PERCOBAAN I
GRADASI BAHAN BATUAN
1. Tujuan
Menetapkan gradasi bahan batuan (pasir, batupecah)
2. Bahan
Agragat Halus (pasir)
Agregat Kasar (batu pecah)
4. Pelaksanaan
Bahan di keringkan pada temperatur 1000C sampai 1100C
Selama 1 menit bahan di ayak sampai tidak lebih dari 1% berat sisa melewati ayakan
Kemudian sisa – sisa dari ayakan tersebut ditimbang dengan ketelitian 0,1% dari berat
bahan sisa ayakan tersebut
KELOMPOK A4 1
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
5. Pembahasan
A. AGREGAT HALUS
Syarat modulus butiran pasir menurut ASTM C 33-86 adalah 1,5 sampai 3,8 %. Apabila
dipakai ASTM maka bahan uji yang diperiksa harus memenuhi syarat tersebut. Modulus
kehalusan diperoleh dengan menjumlahkan persentase kumulatif yang tertahan ayakan
kemudian di bagi dengan 100.
(0.75+9.78+ 41.78+83.13+ 97.95+99.23)
FM = =3.3
100
Persentase lolos ayakan harus memenuhi syarat ASTM, dimana :
KELOMPOK A4 2
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
100
Persentase Lolos (%)
80
60
40
20
0
pan 4 3/8 1/2 3/4
Lolos Ayakan No.
B. AGREGAT KASAR
Bahan yang diperiksa seluruhnya harus berada di daerah syarat ASTM. Grafik
pada lampiran berikut ini terlihat bahwa material berada pada daerah yang memenuhi
syarat ASTM. Persentasi butiran melalui ayakan 9,5 mm adalah sebesar 13,656%. Cara
menghitung modulus kehalusan (Feneness Modulus) untuk agregat kasar ini yaitu
diperoleh dengan menjumlahkan persentase kumulatif yang tertinggal di atas ayakan
ditambah dengan angka 400 dan hasilnya dibagi dengan angka 100.
Catatan angka 400 diperoleh dari ayakan yang ukurannya kelipatan setengah dari
ayakan 2,36 mm yaitu 1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm yang tidak kita pakai (4 x
100 % = 400 %)
KELOMPOK A4 3
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
Ukuran
Berat tertahan % tertahan presentase
pada Kumulatif syarat
Ayakan diatas Lolos
setiap diatas ASTM
Ayakan Ayakan ayakan ayakan
no (mm) (gr) (gr) (gr) (%) (%)
3/4" 19.05 87.4 87.4 1.748 98.252 90 – 100
1/2" 12.7 1094.4 1181.8 23.636 76.364
3/8" 9.52 2222.4 3404.3 68.086 31.914 20 – 55
4 4.75 1496.9 4901.1 98.022 1.978 0 – 10
Pan 93.5 4994.6 99.892 0.108 0
Berat awal 5000
modulus kehalusan 6.9 % Hilang
100
Persentase Lolos (%)
80
60
40
20
0
pan 4 3/8 1/2 3/4
Lolos Ayakan No.
B. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan ternyata untuk agregat halus (pasir), agregat kasar (Batu Pecah)
memenuhi syarat ASTM jadi contoh pasir dan batu pecah yang diperiksa dapat digunakan
sebagai bahan campuran.
Modulus kehalusan agregat halus = 3.3 %
Modulus kehalusan agregat kasar = 6.9 %
PERCOBAAN II
ZAT ORGANIK PASIR
KELOMPOK A4 4
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
1. Tujuan
menentukan zat organik yang ada dalam agregat halus (pasir)
3. Pelaksanaan
a. Pasir di ambil 130 cm3.
b. Kemudian pasir tersebut di keringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 24 jam
c. Setelah 24 jam pasir di keluarkan dari dalam oven, angin –anginkan guna untuk
mendinginkannya
d. 130 cm3 pasir kering di masukkan dalam gelas ukur (350 cc)
e. Di tuangkanNaOH 3% dalam gelas ukur sampai isi keseluruhannya mencapai 200
cc.
f. Gelas ukur yang berisi NaOH 3% dan 130 cm3 pasir di kocok selama 15 menit,
kemudian biarkan selama 24 jam
g. Setelah 24 jam cek warna cairan di atas pasir pada organic plate kemudian catat
dalam tabel pengamatan
4. Hasil Pengamatan
Tabel.3 Sampel
Zat
Organi Parameter
Volum (mL)
k Dan
Persent
KELOMPOK A4 5
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
ase
Endapa
1 Jumlah contoh ag. Halus (A) 130
2 Jumlah larutan + agregat halus 200
3 Jumlah endapan (B) 4
4 persentase endapan lumpur (B)/(A)*100% 3.07
5 warna larutan No.pembanding 2
5. Pembahasan
Zat organik yang terkandung dalam agregat halus umumnya berasal dari penghancuran
zat-zat tumbuhan, terutama yang berbentuk humus dan lumpur organik. Zat organik yang
merugikan contohnya gula, minyak dan lemak. Guna dapat menghambat pengikatan semen
dan pengembangan kekuatan beton, sedangkan minyak dan lemak dapat mengurangi daya
ikat semen. Salah satu cara untuk menguji adanya zat organik adalah dengan cara
calorimeter. Pada cara pengukuran calorimeter, zat organik dinetralkan dengan larutan
NaOH 3%. NaOH 3% secara kimiawi mengadakan reaksi/pengikatan terhadap zat-zat
organik yang terkandung dalam pasir. Hasil reaksi pengikatan ini menyebabkan larutan
berubah warna. Warna timbul bisa berwarna bening, kuning muda dan kuning tergantung
pada zat organik yang terkandung didalam pasir. Semakin banyak jumlah zat organik,
warna larutan akan bertambah tua. Untuk menentukan zat organik dalam pasir, terdapat
dalam warna standar, yaitu :
Menurut ASTM C.40
Warna larutan standar tuntuk kandungan zat organik adalah no.3 (berwarna kuning)
Dari warna tersebut diketahui bahwa bahan mengandung sedikit bahan organik
Dalam penggunaanya, bahan tersebut sudah tidak perlu dicuci terlebih dahulu
sebelum digunakan
Tabel Nomor Pembanding Warna Larutan Terhadap Kadar Zat Organik
KELOMPOK A4 6
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
Dari hasil warna yang diperoleh dapat disimpulkan agregat halus (pasir) mengandung
sedikit zat organik dan sebelum dapat digunakan sebagai campuran adukan beton bahan
harus dicuci terlebih dahulu.
PERCOBAAN III
KADAR AIR
1. Tujuan
KELOMPOK A4 7
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
Menentukan kadar air yang terkandung dalam material (agregat kasar maupun halus)
2. Bahan :
Agragat kasar (Batu pecah)
Agregat halus (pasir)
3. Alat :
Timbangan
Oven (alat pengering)
4. Pelaksanaan
Agregat halus diambil ±1000gram dan agregat kasar± 2500 gram.
Kemudian bahan dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC sampai 105oC, selama
24 jam
Setelah 24 jam bahan dikeluarkan dari oven kemudian dianginkan-anginkan lalu
ditimbang
5. Hasil Percobaan
Tabel 4.Kadar Air Agregat Halus (Pasir)
Sample
XNo. Parameter Satuan
1
1 Berat agregat alami (A) 1000 gr
2 Berat setelah Oven Dry (B) 873.0 gr
3 Kadar Air (A-B)/(B)*100% 14.5 %
Sample
No. Parameter Satuan
1
1 Berat agregat alami (A) 2500 gr
2 Berat setelah Oven Dry (B) 2467.0 gr
KELOMPOK A4 8
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
6. Pembahasan
Kadar air asli adalah jumlah air yang terkandung didalam material (pasir atau batu pecah).
Dengan mengetahui kadar air yang tekandung didalam material, maka dapat dihitung
kemungkinan penyerapan air yang akan terjadi pada saat proses pencampuran dilakukan.
Sehingga dalam menentukan jumlah air yang akan dipakai. Air yang berlebihan dalam suatu
campuran akan memengaruhi kekuatan, daya tahan dari suatu beton.
7. Kesimpulan
Air yang berlebihan dalam suatu campuran akan mempengaruhi kekuatan, daya tahan dari
suatu beton.
Keadaan kandungan air yang paling baik yaitu keadaan SSD (Saturated Surface Dry).
Dalam hitungan campuran adukan beton dipakai berat satuan pasir (SSD) karena tidak
menambah ataupun mengurangi jumlah air kedalam campuran.
Kadar air pasir yang didapat 6.723%
Kadar air Batu Pecah yang didapat 1.493 %
PERCOBAAN IV
BERAT JENIS DAN ABSORBSI PASIR
1. Maksud
Menetapkan :
Berat jenis “bulk”
Berat jenis “bulk-SSD”
Absorbsi
2. Bahan
KELOMPOK A4 9
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
5. Hasil Pengamatan
Sample
No. Parameter Satuan
1
KELOMPOK A4 10
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
6. Pembahasan
SSD (Saturated Surface Dry) atau jenuh air kering permukaan merupakan suatu keadaan
yang ideal dimana agregat tidak dapat menyerap air lagi. Tanpa suatu lapisan air
terbentuk pada permukaannnya. Pada keadaan ini agregat tidak dapat menyerap air.
Bilamana suatu batu yang basah secara berangsur-angsur dikeringkan, akan tercapai
suatu tingkatan saat basah yang terjadi pada permukaan tetapi batu itu masih jenuh air
oleh karena air yang dihisapnya.
7. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan diatas diperoleh berat jenis untuk Bulk Specific Gravity OD
adalah 2.613 gr/cm3, Bulk Specific Grafity SSD adalah 2.372 gr/cm3, dan Apparent
Specific Grafity adalah 2.732 gr/cm3. Dengan absorbsi maksimum sebesar 9.625 %.
KELOMPOK A4 11
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
PERCOBAAN V
BERAT JENIS DAN ABSORBSI MAKSIMUM BATU PECAH
1. Tujuan
Menetapkan :
Berat jenis “bulk”
Berat jenis “bulk-SSD”
Berat jenis tampak
Absorbsi
2. Bahan
Batu pecah
3. Alat
Timbangan
Keranjang kawat
Ember, “sample splitter”
Oven pengering
KELOMPOK A4 12
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
4. Pelaksanaan
Ditetapkan banyaknya jumlah agregat kasar ±5000 gram dan buang bahan yang melewati
ayakan No.4.
Kemudian agregat kasar tadi di cuci sampai bersih, atau air cucian sampai terlihat
bening.
Kemudian dikeringkan dalam oven pengering pada 100oC – 110oC selama 24 jam.
Setelah itu direndam dalam air selama 24 jam.
Kemudian agregat dijadikan SSD (semua dilap dengan kain lap/ kain) = jenuh air kering
permukaan.
Agregat ditimbang sampai ketelitian 0,50 gram.
Lalu dimasukkan dalam keranjang kawat lali tombang beratnya terendam dalam air.
Agregat dikeringkan lagi dalam oven pada 100oC – 110oC selama 24 jam
Setelah 24 jam agregat dikeluarkan dari dalam oven, kemudian diangin-anginkan.
Lalu timbang bahannya.
5. Hasil pemeriksaan
Tabel 7.Berat Jenis Dan Absorbsi Maksimum Agregat Kasar (Batu pecah)
Sample
No. Parameter Satuan
1
6. Pembahasan
Maksud SSD diatas supaya pori tertutup dan benda uji terisi sepenuhnya dengan air dan
permukaan batuan kering supaya volume pori tertutup dapat dihitung.
KELOMPOK A4 13
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
7. Kesimpulan
Hasil pemeriksaan diatas menunjukan bahwa tidak terjadi kekurangan berat yang besar
antara batu pecah mula-mula dengan berat uji setelah dioven selama 24 jam. Absorpsi
maksimum batu pecah 0.830 % cukup kecil yang mana hal ini menunjukan bahwa material
(batu pecah) digunakan cukup baik.
PERCOBAAN VI
KETAHANAN AUS DENGAN MESIN LOS ANGELES
1. Tujuan
Menetapkan ketahanan terhadap keausan batu pecah
2. Bahan
Batu pecah
3. Alat
Mesin los angeles
Ayakan
Timbangan
Oven
Bola-bola baja (6 bola besar dan 5 bola kecil)
4. Pelaksanaan
Pilihlah bola-bola pengaus sesuai daftar berikut :
Jumlah Bola
Kelas Berat semua bola Jumlah Putaran
Total Besar Kecil
KELOMPOK A4 14
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
A 12 6 6 5000 25 500
B 11 5 6 4584 25 500
C 8 4 4 3330 25 500
D 6 3 3 2500 25 500
E 12 - - 5000 25 1000
F 12 - - 5000 25 1000
G 12 - - 5000 25 1000
Tetapkan kelas dan jumlah berat dari kerikil/kericak menurut daftar berikut
Lewat
Sisa pada ayakan
Ayakan A B C D E F G
(inci)
(inci)
3 2½ - - - - 2500*) - -
2½ 2 - - - - 2500*) - -
2 1½ - - - - 5000*) 5000*) -
1 ¾ 1250 - - - - - 5000*)
¾ ½ 1250 2500 - - - - -
3/8 ¼ - - 2500 - - - -
¼ No. 4 - - 2500 - - - -
KELOMPOK A4 15
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
Bahan dikeringkan (yang harus bersih) dalam tungku pada 1050C-1100C sampai berat tetap
Bahan didinginkan, kemudian dimasukan dalam mesin los angeles
Jumlah putaran di tentukan 500 kali
Setelah itu bahan dikeluakan dan diayak pada ayakan no.12
Seluruh bahan yang tersisa pada ayakan no.12 dicuci dan dikeringkan dalam oven pada suhu
1050C-1100C sampai berat tetap
Kemudian presentase aus dari berat awal dan berat bagian yang tertahan (sisa pada ayakan
>no.12) dihitung
5. Hasil pengamatan
Tabel 8.Keausan Agregat Kasar Dengan Mesin Los Angeles
Berat agregat : 2500 (3/4”-1/2”) + 2500 (1/2”-3/8”) [gr]
Jumlah bola : 11 (6 bola besar dan 5 bola kecil) [buah]
Berat total bola : 4479.3 [gr]
Jumlah putaran : 500
X
Sample
No. Parameter Satuan
1
6. Pembahasan
Presentasi aus/kehilangan berat yang ditetapkan ASTM tidak boleh lebih dari 50 %,
sehingga contoh bahan tersebut memenuhi syarat sebagai bahan campuran beton.
KELOMPOK A4 16
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
7. Kesimpulan
Dari percobaan didapat rata-rata aus adalah 16.155 % jadi batu pecah tersebut dapat
digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan beton.
PERCOBAAN VII
BERAT SATUAN PASIR DAN BATU PECAH
1. Tujuan
Menetapkan berat satuan (berat jenis menyeluruh) dari pasir dan batu pecah
2. Bahan
Pasir
Batu pecah
3. Alat
Timbangan
Tongkat tusuk
Wadah takar (pada percobaan ini kami menggunakan wadah berbentuk silinder 22 x t
24.5 untuk pasir dan 22 x t 28 untuk batu pecah)
4. Pelaksanaan
Cara Pemadatan
Wadah-takar kosong dan penuh berisi air ditimbang.
Kemudian, wadah-takar diisi dengan agregat halus (kering udara) dalam 3 (tiga)
lapisan sama tebal, tiap lapisan ditusuk-tusuk dengan tongkat tusuk 25 kali (rodding).
Dengan tahap bentuk yaitu X + O X
Kemudian, permukaan bahannya diratakan dengan tangan atau mistar.
Kemudian, wadah-takar yang berisi bahannya ditimbang.
Kemudian, wadah-takar dikosongkan dan diisi kembali dengan agregat kasar.
Kemudian, permukaan bahannya diratakan dengan tangan dan mistar.
Kemudian, wadah-takar yang berisi bahan ditimbang.
Catatan :
- Ketelitian timbangan sampai 0,5% dari berat bahan yang ditimbang.
KELOMPOK A4 17
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
- Tongkat tusuk dari baja dengan 3/8”, panjang 24” dan ujung tusuk berupa
setengah bola 3/8”
Cara Gembur
Langkah kerjanya hampir sama degan cara pemadatan tapi tidak ditusuk-tusuk dengan
tongkat tusuk dan bahan diisi tidak dengan tiga tahap tapi diisi sekaligus sampai penuh
lalu di ratakan
- Cara rodding digunakan untuk bahan batuan dengan ukuran maksimum butir 2”
atau kurang.
- Cara shoveling untuk bahan batuan dengan ukuran maksimum butir 4” atau kurang.
5. Hasil pengamatan
Sample Satuan
No. Parameter
1
Cara pemadatan(Rodding)
Cara Gembur(Shoveling)
KELOMPOK A4 18
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
Sample Satuan
No. Parameter
1
Cara pemadatan(Rodding)
Cara Gembur(Shoveling)
6. Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan terlihat bahwa pengukuran berat satuan yang dilakukan dengan
cara rodding hasilnya lebih besar jika dibandingkan dengan cara shoveling. Hal ini
disebabkan karena pada cara rodding akibat tusukan-tusukan oleh tongkat tusuk, pori-
pori akan terisi lebih banyak butiran, maka berat satuannya menjadi lebih besar.
Jumlah butiran yang mengisi pori-pori akibat tusukan, dipengaruhi oleh gradasi bahan,
bentuk muka dan bentuk butirannya.
7. Kesimpulan
Dalam pengujian ini, cara rodding memberikan hasil yang lebih besar dari pada cara
shoveling. Hal ini dikarenakan adanya pemadatan dengan cara penusukan.
Pada agregat halus, berat satuan cara rodding = 1.28, cara shoveling = 1.22
Pada agregat kasar, berat satuan cara rodding = 1.41, cara shoveling = 1.37
Nilai berat satuan dapat digunakan untuk mengubah perbandingan berat.
KELOMPOK A4 19
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
PERCOBAAN VIII
KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
DALAM PRESENTASE BERAT
1. Maksud
Untuk membandingkan berat kering oven agregat halus sebelum dicuci dan berat kering
oven agregat halus setelah dicuci
2. Bahan
Pasir 500 gr
Air
3. Alat
Ayakan No. 100
Oven
4. Pelaksanaan
Pasir dimasukan ke dalam oven; selama 24 jam pada temperature 1100 c.
Kemudian, pasir kering oven ditimbang sebelum dicuci sebanyak 500 gram.
Kemudian, agregat halus kering oven dicuci dengan air diatas ayakan no.200
Kemudian, kering oven agregat halus dicuci terus menerus sampai air cucian yang
tadinya berwarna kuning kecoklatan (keruh), menjadi jernih.
Kemudian, setelah dicuci masukkan kedalam oven dan dibiarkan selama 24 jam (1 hari)
Kemudian, pasir halus kering oven tadi dikeluarkan dari oven lalu ditimbang dan catat
beratnya
5. Hasil Pemeriksaan
6. Pembahasan
Berat kering oven agregat halus sebelum dan sesudah dicuci akan mengalami perubahan
berat. Pada umumnya setiap pasir yang belum dicuci pasti mengandung lumpur. Sehingga
KELOMPOK A4 20
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
berat sebelum dan sesudah dicuci pasti akan berbeda, dengan kata lain dapat dikatakan
kadar lumpur dapat memengaruhi berat dari agregat halus.
7. Kesimpulan
Dari table hasil pengamatan diatas diperoleh kadar lumpur sebesar 1.52 % dan memenuhi
syarat ASTM yaitu maksimum kadar lumpur < 5.
KELOMPOK A4 21
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
PERCOBAAN IX
CAMPURAN ADUKAN BETON
1. Tujuan
Menentukan campuran adukan beton yang dapat dikerjakan (workable)
Menentukan nilai slump.
Menetapkan jumlah air yang keluar pada awal.
2. Bahan
Semen Portland
Pasir
Batu pecah
Air
3. Alat
Corong kerucut Abrams guna penetapan “slump”
Cetakan-cetakan silinder, kubus, dan balok
molen (mesin mengaduk)
Ropol dan mesing penggetar
Ember
Besi penusuk
4. Pelaksanaan
Pasir dan batu pecah disiapkan (pasir dan batu pecah yang dipakai adalah sampel yang
telah digunakan saat percobaan kadar air).
Semen Portland (SP), pasir dan batu pecah ditimbang sesuai dengan kebutuhannya, lalu
menyiapkan air sesuai dengan jumlah sesuai dengan faktor air semen.
Pasir dan batu pecah dimasukkan dalam mesin aduk kemudian mesin dinyalakan, setelah
tercampur maka dimasukkanlah Semen Portland (SP) ke dalam mesin lalu mesin
dinyalakan kembali sampai semua bahan tercampur dengan baik. Lalu masukkan air, tapi
masukkan bertahap agar kita dapat dengan mudah mengontrol nilai slumpnya
Tuangkan campuran dalam corong kerucut Abrams, dan kemudian ditusuk degnan besi
penusuk 25 kali pada muka atas campuran (dalam 3 lapisan, tiap lapisan ditusuk 25 kali)
Corong kerucut kemudian diangkat perlahan-lahan. Corong kerucut kemudian dibalik
mendekati campuran dan diukur perbedaan tinggi antar corong dan campuran untuk
menentukan nilai “slump”-nya (target nilai slump 75 -100 mm)
Jika nilai yang didapat kurang dari target yang ditentukan, campuran dikembalikan
dalam mesin aduk untuk diaduk kembali sambil ditambahkan air ke dalam campuran
untuk menambah keencerannya sedikit demi sedikit lalu mengulang langkah ke 4 danke
5 di atas (langkah ini dilakukan jika nilai slump masih belum mencapai target)
KELOMPOK A4 22
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
Cetakan silinder, Kubus dan balok disiapkan kemudian diisi dengan campuran dari
mesin aduk (yang telah di control nilai slumpnya). Masing-masing cetakan diisi
campuran secara berkala dalam beberapa lapisan sesuai dengan cetakan yang dipakai
dimana tiap lapisan di tusuk sebanyak 25 kali sebelum memasukkan lapisan yang baru
Setelah 24 jam campuran dikeluarkan dari cetakkan kemudian masing-masing di
timbang. Kemudian hasil timbangan dari campuran setiap cetakkan masing-masing
dicatat
Lalu setiap campuran hasil cetakkan diletakkan dalam air sampai air permukaan
menutupi benda-benda tersebut
Slump [mm]
Jenis Konstruksi Maksimum Minimum
Dinding pondasi 75 25
Sumuran, dinding sumuran 75 25
Balok, Dinding 100 25
Kolom 100 25
Perkerasan, Lantai 75 25
Beton dalam jumlah besar 50 25
KELOMPOK A4 23
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
Menurut “ACI” 318 syarat maksimum ukuran agregat kasar seperti pada persamaan :
h
a≤
5
t
a≤
3
3
a< c
4
Dimana :
a = ukuran maksimum
h = lebar terkecil diantara 2 tepi cetakan
t = tebal plat lantai
C = jarak bersih antar tulang
KELOMPOK A4 24
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
Kebutuhan Air dan Kandungan Udara untuk Jenis Beton tanpa Air – Entrained
Slump = 7,5-10 cm
Uk. Maks.Agregat Kasar = 19,0 mm
Rencana Air Adukan = 205 kg/m3
Volume udara = 2% = 0,02
Semakin kecil modulus kehalusan pasir makin besar ukuran maksimum agregat kasar,
makin besar volume agregat kasar. Berat agregat kasar per satuan m 3 = volume dari tabel
diatas, dikalikan dengan berat volume kering. Berat agregat kasar kondisi SSD adalah
berat kering ditambahkan absorsi.
Perhitungan Silinder
Ukuran silinder : r = 0.075 m; t = 0.30 m
Jumlah silinder : 2 buah
Volume 1 silinder : 3.14 x (0.075)2 x 0.30
: 0.0053 m³
Volume 2 silinder : 0.0106 m3
Volume total
Kubus, Silinder, Balok : 0.010125 + 0.004 + 0.0106 + 0.00471
: 0.029433 m³
Untuk Keamanan : 0.029433 + 15% (0.029433)
: 0.033848 m³
Untuk pengecoran (demi keamanan jika ada sisa beton pada molen, tercecer, atau tahan
air) maka diambil nilai 1.15 kali.Sehingga volume perencanaan menjadi :
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
0.033848 m3
Bahan batuan (pasir dan Batu Pecah) dibuat menjadi SSD (Jenuh air kering
permukaan), dimaksudkan agar sewaktu-waktu pengadukan bahan batuan dan
semen serta air, bahan batuan tidak lagi dapat menghisap air, berarti campuran itu
tidak lagi kekurangan air. Bila agregat dalam keadaan kering, akan terjadi absorbsi,
sehingga faktor air semen akan berbeda dengan FAS yang direncanakan sehingga
mengakibatkan beton menjadi kurang sempurna
Faktor air semen adalah perbandingan jumlah air terhadap jumlah semen. Faktor
ini berpengaruh pada sifat-sifat sebagai berikut :
- Workability dari beton (sifat dapat dikerjakan), didapat dari sifat
lumaspasta(campuran air dan semen), yang dipengaruhi derajat keenceran
pastanya.
- Kekuatan beton terbatas oleh kekuatan agregat yang umumnya lebih kuat dari
pastanya.
- Permeabilitas (sifat tembus air) beton tergantung dari kualitas dan kuantitas
pastanya, karena sedikit saja air yang dapat melintasi agregat, baik oleh karena
tekanan maupun kapasitas.
- Susut pengerasan beton terutama disebabkan oleh pastanya, karena bahan
batuan tidak mengalami susut pengerasan.
- Kualitas pasta memengaruhi kekuatan struktur, jadi lekatan antara butir-butir
sangat menentukan keawetan.
- Bila faktor air semennya besar, maka semakin cair pastanya, sehingga semakin
jauh jarak butir semen, semakin lemah struktur pasta semen pada setiap tingkat
hidrasi.
- Semakin mudah air ditekan menembus betonnya.
Pada keadaan serba sama, kekuatan beton yang telah mengeras berbanding
terbalik dengan faktor air semen yang digunakan dalam adukan.
Bleeding adalah naiknya air ke permukaan pada beton yang disusun baru dicor
karena bahan dapat mengendap dan bahan-bahan susun kurang mampu memegang
air campuran secara terbagi rata dalam seluruh campuran.
6. Kesimpulan
Perencanaan Campuran Beton Modifikasi ACI 211.1-91, diperoleh perbandingan dalam
berat untuk campuran beton sebagai berikut :
Kondisi SSD = Semen : Air : Agregat kasar : Agregat Halus
= 1 : 0.690: 3.525: 2.169
Kondisi lapangan terkoreksi = Semen : Air : Agregat Kasar : Agregat Halus
= 1 : 0.663: 3.467: 2.254
Nilai Faktor Air Semen (FAS) ikut menentukan kekentalan adukan serta memengaruhi
kekuatan beton
Bleeding dapat menyebabkan terjadinya pori-pori dan rongga pada beton
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
Lebar : 50 cm
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
AGREGAT KASAR
Berat = 854.26 kg
Berat volume = 1396 m3
850.11 kg
Volume = = 0.608 m3
1396 kg/m 3
P×l×t = 0.608 m3
0.608 m3
Maka, t1 = = 2.432 m
0.5 m× 0.5 m
AGREGAT HALUS
Berat = 650.076 kg
Berat volume = 1205 kg/m3
650.076 kg
Volume = = 0.465 m3
1205 kg/m3
P×l×t = 0.465 m3
0.465 m3
Maka, t1 = = 1.862m
0.5 m× 0.5 m
V1 = 1 m3; t1 = 1.862 m ; V2 = 0.063 m3
Gunakan rumus perbandingan t2/t1 = V2/V1
Maka, t2=(1.862 m × 0.063 m3) / 1 m3 = 711.73 cm
13.87 kg
Semen = = 0.0026 m3
3150 kg/m 3
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
105.52 kg
Kasar = = 0.075 m3
1396 kg/m 3
79.277 kg
Pasir = = 0.065m3
1205 kg/m3
Keterangan :
Perbandingan matematika sebagai berikut : Vs = volume perbandingan semen
Vsemen : Vpasir : Vkerikil Vp = volume perbandingan pasir
0.0026 : 0.075: 0.065 Vk = volume perbandingan kerikil
1 : 2.88 : 2.615 m = panjang kotak
Perhitungan tinggi bahan n = lebar kotak
50 kg
Maka volume untuk 1 sak semen : V = =0.01587 m3 tk = tinggi kerikil pada takaran
3150 kg/m 3
0.01587 m3
m × n × ts = 0.01587 m3 :: ts =
m×n
tp = ts × vp
tk = ts × vk
contoh :
Fc’ = 30 Mpa
410
Semen = 410 kg = = 8.2 sak
50
650.076
Pasir = 650.076 kg = = 79.277 kg
8.2
865.33
kerikil = 850.11 kg = = 105.52 kg
8.2
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
PERCOBAAN X
PENGUJIAN BERAT VOLUME
1. Maksud
Mengetahui berat volume beton serta rendaman beton untuk perawatan beton
Mengetahui karakteristik berat volume beton
2. Benda Uji
Kubus 15x15x15 cm 2 buah
Silinder d15 xt30 cm 2 buah
Silinder d10 x t20 cm 2 buah
Balok 10x10x50 cm 2 buah
3. Alat
Timbangan
4. Pelaksanaan
Sebelum semua beton direndam, terlebih dahulu ditimbang dan catat berat masing-
masing beton.
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
Kemudian, direndam semua bagian beton dengan air sampai semua bagian beton
tertutup air
Masa perendaman selama 6 hari
Kemudian, setelah 6 hari, beton yang direndam tadi diangkat dan dikeringkan
dengan cara di angin-anginkan selama 24 jam
5. Hasil percobaan
1. Kubus (15x15x15)
Volume = 3.375 liter = 0.00375 m3
m 7.32 kg
- Berat jenis = = = 1952 kg/m3
v 0.00375 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)
m 7.34 kg
- Berat jenis = = = 1957.33 kg/m3
v 0.00375 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)
2. Silinder
- D15-t30
Volume = 5.298 liter = 0.005298 m3
m 11.44 kg
Berat jenis = = = 2159.31 kg/m3
v 0.005298 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)
m 11.46 kg
Berat jenis = = = 2163.08 kg/m3
v 0.005298 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)
- D10-t20
Volume = 1.57 liter = 0.00157
m 3.26 kg
Berat jenis = = = 2076.43 kg/m3
v 0.00157 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)
m 3.39 kg
Berat jenis = = = 2159.23 kg/m3
v 0.00157 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)
3. Balok
Volume = 5 liter = 0.005 m3
m 10.7 kg
- Berat jenis = = = 2140 kg/m3
v 0.005 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)
m 10.67 kg
- Berat jenis = = = 2134 kg/m3
v 0.005 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)
7. Kesimpulan
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
PERCOBAAN XI
PENGUJIAN KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK
Maksud
Untuk mengetahui kuat tekan beton,tarik lentur beton dan tarik belah beton
Bahan
Silinder beton ukuran d15-t30 cm
Silinder beton ukuran d10-t20 cm
Kubus beton ukuran 15x15x15 cm
Balok beton ukuran 10x10x50 cm
Alat
Timbangan
UTM (universal testing machine) atau mesin tekan
Pelaksanaan
Langkah – langkah Pelaksanaan
Untuk Uji Tekan (kubus)
Letakkan benda uji pada dudukan, usahakan ditengah – tengah dudukan
Kemudian uji tekan. Catat angka pada layar
Setelah itu catat pada tabel.
Untuk Uji Tekan (Silinder)
Sebelum melakukan uji tekan pada sample, sampel (silinder) harus di caping*
terlebih dahulu.
Caping adalah melapis bagian silinder yang tidak rata agar pada percobaan uji
tekan, gaya yang di terima oleh permukaan penampang sama rata.
Kemudiian letakan benda uji pada dudukan, usahakan di tengah-tengah
dudukan.
Kemudian uji tekan. Catat angka pada layar Setelah itu masukan dalam tabel.
Untuk Uji Tarik Lentur (Silinder)
Masukkan benda uji pada alat penahan untuk menahan silinder.
Kemudian letakkan pada dudukkan,usahakan ditengah-tengah dudukan
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
Pembahasan
Menurut perhitungan pada percobaan 8, tegangan tekan rata – rata yang hendak
dicapai pada umur 28 hari adalah 250 km/m2 pada kenyatannya tekan rata –rata pada
umur 28 hari,baik menurut PBI 71 maupun rumus Branzon mendekati tegangan tekan
yang direncanakan. Dalam buku Reinforced Concrete Design karangan Chu Kia Wang
dan C. G. Salmon (hal. 9) dijelaskan bahwa faktor air semen adalah faktor paling utama
dalam menentukan kekuatan beton. Semakin sedikit faktor air semen, semakin tinggi
tegangan tekan yang akan dicapai. Tambahan air akan mempermudah pengerjaan beton,
tetapi mengurangi tegangan tekan beton.
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
P tkn
=
σ tkn
A
Kubus 15x15x15
376300 Nt
UntukPtkn = 376.3 KNt Ptkn= = 16.72 Mpa
22500 mm2
377500 Nt
UntukPtkn = 377.5 KNt Ptkn= = 16.77 Mpa
22500 mm2
2 ×264000 528000
Fsp= = =8.46 N /mm2 =8.46 MPa
π ×100 ×200 62381.85
Berdasarkan literatur , nilai praktis untuk padanan mutu beton antara PBI
dan SNI yaitu factor konversi benda uji kubus ke silinder : 0.83
Maka:
Kubus 1 = 16.72 Mpa
Fc’(silinder) = 16.72 ×0.83= 13.88 Mpa
Kubus 2 = 16.77 Mpa
Fc’(silinder) = 16.77 ×0.83= 13.92 Mpa
Rata-ratanya adalah : 13.898 Mpa
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
2P
Fsp=
π⋅D⋅L
2× 48.3 ×1000 Nt
Fsp 1= =1.54 =1.54 MPa
π × 100 ×200 mm2
2× 52.5× 1000 Nt
Fsp 1= =1.67 =1.67 MPa
π × 100× 200 mm2
40 cm
M
Tegangan Lentur =
W
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
∑Mb = 0 Ma= Ra . a
p p p
+Ra . 30 - . 20 - . 10 = 0 = .a
2 2 2
30Ra = 20 p + 10 p = p .a
2 2 2
30Ra = 10p + 5p
30Ra = 15p
Ra= p
2
Balok 10x10x50
Untuk P = 12.0 KN = 12000 N
P 12000
M= × a= ×100=600000 Nmm
2 2
1 1
I= ×b × h3= ×10 ×10 3=833.333 cm 4
12 12
1
× b ×h3
I 12 1 1
W= = = × b ×h 2= ×10 ×10 2=166.67 cm 3=166666.6667 mm3
y max 1 6 6
×h
2
M 600000
Tegangan Lentur= = =3.59 MPa
W 166666.6667
P 12400
M= × a= ×100=620000 Nmm
2 2
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
1 1
I= ×b × h3= ×10 ×10 3=833.333 cm 4
12 12
1
× b ×h3
I 12 1 1
W= = = × b ×h 2= ×10 ×10 2=166.67 cm3=166666.6667 mm3
y max 1 6 6
×h
2
M 620000
Tegangan Lentur= = =3.71 MPa
W 166666.6667
25.19
=1.504
16.75
Berdasarkan data yang dimiliki , Benda uji untuk pemeriksaan kuat tekan beton kubus ke
silinder , yaitu : 1.504
Maka:
Kubus rata-rata = 16.75
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
Berdasarkan literatur kubus ke silinder adalah = 27.768 sedangkan berdasarkan data yang dimilki
adalah = 25.192
7.Kesimpulan.
Kuat tekan rata-rata kubus 15x15x15 =33.42 Mpa
Kuat tekan rata-rata silinder d15-t30 =25.19 Mpa
Kuat tarik belah rata-rata silinder d10-t20 =3.48 Mpa
Kuat tarik lentur balok 10x10x40 =6.70 Mpa
Perbandingan kuat tekan berdarkan benda uji silinder dan kubus = 0.753
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
PERCOBAAN XII
HAMMER TEST
1.Tujuan
2. Bahan
Rebound curve
4.Pelaksanaan
2. Lukiskan 5 titik pengujian dengan plot 4 titik bujur sangkar dan 1 titik tengah
3. Tembakan hammer test pada 5 titik pengujian tadi secara tegak lurus
5.Landasan Teori
Metode pengujian yang digunakan berdasarkan:
SNI 03-4803-1998
SNI 03-4430-1997
ACI 228.1R-95
ASTM C805/C805M-13a
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
6. Pembahasan
Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton. Disamping itu
dengan menggunakan metode ini akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif
singkat dengan biaya yang murah. Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan
beban impact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang
diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul
dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat
memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi, dapat memberikan pengujian ini
adalah jenis "Hammer". Alat ini sangat berguna untuk mengetahui keseragaman material
beton pada struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian dengan menggunakan alat ini
sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang singkat.
Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan beton, misalnya keberadaan
partikel batu pada bagian-bagian tertentu dekat permukaan.
Tanggal Uji : 3 November 2017
Jumlah Titik : 20 buah
Pemberi Tugas : Ir. Ronny Pandaleke, MT
Proyek : Rumah Sakit Kampus
1 45 46 51 44
2 43 50 51 42
3 53 51 48 42
4 44 48 49 45
5 44 52 49 44
R Maksimum 53 52 51 45
R Minimum 43 46 48 42
R rata-rata 45.8 49.4 49.6 43.4
Simpangan 4.08 2.4 1.5 1.3
Baku
Koefisian 8.90 4.8 3.05 3.09
Variasi
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
Sketsa gambar:
Plat
Balok Tangga
Kolom Tangga
Untuk menentukan perkiraan kuat mutu beton kedalam Mpa, maka digunakan grafik
hubungan Nilai Pantul dengan Nilai Mpa. Cara menggunakan Grafik ini adalah dengan
memplotnya sesuai dengan nilai pantul dan sudut pukulan.
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
7.Kesimpulan
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
1. Untuk setiap peserta praktikum hendaknya harus ada kerja sama yang
baik dalam melaksanakan praktikum dan juga kehadiran harus diperhatikan sebab
hasilnya nanti untuk kepentingan dan kebaikan kita bersama.
2. Dalam pengecoran sebaiknya agregat halus/pasir dilakukan pegayakan
kembali dan diperbaiki gradasinya sehingga masuk didalam syarat ASTM
3. Dalam pengecoran sebaiknya agregat kasar/batu pecah dilakukan
pengayakan kembali untuk mendapatkan hasil yang baik.
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
4. Untuk pekerjaan yang lebih teliti, dapat dibuat pengujian ( kuat tekan dan
kuat tarik lentur) pada umur beton yang berbeda, sehingga dapat diperoleh grafik
hubungan antara tegangan dan umur beton.
DOKUMENTASI
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017
LAMPIRAN
KELAS
NO NAMA PERCOBAAN
ASTM SNI