Anda di halaman 1dari 27

POLITEKNIK NEGRI MANADO

MAKALAH

Disusun Oleh:
Nama : MUH ALFATHAN AMBA
NIM :19031068
Kelas/Semester : IIIC/3

JURUSAN TEKNIK MESIN PRODI D IV


TEKNIK MESIN
PRODUKSI DAN PERAWATAN
MANADO
NOVEMBER 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboratorium adalah tempat atau ruangan dimana para ilmuwan bekerja


dengan peralatan untuk penyelidikan dan pengujian terhadap suatu bahan atau
benda (Procter, 1981). Kegiatan di laboratorium meliputi kegiatan yang sangat
kompleks mulai dari pengukuran, pengamatan, pengujian,penyelidikan, penelian dan
sebagainya. Dalam mempelajari dan melakukan percobaan analisis di laboratorium,
diperlukan suatu alat atau instrumentasi, yang sangat penting guna memperlancar
dalam melakukan percobaan- percobaan. Salah satu instrument yang penting dalam
menunjang kegiatan analisis di laboratorium adalah alat ukur. Alat ukur merupakan
suatu alat yang kita gunakan untuk mengetahui nilai ataupun besar dari satuan yang
kita ukur. Alat ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur massa, volume, suhu,waktu
dan lain sebagainya. Alat ukur merupakan ujung tombak dalam kualitas produk yang
dihasilkan, karena langsung berhubungan dengan proses, sehingga perlu dipelihara
untuk mendapatkan umur (life time) yang panjang. Alat ukur ini banyak digunakan
dalam berbagai kegiatan di laboratorium terutama untuk melakukan proses
pengukuran dalam suatu analisis kuantitatif. Pengukuran adalah penentuan besaran,
dimensi,atau kapasitas,biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran.
Pengukuran adalah berupa proses menyatakan suatu angka secara empirik dan
objektif pada kejadian nyata sedemikian rupa, sebagai angka tadi dapat menjadikan
gambaran yang jelas mengenai objek atau kejadian tersebut. Pengukuran tidak
hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur
hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian. Di
dalam pengukuran suatu alat ukur tidak ada satupun hasil pengukuran yang
mempunyai nilai kebenaran mutlak. Oleh karena itu laboratorium pengujian perlu
mengetahui tentang nilai ketidakpastian dari alat ukur yang digunakan. Cara untuk
mengetahui nilai ketidakpastian dari alat ukur yang digunakan adalah dengan
melakukan kalibrasi.

Kalibrasi pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk mencari hubungan antara nilai
yang ditunjukkan oleh alat ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui, yang
berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu, atau bisa dikatakan
kalibrasi sebagai suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap
standar yang tertelusur. Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi
alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan
membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun
internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Seringkali hasil pengukuran
yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang
sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini diperbesar
lagi dengan adanya pengaruh lingkungan, operator, serta metode pengukuran.
Padahal dalam menghasilkan hasil pengukuran tersebut sangat diharapkan bahwa
setiap alat ukur yang digunakan dimanapun memberikan hasil ukur yang sama
dalam kaitannya dengan keperluan keamanan, kesehatan, transaksi, dan
keselamatan. Agar setiap alat dapat memberikan hasil ukur dengan keabsahan yang
sama, alat ukur tersebut perlu mempunyai ketelusuran kepada standar nasional atau
standar internasional. Setiap instrumen alat ukur sebelum digunakan atau setelah
digunakan pada periode tertentu (6 bulan atau 12 bulan), harus dilakukan
pengukuran dan dikalibrasi sesuai standar nasional ataupun internasional. Untuk
proses kalibrasi, perlu ada pengukuran terlebih dahulu pada objek yang ada
misalnya pada temperatur proses. Ada beberapa metode dalam kalibrasi antara lain
simulasi, perbedaan fasa. Umumnya yang banyak digunakan berupa metode
kalibrasi perbandingan untuk membandingkan kalibrator standar alat ukur terhadap
beban ukur yang dipakai, baru dilakukan perhitungan deviasi berdasarkan standar.
Cara ini memerlukan standar kalibrator yang harus dikalibrasi di Lembaga Kalibrasi
KAN/LIPI sehingga harganya mahal. Dalam penerapan standar ISO/IEC 17025 :
2005, kiranya upaya-upaya untuk menyamakan persepsi bagi semua pihak terkait
perlu dilaksanakan. Ketelusuran pengukuran tidak hanya sekedar menjadi
persyaratan administratif, melainkan telah menjadi kebutuhan teknis yang mendasar
terutama dengan diwajibkannya mencantumkan estimasi ketidakpastian dalam hasil
uji. Bagi dunia industri (perusahaan), layanan kesehatan, dan pendidikan yang
menerapkan sistem manajemen mutu ISO (misalnya ISO 9000:2008), kalibrasi alat
ukur merupakan syarat mutlak dalam usaha menjamin mutu dan daya saing produk
sesuai standar nasional maupun internasional. Dalam bidang layanan medis,
Undang – Undang No. 44 Pasal 16 tentang Rumah Sakit Tahun 2009 telah
mewajibkan bahwa setiap peralatan medis di rumah sakit dan laboratorium harus
dilakukan pengujian dan kalibrasi. Pelaksanaan pengujian dan kalibrasi alat
kesehatan bukan hanya sekedar mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan atau
mematuhi Undang-Undang, tetapi yang lebih penting lagi adalah dalam rangka
menjamin kualitas pelayanan dan keamanan pasien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan kalibrasi ?


2. Bagaimana prinsip dari kalibrasi ?
3. Apakah tujuan dari kalibrasi ?
4. Apakah manfaat dari kalibrasi ?
5. Bagaimana periode kalibrasi ?
6. Apa saja contoh instrument yang dikalibrasi di lab medis ?
7. Apa saja istilah-istilah dalam pengukuran dan kalibrasi ?
8. Apa saja contoh kasus yang terjadi dalam pengukuran dan kalibrasi ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kalibrasi.


2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip dari kalibrasi.
3. Untuk mengetahui tujuan dari kalibrasi.
4. Untuk mengetahui manfaat dari kalibrasi.
5. Untuk mengetahui bagaimana periode kalibrasi.
6. Untuk mengetahui contoh instrument yang dikalibrasi di lab medis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kalibrasi

Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International


Metrology (VIM), kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan
antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai
yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang
berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.

Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran


konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar
nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional dan
bahan-bahan acuan tersertifikasi.

Dalam melakukan kalibrasi tidak mungkin suatu alat ukur dengan ketepatan lebih
besar dari standar kalibrasi pembanding. Suatu aturan yang sering diikuti adalah
suatu standar kalibrasi yang paling sedikit mempunyai ketepatan 10 kali alat ukur
yang dikalibrasi. Jadi adalah amat penting bahwa orang yang melakukan kalibrasi
alat ukur harus yakin bahwa standar kalibrasi mempunyai ketepatan yang memadai
sebagai pembanding.

Pada penggunaan yang berkesinambungan, mungkin terjadi bawhwa setelah


beberapa waktu alat ukur mengalami kesalahan penyetelan menyebabkan
kesalahan nilai nol. Jadi bagi semua jenis alat ukur kalibrasi angka nol dan jangka
waktunya perlu dilakukan. Penting pula bagi pemakai untuk mengetahui bagaimana
kalibrasi dilakukan.

2.2 Prinsip Kalibrasi

• Obyek Ukur (Unit Under Test)

• Standar Ukur(Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu


ke standar kalibrasi internasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri
oleh laboratorium yg sudah teruji (diverifikasi))
• Operator / Teknisi ( Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai
kemampuan teknis kalibrasi (bersertifikat))
• Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol,
Gangguan faktor lingkungan luar selalu diminimalkan & sumber
ketidakpastian pengukuran)

Hasil kalibrasi dikatakan memenuhi standar apabila berisi informasi


sebagai berikut:

a. Nilai Obyek Ukur  

b. Nilai Koreksi/Penyimpangan.

c. Nilai Ketidakpastian Pengukuran

d. Sifat metrologi lain,faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.

TUR ( Test Uncertainty Ratio ) adalah perbandingan antara ketidakpastian


karakteristik ( specified) dari instrumen yang dikalibrasi terhadap
ketidakpastian instrumen kalibratornya. Spesifikasi alat bisa dianggap
sebagai ketidakpastian terbesar.

2.3 Tujuan Kalibrasi

• Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat


dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer
nasional dan / internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak
terputus.

• Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu


instrument ukur terhadap nilai nominalnya atau definisi dimensi nasional
yang seharusnya untuk suatu alat/bahan ukur.

• Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun


Internasional.

• Menjamin dan meningkatkan nilai kepercayaan didalam


proses pengukuran.
2.4 Manfaat Kalibrasi

• Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesefikasinya.

• Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada


peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
• Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan
harga yang ditunjukkan oleh alat ukur.

• Menjaga konsistensi mutu hasil produk yang dihasilkan.

• Mengurangi kegagalan hasil produk.

• Meningkatkan daya saing dalam pasar global.

2.5 Periode Kalibrasi

Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur
dengan kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada beberapa faktor
antara lain pada kualitas metrologis alat ukur tersebut, frekuensi pemakaian,
pemeliharaan atau penyimpanan dan tingkat ketelitianya. Periode kalibrasi dapat
ditetapkan berdasarkan lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau gabungan
dari keduanya.

Secara umum selang / interval kalibrasi dapat ditentukan berdasarkan :

1. Jenis alat ukur 

2. Frekuensi pemakaian

3. Stabilitas

4. Kondisi pemakaiaan

5. Batas kesalahan yang ada hubungannya dengan akurasi alat.

Selang kalibrasi biasanya dinyatakan dalam beberapa cara yaitu :

1. Dinyatakan dalam waktu kalender, misalnya 6 (enam) bulan sekali, 1(satu) tahun
sekali, dst.
2. Dinyatakan dalam waktu pemakaian, misalnya 1000 jam pakai, 5000 jam pakai,
dst.

3. Kombinasi carapertama dan kedua, misalnya 6 bulan atau 1000 jam


pakai,tergantung mana yang lebih dulu tercapai.

2.6 Instrumen yang Dikalibrasi di Lab Medis

Instrumen ukur besaran dasar yang perlu dikalibrasi dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

a. Panjang: Micrometer, Jangka sorong,Mistar, dll. 

b. Massa:Neraca Teknis, Timbangan

c. Waktu: Stopwacth, Timer , frequency counter

d. Arus listrik:Ampere meter, multimeter

e. Suhu: Thermometer, Thermocouple,  Furnance, thermistor

f. Jumlah Zat: Mole

g. Intensitas Cahaya: Luxmeter, intensity meter

Sedangkan instrumen ukur besaran turunan yang harus dikalibrasi diantaranya


adalah:

a. Tekanan : Pressure gauge ( manometer ),Hidrolic 

b. Isi : Gelas volumetric (buret, pipet, dll.)

c. Kecepatan : Tachomete

d. Aliran (  Flowrate ):  Flowmeter , Anemometer ( velocity )

e. Gaya : Mesin uji tarik/tekan, Mesin uji kekerasan

f. Frekuensi : Frekuensi meter 

g. Luas : Planimetri

h. Energi : Watt meter


Adapun alat laboratorium medis yang lain yang harus dikalibrasi antara lain :

a.    Diluter Makro ( Diluter macro )  


Kalibrasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan
perbandingan pengeceran.
Cara :

 Encerkan larutan zat warna (evans blue, BSP atau bathophenanthroline)


dengan aquades menggunakan diluter yang akan dikalibrasi. Lakukan hal
yang sama dengan menggunakan pipet atau labu ukur yang bersertifikat
kelas A dari National Bureau Stadar ( NBS ).
 Baca absorbans larutan warna hasil pengeceran dengan diluter
menggunakan spektrofotometer yang telah dikalibrasi. Lakukan hal yang
sama pada larutan warna hasil pengenceran dengan pipet/labu ukur.
 Catat kedua hasil tersebut dan bandingkan.
 Diluter dalam keadaan baik bila pembacaan hasil keduanya sama atau
hampir sama ( berbeda 0,5 – 1 % ).

b.    Diluter Mikro ( diluter micro )


Hal hal yang perlu diperhatikan adalah :

 Setiap kali sebelum alat dipakai harus direndam atau dibasahi dengan
aquades atau bahan pelarut yang sesuai selama ± 1 menit untuk menghindari
timbulnya gelembung pada waktu logam diluter menyentuh cairan, sehingga
volume di dalam cakram mikrodiluter berkurang.
 Setelah direndam, segera tiriskan di atas kertas tissue/kertas penghisap
untuk menghilangkan kelebihan cairan yang menempel pada logam.

Untuk kalibrasi volume mikro diluter digunakan “ Diluter Delitery tester “ yaitu
karton penghisap dengan gambaran lingkaran – lingkaran dengan diameter tertentu
yang menunjukkan volume tertentu pula. Misalnya diameter 0,9 cm menunjukkan
volume 0,025
Cara :

 Tegakkan mikrodiluter yang telah berisi cairan di atas karton dengan diameter
lingkaran yang sesuai dengan volume mikrodiluter yang akan dikalibrasi. 
 Tempelkan  cakram diluter tepat pada tengah lingkaran.
  Apabila cairan membasahi lingkaran sampai batas tepinya, berarti
volume  cairan di dalam cakram sesuai atau tepat.
  Apabila cairan tidak mencapai tepi, berarti volume kurang dari yang
seharusnya, dan sebaliknya bila cairan melebar keluar lingkaran berarti
volumenya melebihi dari yang seharusnya.

c.    Inkubator ( incubator )
Cara :
1)      Catat suhu inkubator pada  kartu setiap hari sebelum mulai
bekerja.
2)     Penyimpangan suhu yang melebihi 2 oC, pengatur suhu perlu
disetel kembali.

d.    Lemari es ( Refrigerator/freezer )

 Catat suhu setiap hari dengan termometer atau suhu yang terlihat pada digital
display pada freezer. Termometer yang digunakan harus sesuai dengan suhu
alat yang dikalibrasi, misalnya 2 – 8 oC, - 20 oC atau – 76 oC.
 Secara berkala periksa dengan menggunakan termometer standar.
 Cocokkan hasil yang didapat antara suu yang ditunjukkan oleh termometer
digital display dengan termometer standar.

e.    Oven
Cara :
1)     Secara berkala lakukan pemeriksaan suhu dengan menggunakan
termometer.
2)     Cocokkan hasil yang di dapat antara suhu yang tercantum dalam oven
dengan suhu yang di tunjukkan oleh termometer standar.
f.     Otoklaf ( Autoclave )
Digunakan untuk menguji apakah fungsi alat, suhu, waktu dan tekanannya
sudah benar.
Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan :
1.    Autoclave indicator tape.
Cara :

  Rekatkan indicator tape secara melingkar pada kemasan yang aikan


disterilisasi. Pada otoklaf yang besar, kemasan diletakkan pada bagian atas
dan bagian bawah otoklaf.
 Atur suhu, waktu dan tekanan
 Hidupkan otoklaf
  Setelah selesai baca indicator tape dengan melihat perubahan warna ang
terjadi pada garis – garis diagonal. Bila proses sterilisasi berjalan dengan
baik, garis – garis diagonal berubah warna dari putih menjadi coklat kehitam –
hitaman.

2.    Bacillus stearothermophilus
Cara :
 Masukkan bacillus stearothermophilus dalam bentuk liofilisasi dalam otoklaf.
 Atur suhu, waktu dan tekanan.
 Hidupkan otoklaf.
 Setelah selesai, ambil Bacillus stearothermophilus dan taman pada agar
darah (blood agar) dan inkubasi pada suhu 40 – 60 oC selama 24 – 48 jam.
 Proses sterilisasi berjalan baik bila tidak ada pertumbuhan Bacillus
stearothermophilus.

g. Peralatan Elisa (Elisa, apparatus)


Peralatan Elisa terdiri dari :
1.  Elisa Reader
Yang perlu dikalibrasi adalah :
 Liniaritas alat
 Stabilitas pembacaan
 Ketepatan pembacaan
Kalibrasi harus dilakukan :
 Pertama kali alat tersebut dipakai
 Setelah penggantian lampu
 Secara berkala untuk ketepatan pembacaan
Cara kalibrasi sangat bervariasi, tergantung merek dari alat, untuk itu perlu
mengikuti petunjuk yang terdapat pada masing – masing alat.

2. Elisa Washer 
Yang perlu dikalibrasi pada alat ini adalah :
a).   Volume dispenser
Waktu dispensing, volume di dalam washer harus sesuai dengan sertifikasi masing –
masing alat. Apabila volume tidak tepat, di kalibrasi sesuai dengan petunjuk yang
ada pada alat.
b).  Sisa yang tertinggal dalam sumur (rest volume)
Sisa yang tertinggal tidak boleh melebihi volume yang ditentukan untuk masing –
masing alat. Apabila volume melebihi volume yang ditentukan maka alat perlu di
kalibrasi.
c).   Posisi sumur
Hal – hal yang perlu diperhatikan yaitu pada waktu dispensing atau asperasi, bagian
head tidak boleh menyentuh tepi atau dasar sumur.

3.  Inkubator (Incubator)


Suhu yang dipakai harus sesuai dengan sertifikasi masing – masing alat dan
dipantau setiap kali digunakan.

4. Heating block
Suhu haeting block harus dikalibrasi dengan cara :
 Letakkan alat NTC pada ruangan inkubasi.
 Pasang digital nilai Ohm.
 Amati perubahan nilai Ohm.
 Hasil yang diperoleh adalah sebesar 702 Ohm untuk suhu 37 oC dan 557,5
Ohm untuk suhu 50 oC.
  Bila hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan nilai di atas, harus dilakukan
penyesuian dengan cara memutar potensio P3 dan P4 yang terdapat di
dalam haeting block.

h.     pH meter  
Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah :

 Letakkan konektor pada pH meter untuk tepat elektroda harus diperhatikan


dengan baik, jangan sampai salah menghubungkan ke konektor lain.
 Pada saat menuang cairan kimia harus hati – hati jangan sampai tumpah ke
pH meter, karena akan merusak komponen di dalamnya.

Selain dari pada hal – hal tersebut di atas, perlu dilakukan kitaan khusus
terhadap elektroda, yaitu :

 Penggunaan elektroda harus hati – hati jangan sampai terbentur benda –


benda keras, karena elektroda terbuat dari bahan gelas yang dapat pecah.
 Cuci elektroda sebelum dan sesudah digunakan

Kalibrasi perlu dilakukan setiap kali akan digunakan. Dilakukan dengan


menggunakan :
1.   pH Simulator
Cara :
 Siapkan alat pH meter yang akan diperiksa dan pH simulator.
 Hubungkan pH simulator ke tombol yang digunakan untuk menghubungkan
dengan elektroda pada pH meter.
 Hubungkan masing – masing alat yang telah disambungkan tersebut ke
listrik.
 Berikan input pH 7 dari pH simulator dan atur zero.
 Ulangi tindakan tersebut sampai penunjukan pH meter konstan dan
menunjuk 7 atau 0 mV.
 Kemudian berikan input pH 4 pada pH simulator, amati dan tepatkan
penunjuk pada pH meter sampai menunjuk angka 4 dengan mengatur
kompensasi temperatur.
 Lakukan hal yang sama untuk input pH 9 dari pH simulator ke pH meter
sampai penunjukkan konstan.
 pH meter siap untuk digunakan.

2.   Larutan buffer standar


Cara :
 Siapkan larutan – larutan buffer standar pH 4,7 dan 9 , aquadest serta tissue
halus.
 Hubungkan pH meter dengan elektroda gelas.
 Nyalakan pH meter.
 Bilas elektroda dengan aquades yang baru dan keringkan dengan kertas
tissue, masukkan ke dalam beaker glass berisi larutan buffer pH 7.
 Periksa penunjukkan pH, tepatkan sampai menunjukkan pH 7 dengan
mengatur zero. Ulangi sampai konstan.
 Bila elektroda dengan aquadest dan keringkan dengan kertas tissue,
lakukan hal yang sama ke dalam larutan buffer pH 4. periksa penunjuk pH,
tepetkan sampai menunjukkan pH 4 dengan mengatur kompensasi. Ulangi
sampai meter menunjukkan angka konstan.
 Lakukan hal yang sama untuk buffer pH 9.
 pH buffer siap untuk digunakan.

i.       Pipet
Cara :
 Timbang botol timbangan dengan timbang analitik, kemudian catat hasilnya.
 Isap aquadest yang sudah diukur suhunya dengan pipet yang sudah
dikalibrasi, masukkan dalam botol timbang. Timbang botol timbangan yang
sudah berisi aquadest dan catat hasilnya.
 Hitung perbedaan antara volume hasil perhitungan dengan volume yang
dipipet.
 Batas penyimpangan yang masih diperbolehkan sesuai dengan jenis pipet
dapat dilihat pada tabel 12 di bawah.
Cara kalibrasi ini juga dapat dilakukan pula untuk labu volumetrik dan gelas ukur dan
lain – lain.
  
j.       Penangas air (Waterbath)
Yang perlu dipantau adalah suhu. Cara pemantauan pengatur suhu sama
saperti pemantauan suhu pada refrigerator atau oven.

k.      Rotator (Shaker)
Kalibrasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.   Menggunakan tachometer
Bila kecepatan antara tachometer dengan alat pengukur kecepatan pada
rotator menunjukkan angka yang sama, berarti alat dalam keadaan baik.
2.   menggunakan cara sederhana sebagai berikut :
 Pegang pensil secara tegak disamping plate.
 Jalankan rotator sambil memilih jam
 Hitung sentuhan plate pada pinsil dalam waktu 1 menit
 Bila jumlah hitungan sesuai dengan alat pengukur kecepatan, berarti alat dalam
keadaan baik.

l.         Sentrifus (centrifuge)
Kalibrasi sentrifus dilakukan dengan mengukur kecepatan permenit dan
waktu. Pada refrigerated centrufuge selain kalibrasi rpm dan waktu juga perlu
kalibrasi suhu.
1.    Kalibrasi rpm
Dapat dilakukan dengan menggunakan :
a).    Tachometer mekanik yaitu dengan kabel yang lentur.
Cara :
 Ujung kabel yang satu kaitkan pada kumparan motor di dalam, sedangkan
ujung yang lain dihubungkan dengan alat meter.
 Set sentrifus pada rpm tertentu, kemudian jalankan.
 Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer.
  Ulangi beberapa kali, hitung rata – rata.
b).   Tachometer elektrik
 Letakkan bagian magnit di keliling coil, sehingga menimbulkan aliran listrik bila
alat dijalankan.
 Set sentrifus pada rpm tertentu.
 Aliran listrik yang timbul akan menggerakkan bagian meter
 Catat rpm yang di tunjukkan oleh meter pada tachometer.
  Ulangi beberapa kali, hitung rata – rata.

c).     Strobe light


Alat ini digunakan bila tachometer tidak dapat menjangkau motor. Kecepatan
putar/rpm masih dapat diterima bila penyimpangan nilai rata – rata tidak lebih dari 5
%.
 Kalibrasi alat pencatat waktu (timer) dapat dilakukan dengan
menggunakan stopwatch.
Cara :
 Set sentrifus pada waktu yang sering dipakai, misalnya 5 menit.
 Jalankan alat dan bersamaan dengan itu jalankan stopwatch
 Pada waktu sentrifus berhenti, matikan stopwatch, catat waktu yang
ditunjukkan stopwatch.
 Ulangi beberapa kali, hitung rata – rata.
Alat pencatat waktu (timer) masih dapat diterima bila penyimpangan nilai rata – rata
tidak lebih dari 10 %.

m.   Spektrofotometer (spectrophotometer)
Kalibrasi meliputi :
1.    Ketepatan pengukuran absorban
Kalibrasi dilakukan tiap minggu, kalibrasi dulakukan dengan memakai larutan 50 mg
atau 100 mg/l potasium bichromat (K2Cr2O7) 0,8 N asam sulfat (H2SO4). Format
larutan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Larutan tersebut mempunyai
nilai absorban pada setiap panjang gelombang.
2.   Ketepatan panjang gelombang
Lakukan kalibrasi ini setiap 6 bulan, kalibrasi dapat menggunakan beberapa cara :
a).    Dengan warna sinar
Kalibrasi berdasarkan pengamatan warna, hasilnya kurang teliti.
Cara :
Pada arah jalannya sinar diberi kertas putih dan amati warna yang timbul pada
panjang gelombang tertentu :
-       Hijau kebiruan        : pada panjang gelombang 500 nm
-       Hijau terang            : pada panjang gelombang 525 nm
-       Kuning hijau           : pada panjang gelombang 585 nm
Toleransi yang masih dianggap baik adalah ± 5 nm.

b).     Dengan lampu Deuterium


Hanya dapat dilakukan pada spektrofotometer UV – Vis, cara : apakah % T
maksimum ada pada panjang gelombang 656 ± 0,4nm.

c).      Dengan filter Didynium atau Holmium Oxide


Cara :
Periksa % T min/Abs maks dari filter Didynium atau Holmium Oxide. % T dari
Didynium filter ada pada panjang gelombang 586 ± 3 nm, sedangkan % T min dari
Holmium Oxide pada panjang gelombang 360,9 ± 0,75 nm.

d).     Dengan standar filter bersertifikat


Beberapa spektrofotometer dapat menggunakan filter standar bersertifikat yang
mempunyai % T maks untuk panjang gelombang tertentu seperti yang tercantum
pada labelnya.
Cara :
-   Bila spektrofotometer yang akan dikalibrasi mempunyai lebih dari satu sumber,
gunakan lampu Tungsten.
-   Masukkan standar panjang gelombang 10 nm di bawah standar panjang gelombang.
-    Atur % T sehingga menunjukkan 80 – 90 % T.
-   Panjang gelombang dimasukkan perlahan – lahan sambil mengamati % T, % T
harus naik, bila tidak naik ulangi langkah – langkah tersebut di atas.
Carilah panjang gelombang dimana terdapat % T maksimum dan catat panjang
gelombang tersebut. Batas yang dapat ditoleransi adalah panjang gelombang
standar seperti pada label ± 5 nm.

3.   Linearitas alat
Lakukan kalibrasi setiap 6 bulan.
Kalibrasi linearitas dapat dilakukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu terhadap konsentrasi tertentu terhadap konsentrasi larutan yang
berbeda – beda yang telah diketahui nilainya.

4.    Stray light (stay energy)


Stay light adalah cahaya lain diluar panjang gelombang tertentu yang diinginkan.
Sumbernya dapat berasal dari sinar yang bocor dari luar, sinar dari panjang
gelombang lain atau dari alat itu sendiri. Misalnya kerusakan monokromator dan
pembiasan sinar yang jatuh pada kuvet.
Lakukan kalibrasi setiap 6 bulan. Kalibrasi dapat dilakukan dengan beberapa cara :

a).     Larutan sodium iodida


Larutan sodium iodida dalam air mempunyai % T lebih kecil dari 1 pada panjang
gelombang 260 nm.
b).    Gelas corning vicor
Gelas tidak akan men transmisikan cahaya pada panjang gelombang 205 nm.
c).     Standar filter bersertifikat
pada standar tersebut terdapat 3 buah filter SRE dengan panjang gelombang 220
nm, 340 nm dan 400 nm.
Filter akan menyerap cahaya di atas panjang gelombang tersebut dan akan
melewatkan cahaya di bawah panjang gelombang tersebut.
Cara :
-    Masukkan standar 100 % T
-    Set panjang gelombang 400 nm.
-    Atur % T hingga menunjukkan 100 % T.
-    Ganti standar 100 % T dengan standar SRE 400 nm dan catat pembacaan % T.
-    Ulangi langkah – langkah tersebut di atas untuk filter SRE 340 nm dan 220 nm.
-    Hasil yang masih dapat diterima adalah 0 - 0,6 % T.
n.       Timbangan analitik (Analytical Balance)
Kalibrasi anak timbangan dilakukan dengan anak timbangan standar
yang bersertifikat kelas M, yang memperhatikan nilai nominal setiap anak
timbangan, deviasi sistematik dari nilai nominal, kelas ketelitian,
ketidakpastian, nilai massa dan massa jenis bahan atau volume.
Cara kalibrasi anak timbangan :
 Periksalah titik nol, jarum penunjuk angka harus menunjukkan angka nol.
  Letakkan anak timbangan standar yang teringan.
 Timbang anak timbangan yang di pakai sehari – hari, Baca dan catat hasil.
  Ulangi penimbangan dengan anak timbangan standar yang lebih berat.
 Anak timbangan dianggap masih tepat bila berat yang ditunjukkan oleh anak
timbangan tidak menyimpang lebih besar dari 0,1 % dari berat masing – masing
anak timbangan standar.  

o.       Timbangan elektrik ( Electrical Balance)


Kalibrasi timbangan dilakukan setiap hari dengan memakai anak timbangan
standar yang bersertifikat kelas S.
Cara :
 Lakukan penimbangan anak timbangan standar
 Catat hasil timbangan
 Ulangi sampai 5 kali hitung nilai rata – rata toleransi perbedaan berat yang
masih dapat diterima adalah :
1)      Untuk berat       1 – 50 mg                   = ± 0,014 mg
2)      Untuk berat       100 – 500 mg             = ± 0,025 mg
3)      Untuk berat       1 – 5 mg                     = ± 0,054 mg

p.       Termometer
Kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan cara sebagai berikut :
 Letakkan thermometer yang dikalibrasi dan thermometer standar bersertifikat
berdekatan dalam ruang ber AC (suhu 20o – 25oC) dan diamkan selama 1 jam.
 Catat suhu yang ditunjukkan oleh kedua alat thermometer.
 Thermometer memenuhi syarat bila perbedaan pembacaan suhu antara kedua
thermometer adalah ± 0,5 oC.
 Ulangi pemeriksaan di atas dengan menggunakan suhu 30 oC – 40 oC (dalam
oven).

2.7 Istilah-istilah yang ada di dalam pengukuran dan kalibrasi

a) Kecermatan (Accuracy)
Kecermatan adalah kemampuan dari instrumenukur untuk memberikan
indikasi pendekatan terhadap harga sebenarnya dari obyek yang diukur.
Akurasi pengukuran atau pembacaan adalah istilah yang sangat relatif.
Akurasi didefinisikan sebagai beda atau kedekatan (closeness) antara nilai
yang terbaca dari alat ukur dengan nilai sebenarnya. Dengan demikian,
tingkat kesalahan pengukuran menjadi lebih kecil. Keteletian dan kecermatan
sangat berkaitan dengan alat ukur yang akan digunakan pada saat
pengukuran.
Secara umum akurasi sebuah alat ukur ditentukan dengan cara kalibrasi pada
kondisi operasi tertentu dan dapat diekspresikan dalam bentuk plus-minus
atau presentasi dalam skala tertentu atau pada titik pengukuran yang spesifik.
Semua alat ukur dapat diklasifikasikan dalam tingkat atau kelas yang
berbeda-beda, tergantung pada akurasinya.
b) Ketepatan (Precision)
Ketepatan adalah kedekatan nilai-nilai pengukuran individual yang
didistribusikansekitar nilai rata –ratanya atau penyebaran nilai
pengukuranindividual dari nilai rata –ratanya. Definisi lain dari ketepatan
adalah tingkat kesamaan nilai pada sekelompok pengukuran atau sejumlah
nilai dimana pengukuran dilakukan secara berulang-ulang dengan instrument
yang sama. Ketepatan bisa juga dikatakan sebagai tingkat perbedaan yang
sekecil-kecilnya antara nilai pengamatan dengan nilai sebenarnya. Untuk
memperoleh ketepatan yang diharapkan kalibrasi alat ukur, perlu dilakukan
secara berkala dengan menggunakan standar konstan yang telah diketahui.
Alat ukur yang mempunyai presisi yang bagus tidak menjamin bahwa alat
ukur tersebut memiliki akurasi yang baik. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana cara melakukan pengukuran agar tidak terjadi
kesalahan-kesalahan dalam ketepatan atau presisi. Contoh masalah yang
sering terjadi menyangkut ketepatan atau presisi :
 Adanya kesalahan parallax
 Adanya kesesuaian (conformity)
 Adanya jumlah angka berarti (jumlah angka dibelakang koma untuk
menyatakan hasil pengukuran).
c) Koreksi (Corection)
Koreksi adalah suatu harga yang ditambahkan secara aljabar pada hasil dari
alat ukur untuk mengkompensasi / mengimbangi penambahan kesalahan
sistematik.

d) Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan adalah perubahan pada reaksi alat ukur yang dibagi oleh
hubungan perubahan aksinya. Kepekaan adalah perbandingan antara sinyal
keluaran atau respon instrumen terhadap perubahan masukan atau variabel
yang diukur. Perbandingan pergerakan linier y dengan pergerakan variabel x.
Semakin sensitif alat maka kurva semakin mendatar, sedangkan semakin
tidak sensitif alat maka kurva semakin tegak.
Kepekaan alat ukur secara umum mengacu kepada dua hal. Pada beberapa
kasus kepekaan menyatakan perubahan terkecil nilai peubah yang diukurr
dimana alat ukur memberikan tanggapan sementara aliran pemikiran lain
menganggap kepekaan sebagai ukuran perubahan yang dihasilkan oleh alat
ukur untuk suatu perubahan peubah yang diukur.
e) Daya Baca (Resolution)
Daya Baca adalah besar pernyataan dari kemampuan peralatan untuk
membedakan artidari dua tanda harga/skala yang paling berdekatan dari
besaran yangditunjukkan.
f) Rentang Ukur (Range)
Rentang Ukur adalah besar daerah ukur antara batas ukur bawah dan batas
ukur atas. Batas ukur berbeda-beda tergantung kebutuhan. Untuk kebutuhan
hasil penelitian yang lebih akurat maka dibutuhkan rentang ukur yang lebih
kecil, begitu juga sebaliknya.

2.8 Contoh Kasus yang Terjadi dalam Pengukuran dan Kalibrasi

a) Kecermatan (Accuracy)
 Dalam suatu proses menganalisis kadar akuadest dengan
menggunakan oven, hasil pengukuran tersebut ternyata dipengaruhi
oleh suhu yang ada di dalam oven, hal ini menunjukkan oven tersebut
harus dikalibrasi.
 Dua buah thermometer akan digunakan dalam sebuah percobaan yaitu
thermometer alcohol dan thermometer raksa. Ketika melakukan
pengukuran suhu dengan menggunakan termometer
alkohol,didapatkan angka 25oC. Sedangkan jika diukur dengan
menggunakan termometer raksa menunjukkan suhu 28 oC. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapatnya perbedaan pada akurasi pengukuran
kedua thermometer tersebut. Seharusnya kedua thermometer
menunjukkan skala atau nilai yang sama, namun diperkirakan terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam percobaan tersebut sehingga perlu
dilakukan verifikasi terhadap standar yang ditetapkan dan
dilakukannya kalibrasi.
 Dilakukan sebuah pengukuran volume akuadest dengan 2 alat ukur
yaitu menggunakan pipet ukur dan gelas ukur. Pertama diambil 20 ml
akuadest dengan menggunakan pipet ukur, kemudian akuadest
tersebut dialirkan ke gelas ukur. Akuadest yang dialirkan dengan pipet
ukur menuju ke gelas ukur tersebut menunjukkan angka 18 ml pada
takaran gelas ukur. Darisana kita dapat melihat perbedaan volume
akuadest di awal yang 20 ml dengan volume akuadest di gelas ukur 18
ml dengan perbedaan 2 angka. Dan dapat kita simpulkan bahwa pada
pengukuran volume tersebut tidak mendapatkan hasil yang sama,
sehingga harus dilakukan kalibrasi agar nilai yang dihasilkan tetap
sama dengan nilai awalnya.
b) Ketepatan (Precision)
 Dalam kegiatan penimbangan, suatu padatan NaCl (Natrium Klorida)
sebanyak 25,50 gr ditimbang dengan menggunakan neraca analitik.
Kemudian dilakukan penimbangan kembali padatan NaCl tersebut.
Hasilnya menunjukkan angka yang sama dengan nilai padatan yang
tetap dengan nilai awal yaitu 25,50 gram. Hal ini menunjukkan bahwa
neraca analitik tersebut rutin dilakukannya kalibrasi dan disetarakan
atau disesuaikan kembali dengan standar yang sudah ditetapkan.
 Pada kegiatan penimbangan Erlenmeyer dengan menggunakan
neraca analitik didapatkan angka 55,75 gr. Beberapa saat kemudian
dilakukan kembali penimbangan menggunakan neraca analitik yang
sama dan menghasilkan angka 52,90 gr. Terlihat jelas perbedaan yang
dihasilkan, yaitu penurunan nilai. Dapat kita simpulkan bahwa neraca
analitik berkurang ketepatannya. Itu bisa saja terjadi karena faktor
ketelitian petugas dalam melakukan penimbangan yang seharusnya
diawali dengan angka 0, ataupun faktor-faktor lain, sehingga neraca
analitik tersebut perlu dikalibrasi kembali agar sesuai dengan standar.
 Bila termokopel digunakan untuk mengukur suhu api, misalnya pada
1.000oC dengan ketepatan ± 5oC, maka persentase kesalahannya
5
adalah ± x 100 = ± 0,5 %. Namun bila kesalahan ± 5 oC terjadi
1.000
pada pengukuran suhu air mendidih pada 100 oC, maka persentase
5
kesalahannya adalah ± x 100 = ± 5 % jauh lebih serius
1.000
kesalahannya.
c) Koreksi (Corection)
 Misalnya panjang suatu pita ukur = 50 m, sedangkan diketahui ukuran
standar panjang pita ukur = 50,02 m. Sehingga factor koreksi C1 =
(50,02 –50)/50 = 0,0004 m. Jadi, jarak antara dua titik diukur dengan
pita ukur sebesar = 225 m, maka jarak sebenarnya = 225 + 0,0004
(225) = 225,09 m. Kesadaran ini terjadi akibat alat ukur yang berbeda
dengan alat ukur standar. Akibatnya, kesalahan yang timbul bersifat
merambat dalam suatu pengukuran juga perhitungannya. Untuk
menghilangkan kesalahan tersebut, panjang alat perlu dikoreksi
dengan rumus berikut.
L−L'
T=L+ L= L + C1L
1'
d) Kepekaan (Sensitivity)
 Cara kerja suatu waterbath adalah dengan memasukkan air ke dalam
bejana, lalu atur suhu yang dikehendaki dan hidupkan water bath.
Masukkan benda yang akan dipanaskan ke dalam air ( untuk tangas
air ), letakkan benda pada salah satu lubang ( untuk tangas uap ),
lubang lain yang tidak digunakan tetap ditutup. Pada saat percobaan,
waterbath ini diletakkan berdekatan dengan oven yang tidak
digunakan. Pada saat waterbath menjalankan kerjanya, suhu
lingkungan sekitar oven ikut meningkat dikarenakan waterbath
mengeluarkan uap ke sekitarnya dan jarak yang terlalu dekat antara
waterbath dengan oven. Jarak yang berdekatan juga memicu
kepekaan dari Oven yang membuktikan kenaikan suhu. Dengan hal
itu, disarankan untuk memberikan jarak antara alat satu dengan yang
lainnya pada saat percobaan dilakukan.
e) Daya Baca (Resolution)
 Suatu timbangan pada jarum penunjuk yang menunjukkan perubahan
0,1 gr (terkecil yang dapat dilihat) maka dikatakan bahwa resolusi dari
timbangan tersebut adalah 0,1 gram. Harga resolusi sering dinyatakan
pula dalam persen skala penuh.
f) Rentang ukur (Range)
 Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratusmilimeter. Terdiri dari dua bagian,yaitu skala utama dan
skala nonius. Skala utama tidak dapat digerak –gerakkan; sedangkan
skala nonius dapat digeserkan/ digeser.Pembacaan hasil pengukuran
sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun
alat. Jangka sorong terbaru sudah dilengkapi dengan bacaan digital.
Jangka sorong yang  ad memiliki ketelitian 0,1 mm, 0,05 mm dan
0,02mm. Tingkat ketelitian pengukuran dengan menggunakan jangka
sorong lebih baik dibandingkan dengan menggunakan penggaris.
 Seorang peneliti melakukan pengukuran massa suatu padatan dengan
menggunakan alat ukur massa dengan ketelitian 0,5. Karena tidak
puas dengan akurasi data, kemudian peneliti ingin hasil peneltian lebih
akurat. Dengan cara kembali mengukur dengan menggunakan alat
ukur massa dengan ketelitian yang dianggap lebih akurat yaitu 0,05.
 Pada awal saat sebelum dilakukannya titrasi terlihat batas bawah dan
batas atas pada buret menunjukkan angka 22 ml. Namun sesaat
setelah dilakukan kegiatan titrasi, larutan yang jatuh sebanyak 25 ml.
Terjadi perbedaan nilai akhir yang dimana hal ini disebabkan oleh
proses pemuaian yang terjadi pada buret.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Secara umum kalibrasi mempunyai pengertian sebagai rangkaian


kegiatan membandingkan hasil pengukuran suatu alat dengan alat
standar yang sesuai untuk menentukan besarnya koreksi pengukuran
alat serta ketidakpastiannya. Di dalam kalibrasi tercantum prinsip, tujuan,
manfaat, dan periode kalibrasi.
 Terdapat istilah-istilah penting yang harus diketahui dalam melakukan
pengukuran dan kalibrasi seperti kecermatan, ketepatan, koreksi,
kepekaan, daya baca dan rentang ukur serta kesalahan-kesalahan yang
terjadi dalam suatu pengukuran.
 Adapun beberapa alat laboratorium yang harus dikalibrasi yaitu  Diluter
Makro ( Diluter macro ),  Diluter Mikro ( diluter micro ), Inkubator
( incubator ), Lemari es ( Refrigerator/freezer ), Oven, Otoklaf
( Autoclave ), Peralatan Elisa (Elisa, apparatus), pH meter , Pipet ,
Penangas air (Waterbath), Rotator (Shaker), Sentrifus (centrifuge),
Spektrofotometer (spectrophotometer)

3.2 Saran

Kalibrasi adalah proses yang sangat penting untuk menentukan akurasi dan
presisi suatu alat ukur. Oleh karena itu, diharapkan pada saat proses kalibrasi
petugas harus benar – benar teliti dan memperhatikan setiap elemen atau faktor
yang dapat mempengaruhi hasil dari proses kalibrasi tersebut agar nilai yang
dihasilkan tepat dan tidak berubah-ubah.

Anda mungkin juga menyukai