Anda di halaman 1dari 5

Panduan Praktikum SistemPengukuran Dan Kalibrasi BAB I PENDAHULUAN 1.

1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan industri di dunia ini yang sangat pesat seperti sekarang, persaingan usaha dan dagang merupakan hal utama yang sedang gencar gencarnya diburuh. Salah satu hal yang dapat membuktikannya yaitu pada masa penjajahan mulai dahulu kala sampai sekarang yang sebagai topik utamanya adalah monopoli perdagangan yang sampai sekarang adalah pemilik omzet terbesar di dunia dan yang menguasai perekonomian dunia. Karena dengan perdagangan suatu negara bisa memasuki negara lain dan menguasai perekonomiannya secara utuh dan bisa juga untuk manghancurkannya. Cara yang dipilih yaitu dengan cara menjaga dan meningkatkan kualitas produk atau jasa yang tersebut. Industri yang tetap eksis adalah industri yang memiliki kemampuan menyelesaikan berbagai masalah yang ada, menjaga kualitas produk tersebut dan selalu mengupayakan inovasi teknologi baru yang memiliki manfaat lebih bagi para penggunanya. Agar industri dapat menyelesaikan masalah yang muncul di industri perlu ketersediaan peralatan pengukuran yang sekaligus ditunjang oleh SDM (Sumber Daya Manusia) yang mampu mengoperasikan peralatan pengukuran dengan baik dan tepat sesuai dengan standart internasional penggunaan alat. Sehingga penggunaan peralatan pengukuran dan peralatan lainnya dapat berfungsi secara efektif dan efisien. Di ITS, tepatnya pada jurusan teknik fisika sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi ternama di Indonesia ingin menjawab tantangan masa depan terkait dengan teknologi instrumentasi di industri, karena mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi teknis dalam penguasaan berbagai hal tentang instrumentasi yang ada di industri, baik dalam hal operational, pemeliharaan, dan perbaikan. Terkait dengan pemelihaan, salah satu faktor penting yang harus dipahami adalah tentang kehandalan sebuah instrumen, yang mana kehandalan ini sangat erat hubungannya dengan tingkat ketelitian instrumen tersebut. Salah satu teknik yang digunakan untuk mengetahui dan memperbaiki ketelitian dari sebuah instrumen adalah dengan melakukan kalibrasi secara teratur. Kalibrasi yang benar dengan memenuhi standart sangat diperlukan untuk bisa menjamin bahwa sebuah peralatan layak untuk dipakai atau tidak. Oleh karena itu diharuskan proses kalibrasi ini untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa agar mampu melakukan sebuah proses pemeliharaan sebuah alat ukur. 1.2 TUJUAN PERCOBAAN Untuk melakukan suatu percobaan kita harus mengetahui tujuan dari percobaan tersebut. Adapun tujuan dari percobaan ini, yaitu : 1. agar mahasiswa mampu mampu menguasai prosedur dan metode pengukuran serta kalibrasi yang sesuai dengan standart nasional ( SNI 19-17025 ). 2. agar mahasiswa mampu menentukan fakto-faktor penyebab ketidakpastian pengukuran dan kalibrasi termometer digital. 1.3 PERMASALAHAN Adapun permasalahan yang timbul pada percobaan kalibrasi alat ukur, yaitu : 1. bagaimana mengetahui prosedur pengukuran dan kalibrasi thermometer digital yang benar 2. bagaimana menentukan ketidakpastian pengukuran dan kalibrasi termometer digital 1.4 SISTEMATIKA LAPORAN Laporan ini terdiri atas 6 bab. Bab I yaitu pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan, permasalahan dan sistematika laporan. Bab II Dasar Teori berisi tentang teori-teori yang mendasari praktikum ini. Bab III Metodologi Praktikum merupakan cara kerja dan peralatan yang dibutuhkan dalam praktikum. Bab IV Lembar Kerja dan Sertifikat kalibrasi yang berisi data yang ditulis langsung

dari hasil praktikum yang dilakukan, Bab V Analisis Data dan Pembahasan berisi tentang data-data yang dihasikan dalam percobaan, perhitungan dan pembahasan mengenai percobaan tersebut. Bab VI Kesimpulan dan Saran berisi tentang kesimpulan-kesimpulan hasil praktikum dan saran-saran untuk perbaikan praktikum selanjutnya. BAB II DASAR TEORI 2.1 PENGERTIAN PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN 2.1.1 PENGERTIAN PENGUKURAN Tujuan pengukuran adalah untuk menentukan nilai besaran ukur. Yang dimaksud dengan proses pengukuran adalah suatu proses yang meliputi spesifikasi besaran ukur, metode pengukuran dan prosedur pengukuran. Secara umum, hasil pengukuran hanya merupakan taksiran atau pendekatan nilai besaran ukur, oleh karena itu hasil tersebut hanya lengkap bila disertai dengan pernyataan ketidakpastian dari taksiran tersebut. 2.1.2 KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN Ketidakpastian adalah ukuran sebaran yang secara layak dapat dikaitkan dengan nilai terukur. Yang memberikan rentang, terpusat pada nilai terukur, dimana di dalam rentang tersebut terletak nilai benar dengan kemungkinan tertentu. Ketidakpastian hasil pengukuran mencerminkan kurangnya pengetahuan yang pasti tentang nilai besaran ukur. Hasil pengukuran setelah dikoreksi terhadap kesalahan sistematik masih berupa taksiran nilai besaran ukur karena masih terdapat ketidakpastian yang berasal dari pengaruh acak dan koreksi kesalahan sistematik yang tidak sempurna. Konsep ketidakpastian didasarkan pada besaran teramati yang diperoleh dengan pengukuran; hal ini berbeda dengan konsep ideal kesalahan yang didasarkan pada besaran yang tidak dapat diketahui. Kesalahan pengukuran terdiri dari dua komponen, yaitu komponen acak dan komponen sistematik. Kesalahan acak disebabkan oleh besaran berpengaruh yang tidak dapat diramalkan, stokastik terhadap waktu dan bervariasi terhadap ruang. Kesalahan sistematik disebabkan oleh besaran berpengaruh yang dapat diamati terhadap hasil pengukuran Perbedaan antara antara kesalahan dan ketidakpastian sebaiknya selalu diperhatikan. Sebagai contoh, hasil pengukuran setelah koreksi dapat secara tidak sadar dapat menjadi sangat dekat dengan nilai besaran ukur yang tidak diketahui, dan oleh karena itu mempunyai kesalahan yang dapat diabaikan, meskipun mungkin mempunyai ketidakpastian yang besar. Dalam praktek, terdapat berbagai macam kemungkinan sumber ketidakpastian pengukuran, antara lain mencakup: Definisi besaran ukur yang tidak lengkap; Realisasi definisi besaran ukur yang tidak sempurna; Pengambilan sampel yang tidak mewakili keseluruhan besaran ukur yang didefinisikan; Pengetahuan yang tidak memadai tentang pengaruh kondisi lingkungan terhadap proses pengukuran atau pengukuran kondisi lingkungan yang tidak sempurna; Bias personil dalam membaca peralatan analog; Resolusi atau diskriminasi peralatan; Nilai yang diberikan pada standar pengukuran atau bahan acuan; Nilai konstanta dan parameter lain yang diperoleh dari sumber luar dan digunakan dalam algoritma reduksi data; Pendekatan dan asumsi yang tercakup dapam metode dan prosedur pengukuran; Variasi pengamatan berulang terhadap besaran ukur dalam kondisi yang tampak sama; Interpretasi dari sumber ketidakpastian pengukuran dalam aplikasinya untuk proses pengujian dapat mencakup, tapi tidak terbatas pada: Pengambilan sampel yang tidak representatif; Ke-tidak-homogen-an asal sa mpel; Kontaminasi selama pengambilan dan penyiapan sampel; Kemurnian pereaksi dan larutan;

Pengaruh dan interferensi matrix; 2.2 KALIBRASI Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau system pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional. Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan / internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus. 2.3 MANFAAT KALIBRASI Manfaat kalibrasi adalah sebagai berikut : Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur. 2.4 PRINSIP DASAR KALIBRASI Prinsip dasar kalibrasi: Obyek Ukur (Unit Under Test) Standar Ukur(Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu ke standar kalibrasi internasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh laboratorium yg sudah teruji (diverifikasi)) Operator / Teknisi ( Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai kemampuan teknis kalibrasi (bersertifikat)) Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, Gangguan faktor lingkungan luar selalu diminimalkan sumber ketidakpastian pengukuran) 2.5 HASIL KALIBRASI Hasil Kalibrasi antara lain : Nilai Obyek Ukur Nilai Koreksi/Penyimpangan Nilai Ketidakpastian Pengukuran(Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran, Dievaluasi setelah ada hasil pekerjaan yang diukur Analisis ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan semua sumberketidakpastian yang ada di dalam metode perbandingan yang digunakan, Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran) Sifat metrologi lain faktor kalibrasi, kurva kalibrasi. TUR (Test Uncertainty Ratio) adalah perbandingan antara ketidakpastian karakteristik (specified) dari instrumen yang dikalibrasi terhadap ketidakpastian instrumen kalibratornya (Spesifikasi alat bisa dianggap sebagai ketidakpastian terbesar) 2.6 INTERVAL KALIBRASI Interval kalibrasi: Kalibrasi harus dilakukan secara periodik Selang waktu kalibrasi dipengaruhi oleh jenis alat ukur, frekuensi pemakaian, dan pemeliharaan. Bisa dinyatakan dalam beberapa cara : a. Dengan waktu kalender (1 tahun sekali, dst) b. Dengan waktu pemakaian (1.000 jam pakai, dst) c. Kombinasi cara pertama dan kedua, tgt mana yg lebih dulu tercapai 2.7 TERMOMETER DIGITAL 2.7.1 FUNGSI TERMOMETER DIGITAL

Termometer merupakan salah satu alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui suhu objek (benda/tubuh). 2.7.2 PRINSIP KERJA TERMOMETER DIGITAL Termometer digital, biasanya menggunakan termokopel sebagai sensornya untuk membaca perubahan nilai tahanan. Secara sederhana termokopel berupa dua buah kabel dari jenis logam yg berbeda yang ujungnya, hanya ujungnya saja, disatukan (dilas). Titik penyatuan ini disebut hot junction. Prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik hubungan antara tegangan (volt) dengan temperatur. Setiap jenis logam, pada temperatur tertentu memiliki tegangan tertentu pula. Pada temperatur yang sama, logam A memiliki tegangan yang berbeda dengan logam B, terjadilah beda tegangan (kecil sekali, miliVolt) yang dapat dideteksi. Jadi dari input temperatur lingkungan setelah melalui termokopel terdeteksi sebagai perbedaan tegangan (volt). Beda tegangan ini kemudian dikonversikan kembali nilai arusnya melalui pengkomparasian dengan nilai acuan dan nilai offset di bagian komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper ke dalam satuan volt kemudian dijadikan besaran temperatur yang ditampilkan melalui layar/monitor berupa seven segmen yang menunjukkan temperatur yang dideteksi oleh termokopel. 2.7.3 MATERIAL PENYUSUN TERMOMETER DIGITAL Termometer digital memiliki bagian penyususn terpenting. Material penyusun tersebut adalah sebagai berikut: Sensor PTC/ NTC Komparator (OP-amp dan sejenisnya) ANALOG to Digital konverter Dekoder display (IC 7447 TTL misalnya) Display (7 segmen, LCD, monitor) 2.7.4 THERMOMETER DIGITAL DENGAN DST-R8C dan OP-01 SEBAGAI RANGKAIAN PENGKONDISI Saat ini telah beredar beberapa mikrokontroler yang sudah built in ADC ( analog to digital ) salah satunya adalah R5F21134 yang ada di dalam Developmet System R8C ( DST-R8C ) dari Delta electronic. ADC yang ada di dalam R5F21134 dapat di hubungkan langsung ke tegangan analog dengan range 0 sampai 5 volt Namun hubungan antara dunia analog dan dunia digital dapat dilakukan dengan mudah hanya dengan sebuah ADC (Analog to Digital Converter), ada beberapa sensor yang memerlukan penguatan atau pengurangan ( conditioning ) tegangan output agar dapat di terima oleh ADC. Salah satu contoh aplikasi yang memerlukan sinyal conditioning adalah thermoter digital. Aplikasi thermometer digital dilakukan dengan melakukan konversi suhu menjadi data digital sehingga dapat diolah mikrokontroler. Proses konversi pertama kali dilakukan dengan mengubah suhu menjadi tegangan analog oleh op-01 dan dilanjutkan dengan konversi tegangan analog menjadi data digital mikrokontroler. Konversi suhu menjadi tegangan analog dilakukan dengan menggunakan sensor suhu tipe LM35 di mana sensor ini dapat beroperasi dengan menggunakan tegangan sumber di antara 4 30 volt DC. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajat Celcius sehingga diperoleh persamaan berikut: VLM35 = Temperatur * 10 mV. ADC yang ada di dalam R5F21134 adalah merupakan konverter tegangan analog ke digital dengan spesifikasi: - Konversi digital 8 bit / 10 bit ( menggunakan 8 bit ) LM 35 DST-R8C OP - 01 LCD DELTA ELECTRONIC - Tegangan input maksimum 5Volt DELTA ELECTRONIC Oleh karena itu ketelitiannya dalam satuan tegangan adalah: Ketelitian = 5 / 255 = 0,0196 volt = 19,6 mV Dengan toleransi ketelitian 19,6 mV maka keluaran LM35 yang mempunyai kenaikan 10 mV untuk setiap derajat Celcius tidak dapat langsung dihubungkan ke ADC. Toleransi ketelitian yang lebih besar dari tingkat kenaikan tegangan yang diukur akan menyebabkan kesalahan dalam pengukuran.

Untuk menghindari kesalahan tersebut maka tingkat kenaikan tegangan yang diukur harus dikuatkan dengan menggunakan rangkaian amplifier sehingga tingkat kenaikan tegangan berada di atas toleransi ketelitian. Dengan menggunakan Rangkaian Operasional Amplifier ( op-amp ) dengan penguatan 5 kali, maka akan menghasilkan kenaikan tegangan sebesar 50 mV untuk setiap Derajat Celcius. Perangkat Lunak Inti dari bagian perangkat lunak ini sebetulnya adalah merupakan konversi dari data digital dari ADC menjadi data suhu dalam bentuk desimal yang dapat ditampilkan pada LCD. Data-data yang diambil oleh ADC adalah berupa data tegangan dalam bentuk hexa sedangkan data yang akan ditampilkan ke LCD adalah berupa suhu dalam bentuk desimal. Pertama-tama perangkat lunak pada Modul DST-R8C mengubah data tegangan menjadi data suhu. Dengan menggunakan HEW ( c compiler untuk renesas ) proses aritmatika diatas dapat di seleseikan dengan mudah. Setelah itu, hasil konversi di tampilkan ke LCD dalam bentuk besaran suhu dengan skala celcius. Modul OP-01 sebagai op amp. Mode ini digunakan untuk menguatkan sinyal dengan penguatan hingga lebih dari 100x sinyal input. Penguatan dilakukan dengan memutar variabel resistor pengatur penguatan untuk setiap Op Amp. Selain variabel resistor-variabel resistor tersebut, variabelvariabel resistor yang berfungsi sebagai pengatur tegangan pembanding untuk setiap op amp juga dapat digunakan sebagai pengatur penguatan. Penguatan dari Non Inverting Amplifier ini adalah (1+P1/P2) x V AIN0 untuk Op Amp 1. Oleh karena itu bila P2 diputar hingga mencapai 10 K dan P1 diputar hingga mencapai 40 K, maka penguatannya adalah 5 x tegangan input.

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 PERALATAN Termometer digital standar beserta sertifikat. Media kalibrasi yang sudah terkalibrasi Tabel konversi ASTM Bak cairan. 3.2 PROSEDUR 3.2.1 Pemeriksaan skala Memilih salah satu dari skala termometer untuk dilakukan pengukuran. Memastikan bahwa suhu telah steady, dan mencatat pembacaan nilai nominal pada kolom 1. Secara berturut turut mencatat bacaan alat pada kolom 2 dan standar pada kolom 3. Mengulangi langkah pertama sampai ketiga sebanyak 5 kali. Menghitung koreksi dengan rumus Q = Pstandar Palat, dimana Pstandar adalah pembacaan termometer digital standar, Palat adalah pembacaan termometer digital yang dikalibrasi. Mencatat error of specification. Mencatat koreksi minimum. Mencatat koreksi maksimum. Menentukan nilai koreksi maksimum. Bila nilai koreksi maksimum lebih besar dari toleransi spec alat, maka termometer digital yang dikalibrasi perlu Adjust ulang atau di repair.

Anda mungkin juga menyukai