Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian dan pengolahan data dari
penelitian di laboratorium, maka pada bab ini dilanjutkan dengan pembahasan
hasil menggunakan metode-metode yang diuraikan pada bab III dan dikaitkan
dengan teori-teori pada bab II.
42
pengujian terhadap sifat-sifat fisis agregat selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran B Tabel B.4.3 s.d. Tabel B.4.8 halaman 98 s.d. 100.
43
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis Aspal Pen. 60/70
No. Sifat-sifat Fisis Aspal Satuan Hasil Persyaratan
1. Berat Jenis - 1,020 Min. 1
2. Penetrasi (0,1 mm) 63,89 60 - 70
3. Titik Lembek °C 48,00 Min. 48
4. Daktilitas Cm 120,00 Min. 100
44
Bina Marga Aceh yaitu sebesar 5,80%, sehingga dibutuhkan aspal tambahan
sebesar 0,60% dari berat total campuran agar kembali sesuai dengan JMD
tersebut.
Gradasi material RAP yang dihasilkan meskipun tidak sesuai dengan
gradasi rencana, namun gradasi tersebut masih memenuhi syarat gradasi yang
ditentukan Dinas Bina Marga (2012) sehingga tidak perlu dilakukan penyesuaian
dengan gradasi seperti yang direncanakan oleh Dinas Bina Marga Aceh, sehingga
hanya perlu dilakukan penambahan kadar aspal pada material RAP tersebut untuk
pembuatan benda uji baru dengan tambahan aspal pen. 60/70, aspal pen. 60/70
yang disubstitusi styrofoam dan aspal retona blend 55. Hasil pengujian ekstraksi
material RAP dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:
45
Batas Bawah Batas Atas Hasil Ekstraksi
100
90
80
Berat Yang Lolos (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
0.01 0.1 1 10 100
Ukuran Saringan (mm)
46
Kadar aspal Optimum (KAO) yang diperoleh dengan menggunakan
agregat baru dari quary yang sama dengan material RAP yang memenuhi semua
persyaratan parameter Marshall untuk campuran AC-WC adalah sebesar 5,90%.
Terdapat selisih sebesar 0,10% dibandingkan dengan KAO JMD Dinas Bina
Marga Aceh, dimana KAO JMD Dinas Bina Marga Aceh sebesar 5,80%. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan berat jenis dari aspal, dimana aspal yang
digunakan untuk campuran dengan agregat baru memiliki nilai berat jenis yang
lebih kecil dibandingkan dengan aspal material RAP, sehingga dibutuhkan aspal
yang lebih banyak di dalam campuran agar menghasilkan ikatan antar agregat dan
aspal yang baik pada campuran tersebut.
Rekapitulasi hasil pengujian parameter Marshall dari berbagai variasi
kadar aspal dan untuk penentuan KAO disajikan pada Tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall pada Variasi Kadar Aspal Pen.
60/70 dengan Agregat Baru
Spesifikasi
Karakteristik Kadar Aspal (%) Dept. PU
No (2014)
Campuran
4.50 5.00 5.50 6.00 6.50
3
1. Kepadatan (t/m ) 2,33 2,34 2,34 2,36 2,39 -
2. VIM (%) 7,17 6,16 5,26 3,93 2,19 3–5
3. VMA (%) 23,14 23,35 23,68 23,35 23,04 Min. 15
4. VFA (%) 69,01 73,64 77,79 83,16 90,51 Min. 65
5. Stabilitas (Kg) 1073,49 1178,23 1086,98 995,74 968,50 Min. 800
6. Kelelehan (mm) 3,43 3,27 3,40 3,77 3,93 2-4
3
7. MQ (Kg/m ) 355,97 359,67 321,90 263,87 246,41 Min. 250
47
Gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2 Grafik penentuan kadar aspal optimum (KAO) dengan agregat
baru
Hubungan antara kadar aspal dengan parameter Marshall dianalisa dengan
analisa regresi untuk menentukan KAO campuran aspal. Analisa regresi yang
digunakan yaitu analisa regresi yang sesuai dengan bentuk penyebaran data atau
diagram pencar yang membentuk suatu garis lengkung atau lurus (linear).
4.3 Hasil Pengujian Marshall Dinas Bina Marga Aceh dan Laboratorium
Jalan Raya Unsyiah pada KAO
Rekapitulasi hasil pengujian Marshall Dinas Bina Marga Aceh dan hasil
pengujian Marshall pada Labratorium Jalan Raya Unsyiah dengan menggunakan
agregat baru dari quary yang sama dengan material RAP pada KAO disajikan
pada Tabel 4.6 berikut:
48
4. VFA (%) 72,44 82,38 Min. 65
5. Stabilitas (Kg) 983,94 1054,82 Min. 800
6. Flow (mm) 3,38 3,59 2-4
7. MQ (Kg/m3) 292,99 290,47 Min. 250
49
3. VMA (%) 21,09 20,18 20,57 20,69 20,14 Min. 15
4. VFA (%) 77,09 81,45 79,52 78,94 81,68 Min. 65
5. Stabilitas (Kg) 3134,31 2794,85 3236,15 3308,72 3329,21 Min. 1000
6. Flow (mm) 3,03 3,43 2,93 2,70 2,53 2-4
3
7. MQ (Kg/m ) 1038,39 825,44 1141,09 1282,69 1317,05 Min. 300
Berdasarkan hasil penelitian, maka pada sub bab ini dibahas karakteristik
campuran AC-WC dengan berbagai variasi jenis tambahan aspal dan berdasarkan
KAO baru dan KAO JMD Bina Marga Aceh terhadap parameter Marshall yaitu
tinjauan terhadap nilai density, VIM, VMA, VFA, stabilitas, flow, dan MQ.
50
2.35 2.35
2.35
2.34 2.34
2.34
2.33
2.33 2.32
Density (gr/cm3)
2.32 2.31
2.31
2.3
2.29
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60%
KAO KAO KAO (AP+S8)/ (AP+S10)/ (AP+S12)/ RB55/
5,80% 5,90% 5,80% KAO KAO KAO KAO
Jenis dan Variasi 5,80%
Persentase5,80%
Kadar Aspal
5,80% 5,80%
Gambar 4.3 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai density
51
Dari Gambar 4.3 menunjukkan nilai density pada semua variasi jenis
campuran aspal telah memenuhi persyaratan yaitu ≥ 2 gr/cm3. Nilai density
terbesar diperoleh pada campuran aspal dengan menggunakan agregat baru baik
berdasarkan penelitian Dinas Bina Marga Aceh maupun penelitian pada
Laboratorium Jalan Raya Unsyiah yaitu sebesar 2,35 gr/cm3. Besarnya nilai
density pada campuran tersebut disebabkan karena aspal dapat mengisi rongga-
rongga di dalam campuran dengan baik, selain itu aspal yang digunakan
merupakan aspal baru yang masih memiliki nilai daktilitas dan titik lembek yang
lebih tinggi dibandingkan aspal yang pada material RAP. Aspal material RAP
telah mengalami penuaan sehingga mengakibatkan aspal menjadi lebih getas dan
tidak mampu mengisi rongga yang terdapat didalam campuran dengan baik.
4.84
5 4.26 4.21 4.36
4.15
4.5 3.74 3.69
4
3.5
3
VIM (%)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60%
KAO 5,80% KAO 5,90% KAO 5,80% (AP+S8)/ (AP+S10)/ (AP+S12)/ RB55/ KAO
KAO 5,80% KAO 5,80% KAO 5,80% 5,80%
52
Gambar 4.4 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai VIM
Nilai void in mix (VIM) merupakan persentase rongga dalam campuran
aspal beton. VIM dibutuhkan untuk tempat bergesernya butir-butir agregat, akibat
pemadatan tambahan yang terjadi oleh repetisi beban lalulintas atau tempat aspal
ketika menjadi lunak akibat meningkatnya temperatur. Nilai VIM semakin kecil
bila aspal bertambah banyak dan filler dapat mengisi rongga-rongga campuran
aspal beton.
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa nilai VIM pada semua variasi jenis
campuran aspal telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bina Marga
(2014) yaitu berkisar antara 3,0 s.d. 5,0%. Nilai VIM terbesar diperoleh pada
campuran aspal menggunakan material RAP dengan penambahan aspal pen. 60/70
sebesar 0,60% yaitu sebesar 4,84%. Besarnya nilai VIM pada campuran tersebut
disebabkan karena rendahnya nilai density pada campuran dan sulitnya material
RAP dipadatkan karena aspal yang tersisa di dalam material RAP telah
mengalami penuaan sehingga tidak mampu menghasilkan daya lekat yang baik
antara aspal dan butiran agregat. Nilai VIM yang terlalu besar dapat
mempengaruhi kedap air, sehingga mempercepat penuaan aspal dan menurunkan
sifat durabilitas aspal beton. Nilai VIM yang terlalu kecil akan mengakibatkan
perkerasan mengalami bleeding jika temperatur meningkat.
53
Nilai Void in Mineral Agregat (VMA) pada campuran AC-WC
menggunakan agregat baru maupun material RAP pada KAO dari berbagai variasi
jenis aspal dapat dilihat pada Gambar 4.5 halaman 53.
Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa nilai VMA campuran AC-WC pada
semua variasi jenis dan kadar aspal baik campuran dengan menggunakan agregat
baru maupun material RAP dengan tambahan aspal maupun aspal murni telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan, yaitu lebih besar dari 15%. Nilai VMA
tertinggi terdapat pada campuran dengan menggunakan agregat baru pada KAO
5,90% yaitu sebesar 23,46%, sedangkan nilai VMA terendah terdapat pada kadar
aspal 5,80% berdasarkan JMD Bina Marga Aceh yaitu 15,46%, sedangkan nilai
VMA campuran AC-WC dengan menggunakan material RAP tidak mengalami
perubahan yang signifikan dari semua jenis tambahan aspal yang digunakan ke
dalam campuran.
Nilai VMA yang besar menghasilkan film aspal yang tebal sehingga
durabilitas aspal menjadi tinggi. Selain itu VMA yang tinggi dan kadar aspal
tinggi dapat mengakibatkan lapis perkerasan menjadi fleksibel sehingga
mengurangi terjadinya kelelahan yang berupa alur (ruting) dan retak.
23.46
25
21.09 20.57 20.69
20.18 20.14
20
15.46
15
VMA (%)
10
0
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60%
KAO KAO KAO (AP+S8)/ ... (AP+S10)/ (AP+S12)/ RB55/...
Campuran Aspal Dengan Variasi Jenis Bahan Pengikat
5,80% 5,90% 5,80% K... K...
54
Gambar 4.5 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai VMA
55
82.38 81.68
84 81.45
82 79.52 78.94
80 77.09
78
76
72.44
VFA (%)
74
72
70
68
66
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60%
KAO KAO KAO (AP+S8)/ (AP+S10)/ (AP+S12)/ RB55/
5,80% 5,90% 5,80% KAO KAO KAO KAO
5,80% 5,80% 5,80% 5,80%
Campuran Aspal Dengan Variasi Jenis Bahan Pengikat
Gambar 4.6 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai VFA
56
dibandingkan KAO Dinas bina Marga Aceh, semakin besar aspal dalam campuran
menyebabkan nilai VFA semakin tinggi. Nilai VFA menggunakan material RAP
cenderung tidak mengalami perbedaan nilai yang signifikan dari semua jenis
tambahan aspal, hal ini dikarenakan variasi jenis aspal yang ditambahkan ke
dalam campuran AC-WC tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu berpengaruh
terhadap daya isi aspal ke dalam campuran. Pada gambar di atas, Nilai VFA telah
memenuhi persyaratan untuk semua variasi campuran AC-WC dimana nilai VFA
yang disyaratkan adalah lebih besar dari 65%.
57
3236.15 3308.72 3329.21
3500 3134.31
2794.85
3000
2500
Stabilitas (Kg)
2000
1500 1054.82
983.94
1000
500
0
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60% ...
KAO ... Campuran
KAO ... Aspal Dengan(AP+S...
KAO ... Variasi Jenis Bahan Pengikat
(AP+S10... (AP+S12...
Gambar 4.7 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai stabilitas
Nilai stabilitas tertinggi diperoleh pada campuran menggunakan material
RAP dengan tambahan aspal retona blend 55 yaitu sebesar 3329,21 kg, sedangkan
nilai stabilitas terendah diperoleh pada campuran aspal berdasarkan JMD Dinas
Bina Marga Aceh yaitu sebesar 983,94 kg. Nilai stabilitas pada campuran dengan
menggunakan agregat baru berdasarkan hasil penelitian pada Laboratorium Jalan
Raya Unsyiah cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan nilai stabilitas JMD
Bina Marga Aceh yaitu sebesar 1054,52 kg. Hal ini disebabkan karena adanya
58
perbedaan nilai kadar aspal pada campuran, dimana kadar aspal pada campuran
Laboratorium Jalan Raya lebih besar sehingga aspal tersebut dapat mengisi
rongga-rongga yang terdapat di dalam campuran dengan baik sehingga
menghasilkan daya ikat yang baik pula antara aspal dan agregat, yang berakibat
pada meningkatnya nilai stabilitas campuran.
59
aspal dengan penetrasi tinggi cenderung menghasilkan campuran yang lebih
fleksibel ketika mengalami pembebanan.
3.59
4 3.38 3.43
3.5 3.03 2.93
2.7
3 2.53
2.5
2
Flow (mm)
1.5
1
0.5
0
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60%
KAO KAO KAO (AP+S8)/ (AP+S10)/ (AP+S12)/ RB55/
5,80% 5,90% 5,80% KAO KAO KAO KAO
5,80%
Campuran Aspal Dengan 5,80%
Variasi Jenis Bahan 5,80%
Pengikat 5,80%
Gambar 4.8 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai flow
60
Nilai Marshall Quantient merupakan hasil bagi antara stabilitas dengan
flow yang mengindentifikasi kekakuan dan fleksibelitas suatu campuran beton
aspal. Campuran beton aspal yang memiliki nilai MQ tinggi, menunjukkan
bahwa lapisan tersebut bersifat kaku dan bila nilainya rendah maka campuran
beton aspal semakin lentur dan fleksibel. Nilai MQ campuran AC-WC dari
berbagai variasi jenis aspal dengan menggunakan agregat baru dan material
RAP pada KAO disajikan pada Gambar 4.9 berikut:
Dari Gambar 4.9 menunjukan bahwa nilai MQ campuran AC-WC
dengan menggunakan agregat baru jauh lebih kecil dibandingkan dengan
nilai MQ material RAP. Nilai MQ terendah diperoleh pada campuran dengan
menggunakan agregat baru, yaitu sebesar 290,47 kg/mm pada KAO
berdasarkan hasil penelitian Lab. Jalan Raya Unsyiah (5,90%).
Nilai MQ tertinggi diperoleh pada campuran menggunakan material
RAP dengan tambahan aspal retona blend 55 yaitu sebesar 1317,05 kg/mm.
Tingginya nilai MQ ini menunjukkan bahwa campuran aspal material RAP
jauh lebih kaku dibandingkan dengan campuran menggunakan agregat baru,
hal ini dikarenakan sifat adhesi dan kohesi aspal yang terdapat pada material
RAP mengalami penurunan akibat dari lintasan kendaraan, perubahan suhu
dan cuaca. Nilai MQ campuran AC-WC dari berbagai variasi jenis aspal baik
menggunakan agregat baru maupaun material RAP telah memenuhi
spesifikasi yang ditentukan oleh Dinas Bina (2014) yaitu > 250 kg/mm.
61
1282.69 1317.05
1400
1141.09
1200 1038.39
1000 825.44
MQ (Kg/mm)
800
600
292.99 290.47
400
200
0
100% AP/ 100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60% ...
KAO ... Campuran
KAO ... Aspal Dengan(AP+S...
KAO ... Variasi Jenis Bahan Pengikat
(AP+S1... (AP+S1...
Gambar 4.9 Pengaruh penambahan variasi jenis aspal berdasarkan KAO JMD
Bina Marga Aceh terhadap nilai MQ
62
Berdasarkan hasil tersebut, selanjutnya dibuat benda uji untuk pengujian
Marshall rendaman 24 jam pada suhu 60 ºC baik dengan menggunakan agregat
baru maupun material RAP dengan variasi jenis tambahan aspal. Pengujian ini
dilakukan untuk mendapatkan nilai durabiltas (keawetan) dari campuran aspal
tersebut. Nilai durabilitas merupakan perbandingan antara nilai stabilitas
rendaman 24 jam dengan stabilitas rendaman 30 menit. Untuk lebih jelasnya hasil
pengujian durabilitas campuran beton aspal dapat lihat pada Lampiran C. Tabel
C.4.9 s.d. Tabel C.4.11 halaman 124 s.d. 126.
63
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall Menggunakan Material RAP
Dengan Tambahan Variasi Jenis Aspal Rendaman 30 Menit
Spesifika
Penambahan Variasi Kadar Aspal Berdasarkan si Bina
No Karakteristik KAO JMD Dinas Bina Marga Aceh (0,60%) Marga
. Campuran 2014
AP AP+S8 AP+S10 AP+S12 RB55
3
1. Kepadatan (t/m ) 2,31 2,34 2,33 2,32 2,34 -
2. VIM (%) 4,84 3,74 4,21 4,36 3,69 3–5
3. VMA (%) 21,09 20,18 20,57 20,69 20,14 Min. 15
4. VFA (%) 77,09 81,45 79,52 78,94 81,68 Min. 65
5. Stabilitas (Kg) 3134,31 2794,85 3236,15 3308,72 3329,21 Min.
1000
6. Flow (mm) 3,03 3,43 2,93 2,70 2,53 2-4
3
7. MQ (Kg/m ) 1038,39 825,44 1141,09 1282,69 1317,05 Min. 300
64
Tabel 4.11 Rekapitulasi Nilai Durabilitas Menggunakan Agregat Baru dan
Material RAP pada KAO
Stabilitas Stabilitas Nilai
No. Jenis Campuran Aspal Rendaman Rendaman Durabilitas
30 Menit 24 Jam (%)
a B c d e = d / c x 100
1 Agregat Baru 1054,82 1003,81 95,16
2 Tambahan Aspal Pen. 60/70 3134,31 3185,23 101,62
Tambahan Aspal Pen. 60/70 + 8%
3 2794,85 2913,66 104,25
Styrofoam
Tambahan Aspal Pen. 60/70 + 10%
4 3236,15 3264,44 100,87
Styrofoam
Tambahan Aspal Pen. 60/70 + 12%
5 3308,72 3373,94 101,97
Styrofoam
6 Tambahan Aspal Retona Blend 55 3329,21 3401,45 102,17
104.25
106
101.62 101.97 102.17
104 100.87
102
100
Durabilitas (%)
98 95.16
96
94
92
90
100% AP/ 0,60% AP/ 0,60% 0,60% 0,60% 0,60%
KAO 5,90% KAO 5,80% (AP+S8)/ (AP+S10)/ (AP+S12)/ RB55/ KAO
KAO 5,80% KAO 5,80% KAO 5,80% 5,80%
Jenis Campuran Aspal
65
Gambar 4.10 Nilai durabilitas campuran menggunakan agregat baru dan material
RAP dengan variasi jenis aspal
Gambar 4.10 menunjukan bahwa nilai durabilitas campuran AC-WC yang
didapatkan menggunakan agregat baru cenderung lebih kecil dibandingkan
dengan menggunakan material RAP pada KAO. Nilai durabilitas menggunakan
agregat baru sebesar 95,16% seangkan nilai durabilitas menggunakan material;
RAP rata berada di atas 100%. Nilai durabilitas terbesar diperoleh pada campuran
material RAP dengan tambahan aspal retona pen. 60/70 yang disubstitusi
styrofoam 8% yaitu sebesar 104,25%. Nilai durabilitas pada semua jenis
campuran baik menggunakan agregat baru maupun material RAP telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh Dinas Bina Marga 2010 revisi 3 tahun 2014
yaitu > 90%.
66