TUJUAN :
Teori :
Mahasiswa memahami berbagai macam alat ukur listrik dan kesalahannya,
kalibrasinya, serta memahami penggunaan alat ukur listrik, metode pengukuran.
Praktikum :
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran listrik menggunakan alat ukur listrik
dengan teknik/metode pengukuran yang benar serta mampu mencari kesalahan alat
ukur dan pengukuran.
POKOK MATERI :
Sistem pengukuran, karakteristik peralatan dan metode pengukuran, klasifikasi alat-alat ukur
listrik dan penggunaannya, kesalahan dalam pengukuran, metode pembanding, dan kalibrasi alat
ukur. Pengukuran besaran listrik : arus, tegangan, resistansi, kapasitansi, induktansi, daya nyata,
daya reaktif, faktor daya. Transformator ukur (transformator arus dan transformator tegangan).
Cara kerja den penggunaan oscilloscope (CRO), spectrum analyzer.
KEPUSTAKAAN :
A.K Sawhney, A.K, (1990). Electrical dan Electonic Measurement
and Instrumentattion,
Dampat Rai & Sons, New Delhi.
Sapiie Soedjana, (1976). Pengukuran dan Alat-Alat Ukur Listrik, Jakarta, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
D. Cooper, William, (1985). Electronic instrumentation and Measurement Technique, Prentice Hall,
1978.
Diktat Kuliah.
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
Potensiometer (pembanding)
Pengukuran Daya
Pengukuran daya arus searah (DC)
Pengukuran daya arus bolakbalik(AC) sistem 3 phasa
Oscilloscope
Grounding tester
Merger
9
= 10
3. Micro ()
= 10 6
4. Milli (m)
3
= 10
5. Centi (c)
= 10 2
1
= 10
1
= 10
6. Deci (d)
7. Deca (da)
8. Hecto (h)
9. Kilo (k)
10. Mega (M)
11. Giga (G)
12. Tera (T)
2
= 10
3
= 10
6
= 10
9
= 10
12
= 10
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Magnet tetap
Kutub sepatu
Inti besi lunak
Kumparan putar
Pegas Spriral
Jarum penunjuk
Rangka kumparan
putar
8. Tiang poros
Konstruksi :
Terdiri dari kumparan tetap dan pasang besi lunak yang mudah
dimagnetisasi. Penempatan besi lunak seperti pada gambar
yaitu terhubung dengan sumbu dari jarum penunjuk sehingga
dapar bergerak bebas
Prinsip Kerja :
Arus mengalir, timbul medan elektromagnetis yang
memagnetisasi besi lunak. Arah kedua kutub lunak akan sama,
yang mengakibatkan saling tolak menolak sehingga terjadi
pergeseran jarum penunjuk.
Karena kedua besi lunak tersebut mempunyai arah kutub yang
sama maka alat ukur ini dapat dugunakan untuk mengukur
besaran arus searah dan bolak-balik
Prinsip Kerja :
Bila ada arus yang mengalir melalui kumparan putar
dan kumparan tetap, maka akan terjadi interaksi
antara medan magnet dan arus yang meyebabkan
terjadinya momen putar pada kumparan tersebut
sehingga jarum memberikan simpanan.
Pegas spiral berguna untuk memberikan momen
lawan sehingga penunjukkan jarum sesuai dengan
besaran arus yang diukur.
Prinsip Kerja :
Berdasarkan prinsip elektrostatis
sebagai interaksi kedua elektroda.
Jika Tegangan tinggi V
ditempatkan diantara elektroda
tetap dan putar, maka akan timbul
atraksi yang mengakibatkan
bertambahnya kapasitas dari
kondensator. Elektroda putar akan
berputar dan dihubungkan dengan
suatu alat sehingga dapat memutar
jarum penunjuk.
Alat Ukur Elektro Statis
10
Prinsip Kerja :
Bila kumparan dilalui arus,
timbul medan magnet yang akan
menginduksi piringan logam
sehingga menimbulkan momen
putar.
11
KESALAHAN-KESALAHAN DALAM
PENGUKURAN
1. Internal (alat itu sendiri)
2. Eksternal (manusia, lingkungan)
1.
2.
3.
4.
Ketelitian (accuracy)
Presisi
Sensivitas
Kesalahan (error)
Ketelitian (accurancy) :
Pendekatan dengan harga yang ditunjukan sebenarnya dari pada besaran yg diukur
Presisi :
Kemampuan dari alat ukur dalam pengukurannya.
Presisi tinggi = kesalahan kecil
12
Sensitivitas :
Kemampuan alat ukur, input kecil, perubahan output yang besar/simpangan jarum
penunjuk besar
Kesalahan (error) :
Penyimpangan dari harga sebenarnya dari pengukuran.
a. Relatif Error adalah perbandingan antara besaran kesalahan thd harga yang
sebenarnya.
Kesalahan dari alat ukur () = M-T
M = harga yang didapat dari alat ukur.
diukur.
T = harga yang sebenarnya dari kebesaran yang
Kesalahan relatif adalah hasil bagi dari kesalahan terhadap harga sebenarnya (/)
atau disebut ratio kesalahan dan harga numeriknya dinyatakan dengan %
b. Systematic error adalah kesalahan karena konstruksi alat :
- Kesalahan karena konstruksi besarnya ditentukan oleh pabrik.
- Kesalahan karena pembacaan jarum penunjuk (secara konstruksi kurang runcing,
kurang tipis, bayangan jarum sehingga menyebabkan kesalahan paralax)
13
Contoh :
Dari hasil pengukuran terhadap tahanan didapat tegangan antara ujung-ujungnya adalah
(100 1) volt dan arus yang melalui tahanan tersebut sebesar (90 0,9) mA. Hitunglah
Besar tahanan tersebut :
Jawab :
R = V/I
V = 100 1
I = 90 0,9
Maka :
Relatif error : (1/100) x 100%=1%
Relatif error : (0,9/90)x 100 %=1%
Jadi :
R/R = (V/V)+(I/I)
= (1/100)+(0,9/90)
= 0,01 + 0,01 = 0,02
R = 0,02 (100/90)
= 0,0222 k
R = (V/I) R
= (100/90) 0,0222
= 1,11 0,0222 k
14
15
PENYEBAB
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Temperatur keliling
Suhu jauh berbeda maka ada pemuaian dan penyusutan, sehingga kesalahan terjadi.
Pemanasan sendiri
Arus pada pengukuran menyebabkan terjadinya perubahan nilai pada alat kumparan
16
Gesekan-gesekan
Terbuat dari bantalan dan sumbu, maka penggunaan berulang kali mengakibatkan kesalahan
karena rugi-rugi gesek makin besar.
Umur
Kemungkinan besar akan berubah, dan sebaiknya dilakukan kalibrasi secara berkala
(0,5 sampai 1 tahun sekali)
60o
17
18
Warna emas, perak dan tanpa warna adalah toleransi dari tahanan tersebut jadi
besarnya nilai tahanan R dapat dirumuskan sbb :
Jadi besarnya nilai tahanan R dapat dirumuskan sebagai berikut :
A
B C
Contoh :
Sebuah tahanan dengan warna merah, jingga, biru dan emas, maka cara mengetahui
nilainya adalah :
R = A, B, 106 D %
R = A, B, 106 5 %
= 23000000 5 %
= 23 M dengan toleransi 5 %
19
PENGUKURAN
TAHANAN
Klasifikasi pengukuran tahanan :
1. Tahanan rendah ( 1); mis. R kontak, R belitan dll.
2. Tahanan menengah (1 - 10); mis. Keperluan peralatan elektronik
3. Tahanan tinggi (>10 M); mis. Tahanan isolasi
Rv
Rv
V
A
Volt / Amp
V
A
Volt / Amp
V
Digunakan untuk pengukuran yang rendah yang relatif kecil
A
Rx
Rx
V
Digunakan unutk pengukuran tahanan rendah yang relatif besar
20
Pengukuran Tegangan
Menengah
:
Dapat dilakukan dengan :
ohm-meter; langsung dengan alat ukur
metode volt-ampere meter; sama seperti di atas
metode subsitusi
metode jembatan
1
A
Rx
S
2
Kontak S pada posisi 1 dibaca nilai A (Amperemeter), maka kontak S pada posisi 2 nilai A harus
sama dengan cara mengatur R (variabel / potensiometer ) sehingga didapat nilai Rx.
21
Metode
Jembatan :
a
Dalam Keadaan setimbang :
Vad = Vab
Vcd = Vcb
I1 P = I2 Q
I1R = I2Rx
RX
c
RX
P,Q,R
G
E
Maka :
P
R i2
Q R X i1
Rx
QR
P
22
Arus Bocor
a
RS
RP
E
RQ
RX
c
R1
R2
23
V
V
A
V2
V0
V1
P1
P1
P3
P2
P2
Tegangan antara P1 dan P2 = V0; jarak P1 ke P2 > 10 meter, P3 terletak dekat P1 atau P2, maka
potensial antara P1 dan P2 naiknya sangat cepat (lihat grafik). Jika P3 diletakkan pada potensial
konstan (P3 terletak jauh dari P1 dan P2) maka;
VP1P2=V1 dan VP3P2=V2
Maka tahanan-tahanan pentanahan diberikan adalah :
V
V
R1 1 dan R 2 2
I
I
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
24
Contoh :
1. Sebuah ampere-meter menunjukkan arus sebesar 10 A, sedang accuracy +1%, maka harga
yang sebenarnya dari pada arus yang diukur :
100 1/100 x 10 = 9,9 A
2. Sebuah Volt-meter mempunyai accuracy 2 % pada skala penuh. Bila range yang digunakan
300 volt; sedang jarum penunjuk menunjukkan 150 volt, maka accuracy:
(300/150) x 2% = 4%
Menjumlah / mengurangi dua hasil pengukuran
Y = U+V
U = hasil pengukuran dengan kesalahan U
V = hasil pengukuran dengan kesalahan V
Bila Y adalah Y, maka
Y + Y = U+U+V+ V
Y - Y = U- U+V- V 2 Y = 2(U+V)
Kesalahan relatifnya :
Y
U V
U V
Y
Y
UV
25
V V V V
V 2 V 2
dengan mengabaikan (U V ), V 2 , maka
UV UV VU U UV VU
Y Y
V2
V
V2
UV U
V
V2
V
UV U
2
Y
V
V
U
Y
V
Kesalahan relatifnya
Y V U
Y
V
U
26
= koefisien kombinasi
(tergantung jarak masing-masing rod)
n
= Banyak elektroda pentanahan
z
= Jarak ujung alas batang elektroda dg permukaan
tanah
Jarak antara (m)
Koefisien kombinasi
0,5
1,35
1,20
1,15
1,10
1,05
1,0
Tanah
Elektroda
ln
ln
2
2
z
4
z
z
2L
a
1 L L 1 L 4( L)
27
4L
a
4
s
3s
5s
4L
4L
s
s2
s4
ln
()
R
ln
...
4L
a
s
2L 16L2 512L4
ln
1
4L
a a (a b) 2
s
2L 16L2 512L4
Dimana :
L = (s+a) panjang elektroda pentanahan (m)
a = Panjang sisi pelat tegak lurus permukaan tanah (m)
b = panjang sisi pelat sejajar permukaan tanah (m)
s = jarak pelat dari permukaan tanah
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
28
R g
1
L
20
A
1
h
20
/
A
()
Dimana :
L = Panjang keseluruhan rod (m)
A = Luas Grid (m)
h = Dalam penanaman (m)
= tahanan jenis tanah
Rg = tahanan pentanahan ()
e. Pentanahan Dengan Satu Elektroda Horisontal
4L
4L
s
s2
s4
ln
()
R
ln
...
2
4
4L
a
d
2L 16L 512L
Dimana :
L = Panjang elektroda(m)
a = diameter konduktor (m)
h = Dalam penanaman (m)
d = jarak elektroda dari permukaan tanah (m)
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
29
R
1 N(n )
ln
dengan,
n L
a
1 sin nm
N(n ) ln
m
m 1
sin
n
Dimana :
L = Panjang elektroda(m)
a = jari-jari diameter (m)
h = Dalam penanaman (m)
n = Banyak lengan elektroda (m)
m = 1,2,3, , n-1
n 1
L
R
ln1,27
L
2a d
Dimana,
a = jari-jari cincin (m)
d = kedalaman pentanahan
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
30
POTENSIOMETE
R
Metode potensiometer adalah suatu metode yang membandingkan dalam keadaan setimbang
dari suatu rangkaian jembatan
Pengukuran tahanan
Langkah kerja :
E1
R1
S
2
Rx
Rst
Vx
Vst
R2
E2
Vst I R st R st
Rx
Vx
R st
Vst
27
Pengukuran Tegangan
Langkah Kerja:
Hubungkan kontak K dan atur potensio R
dalam keadaan setimbang (Nol) sehingga
didapat r, maka :
I.R
K
Ex
Est
E st I. r
E x I.R
E st I . r
Ex
Contoh :
Ew
; E x I.R
R
E st
r
Rh
Ex
Est
1
2
K
G
Ew
I
Rh
a-b
Ex
Est
R
G
= baterai
= arus kerja
= rheostad
= potensiometer = 200
= tegangan yang diukur
= tegangan standard 1,018 Volt
= tahanan pengaman
= Galvanometer
28
Arus kerja diatur oleh Rh, baterai Ew dan standard cell Est. Kontak K ditutup, saklar s
pada posisi 1, potensiometer pada kedudkan c, misal pada 101,8 cm = 101,8 dan
reostad Rh diatur sehingga galvanometer G meninjukkan Nol, maka
E st E ac 1,108 V
I . 101,8 1,018
1,018
I
10 m A 10.10 3 mA
101,8
Kemudian saklar s pada kedudukan 2, dengan Rh tetap sehingga I tetap 10 mA dan
potensiometer diatur sehingga galvanometer menunjukkan Nol, misalnya potensiometer
terletak pada titik d, maka :
E x 10 .10 3 x R a d volt
29
r L
AM (Ampere-meter)
I
Z
I
Z
I
Z
Z AM
r
AB
sh
sh
AM
sh
sh
sh
L
I
Ish
B
A
ZAM = Impedansi Ampere-meter
RL
AM (Ampere-meter)
(Beban/
Jadi nilai tahanan shunt tsb lebih kecil dari impedansi
Tahanan)
dalam ampere-meter
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
30
Contoh :
Suatu ampere-meter untuk mengukur arus dc dengan batas ukur 1 mili-ampere. Tahanan
dalamnya 60 dan induktansinya 0,75 H.
Hitunglah tahanan shunt jika ampere-meter tersebut diperbesar sampai batas ukur maksimum 1
Ampere.
Jawab :
Dalam pengukuran arus dc, impedansi dalam tidak berpengaruh, hanya tahanan dalam saja
yang berpengaruh.
maka :
Zsh
I
Ish
A
Zsh
r L
Zsh
B
AM (Ampere-meter)
RL
(Beban/
Tahanan)
R sh
I
Ish
I
Ish
Z AM , dimana
Z AM (r jL) r
r R sh
1
60 0,06
999
31
Volt-Meter
Pemasangan Volt-Meter untuk mengukur tegangan terminal dipasang pararel
seperti gambar dibawah ini :
R
VM
RL
E
R
RL
VM
=
=
=
=
Tegangan sumber
Tahanan rangkaian
Tahanan beban
Volt-meter
Dalam alat ukur Volt-meter terdapat tahanan (r) dan induktansi (L) karena ada kumparan,
sehingga terjadi kesalahan/penyimpangan dalam hasil pengukuran.
VAB i R s VM
RS
VM
RL
i R s VAB VM
V VM VAB i . r
R s AB
i
i
V
R s AB r
i
32
Untuk mengukur tegangan ac, dengan menambahkan kapasitor (C) yang dipararel dengan R seri
yang berguna untuk mengkompensasi induktansi dari volt-meter sehingga didapat :
R
A
c
RS
RL
VM
L
(1 2 ) R s2
c 0,414
L
R s2
B
Contoh :
Volt-meter besi putar dengan simpangan maksimum untuk arus 0,1 A dc, tahanan dalam
500 ohm dan induktansi dalam 1 henry dan bekerja pada frekuesi 50 Hz. Jika diinginkan
batas volt-meter menjadi 250 volt dc dan ac, maka hitunglah besarnya tahanan dan
capasitansi yang akan digunakan memperbesar volt-meter tersebut
Jawab :
V i .r 0,1 x 500 50 Volt dc
V
R s AB
i
250
Rs
500 2000 2 k
0,1
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
33
250
0,099 Ampere
2520
34
Ohm-meter
Digunakan untuk mengukur tahanan secara langsung dengan bantuan sumber tegangan (baterai)
seperti gambar dibawah ini.
Cara Kerja :
1. Saklar S dibuka, titik a dan b dihubung singkat.
Rp
Potensiometer RP diatur sehingga didapat
simpangan yang maksimum (Nol Ohm), Jadi arus
Rs
r L
maksimu (Io) yang melalui RS adalah :
a
Is I0 (r R p ) / R p
(Rs+r)/p
Rx
s
E
2. Sekarang hubungkan tahanan RX yang akan diukur. Bila arus yang melalui sebesar I, maka
Is K I
KI
E
R s R pr R x
35
K I E /( R s R pr R x )
I 0 (R s R pr R x )
I
(R s R pr )
I
R x (R s R p ) 0 1
I
Suatu kebiasaan dalam praktek untuk membuat RP jauh lebih besar dari r sehingga RP hampir
mendekati r, maka
I
R x (R s R p ) 0 1
I
Dari persamaan di atas diketahui bahwa tahanan sebesar nol ohm akan menyebabkan arus
sebesar I0 melalui alat pengukur. Sedangkan jika arus yang mengalir adalah I0/2 maka didapat:
R x (R s r )
Jadi dengan persamaan tsb, maka skala dapat dibuatkan tidak terhadap arus akan tetapi
terhadap tahanan, sehingga besar tahanan RX langsung didapat dari bacaan pada penunjukkan.
Dengan memasang tahanan sebesar (RS+r)/p dengan menutup saklar S, maka daerah
pengukuran dapat diperluas/dirubah sesuai dengan tahan luar R X/p.
Jadi perubahan pada batas pengukuran dapat dilakukan dgn perkalian sbb :
R x 1; R x 10 ; R x 1K; dst.
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
36
CP
Pengukuran kapasitor
a. Jembatan arus bolak-balik
a
Z2
D
Z
c
Z4
D = detektor
Jadi jembatan tersebut dalam keadaan setimbang jika
detektor menunjukkan nol dan memenuhi persyaratan :
Z1 Z 4 Z 2 Z3 dan Q1 Q 4 Q 2 Q3
d
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
37
b. Jembatan Schering
a
C1
R2
R1
D
RX R2
CX
C3
C X C3
RX
d
C1
C3
R1
R3
c. Jembatan Wein
a
CX
R2
R1
b
D
Rx
R4
C4
d
R 4 C4
R 2 (1 2 R 24 C 24 )
R 2 (1 2 R 24 C 24 )
C4
2 R 4 R1 C 24
2f frekuensi sangat berpengaruh
Cx
38
d. Metode Volt-Ampere
A
V
i C V
INDUKTOR
(Henry)
+
-
v( t ) L
di
1
dan i( t ) v dt
dt
L
L1
Rugi-rugi tembaga = I2 R
C
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD
39
PENGUKURAN
PDAYA
V .I
P V I Cos
P 3 VL I L Cos
P V1 I1 Cos 1 V2 I 2 Cos 2 V3 I3 Cos 3
PENGUKURAN DAYA ARUS SEARAH
a. Metode Volt-Ampere-meter
A
V
A
R
Beban Kecil
Arus Kecil
Perubahan Tegangan kecil
Beban Besar
Arus Besar
Perubahan Tegangan besar
42
b. Metode Watt-meter
W
V3
Beban
V3
V1
V3 2 V2 2 V12
V I cos
Beban
2R
V2 = I R
V2
cos
R
V3 2 V2 2 V12
pf cos
Faktor Daya
2 V1V2
43
b. Metode 3 Ampere-meter
A3
A1
V3
I2 = V/R
A2
I2
I1
I3 2 I12 I 2 2 2I1I 2 cos
I12 I 2 2 2I1
V
cos
R
W V I1 cos
I 2 R I1 cos
R (I3 2 I 2 2 I12 )
V I cos
Beban
2
I3 2 I 2 2 I12
pf cos
Faktor Daya
2 I1I 2
44
c. Metode Watt-meter
W
R
P = V I cos
Beban
B. Sistem 3 Phasa
IR
R
PR
VR0
C
IS
S
0
VS0
PS
IT
VT0
PT
45
IS
S
PT
IT
W = Watt meter
T
R
W
VR 3 VS
PT1
S
CT
PT2
46
PENGUKURAN DAYA
REAKTIF
S P jQ
P V I Cos
Q V I Sin
Daya reaktif merupakan daya dengan pergeseran antara arus dan tegangan sebesar
sudut 900
Pengukuran daya dengan Volt dan Ampere-meter
A
R
Beban
47
RS
Sehingga didapat :
R1
L1
RS
dan
L
s
(1 2 L1C) 2
1 2 L1C
LS
Pengukuran Induktor
a. Jembatan Maxwell
a
R1
R2
C1
RX
D
R2 R3
R4
L X R 2 R 3 C1
LX
R3
RX
d
40
b. Jembatan Hey
a
C1
R1
R2
2 C12 R1 R 2 R 3
RX
1 2 C12 R12
c
LX
LX
R3
R1 R 2 C1
1 2 C12 R12
RX
d
c. Metode Volt-ampere
I
A
V
Jadi ,
L
V
; 2f
L
V
I
41