Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

HASIL DAN PEMABAHASAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian dan pengolahan data dari
penelitian di laboratorium, maka pada bab ini dilanjutkan dengan pembahasan
hasil menggunakan metode-metode yang diuraikan pada bab III dan dikaitkan
dengan teori-teori pada bab II.

4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Campuran Aspal

Hasil penelitian dilakukan terhadap sifat fisis material pembentuk


campuran AC-WC yang terdiri dari agregat baru, agregat bekas, aspal Pen. 60/70
murni, pemeriksaan gradasi agregat dan pemeriksaan kadar aspal dan gradasi
ekstraksi material RAP.

4.1.1 Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat


Data hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sifat-sifat fisis agregat baru
dan bekas yang berasal dari mesin stone crusher berlokasi di Kecamatan Alue Ie
Puteh, Kabupaten Aceh Utara, akan disajikan dalam bentuk Tabel. Pemeriksaan
sifat fisis ini meliputi pemeriksaan berat jenis, penyerapan, berat isi, indeks
kepipihan, indeks kelonjongan, pemeriksaan tumbukan (impact), keausan dan
kelekatan agregat terhadap aspal. Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat
disajikan pada Tabel 4.1 halaman 43. Dari hasil penelitian, sifat-sifat fisis agregat
yang digunakan telah memenuhi syarat, kecuali nilai indeks kepipihan dan
kelonjongan yang berada diatas 10% yaitu baik untuk agregat baru maupun
agregat bekas, tetapi di dalam spesifikasi Dinas Bina Marga 2006 uraian tentang
agregat terdapat ketentuan yang menyatakan apabila terdapat ketidaksesuaian,
nilai tersebut dapat ditolerir, jika agregat tersebut memenuhi semua ketentuan
lainya, terutama hasil dari pengujian abrasi dengan mesin Los Angeles memenuhi
syarat. Sehingga agregat ini dapat digunakan untuk campuran beton aspal. Hasil

42
pengujian terhadap sifat-sifat fisis agregat selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran B Tabel B.4.3 s.d. Tabel B.4.8 halaman 98 s.d. 100.

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Agregat Baru


No. Sifat-sifat Fisis yang Diperiksa Satuan Hasil Persyaratan
1. Berat Jenis - 2,698 Min. 2,5
2. Penyerapan % 1,237 Maks. 3
3. Berat Isi Kg/dm3 1,580 Min. 1
4. Indeks Kepipihan % 17,18 Maks. 10
5. Indeks Kelonjongan % 15,38 Maks. 10
6. Impact % 11,35 Maks. 30
7. Keausan % 20,95 Maks. 40
8. Kelekatan Agregat Terhadap Aspal % 98 Min. 95

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Agregat Bekas


No. Sifat-sifat Fisis yang Diperiksa Satuan Hasil Persyaratan
1. Berat Jenis - 2,630 Min. 2,5
2. Penyerapan % 1,039 Maks. 3
3
3. Berat Isi Kg/dm 1,510 Min. 1
4. Indeks Kepipihan % 18,53 Maks. 10
5. Indeks Kelonjongan % 16,73 Maks. 10
6. Impact % 13,75 Maks. 30
7. Keausan % 25,62 Maks. 40
8. Kelekatan Agregat Terhadap Aspal % 97 Min. 95

4.1.2 Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal


Pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal Pen. 60/70 meliputi: pemeriksaan berat
jenis, penetrasi, titik lembek dan daktilitas. Data hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis
aspal pen. 60/70 memperlihatkan bahwa aspal tersebut dapat digunakan karena
memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal
dapat dilihat pada Tabel 4.3 halaman 44.

43
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis Aspal Pen. 60/70
No. Sifat-sifat Fisis Aspal Satuan Hasil Persyaratan
1. Berat Jenis - 1,020 Min. 1
2. Penetrasi (0,1 mm) 63,89 60 - 70
3. Titik Lembek °C 48,00 Min. 48
4. Daktilitas Cm 120,00 Min. 100

Hasil pengujian sifat-sifat fisis aspal selengkapnya dapat dilihat pada


Lampiran B. Tabel B.4.9 s.d. Tabel B.4.24 halaman 101 s.d. 108.

4.1.3 Hasil pemeriksaan gradasi agregat


Pemeriksaan gradasi agregat dilakukan pada agregat kasar dan agregat
halus dengan menggunakan analisa saringan. Dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa agregat tersebut tidak dapat digunakan
langsung dalam campuran aspal karena tidak memenuhi gradasi yang
direncanakan. Oleh karena itu, harus dilakukan penyesuaian gradasi terlebih
dahulu sehingga agregat tersebut memenuhi syarat spesifikasi. Gradasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi gradasi kasar dan halus
berdasarkan berdasarkan nilai tengah dari spesifikasi Bina Marga 2010 revisi 2
tahun 2012 untuk campuran AC-WC. Selanjutnya gradasi rencana tersebut
digunakan untuk menghitung komposisi campuran agregat untuk agregat baru
dari masing-masing ukuran saringan dan proporsi kadar aspal pen. 60/70.
Perhitungan komposisi campuran selengkapanya diperlihatkan pada Lampiran C.
Tabel C.3.1 s.d. Tabel C.3.8 halaman 109 s.d. 115.

4.1.4 Hasil pengujian ekstraksi material RAP


Berdasarkan hasil pengujian ekstraksi material RAP, diperoleh bahwa
kadar aspal yang terdapat di dalam campuran sebesar 5,20% sedangkan gradasi
agregat yang dihasilkan masih berada di dalam range spesifikasi Dinas Bina
Marga (2012). Jika di lihat dari kadar aspal, maka kadar aspal yang terdapat di
dalam material RAP tersebut tidak sesuai dengan JMD yang diperoleh dari Dinas

44
Bina Marga Aceh yaitu sebesar 5,80%, sehingga dibutuhkan aspal tambahan
sebesar 0,60% dari berat total campuran agar kembali sesuai dengan JMD
tersebut.
Gradasi material RAP yang dihasilkan meskipun tidak sesuai dengan
gradasi rencana, namun gradasi tersebut masih memenuhi syarat gradasi yang
ditentukan Dinas Bina Marga (2012) sehingga tidak perlu dilakukan penyesuaian
dengan gradasi seperti yang direncanakan oleh Dinas Bina Marga Aceh, sehingga
hanya perlu dilakukan penambahan kadar aspal pada material RAP tersebut untuk
pembuatan benda uji baru dengan tambahan aspal pen. 60/70, aspal pen. 60/70
yang disubstitusi styrofoam dan aspal retona blend 55. Hasil pengujian ekstraksi
material RAP dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Ekstraksi Material RAP


Ukuran
Saringa Spesifikasi Campuran AC-WC
n
% Berat
ASTM Benda uji A Benda Uji B Benda Uji C Rata-rata
yang lolos

Kadar Aspal 4,54% 5,43% 5,60% 5,20%


3/4" 100 100 100 100 100,00
1/2" 90 – 100 92,73 95,39 92,36 93,49
3/8" 77 – 90 84,74 86,49 86,58 85,94
No. 4 53 – 69 64,85 66,1 66,69 65,88
No.8 33 – 53 51,70 51,69 52,95 52,11
No. 16 21 – 40 38,16 37,58 37,39 37,71
No. 30 14 – 30 28,38 27,67 26,88 27,64
No. 50 9 – 22 21,65 20,86 20,03 20,85
No. 100 6 – 15 12,23 11,05 10,35 11,21
No. 200 4–9 4,7 4,08 4,34 4,37
Filler 0

45
Batas Bawah Batas Atas Hasil Ekstraksi
100
90
80
Berat Yang Lolos (%)

70
60
50
40
30
20
10
0
0.01 0.1 1 10 100
Ukuran Saringan (mm)

Gambar 4.1 Grafik gradasi agregat berdasarkkan hasil pengujian ekstraksi


material RAP

4.2 Hasil Pengujian Marshall dengan Agregat Baru untuk Penentuan


Kadar Aspal Optimum (KAO)

46
Kadar aspal Optimum (KAO) yang diperoleh dengan menggunakan
agregat baru dari quary yang sama dengan material RAP yang memenuhi semua
persyaratan parameter Marshall untuk campuran AC-WC adalah sebesar 5,90%.
Terdapat selisih sebesar 0,10% dibandingkan dengan KAO JMD Dinas Bina
Marga Aceh, dimana KAO JMD Dinas Bina Marga Aceh sebesar 5,80%. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan berat jenis dari aspal, dimana aspal yang
digunakan untuk campuran dengan agregat baru memiliki nilai berat jenis yang
lebih kecil dibandingkan dengan aspal material RAP, sehingga dibutuhkan aspal
yang lebih banyak di dalam campuran agar menghasilkan ikatan antar agregat dan
aspal yang baik pada campuran tersebut.
Rekapitulasi hasil pengujian parameter Marshall dari berbagai variasi
kadar aspal dan untuk penentuan KAO disajikan pada Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall pada Variasi Kadar Aspal Pen.
60/70 dengan Agregat Baru
Spesifikasi
Karakteristik Kadar Aspal (%) Dept. PU
No (2014)
Campuran
4.50 5.00 5.50 6.00 6.50
3
1. Kepadatan (t/m ) 2,33 2,34 2,34 2,36 2,39 -
2. VIM (%) 7,17 6,16 5,26 3,93 2,19 3–5
3. VMA (%) 23,14 23,35 23,68 23,35 23,04 Min. 15
4. VFA (%) 69,01 73,64 77,79 83,16 90,51 Min. 65
5. Stabilitas (Kg) 1073,49 1178,23 1086,98 995,74 968,50 Min. 800
6. Kelelehan (mm) 3,43 3,27 3,40 3,77 3,93 2-4
3
7. MQ (Kg/m ) 355,97 359,67 321,90 263,87 246,41 Min. 250

Dari hasil pengujian Marshall dengan variasi kadar aspal tersebut


kemudian diplot pada sumbu salib dengan koordinat kadar aspal (sumbu x) dan
salah satu parameter Marshall (sumbu y). Untuk mempermudah perhitungan
analisa regresi tersebut, maka dilakukan dengan menggunakan sofware Microsof
Excel. Untuk lebih jelasnya grafik hubungan kadar aspal dengan parameter
Marshall disajikan pada Lampiran A. Gambar A.4.1 halaman 70. Grafik nilai
KAO campuran AC-WC dari evaluasi parameter Marshall dapat dilihat pada

47
Gambar 4.2 berikut ini:

Kadar Aspal optimum

4 4.5 5 5.5 6 6.5 7


Kadar Aspal (%)

Gambar 4.2 Grafik penentuan kadar aspal optimum (KAO) dengan agregat
baru
Hubungan antara kadar aspal dengan parameter Marshall dianalisa dengan
analisa regresi untuk menentukan KAO campuran aspal. Analisa regresi yang
digunakan yaitu analisa regresi yang sesuai dengan bentuk penyebaran data atau
diagram pencar yang membentuk suatu garis lengkung atau lurus (linear).

4.3 Hasil Pengujian Marshall Dinas Bina Marga Aceh dan Laboratorium
Jalan Raya Unsyiah pada KAO

Rekapitulasi hasil pengujian Marshall Dinas Bina Marga Aceh dan hasil
pengujian Marshall pada Labratorium Jalan Raya Unsyiah dengan menggunakan
agregat baru dari quary yang sama dengan material RAP pada KAO disajikan
pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall pada KAO


Karakteristik KAO BM Aceh KAO Lab. Unsyiah Spesifikasi Bina
No.
Campuran 5,80% 5,90% Marga 2014
1. Kepadatan (t/m3) 2,35 2,35 -
2. VIM (%) 4,26 4,15 3-5
3. VMA (%) 15,46 23,46 Min. 15

48
4. VFA (%) 72,44 82,38 Min. 65
5. Stabilitas (Kg) 983,94 1054,82 Min. 800
6. Flow (mm) 3,38 3,59 2-4
7. MQ (Kg/m3) 292,99 290,47 Min. 250

Berdasarkan hasil pengujian Marshall pada Tabel 4.7 diperoleh


keseluruhan nilai parameter Marshall telah memenuhi persyaratan yang
ditentukan Dinas Bina Marga 2010 revisi 3 (2014).

4.3 Hasil Pengujian Marshall Material RAP dengan Penambahan Variasi


Jenis Aspal Berdasarkan KAO JMD Bina Marga Aceh

Hasil pengujian parameter Marshall dengan penambahan variasi jenis


aspal yaitu aspal pen. 60/70, aspal pen. 60/70 yang disubstitusi styrofoam sebesar
8%, 10% dan 12% serta aspal retona blend 55 untuk campuran AC-WC disajikan
bawah ini. Penambahan kadar aspal di dalam campuran yaitu sebesar 0,60% dari
berat total campuran, hal ini di dasari oleh kadar aspal yang tersisa di dalam
material RAP yaitu sebesar 5,20%; sedangkan KAO JMD Dinas Bina Marga
Aceh sebesar 5,80%; sehingga penambahan tersebut dimaksudkan untuk
mengembalikan kadar aspal di dalam campuran berdasarkan KAO rencana.
Berdasarkan hasil pengujian Marshall tersebut, selanjutnya dianalisa
bagaimana perbandingan masing-masing karakteristik Marshall campuran AC-
WC dengan penambahan aspal tersebut. Rekapitulasi hasil pengujian Marshall
untuk penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD Dinas Bina Marga
Aceh disajikan di Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall dengan Penambahan Variasi


Jenis Aspal berdasarkan KAO JMD Dinas Bina Marga Aceh
Spesifikasi
Penambahan Variasi Kadar Aspal Berdasarkan KAO Bina
No Karakteristik JMD Dinas Bina Marga Aceh (0,60%) Marga
. Campuran 2014
AP AP+S8 AP+S10 AP+S12 RB55
3
1. Kepadatan (t/m ) 2,31 2,34 2,33 2,32 2,34 -
2. VIM (%) 4,84 3,74 4,21 4,36 3,69 3–5

49
3. VMA (%) 21,09 20,18 20,57 20,69 20,14 Min. 15
4. VFA (%) 77,09 81,45 79,52 78,94 81,68 Min. 65
5. Stabilitas (Kg) 3134,31 2794,85 3236,15 3308,72 3329,21 Min. 1000
6. Flow (mm) 3,03 3,43 2,93 2,70 2,53 2-4
3
7. MQ (Kg/m ) 1038,39 825,44 1141,09 1282,69 1317,05 Min. 300

Untuk lebih jelasnya hasil pengujian Marshall dengan penambahan variasi


jenis aspal berdasarkan nilai KAO Dinas Bina Marga dapat dilihat pada Lampiran
C. Tabel C.4.3 s.d Tabel C.4.5 halaman 118 s.d 120.

4.4 Pembahasan Hasil Pengujian Marshall dengan Agregat Baru dan


Bekas serta Penambahan Variasi Jenis Aspal pada KAO Baru dan
KAOJMD

Berdasarkan hasil penelitian, maka pada sub bab ini dibahas karakteristik
campuran AC-WC dengan berbagai variasi jenis tambahan aspal dan berdasarkan
KAO baru dan KAO JMD Bina Marga Aceh terhadap parameter Marshall yaitu
tinjauan terhadap nilai density, VIM, VMA, VFA, stabilitas, flow, dan MQ.

4.4.1 Tinjauan terhadap nilai density


Nilai Density campuran AC-WC berdasarkan hasil penelitian Dinas
Bina Marga Aceh dan dengan menggunakan agregat baru pada KAO
berdasarkan hasil penelitian Laboratorium Jalan Raya Unsyiah serta dengan
material RAP dari berbagai jenis aspal tambahan berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh disajikan pada Gambar 4.3 berikut:

50
2.35 2.35
2.35
2.34 2.34
2.34
2.33
2.33 2.32
Density (gr/cm3)

2.32 2.31

2.31

2.3

2.29
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60%
KAO KAO KAO (AP+S8)/ (AP+S10)/ (AP+S12)/ RB55/
5,80% 5,90% 5,80% KAO KAO KAO KAO
Jenis dan Variasi 5,80%
Persentase5,80%
Kadar Aspal
5,80% 5,80%

Gambar 4.3 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai density

Nilai density menunjukkan besarnya kerapatan suatu campuran yang


sudah dipadatkan. Faktor yang mempengaruhi density adalah temperatur
pemadatan, gradasi, kadar filler, energi pemadat, kadar aspal dan VMA.
Campuran dengan kepadatan yang tinggi akan lebih mampu menahan beban
yang lebih tinggi.

51
Dari Gambar 4.3 menunjukkan nilai density pada semua variasi jenis
campuran aspal telah memenuhi persyaratan yaitu ≥ 2 gr/cm3. Nilai density
terbesar diperoleh pada campuran aspal dengan menggunakan agregat baru baik
berdasarkan penelitian Dinas Bina Marga Aceh maupun penelitian pada
Laboratorium Jalan Raya Unsyiah yaitu sebesar 2,35 gr/cm3. Besarnya nilai
density pada campuran tersebut disebabkan karena aspal dapat mengisi rongga-
rongga di dalam campuran dengan baik, selain itu aspal yang digunakan
merupakan aspal baru yang masih memiliki nilai daktilitas dan titik lembek yang
lebih tinggi dibandingkan aspal yang pada material RAP. Aspal material RAP
telah mengalami penuaan sehingga mengakibatkan aspal menjadi lebih getas dan
tidak mampu mengisi rongga yang terdapat didalam campuran dengan baik.

4.4.2 Tinjauan terhadap nilai VIM


Nilai void in mix (VIM) pada campuran AC-WC menggunakan agregat
baru dan material RAP pada KAO baik berdasarkan JMD Bina Marga Aceh
maupun Laboratorium Jalan Raya Unsyiah dengan mengunakan berbagai variasi
jenis aspal disajikan pada Gambar 4.4 di bawah ini:

4.84
5 4.26 4.21 4.36
4.15
4.5 3.74 3.69
4
3.5
3
VIM (%)

2.5
2
1.5
1
0.5
0
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60%
KAO 5,80% KAO 5,90% KAO 5,80% (AP+S8)/ (AP+S10)/ (AP+S12)/ RB55/ KAO
KAO 5,80% KAO 5,80% KAO 5,80% 5,80%

Campuran Aspal Dengan Variasi Jenis Bahan Pengikat

52
Gambar 4.4 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai VIM
Nilai void in mix (VIM) merupakan persentase rongga dalam campuran
aspal beton. VIM dibutuhkan untuk tempat bergesernya butir-butir agregat, akibat
pemadatan tambahan yang terjadi oleh repetisi beban lalulintas atau tempat aspal
ketika menjadi lunak akibat meningkatnya temperatur. Nilai VIM semakin kecil
bila aspal bertambah banyak dan filler dapat mengisi rongga-rongga campuran
aspal beton.
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa nilai VIM pada semua variasi jenis
campuran aspal telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bina Marga
(2014) yaitu berkisar antara 3,0 s.d. 5,0%. Nilai VIM terbesar diperoleh pada
campuran aspal menggunakan material RAP dengan penambahan aspal pen. 60/70
sebesar 0,60% yaitu sebesar 4,84%. Besarnya nilai VIM pada campuran tersebut
disebabkan karena rendahnya nilai density pada campuran dan sulitnya material
RAP dipadatkan karena aspal yang tersisa di dalam material RAP telah
mengalami penuaan sehingga tidak mampu menghasilkan daya lekat yang baik
antara aspal dan butiran agregat. Nilai VIM yang terlalu besar dapat
mempengaruhi kedap air, sehingga mempercepat penuaan aspal dan menurunkan
sifat durabilitas aspal beton. Nilai VIM yang terlalu kecil akan mengakibatkan
perkerasan mengalami bleeding jika temperatur meningkat.

4.4.3 Tinjauan terhadap nilai VMA

53
Nilai Void in Mineral Agregat (VMA) pada campuran AC-WC
menggunakan agregat baru maupun material RAP pada KAO dari berbagai variasi
jenis aspal dapat dilihat pada Gambar 4.5 halaman 53.
Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa nilai VMA campuran AC-WC pada
semua variasi jenis dan kadar aspal baik campuran dengan menggunakan agregat
baru maupun material RAP dengan tambahan aspal maupun aspal murni telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan, yaitu lebih besar dari 15%. Nilai VMA
tertinggi terdapat pada campuran dengan menggunakan agregat baru pada KAO
5,90% yaitu sebesar 23,46%, sedangkan nilai VMA terendah terdapat pada kadar
aspal 5,80% berdasarkan JMD Bina Marga Aceh yaitu 15,46%, sedangkan nilai
VMA campuran AC-WC dengan menggunakan material RAP tidak mengalami
perubahan yang signifikan dari semua jenis tambahan aspal yang digunakan ke
dalam campuran.
Nilai VMA yang besar menghasilkan film aspal yang tebal sehingga
durabilitas aspal menjadi tinggi. Selain itu VMA yang tinggi dan kadar aspal
tinggi dapat mengakibatkan lapis perkerasan menjadi fleksibel sehingga
mengurangi terjadinya kelelahan yang berupa alur (ruting) dan retak.

23.46
25
21.09 20.57 20.69
20.18 20.14

20
15.46

15
VMA (%)

10

0
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60%
KAO KAO KAO (AP+S8)/ ... (AP+S10)/ (AP+S12)/ RB55/...
Campuran Aspal Dengan Variasi Jenis Bahan Pengikat
5,80% 5,90% 5,80% K... K...

54
Gambar 4.5 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai VMA

4.4.4 Tinjauan terhadap nilai VFA


Nilai void filled by asphalt (VFA) pada campuran AC-WC menggunakan
aspal pen. 60/70, aspal pen. 60/70 yang disubstitusi variasi persentase styrofoam
dan aspal retona blend 55 dengan agregat baru dan material RAP disajikan pada
pada Gambar 4.6.
Besarnya nilai VFA akan menentukan keawetan suatu campuran beton
aspal dan menyebabkan nilai VIM semakin kecil disebabkan oleh banyaknya
aspal yang mengisi rongga, sehingga campuran beton aspal akan semakin
awet. Begitu juga sebaliknya, bila nilai VFA semakin kecil menunjukkan
bahwa aspal yang mengisi rongga sedikit dan aspal yang menyelimuti butiran
agregat tipis, sehingga campuran beton aspal tidak awet.

55
82.38 81.68
84 81.45
82 79.52 78.94
80 77.09
78
76
72.44
VFA (%)

74
72
70
68
66
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60%
KAO KAO KAO (AP+S8)/ (AP+S10)/ (AP+S12)/ RB55/
5,80% 5,90% 5,80% KAO KAO KAO KAO
5,80% 5,80% 5,80% 5,80%
Campuran Aspal Dengan Variasi Jenis Bahan Pengikat

Gambar 4.6 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai VFA

Gambar 4.6 menunjukkan bahwa nilai VFA tertinggi diperoleh pada


campuran dengan menggunakan agregat baru yaitu pada KAO 5,90%. Hal ini
disebabkan karena penggunaan agregat baru dapat lebih memudahkan aspal
menyelimuti butiran agregat dan mengisi ruang-ruang antar pori agregat, selain itu
nilai KAO pada campurang aspal dengan agregat baru juga lebish besar

56
dibandingkan KAO Dinas bina Marga Aceh, semakin besar aspal dalam campuran
menyebabkan nilai VFA semakin tinggi. Nilai VFA menggunakan material RAP
cenderung tidak mengalami perbedaan nilai yang signifikan dari semua jenis
tambahan aspal, hal ini dikarenakan variasi jenis aspal yang ditambahkan ke
dalam campuran AC-WC tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu berpengaruh
terhadap daya isi aspal ke dalam campuran. Pada gambar di atas, Nilai VFA telah
memenuhi persyaratan untuk semua variasi campuran AC-WC dimana nilai VFA
yang disyaratkan adalah lebih besar dari 65%.

4.4.5 Tinjauan terhadap nilai stabilitas


Nilai stabilitas pada campuran AC-WC menggunakan agregat baru dan
material RAP pada KAO baik berdasarkan JMD Bina Marga Aceh maupun
Laboratorium Jalan Raya Unsyiah disajikan pada Gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7 menunjukan nilai stabilitas untuk semua jenis campuran aspal
telah memenuhi persyaratan, yaitu > 1000 kg untuk aspal modifikasi dan > 800
untuk aspal murni. Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa terdapat
perbedaan nilai stabilitas yang signifikan pada campuran dengan menggunakan
material RAP dan agregat baru baik berdasarkan JMD Bina Marga Aceh maupun
Laboratorium Jalan Raya Unsyiah. Nilai stabilitas campuran material RAP jauh
lebih besar dibandingkan dengan agregat baru. Hal ini dikarenakan bahwa aspal
yang tersisa pada material RAP telah mengalami penuaan sehingga cenderung
menjadikan aspal lebih getas (titik lembek tinggi, penetrasi rendah) akibat
pengaruh perubahan temperatur dan cuaca. Aspal dengan nilai penetrasi rendah
dan titik lembek tinggi cenderung dapat menghasilkan nilai stabilitas yang tinggi
pada campuran aspal apabila kadar aspal yang terdapat didalam campuran berada
pada kondisi optimal.

57
3236.15 3308.72 3329.21
3500 3134.31
2794.85
3000

2500
Stabilitas (Kg)

2000

1500 1054.82
983.94
1000

500

0
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60% ...
KAO ... Campuran
KAO ... Aspal Dengan(AP+S...
KAO ... Variasi Jenis Bahan Pengikat
(AP+S10... (AP+S12...

Gambar 4.7 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai stabilitas
Nilai stabilitas tertinggi diperoleh pada campuran menggunakan material
RAP dengan tambahan aspal retona blend 55 yaitu sebesar 3329,21 kg, sedangkan
nilai stabilitas terendah diperoleh pada campuran aspal berdasarkan JMD Dinas
Bina Marga Aceh yaitu sebesar 983,94 kg. Nilai stabilitas pada campuran dengan
menggunakan agregat baru berdasarkan hasil penelitian pada Laboratorium Jalan
Raya Unsyiah cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan nilai stabilitas JMD
Bina Marga Aceh yaitu sebesar 1054,52 kg. Hal ini disebabkan karena adanya

58
perbedaan nilai kadar aspal pada campuran, dimana kadar aspal pada campuran
Laboratorium Jalan Raya lebih besar sehingga aspal tersebut dapat mengisi
rongga-rongga yang terdapat di dalam campuran dengan baik sehingga
menghasilkan daya ikat yang baik pula antara aspal dan agregat, yang berakibat
pada meningkatnya nilai stabilitas campuran.

4.4.6 Tinjauan terhadap nilai flow


Kelelehan plastis (flow) ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran
aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh. Nilai flow pada
campuran AC-WC dari berbagai variasi jenis aspal dengan agregat baru maupun
material RAP baik berdasarkan JMD Bina Marga Aceh maupun hasil penelitian
Laboratorium Jlan Raya Unsyiah disajikan pada Gambar 4.8 halaman 57.
Gambar 4.8 terlihat bahwa nilai flow pada campuran AC-WC
berdasarkan JMD Bina Marga Aceh lebih kecil di bandingkan dengan hasil
penelitian Laboratorium Jalan Raya Unsyiah (3,38 mm ≤ 3,58 mm), hal ini
dikarenakan KAO dari hasil penelitian Lab. Jalan Raya Unsyiah lebih besar
dibandingkan KAO JMD Bina Marga Aceh. Kadar aspal yang besar
cenderung mengakibatkan campuran lebih plastis sehingga menghasilkan
nilai flow yang lebih besar ketika mengalami pembebanan. Selain itu, kadar
aspal yang tinggi juga mengakibatkan berkurangnya volume agregat yang
terdapat di dalam campuran, sehingga menjadikan campuran tersebut menjadi
lebih lentur ketika menerima beban roda kendaraan.
Nilai flow campuran aspal dengan menggunakan material RAP pada
semua jenis tambahan aspal telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
dinas Bina Marga (2014) yaitu antara 2 s.d. 4 mm. Nilai flow tertinggi
diperoleh pada campuran dengan tambahan aspal pen. 60/70 yang disubstitusi
styrofoam sebesar 10% yaitu 3,43 mm, sedangkan nilai terendah diperoleh
pada campuran dengan tambahan aspal retona blend 55 yaitu sebesar 2,53
mm. Besar kecilnya nilai flow sangat dipengaruhi oleh kadar dan sifat fisis
aspal di dalam campuran. Aspal dengan nilai penetrasi rendah cenderung
menghasilkan campuran dengan kekakuan tinggi, begitu juga sebaliknya,

59
aspal dengan penetrasi tinggi cenderung menghasilkan campuran yang lebih
fleksibel ketika mengalami pembebanan.

3.59
4 3.38 3.43
3.5 3.03 2.93
2.7
3 2.53

2.5
2
Flow (mm)

1.5
1
0.5
0
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60%
KAO KAO KAO (AP+S8)/ (AP+S10)/ (AP+S12)/ RB55/
5,80% 5,90% 5,80% KAO KAO KAO KAO
5,80%
Campuran Aspal Dengan 5,80%
Variasi Jenis Bahan 5,80%
Pengikat 5,80%

Gambar 4.8 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai flow

4.4.7 Tinjauan terhadap nilai Marshall Quantient (MQ)

60
Nilai Marshall Quantient merupakan hasil bagi antara stabilitas dengan
flow yang mengindentifikasi kekakuan dan fleksibelitas suatu campuran beton
aspal. Campuran beton aspal yang memiliki nilai MQ tinggi, menunjukkan
bahwa lapisan tersebut bersifat kaku dan bila nilainya rendah maka campuran
beton aspal semakin lentur dan fleksibel. Nilai MQ campuran AC-WC dari
berbagai variasi jenis aspal dengan menggunakan agregat baru dan material
RAP pada KAO disajikan pada Gambar 4.9 berikut:
Dari Gambar 4.9 menunjukan bahwa nilai MQ campuran AC-WC
dengan menggunakan agregat baru jauh lebih kecil dibandingkan dengan
nilai MQ material RAP. Nilai MQ terendah diperoleh pada campuran dengan
menggunakan agregat baru, yaitu sebesar 290,47 kg/mm pada KAO
berdasarkan hasil penelitian Lab. Jalan Raya Unsyiah (5,90%).
Nilai MQ tertinggi diperoleh pada campuran menggunakan material
RAP dengan tambahan aspal retona blend 55 yaitu sebesar 1317,05 kg/mm.
Tingginya nilai MQ ini menunjukkan bahwa campuran aspal material RAP
jauh lebih kaku dibandingkan dengan campuran menggunakan agregat baru,
hal ini dikarenakan sifat adhesi dan kohesi aspal yang terdapat pada material
RAP mengalami penurunan akibat dari lintasan kendaraan, perubahan suhu
dan cuaca. Nilai MQ campuran AC-WC dari berbagai variasi jenis aspal baik
menggunakan agregat baru maupaun material RAP telah memenuhi
spesifikasi yang ditentukan oleh Dinas Bina (2014) yaitu > 250 kg/mm.

61
1282.69 1317.05
1400
1141.09
1200 1038.39

1000 825.44
MQ (Kg/mm)

800

600
292.99 290.47
400

200

0
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60% ...
KAO ... Campuran
KAO ... Aspal Dengan(AP+S...
KAO ... Variasi Jenis Bahan Pengikat
(AP+S1... (AP+S1...

Gambar 4.9 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai MQ

4.5 Hasil Pengujian Durabilitas Campuran AC-WC

Hasil pengujian dan perhitungan parameter Marshall campuran AC-WC


berdasarkan KAO Laboratorium Jalan Raya Unsyiah yang memenuhi semua
persyaratan parameter Marshall yaitu 5,90%.

62
Berdasarkan hasil tersebut, selanjutnya dibuat benda uji untuk pengujian
Marshall rendaman 24 jam pada suhu 60 ºC baik dengan menggunakan agregat
baru maupun material RAP dengan variasi jenis tambahan aspal. Pengujian ini
dilakukan untuk mendapatkan nilai durabiltas (keawetan) dari campuran aspal
tersebut. Nilai durabilitas merupakan perbandingan antara nilai stabilitas
rendaman 24 jam dengan stabilitas rendaman 30 menit. Untuk lebih jelasnya hasil
pengujian durabilitas campuran beton aspal dapat lihat pada Lampiran C. Tabel
C.4.9 s.d. Tabel C.4.11 halaman 124 s.d. 126.

4.5.1 Hasil pengujian Marshall dengan agregat baru rendaman 30 menit


dan 24 jam.
Rekapitulasi hasil pengujian Marshall dengan menggunakan agregat baru
pada KAO berdasarkan hasil penelitian Laboratorium Jalan Raya Unsyiah yaitu
sebesar 5,90% pada rendaman 30 menit dan 24 jam dapat lihat pada Tabel 4.8
berikut:

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall pada KAO Berdasarkan


Laboratorium Jalan Raya Unsyiah Rendaman 30 Menit dan 24 Jam.
No Karakteristik Kadar Aspal 5,90% Spesifikasi Dept.
. Campuran 30 Menit 24 Jam PU (2014)
3
1. Kepadatan (t/m ) 2,35 2,34 -
2. VIM (%) 4,15 4,28 3–5
3. VMA (%) 23,46 22,40 Min. 15
4. VFA (%) 82,38 81,23 Min. 65
5. Stabilitas (Kg) 1054,82 1003,81 Min. 800
6. Kelelehan (mm) 3,59 3,80 2–4
7. MQ (Kg/m3) 290,47 264,16 Min. 250

4.5.2 Hasil pengujian marshall material RAP dengan tambahan variasi


jenis aspal rendaman 30 menit dan 24 jam.
Rekapitulasi hasil pengujian Marshall menggunakan material RAP dengan
tambahan variasi jenis aspal rendaman 30 menit dan 24 jam dapat dilihat pada
Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 berikut:

63
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall Menggunakan Material RAP
Dengan Tambahan Variasi Jenis Aspal Rendaman 30 Menit
Spesifika
Penambahan Variasi Kadar Aspal Berdasarkan si Bina
No Karakteristik KAO JMD Dinas Bina Marga Aceh (0,60%) Marga
. Campuran 2014
AP AP+S8 AP+S10 AP+S12 RB55
3
1. Kepadatan (t/m ) 2,31 2,34 2,33 2,32 2,34 -
2. VIM (%) 4,84 3,74 4,21 4,36 3,69 3–5
3. VMA (%) 21,09 20,18 20,57 20,69 20,14 Min. 15
4. VFA (%) 77,09 81,45 79,52 78,94 81,68 Min. 65
5. Stabilitas (Kg) 3134,31 2794,85 3236,15 3308,72 3329,21 Min.
1000
6. Flow (mm) 3,03 3,43 2,93 2,70 2,53 2-4
3
7. MQ (Kg/m ) 1038,39 825,44 1141,09 1282,69 1317,05 Min. 300

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall Menggunakan Material RAP


Dengan Tambahan Variasi Jenis Aspal Rendaman 24 Jam
Spesifikasi
Penambahan Variasi Kadar Aspal Berdasarkan Bina
Karakteristik KAO JMD Dinas Bina Marga Aceh (0,60%) Marga
No.
Campuran 2014
AP AP+S8 AP+S10 AP+S12 RB55
3
1. Kepadatan (t/m ) 2,30 2,33 2,32 2,34 2,32 -
2. VIM (%) 5,09 4,00 4,31 3,74 4,34 3-5
3. VMA (%) 21,30 20,40 20,65 20,18 20,68 Min. 15
4. VFA (%) 76,23 80,38 79,13 81,49 79,02 Min. 65
5. Stabilitas (Kg) 3185,23 2913,66 3264,44 3373,94 3401,45 Min. 1000
6. Flow (mm) 3,00 3,75 4,20 2,95 2,90 2-4
3
7. MQ (Kg/m ) 1069,27 781,24 791,90 1169,20 1174,44 Min. 300

4.6 Hasil Perhitungan Nilai Durabilitas

Nilai durabilitas diperoleh dari perbandingan antara stabilitas rendaman 24


jam dengan stabilitas rendaman 30 menit pada suhu 60 ºC. Hasil perhitungan nilai
durabilitas untuk masing-masing jenis campuran menggunakan agregat baru dan
material RAP dengan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD Bina Marga Aceh
dan KAO Laboratorium Jalan Raya Unsyiah dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut:

64
Tabel 4.11 Rekapitulasi Nilai Durabilitas Menggunakan Agregat Baru dan
Material RAP pada KAO
Stabilitas Stabilitas Nilai
No. Jenis Campuran Aspal Rendaman Rendaman Durabilitas
30 Menit 24 Jam (%)
a B c d e = d / c x 100
1 Agregat Baru 1054,82 1003,81 95,16
2 Tambahan Aspal Pen. 60/70 3134,31 3185,23 101,62
Tambahan Aspal Pen. 60/70 + 8%
3 2794,85 2913,66 104,25
Styrofoam
Tambahan Aspal Pen. 60/70 + 10%
4 3236,15 3264,44 100,87
Styrofoam
Tambahan Aspal Pen. 60/70 + 12%
5 3308,72 3373,94 101,97
Styrofoam
6 Tambahan Aspal Retona Blend 55 3329,21 3401,45 102,17

Nilai durabilitas yang diperoleh dari campuran AC-WC dengan agregat


bekas dan Material RAP pada KAO diperlihatkan pada Gambar 4.10 di bawah ini:

104.25
106
101.62 101.97 102.17
104 100.87
102
100
Durabilitas (%)

98 95.16
96
94
92
90
100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60%
KAO 5,90% KAO 5,80% (AP+S8)/ (AP+S10)/ (AP+S12)/ RB55/ KAO
KAO 5,80% KAO 5,80% KAO 5,80% 5,80%
Jenis Campuran Aspal

65
Gambar 4.10 Nilai durabilitas campuran menggunakan agregat baru dan material
RAP dengan variasi jenis aspal
Gambar 4.10 menunjukan bahwa nilai durabilitas campuran AC-WC yang
didapatkan menggunakan agregat baru cenderung lebih kecil dibandingkan
dengan menggunakan material RAP pada KAO. Nilai durabilitas menggunakan
agregat baru sebesar 95,16% seangkan nilai durabilitas menggunakan material;
RAP rata berada di atas 100%. Nilai durabilitas terbesar diperoleh pada campuran
material RAP dengan tambahan aspal retona pen. 60/70 yang disubstitusi
styrofoam 8% yaitu sebesar 104,25%. Nilai durabilitas pada semua jenis
campuran baik menggunakan agregat baru maupun material RAP telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh Dinas Bina Marga 2010 revisi 3 tahun 2014
yaitu > 90%.

66

Anda mungkin juga menyukai