Anda di halaman 1dari 51

UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM

FAKULTAS TEKNIK BETON


Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

PERCOBAAN I
GRADASI BAHAN BATUAN
1. Tujuan
 Menetapkan gradasi bahan batuan (pasir, batupecah)
2. Bahan
 Agragat Halus (pasir)
 Agregat Kasar (batu pecah)

3. Alat dan bahan


 Timbangan
 Ayakan
 Oven Pengering
 Pan
 Sample splitter

Bahan Ukuran maksimal nominal butir Berat (gr)


Batu pecah a. 3/8”=9,6mm  1.000
atau b. ½”=12,7mm  2.500
kericak c. 3/4'”=19,1mm  5.000
d. 1”=25,4mm  10.000
e. 1 ½”=38,1mm  15.000
f. 2”=50,8mm  20.000
g. 2 ½”=63,5mm
 25.000
h. 3”=76,2mm
 30.000
i. 3 ½”=88,9mm
 35.000

4. Pelaksanaan
 Bahan di keringkan pada temperatur 1000C sampai 1100C
 Selama 1 menit bahan di ayak sampai tidak lebih dari 1% berat sisa melewati ayakan
 Kemudian sisa – sisa dari ayakan tersebut ditimbang dengan ketelitian 0,1% dari berat
bahan sisa ayakan tersebut

KELOMPOK A4 1
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

5. Pembahasan
A. AGREGAT HALUS
Syarat modulus butiran pasir menurut ASTM C 33-86 adalah 1,5 sampai 3,8 %. Apabila
dipakai ASTM maka bahan uji yang diperiksa harus memenuhi syarat tersebut. Modulus
kehalusan diperoleh dengan menjumlahkan persentase kumulatif yang tertahan ayakan
kemudian di bagi dengan 100.
(0.75+9.78+ 41.78+83.13+ 97.95+99.23)
FM = =3.3
100
Persentase lolos ayakan harus memenuhi syarat ASTM, dimana :

 Persentase lolos ayakan no.4 syarat 95-100%


 Untuk percobaan ini didapat persentase lolos 100%
 Lolos ayakan no.8 syarat 80-100, didapat hasil 99.619%
 Jadi pasir yang diperiksa memenuhi syarat ASTM

Table1. Gradasi Agregat Halus

BeratTertahan % Tertahan Presentase


Ukuran Syarat
Pada setiap Kumulatif Diatas Lolos
Ayakan ASTM
Ayakan Diatas ayakan Ayakan Ayakan
No (mm) (g) (g) (%) (%) (%)
4 4,75 7.5 7.5 0.75 99.25 95-100
8 2,36 90.3 97.8 9.78 90.22 80-100
16 1,18 320 417.8 41.78 58.22 50-85
30 0,6 413.5 831.3 83.13 16.87 25-60
50 0,3 148.2 979.5 97.95 2.05 5- 30
100 0,15 12.8 992.3 99.23 0.77 2 -10
Pan 7 999.3
BeratAwal 1,000      
Modulus Kehalusan 3.3    

KELOMPOK A4 2
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Grafik Gradasi Agregat Halus


120

100
Persentase Lolos (%)

80

60

40

20

0
pan 4 3/8 1/2 3/4
Lolos Ayakan No.

persentase lolos ayakan (%) batas atas batas bawah

B. AGREGAT KASAR

Bahan yang diperiksa seluruhnya harus berada di daerah syarat ASTM. Grafik
pada lampiran berikut ini terlihat bahwa material berada pada daerah yang memenuhi
syarat ASTM. Persentasi butiran melalui ayakan 9,5 mm adalah sebesar 13,656%. Cara
menghitung modulus kehalusan (Feneness Modulus) untuk agregat kasar ini yaitu
diperoleh dengan menjumlahkan persentase kumulatif yang tertinggal di atas ayakan
ditambah dengan angka 400 dan hasilnya dibagi dengan angka 100.

Catatan angka 400 diperoleh dari ayakan yang ukurannya kelipatan setengah dari
ayakan 2,36 mm yaitu 1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm yang tidak kita pakai (4 x
100 % = 400 %)

1.748+ 23.636+68.086+98.022+99.892+ 400


FM = =6.9
100

Tabel 2. Gradasi Agregat Kasar

KELOMPOK A4 3
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Ukuran
Berat tertahan % tertahan presentase
pada Kumulatif syarat
Ayakan diatas Lolos
setiap diatas ASTM
  Ayakan Ayakan ayakan ayakan
no (mm) (gr) (gr) (gr) (%) (%)
3/4" 19.05 87.4 87.4 1.748 98.252 90 – 100
1/2" 12.7 1094.4 1181.8 23.636 76.364  
3/8" 9.52 2222.4 3404.3 68.086 31.914 20 – 55
4 4.75 1496.9 4901.1 98.022 1.978 0 – 10
Pan 93.5 4994.6 99.892 0.108 0
Berat awal 5000      
modulus kehalusan   6.9  % Hilang  

Grafik Gradasi Agregat kasar


120

100
Persentase Lolos (%)

80

60

40

20

0
pan 4 3/8 1/2 3/4
Lolos Ayakan No.

persentase lolos ayakan (%) batas atas batas bawah

B. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan ternyata untuk agregat halus (pasir), agregat kasar (Batu Pecah)
memenuhi syarat ASTM jadi contoh pasir dan batu pecah yang diperiksa dapat digunakan
sebagai bahan campuran.
Modulus kehalusan agregat halus = 3.3 %
Modulus kehalusan agregat kasar = 6.9 %
PERCOBAAN II
ZAT ORGANIK PASIR

KELOMPOK A4 4
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

1. Tujuan
 menentukan zat organik yang ada dalam agregat halus (pasir)

2. Alat dan Bahan

 Agragat Halus (pasir)


 NaOH 3%
 Gelas Ukur (350 cc)
 Standar warna (organic plate)

3. Pelaksanaan
a. Pasir di ambil 130 cm3.
b. Kemudian pasir tersebut di keringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 24 jam
c. Setelah 24 jam pasir di keluarkan dari dalam oven, angin –anginkan guna untuk
mendinginkannya
d. 130 cm3 pasir kering di masukkan dalam gelas ukur (350 cc)
e. Di tuangkanNaOH 3% dalam gelas ukur sampai isi keseluruhannya mencapai 200
cc.
f. Gelas ukur yang berisi NaOH 3% dan 130 cm3 pasir di kocok selama 15 menit,
kemudian biarkan selama 24 jam
g. Setelah 24 jam cek warna cairan di atas pasir pada organic plate kemudian catat
dalam tabel pengamatan

4. Hasil Pengamatan
Tabel.3 Sampel
Zat
Organi Parameter
Volum (mL)
k Dan
Persent

KELOMPOK A4 5
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

ase
Endapa
1 Jumlah contoh ag. Halus (A) 130
2 Jumlah larutan + agregat halus 200
3 Jumlah endapan (B) 4
4 persentase endapan lumpur (B)/(A)*100% 3.07
5 warna larutan No.pembanding 2

5. Pembahasan
Zat organik yang terkandung dalam agregat halus umumnya berasal dari penghancuran
zat-zat tumbuhan, terutama yang berbentuk humus dan lumpur organik. Zat organik yang
merugikan contohnya gula, minyak dan lemak. Guna dapat menghambat pengikatan semen
dan pengembangan kekuatan beton, sedangkan minyak dan lemak dapat mengurangi daya
ikat semen. Salah satu cara untuk menguji adanya zat organik adalah dengan cara
calorimeter. Pada cara pengukuran calorimeter, zat organik dinetralkan dengan larutan
NaOH 3%. NaOH 3% secara kimiawi mengadakan reaksi/pengikatan terhadap zat-zat
organik yang terkandung dalam pasir. Hasil reaksi pengikatan ini menyebabkan larutan
berubah warna. Warna timbul bisa berwarna bening, kuning muda dan kuning tergantung
pada zat organik yang terkandung didalam pasir. Semakin banyak jumlah zat organik,
warna larutan akan bertambah tua. Untuk menentukan zat organik dalam pasir, terdapat
dalam warna standar, yaitu :
Menurut ASTM C.40
 Warna larutan standar tuntuk kandungan zat organik adalah no.3 (berwarna kuning)
 Dari warna tersebut diketahui bahwa bahan mengandung sedikit bahan organik
 Dalam penggunaanya, bahan tersebut sudah tidak perlu dicuci terlebih dahulu
sebelum digunakan
 Tabel Nomor Pembanding Warna Larutan Terhadap Kadar Zat Organik

Nomor Kadar Zat Organik


1–2 Rendah
3 Standar(Normal)
4–5 Tinggi
6. Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh dengan menggunakan alat tintometer warna larutan di
atas pasir sama dengan no.2 atau secara kasar mata berwarna kuning muda.

KELOMPOK A4 6
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Dari hasil warna yang diperoleh dapat disimpulkan agregat halus (pasir) mengandung
sedikit zat organik dan sebelum dapat digunakan sebagai campuran adukan beton bahan
harus dicuci terlebih dahulu.

PERCOBAAN III
KADAR AIR

1. Tujuan

KELOMPOK A4 7
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Menentukan kadar air yang terkandung dalam material (agregat kasar maupun halus)

2. Bahan :
 Agragat kasar (Batu pecah)
 Agregat halus (pasir)

3. Alat :
 Timbangan
 Oven (alat pengering)

4. Pelaksanaan
 Agregat halus diambil ±1000gram dan agregat kasar± 2500 gram.
 Kemudian bahan dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC sampai 105oC, selama
24 jam
 Setelah 24 jam bahan dikeluarkan dari oven kemudian dianginkan-anginkan lalu
ditimbang
5. Hasil Percobaan
Tabel 4.Kadar Air Agregat Halus (Pasir)
Sample
XNo. Parameter Satuan
1
1 Berat agregat alami (A) 1000 gr
2 Berat setelah Oven Dry (B) 873.0 gr
3 Kadar Air (A-B)/(B)*100% 14.5 %

Tabel 5.Kadar Air Agregat Kasar (Batu pecah)

Sample
No. Parameter Satuan
1
1 Berat agregat alami (A) 2500 gr
2 Berat setelah Oven Dry (B) 2467.0 gr

KELOMPOK A4 8
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

3 Kadar Air (A-B)/(B)*100% 1.3 %


X

6. Pembahasan
Kadar air asli adalah jumlah air yang terkandung didalam material (pasir atau batu pecah).
Dengan mengetahui kadar air yang tekandung didalam material, maka dapat dihitung
kemungkinan penyerapan air yang akan terjadi pada saat proses pencampuran dilakukan.
Sehingga dalam menentukan jumlah air yang akan dipakai. Air yang berlebihan dalam suatu
campuran akan memengaruhi kekuatan, daya tahan dari suatu beton.

7. Kesimpulan
 Air yang berlebihan dalam suatu campuran akan mempengaruhi kekuatan, daya tahan dari
suatu beton.
 Keadaan kandungan air yang paling baik yaitu keadaan SSD (Saturated Surface Dry).
 Dalam hitungan campuran adukan beton dipakai berat satuan pasir (SSD) karena tidak
menambah ataupun mengurangi jumlah air kedalam campuran.
 Kadar air pasir yang didapat 6.723%
 Kadar air Batu Pecah yang didapat 1.493 %

PERCOBAAN IV
BERAT JENIS DAN ABSORBSI PASIR

1. Maksud
Menetapkan :
 Berat jenis “bulk”
 Berat jenis “bulk-SSD”
 Absorbsi
2. Bahan

KELOMPOK A4 9
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

 Agragat Halus (pasir) 1000gram


3. Alat
 Timbangan
 Cetakan kerucut
 Tongkat tusuk
 Pan atau Baki
 Piknometer
4. Pelaksanaan
 Pasir 1000 gram di keringkan dalam oven pada temperatur 100oC sampai 110oC selama
24 jam.
 Setelah 24 jam pasir dikeluarkan dari oven dan direndam dengan air dan selama 24 jam.
 Setelah direndam selama 24 jam, pasir di letakkan di atas koran untuk mempercepat
proses sampai pasir kering permukaan (sampai SSD), gunakan alas koran yang kering
bergantian apabila koran sebelumnya sudah mulai basah agar koran tidak sobek sehingga
mempercepat proses kering permukaan.
 Pasir kemudian dituang ke dalam cetakan berbentuk kerucut dan ditusuk dengan tongkat
sebanyak 25 kali tapi tongkat tusuk harus jatuh bebas, kemudian cetakan kerucut tersebut
di angkat perlahan, apabila masih berbentuk kerucut, pasir masih harus dikeringkan
sampai keadaan SSD (jenuh air kering permukaan). Bila pasirnya berbentuk bekas
kerucut yang menurun puncaknya maka keadaan SSD telah dicapai.
 Kemudian 500 gram pasir SSD dimasukkan dalam piknometer
 Piknometer diisi dengan air sampai gores tanda 500 ml
 Piknometer dikocok untuk mengeluarkan semua gelembung udara.
 Kemudian piknometer didiamkan selama 1 jam didalam bak air.
 Setelah didiamkan selama 1 jam, jika air dalam piknometer berkurang maka tambahkan
air kedalam piknometer sampai garis tanda 500 ml.
 Kemudian berat air dalam piknometer ditimbang dengan ketelitian sampai 0,10 gram
 Pasir dikeluarkan dari dalam piknometer dan dikeringkan dalam oven pada 100oC sampai
110oC selama 24 jam sampai berat tetap
 Pasir dikeluarkan dari dalam oven, kemudian diangin-anginkan
 Kemudian berat pasir ditimbang

5. Hasil Pengamatan

Tabel 6. Berat Jenis Dan Absorbsi Maksimum Agregat Halus (Pasir)X

Sample
No. Parameter Satuan
1

1 Berat contoh kondisi SSD (A1) 500 gr

KELOMPOK A4 10
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

2 Berat tabung+air+Ag.SSD (A2) 957.7 gr

3 Berat tabung ukur (A3) 168.5 gr

4 Volum air (W)=(A2-A1-A3) 289.2 cm3

5 Berat contoh oven dry (A) 456.1 gr

6 Volum total (V) 500 cm3

7 Bulk Spesific Gravity OD (A)/(V-W) 2.163 %

8 Bulk Spesific Gravity SSD (A1)/(V-W) 2.372 %

9 Apparent spesific gravity (A)/((V-W)-(A1-A)) 2.732 %

10 Absorpsi maksimum (A1-A)/(A)*100% 9.625 %

6. Pembahasan
SSD (Saturated Surface Dry) atau jenuh air kering permukaan merupakan suatu keadaan
yang ideal dimana agregat tidak dapat menyerap air lagi. Tanpa suatu lapisan air
terbentuk pada permukaannnya. Pada keadaan ini agregat tidak dapat menyerap air.
Bilamana suatu batu yang basah secara berangsur-angsur dikeringkan, akan tercapai
suatu tingkatan saat basah yang terjadi pada permukaan tetapi batu itu masih jenuh air
oleh karena air yang dihisapnya.

7. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan diatas diperoleh berat jenis untuk Bulk Specific Gravity OD
adalah 2.613 gr/cm3, Bulk Specific Grafity SSD adalah 2.372 gr/cm3, dan Apparent
Specific Grafity adalah 2.732 gr/cm3. Dengan absorbsi maksimum sebesar 9.625 %.

KELOMPOK A4 11
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

PERCOBAAN V
BERAT JENIS DAN ABSORBSI MAKSIMUM BATU PECAH

1. Tujuan
Menetapkan :
 Berat jenis “bulk”
 Berat jenis “bulk-SSD”
 Berat jenis tampak
 Absorbsi

2. Bahan
 Batu pecah

3. Alat
 Timbangan
 Keranjang kawat
 Ember, “sample splitter”
 Oven pengering

KELOMPOK A4 12
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

4. Pelaksanaan
 Ditetapkan banyaknya jumlah agregat kasar ±5000 gram dan buang bahan yang melewati
ayakan No.4.
 Kemudian agregat kasar tadi di cuci sampai bersih, atau air cucian sampai terlihat
bening.
 Kemudian dikeringkan dalam oven pengering pada 100oC – 110oC selama 24 jam.
 Setelah itu direndam dalam air selama 24 jam.
 Kemudian agregat dijadikan SSD (semua dilap dengan kain lap/ kain) = jenuh air kering
permukaan.
 Agregat ditimbang sampai ketelitian 0,50 gram.
 Lalu dimasukkan dalam keranjang kawat lali tombang beratnya terendam dalam air.
 Agregat dikeringkan lagi dalam oven pada 100oC – 110oC selama 24 jam
 Setelah 24 jam agregat dikeluarkan dari dalam oven, kemudian diangin-anginkan.
 Lalu timbang bahannya.

5. Hasil pemeriksaan

Tabel 7.Berat Jenis Dan Absorbsi Maksimum Agregat Kasar (Batu pecah)

Sample
No. Parameter Satuan
1

1 Berat contoh Oven Dry (A) 4902.6 gr

2 Berat SSD di udara (B) 5000.2 gr

3 Berat dalam air (C) 3150.2 gr

4 Bulk Spesific Gravity OD (A)/(B-C) 2.667 gr 

5 Bulk Spesific Gravity SSD (B)/(B-C) 2.689  gr

6 Apparent Spesific Gravity (A)/(A-C) 2.727  gr

7 Absorpsi maksimum (B-A)/(A)*100% 0.830 %

6. Pembahasan
Maksud SSD diatas supaya pori tertutup dan benda uji terisi sepenuhnya dengan air dan
permukaan batuan kering supaya volume pori tertutup dapat dihitung.

KELOMPOK A4 13
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

7. Kesimpulan
Hasil pemeriksaan diatas menunjukan bahwa tidak terjadi kekurangan berat yang besar
antara batu pecah mula-mula dengan berat uji setelah dioven selama 24 jam. Absorpsi
maksimum batu pecah 0.830 % cukup kecil yang mana hal ini menunjukan bahwa material
(batu pecah) digunakan cukup baik.

PERCOBAAN VI
KETAHANAN AUS DENGAN MESIN LOS ANGELES
1. Tujuan
 Menetapkan ketahanan terhadap keausan batu pecah

2. Bahan
 Batu pecah

3. Alat
 Mesin los angeles
 Ayakan
 Timbangan
 Oven
 Bola-bola baja (6 bola besar dan 5 bola kecil)

4. Pelaksanaan
 Pilihlah bola-bola pengaus sesuai daftar berikut :
Jumlah Bola
Kelas Berat semua bola Jumlah Putaran
Total Besar Kecil

KELOMPOK A4 14
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

A 12 6 6 5000  25 500
B 11 5 6 4584  25 500
C 8 4 4 3330  25 500
D 6 3 3 2500  25 500
E 12 - - 5000  25 1000
F 12 - - 5000  25 1000
G 12 - - 5000  25 1000

Diameter bola : - besar = 47,6 mm


- kecil = 46,00mm

 Tetapkan kelas dan jumlah berat dari kerikil/kericak menurut daftar berikut

Ukuran ayakan Kelas dan Berat Bahan

Lewat
Sisa pada ayakan
Ayakan A B C D E F G
(inci)
(inci)

3 2½ - - - - 2500*) - -

2½ 2 - - - - 2500*) - -

2 1½ - - - - 5000*) 5000*) -

1½ 1 1250 - - - - 5000*) 5000*)

1 ¾ 1250 - - - - - 5000*)

¾ ½ 1250 2500 - - - - -

½ 3/8 1250 2500 - - - - -

3/8 ¼ - - 2500 - - - -

¼ No. 4 - - 2500 - - - -

No.4 No.8 - - - 5000 - - -

KELOMPOK A4 15
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

No. 4 = 4760 mikro *) Toleransi  2 %

No. 8 = 2380 mikron

 Bahan dikeringkan (yang harus bersih) dalam tungku pada 1050C-1100C sampai berat tetap
 Bahan didinginkan, kemudian dimasukan dalam mesin los angeles
 Jumlah putaran di tentukan 500 kali
 Setelah itu bahan dikeluakan dan diayak pada ayakan no.12
 Seluruh bahan yang tersisa pada ayakan no.12 dicuci dan dikeringkan dalam oven pada suhu
1050C-1100C sampai berat tetap
 Kemudian presentase aus dari berat awal dan berat bagian yang tertahan (sisa pada ayakan
>no.12) dihitung

5. Hasil pengamatan
Tabel 8.Keausan Agregat Kasar Dengan Mesin Los Angeles
Berat agregat : 2500 (3/4”-1/2”) + 2500 (1/2”-3/8”) [gr]
Jumlah bola : 11 (6 bola besar dan 5 bola kecil) [buah]
Berat total bola : 4479.3 [gr]
Jumlah putaran : 500
X

Sample
No. Parameter Satuan
1

1 Berat awal Oven dry (A) 5000 gr

2 Berat tertahan sieve no.12 (B) 4098.3 gr

3 Berat lolos sieve no.12 (C) 852.7 gr

4 Kehilangan berat (A-B-C)/A*100% 0.98 %

5 Ketahanan aus (B)/A*100% 81.96 %

6 Keausan (abrasi) (A-B)/(A)*100% 18.03 %

6. Pembahasan
 Presentasi aus/kehilangan berat yang ditetapkan ASTM tidak boleh lebih dari 50 %,
sehingga contoh bahan tersebut memenuhi syarat sebagai bahan campuran beton.

KELOMPOK A4 16
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

7. Kesimpulan
Dari percobaan didapat rata-rata aus adalah 16.155 % jadi batu pecah tersebut dapat
digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan beton.

PERCOBAAN VII
BERAT SATUAN PASIR DAN BATU PECAH

1. Tujuan
 Menetapkan berat satuan (berat jenis menyeluruh) dari pasir dan batu pecah

2. Bahan
 Pasir
 Batu pecah

3. Alat
 Timbangan
 Tongkat tusuk
 Wadah takar (pada percobaan ini kami menggunakan wadah berbentuk silinder  22 x t
24.5 untuk pasir dan  22 x t 28 untuk batu pecah)

4. Pelaksanaan
Cara Pemadatan
 Wadah-takar kosong dan penuh berisi air ditimbang.
 Kemudian, wadah-takar diisi dengan agregat halus (kering udara) dalam 3 (tiga)
lapisan sama tebal, tiap lapisan ditusuk-tusuk dengan tongkat tusuk 25 kali (rodding).
Dengan tahap bentuk yaitu X + O X
 Kemudian, permukaan bahannya diratakan dengan tangan atau mistar.
 Kemudian, wadah-takar yang berisi bahannya ditimbang.
 Kemudian, wadah-takar dikosongkan dan diisi kembali dengan agregat kasar.
 Kemudian, permukaan bahannya diratakan dengan tangan dan mistar.
 Kemudian, wadah-takar yang berisi bahan ditimbang.

Catatan :
- Ketelitian timbangan sampai 0,5% dari berat bahan yang ditimbang.

KELOMPOK A4 17
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

- Tongkat tusuk dari baja dengan  3/8”, panjang 24” dan ujung tusuk berupa
setengah bola 3/8”

Cara Gembur
 Langkah kerjanya hampir sama degan cara pemadatan tapi tidak ditusuk-tusuk dengan
tongkat tusuk dan bahan diisi tidak dengan tiga tahap tapi diisi sekaligus sampai penuh
lalu di ratakan
- Cara rodding digunakan untuk bahan batuan dengan ukuran maksimum butir 2”
atau kurang.
- Cara shoveling untuk bahan batuan dengan ukuran maksimum butir 4” atau kurang.

5. Hasil pengamatan

Tabel.9 Berat Volume Agregat Halus

Sample Satuan
No. Parameter
1

1 Berat Takaran kosong 3806.0 Gr

2 Berat Takaran + Air 10000 Gr

3 Volume takaran 6193.4 cm³

Cara pemadatan(Rodding)

4 Berat takaran + agregat 11740 Gr

5 Berat agregat 7933.4 Gr

6 Berat Volume 1.280 gr/cm³

Cara Gembur(Shoveling)

Berat takaran + agregat 11390 Gr

8 Berat agregat 7583.4 Gr

9 Berat volume 1.224 gr/cm³

KELOMPOK A4 18
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Tabel.10 Berat Volume Agregat Kasar

Sample Satuan
No. Parameter
1

1 Berat Takaran kosong 4479.6 gr

2 Berat Takaran + Air 17960 gr

3 Volume takaran 13480.4 cm³

Cara pemadatan(Rodding)

4 Berat takaran + agregat 24090 gr

5 Berat agregat 19610.4 gr

6 Berat Volume 1.416 gr/cm³

Cara Gembur(Shoveling)

7 Berat takaran + agregat 22910 gr

8 Berat agregat 18430.4 gr

9 Berat volume 1.367 gr/cm³

6. Pembahasan
 Dari hasil pemeriksaan terlihat bahwa pengukuran berat satuan yang dilakukan dengan
cara rodding hasilnya lebih besar jika dibandingkan dengan cara shoveling. Hal ini
disebabkan karena pada cara rodding akibat tusukan-tusukan oleh tongkat tusuk, pori-
pori akan terisi lebih banyak butiran, maka berat satuannya menjadi lebih besar.
 Jumlah butiran yang mengisi pori-pori akibat tusukan, dipengaruhi oleh gradasi bahan,
bentuk muka dan bentuk butirannya.

7. Kesimpulan
 Dalam pengujian ini, cara rodding memberikan hasil yang lebih besar dari pada cara
shoveling. Hal ini dikarenakan adanya pemadatan dengan cara penusukan.
 Pada agregat halus, berat satuan cara rodding = 1.28, cara shoveling = 1.22
 Pada agregat kasar, berat satuan cara rodding = 1.41, cara shoveling = 1.37
 Nilai berat satuan dapat digunakan untuk mengubah perbandingan berat.

KELOMPOK A4 19
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

 Pengaruh tusukan/pemadatan bisa memengaruhi kepadatan, berarti bisa menambah


kekuatan beton

PERCOBAAN VIII
KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
DALAM PRESENTASE BERAT
1. Maksud
 Untuk membandingkan berat kering oven agregat halus sebelum dicuci dan berat kering
oven agregat halus setelah dicuci
2. Bahan

 Pasir 500 gr
 Air

3. Alat
 Ayakan No. 100
 Oven

4. Pelaksanaan
 Pasir dimasukan ke dalam oven; selama 24 jam pada temperature 1100 c.
 Kemudian, pasir kering oven ditimbang sebelum dicuci sebanyak 500 gram.
 Kemudian, agregat halus kering oven dicuci dengan air diatas ayakan no.200
 Kemudian, kering oven agregat halus dicuci terus menerus sampai air cucian yang
tadinya berwarna kuning kecoklatan (keruh), menjadi jernih.
 Kemudian, setelah dicuci masukkan kedalam oven dan dibiarkan selama 24 jam (1 hari)
 Kemudian, pasir halus kering oven tadi dikeluarkan dari oven lalu ditimbang dan catat
beratnya

5. Hasil Pemeriksaan

Tabel 11.Kadar Lumpur Agregat Dalam Persentase Berat


X
sampel
no Parameter satuan
1 berat OD sebelum di cuci (A) 500 gr
2 berat OD setelah di cuci (B) 492.5 gr
3 kadar lumpur (A-B)/(B)*100% 1.52 %

6. Pembahasan
Berat kering oven agregat halus sebelum dan sesudah dicuci akan mengalami perubahan
berat. Pada umumnya setiap pasir yang belum dicuci pasti mengandung lumpur. Sehingga

KELOMPOK A4 20
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

berat sebelum dan sesudah dicuci pasti akan berbeda, dengan kata lain dapat dikatakan
kadar lumpur dapat memengaruhi berat dari agregat halus.
7. Kesimpulan
Dari table hasil pengamatan diatas diperoleh kadar lumpur sebesar 1.52 % dan memenuhi
syarat ASTM yaitu maksimum kadar lumpur < 5.

KELOMPOK A4 21
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

PERCOBAAN IX
CAMPURAN ADUKAN BETON
1. Tujuan
 Menentukan campuran adukan beton yang dapat dikerjakan (workable)
 Menentukan nilai slump.
 Menetapkan jumlah air yang keluar pada awal.

2. Bahan
 Semen Portland
 Pasir
 Batu pecah
 Air
3. Alat
 Corong kerucut Abrams guna penetapan “slump”
 Cetakan-cetakan silinder, kubus, dan balok
 molen (mesin mengaduk)
 Ropol dan mesing penggetar
 Ember
 Besi penusuk
4. Pelaksanaan
 Pasir dan batu pecah disiapkan (pasir dan batu pecah yang dipakai adalah sampel yang
telah digunakan saat percobaan kadar air).
 Semen Portland (SP), pasir dan batu pecah ditimbang sesuai dengan kebutuhannya, lalu
menyiapkan air sesuai dengan jumlah sesuai dengan faktor air semen.
 Pasir dan batu pecah dimasukkan dalam mesin aduk kemudian mesin dinyalakan, setelah
tercampur maka dimasukkanlah Semen Portland (SP) ke dalam mesin lalu mesin
dinyalakan kembali sampai semua bahan tercampur dengan baik. Lalu masukkan air, tapi
masukkan bertahap agar kita dapat dengan mudah mengontrol nilai slumpnya
 Tuangkan campuran dalam corong kerucut Abrams, dan kemudian ditusuk degnan besi
penusuk 25 kali pada muka atas campuran (dalam 3 lapisan, tiap lapisan ditusuk 25 kali)
 Corong kerucut kemudian diangkat perlahan-lahan. Corong kerucut kemudian dibalik
mendekati campuran dan diukur perbedaan tinggi antar corong dan campuran untuk
menentukan nilai “slump”-nya (target nilai slump 75 -100 mm)
 Jika nilai yang didapat kurang dari target yang ditentukan, campuran dikembalikan
dalam mesin aduk untuk diaduk kembali sambil ditambahkan air ke dalam campuran
untuk menambah keencerannya sedikit demi sedikit lalu mengulang langkah ke 4 danke
5 di atas (langkah ini dilakukan jika nilai slump masih belum mencapai target)

KELOMPOK A4 22
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

 Cetakan silinder, Kubus dan balok disiapkan kemudian diisi dengan campuran dari
mesin aduk (yang telah di control nilai slumpnya). Masing-masing cetakan diisi
campuran secara berkala dalam beberapa lapisan sesuai dengan cetakan yang dipakai
dimana tiap lapisan di tusuk sebanyak 25 kali sebelum memasukkan lapisan yang baru
 Setelah 24 jam campuran dikeluarkan dari cetakkan kemudian masing-masing di
timbang. Kemudian hasil timbangan dari campuran setiap cetakkan masing-masing
dicatat
 Lalu setiap campuran hasil cetakkan diletakkan dalam air sampai air permukaan
menutupi benda-benda tersebut

5. Rencana Campuran Beton (Mix Desain)


Cara-cara perencanaan campuran :
 ”Dreux” dari Prancis
 “DOE” dari Inggris
 “ACI” dari Amerika
 “SNI” dari Indonesia, dll.
Dari cara-cara diatas dipilih cara”ACI” 211.1-91 dengan prosedur perencanaan sebagai berikut :
a) Pemilihan nilai slump
Jika nilai slump tidak ditentukan dalam spesifikasi, dapat dipilih menurut berbagai jenis
konstruksi

Nilai Slump untuk Berbagai Jenis Konstruksi

Slump [mm]
Jenis Konstruksi Maksimum Minimum
Dinding pondasi 75 25
Sumuran, dinding sumuran 75 25
Balok, Dinding 100 25
Kolom 100 25
Perkerasan, Lantai 75 25
Beton dalam jumlah besar 50 25

b) Pemilihan Ukuran Maksimum Agregat Kasar


Penggunaan agregat dengan gradasi yang baik dan ukuran maksimum yang besar akan
menghasilkan rongga yang lebih sedikit dari pada penggunaan agregat dengan ukuran
maksimum agregat yang lebih kecil. Hal ini menyebabkan panurunan kebutuhan mortar dalam
setiap satuan volume beton. Dasar pemilihan ukuran maksimum umumnya berkaitan dengan
dimensi struktur.

KELOMPOK A4 23
UNIVERSITAS SAM RATULANGI PRAKTIKUM
FAKULTAS TEKNIK BETON
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Menurut “ACI” 318 syarat maksimum ukuran agregat kasar seperti pada persamaan :
h
a≤
5
t
a≤
3
3
a< c
4

Dimana :

a = ukuran maksimum
h = lebar terkecil diantara 2 tepi cetakan
t = tebal plat lantai
C = jarak bersih antar tulang

c) Perkiraan Kebutuhan Air Dan Kandungan Udara


Jumlah air pencampur per satuan volume beton tergantung dari ukuran maksimum agregat
dan nilai slump.

KELOMPOK A4 24
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Kebutuhan Air dan Kandungan Udara untuk Jenis Beton tanpa Air – Entrained

CAMPURAN AIR [kg/m3]


Untuk Ukuran Agregat Kasar Maksimum [mm]
Slump [mm] 9,5 12,5 19.0 25.0 37.5 50.0 75
25 – 50 207 199 190 179 166 154 130
75 – 100 228 216 205 193 181 169 145
150 – 175 243 228 216 202 190 178 160
Udara [%] 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0,3

Slump = 7,5-10 cm
Uk. Maks.Agregat Kasar = 19,0 mm
Rencana Air Adukan = 205 kg/m3
Volume udara = 2% = 0,02

d) Pemilihan faktor air semen (w/c)


Kekuatan tekan beton dipengaruhi oleh faktor air semen, disamping itu jenis agregat dan
semen yang digunakan.

Hubungan W/C dan Kuat Tekan Beton

KUAT TEKAN BETON [Mpa] FAKTOR AIR SEMEN [W/C]


40 0,42
35 0,47
30 0,54
25 0,61
27,5 0,49
20 0,69
15 0,79

e) Perhitungan kandungan semen


Berat semen yang dibutuhkan adalah jumlah air pencampur dibagi faktor air semen

f) Perkiraan volume agregat kasar


Volume agregat kasar (berdasarkan berat volume kering padat) yang dibutuhkan
persatuan volume beton merupakan fungsi dari ukuran maksimum agregat kasar dan
modulus agregat halus

Volume Agregat Kasar Persatuan Volume Beton

Modulus Kehalusan Pasir

Ukuran Maksimum Agregat Kasar 2,4 2,6 2,8 3


9,5 0,5 0,48 0,46 0,44
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

12,5 0,59 0,57 0,55 0,53


19 0,66 0,64 0,62 0,6
25 0,71 0,69 0,67 0,65
37,5 0,75 0,73 0,71 0,69
50 0,78 0,76 0,74 0,72
75 0,82 0,8 0,78 0,76
150 0,87 0,85 0,83 0,81

Semakin kecil modulus kehalusan pasir makin besar ukuran maksimum agregat kasar,
makin besar volume agregat kasar. Berat agregat kasar per satuan m 3 = volume dari tabel
diatas, dikalikan dengan berat volume kering. Berat agregat kasar kondisi SSD adalah
berat kering ditambahkan absorsi.

Perhitungan Volume Pengecoran


 Perhitungan kubus
 Ukuran kubus : 15 x 15x 15cm
Jumlah kubus : 3 buah
Volume 1 kubus : 0.003375 m3
Volume 3 kubus : 0.010125 m3
 Perhitungan Balok
 Ukuran balok : 10 x 10 x 40cm
Jumlah balok : 1 buah
Volume 1 balok : 0.004 m3

 Perhitungan Silinder
 Ukuran silinder : r = 0.075 m; t = 0.30 m
Jumlah silinder : 2 buah
Volume 1 silinder : 3.14 x (0.075)2 x 0.30
: 0.0053 m³
Volume 2 silinder : 0.0106 m3

 Ukuran silinder : r = 0.05 m; t = 0.20 m


Jumlah silinder : 3 buah
Volume 1 silinder : 3.14 x (0.05)2 x 0.2
: 0.00157 m³
Volume 3 silinder : 0.00471 m3

 Volume total
 Kubus, Silinder, Balok : 0.010125 + 0.004 + 0.0106 + 0.00471
: 0.029433 m³
 Untuk Keamanan : 0.029433 + 15% (0.029433)
: 0.033848 m³
Untuk pengecoran (demi keamanan jika ada sisa beton pada molen, tercecer, atau tahan
air) maka diambil nilai 1.15 kali.Sehingga volume perencanaan menjadi :
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

0.033848 m3

a. Maksud Keadaan “SSD” Bahan Batuan

Bahan batuan (pasir dan Batu Pecah) dibuat menjadi SSD (Jenuh air kering
permukaan), dimaksudkan agar sewaktu-waktu pengadukan bahan batuan dan
semen serta air, bahan batuan tidak lagi dapat menghisap air, berarti campuran itu
tidak lagi kekurangan air. Bila agregat dalam keadaan kering, akan terjadi absorbsi,
sehingga faktor air semen akan berbeda dengan FAS yang direncanakan sehingga
mengakibatkan beton menjadi kurang sempurna

Pengaruh Faktor Air Semen

Faktor air semen adalah perbandingan jumlah air terhadap jumlah semen. Faktor
ini berpengaruh pada sifat-sifat sebagai berikut :
- Workability dari beton (sifat dapat dikerjakan), didapat dari sifat
lumaspasta(campuran air dan semen), yang dipengaruhi derajat keenceran
pastanya.
- Kekuatan beton terbatas oleh kekuatan agregat yang umumnya lebih kuat dari
pastanya.
- Permeabilitas (sifat tembus air) beton tergantung dari kualitas dan kuantitas
pastanya, karena sedikit saja air yang dapat melintasi agregat, baik oleh karena
tekanan maupun kapasitas.
- Susut pengerasan beton terutama disebabkan oleh pastanya, karena bahan
batuan tidak mengalami susut pengerasan.
- Kualitas pasta memengaruhi kekuatan struktur, jadi lekatan antara butir-butir
sangat menentukan keawetan.
- Bila faktor air semennya besar, maka semakin cair pastanya, sehingga semakin
jauh jarak butir semen, semakin lemah struktur pasta semen pada setiap tingkat
hidrasi.
- Semakin mudah air ditekan menembus betonnya.
Pada keadaan serba sama, kekuatan beton yang telah mengeras berbanding
terbalik dengan faktor air semen yang digunakan dalam adukan.

Pengaruh Nilai Slump


 Slump ialah penurunan beton yang dilakukan dengan percobaan kerucut
Abrams. Besarnya nilai slump tergantung pada kekentalan (keplastisan).
 Keplastisan adukan beton tergantung pada :
a) Jumlah air campuran
b) Jenis dan jumlah semen
c) Jenis, jumlah, variasi besar butiran (gradasi), bentuk dan struktur batuan.
d) Penggunaan pembantu.
 Keplastisan adukan beton harus disesuaikan dengan :
Cara transfer (dari tempat adukan/campuran ke tempat pekerjaan)
a) Jenis konstruksi kerapatan dari tulangannya.
b) Kerapatan dari tulangannya.
a) terpenuhi.

Bleeding atau Water Gain


Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Bleeding adalah naiknya air ke permukaan pada beton yang disusun baru dicor
karena bahan dapat mengendap dan bahan-bahan susun kurang mampu memegang
air campuran secara terbagi rata dalam seluruh campuran.

 Akibat dari bleeding


- Bagian atas beton terlalu basah, sehingga akan menghasilkan beton
berpori dan lemah
- Air naik dan membawa serta bagian-bagian dari semen dan membentuk
lapisan buih semen (laitance) pada permukaan lapisan
- Air dapat berkumpul pada bagian bawah tulangan baja yang horizontal
sehingga menimbulkan rongga-rongga besar

 Hal-hal yang harus ditempuh untuk mengurangi bleeding


- Air campuran hanya sebanyak yang diperlukan untuk dapat dikerjakan
- Dibuat campuran gemuk (rich mix, yaitu dengan kadar semen tinggi) dan
memakai semen Portland halus
- Menggunakan pasir alam yang bentuknya dapat membantu workability
dengan kadar cukup bagian-bagian halus
- Menggunakan bahan-bahan tambahan (admixture) yang terdiri dari
butiran-butiran halus guna menyempurnakan gradasi agregat. Kadang-
kadang bubuk alumunium dapat mengurangi pengembangan
- beton, sehingga dapat meniadakan susut dan bleeding

6. Kesimpulan
 Perencanaan Campuran Beton Modifikasi ACI 211.1-91, diperoleh perbandingan dalam
berat untuk campuran beton sebagai berikut :
 Kondisi SSD = Semen : Air : Agregat kasar : Agregat Halus
= 1 : 0.690: 3.525: 2.169
 Kondisi lapangan terkoreksi = Semen : Air : Agregat Kasar : Agregat Halus
= 1 : 0.663: 3.467: 2.254
 Nilai Faktor Air Semen (FAS) ikut menentukan kekentalan adukan serta memengaruhi
kekuatan beton
 Bleeding dapat menyebabkan terjadinya pori-pori dan rongga pada beton
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

211.1.91Penetapan Variabel Perencanaan

No Uraian (Parameter) satuan/unit Percobaan Petunjuk/Catatan


1 Slump Rencana Cm 7.5-10 Tabel B1
2 Kekuatan Tekan Rencana Mpa 20 Tergantung Kebutuhan
3 Modulus Kehalusan Agregat Halus   Tabel A6
(Pasir)
3.33
4 Ukuran Maksimum Agregat Mm 19 Tabel A1
5 Bulk Spesific Gravity SSD Agregat   Tabel A7
Halus 2.37
6 Bulk Spesific Gravity SSD Agregat   Tabel A2
Kasar 2.69
7 Berat Volume Agregat Kasar (rodded) kg/l 1.37 Tabel A8
8 Kadar Air Agregat Kasar % 1.30 Tabel A4
9 Absorpsi Maksimum Agregat Kasar % 0.83 Tabel A7
10 Kadar Air Agregat Halus (Pasir) % 14.50 Tabel A9
11 Absorpsi Maksimum Agregat Halus % A7
(Pasir) 9.63
12 Spesific Gravity Semen   3.15 Data Pabrik

Perhitingan Komposisi Campuran Beton Tiap m3


No Uraian (Parameter) satuan/unit Percobaan Petunjuk/Catatan
13 w/c (Tergantung Kuat Tekan Beton)   0.690 tabel B3
14 Rencana Air Adukan Untuk Beton [kg] 205 Tabel B2
15 Berat Semen [kg] 336.066 (14)/(13)
16 Volume Agregat Kasar (Awal) [m³] 0.570 Tabel B4
17 Berat Agregat Kasar Kondisi OD [m³] 779.190 (16)*(7)*100
18 Berat Agregat Kasar Kondisi SSD [kg] 785.657 (17)*(1+((9)/100))
19 Volume Agregat Kasar [m³] 0.292 (18)/[(6)*1000]
20 Volume Semen [m³] 0.107 (15)/[(12)*1000]
21 Volume Air [m³] 0.205 (14)/(1*1000)
22 Volume Udara Tertangkap [m³] 0.02 Tabel B.2
23 Volume Agregat Halus (Pasir) [m³] 0.376 1-(19)-(20)-(21)-[(22)/100]

Komposisi Campuran Beton Kondisi SSD Tiap m3


No Uraian (Parameter) satuan/unit Percobaan Petunjuk/Catatan
24 Semen (kg) 336.066 15
25 Air (kg) 205 14
26 Agregat Kasar (kg) 785.657 18
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

27 Agregat Halus (kg) 892.199 (23)*(5)*(1000)

Komposisi Campuran Beton Kondisi Kadar Air Lapangan Tiap m3


No Uraian (Parameter) satuan/unit Percobaan Petunjuk/Catatan
28 Tambahan Air Adukan dari Agregat (kg) (((9)-(8))/100)*(17)
Kasar - 3.662
29 Tambahan Air Adukan dari Agregat (kg) ((11)-(10))/100*(1-
Halus -39.308 (11)/100)*(27)
30 Tambahan Agregat Kasar (kg) 3.662 -29
31 Tambahan Agregat Halus (Pasir) (kg) 39.308 -30

Komposisi Akhir Campuran Beton Kondisi Kadar Air Lapangan Tiap m3


No Uraian (Parameter) satuan/unit Percobaan Petunjuk/Catatan
32 Semen (kg) 336.066 24
33 Air (kg) 162.029 (25)+(28)+(29)
34 Agregat Kasar (kg) 789.319 (26+)(30)
35 Agregat Halus (Pasir) (kg) 931.508 (27)+(31)

Data saat Percobaan


No Uraian (Parameter) satuan/unit Percobaan Petunjuk/Catatan
36 Nilai Slump yang Diukur [mm] 8.5 Pengukuran Slump Test
37 Volume Pengecoran Rencana [m³] 0.033 Sesuai Kebutuhan
38 Tambah/tahan Air (Akibat slump) untuk [liter] 0 Diukur saat cor
cor
39 Tambah/tahan Air (Akibat slump) Untuk [m³] 0 (38)/1000/(37)
Setiap m³ cor
40 Volume Pengecoran Pelaksanaan [m³] 1 1+(39)

Komposisi Campuran Beton saat Pengecoran (akibat Slum di Berlakukan) Tiap m3


No Uraian (Parameter) satuan/unit Percobaan Petunjuk/Catatan
41 Semen [kg] 336.066 (32)/(40)
42 Air [kg] 162.029 {(33)+[(39)*1000]}/(40)
43 Agregat Kasar [kg] 789.319 (34)/(40)
44 Agregat Halus (Pasir) [kg] 931.508 (35)/(40)

PERHITUNGAN TINGGI BAHAN PADA KOTAK TAKARAN

Ukuran kotak takaran : Panjang : 50 cm

Lebar : 50 cm
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

AGREGAT KASAR
Berat = 854.26 kg
Berat volume = 1396 m3
850.11 kg
Volume = = 0.608 m3
1396 kg/m 3
P×l×t = 0.608 m3
0.608 m3
Maka, t1 = = 2.432 m
0.5 m× 0.5 m

V1 = 1 m3; t1 = 2.432 m ; V2 = 0.033848 m3

Gunakan rumus perbandingan t2/t1 = V2/V1

Maka, t2=(2.432 m × 0.033848 m3) / 1 m3 = 8.231 cm

AGREGAT HALUS
Berat = 650.076 kg
Berat volume = 1205 kg/m3
650.076 kg
Volume = = 0.465 m3
1205 kg/m3
P×l×t = 0.465 m3
0.465 m3
Maka, t1 = = 1.862m
0.5 m× 0.5 m
V1 = 1 m3; t1 = 1.862 m ; V2 = 0.063 m3
Gunakan rumus perbandingan t2/t1 = V2/V1
Maka, t2=(1.862 m × 0.063 m3) / 1 m3 = 711.73 cm

PERHITUNGAN TINGGI BAHAN PADA KOTAK TAKARAN JIKA MENGGUNAKAN


1 SAK SEMEN (50 KG)

Perbandingan volume dari hasil pemeriksaan agregat :

13.87 kg
Semen = = 0.0026 m3
3150 kg/m 3
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

105.52 kg
Kasar = = 0.075 m3
1396 kg/m 3

79.277 kg
Pasir = = 0.065m3
1205 kg/m3
Keterangan :
Perbandingan matematika sebagai berikut : Vs = volume perbandingan semen
Vsemen : Vpasir : Vkerikil Vp = volume perbandingan pasir
0.0026 : 0.075: 0.065 Vk = volume perbandingan kerikil
1 : 2.88 : 2.615 m = panjang kotak
Perhitungan tinggi bahan n = lebar kotak

Semen 1 sak = 50 kg ts = tinggi 1 sak semen pada takaran

Berat jenis semen = 3150 kg/m3 tp = tinggi pasir pada takaran

50 kg
Maka volume untuk 1 sak semen : V = =0.01587 m3 tk = tinggi kerikil pada takaran
3150 kg/m 3

Vkotak = V 1 sak semen

0.01587 m3
m × n × ts = 0.01587 m3 :: ts =
m×n

maka dengan menggunakan rumus perbandingan volume kita akan dapati :

tp = ts × vp

tk = ts × vk

contoh :

menggunakan 1 sak semen > 50 kg

Fc’ = 30 Mpa

410
Semen = 410 kg = = 8.2 sak
50

650.076
Pasir = 650.076 kg = = 79.277 kg
8.2

865.33
kerikil = 850.11 kg = = 105.52 kg
8.2
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Kotak takaran berukuran panjang 50 cm dan lebar 50 cm

(ukuran alat umumnya dipakai pada pengecoran)

;Tinggi pasir pada takaran


0.065 m3
tp = = 0.26 m = 26 cm
0.5 m× 0.5 m

Tinggi kerikil pada takaran (Agregat Kasar )


0.075 m3
tk = = 0.3 m = 30 cm
0.5 m× 0.5 m

PERCOBAAN X
PENGUJIAN BERAT VOLUME

1. Maksud
 Mengetahui berat volume beton serta rendaman beton untuk perawatan beton
 Mengetahui karakteristik berat volume beton

2. Benda Uji
 Kubus 15x15x15 cm 2 buah
 Silinder d15 xt30 cm 2 buah
 Silinder d10 x t20 cm 2 buah
 Balok 10x10x50 cm 2 buah

3. Alat
 Timbangan

4. Pelaksanaan
 Sebelum semua beton direndam, terlebih dahulu ditimbang dan catat berat masing-
masing beton.
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

 Kemudian, direndam semua bagian beton dengan air sampai semua bagian beton
tertutup air
 Masa perendaman selama 6 hari
 Kemudian, setelah 6 hari, beton yang direndam tadi diangkat dan dikeringkan
dengan cara di angin-anginkan selama 24 jam

5. Hasil percobaan

PENGUJIAN BERAT VOLUME BETON (UMUR 1 HARI SEBELUM


DIRENDAM)
BENDA UJI HASIL PERCOBAAN
VOLUME
NO UKURAN BERAT BERAT.VOLUME
BENTUK
[cm] [Liter] [kg] [kg/l]
7.32 2.168
1 Kubus 15x15x15 3.375
7.34 2.175
11.44 2.159
2 Silinder d15-t30 5.298
11.46 2.163
3.26 2.076
3 Silinder d10-t20 1.57
3.39 2.159
10.7 2.14
4 balok 10x10x50 5
10.67 2.134

Berat Volume Rata - Rata 2.14675

6. Karakteristik Berat Volume Beton


Salah satu sifat beton menurut Tjokrodimuljo, K (2003) adalah berat jenis. Dengan
diketahuinya berat jenis, kita dapat menyimpulkan karakteristik berat volume beton.
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Jenis Beton Berat Jenis (kg/m3)


Beton ringan ≤1900
Beton normal 2200-2500
Beton berat >2500
Sumber: SNI 03-2847-2002

1. Kubus (15x15x15)
Volume = 3.375 liter = 0.00375 m3
m 7.32 kg
- Berat jenis = = = 1952 kg/m3
v 0.00375 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)

m 7.34 kg
- Berat jenis = = = 1957.33 kg/m3
v 0.00375 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)

2. Silinder
- D15-t30
Volume = 5.298 liter = 0.005298 m3
m 11.44 kg
 Berat jenis = = = 2159.31 kg/m3
v 0.005298 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)
m 11.46 kg
 Berat jenis = = = 2163.08 kg/m3
v 0.005298 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)

- D10-t20
Volume = 1.57 liter = 0.00157
m 3.26 kg
 Berat jenis = = = 2076.43 kg/m3
v 0.00157 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)
m 3.39 kg
 Berat jenis = = = 2159.23 kg/m3
v 0.00157 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)
3. Balok
Volume = 5 liter = 0.005 m3
m 10.7 kg
- Berat jenis = = = 2140 kg/m3
v 0.005 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)
m 10.67 kg
- Berat jenis = = = 2134 kg/m3
v 0.005 m3
Jenis Beton = Beton transisi (Ringan-normal)

7. Kesimpulan
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Berat volume beton umur 1 hari ≈ 2.14675 kg/l


Karakteristik berat volume beton yang diujikan adalah beton transisi (Ringan-
normal).

PERCOBAAN XI
PENGUJIAN KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK
 Maksud
Untuk mengetahui kuat tekan beton,tarik lentur beton dan tarik belah beton

 Bahan
 Silinder beton ukuran d15-t30 cm
 Silinder beton ukuran d10-t20 cm
 Kubus beton ukuran 15x15x15 cm
 Balok beton ukuran 10x10x50 cm

 Alat
 Timbangan
 UTM (universal testing machine) atau mesin tekan

 Pelaksanaan
 Langkah – langkah Pelaksanaan
 Untuk Uji Tekan (kubus)
 Letakkan benda uji pada dudukan, usahakan ditengah – tengah dudukan
 Kemudian uji tekan. Catat angka pada layar
 Setelah itu catat pada tabel.
 Untuk Uji Tekan (Silinder)
 Sebelum melakukan uji tekan pada sample, sampel (silinder) harus di caping*
terlebih dahulu.
Caping adalah melapis bagian silinder yang tidak rata agar pada percobaan uji
tekan, gaya yang di terima oleh permukaan penampang sama rata.
 Kemudiian letakan benda uji pada dudukan, usahakan di tengah-tengah
dudukan.
 Kemudian uji tekan. Catat angka pada layar Setelah itu masukan dalam tabel.
 Untuk Uji Tarik Lentur (Silinder)
 Masukkan benda uji pada alat penahan untuk menahan silinder.
 Kemudian letakkan pada dudukkan,usahakan ditengah-tengah dudukan
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

 Lalu uji tarik lentur.


 Catat angka pada layar
 Untuk Uji Tarik Belah (Balok)
 Letakkan benda uji pada dudukan sesuai dengan tanda yang di tandai pada
benda uji
 Letakkan plat pada benda uji sesuai dengan ukuran/tanda pada benda uji

 Setelah siap, lakukan pengujian


 Catat angka pada layar

Pembahasan
Menurut perhitungan pada percobaan 8, tegangan tekan rata – rata yang hendak
dicapai pada umur 28 hari adalah 250 km/m2 pada kenyatannya tekan rata –rata pada
umur 28 hari,baik menurut PBI 71 maupun rumus Branzon mendekati tegangan tekan
yang direncanakan. Dalam buku Reinforced Concrete Design karangan Chu Kia Wang
dan C. G. Salmon (hal. 9) dijelaskan bahwa faktor air semen adalah faktor paling utama
dalam menentukan kekuatan beton. Semakin sedikit faktor air semen, semakin tinggi
tegangan tekan yang akan dicapai. Tambahan air akan mempermudah pengerjaan beton,
tetapi mengurangi tegangan tekan beton.
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

PERHITUNGAN KUAT TEKAN BETON

P tkn
=
σ tkn
A

 Kubus 15x15x15
376300 Nt
UntukPtkn = 376.3 KNt Ptkn= = 16.72 Mpa
22500 mm2

377500 Nt
UntukPtkn = 377.5 KNt Ptkn= = 16.77 Mpa
22500 mm2

 Silinder d15 – t30


Untuk P = 232.6 KN = 232600 N
2 ×232600 465200
Fsp= = =7.46 N /mm2=7.46 MPa
π ×100 ×200 62381.85

Untuk P = 264.0 KN = 264000 N

2 ×264000 528000
Fsp= = =8.46 N /mm2 =8.46 MPa
π ×100 ×200 62381.85

Berdasarkan literatur , nilai praktis untuk padanan mutu beton antara PBI
dan SNI yaitu factor konversi benda uji kubus ke silinder : 0.83
Maka:
Kubus 1 = 16.72 Mpa
Fc’(silinder) = 16.72 ×0.83= 13.88 Mpa
Kubus 2 = 16.77 Mpa
Fc’(silinder) = 16.77 ×0.83= 13.92 Mpa
Rata-ratanya adalah : 13.898 Mpa
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

PERHITUNGAN KUAT TARIK BELAH BETON


Fsp = kuat tarik belah beton/Modulus Of split
P = gaya
D = diameter beton
L = panjang beton

2P
Fsp=
π⋅D⋅L

2× 48.3 ×1000 Nt
Fsp 1= =1.54 =1.54 MPa
π × 100 ×200 mm2

2× 52.5× 1000 Nt
Fsp 1= =1.67 =1.67 MPa
π × 100× 200 mm2

Fsp rata-rata = 1.61 Mpa


Persentase fsp terhadap fc’
1.61
= 27.768 = 0.06 =6 %

PERHITUNGAN KUAT TARIK LENTUR BETON


P1 P2
M = momen
I = inersia
τ = tegangan lentur
Pruntuh(1)= 12.0 KNt = 12000 Nt
Pruntuh(1)= 12.4 KNt = 12400Nt
a = 10 cm =100mm 5 cm 10 cm 10 cm 10 cm 5 cm

40 cm

M
Tegangan Lentur =
W
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Reaksi perletakan di titik b : Momen pada 0≤a≤10 m

∑Mb = 0 Ma= Ra . a

p p p
+Ra . 30 - . 20 - . 10 = 0 = .a
2 2 2

30Ra = p . 20 + p . 10 maka momennya adalah


2 2

30Ra = 20 p + 10 p = p .a
2 2 2

30Ra = 10p + 5p

30Ra = 15p

Ra= p
2

 Balok 10x10x50
Untuk P = 12.0 KN = 12000 N
P 12000
M= × a= ×100=600000 Nmm
2 2
1 1
I= ×b × h3= ×10 ×10 3=833.333 cm 4
12 12
1
× b ×h3
I 12 1 1
W= = = × b ×h 2= ×10 ×10 2=166.67 cm 3=166666.6667 mm3
y max 1 6 6
×h
2
M 600000
Tegangan Lentur= = =3.59 MPa
W 166666.6667

Untuk P = 12.4 KN = 12400 N

P 12400
M= × a= ×100=620000 Nmm
2 2
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

1 1
I= ×b × h3= ×10 ×10 3=833.333 cm 4
12 12

1
× b ×h3
I 12 1 1
W= = = × b ×h 2= ×10 ×10 2=166.67 cm3=166666.6667 mm3
y max 1 6 6
×h
2

M 620000
Tegangan Lentur= = =3.71 MPa
W 166666.6667

Tegangan lentur rata-rata = 3.655 MPa


 HASIL PERCOBAAN

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 7 HARI


Benda Uji Luas Tegangan Prediksi
Gaya
No Ukuran Penampang 7hari teg. 28 hari
Bentuk
[cm] [mm² ] [KN] [Mpa] (Mpa)
1 367.3 16.72 23.88
Kubus 15x15x15 22500
2 377.5 16.77 23.95

Rata-rata 372.4 16.75 23.92

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 7 HARI


BENDA UJI Prediksi
Tegangan
LuasPenampang Gaya Tegangan
NO Ukuran 7 Hari
Bentuk 28 hari
(cm)
(mm2) (KN) (Mpa) (Mpa)
361.80 23.07 35.49
1
silinder d15-t30 17662.5
428.13 27.30 42.00
2
394.97 25.19 38.75
Rata – Rata

Perbandingan rata-rata silinder terhadap kubus :

25.19
=1.504
16.75

Berdasarkan data yang dimiliki , Benda uji untuk pemeriksaan kuat tekan beton kubus ke
silinder , yaitu : 1.504
Maka:
Kubus rata-rata = 16.75
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Kubus silinder = 16.75 × 1.504 =25.192 Mpa

Maka didapat data:

Berdasarkan literatur kubus ke silinder adalah = 27.768 sedangkan berdasarkan data yang dimilki
adalah = 25.192

PENGUJIAN TARIK BELAH BETON UMUR 7 HARI


Benda Uji
Gaya Tegangan
No
Bentuk Ukuran
[KN] [Mpa]
36.09 3.54
1 Silinder 10d-t20
34.96 3.43
35.27 3.46

RATA-RATA 35.44 3.48

PENGUJIAN TARIK LENTUR BETON UMUR 7 HARI


Benda Uji Luas
Gaya Tegangan Momen
No Ukuran Penampang
Bentuk
[cm] (mm2) [KN] [Mpa] (Nmm)
1 68.30 6.70 0.651
Balok 10x10x40 166666.67

7.Kesimpulan.
 Kuat tekan rata-rata kubus 15x15x15 =33.42 Mpa
 Kuat tekan rata-rata silinder d15-t30 =25.19 Mpa
 Kuat tarik belah rata-rata silinder d10-t20 =3.48 Mpa
 Kuat tarik lentur balok 10x10x40 =6.70 Mpa
 Perbandingan kuat tekan berdarkan benda uji silinder dan kubus = 0.753
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

PERCOBAAN XII

HAMMER TEST

1.Tujuan

Memeriksa mutu beton tanpa merusak struktur beton

2. Bahan

Kolom dan balok ukuran minimal 200 x 200mm

3. Alat dan Bahan

Hammer Test type Schimdt

Pensil dan penggaris

Rebound curve

4.Pelaksanaan

1. Tentukan permukaan rata beton

2. Lukiskan 5 titik pengujian dengan plot 4 titik bujur sangkar dan 1 titik tengah

3. Tembakan hammer test pada 5 titik pengujian tadi secara tegak lurus

4. Hitung nilai pantulnya menggunakan rebound curve

5.Landasan Teori
Metode pengujian yang digunakan berdasarkan:

 SNI 03-4803-1998
 SNI 03-4430-1997
 ACI 228.1R-95
 ASTM C805/C805M-13a
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

6. Pembahasan

Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton. Disamping itu
dengan menggunakan metode ini akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif
singkat dengan biaya yang murah. Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan
beban impact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang
diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul
dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat
memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi, dapat memberikan pengujian ini
adalah jenis "Hammer". Alat ini sangat berguna untuk mengetahui keseragaman material
beton pada struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian dengan menggunakan alat ini
sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang singkat.
Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan beton, misalnya keberadaan
partikel batu pada bagian-bagian tertentu dekat permukaan.
Tanggal Uji : 3 November 2017
Jumlah Titik : 20 buah
Pemberi Tugas : Ir. Ronny Pandaleke, MT
Proyek : Rumah Sakit Kampus

Elemen Struktur Kolom Balok Tangga Plat Tangga


Sudut Pukulan 0o 90 o 45 o 90 o
( R )Nilai Pantul

1 45 46 51 44
2 43 50 51 42
3 53 51 48 42
4 44 48 49 45
5 44 52 49 44
R Maksimum 53 52 51 45
R Minimum 43 46 48 42
R rata-rata 45.8 49.4 49.6 43.4
Simpangan 4.08 2.4 1.5 1.3
Baku
Koefisian 8.90 4.8 3.05 3.09
Variasi
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Sketsa gambar:

Posisi Penembakan Hammer test

Plat
Balok Tangga

Kolom Tangga

Untuk menentukan perkiraan kuat mutu beton kedalam Mpa, maka digunakan grafik
hubungan Nilai Pantul dengan Nilai Mpa. Cara menggunakan Grafik ini adalah dengan
memplotnya sesuai dengan nilai pantul dan sudut pukulan.
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Table 1 Grafik Hubungan Nilai Pantul dengan nilai N/mm2

Berdasarkan grafik maka ditentukan perkiraan nilai MPa:


Elemen Kolom Balok Tangga Plat Tangga
Struktur
Sudut Pukulan 0o +90 o +45 o +90 o
Nilai MPa Nilai MPa Nilai MPa Nilai MPa
Pantul Pantul Pantul Pantul
1 45 58,5 46 54 51 63.5 44 50
2 43 54.5 50 61 51 63.5 42 46.5
3 53 74.5 51 63 48 60 42 46.5
4 44 56.5 48 58 49 61 45 52
5 44 56.5 52 64.5 49 61 44 50
MPa Rata-Rata 60.1 60.1 61.8 49

7.Kesimpulan

Perkiraan kuat tekan Kolom = 60.1 MPa


Perkiraan kuat tekan Balok = 60.1 MPa
Perkiraan kuat tekan Tangga = 61.8 MPa
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Perkiraan kuat tekan Plat Tangga = 49 MPa

PENUTUP
KESIMPULAN

 Modulus kehalusan pasir = 3.3 %


 Modulus kehalusan batu pecah = 6.9 %
 Warna larutam untuk percobaan NaOH pada nomor pebanding 2
Warna yang diperoleh untuk agregat halus mengandung sedikit zat organik dan
sebelum dapat digunakan sebagai campuran adukan beton, bahan harus di cuci
terlebih dahulu
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

 Kadar air agregat halus = 14.5%


 Kadar air agregat kasar = 1.3 %
 Spesifik grafity absorsi agregat halus
1. Bulk spesifik gravity OD = 2.163%
2. Bulk spesifik gravity SSD = 2.372%
3. Apparent spesifik gravity = 2.732%
4. Absorpsi maksimum = 9.625%

Spesifik grafity absorpsi agregat kasar


1. Bulk spesifik gravity OD = 2.667 gr
2. Bulk spesifik gravity SSD = 2.689 gr
3. Apparent spesifik gravity = 2.727 gr
4. Absorpsi maksimum = 0.830%

 Rerata keausan = 18.03 %


 Berat volume agregat kasar dengan cara rodding = 1.416 gr/cm3
 Berat volume agregat kasar dengan cara shoveling = 1.367 gr/cm3
 Berat volume agregat halus dengan cara rodding = 1.280 gr/cm3
 Berat volume agregat halus dengan cara shoveling = 1.224 gr/cm3
 Kadar lumpur agregat halus = 1.52 %
 Nilai slump diukur saat pengecoran = 8.5 cm
 Berat volume rerata sebelum direndam = 2.14675 kg/m3
 Karakteristik berat volume beton yang diujikan adalah beton transisi (Ringan-
normal).
 Kuat tekan beton rerata kubus (15x15x15) = 16.745 Mpa
 Kuat tekan rata-rata silinder d15-t30 = 7.96 Mpa
 Kuat tarik belah rata-rata silinder d10-t20 = 3.48 Mpa
 Kuat tarik lentur rata- rata balok 10x10x40 = 3.485 Mpa
 Perkiraan kuat tekan Kolom = 60.1 Mpa
 Perkiraan kuat tekan Balok = 60.1 MPa
 Perkiraan kuat tekan Tangga = 61.8 MPa
 Perkiraan kuat tekan Plat Tangga = 49 MPa

SARAN
1. Untuk setiap peserta praktikum hendaknya harus ada kerja sama yang
baik dalam melaksanakan praktikum dan juga kehadiran harus diperhatikan sebab
hasilnya nanti untuk kepentingan dan kebaikan kita bersama.
2. Dalam pengecoran sebaiknya agregat halus/pasir dilakukan pegayakan
kembali dan diperbaiki gradasinya sehingga masuk didalam syarat ASTM
3. Dalam pengecoran sebaiknya agregat kasar/batu pecah dilakukan
pengayakan kembali untuk mendapatkan hasil yang baik.
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

4. Untuk pekerjaan yang lebih teliti, dapat dibuat pengujian ( kuat tekan dan
kuat tarik lentur) pada umur beton yang berbeda, sehingga dapat diperoleh grafik
hubungan antara tegangan dan umur beton.

DOKUMENTASI
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

LAMPIRAN
KELAS
NO NAMA PERCOBAAN
ASTM SNI

1 Gradasi Bahan Batuan ASTM C.33-86 SNI 03-1968-1990


2 Zat Organik Pasir ASTM C.40  
3 Kadar Air   SNI 03–1971–1990
4 Berat Jenis dan Absorbsi Pasir ASTM C.128-1993 SNI 03-1970-1990
5 Berat Jenis dan absorbsi maksumum batu pecah ASTM C.127-1993 SNI 03-1969-1990
6 Ketahanan Aus dengan mesin Los Angeles ASTM C-131-55 SNI 03-2417-1991
7 Berat Satuan Pasir Dan Batu Pecah ASTM C-29-71 SNI 03-4804-1998
8 Kadar Lumpur Agregat Halus Dalam Presentasi Berat   SNI 03-4428-1997
9 Campuran Adukan Beton   SNI03-1750-1990
10 slump test   SNI 1972-2008
11 Kuat Tekan dan Kuat Tarik   SNI 03-4154-1996
Assisten Praktikum : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2017

Anda mungkin juga menyukai