Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018

Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan


Kelompok 17

BAB 15
REKAPITULASI HASIL PERCOBAAN

Rekapitulasi keseluruhan hasil percobaan yang telah dilaksanakan pada praktikum


Bahan Bangunan dan Properti Material adalah sebagai berikut:

15.1 Pengujian Agregat Halus

15.1.1 Pengujian Kandungan Lumpur dalam Pasir


Dari hasil pengamatan dan analisa data maka didapat nilai kandungan lumpur
dalam pasir sebesar 3 %. Menurut SNI S – 04 – 1989 – F kandungan lumpur
maksimal dalam agregat halus adalah 5 % dari berat kering. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa pasir tersebut memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai
campuran beton.
15.1.2 Kandungan Zat Organik dalam Pasir
Dari hasil percobaan terhadap agregat halus (pasir), didapatkan kandungan zat
organik sebesar 50-100 % (tabel Prof. Rosseno). Oleh karena itu, pasir ini tidak
memenuhi syarat untuk digunakan dalam campuran beton, sehingga pasir tidak
dapat digunakan tanpa melalui proses pencucian.

15.1.3 Specific Gravity Agregat Halus


Dari hasil percobaan dan analisis data diperoleh nilai:
1. Bulk Specific Gravity agregat halus = 2,45
2. Bulk Specific Gravity SSD agregat halus = 2,52
3. Apparent Specific Gravity = 2,63
4. Absorbsion = 2,78 %

Berdasar SNI 03-1970-2008 syarat Bulk Specific Gravity SSD adalah 2,50 – 2,70.
Hasil percobaan dan analisis data menunjukkan bahwa nilai Bulk Specific Gravity
SSD adalah 2,52 sehingga dapat disimpulkan bahwa pasir sampel memenuhi
syarat dan layak digunakan sebagai agregat halus dalam pembuatan beton.

276
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 277
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

15.1.4 Gradasi Agregat Halus


Dari data hasil percobaan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa:
1. Prosentase kehilangan berat pada saat pengujian adalah 0,33 %. Hal ini
menunjukkan bahwa agregat halus sampel sudah memenuhi syarat sebagai
bahan bangunan pembuatan beton, karena standar nilai kehilangan berat harus
kurang dari 1%.
2. Modulus kehalusan agregat halus sebesar 2,64. Berdasarkan ASTM C.33-97
syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 2,30 – 3,10, berdasar SII-
0052-80 syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 1,50 – 3,80. Jadi,
agregat halus sampel memenuhi syarat sebagai bahan bangunan pembuatan
beton menurut SII-0052-80.
3. Agregat halus yang di uji tersebut masuk dalam golongan III atau termasuk
dalam jenis pasir agak halus.

15.2 Pengujian Agregat Kasar

15.2.1 Pengujian Gradasi Agregat Kasar


Dari data hasil percobaan dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa:
1. Persentase kehilangan berat pada saat pengujian 0,06% untuk percobaan

pertama. Hal ini menunjukkan bahwa agregat kasar sampel memenuhi syarat
sebagai bahan bangunan pembuatan beton karena standar nilai kehilangan
berat harus < 1 %.
2. Dari perhitungan data pengujian pertama didapat Modulus kehalusan agregat
kasar sebesar 4.22. Berdasarkan ketentuan SK-SNI-T-15-1990-03, syarat
modulus kehalusan agregat kasar adalah 5<MK<8. Jadi, agregat kasar sampel
tidak memenuhi syarat sebagai bahan bangunan pembuatan beton.
3. Dari perhitungan data solusi pengujian kedua didapat Modulus kehalusan
agregat kasar sebesar 4.86. Berdasarkan ketentuan SK-SNI-T-15-1990-03,
syarat modulus kehalusan agregat kasar adalah 5< MK <8. Jadi, agregat kasar
sampel tidak memenuhi syarat sebagai bahan bangunan pembuatan beton.
4. Berikut jumlah penambahan agregat kasar dapat memenuhi standar SNI 03-
1969-2008
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 278
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

Tabel 15.1 Analisa Gradasi Agregat Kasar

Jumlah
Berat Sebelum Berat setelah
Ayakan penambahan
ditambah ditambah
agregat

0,00 0,00 0,00


38,00
342,00 1139,0 815,00
25,00
1194,00 800,00 -606,00
19,00
969,00 559,00 -240,50
12,50
68,00 500,00 218,00
9,50
257,50 0,00 -207,00
4,75
39,00 0,00 -39,00
2,36
128,50 0,00 -128,50
(pan) 0,00
Jumlah 0
2998 2998

5. Dari Grafik 3.1 didapat data pada lubang ayakan berdiameter 9,5 , 12,5, 19,
25 agregat kasar sampel yang lolos, tidak memenuhi memenuhi standar SNI
T-15-1990-03 sehingga agregat kasar sampel tidak memenuhi syarat sebagai
bahan bangunan pembuatan beton, ditandai dengan garis hasil percobaan di
luar batas bawah standar dan batas atas standar. Sedangkan dari Grafik 3.2
didapat data yang memenuhi syarat sebagai bahan bangunan pembuatan beton,
ditandai dengan garis hasil percobaan yang berada diantara batas atas dan
batas bawah standar.

6. Ketidaksesuain dengan standar SK-SNI-T-15-1990-03, dikarenakan bahan


material kerikil yang berasal dari batu alam yang tidak seragam dan praktikan
kurang sesuai prosedur.Sehingga pada ayakan berdiameter 9,5 mm hanya
lolos 1,77% padahal di standar 25% - 50%.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 279
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

15.2.2 Spesific Gravity Agregat Kasar


Dari pengujian specific grafity agregat halus yang telah dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut :
1. Bulk specific grafity = 2.64
2. Bulk specific grafity SSD = 2,66
3. Appearent specific gravity = 2,69
4. Absorbtion = 0.6 %

Berdasarkan hasil di atas, didapatkan Bulk Specific Gravity SSD agregat kasar
2,66. Menurut SK-SNI-T-15-1990-03 syarat Bulk Specific Gravity SSD antara
2,5–2,7. Jadi,sampel kerikil memenuhi syarat SK-SNI-T-15-1990-03.

15.2.3 Pengujian Abrasi Agregat Kasar


Dari analisa data diketahui bahwa keausan agregat kasar adalah 24.74%.
Sedangkan berdasarkan SNI 03-2417-1991 untuk nilai keausan yang diijinkan
adalah lebih kecil atau sama dengan 50 %.Sehingga dapat disimpulkan bahwa
agregat kasar yang dijadikan sampel untuk uji keausan ini memenuhi syarat
sebagai penyusun beton.

15.3 Mix Design


Rencana Campuran 1m3 beton (berat beton 2250 kg) dibutuhkan:
1. Semen Portland = 365 kg
2. Pasir = 664 kg
3. Split SSD = 1196 kg
4. Air = 175 liter

Pengujian 2,5 buah sampel:


2,5 x benda uji= 2,5 x 1/4 x x (0,15)2 x 0,30
= 0,01326 m3
1. Semen = 365 kg/m3 x 0,01326 m3
= 4,84 kg
2. Pasir = 664 kg/m3 x 0,01326 m3
= 11,5 kg
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 280
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

3. Split = 1196 kg/m3 x 0,01326 m3


= 12,47 kg
4. Air = 175 lt/m3 x 0,01326 m3
= 2,2 lt

Perbandingan Campuran
Semen : Pasir : Kerikil : Air
1 : 2,38 : 2,58 : 0,46

15.4 Pengujian Nilai Slump


Syarat nilai slump untuk pelat, balok, kolom, dan dinding adalah 7,5 - 15 cm,
Dalam percobaan ini didapat nilai slump sebesar 7,5 cm, maka campuran adukan
beton tersebut sudah memenuhi syarat untuk suatu konstruksi bangunan.

15.5 Pengujian Kuat Desak Beton


Hasil Pengujian Kuat Desak Beton
1. Kuat desak beton (σbk’) = 16,5873 MPa < 24 MPa
Jadi, uji kuat desak beton tidak memenuhi syarat percobaan yang
dikehendaki.
2. Dengan standar deviasi sebesar 3,92 berdasarkan Tabel 6.5, maka tingkat
pengendalian mutu pekerjaan tergolong pada tingkat baik.
3. Berdasarkan evaluasi pekerjaan diperoleh hasil:
1. Terdapat benda uji yang kurang dari dari
0,85 f’c = 0,85 x 24 = 20,4 MPa
2. Terdapat data yang nilai rata – rata dari 4 hasil uji yang berurutan yang
kurang dari
(f’c + 0,82 x S ) = (24 + 0,82 x 3,92) = 27,2144 MPa

Maka menurut Standar Perencanaan Campuran dan Pengendalian Mutu Beton, PU


tahun 1994 dapat dinyatakan bahwa beton yang dibuat tidak memenuhi syarat
tetapi tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 281
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

15.6 Pengujian Kuat Tarik Baja

15.6.1 Kuat Tarik Baja Polos


Tabel 15.2 Rekapitulasi Perhitungan Baja Tulangan Polos
Teg. Max
Regangan Keuletan
Sampel (N/mm2 atau Modulus Elastisitas
(%) (%)
MPa)
1 4% 483,56 30% 12.379,17
2 16% 351,84 16% 2.136,20
3 15% 454,71 28% 3.126,84
4 7% 442,40 22% 3.126,84
5 16% 499,03 14% 10.069,77
6 14% 492,21 8% 3.566,46
7 14% 585,71 30% 4.309,14
8 11% 478,99 18% 4.523,88
9 14% 474,44 34% 3.456,62
10 2% 403,78 8% 23.509,63
11 15% 436,71 19% 2.930,95
12 13% 466,31 67% 3.730,49
13 13% 505,98 7% 3.832,06
14 14% 415,13 12% 2.982,40
15 13% 392,28 12% 3.077,88
16 14% 530,21 14% 3.849,46
17 2% 479,61 3% 20.303,42
18 14% 567,19 9% 4.135,79
19 5% 405,94 32% 7.509,90
20 14% 432,5 32% 7.509,90

Berdasarkan Tabel 8.4


Hasil baja polos 1 : Regangan (%) =4
: σmax(MPa) = 483,56
Maka, baja polos1termasuk jenis baja BJ 55

Hasil baja polos 2 : Regangan (%) = 16


: σmax (MPa) = 351,84
Maka, baja polos 2 termasuk jenis baja BJ 50
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 282
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

Hasil baja polos 3 : Regangan (%) =15 


: σmax (MPa) = 454,71
Maka, baja polos 3 termasuk jenis baja BJ 55

Hasil baja polos 4 : Regangan (%) =7


: σmax(MPa) =442,4
Maka, baja polos 4 termasuk jenis baja BJ 55

Hasil baja polos 5 : Regangan (%) = 16


: σmax (MPa) = 499,03
Maka, baja polos 5 termasuk jenis baja BJ 50

Hasil baja polos 6 : Regangan (%) =14


: σmax (MPa) =492,21
Maka, baja polos 6 termasuk jenis baja BJ 55

Hasil baja polos 7 : Regangan (%) =14


: σmax(MPa) = 585,71
Maka, baja polos 7 termasuk jenis baja BJ 55

Hasil baja polos 8 : Regangan (%) =11


: σmax (MPa) = 478,99
Maka, baja polos 8 termasuk jenis baja BJ 55

Hasil baja polos 9 : Regangan (%) =14


: σmax (MPa) =474,44
Maka, baja polos 9 termasuk jenis baja BJ 55

Hasil baja polos 10 : Regangan (%) =2


: σmax (MPa) =496,9
Maka, baja polos 10 termasuk jenis baja BJ 55
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 283
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

Hasil baja polos 11 : Regangan (%) =15


: σmax (MPa) =431,13
Maka, baja polos 11 termasuk jenis baja BJ 55

Hasil baja polos 12 : Regangan (%) =13


: σmax (MPa) =466,31
Maka, baja polos 12 termasuk jenis baja BJ 55

Hasil baja polos 13 : Regangan (%) =13


: σmax (MPa) =505,98
Maka, baja polos 13 termasuk jenis baja BJ 55

Hasil baja polos 14 : Regangan (%) =14


: σmax (MPa) =415,13
Maka, baja polos 14 termasuk jenis baja BJ 55

Hasil baja polos 15 : Regangan (%) =13


: σmax (MPa) =392,28
Maka, baja polos 15 termasuk jenis baja BJ 50

Hasil baja polos 16 : Regangan (%) =14


: σmax (MPa) =530,21
Maka, baja polos 16 termasuk jenis baja BJ 55

Hasil baja polos 17 : Regangan (%) =2


: σmax (MPa) =474,44
Maka, baja polos 17 termasuk jenis baja BJ 55

Hasil baja polos 18 : Regangan (%) = 14


: σmax (MPa) =567,19
Maka, baja polos 18 termasuk jenis baja BJ 55
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 284
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

Hasil baja polos 19 : Regangan (%) =5


: σmax (MPa) =405,94
Maka, baja polos 19 termasuk jenis baja BJ 50

Hasil baja polos 20 : Regangan (%) = 14


: σmax (MPa) =432,5
Maka, baja polos 20 termasuk jenis baja BJ 55

15.6.2 Kuat Tarik Baja Ulir


Tabel 15.3 Rekapitulasi Perhitungan Baja Tulangan Ulir
Modulus
Regangan Tegangan Maksimum Keuletan
Sampel Elastisitas
(%) (kgf/cm2) (%)
(N/mm2)
1 25% 4157,61 25% 2.896,41
2 22% 4025,99 1% 1.834,11
3 15% 4730,24 4% 3.093,57
4 19% 2093,77 14% 1.098,54
5 11% 4800,71 19% 4.100,51
6 14% 5176,60 92% 3.527,32
7 12% 2082,77 72% 1.660,50
8 16% 4695,32 18% 2.821,97
9 13% 5582,60 13% 4.235,76
10 16% 5524,39 17% 3.345,32
11 8% 5139,51 16% 6.270,00
12 12% 6390,30 18% 5.380,79
13 16% 6241,37 22% 3.711,94
14 13% 5085,38 20% 3.959,33
15 6% 2379,06 58% 3.991,71
16 13% 5534,21 12% 4.217,96
17 16% 5309,08 47% 3.292,10
18 14% 5531,85 19% 3.760,51
19 13% 3378,21 40% 2.457,48
20 14% 4540,54 2% 3.251,62

Berdasarkan Tabel 1.15, maka mutu baja ulir yang diuji termasuk dalam:
a. Baja ulir 1: σmax = 407,72 MPa
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 285
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

ε = 25%
Maka, baja ulir 1 termasuk jenis baja BJ-37

b. Baja ulir 2: σmax = 394,81 MPa


ε = 22%
Maka, baja ulir 2 termasuk jenis baja BJ-37

c. Baja ulir 3: σmax = 463,88 MPa


ε = 15%
Maka, baja ulir 3 termasuk jenis baja BJ-41

d. Baja ulir 4: σmax = 205,33 MPa


ε = 19%
Maka, baja ulir 4 termasuk jenis baja BJ-34

e. Baja ulir 5: σmax = 470,79 MPa


ε = 11%
Maka, baja ulir 5 termasuk jenis baja BJ-41

f. Baja ulir 6: σmax = 507,65 MPa


ε = 14%
Maka, baja ulir 6 termasuk jenis baja BJ-50

g. Baja ulir 7: σmax = 204,25 MPa


ε = 12%
Maka, baja ulir 7 termasuk jenis baja BJ-34

h. Baja ulir 8: σmax = 460,45 MPa


ε = 16%
Maka, baja ulir 8 termasuk jenis baja BJ-41

i. Baja ulir 9: σmax = 547,47 MPa


ε = 13%
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 286
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

Maka, baja ulir 9 termasuk jenis baja BJ-50

j. Baja ulir 10: σmax = 541,76 MPa


ε = 16%
Maka, baja ulir 10 termasuk jenis baja BJ-50

k. Baja ulir 11: σmax = 504,01 MPa


ε = 8%
Maka, baja ulir 11 termasuk jenis baja BJ-50

l. Baja ulir 12: σmax = 626,67 MPa


ε = 12%
Maka, baja ulir 12 termasuk jenis baja BJ-55

m. Baja ulir 13: σmax = 612,07 MPa


ε = 16%
Maka, baja ulir 13 termasuk jenis baja BJ-55

n. Baja ulir 14: σmax = 498,71 MPa


ε = 13%
Maka, baja ulir 14 termasuk jenis baja BJ-41

o. Baja ulir 15: σmax = 233,31 MPa


ε = 6%
Maka, baja ulir 15 termasuk jenis baja BJ-34

p. Baja ulir 16: σmax = 542,72 MPa


ε = 13%
Maka, baja ulir 16 termasuk jenis baja BJ-50

q. Baja ulir 17: σmax = 520,64 MPa


ε = 16%
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 287
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

Maka, baja ulir 17 termasuk jenis baja BJ-50

r. Baja ulir 18: σmax = 542,49 MPa


ε = 14%
Maka, baja ulir 18 termasuk jenis baja BJ-50

s. Baja ulir 19: σmax = 331,29 MPa


ε = 13%
Maka, baja ulir 19 termasuk jenis baja BJ-34

t. Baja ulir 20: σmax = 445,27 MPa


ε = 14%
Maka, baja ulir 20 termasuk jenis baja BJ-41

15.7 Kuat Desak Kayu dan Kuat Tarik Kayu

15.7.1 Kuat Desak Kayu


Dari percobaan yang dilakukan, dapat diketahui jenis mutu kayu menurut tabel
sebagai berikut :
1. Untuk sampel A dengan desak 32,62 MPa, tergolong pada kode mutu E15,
karena kekuatan tekan diantara 31-33 MPa dengan Retak kayu sejajar serat
kayu.
2. Untuk sampel B dengan desak 53,27 MPa, tergolong pada kode mutu
E23,karena kekuatan tekan≥ 46 MPadengan Retak kayu sejajar serat kayu.
3. Untuk sampel C dengan desak35,04 MPa, tergolong pada kode mutu E18,
karena kekuatan tekan 35-37 MPa dengan Retak kayu sejajar serat kayu.
4. Untuk sampel D dengan desak 36,44 MPa, tergolong pada kode mutu E18,
karena kekuatan tekan 35-37 MPa dengan Retak kayu sejajar serat kayu.
5. Untuk sampel E dengan desak 29,10 MPa, tergolong pada kode mutu
E13,karena kekuatan tekan antara 28-31 MPa dengan Retak kayu sejajar serat
kayu.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 288
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

6. Untuk sampel F dengan desak 33,01 MPa, tergolong pada kode mutu E16,
karena kekuatan tekan antara 33-34 Mpa dengan Retak kayu sejajar serat
kayu.
7. Untuk sampel G dengan desak 29,47 MPa, tergolong pada kode mutu E13,
karena kekuatan tekan antara 28-31 MPa dengan Retak kayu sejajar serat
kayu.
8. Untuk sampel H dengan desak 62,01 MPa, tergolong pada kode mutu E26,
karena kekuatan tekan ≥ 46 Mpa dengan Retak kayu sejajar serat kayu.
9. Untuk sampel I dengan desak 41,15 MPa, tergolong pada kode mutu E22,
karena kekuatan tekan 41-43 Mpa dengan Retak kayu sejajar serat kayu.
10. Untuk sampel J dengan desak 34,47 MPa, tergolong pada kode mutu E17,
karena kekuatan tekan 34-35 Mpa dengan Retak kayu sejajar serat kayu.
11. Untuk sampel K dengan desak 35,03 MPa, tergolong pada kode mutu E18,
karena kekuatan tekan 35-37 MPa dengan retak kayu sejajar serat kayu.
12. Untuk sampel L dengan desak 30,60 MPa, tergolong pada kode mutu E14,
karena kekuatan tekan 30-31MPa dengan retak kayu sejajar serat kayu.
13. Untuk sampel M dengan desak 34,06 MPa, tergolong pada kode mutu E17,
karena kekuatan tekan 34-35 MPa dengan retak kayu sejajar serat kayu.
14. Untuk sampel N dengan desak 39,30 MPa, tergolong pada kode mutu E20,
karena kekuatan tekan antara 39-40 MPa dengan retak kayu sejajar serat
kayu.
15. Untuk sampel O dengan desak 30,08 MPa, tergolong pada kode mutu E14,
karena kekuatan tekan antara 30-31 MPa dengan retak kayu sejajar serat
kayu.
16. Untuk sampel P dengan desak 30,22 MPa, tergolong pada kode mutu E14,
karena kekuatan tekan 30-31 MPa dengan retak kayu sejajar serat kayu.
17. Untuk sampel Q dengan desak 37,31 MPa, tergolong pada kode mutu E17,
karena kekuatan tekan 36-39 MPa dengan retak kayu sejajar serat kayu.
18. Untuk sampel R dengan desak 37,31 MPa, tergolong pada kode mutu
E17,karena kekuatan tekan antara 36-39 MPa dengan retak kayu sejajar serat
kayu.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 289
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

19. Untuk sampel S dengan desak 41,16 MPa, tergolong pada kode mutu E22,
karena kekuatan tekan 41-43 MPa dengan Retak kayu sejajar serat kayu.
20. Untuk sampel T dengan desak 49,62tergolong pada kode mutu E26, karena
kekuatan tekan ≥ 46 MPa dengan Retak kayu sejajar serat kayu.
15.7.2 Kuat Tarik Kayu
Dari percobaan yang dilakukan, dapat diketahui jenis mutu kayu menurut tabel
sebagai berikut :
1. Untuk sampel A dengan Tarik 51,06 MPa, tergolong pada kode mutu E22,
dengan kekuatan tarik 50-53 MPa.
2. Untuk sampel B dengan Tarik 46,47 MPa, tergolong pada kode mutu E20,
dengan kekuatan tarik 44-47 MPa.
3. Untuk sampel C dengan Tarik 44,02 MPa, tergolong pada kode mutu E20,
dengan kekuatan tarik 44-47 MPa.
4. Untuk sampel D dengan Tarik 45,88 MPa, tergolong pada kode mutu E20,
dengan kekuatan Tarik 44-47 MPa.
5. Untuk sampel E dengan Tarik 30,90 MPa, tergolong pada kode mutu E14,
dengan kekuatan tarik 28-31 MPa.
6. Untuk sampel F dengan Tarik 11,58 MPa, tergolong pada kode mutu dibawah
E10, dengan kekuatan tarik < 17 MPa.
7. Untuk sampel G dengan Tarik 35,50 MPa, tergolong pada kode mutu E16,
dengan kekuatan tarik 33-38 MPa.
8. Untuk sampel H dengan Tarik 24,39 MPa, tergolong pada kode mutu E12,
dengan kekuatan tarik 22-25 MPa.
9. Untuk sampel I dengan Tarik 30,10 MPa, tergolong pada kode mutu E14,
dengan kekuatan tarik 28-31 MPa.
10. Untuk sampel J dengan Tarik 34,24 MPa, tergolong pada kode mutu E16,
dengan kekuatan tarik 33-36 MPa.
11. Untuk sampel K dengan Tarik 10,09 MPa, tergolong pada kode mutu
dibawah E10, dengan kekuatan tarik < 17 MPa.
12. Untuk sampel L dengan Tarik 14,01 MPa, tergolong pada kode mutu dibawah
E10, dengan kekuatan tarik < 17 MPa.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 290
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

13. Untuk sampel M dengan Tarik 59,40 MPa, tergolong pada kode mutu E25,
dengan kekuatan tarik 58-60 MPa.
14. Untuk sampel N dengan Tarik 13,95 MPa, tergolong pada kode mutu
dibawah E10, dengan kekuatan tarik < 17 MPa.
15. Untuk sampel O dengan Tarik 33,79 MPa, tergolong pada kode mutu E16,
dengan kekuatan tarik 33-36 MPa.
16. Untuk sampel P dengan Tarik 20,91 MPa, tergolong pada kode mutu E11,
dengan kekuatan tarik 19-22 MPa.
17. Untuk sampel Q dengan Tarik 32,23 MPa, tergolong pada kode mutu
dibawah E 15, dengan kekuatan tarik 31-33 MPa.
18. Untuk sampel R dengan Tarik 29,63 MPa, tergolong pada kode mutu E14,
dengan kekuatan tarik 28-31 MPa.
19. Untuk sampel S dengan Tarik 8,92 MPa, tergolong pada kode mutu dibawah
E10, dengan kekuatan tarik < 17 MPa.
20. Untuk sampel T dengan Tarik 10,31 MPa, tergolong pada kode mutu dibawah
E10, dengan kekuatan tarik < 17 MPa.

15.8 Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Hammer Test


Dari hasil perhitungan pengujian kuat tekan beton dengan Hammer Test, didapat
kuat tekan beton karakteristik.= 27,65 Mpa.

15.9 Pengujian Kuat Lentur Genteng


1) Dari hasil percobaan kuat lentur genteng diatas diperoleh hasil beban lentur
genteng sebagai berikut :
Sampel ke- 1 = 142,76 Kgf
Sampel ke- 2 = 234,57 Kgf
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 291
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

Sampel ke- 3 = 173,35 Kgf


Sampel ke- 4 = 188,65 Kgf
Sampel ke- 5 = 193,74 Kgf
Sampel ke- 6 = 244,73 Kgf
Sampel ke- 7 = 265,12 Kgf
Sampel ke- 8 = 252,23 Kgf
Sampel ke- 9 = 224,33 Kgf
Sampel ke- 10 = 239,63 Kgf
Sampel ke- 11 = 224,33 Kgf
Sampel ke- 12 = 224,36 Kgf
Sampel ke- 13 = 231,47 Kgf
Sampel ke- 14 = 188,64 Kgf
Sampel ke- 15 = 226,37 Kgf
Sampel ke- 16 = 244,73 Kgf
Sampel ke- 17 = 229,43 Kgf
Sampel ke- 18 = 226,37 Kgf
Sampel ke- 19 = 265,12 Kgf
Sampel ke- 20 = 285,52 Kgf
Dengan Kuat lentur rata – rata = 225,66 Kgf
2) Berdasarkan data yang diperoleh, genteng yang diuji termasuk genteng yang
memiliki mutu tingkat I sesuai dengan standar SNI 03-0096-2002 maka,
genteng layak digunakan.

15.10 Rembesan Genteng


Dari hasil percobaan rembesan genteng diatas diperoleh hasil genteng rembesan
oleh air sebagai berikut :
Tabel 15.4 Hasil Analisis Percobaan Rembesan Genteng

No. Volume (ml) Penurunan Presentase Presentase


Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 292
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

Sebelum Sesudah Volume Penurunan Rata-rata


1 40,37 27,62 12,75 31,58 %
2 40,90 23,37 17,53 42,86 %
3 40,90 23,37 17,53 42,86 %
4 41,43 33,99 7,44 17,95 %
5 40,90 36,65 4,25 10,39 %
6 42,49 33,46 9,03 21,25 %
7 40,90 33,46 7,44 18,18 %
8 40,90 32,40 8,50 20,78 %
9 41,43 36,12 5,31 12,82 %
10 40,90 32,40 8,50 20,78 %
21,73 %
11 40,37 33,99 6,37 15,79 %
12 40,37 33,99 6,37 15,79 %
13 40,90 32,40 8,50 20,78 %
14 40,90 32,40 8,50 20,78 %
15 40,90 36,12 4,78 11,69 %
16 40,90 36,12 4,78 11,69 %
17 40,90 33,46 7,44 18,18 %
18 40,90 33,46 7,44 18,18 %
19 40,90 28,15 12,75 31,17 %
20 40,90 28,15 12,75 31,17 %

Dari pengujian rembesan genteng di laboraturium, dapat disimpulkan bahwa


presentase rata-rata daya penyerapan genteng beton tersebut selama 24 jam yaitu
sebesar 21,73%. Berdasarkan peraturan genteng keramik Indonesia SNI-
0096:2007 mengatakan bahwa rembesan genteng maksimum sebesar 10%, maka
genteng yang diuji pada percobaan ini tidak memenuhi syarat.
15.11 Pengujian Kuat Tekan Bata Merah
1. Dari hasil praktikum pengujian kuat tekan bata merah tersebut maka dapat
disimpulan sebagai berikut :
Sampel 1 = 2,15 N/mm2
Sampel 2 = 1,17 N/mm2
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 293
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

Sampel 3 = 0,31 N/mm2


Sampel 4 = 0,43 N/mm2
Sampel 5 = 0,19 N/mm2
Sampel 6 = 0,24 N/mm2
Sampel 7 = 0,85 N/mm2
Sampel 8 = 0,25 N/mm2
Sampel 9 = 0,03 N/mm2
Sampel 10 = 0,02 N/mm2
Sampel 11 = 0,49 N/mm2
Sampel 12 = 0,01 N/mm2
Sampel 13 = 0,28 N/mm2
Sampel 14 = 0,46 N/mm2
Sampel 15 = 0,07 N/mm2
Sampel 16 = 0,38 N/mm2
Sampel 17 = 0,00 N/mm2
Sampel 18 = 0,28 N/mm2
Sampel 19 = 0,52 N/mm2
Sampel 20 = 0,83 N/mm2
2. Kuat tekan bata merah rata-rata adalah 0,45 N/mm2
3. Berdasarkan ASTM hasil penghitungan kuat tekan batanya memenuhi kelas
50.
4. Berdasarkan SNI 15-2094-2000 hasil perhitungan kuat tekan batanya
termasuk ke dalam mutu tingkat III.
5. Jadi bata merah yang diuji tidak bisa dipakai sebagai bahan konstruksi
bangunan.

15.12 Pengujian Kuat Lentur Keramik


Dari perhitungan didapatkan kuat lentur atau tegangan lentur keramik, yaitu :
1. Keramik 1 :  = 22,9 MPa
2. Keramik 2 :  = 21,4 MPa
3. Keramik 3 :  = 15,8 MPa
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2018 294
Bab 15 Rekapitulasi Hasil Percobaan
Kelompok 17

4. Keramik 4 :  = 15,8 MPa


5. Keramik 5 :  = 12,2 MPa
6. Keramik 6 :  = 15,2 MPa
7. Keramik 7 :  = 12,5 MPa
8. Keramik 8 :  = 15,0 MPa
9. Keramik 9 :  = 16,8 MPa
10. Keramik 10 :  = 13,2 MPa
11. Keramik 11 :  = 14,3 MPa
12. Keramik 12 :  = 17,0 MPa
13. Keramik 13 :  = 23,0 MPa
14. Keramik 14 :  = 18,4 MPa
15. Keramik 15 :  = 12,1 MPa
16. Keramik 16 :  = 15,2 MPa
17. Keramik 17 :  = 27,1 MPa
18. Keramik 18 :  = 20,0 MPa
19. Keramik 19 :  = 12,5 MPa
20. Keramik 20 :  = 26,6 MPa
rata-rata = 17,35 Mpa

Dapat disimpulkan bahwa kuat lentur keramik rata-rata adalah 17,35 Mpa, nilai
ini tidak memenuhi kuat lentur minimum yang diizinkan berdasarkan SNI 13-006-
2010 karena kuat lentur keramik yang diuji > 183.548918336022 Kg/ cm2 atau 18
MPa.

Anda mungkin juga menyukai