Anda di halaman 1dari 21

2.

2 Keausan Agregat dengan Alat Los Angeles


2.2.1 Definisi

Keausan adalah perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan No.12
(1,70mm) terhadap berat semula dalam persen. Untuk menguji kekuatan agregat
kasar dapat menggunakan bejana Rudolf ataupun dengan alat uji Los Angeles Test.

Di dalam mesin Los Angels terdapat sirip yang berfungsi sebagai pembalik
material yang diuji dan lama pengujian tergantung dari jumlah berat material.

2.2.2 Tujuan

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui durabilitas agregat dengan cara


mekanis dengan mengunakan alat Los Angeles Abrasion Test. Pemeriksaan ini adalah
untuk agregat kasar yang lebih kecil dari 37,5 mm (1,5”).

2.2.3 Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian berdasarkan ASTM C 131-76/AASHTO T 96-87


Diperuntukkan untuk ukur agregat kasar yang lebih kecil dari 37,5 mm (1,5)”.

2.2.4 Peralatan

 Mesin abrasi Los Angeles, yaitu mesin yang terdiri dari silinder baja
tertutup pada kedua sisi dengan diameter 71 cm (28”) dan panjang 50 cm
(20”). Silinder ini bertumpu pada dua poros pendek tidak menerus yang
berputar pada poros mendatar. Silinder berlubang unuk memasukkan
sampel. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam
silinder tidak terganggu. Dibagian dalam silinder terdapat bilah baja
melintang penuh setinggi 8,9 cm (3,59”);

 Bola-bola baja mempunyai diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing-


masing antara 400 gram sampai 440 gram;

 Saringan mulai ukuran 37,5 mm (1,5”) sampai 2,36 mm (No.8);

 Timbangan dengan kapasitas 5000 gram dan ketelitian 1 gram;

 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampel


(100±5)ºC.

2.2.5 Benda Uji


 Sampel harus bersih. Bila sampel masih mengandung kotoran, debu,
bahan organik atau terselimuti oleh bahan lain, maka sampel harus dicuci
sampai bersih kemudian dikeringkan dalam suhu (100±5)ºC sampai berat
tetap.
 Pisahkan sampel ke dalam ukuran fraksi masing-masing sesuai pada tabel
dibawah ini dan gabungkan , timbang (A).
Tabel 2.1 Daftar Berat dan Gradasi Benda Uji
Ukuran Saringan Berat dan Gradasi Sampel (gram)

Lewat Tertahan
A B C D
(mm) (mm)

37.5 25.0 1250 ± 25

25.0 19.0 1250 ± 25

19.0 12.5 1250 ± 25 2500 ± 10

12.5 9.5 1250 ± 25 2500 ± 10

9.5 6.3 2500 ± 10

6.3 4.75 2500 ± 10

4.75 2.36 5000± 10

Total 5000 ± 10 5000± 10 5000± 10 5000± 10

Jumlah Bola Baja 12 11 8 6

2.2.6 Langkah-langkah Pengujian

a. Sampel dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles dan mesin
diputar 500 putaran;

b. Setelah putaran selesai sampel dikeluarkan, kemudian dilakukan


penyaringan dengan saringan 1,7 mm (No.12). Butiran yang
tertahan/lebih besar dari 1,7 mm (No.12) dicuci bersih kemudian
dikeringkan dalam oven suhu (100±5)ºC.

2.2.7 Perhitungan dan Pelaporan

A−B
×100%
Nilai keausan Los Angeles = A

Dimana :

A = berat sampel semula = 5000,5 (gram).

B = berat sampel tertahan 1,7 mm = 3281,6 (gram).

Maka:

A−B 5000,5−3281,6
Nilai keausan Los Angeles = = x 100% = 34,37 % ≈
A 5000,5
34 %

Hasil perhitungan yang diperoleh dalam percobaan pengujian keausan


agregat dilihat pada lampiran A-II.

2.2.8 Kesimpulan

Pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles ini untuk


mendapatkan nilai keausan dari agregat yang ingin digunakan dalam bahan
perkerasan jalan, semakin kecil nilainya berarti semakin tinggi ketahanan agregat
terhadap keausan. Berdasarkan SK SNI 2417-1991, nilai keausaan agregat untuk
perkerasan jalan tidak boleh lebih dari 40%.
Dari pengujian keausan agregat di atas nilai yang dipeoleh adalah 34%,
maka dapat disimpulkan bahwa nilai keausan agregat yang didapat telah memenuhi
syarat.

2.3 Kekuatan Agregat terhadap Tumbukan

2.3.1 Definisi

Pengujian kekuatan agregat terhadap tumbukan adalah proses dasar pada


pembuatan agregat dimana seberapa besar kehancuran agregat setelah tumbukan
(Agregat Impact Value).

Nilai agregat impact value (AIV) adalah persentase perbandingan antara


agregat yang hancur dengan jumlah sampel yang ada. Agregat yang hancur
dinyatakan dengan jumlah agregat yang lolos saringan No. 8 (2,36 mm).

2.3.2 Tujuan

Pengujian ini bertujuan untuk mengukur kekuatan sampel terhadap beban


tumbukan sebagai salah satu simulasi terhadap kemampuan agregat terhadap rapid
load (beban hidup).

2.3.3 Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian berdasarkan BS 812:Part 3:1975. Tidak diperuntukkan


untuk ukuran agregat yang lebih dari 14 mm.

2.3.4 Peralatan
 Aggregate Impact Machine. Alat ini masih digerakkan secara manual
dengan tenaga manusia;
 Berat total mesin tidak lebih dari 60 kg dan tidak kurang dari 40 kg.
Dasar mesin terbuat dari baja dengan diameter 300 mm dan memiliki
berat antara 22 sampai 30 kg;
 Cylindrical Steeel Cup memiliki diameter dalam 102 mm dan kedalaman
50 mm. Ketebalan cup tidak kurang dari 6 mm;
 Palu baja yang digunakan memiliki berat antara 13,5 sampai 14,0 kg
dengan bagian bawah (bidang kontak) merupakan lingkaran dan datar.
Diameter kontak sebesar 100 mm dan ketebalan 50 mm, dengan chamfer
1,5 mm. Palu diatur sedemikian rupa hingga dapat naik turun dengan
mudah tanpa gesekan berarti.Palu baja bergerak jatuh bebas dengan tinggi
jatuh 380 ± 5 mm,diukur dari bidang kontak palu sampai permukaan
sampel di dalam cup;
 Alat pengunci palu dapat diatur sedemikian rupa untuk memudahkan
penggantian sampel dan pemasangan cup;
 Saringan dengan diameter 14.0 mm, 10.0 mm dan 2.36 mm;
 Besi penusuk dengan panjang 230 mm serta memiliki potonn gan
melintang lingkaran berdiameter 10 mm;
 Timbangan dengan kapasitas minimal 5000 gram dan ketelitian 0,1 gram.

2.3.5 Benda Uji

 Sampel adalah agregat yang lolos saringan 14.0 mm dan yang tertahan
saringan 10.0 mm. Setiap pengujian dibuat dua sampel;
 Saring antara 500 sampai 1000 gram agregat pada urutan saringan 14.0
mm dan 10.0 mm selama 10 menit. Sampel yang diambil adalah yang
lolos saringan 14.0 mm dan tertahan 10.0 mm;
 Cuci sampel dengan air yang mengalir dan keringkan dalam oven
(110±5)ºC selama 4 jam (kondisi kering oven). Setelah suhu turun (atau
sama dengan suhu ruangan, 25ºC) sampel siap untuk digunakan.

2.3.6 Langkah-langkah Pengujian

a. Timbang cup (Cylindrial Steel Cup) dengan ketelitian 0.1 gram (W1);
b. Isilah cup dengan sampel dalam 3 (tiga) lapis yang sama tebal. Setiap
lapis dipadatkan dengan 25 kali besi penusuk secara merata diseluruh
permukaan. Tiap lapis, tongkat dijatuhkan secara bebas dengan
ketinggian tidak lebih dari (>) 5cm dari permukaan lapisa. Pada lapis
terakhir, isi cup dengan agregat agak menyembul dan padatkan;
c. Ratakan permukaan sampel dengan besi penusuk dan timbang (W2);
d. Hitung berat awal sampel (A’=W2-W1);
e. Letakkan mesin impact agregat pada lantai datar dan keras, seperti lantai
beton;
f. Letakkan cup berisi sampel pada tempatnya dan pastikan letak cup sudah
baik dan tidak akan bergeser akibat tumbukan palu;
g. Atur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan
permukaan sampel 380± 5mm;
h. Lepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke sampel. Angkat
palu pada posisi semula dan lepaskan kembali (jatuh bebas).Tumbukan
dilakukan sebanyak 15 kali dengan tenggang waktu tumbukan tidak
kurang dari satu detik;
i. Setelah selesai saring benda uji dengan saringan No. 8 (2.36 mm) selama
satu menit dan timbang berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang
dinyatakan sebagai B gram dan yang tertahan sebagai C gram. Pastikan
tidak ada partikel yang hilang selama proses tersebut. Jika selisih jumlah
berat agregat yang lolos dan tertahan (A) dengan berat awal (A’) lebih
dari 1 gram, maka pengujian harus diulangi;
j. Ulangi prosedur tersebut untuk sisa sampel berikutnya.

2.3.7 Pelaporan dan Perhitungan

a. Pengujian minimal dilakukan untuk 2 (dua) buah benda uji


b. AIV dihitung dengan ketelitian 0,1

Nilai Impact Agregat dinyatakan dengan rumus :

C
AIV= ×100%
A−B

Keterangan :

AIV = Agregat Impact Value (%)

A = Berat benda uji + mold (gr)

Benda I  3663,0 gr

Benda II  3684,8 gr

B = Berat mold kosong

Benda I  3023,4 gr

Benda II  3023,4 gr

C = Berat lolos # no. 2,36 mm (gr)

Benda I  77,4 gr

Benda II  63,2 gr
77,4
Benda I  AIV = ×100 % = 12,1%
3663,0−3023,4

63,2
Benda II  AIV = ×100 % = 11,7 %
3684,8−3023,4

AIV ditentukan berdasarkan harga rata-rata dari dua pengukuran.

12,1+11,7
AIVrata-rata = = 11,9 %
2

Tabel 2.2 Ukuran Agregat Standard dan Non-Standard Yang dapat Digunakan
Dengan Dasar Ukuran Saringan dari British Standard.

Saringan Saringan
Agregat Ukuran Lolos
Tertahan Pemisah

Non-Standar 28,0 mm 20,0 mm 5,0 mm

20,0 mm 14,0 mm 3,35 mm

Standar 14,0 mm 10,0 mm 2,36 mm

Non-Standar 10,0 mm 6,3 mm 1,70 mm

6,3 mm 5,0 mm 1,18 mm

5,0 mm 3,35 mmCatatan 850 mm

3,35 mm 2,36 mm 600 mm

Impact Test.
Hasil perhitungan yang diperoleh dalam percobaan impact test agregat dapat
dilihat pada lampiran A-III

2.3.8 Kesimpulan

Pengujian kekuatan agregat terhadap tumbukan ini untuk mendapatkan nilai


tumbuk agregat, makin besar nilainya berarti makin rendah ketahanan agregat akibat
tumbukan. Pengujian ini telah distandarisasi dibanyak negara, antara lain Inggris
[BSI] dan India [ISI]

BSI mengklasifikasikan nilai tumbuk agregat :

0 - 10 = Sangat kuat
 10 - 20 = Kuat
 20 - 30 = Untuk lapisan permukaan jalan
 30 - 35 = Kurang baik untuk lapisan permukaan jalan

TRI – UK – 1976 mensyaratkan agregat yang mempunyai nilai tumbuk :

 Maksimum 30
Dapat dipakai untuk pondasi Makadam basah atau kering. Konstruksi
penyiraman [surface dressing]. Penetrasi Makadam. Lapis aspal beton dan
beton semen.

 Maksimum 35
Dapat dipakai untuk Bitumen Bound Makadam.

 Maksimum 45
Dapat dipakai untuk pondasi jalan beton semen.

 Maksimum 50
Dapat dipakai untuk lapis pondasi bawah.

Hasil pengujian ketahanan agregat dengan alat tumbuk didapat besar nilai
tumbuk agregat adalah 11,9 %. Nilai ini tergolong sangat kuat menurut standarisasi
BSI.

2.4 Berat Isi Agregat

2.4.1 Definisi

Berat isi agregat didefinisikan sebagai berat satuan butiran dibagi dengan
berat isi atau volume agregat. Tambahan untuk pori-pori dalam setiap agregat,
berat isi volume juga sudah termasuk spasi diantara setiap partikel.

2.4.2 Tujuan

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar atau
campuran. Berat isi adalah perbandingan berat dan isi (volume) agregat.

2.4.3 Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian berdasarkan ASTM C 20-71

2.4.4 Peralatan

 Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat benda uji;


 Talam berkapasitan cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat;
 Tongkat pemadatan diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat,
sebaiknya terbuat dari bahan baja tahan karat;
 Mistar perata (straight edge);
 Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang
berkapasitas sebagai berikut:

Tabel 2.3 Kapasitas wadah berat isi

Kapasitas Diameter Tinggi Ukuran butir


(liter) (mm) (mm) maksimum
2,832 152,4 ± 2,5 154,9 ± 2,5 12,7
9,436 203,2 ± 2,5 292,1 ± 2,5 25,4
14,158 254,0 ± 2,5 279,4 ± 2,5 38,1
28,316 355,6 ± 2,5 284,4 ± 2,5 101,6

2.4.5 Benda Uji

 Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak


kapasitas wadah sesuai daftar tabel di atas, keringkan dalam oven dengan
suhu (110 ± 5)°C, sampai berat tetap.

2.4.6 Langkah-langkah Pengujian


a. Berat Isi Lepas
 Timbang wadah dan catatlah beratnya (W1);
 Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir,
dari ketinggian 5 cm di atas wadah dengan menggunakan sendok atau
sekop sampai penuh;
 Retakkan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata;
 Timbang dan catatlah berat wadah serta benda uji (W2);
 Hitung berat isi (W3 = W2-W1).
b. Berat Isi Padat dengan Tusukan

 Timbang wadah dan catatlah beratnya (W1);


 Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir
dalam 3 (tiga) lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan
tongkat pemadat sebanyak 25 (dua puluh lima) kali tusukan secara
merata. Pada saat pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan
bagian bawah tiap-tiap lapisan;
 Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata;
 Timbang dan catatlah berat wadah serta benda uji (W2);
 Hitung berat isi (W3 = W2-W1).

2.4.7 Perhitungan dan Pelaporan

W3 3
Berat Isi Agregat = gram/cm
V

Dimana , W3 = Berat Agregat dalam silinder

V = Volume Agregat dalam silinder

 Volume agregat dalam silinder = ¼ x π x d 2x h


= ¼ x π x 152x 17,5
= 3092,5 cm 3
 Berat Isi Agregat Lepas
W 3 4481,9 3
¿ = =1,449 gram/cm
V 3092,5

 Berat Isi Agregat Padat dengan Tusukan


W 3 4955,5 3
¿ = =1,602 gram/cm
V 3092,5
Perhitungan yang lengkap dapat dilihat pada lampiran A-IV

2.4.8 Kesimpulan

Pada pengujian berat isi agregat dapat diketahui berapa berat yang didapat
dengan melakukan dua cara perbandingan, yakni agregat lepas dan agregat padat
dengan tusukan.

Pada perhitungan di atas didapatkan berat isi agregat lepas adalah 1,449
3 3
gram/cm dan berat isi agregat padat dengan tusukan adalah 1,602 gram/cm . Maka
dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan memenuhi spesifikasi yaitu >1,0.

2.5 Analisa Saringan Agregat

2.5.1 Definisi

Analisis saringan agregat adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan


untuk menentukan presentase berat butiran agregat yang lolos dalam suatu set
saringan, yang angka persentase kumulatif digambarkan pada grafik pembagian
butir. Ukuran butir yang maksimum dan agregat ditunjukan dengan saringan
terkecil dimana agregat tersebut masih bisa lolos 100%.

2.5.2 Tujuan

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat


halus dan kasar dengan menggunakan saringan.
2.5.3 Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian berdasarkan ASTM D75-87.

2.5.4 Peralatan

 1 (satu) set saringan, sesuai dengan kebutuhan;


 Timbangan dengan kapasitas 15 kg, ketelitian 0,1 gram;
 Oven, yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (150 ± 1)
̊C;
̊
 Talam, sendok dan peralatan lain yang dibutuhkan.

2.5.5 Benda Uji

 Benda uji adalah agregat yang diambil sebanyak 5000 gram.

2.5.6 Langkah-langkah Pengujian


a. Agregat yang terdiri dari agregat kasar dan halus dipisahkan menjadi dua
bagian dengan saringan No. 4 (4,75 mm);
b. Contoh dikeringkan sampai berat konstan;
c. Contoh disaring secara terpisah dengan menggunakan satu set saringan
yang sesuai. Berat fraksi agregat yang tertahan pada setiap saringan dan
pan menunjukkan gradasi dari masing-masing contoh.
2.7 Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat yang Lolos Saringan No.
200 (0,075 mm)

2.7.1 Definisi

Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan nomor
200 (0,075 mm) adalah banyaknya bahan yang lolos saringan nomor 200 (0,075 mm)
sesudah agregat dicuci sampai air cucian menjadi jernih.

2.7.2 Tujuan

Tujuan pengujian ini adalah untuk memperoleh persentase jumlah bahan


dalam agregat yang lolos saringan nomor 200 (0,075 mm), schingga berguna bagi
perencana dan pelaksana pembangunan jalan.

2.7.3 Ruang Lingkup

Metode pengujian ini meliputi persyaratan, ketentuan-ketentuan, cara pegujian


agregat untuk menentukan persen bahan dalam agregat yang lolos saringan Nomor
200 (0,075 mm).

2.7.4 Peralatan

 Saringan terdiri dari dua ukuran yang bagian bawah dipasang saringan
nomor 200 (0,075 mm) dan diatasnya saringan nomor 16 (1,18 mm);
 Wadah untuk mencuci mempunyai kapasitas yang dapat menampung
benda uji sehingga pada waktu pengadukan (pelaksanaan pencucian)
benda uji dan air pencuci tidak mudah tumpah;
 Timbangan dengan ketelitian maksimum 0,1% dari berat benda uji;
 Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)°C.

2.7.5 Benda Uji

Benda uji adalah agregat dalam kondisi kering oven dengan berat tergantung
pada ukuran maksimum agregat sesuai dengan Tabel 1.

Tabel 2.5 Ketentuan Berat Kering Minimum Benda Uji

Ukuran Maksimum Berat Kering


Agregat Benda Uji

No. 8 2.36 100

No. 4 4,75 500

3/8 9,50 1000

3/4 19,00 2500

±1 1/2 38,10 5000

2.7.6 Persiapan

Lakukan tahapan persiapan sebagai berikut:

 Siapkan peralatan yang akan digunakan;


 Tulis identitas benda uji ke dalam formulir pengujian;
 Saring contoh agregat sesuai SNI-1969-1990, tentang Pengujian
Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar, untuk mengetahui ukuran
maksimum agregat;
 Siapkan benda uji dalam kondisi kering oven dengan melalui alat
pemisah contoh, tentukan beratnya sehingga memenuhi ketentuan
Tabel.
2.7.7 Pelaksanaan Pengujian

Lakukan pelaksanaan pengujian sebagai berikut:

a. Timbang wadah tanpa benda uji;


b. Timbang benda uji dan masukan ke dalam wadah;
c. Masukan air pencuci yang sudah berisi sejumlah bahan dalam wadah,
sehingga benda uji terendam;
d. Aduk benda uji dalam wadah sehingga menghasilkan pemisahan
sempurna antara butir-butir kasar dan bahan halus yang lolos saringan
Nomor 200 (0,075 mm). Usahakan bahan halus tersebut menjadi
melayang di dalam larutan air pencuci sehingga mempermudah
memisahkannya;
e. Tuangkan air pencuci dengan segera di atas saringan Nomor 16 (1.18
mm) yang di bawahnya dipasang saringan Nomor 200 (0,075 mm) pada
waktu menuangkan air pencuci harus hati-hati supaya bahan yang kasar
tidak ikut tertuang;
f. Ulangi pekerjaan butir (c), (d) dan (e), sehingga tuangan air pencuci
terlihat jernih;
g. Kembalikan semua benda uji yang tertahan saringan Nomor 16 (1.18
mm) dan Nomor 200 (0,075 mm) ke dalam wadah lalu keringkan dalam
oven dengan suhu (110 ± 5oC), sampai mencapai berat tetap, dan timbang
sampai ketelitian maksimum 0,1% dari berat contoh;
h. Hitung persen bahan yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) dengan
rumus-rumus perhitungan seperti yang diuraikan pada Bab III, butir 3,4.

2.7.8 Perhitungan

Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut:

1) Berat kering benda uji awal

W3=W1-W2

2) Berat kering benda uji setelah pencucian

W5=W4-W2

3) Bahan lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm)

W6= (W3-W5)/W3 x 100%

Keterangan:

W1 =Berat kering benda uji + wadah (gram);

W2 =Berat wadah (gram);

W3=Berat kering benda uji awal (gram);

W4=Berat kering benda uji setelah pencucian + wadah (gram);

W5=Berat kering benda uji setelah pencucian (gram);

W6=% bahan lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm)


2.7.9 Hasil Pengujian

Tabel 2.4 Hasil pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan No. 200
(0,075)

No Contoh Ukuran Max Agregat


Uraian I II
BK Benda Uji + Wadah (W1) 1478,5 gram
Berat Wadah (W2) 97,1 gram
BK Benda Uji Awal (W3 = W1-W2) 1381,4 gram
BK Benda Uji Sesudah Pencucian +
1286,9 gram
Wadah (W4)
BK Benda Uji Sesudah Pencucian
1189,8 gram
(W5 = W4-W2)
Persen (%) Jumlah Bahan dalam
Agregat yang Lolos Saringan No.200 13,869 %
(0,075mm)
Rata-rata 13,869 %

Hasil perhitungan yang diperoleh dalam pengujian bahan dalam agregat


yang lolos saringan No. 200 (0,075) dapat dilihat pada lampiran A-VII.

Anda mungkin juga menyukai