Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SISTEM INSTRUMENTASI

“KALIBRASI SENSOR PENGUKURAN & INSTRUMEN”

Di
S
U
S
U
N
Oleh Kelompok 10 :
 Bayu Harnadi Nasrul_H021201051
 Bisman Rizqullah_ H021201053
 Sitti Fathul Jannah_ H021201054
 Nur Inayah_H021201052
 Jenella P.N_ H021201055
 Rifaldi_H021201056

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya pada mata kuliah Sistem Instrumentasi kelas Fisika dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini membahas tentang Kalibrasi
Sensor Pengkuran dan Instrumen. Dalam penulisan makalah ini, saya sebagai penulis banyak
mendapatkan hambatan dan rintangan, namun dengan bantuan dari pihak lain masalah tersebut
dapat teratasi dengan baik. Oleh karena itu, saya sangat berterima kasih kepada para pihak yang
telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memnuhi tugas Prof. Dr. Arifin,
M.T, pada Sistem Instrumentasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Kalibrasi Sensor Pengkuran dan Instrumen, baik bagi pembaca maupun
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Arifin, M.T, selaku dosen Sistem
Instrumentasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi ini.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa Makalah “Kalibrasi Sensor Pengkuran dan
Instrumen” ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah in dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Makassar, 06 Maret 2022

Kelompok 10
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pengukuran merupakan kegiatan penentuan besaran dimensi atau kapasitas. Proses
pengukuran melibatkan tiga faktor, yaitu alat ukur, benda ukur, dan orang yang mengukur.
Biasanya dilakukan terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Menyatakan suatu angka
secara empiris dan objektif, pada kejadian nyata sedemikian rupa. Angka yang diperoleh dapat
dijadikan gambaran yang jelas mengenai objek atau kejadian tersebut. Pengukuran tidak hanya
terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda
yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian. Di dalam pengukuran suatu alat ukur
tidak ada satupun hasil pengukuran yang mempunyai nilai kebenaran mutlak. Hasil pengukuran
yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang sama, meskipun
alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini diperbesar lagi dengan adanya
pengaruh lingkungan, operator, serta metode pengukuran. Padahal dalam menghasilkan hasil
pengukuran tersebut sangat diharapkan bahwa setiap alat ukur yang digunakan dimanapun
memberikan hasil ukur yang sama dalam kaitannya dengan keperluan keamanan, kesehatan,
transaksi, dan keselamatan. Agar setiap alat dapat memberikan hasil ukur dengan keabsahan
yang sama, alat ukur tersebut perlu mempunyai ketelusuran kepada standar nasional atau
standar internasional. Cara untuk mengetahui nilai ketidakpastian dari alat ukur yang
digunakan adalah dengan melakukan kalibrasi. Kalibrasi merupakan suatu kegiatan untuk
menentukan keberadaan konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur berdasarkan
standar.
Dalam melakukan kalibrasi tidak mungkin suatu alat ukur dengan ketepatan lebih besar
dari standar kalibrasi pembanding. Suatu aturan yang sering diikuti adalah suatu standar
kalibrasi yang paling sedikit mempunyai ketepatan sepuluh kali alat ukur yang dikalibrasi. Jadi
perlu untuk mengetahui seluk beluk melakukan kalibrasi alat ukur dan yakin bahwa standar
kalibrasi mempunyai ketepatan yang memadai sebagai pembanding.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini sebagai berikut:
1. Mendefinisikan kalibrasi
2. Menjelaskan bagaimana prinsip kalibrasi
3. Menjelaskan bagaimana kontrol lingkungan kalibrasi
4. Menjelaskan rantai kalibrasi dan keterlacakan
I.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang kalibrasi
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang prinsip kalibrasi
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang kontrol lingkungan kalibrasi
4. Untuk mengetahui dan memahami tentang rantai kalibrasi dan keterlacakan
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Kalibrasi
Kalibrasi pada umumnya merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi
dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan
dalam akurasi tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau kita sering menyebutnya
dengan KBBI, kalibrasi dalah tanda-tanda yang menyatakan pembagian skala. Kalibrasi adalah
kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan
ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke
standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional dan bahan-
bahan acuan tersertifikasi.
Definisi Kalibrasi Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of
International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara
nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili
oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang
diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain, kalibrasi merupakan suatu kegiatan untuk
menentukan keberadaan konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur berdasarkan
standar. Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan "traceable uncertainity" untuk menentukan
tingkat kepercayaan yang di evaluasi dengan saksama dengan analisis ketidakpastian.
II.2 Prinsip Kalibrasi
Dalam menjalankan prosedur kalibrasi, maka hal pertama yang harus diketahui adalah
prinsip-prinsip dasar dari kalibrasi, yaitu sebagai berikut:
 Obyek Ukur (Unit Under Test)
 Standar Ukur (Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu ke
standar kalibrasi internasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh
laboratorium yg sudah teruji (diverifikasi))
 Operator / Teknisi (Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai
kemampuan teknis kalibrasi (bersertifikat))
 Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol,
Gangguan faktor lingkungan luar selalu diminimalkan & sumber
ketidakpastian pengukuran)
Hasil Kalibrasi antara lain:
 Nilai Obyek Ukur
 Nilai Koreksi/Penyimpangan
 Nilai Ketidakpastian Pengukuran (Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi
dalam pengukuran, dievaluasi setelah ada hasil pekerjaan yang diukur &
analisis ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan semua sumber
ketidakpastian yang ada di dalam metode perbandingan yang digunakan serta
besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran)
 Sifat metrologi lain seperti faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.
TUR (Test Uncertainty Ratio) adalah perbandingan antara ketidakpastian karakteristik
(specified) dari instrumen yang dikalibrasi terhadap ketidakpastian instrumen kalibratornya
(Spesifikasi alat bisa dianggap sebagai ketidakpastian terbesar)
II.3 Kontrol Lingkungan Kalibrasi
Setiap instrumen yang digunakan sebagai standar dalam prosedur kalibrasi harus
disimpan hanya untuk tugas kalibrasi dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain. Paling
khusus, itu tidak boleh dianggap sebagai instrumen cadangan yang dapat digunakan untuk
pengukuran proses jika instrumen yang biasanya digunakan untuk tujuan itu rusak. Penyediaan
yang tepat untuk kegagalan instrumen proses harus dilakukan dengan menyimpan seperangkat
instrumen proses cadangan. Instrumen kalibrasi standar harus benar-benar terpisah. Untuk
memastikan bahwa kondisi ini terpenuhi, fungsi kalibrasi harus dikelola dan dijalankan secara
profesional. Ini biasanya berarti menyisihkan tempat tertentu dalam departemen instrumentasi
perusahaan di mana semua operasi kalibrasi berlangsung dan di mana semua instrumen yang
digunakan untuk kalibrasi disimpan.
Tingkat kontrol lingkungan yang diperlukan selama kalibrasi harus dipertimbangkan
secara hati-hati dengan memperhatikan tingkat akurasi apa yang diperlukan dalam prosedur
kalibrasi. Meskipun diharapkan agar semua fungsi kalibrasi dilakukan di lingkungan yang
dikontrol dengan cermat, tidak selalu praktis untuk mencapainya. Menyangkut manajemen
prosedur kalibrasi, penting bahwa kinerja semua operasi kalibrasi ditetapkan sebagai tanggung
jawab yang jelas dari hanya satu orang. Orang itu harus memiliki kontrol total atas fungsi
kalibrasi, dan dapat membatasi akses ke laboratorium kalibrasi hanya untuk personel yang
ditunjuk dan disetujui. Hanya dengan memberikan kontrol penuh kepada orang yang ditunjuk
ini atas fungsi kalibrasi maka fungsi tersebut diharapkan dapat beroperasi secara efisien dan
efektif. Manajemen profesional sangat penting, agar kita dapat yakin bahwa sistem kalibrasi
yang beroperasi secara efisien dan akurasi pengukuran dapat dijamin.
Prosedur kalibrasi yang berkaitan dengan cara apa pun untuk pengukuran yang
digunakan untuk fungsi kontrol kualitas dikendalikan oleh standar internasional ISO 9000 (ini
termasuk standar kualitas lama Inggris BS 5750). Salah satu klausa dalam ISO 9000
mengharuskan semua orang yang menggunakan peralatan kalibrasi dilatih secara memadai.
Manajer yang bertanggung jawab atas fungsi kalibrasi jelas bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa kondisi ini terpenuhi. Pelatihan harus memadai dan ditargetkan pada
kebutuhan khusus sistem kalibrasi yang terlibat. Keberhasilan penyelesaian kursus pelatihan
harus ditandai dengan pemberian sertifikat kualifikasi. Ini membuktikan kemampuan personel
yang terlibat dalam tugas kalibrasi dan merupakan cara mudah untuk menunjukkan bahwa
persyaratan pelatihan ISO 9000 telah dipenuhi.
II.4 Rantai Kalibrasi dan Keterlacakan
Rantai kalibrasi dan keterlacakan yaitu membandingkan suatu besaran dengan besaran
standar.
1. Mata rantai kalibrasi
 Tingkat 1, Kalibrasi alat ukur dengan memakai acuan alat ukur standar.

 Tingkat 2, Kalibrasi alat ukur standar dengan memakai acuan alat ukur standar.

 Tingkat 3, Kalibrasi alat ukur standar dengan acuan alat ukur standar dengan tingkatan

yang lebih tinggi (standar nasional).


 Tingkat 4, Kalibrasi standar nasional dengan acuan standar internasional.

2. Kecermatan (Resolution)
Pembacaan alat ukur yang didasarkan skala yang terdapat pada alat ukur.
3. Kepekaan (Sensitivity)
Yaitu kemampuan alat ukur untuk menerima, mengubah dan meneruskan isyarat sensor
(dari sensor menuju ke bagian penunjuk,pencatat, atau pengolah data pengukuran). Contoh,
Volt meter (dari pembacaan tegangan menuju ke skala yang untuk mengolah dan ke bagian
pecatat yang berupa bergeraknya jarum.
4. Keterbacaan (readability)
Pengamat dapat membaca nilai dari alat ukur dengan lebih mudah dan cepat.
5. Histerisis (Histerysis)
Adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara
berkesinambungan dari dua arah yang berlawanan. Mulai dari minimun (nol) sampai
maksimum. Cara Supaya histerisis tidak terjadi adalah gesekan antara poros dan bantalan
harus dihilangkan atau setidak-tidaknya diperkecil.
6. Kepasifan / Kelambatan Reaksi
Kepasifan yang rendah sangat menguntungkan sebab alat ukur cepat reaksinya. Contoh:
 Pada alat ukur jenis mekanik yang disebabkan oleh pengaruh kelembaban misalnya
besarnya masa komponen dan pegas tidak elastik sempurna.
 Pada alat pneumatik dengan sistem tekanan balik yaitu apabila pipaelastik yang
menghubungkan sensor dengan runga pelantara terlalu panjang. Karena volume udara
(yang di ukur terlalu besar tekanannya).
 Pada alat ukur jenis elektrik atau opto elektrik jika kecepatan komponen yang di ukur
jarak getarannya melebihi kecepatan maksimum sesuai dengan kemampuan/kecepatan
penghitung elekroniknya. Sensor tak sampai pada penunjuk digital.
7. Pergeseran (Shift Drift)
Pergeseran yaitu apabila jarum penunjuk atau pena pencatat bergeser dari posisi yang
semestinya. Disebabkan karena perubahan temperatur di dalam alat ukur tersebut yang
memperngaruhi sifat-sifat komponennya yang kualitas rendah atau mengalami penuaan
8. Kestabilan Nol (Zero Stability)
Kestabilan mengalami pergeseran yang di sebabkan bergesernya pencatatan yang di
sebabkan seperti kasus pergeseran. Yaitu jarum penunjuk tidak berada pada posisi
nol.Untuk sistem pengukuran geometrik penyebab ketidak stabilan nol umumnya karena
ketidakkakuan sistem pemegang alat ukur atau benda ukur, kelonggaran sistem
pengencangan atau keausan sistem pemosisi(alat bantu rekam posisi)
9. Pengambangan/ketidak pastian (floating)
Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah ubah posisinya (bergetar)
atau angka terakhir (paling kanan penunjuk digital berubah-ubah. Semakin peka alat ukur
kemungkinan terjadinya pengambangan sewaktu proses pengukuran. Oleh karena itu alat
ukur yang mempunyai kepekaan yang sangat peka harus digunakan secara seksama dan
getaran pada sistem pengukuran tidak boleh terjadi.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kalibrasi merupakan proses untuk
menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan
besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Tujuan kalibrasi yaitu untuk
mencapai ketertelusuran pengukuran. Pada kegiatan industri dan penelitian peranan kalibrasi
merupakan salah satu tolak ukur jaminan mutu suatu produk/penelitian, sehingga semua alat
ukur (instrumentasi) dan bahan ukur harus dilakukan kalibrasi secara periodik, sesuai dengan
persyaratan standar atau spesifikasi teknis yang berlaku. Tingkat kontrol lingkungan yang
diperlukan selama kalibrasi harus dipertimbangkan secara hati-hati dengan memperhatikan
tingkat akurasi apa yang diperlukan dalam prosedur kalibrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alan S. Moris, “Measurement & Instrumentation Principles:, Edisi 3, Butterworth Heinemann,
2001.
A. Kurniawan. 2022. “Pengertian dan Tujuan Kalibrasi beserta Contoh”.
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kalibrasi/#Prinsip_Dasar_Kalibrasi
https://aryutomo.wordpress.com/2010/11/29/pengukuran-dan-instrumentasi/

Anda mungkin juga menyukai