Data ukuran saringan (mm) dan data lolos kumulatif (%) kemudian diplot ke
dalam grafik dengan sumbu x dan sumbu y skala normal serta grafik dengan
sumbu x skala log dan sumbu y skala normal.mkji
Hasil pemeriksaan analisa saringan tersebut kemudian dibandingkan dengan
gradasi agregat campuran untuk AC – BC sesuai spesifikasi Kementerian PU RI-
Ditjen Bina Marga, 2010 (revisi 3). Lebih lanjut hasil pemeriksaan analisa
saringan secara grafis dapat dilihat pada Gambar 4.1.
80
70
60
50 Data
Sampel
40 Batas
30 Bawah
Batas Atas
20
10
0
0.01 0.1 1 10 100
Ukuran Ayakan (mm)
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa gradasi agregat tidak memenuhi
spesifikasi untuk gradasi agregat campuran AC – BC yang ditetapkan oleh
Kementerian PU RI-Ditjen Bina Marga, 2010 (revisi 3). Dapat dilihat bahwa
agregat yang lolos dari saringan dengan ukuran 25 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18
mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; 0,075 telah masuk dalam spesifikasi sedangkan
agregat yang lolos dari saringan dengan ukuran 19 mm; 12,5 mm; 9,5 mm tidak
masuk dalam spesifikasi. Agar sesuai dengan spesifikasi Kementerian PU RI-
Ditjen Bina Marga, 2010 (revisi 3) untuk gradasi agregat campuran untuk AC –
BC, maka agregat yang lolos dari saringan dengan ukuran 19 mm; 12,5 mm;
9,5mm perlu ditambah.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Percobaan I II Rata-rata Spesifikasi
Berat kering oven (BK), gram 1439.7 1755.3 -
Berat Kering Permukaan Jenuh (SSD) = BJ gr 1483.8 1803.2 -
Berat Didalam Air = BA gr 915.5 1098.7 -
BJ Kering (Bulk) = BK
BJ BA 2.53 2.49 2.51
BJ Semu (Apparent) = BK
BK BA 2.75 2.67 2.71
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Pemeriksaan 1 2 Rata-Rata Spesifikasi
Tabel 4.4 Perbandingan Berat Jenis Agregat Kasar dan Agregat Halus
Agregat Kasar Agregat Halus Selisih Spesifikasi
BJ Bulk 2.51 BJ Bulk 2.55 0.04 0,2
BJ SSD 2.59 BJ SSD 2.65 0.07 0,2
BJ Apparent 2.71 BJ Apparent 2.84 0.13 0,2
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Keausan Agregat Menggunakan Abrasi Los Angeles
Dari hasil pengujian kadar lempung agregat halus percobaan I dan II didapat
nilai sand equivalent 81,74 %dan 76,99 %, sehingga didapat nilai sand equivalent
rata-rata yaitu 79,37 %. Berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan Kementerian PU
RI-Ditjen Bina Marga, 2010 (revisi 3) untuk material agregat halus, nilai sand
equivalent minimal adalah 60%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
sampel agregat halus memenuhi spesifikasi yang diisyaratkan.
Dari hasil pengujian kadar lumpur atau kadar lempung percobaan I dan II
masing-masing didapat nilai kadar lempung 2,727% dan 0,427% sehingga didapat
nilai lempung rata-rata 1,577%. Berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan
Kementerian PU RI-Ditjen Bina Marga, 2010 (revisi 3), untuk material agregat
kasar, kadar lempung maksimum adalah 2%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa sampel agregat kasar memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Tabel 4.12 Hasil Pemeriksan Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal
No °C Di Bawah Titik Waktu °C Titik Spesifikas
. Nyala Nyala/Bakar i
1 71 260 Nyala
2 66 265 -
3 61 270 -
4 56 275 -
5 51 280 -
> 232oC
6 46 285 -
7 41 290 Bakar
8 36 295 -
9 31 300 -
10 26 305 -
11 21 310 -
Dalam pengujian digunakan benda uji aspal penetrasi 60/70. Berdasarkan
spesifikasi yang ditetapkan Kementerian PU RI-Ditjen Bina Marga, 2010 (revisi
3), titik nyala dan titik bakar aspal untuk tipe I aspal pen. 60/70 yaitu pada suhu >
232oC. Berdasarkan Tabel 4.12 diperoleh temperatur titik nyala adalah 260°C dan
titik bakar adalah 290°C, yang berarti memenuhi spesifikasi yang diisyaratkan.
4.2.4 Pemeriksaan Daktilitas Aspal
Adapun tujuan dari pemeriksaan daktilitas aspal yaitu dapat mengetahui
kekenyalan/keplastisan aspal yang dinyatakan dengan panjang pelumaran aspal
yang dapat dicapai aspal sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tertentu.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan di laboratorium jalan raya
didapatkan hasil pemeriksaan daktilitas aspal dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Benda uji dibuat sebanyak 3 sampel dengan kadar aspal sebesar 6,5%
dimana campuran agregatnya berdasarkan campuran AC-WC seperti pada Tabel
4.16.
Dari pengujian sampel campuran aspal didapat hasil yang ditunjukkan pada
Tabel 4.17 Tabel 4.18 dan grafik pada Gambar 4.2 Gambar 4.7.
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Marshall dengan Kadar Aspal 6,0 %
Berat (gram)
Bj.
Bj. Eff Bj. Max Volume Kadar Rongga Rongga
Kadar Bulk Bj. Bulk
Proporsi Agregat (% Total Total Benda Rongga dalam Terisi Flow MQ
Aspal Total Campuran Hasil
Total Campuran Agregat) Agregat Campuran Di Dalam Uji Agregat Campuran Aspal Faktor Stabilitas (mm) (kg/mm)
No. (%) Agregat SSD (GMB) Uji
(Gse) (Gmm) Udara Air (cm3) (VMA) (VIM) (VFB) Koreksi (kg)
(Gsb) (kN)
P1 P2 P3 A B C D E F G H I J K L M N O P Q
1 38.5 54.5 7 6.5 2.387 2.387 2.303 525.3 2.211 13.869 3.990 71.23 0.92 210.000 19806.028 26.00 761.7703
1161.5 663 1188.3
2 38.5 54.5 7 6.5 2.549 2.549 2.303 522.4 2.216 19.156 3.797 80.18 0.92 195.000 18224.791 28 650.8854
1157.4 656 1178.4
3 38.5 54.5 7 6.5 2.549 2.549 2.303 519.4 2.224 18.829 3.409 81.90 0.92 160.000 14953.674 13 1150.2826
1155.4 654.7 1174.1
Rataan 2.549 2.549 2.303 17.285 3.732 77.767 17661.498 22.333 854.313
Catatan:
1. B = Gsb = (P1+P2+P3) / (P1/bulk1)+(P2/bulk2)+(P3/SG filler) 4. J = VMA = 100{1-[Gmb(1-Pbt)/Gsb]}
2. C = Gse ={ [(P1+P2+P3)/2] / [(P1/bulk1)+(P2/bulk2)+(P3/SG filler)]}+Gsb/2 5. K = VIM = 100{1-(Gmb/Gmm)}
3. D = Gmm = 100/{100x(1-Pbt)/Gse}+{100xPbt/Gbt} 6. L = VFB = {(J-K)/J} x 100
Tabel 4.18 Hasil Pengujian Marshall dengan Kadar Aspal 5%,5.5%,6%,6.2%,6.5%,7%
Tabel 4.19 Hasil koreksi/justifikasi uji Marshall
4.3.1 Pembahasan
Dari hasil pengujian rancangan campuran aspal dan agregat yang dihitung
pada Tabel 4.17 dapat dibahas beberapa hal, sebagai berikut.
1. Kadar rongga agregat (VMA)
Gambar 4.21. Grafik hubungan antara kadar aspal dan VIM ideal
3. Rongga terisi aspal (VFB)
Gambar 4.23. Grafik Hubungan antara Kadar aspal dan VFB ideal
4. Stabilitas
Gambar 4.25. Grafik hubungan antara kadar aspal dan stabilitas ideal
5. Flow (Pelelehan)
Gambar 4.27. Grafik hubungan antara kadar aspal dan flow ideal
6. Marshall Quotient
Gambar 4.28. Grafik hubungan antara kadar aspal dan marshall quotient
Berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan Kementerian PU RI-Ditjen Bina
Marga, 2010 (revisi 3), Marshall Quotient untuk campuran AC-WC minimal 250
kg/mm. Dari hasil pengujian didapatkan grafik seperti pada Gambar 4.9. bahwa
Marshall Quotient untuk campuran AC-WC dengan kadar aspal 5%; 5,5%; 6%;
6,5%; 7% lebih besar dari 250kg/mm. Tetapi, bentuk grafik tidak sesuai dengan
garis grafik marshall quotient ideal.
Setelah dilakukan beberapa kali koreksi data maka di dapat hasil
perhitungan Marshall Quotient untuk campuran AC-WC dengan kadar aspal 5%;
5,25%; 5,5%; 6%; 6,25%; 6,5% seperti pada Gambar 4.29 sudah sesuai dengan
grafik ideal. Dimana pada kadar aspal KAO stabilitas semakin menurun dan flow
semakin meningkat sehingga nilai Marshall Quotient menurun.
Gambar 4.29. Grafik hubungan antara kadar aspal dan Marshall Quotient ideal
7. Kadar aspal optimum dengan hasil yang belum di koreksi
Stabilitas
Flow
Marshall Quotient
Rongga Dalam Campuran (VIM)
(Marshall)
Rongga di dalam Agregat (VMA)