Anda di halaman 1dari 17

LEMBARAN ASISTENSI

Judul : Laporan Praktikum Lab Uji Aspal


Disusun Oleh : Kelompok III (Tiga)
Program Studi : Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan (TKJJ)
Jurusan : Teknik Sipil
No. Hari / Tanggal Uraian Kegiatan Paraf
1.

Dosen Mata Kuliah

Julius Lopulalan

POLITEKNIK NEGERI AMBON


ANALISA SARINGAN
(SIEVE ANALYSIS )

Pengujian ini bertujuan untuk membuat suatu distribusi ukuran agregat dalam bentuk
grafik yang dapat memeperlihatkan pembagian butir (gradasi) suatu agregat dengan
menggunakan saringan

1. Pendahuluan
Batu pecah dan batu alam secara teoritis terbagi atas dua grup, yakni agregat kasar dan
halus. Pemisah dari dua grup ini adalah ukuran saringan No.4(4,75 mm) dimana di atas
ukuran ini disebut kasar dan di bawahnya adalah halus Bs 32, 1973). Di laboratorium
pembagian ini diperbanyak, misalnya untuk keperluan spesifikasi campuran beton
menggunakan empat zona gradasi, untuk keperluan perkerasan digunakan tiga zona gradasi
atau lebih dikenal fraksi agregat, yakni agregat kasar, agregat sedang, dan agregat halus.
Penentuan gradasi agregat terbagi atas dua cara yaitu :
 Cara grafis yaitu data hasil analisis saringan diplot dalam garafik semi logaritma,
dimana sumbu X menunjukkan parameter diameter saringan dalam skala logaritma
dan sumbu Y menunjukkan parameter persentase( %) lolos saringan. Hasilnya lebih
bersifat visual. Dari pola kurva yang terbentuk dapat kita lihat:
 Gradasi agregat yang bersifat well graded, poor graded/single Sized, atau gap
graded.
 Persentase (Y6) agregat kasar, sedang dan halus pada sumber agregat tersebut
dengan kombinasi analisa saringan.
 Cara Analitis yaitu dengan membuat suatu parameter koefisien
keseragaman/uniformity coefficient (CU) dan parameter kurvatur/ curvature
coefficient(CZ).Hasilnya lebih bersifat eksak Persamaan parameter dapat dilihat
sebagai berikut:

CZ = Dimana Dx = ukuran sampai x% lolos


( × )
saringan

CU =
Angka CU yang kecil menandakan agregat tersebut kurang lebih seragam. Bersama dangan
CZ dan CU dapat diklasifikasikan gradasi agregat yaitu :
 CZ7>35 dan CU < 6 well graded
 CZ>15 dan CU<6 medium graded
 CZ<15 dan CU<6 poorly graded/ uniformly graded
 CZ>15 danCU<6 gap graded
Karakteristik gradasi tersebut merupakan ciri khas yang menandai suatu Campuran beraspal,
misalnya well gradedicontinuous graded sebagai ciri khas LASTON (Lapisan Aspal Beton ),
gap graded sebagai ciri khas HRA ( Hor Rolled 4sphalt ), yang masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Poor graded dihindari karena sifat interlocking-nya yang kurang
baik.

POLITEKNIK NEGERI AMBON


2. Prosedur Pengujian,
Prosedur pengujian didasarkan pada SK SNI M-08-1989-F atau ASSTHO

Siapkan Agregat Halus, sedang dan kasar dengan Pemasangan susunan saringan sesuai
berat tertentu.
Persiapan Benda Uji

Metode yang digunakan

Persiapan Peralatan
P: Saringan,Timbangan dan Talang
C: Dilakukan terpisah P : saringan
C : Ukuran saringan terbesar di atas
metode AASTHO, ASTM, BS

Benda uji dikeringkan hingga berat tetap


P : Oven dan Talam
C : Dikeringkan dengan suhu (110 ± 5)

Benda uji disaring dalam susunan saringan secara manual atau dengan mesin
P : Saringan, sieve shaker, kuas, sikat kuningan
C : Waktu pengguncangan dengan mesin 15 menit
Penghujian

Penimbangan benda uji yang tertahan pada setiap saringan


P : Timbangan, talam, kuas, sikat kuningan, dll

Pencatatan data
C : Data dicatat sebagai jumlah berat tertahan setiap saringan
Perhitungan dan
Pelaporan data

Perhitungan dan pelaporan data


C : Perhitungan % lolos saringan dan dilaporkan dalam bentuk jumlah
presentase dan kurva gradasi

P : Peralatan
C : Catatan

Diagram Alir Analisa Saringan

POLITEKNIK NEGERI AMBON


Peralatan :
 Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 76 dari berat
 Satu set Saringan 75,00 mm (37), 63,00 mm (2 mm 25,50 mm (167, 25 mm (1,067),
20 mm (3/4), 12.5 , No.200 10,00 rum 8/8, No.4, No.6, No.16, No 30, No. 50, No. 100
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur guhu untuk mem 110 ± 5G
 Alat pemisah contoh
 Mesin pengguncang saringan
 Talam-talam
 Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya

Benda Uji : - Agregathalus : Material lolos saringan 4.75 mm 1000 gr


- Agregat sedang: Material lolos saringan 9.50 mm 1500 gr
- Agregat kasar : Material lolos saringan 25.4 mm 2000 gr

Langkah-langkah Pengujian :
1. Sampel dikeringkan di dalam oven dengan suhu 110 & 5”C sampai berat tetap.
2. Yang dimaksud dengan berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses
penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut,
tidak akan mengalami perubahan kadar air ≥ 0.1 %.
3. Sampel disaring dengan susunan saringan dimana ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas.
4. Saringan diguncang manual atau dengan mesin pengguncang selama 15 menit.

3. Perhitungan dan Pelaporan.


Hitunglah persentase berat sampel yang tertahan diatas tiap saringan
terhadap berat total sampel. Laporan melipuuti :
 Jumlah persentase melalaui masing-masing saringan atau jumlah persentase di atas
masimg-masing saringan dalam bilangan bulat.
 Grafik akumulatif.

4. Perbahdinkan dengan prosedur Lain


a AASTHO T 27-88 |
1. Pengeringan sampel pada suhu 110 & 50C juga dilakukan sebelum di saring.
2. Ukuran saringan yang tersedia telah di sesuaikan dengan ASSTHO M 92, yaitu
saringan dari kasa.
3. Ukuran saringan yang dipilih dapat di batasi lagi sesuai spesifikasi campuran.
4. Batasi jumlah sampel yang berada dalam suatu jenis saringan sehingga semua partikel
dapat tersaring dengan baik dan mencegah melengkungnya kasa saringan.Untuk
saringan « dari 4,75 mm (No.4), berat sampel yang tertahan pada masing-masing
saringan tidak lebih dari 6 kg/m? dari luas permukaan saringan. Untuk ukuran
saringan 4,75 mm dan yang lebih besar, berat sampel yang tertahan pada tiap saringan
tidak lebih dari 2 kali dari diameter saringan bersangkutan, dalam satuan kg/m?.

POLITEKNIK NEGERI AMBON


5. Total berat sampel setelah di saring harus diperiksa, jika perbedaannya lebih dari 0.3
Yo berat sampel sebelum di saring, maka hasil pemeriksaan tidak diterima. Na
6. Pelaporan jumlah persentase adalah saina, yaitu dalam bilangan bulat kecuali untuk
material yang lolos saringan 0,075 mm (No.200) kurang dari 10 Yo harus dilaporkan
dalam 1 desimal.
b. ASTM C 136 - 84 1.
1. Prosedur secara mendasar sama dengan ASSTHO karena pada dasarnya prosedur
ASSTHO mengadopsi prosedur ASTM.
2. Ukuran saringan yang tersedia telah disesuaikan dangan ASTM Specificaticn E 11.Hal
ini sama dengan ASSTHO M 92.
3. Pada ASTM tidak ada batasan jumlah sampel pada akhir penyaringan dan
pemeriksaan ulang total berat sampel yang telah di saring.
C. BS 812: Part1: 1975
Sampel yang akan di uji harus dalam kondisi kering sebelum di timbang dan di saring, yaitu
dengan mengeringkannya pada suhu ruang atau memanaskan dengan oven 110 & 59C.
Namun untuk agregat yang banyak mengandung lumpur, debu, atau lainnya yang
mengakibatkan gumpalan, seperti pada agregat halus, harus di cuci dahulu dengan cara
dekantasi. | Ukuran Saringan yang dipakai, dan batasan maksimum sampel yang tertahan :S
812: Part 1: 197

Ukuran Nominal Berat MaksiumUkuran Nominal Berat Maksimum


Saringan   Saringan 
Berdasarkan BS 450mm 300mm Bedasarkan BS 200mm
Mm Kg Kg Mm mm G
50 10 4,5 3,35 - 200
37,5 8 3,5 2,36 - 200
1,70 - 100
28 6 2,5 1,18 - 100
850 75
20 4 2 - 600 75
14 3 1,5 - 425 75
10 2 1 - 300 50
212 50
6,3 1,5 0,756 - 150 40
5 1 0,5 - 75 25
3,35 - 0,3 - - -

POLITEKNIK NEGERI AMBON


Tabel Analisa Saringan

Tanggal :
Dikerjakan Oleh :
Jenis Contoh :
Sumber Contoh :

 Data Agregat Kasar

Berat Kumulatif Persen Persen


No
Tertahan Tertahan Total Tertahan Lolos
Saringan
(gram) (%) (%) (%)

10 1" 0 0 0 100
9 3/4" 650.12 650.12 10.48 89.52
8 1/2" 1931.72 2581.84 41.62 58.38
7 3/8" 621.48 3203.32 51.64 48.36
6 4 631.17 3834.49 61.81 38.19
5 8 552.48 4386.97 70.72 29.28
4 30 341.48 4728.45 76.23 23.77
3 50 274.00 5002.45 80.64 19.36
2 100 419.60 5422.05 87.41 12.59
1 200 372.57 5794.62 93.41 6.59
0 Pan 408.65 6203.27 100 0

 Data Agregat Halus

Berat Kumulatif Persen Persen


No
Tertahan Tertahan Total Tertahan Lolos
Saringan
(gram) (%) (%) (%)

10 1" 0 0 0 100
9 3/4" 0 0 0 100
8 1/2" 0 0 0 100
7 3/8" 0 0 0 100
6 4 562.03 562.03 14.44 85.56
5 8 776.38 1338.41 34.38 65.62
4 30 664.65 2003.06 51.46 48.54
3 50 424.54 2427.60 62.36 37.64
2 100 577.35 3004.95 77.19 22.81
1 200 404.84 3409.79 87.59 12.41
0 Pan 482.93 3892.72 100 0

POLITEKNIK NEGERI AMBON


PERENCANAAN CAMPURAN
METODE BINA MARGA (BM)

1. Batasan dan Lingkup Aplikasi

Metode ini merupakan adaptasi langsung dari metode campuran metode Asphalt
Institute (AI) untuk penggunaan di Indonesia. Sebagaimana halnya metode AI, maka cakupan
metode ini adalah untuk perencanaan campuran panas dengan gradasi agregat menerus yang
disebut sebagai Lapis Aspal Beton (LASTON). Dalam aplikasinya, campuran laston dapat
digunakan sebagai lapis permukaan, levelling course, dan binder atau intermediate course.
Dalam terminologi perkerasan di Indonesia, dikenal juga jenis campuran Laston Atas
dan Laston Bawah. Laston Atas adalah Lapis Aspal Beton yang digunakan sebagai material
Lapis Pondasi dan termasuk sebagai Base Course (Amerika Serikat) atau Road Base
(Inggris). Sementara itu Laston Bawah adalah lapis aspal beton yang digunakan sebagai
material pondasi bawah yang dipasang di atas tanah dasar. Kedua jenis laston ini (Laston Atas
dan Laston Bawah) berbeda Cengan jenis Laston yang dibahas ini.

2. Spesifikasi Material

Untuk agregat kasar sangat disarankan menggunakan batu pecah atau kerikil pecah
yang bersih, kering kuat, dan awet serta bebas dari bahan organik, asam, dan bahan lain yang
mengganggu.

POLITEKNIK NEGERI AMBON


Spesifikasi untuk agregat kasar dan halus secara kuantitatif dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel Spesifikasi untuk agregat kasar dan halus secara kuantitatif
Batasan
Spesifikasi Agregat Standar Pengujian
Minimum Maximum
SNI 03-2417-1991
Keasuan, LA Abrasion Test, 500 Putaran 40%
AASTHO T-96-87
SNI 03-2439-1991
Kelekatan dengan Aspal 95% -
AASTHO T-182-84
Jumlah butiran tertahan saringan No. 4
Visual 50% -
yang memiliki minimal dua bidang pecah
Indeks kepipihan dan kelonjongan
SK SNI M-29-1993-03
butiran tertahan saringan saringan 3/8’ - 25%
BS 812 ; 1975
(9,5 mm)
SNI 1969-1990-F
Penyerapan Air - 3%
AASTHO T-85-88
Berat jenis curah (Bulk), khusus untuk SNI 1969-1990-F
2,5% -
terak AASTHO T-85-88
Bagian yang lunak AASTHO T-189 - 5%
Sand Equivalent (khusus agregat halus) AASTHO T-176-86 50% -

Campuran laston, jika diperlukan dapat menggunakan bahan pengisi (filler) dimana bahan
tersebut harus terdiri dari abu batu, abu batu kapur, kapur padam, portland cement, atau bahan
non plastis lainnya. Gradasi bahan pengisi adalah sebagai berikut :
Ukuran Saringan Presentase berat yang lolos (%)
No. 30 (0,590 mm) 100
No. 50 (0,279 mm) 95 – 100
No. 100 (0,149 mm) 90 – 100
No. 200 (0,074 mm) 65 – 100

POLITEKNIK NEGERI AMBON


Batasan gradasi agregat untuk Laston
No.
I II III IV V VI VII VIII IX X XI
Campuran
Gradasi
Kasar Kasar Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat
/tekstur
Tebal
20-40 25-50 20-40 25-50 40-65 50-75 40-50 20-40 40-65 40-65 40-50
Padat(mm)
Ukuran
% berat yang lolos saringan
Saringan
1 ½”
- - - - - 100 - - - - -
(38.1 mm)
1.0”

100

100

100

100
90-
-

-
(25.4 mm)

3/4"
100

100

100

100

100

100

100

100
80-

82-

85-

85-
-

-
(19.1 mm)

72-90
1/2"
100

100

100

100

100

100
75-

80-

80-
-

-
(12.7 mm)
60-85

70-90

60-80

65-80

56-78

74-92
3/8”
100

100
75-

80-

-
(9.52 mm)
No. 4
35-55 35-55 55-75 50-70 48-65 52-70 54-72 62-80 45-65 38-60 48-70
(9.52 mm)
No. 8
20-35 20-35 35-50 35-50 35-50 40-56 42-58 44-60 34-54 27-47 33-53
(2.38 mm)
No. 30
10-22 10-22 18-29 18-29 19-30 24-36 26-38 28-60 20-35 13-28 15-30
(0.59 mm)
No. 50
(0.279 6-16 6-16 13-23 13-23 13-23 16-26 18-28 20-30 16-26 9-20 10-20
mm)
No. 100
(0.149 4-12 4-12 8-16 8-16 7-15 10-18 12-20 12-20 10-18 - -
mm)
No. 200
(0.074 2-8 2-8 4-10 4-10 1-8 6-12 6-12 6-12 5-10 4-8 4-9
mm)

Keterangan :
 Nomor campuran I,III,IV,VI,VII,VIII,IX,X, dan XI digunakan untuk lapisan
permukaan.
 Nomor campuran II digunakan untuk lapis permukaan, perata (lavelling), dan lapis
antara (binder).
 Nomor campuran V digunakan untuk lapis permukaan dan lapis antara.

POLITEKNIK NEGERI AMBON


Tabel Persyaratan kualitas (spesifikasi) untuk aspal pada laston menggunakan aspal
Pen 60/70 dan Pen 80/100
Batasan
Jenis Pemeriksaan Standar Pengujian Pen 60/70 Pen 80/100
Min Max Min Max
SNI 06-2456-1991
Penetrasi (25ºC, 100 gr, 5 det) 60 79 80 99
AASTHO T-49-89
SNI 06-2434-1991
Titik Lembek (Ring and ball) 48ºc 58ºC 46ºC 54ºC
AASTHO T-83-89-1990
SNI 06-2433-1991
Titik Nyala (Cleveland open cup) 200ºc - 225ºC -
AASTHO T-48-89
SNI 06-2440-1991
Kehilangan Berat 163ºC, 5 jam) - 0.8 - 0.1
AASTHO T-47-83
Kelarutan AASTHO T-44-90 99% - 99% -
SNI 06-2432-1991
Daktalitas (25ºC, 5 cm/menit) 100 cm - 100 cm -
AASTHO T-51-89
SNI 06-2456-1991
Penetrasi setelah kehilangan berat 54 - 50 -
AASTHO T-49-89
SNI 06-2432-1991
Daktalitas setelah kehilangan berat 50 cm - 75 cm -
ASSTHO T-51-89
SNI 06-2441-1991
Berat Jenis (25ºC) 1 - 1 -
AASTHO T-228-90

3. Perencanaan Campuran
Persiapan Material : Kadar aspal optimum untuk laston umumnya berkisar aa ai ha
antara 476 sampai 7”o terhadap berat campuran. Dalam menentukan kadar aspal Optimum
dengan menggunakan pengujian Marshall, maka diperlukan sedikitnya enam variasi kadar
aspal dengan kenaikan /4 6. Setiap nilai kadar aspal diperlukan minimal tiga sampel atau
spesimen Marshall, sehingga untuk mencari kadar aspal optimum diperlukan setidaknya 18
sampel. Berat satu sampel Marshall adalah sekitar 1200 gr agregat dan secara umum maka
diperlukan sekitar 23 kg agregat dan sekitar 4 kg sampai 5 Kg aspal.

A. Perlengkapan
 Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62
cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
 Mesin penumpuk manual atau otomatis lengkap dengan :
Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbak rata yang berbentuk silinder,
dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm
Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis) berukuran 20,32
x 20,32 x 45,72 cm dilapisi dengan pelat baja berukuran 30,48 x 30,48 x 2,54 cm
dan dijangkarkan pada lantai beton di keempat bagian sudutnya.
 Pemegang cetakan benda uji Alat pengeluar benda uji, untuk mengeluarkan benda uji
yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstruder
yang berdiameter 10 cm.
 Alat Marshall lengkap dengan :
Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung.

POLITEKNIK NEGERI AMBON


Cicin enguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg, dilengkapi arloji
(dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.
Arloji pensukur elelehan (/low) dengan ketelitian 0,25 mm beserta
perlengkapannya.
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai 200ºC (±
3ºC).
 Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20 - 60ºC (± 1ºC).
 Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan
ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram.
 Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250ºC dan 100º dengan
ketelitian 1% dari kapasitas.
 Perlengkapan lain :
Panci — panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal
Sendok pengaduk dan spatula
Kompordan manas (hot plate)
Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung pernapasan atau
masker.
Kantong plastik berkapasitas 2 kg

Kompor gas elpiji atau minyak tanah

Pembuatan benda uji

Agar pencampuran dan pemadatan dapat menghasilkan campuran yang baik, maka
salah satu syaratnya adalah kekentalan aspal harus cukup sedemikian sehingga peran aspal
dalam proses ncam uran dan pemadatan da at maksimal. Metode AI menyarankan bahwa pada
saat pencampuran kekentalan (viskositas) kinetis aspal adalah 170 ± 20 centistoke dan untuk
dibutuhkan viskositas kinetik aspal sebesar 280 ± 30 centistokes. Nilai kekentalan ini dapat
dicapai pada rentang suhu tertentu yang sering disebut Sebagai suhu pencampuran dan suhu
pemadatan. Kedua rentang suhu ini dicari dicari dengan menggunakan grafik hubungan antara
suhu dengan viskositas yang dapat dikembangkan untuk setiap jenis aspal.

Gambar Grafik Hubungan Antara Suhu dengan Viskositas

POLITEKNIK NEGERI AMBON


Tahapan pembuatan benda uji atau spesimen pengujian Marshall :

1. Keringkan agregat pada suhu 105 - 110ºC minimum selama 4 jam, keluarkan dari alat
pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.
2. Pisah - pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki (sesuai spek) dengan
cara penyaringan.

3. Siapkan bahan untuk setia benda uji yang diperlukan yaitu agregat sebanyak ± 1200
gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira - kira 63,5 mm ± 1,27 mm.
4. Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan dilakukan dengan
cara mengambil nilai tengah dari batas spek. Untuk memperoleh berat agregat yang
diperlukan dari masing-masing fraksi untuk membuat satu benda uji adalah dengan
mengalikan nilai tengah tersebut terhadap total berat agregat.
5. Panaskan panci pencampur beserta agregat kira - kira 28ºC di atas suhu pencampuran
untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair pemanasan sampai 14ºC di atas suhu
pencampuran.
6. Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan sebanyak yang dibutuhkan
ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut, kemudian aduklah dengan cepat,
dengan tetap mempertahankan masih dalam rentang Suhu pemadatan sampai agregat
terselimuti aspal secara merata.
7. Sementara itu, atau sebelumnya, perlu disiapkan alat untuk memadatkan, yaitu dengan
membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka Penumbuk dengan
seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3 - 148,9ºC.
8. Letakkan cetakan di atas landasan pemadat dan tahan dengan pemegang cetakan.
9. Letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting menurut
ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan.
10. Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk – tusuk campuran keras –
keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali keliling pinggirnya dan 10
kali di bagian tengahnya.
11. Siapakan alat pemadat dan lakukan pemadatan dengan menumbuk spesimen dengan
jumlah tumbukan sebanyak 35, 50 atau 75 yang disesuaikan dengan lalu lintas yang
direncanakan.
12. Tumbukan dilakukan dengan tinggi jatuh 457,2 mm dan selama pemadatan harus
diperhatikan agar kedudukan sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas
catakan.
13. Lepaskan alat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji, kemudian cetakan
yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alas berikut leher sambung
pada cetakan yang dibalikkan tadi. Lakukan penumbukan bagi dengan jumlah yang
sama.

14. Lepaskan keping alas dan didinginkan sampai diperkirakan tidak akan terjadi
Perubahan bentuk jika benda uji dikeluarkan dari mold. Untuk mempercepat Proses
pendinginan, dapat digunakan kipas angin. Proses pendinginan biasanya dilakukan
sekitar 2-3 jam.
15. Keluarkan benda uji atau spesimen Marshall dari mold dengan hati - hati dan
kemudian letakkan spesimen permukaan yang rata dan biarkan sampai benar - benar
dingin. Sebaiknya didiamkan pada suhu ruang selama 24 jam.

POLITEKNIK NEGERI AMBON


Pengujian Spesimen Marshall :
Ada tiga tahap pengujian yang dilakukan dari metode marshall, yaitu tahap pertama
adalah melakukan pengukuran berat jenis, pengukuran stabilitas dan flow, serta pengukuran
kerapatan dan analisa rongga.
 Benda uji harus bersih dan kotoran organik, minyak, kertas dan sebagainya.
 Setiap benda uji diberi tanda pengenal yang mencirikan minimal jumlah aspal yang
diberikan.
 Ukur tinggi masing – masing benda uji dengan menggunakan jangka sorong dengan
ketelitian 0,1 mm. Tinggi benda uji adalah rata – rata dari tiga kali pengukuran.
Pengukuran Berat Jenis Campuran di dasarkan pada ASTM D 2726 :
 Timbang benda uji dan dipadatkan berat benda uji kering.
 Masukkan benda uji ke dalam air bersuhu 25ºC selama 3 sampai 5 menit dan
kemudain ditimbang untuk mendapatkan berat benda uji dalam air.
 Angkat benda uji dari dalam air, selimuti dengan kain yang dapat menyerap air, dan
segera timbang untuk mendapatkan berat benda uji kondisi jenuh – kering
permukaan (SSD). Penyelimutan dengan kain adalah hanya untuk menghilangkan
air yang berada di permukaan dan dilakukan dengan cepat. Proses dari sejak
pengambilan benda uji dari dalam air, menyelimutkan dengan kain dan
penimbangan sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 30 detik.
 Berat jenis curah (bulk specific grafity) benda uji adalah berat uji kering/(berat
benda uji kondisi jenuh kering permukaan – berat benda uji dalam air).

Pengukuran Stabilitas dan Flow :


 Rendamlah benda uji dalam bak perendam (water bath) selama 30 – 40 menit
dengan suhu tetap (60 ± 1)ºC.
 Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan letakkan ke dalam
segmen bahwa kepala penenkan dengan catatan bahwa waktu yang diperlukan
 dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendam sampai tercapainya beban
maksimum tidak boleh lebih 30 detik.
 Pasang segmen atas di atas benda uji dan letakkan keseluruhannya dalam mesin
penguji.
 Pasang arloji pengukur pelelehan (flow) pada kedudukannya di atas salah satu
batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk angka nol, sementara
selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala
penekan.
 Naikkan kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga menyentuh alas
cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.
 Atur jam arloji penekan tekan pada kedudukan angka nol.
 Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50 mm per
menit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau pembebanan menurun seperti
yang ditunjukan oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan maksimum.
 Catat nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pelelehan
pada saat pembebanan maksimum tercapai.

Analisa Data
 Koreksi nilai stabilitas perlu dilakukan jika tinggi benda uji tidak sama dengan 63,5
mm(2 ½”) denga menggunakan tabel koreksi (lihat tabel koreksi)
 Hitunglah nilai rat-rata mewakili setiap nilai kadar aspal untuk nilai stabilitas, flow,
stabilitas/flow, berat isi campuran, VIM, VMA dan VFA.

POLITEKNIK NEGERI AMBON


 Buatlah grafik untuk masing-masing stabilitas, flow, stabilitas/flow, berat isi
campuran, VIM, VMA dan VFA. Kecenderungan yang umum pada grafik tersebut
adalah sebagai berikut :
 Nilai flow akan naik sesuai dengan bertambanya kadar aspal.
 Kurva untuk berat isi campuran kecenderungannya sama dengan kurva untuk
stabilitas, tetapi biasanya (tidak selalu) nilai maksimum untuk berat isi akan diperoleh
pada kadar aspal.
 Kandungan rongga dalam agregat (VMA) akan turun ke suatu nilai minimum
kemudian naik lagi sesuai dengan bertambahnya kadar aspal.
 Rongga yang terisi aspal (VFA) yang naik sesuai pertambahan kadar aspal, karena
VMA terisi oleh aspal.

POLITEKNIK NEGERI AMBON


Tabel Korelasi Nilai Stabilitas
Isi Benda Uji (cm3) Tebal Benda Uji (mm) Angka Korelasi
200 – 213 25.4 5.56
214 – 225 27.0 5.00
226 – 237 28.6 4.55
238 – 250 30.2 4.17
251 – 264 31.8 3.85
265 - 276 33.3 3.57
277 – 289 34.0 3.33
290 – 301 36.5 3.03
302 – 316 38.1 2.78
317 – 328 39.7 2.50
329 – 340 41.3 2.27
341 – 353 42.9 2.08
354 – 367 44.4 1.92
368 – 379 46.0 1.79
380 – 392 47.6 1.67
393 – 405 49.2 1.56
406 – 420 50.8 1.47
421 – 431 52.4 1.39
432 – 443 54.0 1.32
444 – 456 55.0 1.25
457 – 470 57.2 1.19
471 – 482 58.7 1.14
483 – 495 60.3 1.09
496 – 508 61.9 1.04
509 – 522 63.5 1.00
523 – 535 65.1 0.96
536 – 546 66.7 0.93
547 – 559 68.3 0.89
560 – 573 69.9 0.86
574 – 585 71.4 0.83
586 – 598 73.0 0.81
599 – 610 74.6 0.78
611 – 625 76.2 0.76

Berdasarkan kriteria perencanaan maka suatu nilai kadar aspal atau rentang nilai kadar
aspal yang sedemikian rupa sehingga memnuhi kriteria yang ada.
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

POLITEKNIK NEGERI AMBON


Kriteria Perencaan Campuran
Lalu lintas Berat Lalu lintas Sedang Lalu lintas Ringan
Sifat Campuran (2x 75 tumbukkan) (2x 50 tumbukkan) (2x 25 tumbukkan)
Min Max Min Max Min Max
Stabilitas (kg) 550 - 450 - 350 -
Kelelehan (mm) 2,0 4,0 2,0 4,5 2,0 5,0
Stabilitas/Kelelehan (kg/mm) 200 350 200 350 200 350
Rongga dalam campuran () 3 5 3 5 3 5
Indeks Perendaman (%) 75 - 75 - 75 -
Persentase Minimum Rongga Dalam Agregat (VMA)
Ukuran Maksimum Nominal Rongga Persentase Minimum Rongga Dalam Agregat
No. 16 (1.18 mm) 23.5
No. 8 (2.36 mm) 21.0
No. 4 (4.75 mm) 18.0
3/8 inch (9.50 mm) 16.0
½ inch (12.50 mm) 15.0
¾ inch (19.00 mm) 14.0
1 inch (25.00 mm) 13.0
1 ½ inch (37.50 mm) 12.0
2 inch (50.00 mm) 11.5
2 ½ inch (63.00 mm) 11.0

Perhitungan dan Penentuan Kadar Aspal Optimum


Data Karakteristik Agregat :
Spesific Grafity Komposisi agregat
Gradasi Agregat
Bulk Semu Efektif (%)
a b C = (a+b) / 2 d
Agregat Kasar 2.98 2.45 2.72 40
Agregat Halus 2.42 2.47 2.45 53
Filler 2.92 7
100

POLITEKNIK NEGERI AMBON


Setelah Nilai-nilai dari stabilitas, flow, VIM, VMA, VFB, MQ diperoleh maka
kita dapat melihat hubungannya dengan kadar aspal yang dipakai, seperti pada gambar di
bawah ini

VIM-Kadar Aspal Stabilitas-Kadar Aspal


17,00 450,00
400,00
16,50
350,00

Stablitas (Kg)
16,00 300,00
VIM(%)

250,00
15,50
200,00
15,00 150,00
100,00
14,50
50,00
14,00 0,00
5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 5,00 5,50 6,00 6,50 7,00
Kadar Aspal (%) Kadar Aspal (%)

VMA-Kadar Aspal Flow-Kadar Aspal


31,00 5,00

30,50 4,00
Flow (mm)
VMA(%)

3,00
30,00
2,00
29,50 1,00
29,00 0,00
5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 5,50 6,00 6,50 7,00 7,50
Kadar Aspal (%) Kadar Aspal (%)

MQ-Kadar Aspal VFB-Kadar Aspal


52,00
160,00
51,00
Marshall Quotient (Kg/mm)

140,00
50,00
120,00
49,00
100,00
VFB (%)

48,00
80,00
47,00
60,00
46,00
40,00 45,00
20,00 44,00
0,00 43,00
5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 5,00 5,50 6,00 6,50 7,00
Kadar Aspal (%) KAdar Aspal (%)

POLITEKNIK NEGERI AMBON

Anda mungkin juga menyukai