Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini adalah split ukuran
0,5-1 dan 1-2 yang telah melalui pengujian di Laboratorium Transportasi dan Jalan
Raya Fakultas Teknik Program Studi Sipil. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
metode pengujian SNI. Hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada Rekapitulasi
hasil pengujian sifat fisik agregat sesuai dengan metode pengujian yang dipakai
Persyaratan
No. Pengujian Hasil
Min Maks
28
Tabel 4.2. hasil pengujian karakteristik agregat kasar (split 0,5-1)
Persyaratan
No. Pengujian Hasil
Min Maks
Hasil pengujian agregat disajikan dalam tabel dan data selengkapnya dapat
Sumber: Hasil pengujian dan perhitungan Lab. Transportasi dan Jalan Raya
29
4.1.3. Hasil Pengujian Karakteristik Aspal Minyak Penetrasi 60/70
jenis penetrasi 60/70 di laboratorium disajikan dalam tabel dan data selengkapnya
Sumber: Hasil pengujian dan perhitungan Lab. Transportasi dan Jalan Raya
c. Agregat dan diperoleh persen proporsi masing-masing fraksi dari berat total
agregat.
setiap saringan dari masing-masing fraksi dan jumlahkan untuk gradasi gabungan
agregat dengan menggunakan metode Trial and Error, prinsip kerja Trial and Error
adalah:
30
a. Memahami batasan gradasi yang disyaratkan.
d. Masukkan spesifikasi ideal yaitu nilai salah satu dari spesifikasi ideal yang
disyaratkan.
e. Mengambil salah satu dari spesifikasi ideal dengan jenis yang ada, dalam hal
agregat kasar, halus dan filler. Kemudian campuran ketiganya dengan jumlah
100% dan nilai penggabungannya mendekati nilai spesifikasi ideal yang telah
kita ambil.
f. Jika sudah mendekati salah satu nilai spesifikasi ideal dari ketiga agregat tadi,
perkerasan jalan.
19,1 (3/4") 100,00 100,00 100,00 15,00 23,00 62,00 100,00 100 - 100 100,00
12,7 (1/2") 69,69 100,00 100,00 10,45 23,00 62,00 95,45 90 - 100 95,00
9,52 (3/8") 2,93 62,71 100,00 0,44 14,42 62,00 76,86 75 - 85 80,00
No. 200 0,00 0,00 13,00 0,00 0,00 8,06 8,06 6 - 10 8,00
Sumber: Hasil pengujian dan perhitungan Lab. Transportasi dan Jalan Raya
31
Grafik 4.1.Grafik gradasi gabungan
Keterangan ;
Batas Atas dan Bawah
Total Agregat
Ideal Spec
Sumber: Hasil pengujian dan perhitungan Lab. Transportasi dan Jalan Raya
menghitung karakteristik campuran aspal yang terdiri dari Stabilitas, Flow, Void in
Mixture (VIM), Void in Mineral Aggregates (VMA), Void Filled with Asphalt (VFA),
digunakan yaitu kadar aspal 6%, 6,5%, 7%, 7,5%, dan 8%. Berikut merupakan
32
Tabel 4.6. Hasil Rekapitulasi Karakteristik Marshall
Kadar Aspal (%)
Sifat Campuran 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0
Stabilitas 888,60 976,35 1014,33 971,28 882,27
Flow 3,60 3,37 3,23 3,30 3,52
VIM 7,89512 6,30429 4,97937 3,77911 2,95489
VMA 20,1379 19,7439 19,5948 19,5639 19,8548
VFA 60,8545 68,0796 74,6754 80,6913 85,1404
Density 2,38566 2,36933 2,35322 2,33732 2,32164
Marshall Quotient 247,980 290,33 313,862 294,688 250,9
Sumber: Hasil pengujian dan perhitungan Lab. Transportasi dan Jalan Raya
karakteristik campuran seperti pada Tabel 4.6. Dari hasil pengujian tersebut kita
dapat menentukan nilai kadar aspal optimum. Semua nilai hasil pengujian
4.3.1. Stabilitas
lintas tanpa terjadi perubahan bentuk (deformasi) seperti bergelombang, alur dan
bleeding akibat beban lalu lintas yang bekerja. Perkerasan yang mempunyai nilai
stabilitas yang tinggi akan mampu menahan beban lalu lintas yang besar.
Kebutuhan akan stabilitas sebanding dengan fungsi jalan, dan beban lalu lintas
yang akan dilayani. Faktor yang mempengaruhi nilai stabilitas diantaranya adalah
kohesi aspal, kadar aspal, ketahanan gesekan antar agregat, tekstur permukaan
antar agregat (interlocking), dan gradasi agregat. Grafik hubungan kadar aspal
33
terhadap stabilitas dapat dilihat pada grafik 4.2 Spesifikasi minimum yang
2000.0
1850.0
y = -124.15x2 + 1734.6x - 5049.9
1700.0 R² = 0.9953
1550.0
Stability ( kg )
1400.0
1250.0
1100.0
950.0
800.0
650.0
500.0
5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5
KADAR ASPAL (%)
= -248,3 x + 1734,6
𝑑𝑥
Jika dicari puncaknya maka samakan 𝑑𝑦
dengan nol, lalu dicari nilai x,
-248,3 x = 1734,6
1734,6
x = 248,3
= 6, 99-
dimana ada nilai maksimum dan nilai minimum pada kadar aspal tertentu,
34
campuran akan mencapai batas maksimum dan kemudian akan menurun seiring
bertambahnya kadar aspal. Hal ini disebabkan karena campuran tersebut lembek
dan tidak padat lagi karena jumlah kadar aspal yang berlebihan. Campuran
4.3.2. Flow
campuran benda uji akibat menahan beban sampai batas runtuh. Nilai flow
dipengaruhi oleh kadar aspal, viskositas aspal, gradasi agregat dan proses
pemadatan. Grafik hubungan antara kadar aspal dan flow dapat dilihat pada grafik
Dari hasil analisa grafik 4,3 menunjukan bahwa ada kadar aspal 6%, 6.5%
dan 7% mengalami penurunan untuk nilai flow. Namun, pada kadar aspal 7.5%
kelelehan atau keruntuhan pada campuaran aspal dan besarnya nilai flow pada
35
campuran dapat menggambarkan bahwa campuran tersebut lebih rentan terhadap
perubahan bentuk yang terjadi. Semakin kecil nilai flow maka campuran tersebut
lebih tahan terhadap kelelehan atapun keruntuhan yang akan terjadi pada
campuran.
rongga yang berisi udara dalam campuran aspal yang terdiri atas ruang udara
diantara partikel agregat yang terselimuti aspal dan dapat dinyatakan dalam
persentase (%) volume. VIM ini dibutuhkan untuk bergesernya butir-butir agregat,
akibat pemadatan tambahan yang oleh repetisi beban lalu lintas atau ketika aspal
keawetan dari campuran aspal aggregat, semakin tinggi nilai VIM menunjukkan
semakin besar rongga dalam campuran. Grafik hubungan kadar aspal terhadap
VIM dapat dilihat pada grafik 4.4 sesuai dengan Spesifikasi minimum yang
36
Dari hasil analisis grafik 4.4 menunjukkan bahwa nilai VIM pada kadar
kadar aspal 8%. Campuran dengan kadar aspal 6% dan 6,5% serta kadar aspal
7.5% dan 8.0% tidak memenuhi spesifikasi. Hal ini menggambarkan bahwa
volume rongga yang berisi udara pada campuran semakin mengalami penurunan
persentase rongga akibat penambahan kadar aspal. Semakin kecil nilai VIM pada
campuran maka semakin besar nilai VMA. Karena, apabila persentase rongga
yang terdapat pada campuran semakin kecil, maka persentase rongga diantara
diantara butir-butir agregat dari suatu campuran beraspal yang telah dipadatkan,
termasuk didalamnya rongga udara dan rongga yang berisi aspal efektif, yang
rongga antar butiran yang kecil dan menghasilkan stabilitas yang tinggi. Grafik
hubungan kadar aspal terhadap VMA dapat dilihat pada grafik 4.5 sesuai
37
Dari hasil analisis grafik 4.5 menunjukkan bahwa, setiap variasi kadar aspal
berdasarkan spesifikasi minimum yaitu 18%. Semakin tinggi kadar aspal dalam
campuran maka semakin tinggi nilai VMA dalam campuran. Nilai VMA atau
persentase volume rongga yang terdapat di antara butir-butir agregat dari suatu
(VIM) dan rongga berisi aspal semua memenuhi spesifikasi. Hal ini
menggambarkan bahwa rongga yang terdapat pada campuran untuk semua kadar
aspal dengan nilai VMA sudah sesuai dengan besarnya rongga yang seharusnya
4.3.5. Hubungan Kadar Aspal terhadap Void Filled with Asphalt (VFA)
Void Filled with Asphalt (VFA) adalah rongga dalam agregat yang terisi
aspal yang dinyatakan dalam persentase (%) terhadap rongga antar butiran
agregat (VMA). Nilai antara Voids in Mineral Aggregates (VMA) dengan Void Filled
with Asphalt (VFA) memiliki katerkaitan yang artinya rongga pada agregat yang
terisi aspal adalah bagian dari VMA yang merupakan rongga diantara agregat
yang terisi oleh aspal. Grafik hubungan kadar aspal terhadap VFA dapat dilihat
pada grafik 4.6 sesuai dengan Spesifikasi minimum yang disyaratkan adalah 68%.
38
Grafik 4.6 Hubungan antara Kadar Aspal terhadap VFA
Hasil analisa grafik 4.6 menunjukkan bahwa peningkatan kadar aspal dalam
oleh aspal. Hal ini disebabkan oleh besarnya kadar aspal yang mengisi rongga
agregat sehingga bukan hanya rongga pada agregat yang akan terisi oleh aspal
melainkan rongga yang terdapat diantara butiran agregat (VIM) juga terisi oleh
aspal. Pada kadar 6% persentase VFA belum memenuhi spesifikasi artinya kadar
aspal yang digunakan kurang sehingga volume rongga yang terisi juga menjadi
kurang. Semakin besar nilai VFA pada campuran maka semakin kecil nilai VIM.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar pula rongga yang dapat terisi aspal
MQ merupakan hasil bagi antara stabilitas dengan flow. Nilai MQ ini akan
berarti campuran aspal semakin kaku dan kurang lentur sehingga mudah retak
sebaliknya bila semakin kecil nilainya maka campuran semakin lentur dan plastis
sehingga mudah mengalami perubahan bentuk saat menerima beban lalu lintas
39
yang tinggi.Besarnya nilai MQ tergantung pada stabilitas dan kelelehan suatu
campuran. Grafik hubungan antara kadar aspal dan MQ dapat dilihat pada
kemudian terjadi penurunan mulai pada kadar aspal 7% hingga kadar aspal
MQ pada suatu campuran maka akan semakin kaku (bila terlalu kaku
Density atau kepadatan adalah rasio antara berat benda uji kering dengan
komposisi, kadar bahan tambah, pemadatan, dan kadar aspal. Semakin tinggi nilai
40
stabilitasnya maka semakin tinggi pula nilai density (kepadatannya). Untuk
Dari hasil analisa grafik 4.8 menjelaskan bahwa nilai density atau
kepadatan pada kadar aspal 6% nilai density turun sampai kadar aspal 8%. kadar
aspal 6% hingga 8% nilai density campuran telah memenuhi spesifikasi yaitu min
2,2 kg/mm3. Pada grafik 4.8 diatas besarnya menunjukkan semakin besar kadar
aspal yang digunakan pada campuran maka semakin rendah nilai density atau
41
4.3.8. Hubungan Kadar Aspal dengan Karakteristik Campuran Aspal
Dari hasil analisis grafik 4.9 Barchat hubungan kadar aspal dengan
7% + 8
𝐾𝐴𝑂 = = 7,5%
2
Void In Material Agregates (VMA), Void Filled with Asphalt (VFA), Stability, Flow,
sampai batas tertentu kemudian turun. Flow secara konsisten terus naik dengan
42
4.4. Analisis Karakteristik Campuran Terhadap Penggunaan serbuk Eceng
terhadap penggunaan bahan tambah serbuk eceng gondok pada campuran aspal
HRS-WC, dengan variasi bahan tambah serbuk eceng gondok 0,3%, 0,5%, 0,7%,
lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk (deformasi) akibat beban lalu lintas yang
bekerja . Perkerasan yang mempunyai nilai stabilitas yang tinggi akan mampu
menahan beban lalu lintas yang besar. Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai
stabilitas diantaranya adalah kohesi aspal, kadar aspal, ketahanan gesekan antar
43
kemampuan saling mengunci antar agregat(interlocking), dan gradasi agregat.
Dari grafik 4.10 menunjukkan bahwa ada nilai maksimum dan nilai
minimum pada kadar serbuk eceng gondok tertentu, campuran akan mencapai
serbuk eceng gondok. Hal ini disebabkan karena campuran tersebut lembek dan
Campuran dengan kadar serbuk eceng gondok 0.3%, 0.5%, 0.7% dan
suatu lapis perkerasan akibat beban lalu lintas. Suatu campuran dengan nilai flow
tinggi akan cenderung lembek, sehingga mudah berubah bentuk jika menerima
44
beban. Sebaliknya jika flow terlalu rendah maka campuran menjadi kaku dan
Dari hasil analisa grafik 4,11 menunjukan bahwa nilai flow dari kadar
serbuk eceng gondok 0.3%, 0.5%, 0.7%, 0.9% dan 1.1% mengalami peningkatan
.Hal ini menjelaskan bahwa besarnya nilai flow pada campuran dapat
Semakin kecil nilai flow maka campuran tersebut lebih tahan terhadap
dengan variasi 0.3%, 0.5%, 0.7%, 0.9% dan 1.1% memenuhi spesifikasi flow.
45
4.4.3. Pengaruh penambahan serbuk Eceng Gondok Tehadap Marshall Quotient
(MQ)
kekauan suatu suatu campuran aspal dalam menerima beban. Nilai MQ diperoleh
dari perbandingan antara nilai stabilitas yang telah dikoreksi terhadap dilai
MQ pada suatu campuran maka akan semakin kaku (bila terlalu kaku cenderung
mudah retak) campuran tersebut, demikian juga bila semakin kecil nilai MQ maka
Dari hasil analisis grafik 4.12 menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai
MQ mulai dari kadar serbuk eceng gondok 0.3%, 0.5%, 0.7%, 0.9% dan 1.1%.
Nilai MQ pada kadar serbuk eceng gondok variasi 0.3% dan 0.5% memenuhi
46
spesifikasi.nilai MQ. Sedangkan untuk kadar serbuk eceng gondok variasi 0.7%,
MQ pada suatu campuran maka akan semakin kaku (bila terlalu kaku cenderung
mudah retak) campuran tersebut, demikian juga bila semakin kecil nilai MQ maka
(VIM)
rongga yang berisi udara dalam campuran aspal yang terdiri atas ruang udara
diantara partikel agregat yang terselimuti aspal dan dapat dinyatakan dalam
persentase (%) volume. VIM ini dibutuhkan untuk bergesernya butir-butir agregat,
akibat pemadatan tambahan yang oleh repetisi beban lalu lintas atau ketika aspal
Dari hasil analisis grafik 4.13 menunjukkan bahwa nilai VIM menurun dari
kadar variasi serbuk eceng gondok mulai dari 0.3%, 0.5%, 0.7%, 0.9% dan 1.1%
47
Semakin kecil nilai VIM pada campuran maka semakin besar nilai VMA. Karena,
apabila persentase rongga yang terdapat pada campuran semakin kecil, maka
persentase rongga diantara butir agregat yang tertutupi aspal semakin besar.
Namun, apabila kadar aspal berlebihan aspal akan naik kepermukaan sehingga
kadar aspal optimum yang dapat mengisi rongga yang kurang tertutup atau
menutupi semua rongga. Campuran dengan kadar serbuk eceng gondok 0.3% dan
0.5% memenuhi spesifikasi sedangkan, kadar serbuk eceng gondok 0.7%, 0.9%
Aggregates (VMA)
diantara butir-butir agregat dari suatu campuran beraspal yang telah dipadatkan,
termasuk didalamnya rongga udara dan rongga yang berisi aspal efektif, yang
Dari hasil analisa grafik 4.14 dapat dilihat bahwa penambahan kadar
serbuk eceng gondok menyebabkan nilai VMA semakin menurun dan kemudian
48
naik dengan kadar aspal tertentu. Nilai VMA atau persentase volume rongga yang
terdapat diantara butir-butir agregat dari suatu campuran beraspal yang telah
dipadatkan, termasuk didalamnya rongga udara (VIM) dan rongga berisi aspal
dengan variasi kadar serbuk eceng gondok 03%, 0.5%, 0.7%, 0.9% dan 1.1%
memenuhi spesifikasi.
4.4.6. Pengaruh penambahan serbuk Eceng Gondok Tehadap Void Filled with
Asphalt (VFA)
Void Filled with Asphalt (VFA) adalah rongga dalam agregat yang
dinyatakan dalam persentase (%) terhadap rongga antar butiran agregat (VMA).
Nilai antara Voids in Mineral Aggregates (VMA) dengan Void Filled with Asphalt
(VFA) memiliki katerkaitan yang artinya rongga pada agregat yang terisi aspal
adalah bagian dari VMA yang merupakan rongga diantara agregat yang terisi oleh
semakin banyak terisi oleh serbuk eceng gondok. Semakin besar nilai VFA pada
49
campuran maka semakin kecil nilai VIM. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar pula rongga yang dapat terisi serbuk eceng gondok sehingga campuran
akan semakin baik. Pada variasi serbuk eceng gondok 0.3%, 0.5%, 0.7%, 0.9%
(Density)
Density atau kepadatan adalah rasio antara berat benda uji kering dengan
komposisi, kadar bahan tambah, pemadatan, dan kadar aspal. Semakin tinggi nilai
Dari hasil analisa grafik 4.16 menjelaskan bahwa nilai density atau
kepadatan pada kadar serbuk eceng gondok 0.3%, 0.5%, 0.7%, 0.9% dan 1.1%.
telah memenuhi spesifikasi yaitu min 2,2 kg/mm3. Hal ini menunjukkan semakin
50
besar kadar serbuk eceng gondok yang digunakan pada campuran maka semakin
51