Anda di halaman 1dari 14

SNI

SNI 03-6477-2000

Standar Nasional Indonesia

Metode penentuan nilai sepuluh persen kehalusan


Untuk agregat

CS 91.100.20 Badan Standardisasi Nasional BSN


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ i

1 Ruang Lingkup ................................................................................................................ 1

2 Pengertian ..................................................................................................................... 1

3 Dasar ..................................................................................................................... 1

4 Pengambilan Contoh Uji ................................................................................................. 1

5 Peralatan ..................................................................................................................... 1

6 Persiapan Porsi Uji dan Benda uji ................................................................................... 4

7 Prosedur ..................................................................................................................... 5

8 Perhitungan dan Hasil uji ................................................................................................. 8

9 Laporan Pengujian ........................................................................................................... 8

Lampiran A : Daftar Istilah .............................................................................................. 9

Lampiran B: Metode Penentuan nilai sepuluh persen kehalusan yang dianjurkan untuk
berbagai ukuran fraksi agregat........................................................................... 10

Lampiran C : Daftar Nama dan Lembaga ....................................................................... 12


Metode penentuan nilai sepuluh persen kehalusan untuk agregat

1 Ruang lingkup

Satndar ini tentang metode untuk menentukan nilai sepuluh persen kehalusan bahan agregat
yang memberikan suatu ukuran relatif dari ketahanan suatu bahan agregat terhadap
keremukan yang disebabkan oleh beban tekan yang meningkat seara berangsur-angsur.

Dalam standar ini dua prosedur, prosedur pertama yaitu bahan agregat diuji daam keadaan
kering, dan prosedur kedua yaitu bahan agregat diuji dalam keadaan sudah di rendam.
Kedua prosedur ini dapat dilaksanakan baik utuk agregat halus maupun agregat kasar, yang
lolos ayakan 14,0 mm tetapi tertahan dalam ayakan 10,0 mm. untuk fraksi fraksi dengan
ukuran lainnya, metode yang disarankan diraikan dalam Lampiran B.

2 Pengertian

Untuk ujuan penggunaan metode ini, pengertian tentang symbol, satuan contoh uji, benda uji
prosedur bagi empat. Ukuran mata ayakan mengikuti ketentuan berlaku.

3 Dasar

Suatu benda uji didapatkan menurut cara tertentu ke dalam selider baja yang dilengkapi
sebuah plunyer yang dapat bergerak bebas . benda uji tersebut di beri beban tekan yang
terapkan melalui plunyer. Beban ini akan meremukan bahan agregat sampai suatutingkat
tertentu tergantung pada ketahanan remuk dari bahan tersebut.

Tingkat peremukan dapat ditetapkan melali uji ayak terhadap benda uji yang telah remuk.
Prosedur ini diulang pada berbagai variasi beban untuk mendapatkan gaya maksimum yang
menghasilkan suatu analisa ayak tertentu. Gaya yang didapat kemudian diambil sebagai nilai
sepuluh persen kehalusan.

4 Pengambila Contoh Uji

Contoh uji yang diguakan untuk pengujian diambl sesuai ketetuan yang berlaku.

5 Peralatan

Semua peralatan harus memenui ketetuan yang berlaku.


5.1 Umum

5.1.1 Slinder Baja, dengan ujung –ujung terbuka, berukuran diameter dalam 150mm
dengan plunyer dan pelat alas dengan bentuk umum dan ukuran seperti gambar yang tertera
pada Gambar 1 dan Tabel 1.

Bagian permukaan alat yang berhubungan langsung dengan bahan agregat, harus dialuskan
dan diperkeras, atau bila dikerjakan dengan cara lain, harus mempunyai kekerasan tidak
kurang 650 HV. Sesuai dengan BS-427, dan dirawat tetap dalamkeadaan licin.

Tabel 1. Dimensi Utama Slinder dan Plunyer

Kmponen Dimensi Ukuran nominal Ukuran nomina diameter


---- (lihat gambar 1.) diameter dalam dalam slinder 75 mm (lihat
slinder 150mm Lampiran-B) (mm)
(mm)
Slinder Diameter Dalam, A 154 ± 0,5 78 ± 0,5
Kedalaman, B 125 – 140 70,0 – 85,0
Tebal Dinding 16,0 8,0
Minimum, C
Pluyer Diameter Torak, D 152 ± 0,5 76,0 ± 0,5
Diameter Tangkai,E >95 - ≤ D > 45,0 - ≤ D
Panjang (tangka + 100 – 115 60,0 – 80,0
Torak ), F ≥ 25,0 ≥19,0
Kedalaman torak 20,0 ± 0,1 10,0 ± 0,1
minimum, G
Diameter Lubang, H

Pelat Alas Tebal minimum,I 10 10


Panjang tiap sisi, J 200- 230 110-115
5.1.2 Batang penumbuk, terbuat dari baja bulat lurus berdiameter (16 ± 1) mm dan
panjangnya (600 ± 5) mm, serta ujung- ujungnya dbulatkan.

5.1.3 Timbangan, bekapasitas 3 kg dengan ketelitian sampai 1 gram.

5.1.4 Ayakan penguji, dengan pelat berlubang persegi berukuran 14,0 mm da 10,0 mm
serta sebuah ayakan anyman kawat berukuran celah 2,36 mm. ayakan-ayakan in harus
memenuh ketentuan yang berlaku.

5.1.5 Mesin Uji Tekan, yang mampu meghasilkan gaya sampai 500kN dan dapat
dioperasikan dengan kecepatan pembebanan yang seragam sehingga gaya tersebut
dapat dicapai dalam waktu 10 menit (Lihat 7.1.2). mesin ini harus memenuhi
ketentun yang berlaku. Selanjutnya, mesin harus dapa dgunakan dengan atau tanpa
dudukan berbentuk bola.

5.1.6 Alat ukur dari logam berbentuk silinder, untuk mengukur contoh uji, mempunuyai
kekakan yang cukup untuk menahan setiap perubahan bentuk dalam pmakaian yang
kasar dan mempunyai diameter dalam (115 ± 1) mm serta kedalaman (180 ± 1) mm.

5.1.7 Oven berventilasi baik , yang dapat diatur secara termostatik pada temperatur (105 ±
5) oC.

5.1.8 Palu karet.

5.1.9 Talam dari logam. Dengan ukuran yang dapat menampung 3 kg bahan agregat.

5.1.10 Sikat, dengan bulu yang kaku.

5.2 peralatan tambahan, untuk pengujian agregat dalam keadaan direndam.

5.2.1 kain-kain pengering atau kertas hisap, untuk keperluan mengeringkan permukaan
bahan agregat yang telah direndam dalam air, misalnya 2 helai handuk-tangan
berukuran tidak kurang dari 750 mm x 450 mm, atau gulungan keras pengisp dengan
ukuran dan daya hisap yang cocok.

5.2.2 Satu atau lebih keranjang anyaman kawat, dengan ukuran celah paling besar 6,5 mm
atau wadah berlubang dengan ukuran yang cukup, dilengkapi dengan gantungan
untuk mengangkat.

5.2.3 Wadah kedap air yang kuat, utuk mencelupkan keranjang.


5.2.4 persediaan air bersih, dengan tingkat mutu ar minum.

6 Persiapan Porsi Uji dan Benda Uji

6.1 Porsi Uji

Kurangi contoh uji laboratorium dengan prosedur bagi empat untuk menghasilkan porsi uji
dengan berat yang cukup untuk membuat tiga buah benda uji dengan ukuran besar butir antara
14 mm sampai 10 mm.

CATATAN:
Benda uji untuk pengujian tunggal adalah jumlah bahan yang dperlukan untk mengisi silinder
(lihat7.1.1 dan Tabel 2.)

Tabel 2. Berat Minimum Porsi Uji yang Diperlukan


Untuk Mendapatkan Berta Bahan yang Sesuai
Untuk Penentuan Nilai 10% Kehalusan
Gradsasi dari Agregat Berat Minimum Porsi Uji
(mm) (kg)
Seluruh agregat berkuran maks. 40 60
Seluruh agregat berkuran maks. 20 45
Agregat bergradsasi antara 40-5 40
Agregat bergradsasi antara 20-5 25
Agregat tergradsasi antara 14-5 15
Untuk agregat berberat jenis normal

6.2 Benda Uji dalam Keadaan Kering

6.2.1 ayak dengan sempurna porsi uji kering dengan ayakan 14,0 mm dan 10,0 mm untuk
memisahkan fraksi ukuran atas fraksi ukuran atas dan fraksi ukuran bawah. Bagi fraksi
ukuran 14,0 mm sampai 10,0 mm menjadi tiga brnda uji yang masing-masing dapat mengisi
silinder dangan ketinggian bahan di dalam silinder sesudah didapatkan sesuai prosedur
tercantum pada 7.1 kira-kira 100 mm (lihat catatan 1).

CATATAN 1:
Jumlah agregat yang tepat dapat diperoleh secara mudah dengan mengisi silinder dalam tiga
lapis dengan perkiraan ketinggian yang sama. Setiap lapis dtumbuk dengan ujun batang
penumbul berbentuk bulat sebanyak 25 kali tumbukan dari ketinggan 50 mm dari permukaan
agregat. Kemudian ratakan permukaannya dengan barang penumbuk.
CATATAN 2 :

Pengayakan dengan mesin hanya digunakan untuk agreqat yang tidak mudah remuk.

6.2.2 Keringkan benda uji dengan memanast;annya pada temperatur (105 t 5) ° C untuk
periode tidak lebih dari 4 jam. Dinginkan pada temperatur ruangan sebelum pengujian. Catat
berat dari bahan yang mengisi benda uji. .

6.3 Benda Uji dalam Keadaan Direndam

6.3.1 Siapkan bertsla dengan mengikut'r prosedtjr sr'perti 6.2, kecuali bahwa kondisi porsi
uji merupakan kondisi sebagaimana adanya waktu bahan diterima dan bukan dalam kondisi
kering oven. Masukkan setiap benda uji ke dalam keranjang kawat (lihat Catatan) dan
celupkan ke dalam air dalam wadah tertutup sedalam 50 mm dari muka air terliitung sGmpai
bagian atas keranjang kawat.

Segera setelah pencelupan, buang udara yang terperangkap dengan cara mengangkatturunkan
keranjang sampai 25 mm dari dasar wadah air sebanyak 25 kali dengan kecepatan kurang
lebih satu kali setiap detik.

Biarkan keranjang serta bahan agregat terendam sepenuhnya selama pekerjaan berlangsung
sampaG (24 ± 2) jam serta temperatur air dijaga pada (20 ± 5)° C.

CATATAN :

Jumfah tepat dari banyaknya agregat yang digunakan sesuai dengan ketentuan 6.2.

6.3.2 Setelah perendaman, benda uji diambil dari keranjang dan dikeringkan dengan kain lap-
hisap, selanjutnya segera laksanakan prosedur pengujian.

7 Prosedur

7.1 Agregat dalam kondisi kering

7.1.1 Tempatkan silinder alat uji pada posisinya di atas pelat dasar, dan masukkan bahan
agregat yang akan diuji dalam 3 tapisan, setiap lapisan diberi 25 kali pemadatan dengan
batang penumbuk yang dijatuhkan dengan ketinggian 50 mm dari permukaan agregat secara
merata pada bagian permukaan lapisan.

CATATAN :

Butiran-butiran sebagian agregat mungkin akan pecah pada waktu pemadatan. Bila ada
kejadian seperti ini, harus dilaporkan.

Secara hati-hati, ratakan permukaan agregat dan letakkan plunyer sampai betul-betul rata
duduknya di atas permukaan agregat.
Perhatikan waktu meletakkan plunyer, jangan terjadi hentakan ke dalam silinder.

7.1.2 Tempatkan peralatan, dengan henda tiji dan plunyer pada posisinya, di antara kedua pelat
mesin tekan. Jalankan mesin tekan dengan peningkatan kecepatan yang teratur ( Lihat Catatan-1 )
yang dapat menyebabkan penetrasi total dari plunyer dalam 10 menit t 30 detik sepanjang kira-
kira :

a. 15 mm untuk bahan agregat berbentuk bulat atau semi bulat, misalnya kerikil sungai.

b. 20 mm untuk bahan agregat normal batu pecah.

c. 24 mm untuk bahan agregat berongga/ berpori, misalnya beberapa macam terak.

CATATAN-1 :

Apabila selama tahap awal pengujian terjadi suatu perubahan bentuk yang sangat nyata,
maka tidak mungkin untuk mempertahankan kecepatan pembebanan yang diperlukan dan
variasi kecepatan pembebanan dapat terjadi terutama pada awal pengujian.

Variasi ini harus dipertahankan sampai minimum dengan obyek utama


menyelesaikan pengujian dalam keseluruhan waktu 10 menit t 30 detik.

CATATAN-2 :

Nilai ini dapat bervariasi, tergantung pada tingkat kebulatan atau rongga agregat.

CATATAN-3 :

Apabila Nitai impak Agregat ( NIA ) telah ditentukan maka gaya yang diperlukan (dalam
satuan kW ) untuk pengujian sepuluh persen kehalusan pertama, dapat ditaksir lebih
rendah dengan rumus berikut ini,dibanding bila menggunakan dial gauge :

Gaya yang diperlukan=

Nilai gaya ini hampir selalu memberikan persentase kehalusan dalam batas yang diinginkan antara
7,5 % - 12,5 %.

7.1.3 Catat gaya maksimum ( f ) yang diberikan untuk mendapatkan penetrasi yang
diperlukan. Lepaskan gaya tekan dan keluarkan semua apregat yang telah remuk
dengan menampung dalam wadah yang telah ditimbang terlebih dahulu. Pukul bagian
luar silinder dengan palu karet sampai seluruh agregat dapat ke luar bebas clan masuk
ke dalam wadah.

CATATAN :

Apabila tidak berhasil mengeluarkan agregat yang memadat, dapat memakai cara lain, tetapi harus
diperhatikan agar jangan terj.adi keremukan lebih lanjut.

Ambil butir-butir yang menempel pada bagian dalam silinder, permukaan plunyer clan
pada pelat alas ke dalam wadah dengan sikat kaku.

Timbang wadah dan agregat, lalu hitung berat agregat yang terpakai (M,) dengan
ketelitian dalam gram.

7.1.4 Ayak seluruh agreget dalam wadah dengan ayakan 2,36 mm sampai tak ada lagi
butiran yang lolos, selama 1 menit. Timbang dan catat berat fraksi yang lolos dan tertahan
di atas ayakan dengan ketelitian dalam gram (masing-masing M2 dan M3 ). Bila total berat
( M2 + M3 ) berbeda dari berat sernula ( M1 ) lebih dari 10 gram, maka hasil uji ini tidak
dapat dipakai dan lakukan pengujian terhadap benda uji berikutnya. Apabila persentase
bahan yang lolos ayakan (m) yang dihitung sebagai :

m=

tidak masuk dalam batas 7,5 % - 12,5 %, lakukan pengujian terhadap benda uji
berikutnya dengan mengatur besar beban maksimum, sampai diperoleh persentase
kehalusan antara angka-angka yang dikehendaki, dan catat nilai m yang diperoleh.

CATATAN - 1 :

Rumus yang diberikan pada 8.1 dipakai untuk menghvtung gaya yang diperlukan.

CATATAN - 2 :Pelaksanaan pengujian yang diuraikan pada 7.1.3 dan 7.1.4, harus teliti,
untuk menghindarkan kehilangan butiran halus

CATATAN-3:

Pengayakan dengan mesin hanya dilaksanakan untuk agregat yang tidak akan mengalami
degradasi akibat pengayakan mesin ini.

7.1.5 Ulangi prosedur pengujian seien:gkapnya dengan berat agregat dan pembebanan
yang sama untuk menghasilkan nilai persen kehalusan diantara 7,5 % - 12,5 %.

7.2 Agregat dalam kondisi yang direndam

Ikuti prosedur yang diuraikan pada 7.1, kecuali benda uji yang telah remuk dan sudah
dikeluarkan dari silinder ( lihat 7.1.3 ), lalu keringkan dalam oven pada (105 t 5) ° C
sampai diperoleh berat tetap atau pada periode tidak kurang dari 12 jam. Dinginkan dan
timbang dengan ketelitian dalam gram (M,), lengkapi prosedur seperti pada 7.1.4 dan
7.1.5.
CATATAN :

Penggunaan vilai Impak dari Agregat untuk menaksir gaya yang diperlukan seperti
terlihat pada 7.1.2

8 Perhitungan dan Hasil Uji

8.1 Hitung gaya F yang diperlukan untuk menghasilkan sepuluh persen kehalusan pada

setiap benda uii ( dalam kN ), dcngan ketelitian sampai bilangan bulat, dengan angka

persentase agregat yang lolas ayakan dalam batas 7,5 % - 12,5 % mengikuti rumus :

F=

f : adalah gaya maksimum (kN )

m : adalah persentase agregat Iolos ayakan 2,36 mm pada gaya maksimum.

8.2 Hitung Nilai rata-rata dari dua basil yang diperoleh dengan ketelitian 10 kN untuk
gaya >_ 100 kN, atau 5 kN untuk gaya < 100 kN.

Laporkan Nilai rata-rata ini sebagai Nilai Sepuluh Persen Kehalusan, kecuali bila ada suatu
hasil yang diperoleh berbeda lebih dari 10 kN clan lebih dari 0,1 kali dari nilai rata-rata.
Dalam hal ini pengujian diulangi terhadap 2 benda uji berikutnya. Hitung median dari
keempat hasil ini, dengan ketelitian 10 kN untuk gaya 10 kN dan ketelitian 5 kN untuk gaya <
100 kN. Laporkan median m ini sebagai Nilai Sepuluh Persen Kehalusan.

CATATAN :

median dari empat basil yang diperoleh, dihitung dengan cara mengeluarican angka tertinggi
clan terendah, kemudian hitung nilai rata-rata dari dua nilai pertengahan yang diperoleh.

9 Laporan Pengujian

Laporan menegaskan bahwa Nilai Sepuluh Persen Kehalusan dari agregat kering clan atau
agregat yang direndam ditentukan sesuai dengan bagian standar ini, termasuk ada atau
tidaknya sertifikat pengambilan contoh. Apabila ada, salinan sertifikat harus dilampirkan.

Laporan pengujian berisi informasi tambahan sebagai berikut :

a. Identifikasi clan deskripsi dari contoh uji.

b. Kondisi agregat waktu diuji : kering atau direndam.

c. Nilai Sepuluh Persen Kehalusan Agregat kering, clan atau

d. Nilai Sepuluh Persen Kehalusan Agregat yang direndam.


Lampiran A

Daftar Istilah

10% Fines Value : Nilai 10% Kehalusan


Agregat : Nilai impak agregat
Dial gauge : Arloji penunuk
Lampira B

Metode penentuan nilai sepuluh persen kehalusan yang dianjurkan untuk


berbagai ukuran fraksi agregat

B.1 Umum

Bila dikehendaki, atau bila ukuran fraksi tertentu antara ukuran ayakar. 14 mm clan 10 mm
tidak ada, pengujian dapat dilaksanakan pada agregat dengan ukuran besar butir lain, yang
lolos ayakan-ayaEcan 28,0 mm clan tertahan ayakan 2,36 mm.

Karena kurangnya pengalaman dalam pengujian dengan ukuran lain pada fraksi tertentu,
maka belum dapat diberikan suatu indikasi positip, sebagaimana diperoleh dari basil agregat
dengan ukuran besar butir non-standar, untuk membandingkannya dengan basil yang
diperoleh melalui prosedur pengujian yang standar.

B.2 Peralatan

B.2.1 Umum

Peralatan adalah sama, seperti tercantum pada ketentuan 5 atau untuk pengujian agregat
dengan ukuran besar butir < 10 mm, seperti tercantum dalam A.2.2 sampai A.2.7.

B.2.2 Silinder Baja, yang terbuka ujung ujungnya, dengan plunyer clan pelat alas, secara
umum tercantum dalam 5.1, dengan ukuran nominal diameter-dalam 75 mm. Bentuk umum
clan ukuran silinder serta plunyer dapat dilihat pada Gambar 1. dan Tabel 1.

B.2.3 Batang Penumhuk terbuat dari batang baja lurus dengan penampang bulat, diameter
8 mm clan panjang 300 mm. Salah satu bagian ujungnya dibulatkan.

B.2.4 Timbangan dengan kapasitas sekurang-kurangnya 500 gram clan ketelitian 0,2 gram.

B.2.5 Ayakan Penguji, dengan ukuran yang cocok seperti pada Tabel
3. Ayakan penguji ini harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
Tabel 3. Ayakan Uji Khusus, Untuk Pengujian Agregat Ukuran Fraksi Lain

Ukuran Nominal Lubar.g Ayakan

Ukuran Untuk Persiapan Untuk Pemisahan


Benda Uji Bagian Halus
Lolos Tertahan
(mm) (µ m)
(mm) (mm)
28,00 20,00 5,00 -
> Standar
20,00 14,00 3,35 -
Star,dar 14,00 10,00 2,36 -

10,00 6,30 1,70 -


6,30 5,00 1,18 -
< Stwzdar
5,00 3,35 - 850
3,35 2,36 - 600

B.2.6 Mesin Uji Tekan, seperti tercantum dalam 5.1.5, kecuali mesin yang dapat dipakai
untuk kemampuan gaya mencapai 100 kN dsn dapat dioperasikan untuk menghasilkan
kecepatan pembebanan rata-rata sedemikian rupa hingga gaya ini dapat dicapai dalam waktu
10 menit ( lihat Catatan - 1 pada 7.1.2 ).

B.2.7 Sebuah Alat Ukur dari silinder logam, secara umum seperti tertera pada 5.1.6,
kecuali yang mempunyai ukuran diameter-dalam 57 ± 1 mm dan ukuran tinggi bagian dalam
90 ± 1 mm.

B.3 Persiapan Porsi Pengujian dan Benda Uji

Ikuti prosedur yang tercantum dalam Ketentuan 6, menggunskan ayakan yang sesuai seperti
tercantum dalam Tabel - 3, mengikuti ukuran pada fraksi yang diuji. Berat porsi pengujian
untuk suatu gradasi dengan ukuran besar butir maksimum < 10 mm, diperlukan sekurang-
kurang nya 1 kg.

B.4 Prosedur
Ikuti prosedur seperti tercantum dalam butir 7 menggunakan ayakan yang cocok yang
diberikan dalam Tabel - 3.
CATATAN :
Penetrasi plunyer tidak perlu sesuai dengan nilai yang diberikan dalam butir 7.

B.5 Perhitungan dan Pelaporan


Ikuti prosedur umum seperti tercantum dalam butir 8.

B.6 Laporan Pengujian


Laporan pengujian berisi informasi yang dispesifikasikan dalam butir 9, dengan tambahan
mengenai ukuran besar butir agregat yang diuji.
Lampiran C
Daftar Nama dan Lembaga

1. Pemrakarse :

Pusat Litbang Permukiman, Badan Litbang PU. Dep. PU

2. Penyusun :

No. NAMA LEMBAGA

1. Ir. M. Nasroen Rivai Pusat Litbang Permukiman

3. Panitia Tetap Standardisasi

JABATAN EX - OFFICIO NAMA


Ketua Kepala Badan Litbang PU Ir. Joelianto Hendro Moelyono

Sekretaris Sekretaris Badaa Litbang PU Ir. Supardijono Sobirin

Anggota Dir.Bintek Ditjen Pengairan Ir. Napitupulu, Dipl. HE.

Anggota Dir.Bintek Ditjcn 13ina Marga Ir. Gandhi Hanhap, M.Eng

Anggota Dir.Bintek Ditjen Cipta Karya Ir. Aim Abdurachitn Idris, MSc.

Anggota Kepala Fusat Litbang Pengairan Dr. Ir. Badruddin Machbub

Anggota Kepala Pusat Litbang Jalan Dr. Ir. Patana Rante Toding, M.Sc

Anggota Kepala Pusat Litbang Permukiman Ir. Sutikni Utoro

Anggota Kepala Biro Hukum Dep. PU Wibisono Setiowibowo, MSc.

Anggota Kepala Biro Bina Sarana Perusahaan Drs. Mochamad Charis

Anda mungkin juga menyukai