Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan teknologi di era modern ini, banyak


sekali peralatan canggih yang dihasilkan dari para penemuan jenius.
Salah satu contohnya di dunia kesehatan. Banyak sekali peralatan
medis yang semakin canggih dan berkualitas. Dengan kecanggihan
yang dimiliki oleh peralatan tersebut, kita harus ingat bahwa peralatan
tersebut tidak selalu dalam kondisi baik. Maka dari itu, kita harus
melakukan sesuatu terhadap peralatan tersebut, agar sesuai dengan
rancangannya berdasarkan standar nasional maupun internasional.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran
pada peralatan tersebut. Kegiatan mengukur tidak akan pernah lepas
dalam kehidupan sehari-hari kita. Karena melakukan kegiatan
pengukuran dapat menentukan kuantitas dan kualitas sebuah objek.
Berdasarkan undang undang No. 44 tahun 2009, tentang rumah
sakit dan pasal 16 yang berisikan mewajibkan setiap peralatan medis
yang ada dirumah sakit maupun laboratorium harus dilakukan
pengujian dan kalibrasi. Ini ditetapkan untuk menguji bahwa
instrumentasi atau peralatan tersebut memang baik dan sesuai dengan
spesifikasinya. Karena beberapa peralatan sejenis tidak selalu
menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe
yang sama. Maka dari itu, diperlukan melakukan kegiatan kalibrasi
pada setiap instrumen ukur sampai terbukti bahwa melalui kalibrasi
atau pengujian, instrumen ukur tersebut memang baik.

Kalibrasi diperlukan untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi


dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari
standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Akurasi menunjukkan
kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk
menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari

1
besaran yang diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar
tingkat akurasinya. Untuk menginginkan hasil pengukuran yang valid,
maka perlu dilakukan pengukuran berulang.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1) Apakah pengertian kalibrasi ?


2) Bagaimana prinsip kerja kalibrasi ?
3) Apakah tujuan dari kalibrasi ?
4) Apakah manfaat dari kalibrasi ?
5) Bagaimana periode kalibrasi ?
6) Apa contoh instrumen yang dikalibrasi di lab medis ?
7) Pengertian dan contoh kasus dari :
a) Kecermatan (Accuracy) d) Kepekaan (Sensitivity)
b) Ketepatan (Precision) e) Daya baca (Resolution)
c) Koreksi (Corection) f) Rentang ukur (Range)

1.3. TUJUAN PENULISAN

1) Untuk mengetahui pengertian kalibrasi.


2) Untuk mengetahui prinsip kerja kalibrasi.
3) Untuk mengetahui tujuan dari kalibrasi.
4) Untuk mengetahui manfaat dari kalibrasi.
5) Untuk mengetahui periode kalibrasi.
6) Untuk mengetahui contoh instrumen yang dikalibrasi di lab medis.
7) Untuk mengetahui pengertian dan contoh kasus dari kecermatan
(accuracy), ketepatan (precision), koreksi (correction), kepekaan
(sensitivity), daya baca (resolution), dan rentang ukur (range).

1.4. MANFAAT PENULISAN

1) Manfaat bagi institusi


2) Manfaat bagi mahasiswa
Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk sumber informasi
serta pengetahuan mengenai materi kalibrasi beserta upaya
pelaksanaannya.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KALIBRASI

Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan


Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan
yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen

3
ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur,
dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang
diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain, kalibrasi adalah
menentukan kebenaran suatu alat ukur dan bahan ukur dengan cara
membandingkan rancangannya pada standar nasional maupun
internasional dan bahan-bahan acuan yang tersertifikasi.

2.2. PRINSIP KERJA KALIBRASI

Beberapa hal yang harus disiapkan sebelum kegiatan kalibrasi dilakukan


adalah:

a. Obyek Ukur ( Unit Under Test )


Obyek ukur adalah komponen sistem pengukuran yang harus dicari
karakteristik dimensionalnya, misal panjang, jarak, diameter, sudut, kekasaran
permukaan dan seterusnya, agar hasil ukurnya memberikan nilai yang
aktual, maka sebelum proses pengukuran dilakukan, obyek ukur
harus dibersihkan dahulu dari debu, minyak atau bahan lain yang
menutup atau mengganggu permukaan yang akan diukur.

b. Standar Ukur
Standar ukur adalah komponen sistem pengukuran yang dijadikan
acuan fisik pada proses pengukuran. Bagi pengukuran dimensional
standar satuan ukuran adalah standar panjang dan turunannya.
Dalam proses pengukuran yang baik menuntut standar ukur yang
mempunyai akurasi memadai dan mampu mendekati ke standar nasional/
internasional.
c. Operator/Teknisi
Operator pengukur adalah orang yang menjalankan tugas
pengukuran dimensonal baik secara keseluruhan maupun bagian demi
bagian. Tugas ini terdiri dari pos pekerjaan, diantaranya :
- Pemeriksaan obyek ukur serta gambar kerja.
- Pemilihan alatalat ukur serta standar ukur.
- Persiapan pengukuran seperti penjamin kebersihan, penyusunan sistem
ukur, pemeliharaan kondisi lingkungan dan lainlain.

4
- Perhitungan analisis kesalahan pengukuran dan pembuatan interprestasi
ketidakpastian pengukuran
- penyajian hasil pengukuran (dalam bentuk laporan pengukuran).

Seorang operator hendaknya dibekali dengan pengetahuan:


- Kemampuan membaca gambar kerja
- Pengetahuan tentang sistem toleransi
- Kemampuan menjalankan alat/mesin ukur
- Pengetahuan tentang statistika pengukuran dan teori ketidakpastian

d. Lingkungan yang dikondisikan


Proses pengukuran dapat dilakukan dimana saja, diruang terbuka
maupun diruang yang terkondisi. Pada ruang terkondisi khususnya
pengukuran dimensional tentunya akan menjamin hasil ukur lebih
akurat,dengan persyaratan yang dipersyaratkan bagi sebuah ruang untuk
keperluan pengukuran/kalibrasi dimensional adalah sebagai
berikut:
Suhu 20 10 C
Kelembaban relatif 50 %

Hasil kalibrasi dikatakan memenuhi standar apabila berisi informasi


sebagai berikut:

a. Nilai Obyek Ukur

b. Nilai Koreksi/Penyimpangan.

c. Nilai Ketidakpastian Pengukuran

d. Sifat metrologi lain,faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.

TUR ( Test Uncertainty Ratio ) adalah perbandingan antara


ketidakpastian karakteristik ( specified) dari instrumen yang dikalibrasi
terhadap ketidakpastian instrumen kalibratornya. Spesifikasi alat bisa
dianggap sebagai ketidakpastian terbesar.

2.3. TUJUAN KALIBRASI

5
Tujuan kalibrasi :

1. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai yang


menunjukkan suatu instrumen atau deviasi dimensi nominal yang
seharusnya untuk suatu bahan ukur.
2. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional
maupun internasional (Dewan Standarisasi Nasional/DNS 1990).
3. Agar tercapai kondisi layak pakai atau menjamin ketelitian dalam
rangka mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan,
(Dirjen Pelayanan Medik Depkes, 2001).

2.4. MANFAAT KALIBRASI

1. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri


pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.

2. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh perbedaan


(penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan
oleh alat ukur.

3. Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai
dengan spesifikasinya (DNS 1990).

4. Menjaga konsistensi mutu hasil produk yang dihasilkan.

5. Mengurangi kegagalan hasil produk.

6. Meningkatkan daya saing dalam pasar global

2.5. PERIODE KALIBRASI

Jangka waktu atau selang waktu kalibrasi harus ditetapkan pada


suatu instrumen ukur. Secara umum selang / interval kalibrasi dapat
ditentukan berdasarkan :

1. Jenis alat ukur

6
2. Frekuensi pemakaian

3. Stabilitas

4. Kondisi pemakaiaan

5. Batas kesalahan yang ada hubungannya dengan akurasi alat.

Selang kalibrasi biasanya dinyatakan dalam beberapa cara yaitu :

1. Dinyatakan dalam waktu kalender, misalnya 6 (enam) bulan sekali,


1(satu) tahun sekali, dan seterusnya.

2. Dinyatakan dalam waktu pemakaian, misalnya 1000 jam pakai,


5000 jam pakai, dan seterusnya.

3. Kombinasi cara pertama dan kedua, misalnya 6 bulan atau 1000


jam pakai, tergantung mana yang lebih dulu tercapai.

2.6. CONTOH INSTRUMEN YANG DIKALIBRASI DI LAB MEDIS

1. Kalibrasi Mikro Pipet

Salah satu contoh


instrumen yang dikalibrasi di
laboratorium adalah mikro pipet.
Dimana pengertian mikro pipet
adalah alat untuk memindahkan
cairan yang bervolume cukup
kecil, biasanya <1000 l. Ada
mikro pipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume
pipette) antara 1l sampai 20 l, atau mikro pipet yang tidak bisa diatur
volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette)
misalnya 5 l.

Cara penggunaan mikro pipet :

7
a. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali
untuk
memastikan lancarnya mikro pipet.
b. Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.
c. Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop,
jangan ditekan lebih ke dalam lagi.
d. Masukkan tip ke dalam cairan sedalam 3-4 mm.
e. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan
dari Thumb Knob maka cairan akan masuk ke tip.
f. Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.
g. Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau
tekan semaksimal mungkin maka semua cairan akan keluar dari
ujung tip.
h. Jika ingin melepas tip putar Thumb Knob searah jarum jam dan
ditekan maka tip akan terdorong keluar dengan sendirinya, atau
menggunakan alat tambahan yang berfungsi mendorong tip
keluar

Kalibrasi dan Perawatan Rutin Mikro Pipet :

Kalibrasi akan menjamin akurasi. Lakukanlah secara rutin minimal


satu satun sekali. Kalibrasi bisa dilakukan sendiri atau dengan
memanfaatkan jasa laboratorium kalibrasi yang sudah terakreditasi.
Jangan lupa untuk melakukan hal-hal berikut ini:

Mengecek secara rutin kondisi pipet, periksa apakah ada bagian


yang rusak, retak atau ada komponen yang hilang.

Membersihkan pipet setiap sebelum dan sesudah pemakaian


dengan alkohol atau cairan khusus pembersih pipet.

Mensterilkan komponen-komponen pipet yang dapat disterilkan


(dengan autoclave atau penyinaran UV)

8
Jika terdapat kerusakan atau kelainan dan kejanggalan, segera
periksakan kondisi pipet Anda ke Distributor atau agen penjualnya.

2. Kalibrasi Termometer

Kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan cara sebagai berikut :


- Letakkan thermometer
yang dikalibrasi dan
thermometer standar
bersertifikat berdekatan
dalam ruang ber AC (suhu
20o 25oC) dan diamkan
selama 1 jam.

- Catat suhu yang


ditunjukkan oleh kedua alat
thermometer.
- Thermometer
memenuhi syarat bila perbedaan pembacaan suhu antara kedua
thermometer adalah 0,5 oC.
- Ulangi pemeriksaan di atas dengan menggunakan suhu 30 oC
40oC (dalam oven).

2.7. PENGERTIAN DAN CONTOH KASUS

Pengertian dan contoh kasus dari :

a. Kecermatan (Accuracy) adalah harga terdekat suatu


pembacaan instrumen dari variabel yang diukur terhadap
harga sebenarnya sehingga tingkat kesalahan pengukuran
menjadi lebih kecil. Dengan kata lain, kecermatan bisa
diartikan sebagai pembacaan alat ukur yang didasarkan
skala yang terdapat pada alat ukur. Kecermatan berkaitan
dengan alat ukur yang digunakan pada saat pengukuran
Contoh kasus :

9
Sebuah tahanan yang besarnya 1384572 , setelah
diukur dengan ohm meter secara konsisten dan berulang,
menghasilkan 1,4 Mega-ohm. Pertanyaan, apakah orang yang
mengukur sudah membaca harga yang sebenar nya ?. Dalam
hal ini hasil yang diberikan adalah pembacaan yang mendekati
harga yang sebenarnya berdasarkan penaksiran. Walaupun
dalam pengamatan tidak terdapat penyimpangan, maka
kesalahan yang diakibatkan karena pembatasan terhadap
pembacaan skala adalah suatu kesalahan presisi.

Dari contoh diatas, disimpulkan bahwa kesesuaian


adalah suatu persyaratan yang perlu tetapi belum cukup untuk
memperoleh ketepatan, sebab angka-angka yang berarti belum
dibicarakan. Dengan cara yang sama presisi merupakan sesuatu
yang perlu, tetapi belum cukup untuk persyaratan kecermatan
atau accuracy.

b. Ketepatan (Precision) adalah tingkat kesamaan nilai pada


sekelompok pengukuran atau sejumlah nilai dimana
pengukuran dilakukan secara berulang-ulang dengan
instrumen yang sama.
Contoh kasus :
Dua buah voltmeter yang pembuatan dan modelnya
sama, mempunyai jarum penunjuk yang ujungnya tajam dan
juga dilengkapi dengan cermin untuk menghindari beda
penglihatan ( paralaksis ) dan skala masing-masing
voltmeter telah dikalibrasi dengan seksama, dengan
demikian kedua voltmeter dapat dibaca pada ketepatan yang
sama, akan tetapi jika nilai tahanan deret dari salah satu
voltmeter berubah banyak, pembacaannya dapat
menyebabkan kesalahan yang cukup besar dan karenanya
ketelitian kedua voltmeter tersebut dapat berbeda sama

10
sekali. Untuk menentukan voltmeter mana yang
menghasilkan kesalahan, diperlukan suatu voltmeter standar
untuk perbandingan.

Ketepatan terdiri dari dua karakteristik :

1. Kesesuaian ( conformity )

2. Jumlah angka yang berarti ( significant figures ), terhadap mana


suatu pengukuran dapat dilakukan.

c. Koreksi (Corection) adalah suatu harga yang ditambahkan


secara aljabar pada hasil dari alat ukur untuk
mengkompensasi / mengimbangi penambahan kesalahan
sistematik.
Contoh kasus :
Gambar Kalibrasi Ampermeter Arus Searah (DC)

Gambar diatas menunjukkan bahwa IA adalah arus yang terukur


pada meter yang akan dikalibrasi, IS adalah arus standar yang dianggap
sebagai harga arus sebenarnya. Jika kesalahan mutlak (absolut) dari
ampermeter diberi simbol dan biasa disebut kesalahan dari alat ukur,
maka dapat dituliskan :
= IA - IS
Perbandingan kesalahan alat ukur () terhadap harga arus sebenarnya
(Is), yaitu : / Is biasa disebut kesalahan relatif atau rasio kesalahan.
Dinyatakan dalam persen. Sedangkan perbedaan atau selisih antara
harga sebenanya atau standar dengan harga pengukuran disebut harga
koreksi dituliskan :
k =IS - IA

11
Perbandingan harga koreksi terhadap arus yang terukur (k / IA ) disebut
rasio koreksi atau koreksi relatif dinyatakan dalam persen.

Contoh kasus ampermeter yang sudah waktunya dikalibrasi :

Ampermeter digunakan untuk mengukur arus yang besarnya 20 mA,


ampermeter menunjukan arus sebesar 19,4 mA. Berapa kesalahan,
koreksi, kesalahan relatif, dan koreksi relatif. Maka ampere meter tersebut
memiliki nilai :
Kesalahan = 19,4 20 = 0,6 mA
Koreksi = 20 19,4 = 0,6 mA
Kesalahan relatif = -0,6/20 . 100 % = 3 %
Koreksi relatif = 0,6/19,4 . 100 % = 3,09 %

d. Kepekaan (Sensitivity) adalah perubahan pada reaksi alat


ukur yang dibagi oleh hubungan perubahan aksinya atau
kemampuan alat ukur untuk menerima, mengubah dan
meneruskan isyarat sensor (dari sensor menuju ke bagian
penunjuk,pencatat, atau pengolah data pengukuran).
Contoh kasus :

Dilakukan penelitian terhadap faktor yang mempengaruhi


ketidak sesuaian penggunaan antibiotika dengan uji kepekaan
di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati Jakarta dengan
suatu desain penelitian kasus kontrol, dimana kasus adalah
pasien yang causa penyakitnya resisten terhadap suatu
antibiotika, menggunakan antibiotika tersebut dalam terapi.
Kontrol adalah pasien yang causa penyakitnya resisten
terhadap suatu antibiotika tetapi penggunaan antibiotika lain
yang efektif. Subyek penelitian yang diperoleh adalah 34 kasus
dan 41 kontrol. Faktor yang mempengaruhi penggunaan
antibiotika tidak efektif adalah pekerjaan pasien (rasio odds =

12
0,25 dan 95% CI 0,09 0,71). Jika dibandingkan dengan pasien
yang tidak bekerja, maka yang bekerja mempunyai risiko 75%
lebih rendah dalam hal penggunaan antibiotika yang tidak
efektif.

e. Daya baca (Resolution) adalah besar pernyataan dari


kemampuan peralatan untuk membedakan arti dari dua
tanda harga/skala yang paling berdekatan dari besaran yang
ditunjukkan.
Contoh kasus :
Mengenai seorang wanita bernama Prita Mulyasari yang
kasusnya sangat marak diberitakan di media belakangan ini.
Kasus yang menimpa ibu Prita Mulyasari yang dituntut oleh
Omni International Hospital Tangerang atas dasar
pencemaran nama baik dan sempat ditahan di LP wanita Tangerang
sebelum akhirnya mendapat penangguhan penahanan,
menjadi berita hangat yang memicu timbulnya simpati
masyarakat sampai politisi di tanah air. Kasus ini bermula
dari tersebarnya email yang berisi keluhan ibu Prita di
internet yang oleh pihak RS Omni dianggap merugikan dan
mencemarkan nama baik RS dan dua orang dokternya.
Dalam email yang tersebar luas tersebut, ibu Prita dengan
gamblang menyatakan bahwa RS Omni International telah
melakukan penipuan atas dirinya karena menggunakan hasil
lab yang hasilnya tidak valid untuk memutuskan rawat inap.
Hasil lab yang dimaksud adalah hitung trombosit yang
dilakukan dua kali yang hasilnya 27.000. Keesokan harinya
dokter spesialis yang meralat mengatakan ada revisi tentang
hasil lab yang dilakukan semalam, dan hasil yang benar
adalah 181.000. Inilah yang kemudian dianggap sebagai
penipuan oleh ibu Prita. Dari keterangan yang ada didalam
email tersebut berupa gejala klinis dan hasil pemeriksaan

13
trombosit awal, memang seorang dokter segera akan
berpikir bahwa itu demam berdarah sebelum terbukti yang
lain, karena Indonesia termasuk daerah endemik demam berdarah.
Trombosit yang 27.000 ribu tersebut sudah termasuk
membahayakan karena potensi terjadinya perdarahan cukup
besar. Jadi berdasarkan pemeriksaan awal, saya kira
memang sudah seharusnya ibu Prita dirawat segera. Perlu
dicatat bahwa nilai normal hitung trombosit adalah 150.000
300.000/mikroliter (ada variasi nilai normal antar
laboratorium/RS). Nilai kritis pemeriksaan trombosit adalah
50.000. Potensi terjadinya perdarahan sangat besar bila
nilainya sudah dibawa 20.000. Namun yang
mencengangkan saya adalah revisi hasil lab yang dimaksud
keesokan harinya. Apakah revisi tersebut dilakukan dengan
sampel yang sama? Apakah dua kali pemeriksaan awal
(sesuai email ibu Prita) tersebut dua - duanya salah? ini
sangat kontras dengan apa yang dijelaskan pihak RS Omni
dalam klarifikasinya seperti yang diberitakan oleh Kompas.
Pihak RS dari berita itu hanya melakukan dua kali
pemeriksaan hitung trombosit, dan menyatakan bahwa
pemeriksaan pertama tidak valid karena banyak gumpalan
darah. Saya kira disinilah letak kompetensi laboratorium RS
Omni yang harus dipertanyakan. Kenapa bisa terjadi banyak
gumpalan darah? Darah yang telah diberi anticoagulan atau
anti beku tidak akan membeku, oleh karena itu pihak RS
Omni harus menjelaskan kepada masyarakat mengapa
terdapat banyak gumpalan darah di sampel darah ibu Prita
yang menjadi alasan tidak validnya pemeriksaan pertama.
Secara keseluruhan kasus ini menurut saya hanya karena
kurangnya komunikasi antara dokter dan pasien. Setiap
tindakan yang diberikan kepada pasien seyogyanya
memang mesti sepegentahuan pasien. Di sinilah letak

14
pentingnya informed consent. Dokter - dokter kita sepertinya
masih merasa terlalu sibuk untuk menjelaskan secara
sederhana kepada pasien tentang penyakitnya, diagnosis,
prosedur pengobatan yang akan dilakukan, sehingga
mereka lebih memilih untuk memberikan instruksi berupa
resep dan tindakan medis dengan informasi yang seadanya
kepada pasien. Kasus ibu Prita tersebut adalah salah satu
contoh agar nantinya seorang analis harus memiliki
keterampilan dan tanggung jawab yang besar agar nantinya
mereka dapat berhati - hati dalam megerjakan suatu sampel
sehingga mereka dapat mempertanggung jawabkan sampel
tersebut. Sehingga tidak ada lagi kasus Prita lainnya
dikemudian hari. Hal ini juga sudah sepatutnya menjadi
pelajaran bagi profesi analis kesehatan untuk lebih berhati -
hati dan lebih teliti.

f. Rentang ukur (Range) adalah besar daerah ukur antara


batas ukur bawah dan batas ukur atas atau dengan kata lain
besarnya daerah pengukuran mutlak suatu alat ukur.
Contoh kasus :
Misalkan anda memiliki alat ukur thermometer batang, di
angka skala terendah terlihat bilangan 20 C sedang pada
angka tertinggi ditulis 100 C. Maka Range alat ukur tersebut
adalah 20 C - 100 C. Besaran range selalu ditulis dua
bilangan, yaitu antara bilangan terkecil ukur berapa sebagai
batas minimal alat ukur itu mampu menunjukan
pengukurannya. Dan bilangan terbesar ukur sebagai batas
maksimal alat ukur itu mampu memperlihatkan hasil
pengukurannya.

15
BAB 3
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Dari pembuatan penulisan makalah tentang Kalibrasi ini,
yang memuat mengenai pengertian kalibrasi, prinsip kerja
kalibrasi, tujuan kalibrasi, manfaat kalibrasi, periode kalibrasi,
serta contoh instrumen yang dikalibrasi di lab medis. Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa setiap instrumen yang ada di
laboratorium maupun rumah sakit, harus dilakukan pengujian
dan kalibrasi terlebih dahulu. Ini dilakukan agar tercapainya
kondisi layak pakai atau menjamin ketelitian dalam rangka
mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan serta
menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar
nasional maupun internasional dan untuk menentukan deviasi
kebenaran konvensional nilai yang menunjukkan suatu

16
instrumen atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya
untuk suatu bahan ukur.

3.2. SARAN
Mengingat perkembangan kemajuan teknologi yang semakin
canggih ini, tidak menutup kemungkinan bahwa peralatan
yang dibuat dengan teknologi canggih memiliki kondisi kurang
baik. Maka dari itu, diperlukan pengujian kalibrasi. Dimana
manfaat dari melakukan kalibrasi pada peralatan di
laboratorium maupun rumah sakit dapat mengetahui apakah
peralatan tersebut memang sudah dalam kondisi baik atau
tidak. Dengan demikian, semoga penulisan makalah ini
memberikan informasi serta pengetahuan kepada para
pembaca. Terutama pengetahuan tentang kalibrasi ini sangat
penting untuk diketahui serta dipahami.

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, William D. 1994. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran.


Jakarta : Erlangga

Koes Sulistiadji dan Joko Pitoyo. (2009). Alat Ukur dan Instrumen Ukur.
[Online].Tersedia:http://mekanisasi.litbang.pertanian.go.id/ind/phocadownl
oad/Artikel/Penggunaan_alat_ukur_dan_instrumen_ukur.pdf [13
September 2016]

Firds Manulang. (2016). Metrologi Teknik 2. [Online]. Tersedia :


http://www.academia.edu/8759879/Metrologi_Teknik_2 [15 September
2016]

Morris, Alan S. 2001.Measurement and Instrumentation Principles.


Butterworth Heinemann. ISBN 0-7506-5081-8

17
Elektronika Dasar. 2012. Kalibrasi Alat Ukur Listrik Arus Searah (DC).
[Online] Tersedia : http://elektronika-dasar.web.id/kalibrasi-alat-ukur-listrik-
arus-searah-dc/ [16 September 2016]

Refdanita. Maksum R. Nurgani A. Endang P. 2004. Faktor yang


Mempengaruhi Ketidaksesuaian Penggunaan Antibiotika dengan Uji
Kepekaan di Ruang Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-
2002. [Online], vol 8, 6 halaman. Tersedia :
http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/265/261 [ 16
September 2016]

Nurhasanah, Risnaya. 2008. Analis Kesehatan. [Online]. Tersedia :


http://www.academia.edu/15619352/Analis_Kesehatan [16 September
2016]

Pyzdek, T, Quality Engineering Handbook, 2003, ISBN 0-8247-4614-7

Godfrey, A. B., Jurans Quality Handbook, 1999, ISBN 007034003

Pitoyo, Amrih. Istilah Pada Alat Ukur (3) : Range, Span. [Online]. Tersedia :
http://www.pitoyo.com/catatanpitoyo/index.php/cal/107-istilah-pada-alat-
ukur-3-range-span [13 September 2016]

Gentoeng. 2011. Pengukuran. [Online]. Tersedia :


https://gentoeng.wordpress.com/2011/02/11/4/ [13 September 2016]

18

Anda mungkin juga menyukai