Anda di halaman 1dari 6

Nama: Karissa Juwita Syahfitriyah

NIM: 0105523713

Praktikum Kimia Analitik

SUMMARY

KALIBRASI

Kalibrasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengukur atau mendeteksi
keakurasian dan nilai dari sebuah alat atau alat ukur dengan cara membandingkan dengan sebuah
instrument tertentu atau standar sehingga memunculkan suatu hasil. Hasil dari klabrasi ini dapat
menunjukan atau membuktikan kelayakan sebuah alat tersebut telah tepat pengukurannya. Suatu
alat dikatakan layak apabila ketika hasil pengukuran dari kalibrasi tersebut menunjukan nilai
Standar Nasional atau Internasional (Leonardo C, et al. 2019)

Kalibrasi juga memiliki pengertian sebagai proses pengecekan dan memastikan akurasi
dari alat ukur dengan cara membandingkan dengan standar atau tolak ukur. Kalibrasi diperlukan
untuk memastikan alat ukur telah akurat dan konsisten dengan instrument lainnya. Pengukuran
yang konsisten akan mempengaruhi hasil kualitas sampe atau produk. Dengan begitu setiap alat
ukur dapat ditelusuri (traceable) tingkat akurasinya.

Secara umum pengertian kalibrasi disini adalah membandingkan alat ukur dengan
referensi. Refrensi (standar) yang digunakan untuk mengkalibrasi alat ukur dapat ditempuh
dengan beberapa tahap.

1. Standar primer
2. Standar sekunder
3. Standar lain yang diketahui

Proses kalibrasi alat ukur bisa dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal. Alat ukur
yang dikalibrasi oleh pihak internal biasanya seperti buret, labu ukur, pipet ukur, termometer dan
lainnya. Sedangkan untuk kalibrasi yang dilakukan oleh pihak eksternal adalah timbangan, oven,
spektrofotometer dan lainnya. Alat ukur yang diklaibrasi oleh pihak eksternal biasanya akan
mendapat sertifikat hasil kalibrasi dan label atau sticker yang disematkan pada alat yang telah
dikalibrasi.
Tujuan dari kalibrasi adalah untuk menentukan nilai deviasiasi dan kebeneran pada nilai
konvensional dari penujukan alat ukur dan pengukuran hasil, hal ini dilakukan agar hasil sesuai
dengan standar nasional maupun internasional. Nilai tersebut didapatkan dari hasil alat ukur yang
sudah ditentukan sebelumnya. Selain itu kalibrasi dilakukan untuk menjamin hasil dari
pengukuran, sehingga alat ukur tersebut sesuai dengan standar yang berlaku. Jika alat ukur
tersebut melakukan pengukuran pada suatu objek dan diharapkan objek tersebut dapat dihitung
secara menyeluruh tanpa adanya suatu kesalahan ukur.

Tujuan lainnya dari kalibrasi alat ukur adalah menjamin ketelitian alat yang digunakan
dalam pengukuran. Ketelitian dari alat ukur untuk menjamin kualitas yang dihasilkan dari
pengukuran tersebut. Sehingga dapat meningkatkan mutu dari objek atau produk dalam waktu
jangka Panjang. Selain itu kalibrasi bertujuan untuk mendukung system mutu yang diterapkan
pada suatu objek atau aktivitas dan mengukur kelayakan dari sebuah alat ukur yang akan
digunakan. Kelayakan kondisi alat ukur berfungsi agar objek bisa digunakan secara optimal dan
akurat. Maka dengan melakukan kalibrasi, dapat diketahui sejauh mana perbedaan yang sedang
terjadi menggunakan alat ukur yang sudah ditentukan.

Pada proses kalibrasi alat ukur, ada hal utama yang harus diketahui yaitu prinsi-prinsip
dasarnya. Prinsip dasar kalibrasi yaitu memperhatikan objek ukur atau alat ukur, standar yang
digunakan untuk pengkuran dan harus mengacu pada standar nasional maupun internasional.
Standar dasar ini harus sudah teruji atau dapat menjamin kesesuaiannya. Dalam kalibrasi alat
ukur yang dilakun harus memperhatikan operator atau teknisi yang melakukan pengerjaan
kalibrasi alat ukur. Operator atau teknisi ini harus memiliki sertifikat resmi pelatihan mengenai
kalibrasi. Hal ini untuk memastikan bahwa operator atau teknisi yang melakukan kalibrasi telah
pandai dan memahami prosedur kalibrasi alat atau objek dengan baik dan sesuai standar. Saat
melakukan kalibrasi kondisi tempat harus diperhatikan juga. Kondisi ini meliputi ruang dan suhu.
Lingkungan akan mempengaruhi keakurasian hasil kalibrasi. Prosedur kalibrasi dilaksnakan pada
saat perangkat atau peralatan baru, Kalibrasi rutin seperti satu bulan sekali, enam bulan hingga
satu tahun sekali., Ketika perangkat mengalami tumbukukan atau getaran yang berpotensi
mengubah kalibrasi, dan saat hasil pengukuran sudah tidak akurat.

Prosedur kalibrasi yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah kalibrasi buret, labu
ukur, dan pipet ukur.
Pada prosedur kalibrasi buret adalah sebagai berikut:

1. Erlenmeyer 50 ml kosong ditimbang pada timbangan analitik


2. Buret 25 ml diisi dengan aquades yang tekah diukur temperaturnya terlebih dahulu,
kemudian buret ditempatkan pada statif dengan posisi tegak lurus.
3. Aquades dialirkan sampai meniscus buret diangka nol
4. Erlenmeyer diletakan dibawah buret
5. Sebanyak 10 ml aquades dikeluarkan dari buret dan ditampung pada Erlenmeyer yang
telah ditimbang kosong sebelumnya
6. Timbang Kembali Erlenmeyer yang telah terisi 10 ml aquades
7. Hasil penimbangan dicatat dan diulangi pada buret dengan volume 10,15,20, dan 25 ml
8. Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing volume

Prosedur kalibrasi labu ukur sebagai berikut:

1. Labu ukur 50 ml ditimbang dalam keadaan kosong


2. Labu ukur diisi dengan aquades yang telah diukur suhunya lalu ditimbang
3. Hasil penimbangan ini dicatat
4. Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali

Prosedur kalibrasi pipet ukur

1. Erlenmeyer 50 ml ditimbang dalam keadaan kosong


2. Sebanyak 25 ml aquades yang telah dikur suhunya ditransferkan dengan pipet ukur 25 ml
ke dalam Erlenmeyer 50 ml yang sudah diketahui beratnya
3. Hasil penimbangan dicatat
4. Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali

Pada setiap prosedur kalibrasi pasti dilakukan pengulangan, hal ini dikarenakan untuk
memastikan kepresisian dari suatu pengukuran yang dilakukan dalam kondisi yang sama dan
tidak berubah, Hal ini juga dapat memastikan keakurat dari prosedur kalibrasi yang dilakukan
sudah tepat dan sesuai standar.
Suatu alat biasanya akan mengalami penurun performa karena faktor penggunaan alat itu
sendiri. Maka dari itu kalibrasi dilakukan untuk menunjang performa alat ukur yang digunakan
tidak mengalami perubahan yang signifikan atau terlalu jauh dari standar. Apabila alat ukur
tersebut sudah menandakan perbedaan yang signifikan pada pengukuran, maka harus segera
dilakukan kalibrasi. Optimalnya untuk alat ukur yang tergolong kecil dan mudah dikalibrasi dapat
dilakukan satu bulan sekali kalibrasi. Namun jika alat kalibrasi tergolong besar maka dapat
dilakukan mulai dari 3 hingga 1 tahun sekali.

Hal yang dapat diperhatikan dalam prosedur dan hasil kalibrasi alat ukur adalah
pengukuran, presisi, dan akurasi. Pengukuran adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi
besaran fisi tertentu, seperti tekanan, massa, suhu, tegangan, dan volume. Informasi yang
diperoleh dari hasil pengukuran bisa berupa nilai dalam bentuk angka atau kuantitatif, mapun
berupa pernyataan yang merupakan kesimpulan pengukuran atau disebut kualitatif. Untuk
mendapatkan hasil pengukuran maka diperlukan suatu alat ukur untuk mengukurnya.

Pengukuran suatu objek mungkin bisa terjadi suatu kesalahan. Kesalahan ini bisa terjadi
seperti ketidaktepatan hasil pengukuran. Faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan hasil yaitu
alat yang beropersi kurang baik atau alat ukur memberikan hasil akhir yang tidak tepat (Fitriya N.
2017). Prosedur kalibrasi dapat membuat alat ukur yang digunakan memberikan hasil yang
presisi dan akurat. Pentingnya keakurasian dan presisi alat ukur agar dapat meminimalisir
kerugian yang akan disebabkan oleh kesalahan atau tidak akuratnya dan presisinya alat ukur yang
digunakan.

Suatu alat ukur dapat dikatakn tepat keakurasiannya jika dapat menunjukan hasil
ketidakpastian yang kecil. Akurasi juga dapat dipahami sebagai seberapa dekatnya dengan hasil
ukur dan nilai benarnya. Dalam kondisi ini, sebelum alat ukur tersebut digunakan maka harus
dipastikan terlebih dahulu dalam keadaan baik dan layak untuk digunakan atau alat dalam
keadaan terkalibrasi dengan baik. Proses kalibrasi yang buruk akan menyebabkan ketidakpastian
hasil ukur menjadi besar (Fitri L dan Purwanggono B. 2019)

Selain akurasi ada faktor lain yang harus diperhatikan yaitu presisi. Sebuah alat ukur
dapat dikatakan presisi jika dalam pengukuran fisis tertentu yang dilakukan pengulangan, alat
ukur tersebut mampu menghasilkan hasil ukur yang sama seperti sebelumnya. Perlunya faktor
presisi dalam prosedur kalibrasi alat ukur adalah untuk memastikan bahwa setiap pengulangan
yang dilakukan tidak memiliki hasil yang berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, sifat presisi
sebuah alat ukur bergantung pada resolusi dan stabilitas alat ukur.

Alat ukur dapat dikatakan mempunyai resolusi yang baik atau tinggi jika alat tersebut
mampu mengukur perubahan nilai fisis untuk skala perubahan yang semakin kecil. Sedangkan
stabilitas alat ukur diartikan sebagai stabilitas hasil ukur atau hasil pembacaan yang bebas dari
variasi acak. Maka hasil pengukuran dikaitakan dengan penujukan hasil baca tidak berubah-ubah
selama pengukuran. Oleh sebab itu sebuah alat ukur harus memiliki tingkat akurasi yang baik
sekaligus harus memiliki tingkat presisinya yang tinggi. Sebaliknya mungkin alat ukur memiliki
presisi yang baik, namun tidak dengan keakuratannya.
DAFTAR PUSTAKA

Arkundato A. Modul 1 Pengukuran dan ketidakpastian. Alat ukur dan Metode Pengukuran.
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PEFI4205-M1.pdf

Fitriya N et al. 2017. Pentingnya Akurasi Dan Presisi Alat Ukur Dalam Rumah Tangga. Jurnal
Untuk Mu negeRI Vol. 1.
file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Microsoft/Windows/INetCache/IE/WTAYQ3U7/237-
Article%20Text-350-2-10-20171227%20(1)[1].pdf

Fitri L dan Purwanggono B. 2019. Pengamatan Kesesuaian Penerapan Kalibrasi Dengan Standart
Operational Procedure Pada Pt. Daya Manunggal Berdasarkan Iso 9001:2008.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/download/23255/21275

Leonardo C, Suraidi, Tanudjaya H. 2019. Analisis Kalibrasi Pengukuran Dan Ketidakpastian


Sound Level Meter.
https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jtin/article/view/805/786

Anda mungkin juga menyukai