Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PEMERIKSAAN MATERIAL / BAHAN

1.1 AGREGAT KASAR


A. Landasan Teori
Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet dan bebas dari
kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki. Umumnya dipersyaratkan sebagai
berikut :
 Keausan agregat yang diperiksa dengan mesin Los Angeles pada 500 putaran
(PB 0206-76) harus mempunyai nilai maksimum 40 %.
 Kelekatan terhadap aspal (PB 0205-76) harus lebih besar sari 95 %.
 Indeks kepipihan agregat, maksimum 25 %(BS).
 Penyerapan agregat terhadap air (PB 0202-76), maksimum 3 %.
 Berat jenis semu/apparent agregat (PB 0202-76) minimum 2,50.
 Gumpalan lempung agregat, maksimum 0,25 %.
 Bagian-bagian batu yang lunak dari agregat, maksimum 5 %.
Agregat kasar pada umumnya akan lebih kurang memenuhi gradasi yang
disyaratkan seperti tabel di bawah dan harus terdiri dari batu pecah atau kerikil
pecah, kecuali untuk fraksi agregat kasar HRS kelas A dan B boleh bukan batu
pecah.

Tabel 1. 1 Gradasi Agregat Kasar


UKURAN SARINGAN PERSEN BERAT YANG LOLOS
Mm ASTM Camp. normal Camp. lapis perata
19,10 3/4 100 100
12,7 1/2 30-100 95-100
9,5 3/8 0-55 50-100
4,75 # 4 0-10 0-50
0,075 # 200 0-1 0-5
B. Pemeriksaan Keausan Agregat Dengan Mesin Los Angeles
1. Referensi
 ASTM C –131
 AASHTO T – 96
2. Maksud
Maksud pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui ketahanan agregat kasar
terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles. Keausan agregat
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan No.12
terhadap berat semula dalam persen.
3. Peralatan
a. Mesin Los Angeles
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71
cm (28”) panjang dalam 50 cm (20”). Silinder bertumpu pada 2 poros pendek
yang menerus dan berputar pada poros mendatar. Penutup lubang terpasang
rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam
silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm (3,56 “).
b. Saringan No.12 dan saringan-saringan lainnya seperti tercantum dalam tabel
1.2
c. Timbangan dengan ketelitian 5 gram.
d. Bola-bola baja dengan diameter rerata 4,68 cm (1 7/8”) dan berat masing-
masing bola antara 390-450 gram.
e. Oven yang dapat memanasi sampai suhu (100  2)0 C.

2
BERAT DAN GRADASI BENDA UJI
UKURAN SARINGAN
(GRAM)
LEWAT TERTAHAN A B C D E F G
76.20 (3 ” ) 63.50 (2 ½ ”) 2500
63.50 (2 ½ ”) 50.80 (2 ”) 2500
50.80 (2 ” ) 38.10 (2 ½ ”) 5000 5000
38.10 (2 ½ ”) 25.40 (1 “ ) 1250 5000 5000
25.40 (1 “ ) 19.05 (3/4“) 1250 5000
19.05 (3/4 “ ) 12.70 (½ ”) 1250 2500
12.70 (½ ”) 9.51 (3/8 ”) 1250 2500
9.51 (3/8 ”) 6.35 (1/4 “) 2500
6.35 (1/4 “) 4.75 (No.4) 2500
4.75 (No.4) 2.36 (No.8) 5000
JUMLAH BOLA 12 11 8 6 12 12 12
5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000
BERAT BOLA (gr)
 25  25  20  15  25  25  25

Tabel 1. 2 Berat Gradasi Benda Uji

4. Benda uji
a. Berat dan gradasi benda uji sesuai dengan tabel 1.2.
b. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (100  5) 0 C sampai berat
tetap.

5. Cara melakukan
a. Benda uji dan bola baja dimasukkan dalam mesin Los Angeles.
b. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 RPM, 500 putaran untuk gradasi B.
c. Selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin, saringlah dengan saringan
No.12. Butiran yang tertahan dicuci bersih dan keringkan dalam oven sampai berat
tetap.

3
6. Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan keausan agregat kasar (gradasi B) sajikan pada tabel 1.3.

4
Tabel 1. 3 Keausan Agregat Kasar Gradasi B
UKURAN SARINGAN Percobaan 1 Percobaan 2`
B
B Sebelum B Sesudah B Sesudah
LEWAT (mm) TERTAHAN (mm) Sebelum
(a) (b) (b)
(a)
76.20 (3 ” ) 63.50 (2½ ”)
63.50 (2½ ”) 50.80 (2 ”)
50.80 (2 ” ) 38.10 (1½ ”)
38.10 (1½ ”) 25.40 (1 “)
25.40 (1 “ ) 19.05 (3/4“)
19.05 (3/4 “ ) 12.70 (½ ”) 2500 2425 2500 2334
12.70 (½ ”) 9.51 (3/8 ”) 2500 2440 2500 2428
9.51 (3/8 ”) 6.35 (1/4 “)
6.35 (1/4 “) 4.75 (No.4)
4.75 (No.4) 2.36 (No.8)
JUMLAH BERAT (a) 5000 5000 5000 5000
BERAT TERT. SARINGAN NO. 12 (b) 4503,2 3219,6
a b
x100% 9,9% 35.6%
Keausan = a
KEAUSAN RATA – RATA 22,7%

7. Kesimpulan
Keausan agregat kasar rata-rata adalah 22,7% < 40% (Keausan agregat kasar
maksimum: PB 0206-76), dengan demikian agregat kasar memenuhi syarat sebagai
bahan campuran aspal.

5
C. Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Kasar
1. Referensi
 PB 0202 – 76
 AASHTO T 85 – 74
 ASTM C127 – 68
2. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui berat jenis (bulk), berat jenis
kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD) dan berat jenis semu
(apparent) darI agregat kasar serta tingkat penyerapannya terhadap air.
a. Berat jenis (bulk spesific gravity) ialah perbandingan antara berat agregat kering
oven dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
c. Berat jenis semu (apparent spesific gravity) ialah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan agregat dalam
keadaan kering pada suhu tertentu.
d. Penyerapan air adalah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering.
3. Peralatan
a. Keranjang kawat ukuran 3,35 atau 2,36 mm (No.6 atau No.8) dengan kapasitas
kira-kira 5 kg.
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.
Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan penggantung keranjang.
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai suhu
(1105)0C.
e. Saringan No.4 dan alat pemisah contoh.
4. Benda Uji
Benda uji adalah agregat yan tertahan saringan No.4 diperoleh dari alat pemisah
contoh atau cara perempat, sebanyak  5 kg.

6
5. Cara Melakukan
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat
pada permukaan.
b. Keringkan benda uji dalam oven sampai berat tetap.
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang
dengan ketelitian 0,5 gr (A).
d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama  24 jam.
e. Keluarkan benda uji dari air pada permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang
besar pengeringan harus satu persatu.
f. Timbang benda uji kering permukaan jenuh (B).
g. Letakkan benda uji di dalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluar-
kan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (C). Ukur suhu air
untuk penyesuaian perhitungan pada suhu standar (250 C).
6. Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar disajikan pada tabel
1.4.

Tabel 1. 4 Berat Jenis & Penyerapan Air Agregat Kasar.


BENDA UJI
PARAMETER BENDA UJI II
I
Berat contoh kering oven A 4927.6 4760
Berat contoh kering permukaan B 4987.7 4840
Berat contoh dalam air C 3146 3130
Berat jenis kering oven 2.68 2.78
A
(bulk spesific gravity ) Rerata : 2.73
BC
Berat jenis kering permukaan jenuh 2.71 2.83
(SSD) Rerata : 2.77

Berat jenis semu 2.77 2.92


(apparent spesific gravity )
Rerata : 2.84
1.22 1.68
Penyerapan air
Rerata : 1.4502

Keterangan:

7
7. Kesimpulan
Berat jenis kering oven rata-rata 2,73, berat jenis kering permukaan jenuh rata- rata
2,77, berat jenis semu rata-rata 2,84 > 2,50 (PB 0202-76) dan penyerapan air
agregat rata-rata 1,4502 % < 3 % (PB 0202-76). Dengan demikian agregat kasar
memenuhi syarat sebagai bahan campuran aspal.

D. Analisa Saringan Agregat Kasar


1. Referensi
 PB 0201 – 76
 AASHTO T27-74
 ASTM C136 – 46
2. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui gradasi (ukuran butiran) agregat
kasar dengan menggunakan saringan.
3. Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
b. Satu set saringan: 19,1 mm (3/4 “), 12,5 mm (1/2 “), 9,5 mm (3/8”), No.8,
No.30, No.50, No.100 danNo.200 (standard ASTM).
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai suhu
(1105) 0C.
d. Alat pemisah contoh.
e. Mesin pengguncang saringan.
f. Talam.
g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
4. Benda Uji
a. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak :
 Ukuran maksimum ¾”, berat minimal 5 kg
 Ukuran maksimum ½ “, berat minimal 2,5 kg
 Ukuran maksimum 3/8”, berat minimal 1 kg
b. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No.4. Selanjutnya agregat
kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum di atas. Benda uji disiapkan
sesuai dengan PB 0208-76 kecuali apabila butiran yang melalui saringan No.200

8
tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat-syarat ketelitian tidak
menghendaki pencucian.
5. Cara Melakukan
a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110  5)0C, sampai berat
tetap.
b. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.
6. Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan gradasi agregat kasar disajikan pada tabel 1.5 dan digrafiskan
sebagaimana gambar 1.1.
Tabel 1. 5 Gradasi Agregat Kasar (PB 0201 –76)
KUMULATIF SPESIFIKASI KUMULATIF
Berat SPESIFIKASI Berat
Ukuran CAMPURAN
tertahan Berat CAMPURAN RATA-RATA tertahan Berat
saringan % Tertahan % Lolos LAPISAN % Tertahan % Lolos
Individu Tertahan NORMAL Individu Tertahan
PERATA
1“ 100 100 100
¾“ 100 100 100 100 100
½“ 2040.1 2040.10 81.60 18.40 30 - 100 95 - 100 16.99 2110.60 2110.60 84.42 15.58
3/8 “ 166 2206.10 88.24 11.76 0 - 55 50 - 100 11.14 126.10 2236.70 89.47 10.53
No. 4 254.4 2460.50 98.42 1.58 0 - 10 0 - 50 1.28 238.80 2475.50 99.02 0.98
No. 8 25.7 2486.20 99.45 0.55 0.45 15.60 2491.10 99.64 0.36
No. 16 7.3 2493.50 99.74 0.26 0.30 0.40 2491.50 99.66 0.34
No. 30 1.7 2495.20 99.81 0.19 0.25 0.60 2492.10 99.68 0.32
No. 50 1.4 2496.60 99.86 0.14 0.21 0.60 2492.70 99.71 0.29
No. 100 1.2 2497.80 99.91 0.09 0.15 2.00 2494.70 99.79 0.21
No. 200 0.1 2497.90 99.92 0.08 0-1 0-5 0.08 3.30 2498.00 99.92 0.08

Keterangan: Berat Contoh = 2500 Gr


7. Kesimpulan
Agregat lolos saringan no. 4 = 1,58 %, lolos saringan no. 8 = 0,55 % dan lolos saringan
no. 200 = 0,08 %. Dengan demikian agregat kasar ini dapat digunakan sebagai bahan
campuran aspal jenis campuran lapisan normal.

9
1.2 AGREGAT HALUS
A. Landasan Teori
Agregat halus pada umumnya harus lebih kurang sesuai dengan gradasi yang
disyaratkan (tabel 1.6) di bawah dan harus terdiri dari satu atau lebih pasir alam atau
hasil pengayakan batu pecahan (abu batu) atau kombinasi yang cocok darinya.
Tabel 1. 6 Gradasi Agregat Halus
UKURAN SARINGAN PERSEN BERAT YANG LOLOS
LATASTON, LASTON,
Mm ASTM LATASIR KELAS A LATASIR KELAS B
ATB
9,5 3/8” 100 100 100
4,75 # 4 98 – 100 72 – 100 100
2,36 # 8 95 – 100 72 – 100 95 – 100
600  # 30 76 – 100 25 – 100 75 – 100
75  # 200 0–8 0–8 0–5

Agregat halus harus terdiri dari partikel yang bersih, keras dan bebas dari gumpalan
lempung atau mineral lain yang tidak dikehendaki. Pada umumnya dipersyaratkan
sebagai berikut:
 Nilai Sand Equivalent (AASHO T-76), minimum 50.
 Berat Jenis semu/apparent (PB 0203-76), minimum 2,50.
 Dari pemeriksaan atterrg (PB 0109-76), agregat haluslah non plastis.
 Peresapan agregat terhadap air (PB 0202-76), maksimum 3%.

B. Pemeriksaan Sand Equivalent


1. Referensi
 ASTM D – 249
 AASHTO T – 176
2. Maksud
Maksud pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui tingkat kebersihan agregat
halus yang akan digunakan sebagai bahan campuran aspal.
3. Peralatan
a. 2 buah tabung Sand Equivalent (SE) (2).
b. Beban Equivalent (5).
c. Larutan standard (Stock solution) (7).

10
d. Selang (3), batang pengocok (1/9) dan balon karet (10).
e. Tin box (8).
f. Saringan no.4.
g. Stopwatch
h. Sumbat karet
4. Benda Uji
Benda uji adalah agregat halus berupa pasir alam dan abu batu yang lolos
saringan no. 4 secukupnya.
5. Cara Melakukan
a. Ambilah agregat halus (pasir alam dan abu batu) yang lolos saringan no.4
secukupnya dan masukkan ke dalam tin box sampai penuh, ratakan dan tekan
dengan tangan sehingga rata permukaan.
b. Masukkan larutan standard ke dalam tabung SE skala 5
c. Masukkan contoh yang telah ditakar di atas ke dalam tabung SE dan biarkan
selama 10 menit.
d. Kocok tabung tersebut dengan arah mendatar sebanyak 90 kali. Perhitungan
dilakukan 1 arah.
e. Masukkan selang ke dalam tabung SE dan buka kran hingga larutan standard
Equivalent masuk ke dalam tabung SE sampai setinggi skala 15.
f. Diamkan selama 20 menit, kemudian baca skala di atas permukaan lumpur
(B).
g. Masukkan skala beban equivalent secara perlahan-lahan sampai beban
tersebut berhenti. Baca skala setelah pembebanan (C).
6. Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan sand equivalent pasir alam & abu batu disajikan pada tabel
1.7.

11
Tabel 1. 7 Nilai Sand Equivalent Agregat Halus
PASIR ALAM ABU BATU
URAIAN
Benda Uji I Benda uji II Benda Uji I Benda Uji II
Peneraan tinggi tangkai 10,6 9,5 11,1 9,5
A
penunjuk beban
Pembacaan skala lumpur B 4,05 2,7 3,35 3,15
Pembacaan skala beban 14,5 12,1 13,2 12,1
C
pada tangkai penunjuk
C−A 96,3 96,3 62,69 82,54
Nilai Sand Equivalent B Rata – rata: Rata – rata:
x 100% 96,3 72,6
Keterangan:
7. Kesimpulan
Nilai sand equivalent pasir alam rata-rata 96,3 %, sedangkan nilai sand
equivalent abu batu rata-rata 72,6 %. Nilai sand equivalent kedua agregat halus
(pasir alam dan abu batu) > 50%, dengan demikian kedua agregat halus tersebut
memenuhi syarat sebagai bahan campuran aspal.

C. Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus


1. Referensi
 PB 0202-76
 AASHTO T85 – 74
 ASTM C 127 – 68
2. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui berat jenis (bulk), berat jenis
kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD) dan berat jenis semu
(apparent) darI agregat halus serta tingkat penyerapannya terhadap air.
a. Berat jenis (bulk spesific gravity) ialah perbandingan berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara
berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.

12
c. Berat jenis semu (apparent spesific gravity) ialah perbandingan antara
berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan
agregat dalam keadaan pada suhu tertentu.
d. Penyerapan ialah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agregat kering.
3. Peralatan
a. Timbangan kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0.1 gr
b. Piknometer dengan kapasitas 500 ml
c. Kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (403) mm, diameter bagian
bawah (903) mm dan tinggi (753) mm dibuat dari logam tebal dengan
minimum 0,8 mm
d. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rerata, berat (34015)
gram dan diameter permukaan penumbuk (253) mm
e. Saringan No. 4
f. Oven yang dapat untuk memanasi sampai suhu (1105)0C
g. Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 10C
h. Talam
i. Bejana tempat air
j. Pompa hampa udara (vacuum pump) atau tungku
k. Air suling
l. Desikator
4. Benda Uji
Benda uji adalah agregat halus (pasir alam dan abu batu) yang lolos saringan
No.4 diperoleh dari alat pemisah contoh sebanyak 1000 gram.
5. Cara Melakukan
a. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110  5)0C, sampai dicapai berat
tetap. Berat tetap benda uji adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali
proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam
berturut-turut, tidak mengalami perubahan kadar air lebih besar dari 0,1%.
Dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24  4) jam.
b. Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang,
tebarkan agregat di atas talam, keringkan di udara panas dengan cara

13
membalik-balikkan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan
kering permukaan jenuh.
c. Periksa keadaan kering permukaan jenuh (SSD) dengan mengisikan benda uji
dalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25
kali, angkat kerucut terpancung. Keadaan kering permukaan jenuh tercapai
bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.
d. Segera setelah tercapai keadaan SSD masukkan 500 gram benda uji ke dalam
piknometer. Masukkan air suling sampai mencapai 90 % isi piknometer, putar
sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya untuk
mempercepat proses ini dapat dipergunakan vacuum pump, tetapi harus
diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap, dapat juga dilakukan
dengan merebus piknometer.
e. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan kepada suhu standard 250C
f. Tambahkan air sampai tanda batas.
g. Timbang piknometer berisi air danbenda uji sampai ketelitian 0,1 gram (C).
h. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110  5) 0C sampai
berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator.
i. Setelah benda uji dingin, kemudian timbanglah (A).
j. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna
penyesuaian dengan suhu standard 250C (B).

14
6. Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus disajikan pada tabel
1.8.

Tabel 1. 8 Berat Jenis & Penyerapan Air Agregat Halus.


Pasir Alam Abu Batu
PARAMETER
I II I II
Berat contoh kering oven A 496 494.2 479.7 493.3
0
Berat botol + air (25 C) B 662.1 673.1 662.9 661.4
Berat botol + contoh + air C 927.4 988.1 980.6 944.4
Berat jenis kering oven A 2.11 2.67 2.63 2.27
(bulk spesific gravity) Rerata : 2.39 Rerata : 2.45
B  500  C
Berat jenis kering permukaan jenuh 2.13 2.70 2.74 2.30
(SSD) Rerata : 2.42 Rerata : 2.52
Berat jenis semu 2.15
2.25 2.76 2.96 2.35
(apparent spesific gravity) Rerata : 2.45
2.505 Rerata : 2.65
0.81 1.17 4.23 1.36
Penyerapan air
Rerata : 0.99 Rerata : 2.80

Keterangan:
7. Kesimpulan
Berat jenis kering oven rata-rata pasir alam 2,39 dan abu batu 2,45. Berat jenis
kering permukaan jenuh rata-rata pasir alam 2,42 dan abu batu 2,52. Berat jenis
semu rata-rata pasir alam 2,505 , abu batu 2,65. Berat jenis semu masing- masing
dari kedua jenis material > 2,50 (PB 0202-76). Penyerapan air rata-rata pasir
alam 0,99 % dan abu batu 2,80%. Penyerapan air masing-masing dari kedua
jenis material < 3 % (PB 0202-76). Dengan demikian agregat halus (pasir alam
dan abu batu) memenuhi syarat sebagai bahan campuran aspal.

D. Analisa Saringan Agregat


1. Referensi
 PB 0201 – 76
 AASHTO T27-74
 ASTM C136 – 46

15
2. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui gradasi (ukuran butiran) agregat
halus, yang terdiri dari pasir alam dan abu batu dengan menggunakan saringan.
3. Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
b. Satu set saringan: 19,1 mm (3/4 “), 12,5 mm (1/2 “), 9,5 mm (3/8”), No.8,
No.30, No.50, No.100 danNo.200 (standard ASTM).
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai suhu
(1105) 0C.
d. Alat pemisah contoh.
e. Mesin pengguncang saringan.
f. Talam.
g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
4. Benda Uji
a. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak :
 Ukuran maksimum No.4, berat minimal 500 gram
 Ukuraaan maksimum No.8, berat minimal 100 gram
b. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No.4. Selanjutnya
agregat halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum
di atas. Benda uji disiapkan sesuai dengan PB 0208-76 kecuali apabila butiran
yang melalui saringan No.200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat-
syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
5. Cara Melakukan
a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110  5)0C, sampai
berat tetap.
b. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling
besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau
mesin pengguncang selama 15 menit.

16
6. Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan gradasi agregat halus disajikan pada tabel 1.9 untuk pasir alam
dan tabel 1.10 untuk abu batu, serta digrafiskan sebagaimana gambar 1.2.

Tabel 1. 9 Gradasi Pasir Alam (PB 0201 –76)


Berat KUMULATIF Berat KUMULATIF
Ukuran SPESIFIKASI
tertahan Berat RATA-RATA tertahan Berat
saringan % Tertahan % Lolos LATASIR B % Tertahan % Lolos
Individu Tertahan Individu Tertahan
1“ 100 100 100
¾“ 100 100 100
½“ 100 100 100
3/8 “ 100 100 100 100
No. 4 58.2 0 0 100.00 72-100 98.48 45.6 45.6 3.04 96.96
No. 8 107.4 107.4 7.16 92.84 72-100 90.51 131.6 177.2 11.81 88.19
No. 16 302.4 409.8 27.32 72.68 72.45 239.5 416.7 27.78 72.22
No. 30 405 814.8 54.32 45.68 25-100 45.34 408.2 824.9 54.99 45.01
No. 50 344.2 1159 77.27 22.73 24.50 281 1105.9 73.73 26.27
No. 100 225.6 1384.6 92.31 7.69 9.32 230 1335.9 89.06 10.94
No. 200 64.6 1449.2 96.61 3.39 0-8 3.08 122.5 1458.4 97.23 2.77

Keterangan: Berat Contoh = 1500 Gr.

Tabel 1. 10 Gradasi Abu Batu (PB 0201 –76)


Berat KUMULATIF Berat KUMULATIF
SPESIFIKA RAT
Ukuran tertaha tertaha
Berat % % SI A- Berat % %
saringa n n
Tertaha Tertaha Lolo LATASIR RAT Tertaha Tertaha Lolo
n Individ Individ
n n s B A n n s
u u
1“ 100 100 100
¾“ 100 100 100
½“ 100 100 100
3/8 “ 100 100 100 100
99.4 99.9
No. 4 15.2 15.2 1.01 98.9 72-100 7 0.6 0.6 0.04 6
87.9 94.4
No. 8 263.2 278.4 18.56 81.4 72-100 6 82.2 82.8 5.52 8
50.5 56.8 63.1
No. 16 462.8 741.2 49.41 9 7 469.9 552.7 36.85 5
32.7 34.6 36.4
No. 30 266.9 1008.1 67.21 9 25-100 2 400.7 953.4 63.56 4
18.1 22.7 27.2
No. 50 219.1 1227.2 81.81 9 0 138.3 1091.7 72.78 2
No. 12.7 16.6
100 138.6 1365.8 91.05 8.95 9 158.8 1250.5 83.37 3
No. 43.3 1409.1 93.94 6.06 0-8 6.20 154.4 1404.9 93.66 6.34

17
200

Keterangan: Berat Contoh = 1500 Gr.

7. Kesimpulan
Pasir alam lolos saringan no. 4 100 %, lolos saringan no. 8 = 92,84 % dan lolos
saringan no. 200 = 3,39 %, sedangkan abu batu lolos saringan no. 4 = 98,9 %,
lolos saringan no. 8 = 81,4 % dan lolos saringan no.200 = 6,06 %. Dengan
demikian agregat halus ini dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal Latasir
Kelas A. Perbandingan antara pasir alam dan abu batu berdasarkan grafik analisa
saringan yaitu

1.3 FILLER
Filler (bahan pengisi) dapat dipergunakan abu batu kapur (limestone dust), semen
Portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis lainnya.
Diisyaratkan bahan pengisi tersebut harus kering dan bebas dari gumpalan - gumpalan
dan bila di uji dengan pengayakan basah, haruslah mengandung bahan yang lolos
saringan 75 micron (#200) tidak kurang dari 75% beratnya. Berat filler lolos saringan
no.200 = 100%. Dengan demikian filler memenuhi syarat sebagai bahan campuran aspal.

1.4 ASPAL
A. Landasan Teori
Aspal adalah material yang berwarna hitam atau coklat tua dan berfungsi sebagai bahan
pengikat, pada temperatur ruang berbentuk padat. Sebagaian besar terbentuk dari unsur
hydrocarbon yang disebut bitumen, sehingga seringkali aspal disebut juga bitumenous
material. Sebagai salah satu material konstruksi perkerasan jalan lentur, aspal hanya
menempati 4-10% berdasarkan berat atau 10-15% berdasar volume. Walau demikian
aspal merupakan komponen yang relatif mahal.
Aspal yang umumnya digunakan berasal dari proses destilasi minyak bumi, sehingga
aspal minyak ini sering disebut juga dengan aspal semen (asphalt cement - AC) yang
digunakan dalam keadaan cair dan panas, sehingga disebut juga aspal alam yang berasal
dari pulau Buton.
Aspal semen maupun aspal alam pada campuran aspal beton akan mengikat agregat dan
memberikan lapisan kedap air, serta tahan terhadap pengaruh asam, basa dan garam,

18
sehingga aspal akan memberikan lapisan yang kedap air, tahan terrhadap pengaruh cuaca
dan reaksi kimia yang lain.
Aspal merupakan hasil produksi dari bahan-bahan alam, sehingga sifat-sifat aspal harus
selalu diperiksa di laboratorium dan aspal yang memenuhi syarat yang telah ditetapkan
dapat dipergunakan sebagai bahan pengikat perkerasan jalan lentur. Tabel berikut adalah
contoh persyaratan aspal keras pen 60/70 dan pen 80/100.

Tabel 1. 11 Persyaratan umum aspal keras


CARA PEN 60/70 PEN 80/100
JENIS PEMERIKSAAN SATUAN
PEMERIKSAAN Min Max Min Max
Penetrasi Bahan Bitumen (250 C, 5 dt) PA 0301-76 60 79 89 99 0,1 mm
Titik Lembek Aspal &Tir (ring & ball) PA 0302-76 48 58 46 54 0
C
Titik Nyala & Bakar (clev open cup) PA 0303-76 200 - 225 - 0
C
Kehilangan berat (163 C, 5 jam)
0
PA 0304-76 - 0,4 - 0,6 % berat
Kelarutan Bitumen (CCl4 atau CS2 PA 0305-76 99 - 99 - % berat
Daktilitas Bahan-bahan Bitumen -(250C,
PA 0306-76 100 - 100 - Cm
5cm/mnt)
Berat Jenis (250C) PA 0307-76 1 - 1 - gr/cm3
%
Penetrasi setelah kehilangan berat PA 0308-76 75 - 75 -
semula

B. Pemeriksaan Penetrasi Aspal/Bitumen


1. Referensi
 PA 0301 – 76
 AASHTO T49 – 68
 ASTM D5 – 71
2. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau
lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran
tertentu, beban dan waktu tertentu ke dalam bitumen dengan suhu tertentu.
3. Peralatan
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum tanpa gesekan dan
dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.

19
b. Pemegang jarum seberat (47,5  0,05) gram yang dapat dilepas dengan mudah
dari alat penetrasi untuk peneraan.
c. Pemberat dari (50  0,05) gram dan (100  0,05) gram masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr.
d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440 C, atau HRC 54 sampai
60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
e. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan
dasar yang rata-rata berukuran seperti pada tabel 1.12.
Tabel 1. 12 Ukuran cawan penetrasi
Penetrasi Diameter Dalam
Di bawah 200 55 mm 35 mm
200 sampai 300 70 mm 45 mm

f. Bak perendam (waterbath). Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang 10 liter
dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0,1 0C. Bejana
dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm di atas dasar
bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukan air dalam bejana.
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi. Tempat
tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk
merendam benda uji tanpa bergerak.
h. Pengukuran waktu. Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan
stopwatch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan
kesalahan tertinggi 0,1 detik per 60 detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan
alat otomatis kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
i. Termometer.

4. Benda Uji
Panaskan contoh berlahan-lahan serta aduklah hingga cukup cair untuk dapat
dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 600C di atas titik
lembek, dan untuk bitumen tidak lebih dari 900C di atas titik lembek. Waktu
pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit. Aduklah berlahan-lahan agar udara
tidak masuk kedalam contoh. Setelah contoh cair merata tuangkan ke dalam
tempat contoh dan diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut
tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Buatlah dua benda uji

20
(duplo). Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang
selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk yang
besar.
5. Cara Melakukan
a. Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air
tersebut ke dalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang ditentukan.
Diamkan dalam bak tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil
dan 0,5 sampai 2 jam untuk benda uji besar.
b. Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan
bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain kemudian
keringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan pasanglah jarum pada
pemegang jarum.
c. Letakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beben sebesar
(100  0,1) gram.
d. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
e. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian aturlah angka 0 di arloji penetrometer,
sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.
f. Lepaskan pemegang dan serentak jalankan stopwatch selama waktu (5  0,1)
detik.
g. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit
dengan jarum penunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.
h. Lakukan pekerjaan a sampai g di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji
yang sama. Titik-titik pemeriksaan berjarak satu sama lain dan dari tepi
dinding lebih dari 1 cm.
i. Catatan: (i) bitumen dengan penetrasi kurang dari 150 dapat diuji dengan alat-
alat dan cara pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi 350 dan
500 perlu dilakukan dengan alat-alat lain. (ii) apabila pembacaan stopwatch
lebih dari (5  0,1) detik, hasil tersebut tidak berlaku (diabaikan).

6. Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan penetrasi aspal (jenis aspal 60/70) pada tabel 1.13
Tabel 1. 13 Penetrasi Aspal/Bitumen

21
JENIS CARA HASIL PEMERIKSAAN (0,1 MM)
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN I II III IV V
75 75 65 56 82
Penettrasi PA – 0301 - 76
Rerata : 72.16

7. Kesimpulan
Nilai penetrasi aspal (jenis aspal 60/70) adalah 72.16 (0,1 mm), lebih besar dari
nilai minimum 60 (0,1 mm) dan lebih kecil dari nilai maksimum 79 (0,1 mm)

C. Pemeriksaan Daktilitas Aspal/Bitumen


1. Referensi
 PA 0306 – 76
 AASHTO T51 – 74*
 ASTM D113 – 69
2. Maksud
Maksud pemeriksaan ini adalah untuk mengukur jarak terpanjang yang dapat
ditarik dua cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus, pada suhu dan
kecepatan tarik tertentu.
3. Peralatan
a. Cetakan daktilitas kuningan.
b. Bak peredam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama pengujian
dengan ketelitian 0,10C, dan benda uji dapat direndam sekurang-kurangnya 10
cm dibawah permukaan air. Bak tersebut diperlengkapi dengan pelat dasar
yang berlubang diletakkan 5 cm dari dasar bak peredam untuk meletakkan
benda uji.
c. Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut :
- Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang tetap.
- Dapat menjaga benda uji tetap teredam dan tidak menimbulkan getaran
selama pemeriksaan.
d. Methyl alkohol teknik dan sodium klorida teknik.
e. Termometer.

4. Benda Uji

22
a. Lapisan semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas pelat dasar
dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan talk atau glycerin dan
kaolin atau amalgam.
b. Panaskan contoh aspal kira-kira 100 gram sehingga cair dan dapat dituang.
Untuk menghindarkan pemanasan setempat, lakukan dengan hati-hati.
Pemanasan dilakukan sampai suhu 800C sampai 1000C di atas titik lembek.
Kemudian contoh disaring dengan saringan No. 50 dan setelah diaduk,
dituang dalam cetakan.
c. Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke ujung
hingga penuh berlebihan.
d. Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit, lalu
pindahkan seluruhnya ke dalam bak peredam yang telah disiapkan pada suhu
pemeriksaan (sesuai dengan spesifikasi) selama 30 menit, kemudian ratakan
contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula yang panas sehingga
cetakan terisi penuh dan rata.
5. Cara Melakukan
a. Benda uji didiamkan pada suhu 250C dalam bak perendam selama 85 sampai
95 menit, kemudian lepaskan benda uji dan plat dasar dan sisi-sisi cetakan.
b. Pasanglah benda uji pada alat mesin uji dan tariklah banda uji secara teratur
dengan kecepan 5 cm/menit sampai benda uji putus. Perbedaan kecepatan 5%
masih diijinkan. Bacalah jarak antara pemegang cetakan, pada saat benda uji
putus (dalam cm). Selama percobaan berlangsung benda uji harus selalu
terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm dari air dan suhu dipertahankan tetap
(25  0,5)0C.
c. Apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji atau terapung pada permukaan
air maka pengujian dianggap tidak normal. Untuk menghindari hal semacam
ini maka BJ air harus disesuaikan dengan BJ benda uji dengan menambah
methyl alkohol atau sodium klorida. Apabila pemeriksaan normal tidak
berhasil setelah dilakukan 3 kali maka dilaporkan bahwa pengujian daktilitas
bitumen tersebut gagal.

6. Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan daktilitas aspal (jenis aspal 60/70).
Tabel 1. 14 Daktilitas Aspal/Bitumen

23
Jenis Cara Hasil Pemeriksaan (cm)
Pemeriksaan Pemeriksaan I II II
95 116 142
Daktilitas PA - 0306 - 76
Rerata : 117,6

7. Kesimpulan
Nilai daktilitas aspal (jenis aspal 60/70) adalah 117,6 cm, lebih besar dari nilai
minimum 100 cm.

D. Pemeriksaan Titik Lembek Aspal


1. Referensi
 PA 0302 – 76
 AASHTO T53 – 74
2. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal yang berkisar
antara 300C sampai 2000C. Yang dimaksud dengan titik lembek adalah suhu pada
saat bola baja, dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal dan ter
yang terhadap dala cincin berukuran tertentu, sehingga aspal atau ter tersebut
menyentuh pelat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi tertentu, sebagai
akibat kecepatan pemanasan tertentu.
3. Peralatan
a. Termometer.
b. Cincin kuningan.
c. Bola baja diameter 9,53 mm berat 3,45 sampai 3,55 gram.
d. Alat pengarah bola.
e. Bejana gelas, tahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam 8,5 cm dan
tinggi sekurang-kurangnya 12 cm.
f. Dudukan benda uji.
4. Benda Uji
a. Panaskan contoh berlahan-lahan sambil diaduk terus-menerus hingga cair.
Pemanasan dan pengadukan dilakukan berlahan agar gelembung udara tidak
masuk. Setelah cair merata tuanglah contoh ke dalam dua buah cincin. Suhu
pemanasan ter tidak melebihi 560C diatas titik lembeknya dan untuk aspal tidak

24
melebihi 1110C diatas titik lembeknya. Waktu untuk pemanasan untuk ter tidak
melebihi 30 menit sedangkan untuk aspal tidak melebihi 2 jam.
b. Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan letakkan kedua
cincin diatas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari campuran talk dan
sabun.
c. Tuangkan contoh kedalam 2 buah cincin. Diadakan pada suhu sekurang-kurangnya
80C di bawah titik lembeknya sekurang-kurangnya selama 30 menit.
d. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah
dipanaskan.
5. Cara Melakukan
a. Pasang dan aturlah kedua benda uji di atas dudukannya dan letakkan pengarah bola
di atasnya. Kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut ke dalam bejana gelas.
Isilah bejana dengan air suling baru, dengan suhu (5  1)0C sehingga tinggi
permukaan air berkisar antara 101,6 mm sampai 108 mm. Letakkan termometer
yang sesuai untuk pekerjaan ini antara kedua benda uji (kurang lebih 12,7 mm dari
tiap cincin). Periksa dan aturlah jarak antara permukaan plat dasar dengan benda
uji sehingga menjadi 25,4 mm.
b. Letakkan bola-bola baja yang bersuhu 50C di atas dan di tengah permukaan
masing-masing benda uji yang bersuhu 50C menggunakan penjepit dengan
memasang kembali pengarah bola.
c. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 50C per-menit. Kecepatan
pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan rata-rata dari awal dan akhir
pekerjaan ini. Untuk 3 menit yang pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak
boleh melebihi 0,50C.
d. Catatan: apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan dalam 4.c, maka
pekerjaan diulangi, dan apabila dari suatu pekerjaan duplo perbedaan suhu dalam 6
melebihi 10C, maka pekerjaan diulangi.
6. Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan titik lembek aspal (jenis aspal 60/70), hasilnya adalah: (I) 51 0C & (II)
530C, nilai rata-rata titik lembek aspal adalah 520C.
7. Kesimpulan
Nilai titik lembek aspal adalah 52.250C , lebih besar dari nilai minimum 480C
dan lebih kecil dari nilai maksimum 580C.

25
E. Pemeriksaan Titik Nyala Dan Titik Bakar Dengan Cleveland Open Cup
1. Referensi
 PA 0303 – 76
 AASHTO T48 –74*
 ASTM D92 – 52
2. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari semua
hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang mempunyai titik
nyala open cup kurang dari 790C.
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas
permukaan aspal.
Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada
suatu titik di atas permukaan aspal.
3. Peralatan
a. Cleveland open cup, berupa cawan kuningan.
b. Pelat pemanas.
Terdiri dari logam, untuk meletakkan cawan cleveland. Bagian atas dilapisi
seluruhnya oleh asbes setebal 0,6 cm (1/4).
c. Sumber pemanas.
Pembakaran gas atau tungku listrik, atau pembakar alkohol yang tidak
menimbulkan asap atau nyala disekitar bagian atas cawan.
d. Penahan angin
Alat yang menahan angin apabila digunakan nyala sebagai pemanasan.
e. Nyala penguji.
Yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan diameter 3,2 sampai 4,8 mm
dengan panjang tabung 7,5 cm
f. Termometer

4. Benda Uji
a. Panaskan contoh aspal antara 148,90C dan 1760C, sampai cukup cair.
b. Kemudian isilah cawan cleveland sampai garis dan hilangkan (pecahkan)
gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.

26
5. Cara Melakukan
a. Letakkan cawan di atas pelat pemanas dan aturlah sumber pemanas sehingga
terletak di bawah titik tengah cawan.
b. Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah
cawan.
c. Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4 mm
di atas dasar cawan, dan terletek pada satu garis yang menghubungkan titik
tengah cawan dan titik poros nyala penguji. Kemudian aturlah sehingga poros
termometer terletak pada jarak ¼ diameter cawan dari tepi.
d. Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji.
e. Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga kenaikan suhu
menjadi (15  1) 0C per menit sampai benda uji mencapai suhu 560C di bawah
titik nyala perkiraan.
f. Kemudian aturlah kecepan pemanasan 50C per menit pada suhu antara 560C
dan 280C di bawah titik nyala perkiraan.
g. Nyalakan nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi
cawan) dalam waktu satu detik. Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan
suhu 20C.
h. Lanjutkan pekerjaan f dan g sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di
atas permukaan benda uji. Bacalah suhu pada termometer dan catat.
i. Lanjutkan pekerjaan h sampai terlihat nyala yang agak lama sekurang-
kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji. Bacalah suhu pada
termometer dan catat.
j. Catatan: hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat toleransi
(sebagaimana tabel 1.15) dianggap gagal dan harus diulangi.

27
Tabel 1. 15 Toleransi Pemeriksaan Titik Nyala & Titik Bakar
Ulangan dengan satu alat
Titik nyala dan titik bakar
Oleh satu orang Oleh beberapa orang
Titik nyala : 1750F sampai
50F (20C) 100F (5,50C)
5500F
Titik bakar : Lebih dari 100F (5,50) 150F (80C)

6. Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan titik nyala aspal (jenis aspal 60/70) adalah: (I) 200 0C. Sedangkan
hasil pemeriksaan titik bakar aspal adalah: (I) 2250C.
7. Kesimpulan
Nilai titik nyala aspal adalah 3000C lebih besar dari nilai minimum 2000C,
sedangkan nilai titik bakar aspal adalah 3150C juga lebih besar dari nilai minimum
2000C.

28

Anda mungkin juga menyukai