatan atau bahan ukur yang dijadikan sebagai pembanding
(acuan komparasi) dalam kegiatan pengerjaan kalibrasi.
p). Hasil Pengujian : Laporan yang berisi ttg hasil dari pengerjaan
pengujian, yang dituangkan dalam “Laporan” / “Sertifikat”.
DEFINISI / ISTILAH ( … lanjutan )
1. T. Persiapan mengukur
2. T. Pengambilan Data Pengukuran
3. T. Perhitungan / Olah data hasil-hasil ukur
4. T. Pelaporan Hasil Pengukuran
5. T. Dokumentasi & Distribusi
TAHAPAN Pekerjaan KALIBRASI
1. T. Persiapan Kalibrasi
2. T. Pengambilan Data Kalibrasi
3. T. Perhitungan / Olah data kalibrasi
4. T. Pelaporan Hasil Kalibrasi
5. T. Dokumentasi & Distribusi
TAHAPAN Pekerjaan PENGUJIAN
1. T. Persiapan Pengujian
( Pengkondisian , Preparasi , pemb.Standar , dll )
Interferometer
E1
E2 GB klas 00, K
F1 GB klas 0
F2 “sifat dari hasil pengukuran atau
nilai dari standar acuan yang dapat
GB klas 1 dihubungkan ke acuan tertentu,
M1 biasanya berupa standar nasional
atau internasional melalui rantai
M2 GB klas 2 perbandingan yang tidak terputus
dimana dalam setiap tahap
perbandingan tersebut mempunyai
M3 Checker, Tester, G.Scale ketidakpastian tertentu”
Faktor yang mempengaruhi Pengukuran
1.Obyek Ukur
2.Personil
Hasil-hasil Pengukuran
( tertelusur, nilainya lengkap, dapat dipertanggungjawabkan )
Prinsip …
Faktor-Faktor dalam Pengukur
“Uncertainty” :
Rentang nilai hasil pengukuran yang didalamnya
(diharapkan) terdapat nilai yang sebenarnya.
MODEL Pengukuran
Sumber2 Ketidakpastian
6).Pelaporan Uncertainty:
U= 0,0086mm Atau 0,009mm (k=2 dan tingkat kep. 95%)
Interpretasi Nilai-Nilai pada suatu Sertifikat Kalibrasi
( Nilai Koreksi atau Deviasi, dan Uncertainty ) :
Contoh :
Kesalahan pengukuran terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu komponen acak dan
komponen sistematik. Kesalahan acak disebabkan oleh besaran berpengaruh
yang tidak dapat diramalkan, stokastik terhadap waktu dan bervariasi terhadap
ruang. Kesalahan sistematik disebabkan oleh besaran berpengaruh yang dapat
diamati terhadap hasil pengukuran.
Setiap ketidakpastian baku u(xi) diperoleh baik dari evaluasi tipe A atau
tipe B.
IDENTIFIKASI SUMBER KETIDAKPASTIAN
• Prosedur yang dapat digunakan untuk membuat suatu cause and effect diagram
adalah sebagai berikut:
– Tulis persamaan matematis lengkap yang mewakili proses pengukuran
berdasarkan hasil pemodelan pengukuran. Parameter yang terdapat
dalam persamaan tersebut digunakan untuk membentuk cabang utama
dari diagram.
– Perhatikan setiap langkah dalam metode dan tambahkan faktor lain yang
mempengaruhi pengukuran ke dalam diagram, yang membentuk cabang
dari cabang utama diagram.
– Tambahkan faktor lain yang memberikan kontribusi sampai semua faktor
yang mempunyai kontribusi cukup signifikan telah tercakup dalam
diagram.
IDENTIFIKASI …….
M isi M kosong
ρ
Dalam proses pengukuran densitas cairan ini digunakan timbangan dan labu ukur
yang telah dikalibrasi. Pengukuran berulang dilakukan sebanyak n-kali.
Dari proses ini maka kontribusi ketidakpastian yang harus diperhatikan adalah:
– kalibrasi timbangan
– repeatability penimbangan
– kalibrasi labu ukur
– repeatability pengukuran volume
– pengaruh temperatur terhadap kapasitas labu ukur
(a) rincian I :
(b) rincian II :
EVALUASI KETIDAKPASTIAN BAKU TIPE A.
Evaluasi ketidakpastian yang memakai kaidah Statistika.
( Misal : Standard Deviation , ESDM)
• Evaluasi ketidakpastian baku tipe B diperoleh dengan cara selain analisis statistik
dari serangkaian pengamatan yang biasanya didasarkan pada justifikasi ilmiah
menggunakan semua informasi relevan yang tersedia, yang dapat meliputi:
– Data pengukuran sebelumnya;
– Pengalaman dengan, atau pengetahuan umum tentang tingkah laku dan
sifat instrumen dan bahan yang relevan;
– Spesifikasi pabrik;
– Data yang diberikan dalam sertifikat atau laporan lainnya;
– Ketidakpastian yang diberikan untuk data acuan, diambil dari data book.
• Namun jika diketahui bahwa nilai besaran yang diukur dekat dengan pusat
rentang ketidakpastian, maka distribusi triangular merupakan model yang lebih
baik.
uc2 = ( 𝐜𝐢 . ui )2 atau uc = ( 𝐜𝐢 . ui )2
KETIDAKPASTIAN BENTANGAN (EXPANDED UNCERTAINTY)
• Dalam banyak kasus, nilai k sama dengan 2 dapat digunakan bila derajat
kebebasan cukup besar, yaitu lebih besar atau sama dengan 30. Jika derajat
kebebasan efektif relatif kecil, nilai k dapat diperoleh dari tabel distribusi-t
DERAJAT KEBEBASAN ( v )
( R = Reliability )
DERAJAT KEBEBASAN EFEKTIF ( V eff. )
- Jika semua komponen ketidakpastian telah digabungkan, derajat
kebebasan (v) dari ketidakpastian baku gabungan ( uc ) perlu untuk
diestimasi, yaitu menghitung derajat kebebasan efektif ( v eff ) dari
ketidakpastian baku gabungan yang didapat dengan rumus Welch-
Satterthwaite :
Dimana:
v eff = derajat kebebasan efektif dari ketidakpastian baku gabungan
vi = derajat kebebasan dari komponen ketidakpastian ke-i
ui (y) = hasil perkalian antara ci dan u(xi)
- Setelah didapat nilai v eff , maka diperoleh nilai faktor cakupan (k)
memakai tabel t-student.
Faktor Cakupan ( k )
CL (%)= 95%
alpha (%)= 5%
( kolom B ) ( kolom D )
PELAPORAN KETIDAKPASTIAN
65
TABEL (1)
PERHITUNGAN Uncertainty (Ketidakpastian Pengukuran) ===> ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN "Uji …………."
(untuk komoditi : ……………………….)
Deskripsi proses uji : ………………………………………
Jumlah =
Ketidakpastian baku Gabungan, uc
Faktor Cakupan, k
Ketidakpastian Diperluas, U95 =
Keterangan :
Maka nilai Hasil Uji & nilai U95 dapat ditulis sbb :
( Y + U95 ) = ( ….. + ….. )
TABEL BUDGET KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN (hasil Kalibrasi)
TABEL 2
………
………
Besaran yang ..
diukur :
Nama Alat ukur yang
dikalibrasi : ………………..
Nilai U95 Standar
Standard yang digunakan : ……………….. =======================> (k=2) : …………
Rentang Ukur : …… s/d …… ( ………. ) satuannnya
Ketelitian Baca
(resolusi) : …… ( ………. ) satuannnya
Divisor
Componen Unit Distribution U (k) vi ui ci ui.ci ( ui.ci )2 ( ui.ci )4/ vi
Jumlah
Dari definisi di atas maka harus diperhatikan bahwa BMC yang ditetapkan
untuk suatu laboratorium kalibrasi harus dapat merefleksikan kemampuan
laboratorium dalam melakukan kalibrasi rutin terhadap suatu alat ukur atau
standar pengukuran yang hampir ideal, yang dapat dikalibrasi oleh
laboratorium tersebut menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Oleh
karena itu dalam praktek BMC merupakan ketidakpastian yang dapat dicapai
oleh laboratorium kalibrasi dalam melakukan pelayanan kalibrasi rutin.
Ketidakpastian yang dilaporkan oleh suatu laboratorium dapat lebih kecil dari
BMC, bila laboratorium tersebut mengkalibrasi suatu alat ukur atau standar
pengukuran yang mempunyai karakteristik lebih baik dari kondisi hampir
ideal yang digunakan dalam menetapkan BMC.
69
………………. (BMC dan CMC)
Dalam kondisi tertentu, ketidakpastian yang dilaporkan oleh laboratorium
dapat lebih besar BMC, bila laboratorium melakukan kalibrasi terhadap
suatu alat ukur atau standar pengukuran yang mempunyai karakterisitik
yang lebih buruk dari kondisi hampir ideal yang digunakan dalam
menetapkan BMC.
TERIMA KASIH