Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGUKURAN MASSA


MODUL 8

Nama Mahasiswa : Fernand Kristwoson


NIM : A022028
Kelompok : 5
Nama Modul Praktikum : Timbangan Jembatan
Nama Asisten Praktikum : Seluruh Asisten Pratikum
Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 11 Desember 2023

AKADEMI METROLOGI DAN INSTRUMENTASI


KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
1. Pratikan papat menentukan kelas timbangan
2. Praktikan dapat menentukan minimum menimbang timbangan
jembatan
3. Pratikan dapat menentukan muatan uji dan BKD setiap pengujian
4. Pratikan dapat menentukan nilai R pengujian repeatability
5. Pratikan dapat menentukan kelas AT standar
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Timbangan Jembatan
Dikatakan timbangan jembatan, karena lantai muatan berupa jembatan yang
permukaanya dibuat rata dengan permukaan jalan. Oleh karena itu, tuas-tuas
bagia bawah selalu dipasang didalam lubang dibawah tanah. Sedangkan tuas
utamanya berada di atas tanah.
Kontruksi tuas bagian bawah pada umumnya berasal dari konstruksi timbangan
trapesium yang diturunkan dari tuas berpangkat. Jadi serupa dengan timbangan
tanah/lantai yang lain, perbedaanya hanya dalam hal :
 Ukuran dimensinya lebih besar, karena dipakai untuk menimbang
muataan yang besar;
 Tempatya tetap ( statis ), tidak mudah dipindah-pindah;
 Luas lantai agak luas, sesuai dengan kegunaannya ( menimbang muatan
berupa kendaraan )
Cara kerja jembatan timbang secara umum adalah sebagai berikut. Pertama-
tama, permukaan plattorm baja dipasang di atas beberapa load cell. Masing-
masing load cell ini terbuat dari bahan yang kuat dan tahan lama seperti baja
dengan satu atau lebih pengukur regangan yang terdapat di dalamnya. Pengukur
regangan tersebut terdiri dari jaringan kawat yang dapat mengirimkan arus listrik
ringan. Ketika load cell tersebut dibebani oleh suatu daya berat, maka jaringan
kawat pada pengukur regangan load cell menjadi tertekan. Perubahan pada
jaringan kawat tersebut menghasilkan perbedaan dalam arus listrik yang sedang
melewati load cell. Perbedaan arus listrik tersebut menjadi sinyal yang dikirimkan
dari load cell. Sinyal dari setiap load cell aikirimkan ke kotak persimpangan atau
junction box. Kotak persimpangan ini akan menggabungkan sinyal dari beberapa
load cell dan kemudian mengirimkan sinyal yang telah dijumlahkan ke indiator
jembatan timbang. Indikator kemudian mengubah sinyal dari kotak
persimpangan tersebut menjadi sinyal digita. seningga nilai numerik
penimbangan dapat muncul pada layar LED indikator.
Gambar 1. Timbangan Jembatan
2.2 Muatan Timbangan Jembatan

Khusus untuk timbangan jembatan karena kapasitas maksimumnya besar,


maka biasanya jumlah anak timbangan standar yang tersedia tidak akan
mencukupi sampai kapasitas maksimumnya, sehingga metoda pengujian
kebenarannya menggunakan metoda substitusi dengan menggunakan ballast.

a. Massa anak timbangan standar minimal

Tabel 1. Massa anak timbangan standar minima

2.3 Pembubuhan Tanda Tera

Pembubuhan tanda tera untuk timbangan jembatan, baik tera maupun tera
ulang berlaku ketentuan sesuai asal jenis timbangan jembatan tersebut.
Timbangan jembatan sentisimal/milisimal berlaku ketentuan timbangan
sentisimal/milisimal. Timbangan jembatan bobot ingsut berlaku ketentuan
timbangan bobot ingsut, timbangan jembatan cepat berlaku ketentuan
timbangan cepat, dan timbangan jembatan elektronik berlaku ketentuan
timbangan elektronik.
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Data
Adapun data yang telah dikumpulkan pada pratikum kali ini, sebagai berikut:

3.1.1 Pemeriksaan Timbangan Jembatan


Pengujian untuk : Tera

Dasar Pengujian : SK DJPSPK N0 131/SPK/KEP/10/2015

3.1.1.1 Dokumentasi

Pemilik : PPSDK
Tanggal Pengujian : 11-12-2023
Pegawai Berhak : Fernand Kristwoson

3.1.1.2 Data Timbangan

Kelas keakurasian : III

Kapasitas maksimum (Max) : 10 Ton=10.000 Kg


Kapasitas Minimum (Min) : 100 Kg
Interval skala verifikasi (e) : 5 Kg
Interval skala (d), jika d<e : 5 Kg
Merek : METTLER TOLEDO
Negara pembuat (jika ada) : China
Tipe/ Model : IND246
Nomor seri : B410353536

No. Uraian Ya/ Ada Tidak Ada Ket


1. Tanda tera √
2. Alat penunjuk kedataran √
3. Bersih dan siap uji √
4. Sesuai ITP/ IT yang berlaku √
5. Bahan & konstruksi √
timbangan sesuai peraturan
yang berlaku (hanya tera)

3.1.2 Pengujian Timbangan Jembatan

A. Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatability)


I0 IL ΔL P ( IL + 0,5e - ΔL) R
(kg) (kg) (kg) (kg) (kg)

0 5.450 3,5 5449 1,5

0 5.450 0,5 5452

0 5.450 1,5 5451

BKD = ± 5 Kg Kesimpulan :SAH

B. Pengujian Kebenaran
No Muatan (kg) Penunjukan (kg) Kesalahan BKD
. Timbangan (kg) Timb.
(kg)

Std Ballast L IL ∆L IL+0,5e-∆L P-L

1 100 100 100 3,5 99 -1 ± 2,5

2 1000 1000 990 5 987,5 -12,5 ± 2,5

3 B1 970 4,5 968

1000 980,5 1980,5 1910 1,5 1911 -69,5 ± 2,5

4 B2 2000 1,5 2001

500 1988 2488 2420 5 2417,5 -70,5 ± 2,5

5 B2 - - -

1000 1988 2988 2915 1 2916,5 -71,5 ±5

6 B3 2690 2 2690,5

1000 2762 3762 3760 4,5 3758 -4 ±5

7 B4 3765 3,5 3764

1000 3768 4768 4950 3 4949,5 181,5 ±5


Kesimpulan :BATAL

C. Pengujian Eksentrisitas
Posisi Uji:

Posis Muatan Penunjukan Imbuh Kesalahan Penunjukan (kg)


i L IL ΔL E = IL + 0,5e - ΔL – L
(kg) (kg) (kg)

1 1000 1000 3,5 -1

2 1000 1000 4,5 -2

3 1000 995 3,5 -6

4 1000 995 4 -6,5

5 1000 1000 3 -0,5

BKD = ± 2,5 Kesimpulan :BATAL

D. Pengujian Penyetel Nol


Muatan uji Re Zero + 10e Penunjukan Timbangan (kg)
(kg) (kg)
Awal (kg) + 0,25e (kg) + 0,5e (kg)

50 - 50 50 50 55

Kesimpulan :SAH

E. Pengujian Tarra
Kegiatan Penunjukan (kg)

Muatan Tarra 3455

Aktifkan tarra 0

Muatan standar 50

∆L 3,75

Kesalahan untuk muatan Net -


BKD untuk muatan NET 5 kg

Kesimpulan :SAH

3.2 Pengolahan Data


3.2.1 Menentukan Kelas Timbangan
Diketahui: Max = 10.000kg
Nilai e=d = 5kg
 Hitung nilai n
Max 10.000 kg
n= = = 2000
e 5 kg
 Perhatikan tabel klasifikasi Timbangan

Timbangan jembatan ini termasuk dalam klasifikasi timbangan


kelas III (Tiga) dengan kapasitas minimum 20e atau 100kg.

3.2.2 Menentukan kelas AT Standar


1
Diketahui: BKD AT Standar ≤ BKD Timbangan pada muatan uji (m)
3
1
BKD AT Standar ≤ x 5 kg
3
BKD AT Standar ≤ 1,667 kg
1600 g < 1667 g
Dengan demikian, untuk menguji timbangan jembatan kapasitas 10 ton,
dengan minimal anak timbangan kelas M2 menjadi standar.

3.2.3 Menentukan Tabel BKD


Tabel BKD
3.2.4 Menentukan muatan uji dan BKD setiap pengujian
Diketahui: Titik uji penimbangan dengan minimal 5 titik uji dalam rentang ukur
penimbangannya harus mencakup,
- Min;
- pada perubahan BKD;
- Max.
Titik uji penimbangan
 Min menimbang = 20e = 100 kg
 Titik Tambahan = 1000 kg
 Perubahan BKD = 2500 kg
 Titik Tambahan = 7000 kg
 Max = 10.000 kg

a) Pengujian Repeatability
Diketahui:
muatan uji pada titik tambahan = 5000 kg
(Jika 2500 kg ≤ muatan ≤ 10000 kg)
Maka didapatkan BKD yaitu ± 5 kg

b) Pengujian Kebenaran
Diketahui: Titik uji kebenaran
o Min menimbang= 100 kg
o Titik Tambahan = 1000 kg
o Perubahan BKD = 2500 kg
(Jika 5 kg ≤ muatan ≤ 2500 kg)
Maka masing-masing muatan didapatkan BKD yaitu ± 2,5 kg
o Titik Tambahan = 3000 kg
o Titik Tambahan = 4000 kg
o Muatan ½ max = 5000 kg
(Jika 2500 kg ≤ muatan ≤ 10000 kg)
Maka masing-masing muatan didapatkan BKD yaitu ± 5 kg

c) Pengujian eksentrisitas
Diketahui:
muatan uji pada titik tambahan = 1000 kg
(Jika 5 kg ≤ muatan ≤ 2500 kg)
Maka didapatkan BKD yaitu ± 2,5 kg

d) Pengujian penyetel nol


Diketahui:
muatan uji pada titik tambahan = 50 kg
(Jika 5 kg ≤ muatan ≤ 2500 kg)
Maka didapatkan BKD yaitu ± 2,5 kg

e) Pengujian tara
Diketahui:
muatan uji perubahan BKD = 3000 kg
(Jika 2500 kg ≤ muatan ≤ 10000 kg)
Maka masing-masing muatan didapatkan BKD yaitu ± 5 kg

3.2.5 Menentukan nilai R pengujian repeatability


Diketahui:
P1= IL + 0,5e – ΔL
P1= 5450 + 2,5 – 3,5 = 5449 kg
P2= IL + 0,5e – ΔL
P2= 5450+ 2,5 – 0,5 = 5452 kg
P3= IL + 0,5e – ΔL
P3= 5450+ 2,5 – 1,5 = 5451 kg

( P 1+ P 2+ P 3) (5 449+ 54 52+54 51)kg 16.352 kg


P= = = = 5450,67 kg
3 3 3

R =
√∑(Pi−P)2 =
n−1
√( 5449−54 50 , 67 ) 2+ ( 545 2−5450 , 67 ) 2+ ( 5451−5450 , 67 ) 2
3−1
√2 , 7 889+1,7689+ 0,1089 √ 4,6667
R =
2
=
2
= √ 2 ,33 = 1,3228 = 1,527

kg.
BAB IV
ANALISIS

Pada praktikum timbangan jembatan ini, sebelumnya praktikan melakukan


persiapan pengujian dengan langkah-langkah awal, seperti menyiapkan
peralatan yang akan digunakan. Ini termasuk anak timbangan standar seperti
bidur, satu set anak timbangan tambahan, ballast (traktor/forklift), sarung
tangan, forklift untuk muatan, cerapan pengujian, dan alat tulis. Setelahnya,
dilakukan pencatatan identitas timbangan jembatan, mereknya METTLER
TOLEDO, dengan kapasitas maksimum 10000 kg dan minimum 100 kg. Nilai e =
d tertulis adalah 5 kg untuk daya baca. Namun, timbangan ini belum memiliki
tanda tera sesuai dengan jenis pengujian yang dilakukan, yaitu tera. Selain itu,
tidak ada alat penunjuk kedataran/waterpass pada timbangan yang digunakan.
Meski dalam keadaan bersih dan siap uji, pengujian tera hanya sesuai dengan
ITP/IT yang berlaku serta bahan dan konstruksi yang mengikuti peraturan.
Pengujian yang dilakukan pada praktikum ini meliputi beberapa jenis, seperti
pengujian kemampuan berulang untuk menentukan jumlah AT standar yang
digunakan. Pengujian kebenaran dilakukan dengan metode substitusi
menggunakan ballast sebagai pengganti standar muatan karena kapasitas yang
besar. Hasil pengujian menunjukkan metode langsung memiliki tingkat akurasi
lebih tinggi meskipun memakan waktu lebih lama. Pengujian eksentrisitas
dilakukan berulang kali pada jumlah muatan yang sama tetapi ditempat yang
berbeda, sebab timbangan jembatan hanya memiliki 4 titik loadcell untuk
mendeteksi massa. Pengujian penyetel nol dilakukan untuk memastikan nilai nol
saat tidak ada beban dan perubahan saat diberi tambahan muatan. Terakhir,
pengujian tarra hanya dilakukan pada Tera dan timbangan yang memiliki fungsi
Tara yang dimana praktikan meletakan ballast pada timbangan jembatan,
setelah itu praktikan menekan tombol tare yang ada pada display timbangan
jembatan. Setelah display menunjukan angka nol, praktikan meletakan Kembali
anak timbangan standar untuk memperhatihan perubahan pada display apakah
penunjukan sesuai dengan nilai anak timbangan yang telah diketahui beratnya.

Hasil dari setiap pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pada
pengujian repeatability, muatan AT standar dimuat bersama muatan konstan lain
(ballast) yang bukan bagian dari anak timbangan standar, setidaknya 1⁄2 dari
nilai maksimum atau 5000 kg dengan toleransi nilai ± 5 kg. Langkah selanjutnya
adalah mengamati tampilan display dari timbangan dan mencatat nilai
penunjukan awal. Kemudian, menambahkan imbuh setiap 0,5 kg hingga terjadi
perubahan pada tampilan display. Setelah perubahan terjadi, catat kembali nilai
penunjukan dan hitung nilai penunjukan dengan menggunakan rumus yang telah
disediakan. Selanjutnya, melakukan penyetelan ulang nol pada timbangan dan
mengulangi pengujian sebanyak 3 kali. Jika nilai penunjukan tetap sama setiap
kali, dianggap "SAH". Namun, hasil pengamatan menunjukkan penunjukan yang
berbeda. Oleh karena itu, praktikan mengevaluasi nilai R untuk memastikan
apakah melebihi BKD untuk muatan uji. Hasilnya menunjukkan nilai R sebesar
1,5 kg, yang berada di bawah nilai BKD ± 5 kg, sehingga pengujian repeatability
dinyatakan "SAH".
Pada pengujian kebenaran, menggunakan metode substitusi dari hasil
pengujian repeatability, dapat ditetapkan massa minimal anak timbangan standar
yang harus digunakan, yaitu 1000 kg atau 1/10 dari nilai maksimum dengan
memilih yang paling besar. BKD untuk setiap fase pengujian adalah minimal
menimbang = 100 kg, Titik Tambahan = 1000 kg, Perubahan BKD = 2500 kg,
masing-masing memiliki toleransi ±2,5 kg. Selain itu, muatan pada Titik
Tambahan = 3000 kg, Titik Tambahan = 4000 kg, Muatan ½ max = 5000 kg,
dengan toleransi ±5 kg. Prosedur pada pengujian ini dimulai dengan penyetelan
ulang nol pada timbangan. Pada titik-titik uji dalam rentang penggunaan anak
timbangan standar, muatan anak timbangan standar ditempatkan sesuai dengan
titik uji yang diuji. Kemudian, tambahkan imbuh 0,5 kg hingga terjadi perubahan
penunjukan awal, dan jika terjadi perbedaan penunjukan, tentukan nilai
kesalahan/eror penunjukan yang tidak boleh melebihi BKD. Selanjutnya, pada
titik-titik uji dalam rentang penggunaan beban konstan lainnya (ballast), setelah
anak timbangan standar maksimum dinaikkan, catat penunjukannya. Kemudian,
ganti anak timbangan standar dengan ballast yang memiliki massa yang sama,
dan lakukan increment 0,5 kg pada penunjukan awal. Jika terjadi perbedaan
penunjukan, tentukan nilai kesalahan/eror penunjukan yang tidak boleh melebihi
BKD. Dalam pengujian kedua, saat dimuat muatan 1000 kg dan diberi
penambahan 5 kg, penunjukan akhirnya adalah 987,5 kg, yang menunjukkan
kesalahan penunjukan sebesar -12,5 kg, melebihi nilai BKD muatan uji ±2,5 kg.
Oleh karena itu, pengujian kebenaran dinyatakan "Batal".
Dalam pengujian eksentrisitas, muatan anak timbangan standar seberat 1000
kg atau 1/10 dari nilai maksimum, dengan nilai toleransi BKD sebesar ±2,5 kg,
dilakukan pada 5 posisi berbeda yang sesuai dengan letak loadcell pada
timbangan jembatan. Langkah awal adalah menyetel ulang nol timbangan,
kemudian memuat anak timbangan standar pada posisi yang diuji dan mencatat
penunjukannya. Selanjutnya, menambahkan imbuh 0,5 kg dan mengamati
perubahan penunjukan. Dilakukan pemeriksaan terhadap kesalahan penunjukan,
jika tidak melebihi BKD pada muatan uji, maka timbangan dianggap "SAH".
Namun, jika melebihi BKD, maka timbangan dianggap "BATAL". Dari hasil
pengamatan pengujian, pada posisi ketiga dengan muatan standar 1000 kg,
terdapat penunjukan sebesar 995 kg dengan penambahan 3,5 kg. Hal ini
menghasilkan kesalahan penunjukan sebesar -6 kg, yang melebihi nilai BKD
muatan uji ±2,5 kg. Oleh karena itu, pengujian eksentrisitas dinyatakan "Batal".
Dalam pengujian penyetelan nol, muatan uji seberat 50 kg diterapkan dengan
nilai toleransi BKD ±2,5 kg. Penunjukan awal diamati, kemudian ditambahkan
imbuh sebesar 0,25e tanpa adanya perubahan penunjukan. Setelah itu,
penambahan 0,5e dilakukan dan penunjukan berubah dari 50 kg menjadi 55 kg.
Pengamatan ini menghasilkan kesimpulan bahwa pengujian penyetelan nol
dianggap "SAH" karena tidak ada kesalahan yang signifikan yang dapat
mengakibatkan ketidakvalidan pengujian penyetelan nol.
Pada pengujian tarra, yang hanya berlaku untuk Tera dan timbangan yang
memiliki fitur Tara, dilakukan muatan dengan anak timbangan standar sekitar
1/3 dari nilai maksimum, yaitu pada uji coba ini dimuat muatan seberat 3455 kg,
dengan toleransi BKD ±5 kg. Langkah selanjutnya adalah menekan tombol tara
untuk mengembalikan tampilan display ke nilai nol. Kemudian, pada muatan
standar 50 kg, ditambahkan imbuh sebesar 0,25e tanpa perubahan pada
penunjukan. Setelahnya, penambahan 0,5e mengakibatkan perubahan
penunjukan menjadi 55 kg. Oleh karena itu, pengujian tarra ini dianggap "SAH".

Dalam pengujian timbangan jembatan, terdapat kendala dalam proses


pengujian yang menyebabkan hasil yang berbeda dari standar yang ditetapkan.
Beberapa faktor dapat memengaruhi hasil pengujian pada timbangan jembatan.
Pertama, kondisi awal yang belum nol dapat membuat penunjukan display
menampilkan hasil di atas atau di bawah nol. Untuk mengatasi hal ini, disarankan
untuk memastikan timbangan dalam keadaan nol dengan menekan tombol tare
jika perlu. Kedua, kelebihan beban listrik dapat merusak komponen timbangan
pemeliharaan dan perawatan teratur dapat membantu mencegah kerusakan.
Selain itu, faktor seperti penurunan tegangan listrik, gangguan sinyal karena
panjang kabel, interferensi frekuensi radio, serta gangguan elektromagnetik bisa
diatasi dengan kalibrasi rutin untuk menjaga akurasi timbangan, adapun juga
faktor dari timbangan yang kotor pada bagian loadcell maupun pada kabel
timbangan yang dapat mengurang keakurasian dari timbangan
BAB V
KESIMPULAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan diketahui kapasitas max 10 ton dan nilai e 5kg
didapatkan nilai n sebesar 2000 sehingga timbangan jembatan termasuk
kedalam kelas III dengan kapasitas min 20e atau 100 kg.
2. Dikarenakan timbangan jembatan termasuk kedalam kelas III maka
kapasitas min nya adalah 20e, dengan nilai e = 5. Jadi 20e = 20 x 5 =
100kg
3. Pada setiap pengujian memiliki muatan dan BKD sesuai titik kebenaran
pengujian yang terdiri dari minimal menimbang=100 kg, Titik
Tambahan=1000 kg, Perubahan BKD=2500 kg yang masing-masing
memiliki BKD sebesar ±2,5 kg. Dan muatan pada titik tambahan=3000
kg, Titik Tambahan = 4000 kg, Muatan ½ max=5000 kg yang masing-
masing memiliki BKD sebesar ±5 kg
4. Dengan diketahui nilai P1=5449 kg, nilai P2=5452 kg dan P3=5451 kg
sehingga menghasilkan rata-rata nilai P adalah 5450,67 kg. kemudian
nilai P diolah kedalam rumus stavdev untuk menghasilkan nilai R yaitu
1,527 kg.
5. Dalam menentukan kelas AT standar digunakan pada kapasitas
maksimum 10 ton yaitu sebesar BKD = ± 5 kg. Sesuai aturan BKD AT
1
standar ≤ 𝐵𝐾𝐷 Timbangan pada muatan uji (m) maka didapatkan
3
minimal kelas M2 sebagai standar pengujian.

5.2 Saran
Praktikum kali ini sudah berjalan dengan sangat baik, sehingga teknis
praktikum dapat di pertahankan untuk keberlangsungan praktikum sehingga
dapat bermanfaat bagi peserta praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2015.Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan


Konsumen Nomor: 131/SPK/KEP/10/2015 Tentang Syarat Teknis
Timbangan Bukan Otomatis.
(Diakses pada tanggal 16 desember 2023)

Sales “teori jembatan timbang “


https://www.jembatantimbangindonesia.com/info-teori-jembatan-
timbang/#page-content (diakses pada tanggal 17 desember 2023)
LAMPIRAN

No Gambar Keterangan
1 Gambar 1. Timbangan
jembatan

2 Gambar 2. Spesifikasi
timbangan jembatan

3 Gambar 3. Anak
timbangan
4 Gambar 4. Display
Timbangan Jembatan

Anda mungkin juga menyukai