FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
PERCOBAAN I
GRADASI BAHAN BATUAN
1. Tujuan
Menetapkan gradasi bahan batuan (pasir, batupecah)
2. Bahan
Agregat Halus (pasir)
Agregat Kasar (batu pecah)
4. Pelaksanaan
Bahan di keringkan pada temperatur 1000C sampai 1100C
Selama 1 menit bahan di ayak sampai tidak lebih dari 1% berat sisa melewati ayakan
Kemudian sisa – sisa dari ayakan tersebut ditimbang dengan ketelitian 0,1% dari
berat bahan sisa ayakan tersebut
1
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
5. Landasan Teori
Syarat modulus kehalusan berdasarkan berbagai spesifikasi :
Syarat ASTM C33-86 Agregat halus = 1,5-3,8 %
Syarat SNI S-04-1989-F Agregat halus = 1,5-3,8 %
Syarat SII 0052-80 Agregat halus = 2,5-3,8 %
Syarat ASTM C33-86 Agregat kasar = 6,0-7,1 %
Syarat SNI S-04-1989-F Agregat kasar = 6,0-7,0 %
Syarat SII 0052-80 Agregat kasar = 6,0-7,1 %
6. Pembahasan
A. AGREGAT HALUS
Syarat modulus butiran pasir menurut ASTM C 33-86 adalah 1,5 sampai 3,8 %.
Apabila dipakai ASTM maka bahan uji yang diperiksa harus memenuhi syarat
tersebut. Modulus kehalusan diperoleh dengan menjumlahkan persentase
kumulatif yang tertahan ayakan kemudian di bagi dengan 100.
(𝟎.𝟎𝟒+𝟖.𝟎𝟔+𝟑𝟕.𝟎𝟓+𝟕𝟗.𝟔𝟗+𝟗𝟔.𝟓𝟓+𝟗𝟗.𝟎𝟔)
𝐅𝐌 = = 𝟑. 𝟏𝟕𝟒𝟓
𝟏𝟎𝟎
2
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
60
50
40
30
20
10
0
0.07 0.15 0.30 0.60 1.19 2.38 4.76 9.5312.719.1
Ukuran Saringan ( mm )
B. AGREGAT KASAR
Bahan yang diperiksa seluruhnya harus berada di daerah syarat ASTM. Grafik
pada lampiran berikut ini terlihat bahwa material berada pada daerah yang
memenuhi syarat ASTM. Cara menghitung modulus kehalusan (Feneness Modulus)
untuk agregat kasar ini yaitu diperoleh dengan menjumlahkan persentase kumulatif
yang tertinggal di atas ayakan ditambah dengan angka 400 dan hasilnya dibagi
dengan angka 100.
Catatan angka 400 diperoleh dari ayakan yang ukurannya kelipatan setengah dari
ayakan 2,36 mm yaitu 1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm yang tidak kita pakai
(4 x 100 % = 400 %)
3
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
Tabel 2. GradasiAgregatKasar
Berat Tertahan % Tertahan Presentase
Ukuran Ayakan
Pada Setiap Kumulatif Diatas Diatas Lolos
Ayakan Ayakan Ayakan Ayakan
60
50
40
30
20
10
0
0.07 0.15 0.30 0.60 1.19 2.38 4.76 9.52 12.719.05
Ukuran Saringan ( mm )
4
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
B. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan, diambil kesimpulan bahwa :
a. Grafik gradasi menunjukan ada beberapa persentasi agregat lolos ayakan yang tidak
sesuai dengan syarat ASTM (Pan yang seharusnya 0%, kami dapat 0.152%). Lalu
diambil nilai rata-rata, agar persentasi agregat lolos ayakan semuanya masuk dalam
syarat ASTM.
b. Modulus kehalusan untuk agregat halus(pasir), agregat kasar(batu pecah)
memenuhi spesifiksi syarat ASTM C33-86, SK SNI S-04-1989-F dan SII 0052-80 dan
agregat dapat digunakan sebagai bahan campuran.
c. Persen lolos kumulatif agregat halus ukuran ayakan nomor 30 di peroleh 20.31%,
ayakan nomor 50 diperoleh 3.45% dan ayakan nomor 100 diperoleh 0.94%
sedangkan syarat ASTM untuk persentase lolos ayakan nomor 30 adalah (25-60)%,
untuk persentase lolos ayakan nomor 50 adalah (5-30)% dan untuk persentase lolos
ayakan nomor 100 adalah (2-10)%
5
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
PERCOBAAN II
1. Tujuan
menentukan zat organik yang ada dalam agregat halus (pasir)
3. Pelaksanaan
a. Pasir di ambil130 cm3.
b. Kemudian pasir tersebut di keringkan dalam oven pada suhu 105oC selama24
jam
c. Setelah 24 jam pasir di keluarkan dari dalam oven, angin –anginkan guna untuk
mendinginkannya
d. 130 cm3 pasir kering di masukkan dalam gelas ukur (350 cc)
e. Di tuangkanNaOH 3% dalam gelas ukur sampai isi keseluruhannya mencapai 200
cc.
f. Gelas ukur yang berisi NaOH 3% dan 130 cm3 pasir di kocok selama 15 menit,
kemudian biarkan selama 24 jam
g. Setelah 24 jam cek warna cairan di atas pasir pada organic plate kemudian catat
dalam tabel pengamatan
4. Landasan Teori
NaOH 3% secara kimiawi mengadakan reaksi/pengikatan terhadap zat-zat organik
yang terkandung dalam pasir. Hasil reaksi pengikatan ini menyebebkan warna
larutan berubah warna. Warna yang timbul bisa berwarna bening, kuning muda dan
kuning tergantung pada zat organic yang tergantung di dalam pasir. Semakin banyak
6
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
jumlah zat organic, warna larutan akan bertambah tua. Untuk menentukan zat
organic dalam pasir, terdapat dalam warna standar, yaitu :
5. Hasil Pengamatan
Tabel.3 Zat Organik Dan Persentase Endapan
Sampel
No. Parameter
Volume (mL)
1 Jumlah Contoh Agregat Halus (A) 130
2 Jumlah Larutan + Agregat Halus 200
3 Jumlah Endapan (B) 5.2
4 Persentase Endapan Lumpur (B)/(A)*100% 4
5 Warna Larutan Nomor Pembanding 3
6. Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh dengan menggunakan alat tintometer warna larutan
diatas pasir sama dengan no.3 atau secara kasar mata berwarnakuning kecoklatan.
7
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
Dari hasil warna yang diperoleh dapat disimpulkan agregat halus (pasir)
mengandungzat organik dengan jumlah normaldandapatdigunakan sebagai campuran
adukan beton, namun bahan harus dicuci terlebih dahulu.
PERCOBAAN III
KADAR AIR
1. Tujuan
Menentukan kadar air yang terkandung dalam material (agregat kasar maupun halus)
2. Bahan :
Agragat kasar (Batu pecah)
Agregat halus (pasir)
3. Alat :
Timbangan
Oven (alat pengering)
4. Pelaksanaan
Agregat halus diambil ±1000gram dan agregat kasar± 2500 gram.
Kemudian bahan dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC sampai 105oC, selama 24
jam
Setelah 24 jam bahan dikeluarkan dari oven kemudian dianginkan-anginkan lalu
ditimbang
5. Landasan Teori
Kadar air asli adalah jumlah air yang terkandung didalam material (pasir atau batu
pecah). Dengan mengetahui kadar air yang tekandung didalam material, maka dapat
dihitung kemungkinan penyerapan air yang akan terjadi pada saat proses pencampuran
dilakukan. Sehingga dalam menentukan jumlah air yang akan dipakai. Air yang
berlebihan dalam suatu campuran akan memengaruhi kekuatan, daya tahan dari suatu
beton. Keadaan kandungan air yang paling baik yaitu keadaan SSD (Saturated Surface
Dry). Dalam hitungan campuran adukan beton di pakai berat satuan pasir (SSD) karena
tidak menambah ataupun mengurangi jumlah air kedalam campuran.
Syarat ASTM kadar air untuk agregat halus(pasir) = 2-5 %
8
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
6. Hasil Percobaan
Tabel 4.Kadar Air Agregat Halus (Pasir)
Sampel
No. Parameter Satuan
1
1 Berat Agregat Alami (A) 1000 gr
2 Berat Setelah Oven Dry (B) 919.9 gr
3 Kadar Air (A-B)/(B)*100% 8.7074 %
Sampel
No. Parameter Satuan
1
1 Berat Agregat Alami (A) 2500 gr
2 Berat Setelah Oven Dry (B) 2485.9 gr
3 Kadar Air (A-B)/(B)*100% 0.5672 %
6. Kesimpulan
Air yang berlebihan dalam suatu campuran akan mempengaruhi kekuatan, daya tahan
dari suatu beton.
Keadaan kandungan air yang paling baik yaitu keadaan SSD (Saturated Surface Dry).
Dalam hitungan campuran adukan beton dipakai berat satuan pasir (SSD) karena tidak
menambah ataupun mengurangi jumlah air kedalam campuran.
Kadar air agregat halus(pasir) yang didapat 13.6493%. hasilnyatidak masuk dalam
spesifikasi ASTM (2-5%)
Kadar air Batu Pecah yang didapat 0.5672%. Hasilnya masuk dalam spesifikasi ASTM
(0,5-2%)
Artinya hanya agregat kasar pada percobaan ini dapat digunakan dalam campuran
adukan beton.
9
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
PERCOBAAN IV
1. Maksud
Menetapkan :
Berat jenis “bulk”
Berat jenis “bulk-SSD”
Absorbsi
2. Bahan
Agragat Halus (pasir) 1000gram
3. Alat
Timbangan
Cetakan kerucut
Tongkat tusuk
Pan atau baki
Piknometer
4. Pelaksanaan
Pasir 1000 gram di keringkan dalam oven pada temperatur 100oC sampai 110oC
selama 24 jam.
Setelah 24 jam pasir dikeluarkan dari oven dan direndam dengan air dan selama 24
jam.
Setelah direndam selama 24 jam, pasir di letakkan di ataskoran untuk mempercepat
proses sampai pasir kering permukaan (sampai SSD), gunakan alas koran yang kering
bergantian apabila koran sebelumnya sudah mulai basah agar koran tidak sobek
sehingga mempercepat proses kering permukaan.
Pasir kemudian dituang ke dalam cetakan berbentuk kerucut dan ditusuk dengan
tongkat sebanyak 25 kali tapi tongkat tusuk harus jatuh bebas, kemudian cetakan
kerucut tersebut di angkat perlahan, apabila masih berbentuk kerucut, pasir masih
harus di keringkan sampai keadaan SSD (jenuh air kering permukaan) . Bila pasirnya
berbentuk bekas kerucut yang menurun puncaknya maka keadaan SSD telah dicapai.
10
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
5. Landasan Teori
SSD (Saturated Surface Dry) atau jenuh air kering permukaan merupakan suatu
keadaan yang ideal dimana agregat tidak dapat menyerap air lagi. Tanpa suatu
lapisan air terbentuk pada permukaannnya. Pada keadaan ini agregat tidak dapat
menyerap air. Bilamana suatu batu yang basah secara berangsur-angsur
dikeringkan, akan tercapai suatu tingkatan saat basah yang terjadi pada permukaan
tetapi batu itu masih jenuh air oleh karena air yang dihisapnya.
Syarat ASTM untuk berat jenis Agregat halus = 1,6-3,0%
Syarat ASTM untuk absorpsi maksimum =4%
11
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
6. Hasil Pengamatan
Sampel
No. Parameter Satuan
1
12
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
7. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan diatas diperoleh:
Berat jenis untuk Bulk Specific Gravity OD adalah 2.057gr/cm3, Bulk Specific
Grafity SSD adalah 2.279gr/cm3, dan Apparent Specific Grafity adalah 2.643
gr/cm3.Dengan absorbsi maksimum sebesar10.766%.
Hasil percobaan diatas menunjukan bahwa semua nilai berat jenis (bulk
specific gravity) termasuk dalam spesifikasi ASTM (1,6-3,0%). Artinya agregat
memiliki berat jenis yang baik.
Hasil percobaan menunjukan absorpsi maksimum tidak termasuk spesifikasi
ASTM (hasil percobaan 10.766% , sedangkan syarat ASTM 4%) Ini berarti
agregat yang diuji memiliki daya serap atau absorpsi yang sangat tinggi.
13
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
PERCOBAAN V
1. Tujuan
Menetapkan :
Berat jenis “bulk”
Berat jenis “bulk-SSD”
Berat jenis tampak
Absorbsi
2. Bahan
Batu pecah
3. Alat
Timbangan
Keranjang kawat
Ember, “sample splitter”
Oven pengering
4. Pelaksanaan
Ditetapkan banyaknya jumlah agregat kasar ±5000 gramdan buang bahan yang
melewati ayakan No.4.
Kemudian agregat kasar tadi di cuci sampai bersih, atau air cucian sampai terlihat
bening.
Kemudian dikeringkan dalam oven pengering pada 100oC – 110oC selama 24 jam.
Setelah itu direndam dalam air selama 24 jam.
Kemudian agregat dijadikan SSD (semua dilap dengan kain lap/ kain) = jenuh air
keringpermukaan.
Agregat ditimbang sampai ketelitian 0,50 gram.
Lalu dimasukkan dalam keranjang kawat lali tombang beratnya terendam dalam air.
Agregat dikeringkan lagi dalam oven pada 100oC – 110oC selama 24 jam
Setelah 24 jam agregat dikeluarkandari dalam oven, kemudian diangin-anginkan.
Lalu timbang bahannya.
14
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
5. Landasan Teori
Maksud SSD diatas supaya pori tertutup dan benda uji terisi sepenuhnya dengan air dan
permukaan batuan kering supaya volume pori tertutup dapat dihitung.
Syarat ASTM untuk berat jenis agregat halus = 1,6-3,0 %
Syarat ASTM untuk absorpsi maksimum = 4%
6. Hasil pemeriksaan
Tabel 7.Berat Jenis Dan Absorbsi Maksimum Agregat Kasar (Batu pecah)
Sampel
No. Parameter Satuan
1
7. Kesimpulan
Hasil pemeriksaan diatas menunjukan bahwa tidak terjadi kekurangan berat
yang besar antara batu pecah mula-mula dengan berat uji setelah dioven
selama 24 jam.
Hasil percobaan diatas menunjukan bahwa semua nilai berat jenis (bulk
specific gravity) termasuk dalam spesifikasi ASTM (1,6%-3,0%). Artinya
agregat memiliki berat jenis yang baik.
Absorpsi maksimum batu pecah1.928% hasil ini menunjukan bahwa absorbsi
maksimum termasuk dalam spesifikasi ASTM (4%).
15
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
PERCOBAAN VI
1. Tujuan
Menetapkan ketahanan terhadap keausan batu pecah
2. Bahan
Batu pecah
3. Alat
Mesin los angeles
Ayakan
Timbangan
Oven
Bola-bola baja (6 bola besar dan 5 bola kecil)
4. Pelaksanaan
Pilihlah bola-bola pengaus sesuai daftar berikut :
Jumlah Bola
Kelas Berat Semua Bola Jumlah Putaran
Total Besar Kecil
A 12 6 6 5000 25 500
B 11 5 6 4584 25 500
C 8 4 4 3330 25 500
D 6 3 3 2500 25 500
E 12 - - 5000 25 1000
F 12 - - 5000 25 1000
G 12 - - 5000 25 1000
16
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
Tetapkan kelas dan jumlah berat dari kerikil/kericak menurut daftar berikut :
Lewat
Sisa Pada Ayakan
Ayakan A B C D E F G
(inci)
(inci)
3 2½ - - - - 2500*) - -
2½ 2 - - - - 2500*) - -
2 1½ - - - - 5000*) 5000*) -
1 ¾ 1250 - - - - - 5000*)
¾ ½ 1250 2500 - - - - -
3/8 ¼ - - 2500 - - - -
¼ No. 4 - - 2500 - - - -
Bahan dikeringkan (yang harus bersih) dalam tungku pada 1050C-1100C sampai berat
tetap
Bahan didinginkan, kemudian dimasukandalam mesin los angeles
Jumlah putaran di tentukan 500 kali
Setelah itu bahan dikeluakan dan diayak pada ayakan no.12
Seluruh bahan yang tersisa pada ayakan no.12 dicuci dan dikeringkan dalam oven pada
suhu 1050C-1100C sampai berat tetap
Kemudian presentase aus dari berat awal dan berat bagian yang tertahan (sisa pada
ayakan >no.12) dihitung
17
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
5. Landasan Teori
Presentasi aus/kehilangan berat yang ditetapkan ASTM tidak boleh lebih dari 50 %,
sehingga contoh bahan tersebut memenuhi syarat sebagai bahan campuran beton.
6. Hasil pengamatan
Tabel 8.Keausan Agregat Kasar Dengan Mesin Los Angeles
Beratagregat : 2500 (3/4”-1/2”) + 2500 (1/2”-3/8”) [gr]
Jumlah bola : 11 (6 bola besar dan 5 bola kecil) [buah]
Berat total bola : 4554.4[gr]
Jumlahputaran :500
Sample
No. Parameter Satuan
1
7. Kesimpulan
Dari percobaan didapat rata-rata aus adalah 18.4427% jadi batu pecah tersebut dapat
digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan beton.
18
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
PERCOBAAN VII
BERAT SATUAN PASIR DAN BATU PECAH
1. Tujuan
Menetapkan berat satuan (berat jenis menyeluruh) dari pasir dan batu pecah
2. Bahan
Pasir
Batu pecah
3. Alat
Timbangan
Tongkat tusuk
Wadah takar (pada percobaan ini kami menggunakan wadah berbentuk silinder 22
x t 24.5 untuk pasir dan 22 x t 28 untuk batu pecah)
4. Pelaksanaan
Cara Pemadatan
Wadah-takar kosong dan penuh berisi air ditimbang.
Kemudian, wadah-takar diisi dengan agregat halus (kering udara) dalam 3 (tiga)
lapisan sama tebal, tiap lapisan ditusuk-tusuk dengan tongkat tusuk 25 kali
(rodding). Dengan tahap bentuk yaitu X + O X
Kemudian, permukaan bahannya diratakan dengan tangan atau mistar.
Kemudian, wadah-takar yang berisi bahannya ditimbang.
Kemudian, wadah-takar dikosongkan dan diisi kembali dengan agregat kasar.
Kemudian, permukaan bahannya diratakan dengan tangan dan mistar.
Kemudian, wadah-takar yang berisi bahan ditimbang.
Catatan :
- Ketelitian timbangan sampai 0,5% dari berat bahan yang ditimbang.
- Tongkat tusuk dari baja dengan 3/8”, panjang 24” dan ujung tusuk berupa
setengah bola 3/8”
Cara Gembur
Langkah kerjanya hampir sama degan cara pemadatan tapi tidak ditusuk-tusuk
dengan tongkat tusuk dan bahan diisi tidak dengan tiga tahap tapi diisi sekaligus
sampai penuh lalu di ratakan
- Cara rodding digunakan untuk bahan batuan dengan ukuran maksimum butir
2” atau kurang.
- Cara shoveling untuk bahan batuan dengan ukuran maksimum butir 4” atau
kurang.
19
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
5. Landasan Teori
Dari hasil pemeriksaan terlihat bahwa pengukuran berat satuan yang dilakukan
dengan cara rodding hasilnya lebih besar jika dibandingkan dengan cara
shoveling. Hal ini disebabkan karena pada cara rodding akibat tusukan-tusukan
oleh tongkat tusuk, pori-pori akan terisi lebih banyak butiran, maka berat
satuannya menjadi lebih besar.
Jumlah butiran yang mengisi pori-pori akibat tusukan, dipengaruhi oleh gradasi
bahan, bentuk muka dan bentuk butirannya.
6. Hasil pengamatan
Sampel
No. Parameter Satuan
1
Cara Pemadatan(Rodding)
Cara Gembur(Shoveling)
20
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
Sample
No. Parameter Satuan
1
Cara Pemadatan(Rodding)
Cara Gembur(Shoveling)
7. Kesimpulan
Dalam pengujian ini, cara rodding memberikan hasil yang lebih besar dari pada cara
shoveling. Hal ini dikarenakan adanya pemadatan dengan cara penusukan.
Pada agregat halus, berat satuan cara rodding = 1.308, cara shoveling = 1.231
Pada agregat kasar, berat satuan cara rodding = 1.495, cara shoveling = 1.407
Nilai berat satuan dapat digunakan untuk mengubah perbandingan berat.
Pengaruh tusukan/pemadatan bisa memengaruhi kepadatan, berarti bisa menambah
kekuatan beton
21
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
PERCOBAAN VIII
KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
DALAM PERSENTASE BERAT
1. Maksud
Untuk membandingkan berat kering oven agregat halus sebelum dicuci dan berat
kering oven agregat halus setelah dicuci
2. Bahan
Pasir 500 gr
Air
3. Alat
Ayakan No. 100
Oven
4. Pelaksanaan
Pasir dimasukan ke dalam oven; selama 24 jam pada temperature1100 c.
Kemudian, pasir kering oven ditimbang sebelum dicuci sebanyak 500 gram.
Kemudian, agregat halus kering oven dicuci dengan air diatas ayakan no.200
Kemudian, kering oven agregat halus dicuci terus menerus sampai air cucian yang
tadinya berwarna kuning kecoklatan (keruh),menjadi jernih.
Kemudian, setelah dicuci masukkan kedalam oven dan dibiarkan selama 24 jam (1
hari)
Kemudian, pasir halus kering oven tadi dikeluarkan dari oven lalu ditimbang dan
catat beratnya
5. Landasan Teori
Berat kering oven agregat halus sebelum dan sesudah dicuci akan mengalami
perubahan berat.Pada umumnya setiap pasir yang belum dicuci pasti mengandung
lumpur. Sehingga berat sebelum dan sesudah dicuci pasti akan berbeda, dengan kata
lain dapat dikatakan kadar lumpur dapat memengaruhi berat dari agregat halus.
Spesifikasi Syarat ASTM dimana kadar lumpur maksimum agregat halus yaitu <5%.
22
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
6. HasilPemeriksaan
Parameter
No Sampel Satuan
1 Berat Oven Dry Sebelum di Cuci (A) 500 gr
2 Berat Oven Dry Setelah di Cuci (B) 488.2 gr
3 Kadar Lumpur (A-B)/(B)*100 2.417 %
7. Kesimpulan
Dari tabel hasil pengamatan diatas diperoleh kadar lumpur sebesar 2.417 % dan
memenuhisyarat ASTM (<5%).
23
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
PERCOBAAN IX
CAMPURAN ADUKAN BETON
1. Tujuan
Menentukan campuran adukan beton yang dapat dikerjakan (workable)
Menentukan nilai slump.
Menetapkan jumlah air yang keluar pada awal.
2. Bahan
Semen Portland
Pasir
Batu pecah
Air
3. Alat
Corong kerucut Abrams guna penetapan “slump”
Cetakan-cetakan silinder, kubus, dan balok
molen (mesin mengaduk)
Ropol dan mesing penggetar
Ember
Besi penusuk
4. Pelaksanaan
Pasir dan batu pecah disiapkan (pasir dan batu pecah yang di pakai adalah sampel
yang telah digunakan saat percobaan kadar air)
Semen Portland (SP), pasir dan batu pecah di timbang sesuai dengan kebutuhannya,
lalu menyiapkan air sesuai dengan jumlah sesuai dengan faktor air semen.
Pasir dan batu pecah di masukkan dalam mesin aduk kemudian mesin di nyalakan,
setelah tercampur maka di masukkanlah Semen Portland (SP) ke dalam mesin lalu
mesin dinyalakan kembali sampai semua bahan tercampur dengan baik. Lalu
masukkan air, tapi masukkan bertahap agar kita dapat dengan mudah mengontrol
nilai slumpnya
Tuangkan campuran dalam corong kerucut Abrams, dan kemudian di tusuk degnan
besi penusuk 25 kali pada muka atas campuran (dalam 3 lapisan, tiap lapisan di tusuk
25 kali)
Corong kerucut kemudian di angkat perlahan-lahan. Corong kerucut kemudian di
balik mendekati campuran dan di ukur perbedaan tinggi antar corong dan campuran
untuk menentukan nilai “slump”-nya (target nilai slump 75 -100 mm)
24
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
Jika nilai yang di dapat kurang dari target yang di tentukan, campuran di kembalikan
dalam mesin aduk untuk di aduk kembali sambil di tambahkan air ke dalam
campuran untuk menambah keencerannya sedikit demi sedikit lalu mengulang
langkah ke 4 danke 5 di atas (langkah ini dilakukan jika nilai slump masih belum
mencapai target)
Cetakan silinder, Kubus dan balok di siapkan kemudian diisi dengan campuran dari
mesin aduk (yang telah di control nilai slumpnya). Masing-masing cetakan diisi
campuran secara berkala dalam beberapa lapisan sesuai dengan cetakan yang
dipakai dimana tiap lapisan di tusuk sebanyak 25 kali sebelum memasukkan lapisan
yang baru
Setelah 24 jam campuran dikeluarkan dari cetakkan kemudian masing-masing di
timbang. Kemudian hasil timbangan dari campuran setiap cetakkan masing-masing
dicatat
Lalu setiap campuran hasil cetakkan diletakkan dalam air sampai air permukaan
menutupi benda-benda tersebut
Slump (mm)
Jenis Konstruksi Maksimum Minimum
Dinding Pondasi 75 25
Sumuran, Dinding Sumuran 75 25
Balok, Dinding 100 25
Kolom 100 25
Perkerasan, Lantai 75 25
Beton Dalam Jumlah Besar 50 25
25
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
a = ukuran maksimum
C =jarakbersihantartula
26
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
Kebutuhan Air dan Kandungan Udara untuk Jenis Beton tanpa Air – Entrained
Slump = 7,5-10 cm
Uk. Maks.Agregat Kasar = 19,0mm
Rencana Air Adukan = 205 kg/m3
Volume udara = 2% =0,02
d) Pemilihan faktor air semen (w/c)
Kekuatan tekan beton dipengaruhi oleh faktor air semen, disamping itu jenis agregat
dan semen yang digunakan.
27
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
Semakin kecil modulus kehalusan pasir makin besar ukuran maksimum agregat kasar,
makin besar volume agregat kasar . Berat agregat kasar per satuan m3 = volume dari
tabel diatas, dikalikan dengan berat volume kering. Berat agregat kasar kondisi SSD
adalah berat kering ditambahkan absorsi.
Perhitungan Balok
Ukuran balok : 10 x 10 x 40cm
Jumlah balok : 1 buah
Volume 1 balok : 0.004 m3
28
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
Perhitungan Silinder
Ukuran silinder : r = 0.075 m; t = 0.30 m
Jumlah silinder : 2 buah
Volume 1 silinder : 3.14 x (0.075)2 x 0.30
: 0.0053 m³
Volume 2 silinder : 0.0106 m3
Volume total
Kubus, Silinder, Balok : 0.010125 + 0.004 + 0.0106 + 0.00471
: 0.029433m³
Untuk Keamanan : 0.029433 + 15% (0.029433)
: 0.033848m³
Untuk pengecoran (demi keamanan jika ada sisa beton pada molen, tercecer, atau
tahan air) maka diambil nilai 1.15 kali.Sehingga volume perencanaan menjadi :
0.033848 m3
6. Pembahasan
a. Perbandingan berat
Perbandingan berat adalah jumalh bahan-bahan campuran yang dipakai untuk
bahan campuran adukan beton berdasarkan ukuran berat. Sehubungan dengan
hal diatas ini, dapat kita lihat ketentuan-ketentuan menurut PBI 1971 sebagai
berikut:
- Untuk mutu beton K175 dan mutu lainnya yang lebih tinggi, jumlah semen
dari 2,5%, juga harus di pakai campuran yang direncanakan.
- Dalam melaksanakan pembuatan beton, jumlah semen minimum dan factor
air semen maksimum yang dipakai harus disesuaikan dengan keadaan
disekelilingnya. Dalam hal ini dianjurkan untuk memakai nilai-nilai yang
tercantum dalam tabel 4..3.4. hal. 37(PBI 1971) pasal 4.4 ayat 4 hal. 36. Ini
berarti bila semen diambil dam ukuran berat, maka untuk bahan
lain(pasir,batu pecah dan air) harus pula diambil dalam ukuran berat.
29
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
b. Perbandingan volume
Perbandiangan volume adalah perbandingan jumlah bahan campuran yang
dipakai berdasarkan isi. Sehubungan dengan hal ini, maka PBI 1971 di cantumkan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
- Beton kelas III adalah beton untuk pengerjaan strukturil ddimana, dipakai mutu
beton dengan kekuatan karakteristik yang tinggi dari 225 kg/cm2. Pelaksanaannya
memerlukan kealihan khusus dan harus dilakukan dibawah pimpinan tenaga-
tenaga ahli .disyaratkan adanya laboratorium beton dengan tenaga ahli yang dpat
melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu. Mutu beton kelas III
dinyatakan dengan huruf K dengan angka dibelakang yang menyatakan kekuatan
karakteristik beton yang bersangkutan.
- Untuk beton K175 dan mutu-mutu lainnya yang lebih tinggi harus dipakai
campuran beton yang direncanakan. Yang diartikan dengan campuran beton yang
direncanakan adalah campuran yang dapat dibuktikan dengan data otentik dari
pengalaman-pengalaman pelaksanaan beton diwaktu yang lalu dengan data dari
percobaan-percobaan pendahuluan, bahwa kekuatan karakteristik yang
disyaratkan dapat dicapai.
Bahan batuan (pasir dan batu pecah) dibuat menjadi SSD (Jenuh air kering
permukaan), dimaksudkan agar sewaktu-waktu pengadukan bahan batuan dan
semen serta air, bahan batuan tidak lagi dapat menghisap air, berarti campuran
itu tidak lagi kekurangan air. Bila agregat dalam keadaan kering, akan terjadi
absorbsi, sehingga faktor air semen akan berbeda dengan FAS yang direncanakan
sehingga mengakibatkan beton menjadi kurang sempurna
Faktor air semen adalah perbandingan jumlah air terhadap jumlah semen. Faktor
ini berpengaruh pada sifat-sifat sebagai berikut :
- Workability dari beton (sifat dapat dikerjakan), didapat dari sifat
lumaspasta(campuran air dan semen), yang dipengaruhi derajat keenceran
pastanya.
- Kekuatan beton terbatas oleh kekuatan agregat yang umumnya lebih kuat
dari pastanya.
30
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
- Permeabilitas (sifat tembus air) beton tergantung dari kualitas dan kuantitas
pastanya, karena sedikit saja air yang dapat melintasi agregat, baik oleh
karena tekanan maupun kapasitas.
- Susut pengerasan beton terutama disebabkan oleh pastanya, karena bahan
batuan tidak mengalami susut pengerasan.
- Kualitas pasta memengaruhi kekuatan struktur, jadi lekatan antara butir-butir
sangat menentukan keawetan.
- Bila faktor air semennya besar, maka semakin cair pastanya, sehingga
semakin jauh jarak butir semen, semakin lemah struktur pasta semen pada
setiap tingkat hidrasi.
- Semakin mudah air ditekan menembus betonnya.
Pada keadaan serba sama, kekuatan beton yang telah mengeras berbanding
terbalik dengan faktor air semen yang digunakan dalam adukan.
Pengaruh Nilai Slump
Slump ialah penurunan beton yang dilakukan dengan percobaan kerucut
Abrams. Besarnya nilai slump tergantung pada kekentalan (keplastisan).
Keplastisan adukan beton tergantung pada :
a) Jumlah air campuran
b) Jenis dan jumlah semen
c) Jenis, jumlah, variasi besar butiran (gradasi), bentuk dan struktur batuan.
d) Penggunaan pembantu.
Keplastisan adukan beton harus disesuaikan dengan :
Cara transfer (dari tempat adukan/campuran ke tempat pekerjaan)
a) Jenis konstruksi kerapatan dari tulangannya.
b) Kerapatan dari tulangannya.
a) terpenuhi.
31
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
6. Kesimpulan
Nilai Faktor Air Semen (FAS) ikut menentukan kekentalan adukan serta memengaruhi
kekuatan beton
Bleeding dapat menyebabkan terjadinya pori-pori dan rongga pada beton
32
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
33
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
34
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
Lebar : 50 cm
AGREGAT KASAR
Berat = 902.088 kg
Berat volume = 1495 kg/m3
902.088 kg
Volume = = 0.603 m3
1495 kg/ m3
P × l × t= 0.603 m3
0.603 m3
Maka, t1 = = 2.412 m
0.5 m ×0.5 m
AGREGAT HALUS
Berat = 597.588 kg
Berat volume = 1231 kg/m3
597.588 kg
Volume = = 0.485 m3
1231 kg/m3
P × l × t= 0.566 m3
0.485 m3
Maka, t1 = = 1.94 m
0.5 m ×0.5 m
V1 =1 m3; t1 = 1.94m ; V2 = 0.033848 m3
Gunakan rumus perbandingan t2/t1 = V2/V1
Maka, t2=(1.94 m × 0.033848m3) / 1 m3 = 6.566 cm
35
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
436.1702 kg
Semen = = 0.1385m3
3150 𝑘𝑔/𝑚3
902.088 kg
Kasar= = 0.6034m3
1495 kg/ m3
597.588 kg
Pasir = = 0.4854m3 Keterangan :
1231 kg/m3
Vs = volume perbandingan semen
50 kg
Maka volume untuk 1 sak semen : V = =0.01587 m3
3150 𝑘𝑔/𝑚3
𝟎.𝟎𝟏𝟓𝟖𝟕𝐦𝟑
m × n × ts = 0.01587 m3 :: ts =
𝐦×𝐧
tp = ts × vp
tk = ts × vk
36
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
contoh :
Fc’ = 35 Mpa
436.17
Semen = 436.17 kg = = 8.72 sak
50
597.588
Pasir = 597.588 kg = = 72.88 kg
8.2
902.088
kerikil = 902.088kg = = 110.01 kg
8.2
PERCOBAAN X
37
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
1. Maksud
Mengetahui berat volume beton serta rendaman beton untuk perawatan beton
2. Benda Uji
Kubus 15x15x15 cm 2 buah
Silinder d15 xt30 cm 2 buah
Silinder d10 x t20 cm 2 buah
Balok 10x10x50 cm 2 buah
3. Alat
Timbangan
4. Pelaksanaan
Sebelum semua beton direndam, terlebih dahulu ditimbang dan catat berat masing-
masing beton.
Kemudian, direndam semua bagian beton dengan air sampai semua bagian beton
tertutup air
Masa perendaman selama 6 hari
Kemudian, setelah 6 hari, beton yang direndam tadi diangkat dan dikeringkan
dengan cara di angin-anginkan selama 24 jam
5. Hasil percobaan
38
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
10.70 2.019
2 Silinder(besar) d15-t30 5.298 10.68
2.015
3.20 2.038
3 Silinder(kecil)
d10-t20 1.57 3.16 2.012
8.12 1.624
4 Balok 10×10×40 5
8.06 1.612
Berat Volume rata-rata 1.919
6. Kesimpulan
Berat volume beton umur 1 hari ≈ 1.919 kg/L
PERCOBAAN XI
39
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
1. Maksud
Untuk mengetahui kuat tekan beton,tarik lentur beton dan tarik belah beton
2. Bahan
3. Alat
Timbangan
UTM (universal testing machine) atau mesin tekan
4. Pelaksanaan
40
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
Letakkan benda uji pada dudukan sesuai dengan tanda yang di tandai pada
benda uji
Letakkan plat pada benda uji sesuai dengan ukuran/tanda pada benda uji
Setelah siap, lakukan pengujian
Catat angka pada layar
5.Pembahasan
Menurut perhitungan pada percobaan 8,tegangan tekan rata – rata yang hendak
dicapai pada umur 28 hari adalah 250 km/m2 pada kenyatannya tekan rata –rata pada
umur 28 hari,baik menurut PBI 71 maupun rumus Branzon mendekatitegangan tekan
yang direncanakan.Dalam buku Reinforced Concrete Design karangan Chu Kia Wang dan
C. G. Salmon (hal. 9) dijelaskan bahwa faktor air semen adalah faktor paling utama
dalam menentukan kekuatan beton. Semakin sedikit faktor air semen, semakin tinggi
tegangan tekan yang akan dicapai. Tambahan air akan mempermudah pengerjaan
beton, tetapi mengurangi tegangan tekan beton.
41
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
𝑃𝑡𝑘𝑛
𝜎𝑡𝑘𝑛 =
𝐴
Kubus 15x15x15
597300 𝑁𝑡
UntukPtkn = 597.3KNt 𝑃𝑡𝑘𝑛 = 22500𝑚𝑚2 = 26.546 Mpa
573800𝑁𝑡
UntukPtkn = 573.8 KNt 𝑃𝑡𝑘𝑛 = 22500𝑚𝑚2 = 25.502Mpa
Silinder d15xt30
413500 𝑁𝑡
UntukPtkn = 413.5 KNt 𝑃𝑡𝑘𝑛 = 17662.5𝑚𝑚2 = 23.41Mpa
422300𝑁𝑡
UntukPtkn = 422.3 KNt 𝑃𝑡𝑘𝑛 = 17662.5𝑚𝑚2 = 23.91Mpa
Berdasarkan literatur ,nilai praktis untuk padanan mutu beton antara PBI dan SNI
yaitu factor konversi benda uji kubus ke silinder :0.83
Maka:
Kubus 1 = 26.546 Mpa
Fc’(silinder) = 26.546 ×0.83= 22.033 Mpa
Kubus 2 = 25.502 Mpa
Fc’(silinder) = 25.502 ×0.83= 21.166 Mpa
Rata-ratanya adalah : 21.5995 Mpa
42
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
P = gaya
D = diameter beton
L = panjang beton
2P
Fsp
DL
2 × 93.3 × 1000
𝐹𝑠𝑝1 = = 2.971 𝑁𝑡⁄𝑚𝑚2 = 2.971 𝑀𝑃𝑎
𝜋 × 100 × 200
2 × 91.8 × 1000
𝐹𝑠𝑝2 = = 2.923 𝑁𝑡⁄𝑚𝑚2 = 2.923 𝑀𝑃𝑎
𝜋 × 100 × 200
43
KELOMPOK A7
50 cm
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
τ = tegangan lentur
Pruntuh(1)= 10.2 KNt = 10200 Nt
a = 10cm =100mm
M
Tegangan Lentur
W
BALOK1
∑Mb = 0 Ma= Ra .a
𝑝 𝑝 𝑝
+Ra . 30 - . 20 - . 10 = 0 = .a
2 2 2
𝑝 𝑝
30Ra = . 20 + . 10 maka momennya adalah
2 2
20𝑝 10𝑝 𝒑
30Ra = + = .a
2 2 𝟐
30Ra = 10p + 5p
30Ra = 15p
𝑝
Ra=
2
Karena beban dan jarak yang sama , maka momen titik a dan b sama .
𝑃 18300
𝑀 = 2 × 𝑎 = 2 × 100𝑚𝑚 =915000Ntmm
1 1
𝐼= × 𝑏 × ℎ3 = × 10 × 103 = 833.3333 𝑐𝑚3
12 12
1
𝐼 12
𝑏ℎ3 1 1
𝑊= = 1 = 𝑏ℎ2 = × 10 × 102 = 166666.67 𝑚𝑚3
𝑦𝑚𝑎𝑥 ℎ 6 6
2
𝑀 915000
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑛𝑡𝑢𝑟 = = = 5.489 𝑀𝑃a
𝑊 166666.67
44
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
BALOK2
∑Mb = 0 Ma= Ra .a
𝑝 𝑝 𝑝
+Ra . 30 - . 20 - . 10 = 0 = .a
2 2 2
𝑝 𝑝
30Ra = . 20 + . 10 maka momennya adalah
2 2
20𝑝 10𝑝 𝒑
30Ra = + = .a
2 2 𝟐
30Ra = 10p + 5p
30Ra = 15p
𝑝
Ra=
2
Karena beban dan jarak yang sama , maka momen titik a dan b sama .
𝑃 18100
𝑀 = ×𝑎 = × 100𝑚𝑚 =905000Ntmm
2 2
1 1
𝐼= × 𝑏 × ℎ3 = × 10 × 103 = 833.3333 𝑐𝑚3
12 12
1
𝐼 12
𝑏ℎ3 1 1
𝑊= = 1 = 𝑏ℎ2 = × 10 × 102 = 166666.67 𝑚𝑚3
𝑦𝑚𝑎𝑥 ℎ 6 6
2
45
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
𝑀 905000
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑛𝑡𝑢𝑟 = 𝑊 = 166666.67 = 5.429 𝑀𝑃a
6. HASIL PERCOBAAN
46
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
23.66
= 𝟎. 𝟗𝟎𝟗
26.024
Berdasarkan data yang dimiliki ,Benda uji untuk pemeriksaan kuat tekan beton kubus ke
silinder , yaitu :0.909
Maka:
Kubus rata-rata = 26.024
Berdasarkan literatur kubus ke silinder adalah = 21.6 sedangkan berdasarkan data yang dimilki
adalah = 23.656
47
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
[KN] [Mpa]
93.3 2.971
1 Silinder 10d-t20
91.8 2.923
92.55 2.947
RATA-RATA
RATA-RATA
7.Kesimpulan
PENUTUP
48
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
KESIMPULAN
SARAN
49
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
1. Untuk setiap peserta praktikum hendaknya harus ada kerja sama yang baik dalam
melaksanakan praktikum dan juga kehadiran harus diperhatikan sebab hasilnya
nanti untuk kepentingan dan kebaikan kita bersama.
2. Dalam pengecoran sebaiknya agregat halus/pasir dilakukan pegayakan kembali dan
diperbaiki gradasinya sehingga masuk didalam syarat ASTM
3. Dalam pengecoran sebaiknya agregat kasar/batu pecah dilakukan pengayakan
kembali untuk mendapatkan hasil yang baik.
4. Untuk pekerjaan yang lebih teliti, dapat dibuat pengujian ( kuat tekan dan kuat tarik
lentur) pada umur beton yang berbeda, sehingga dapat diperoleh grafik hubungan
antara tegangan dan umur beton.
DOKUMENTASI
50
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
51
KELOMPOK A7
UNVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
PRAKTIKUM
JURUSAN TEKNIK SIPIL BETON
Dosen Pengajar : Ir. Ronny Pandaleke, MT 2018
52
KELOMPOK A7