Anda di halaman 1dari 51

PENGUKURAN LISTRIK

Ir. Antonius Ibi Weking, MT


Jurusan Teknik Elektro FT
Universitas Udayana

TUJUAN :
Teori :
Mahasiswa memahami berbagai macam alat ukur listrik dan kesalahannya,
kalibrasinya, serta memahami penggunaan alat ukur listrik, metode pengukuran.
Praktikum :
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran listrik menggunakan alat ukur listrik
dengan teknik/metode pengukuran yang benar serta mampu mencari kesalahan alat
ukur dan pengukuran.

POKOK MATERI :
Sistem pengukuran, karakteristik peralatan dan metode pengukuran, klasifikasi alat-alat ukur
listrik dan penggunaannya, kesalahan dalam pengukuran, metode pembanding, dan kalibrasi alat
ukur. Pengukuran besaran listrik : arus, tegangan, resistansi, kapasitansi, induktansi, daya nyata,
daya reaktif, faktor daya. Transformator ukur (transformator arus dan transformator tegangan).
Cara kerja den penggunaan oscilloscope (CRO), spectrum analyzer.

KEPUSTAKAAN :
A.K Sawhney, A.K, (1990). Electrical dan Electonic Measurement
and Instrumentattion,
Dampat Rai & Sons, New Delhi.
Sapiie Soedjana, (1976). Pengukuran dan Alat-Alat Ukur Listrik, Jakarta, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
D. Cooper, William, (1985). Electronic instrumentation and Measurement Technique, Prentice Hall,
1978.
Diktat Kuliah.
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

Kasifikasi Alat ukur


Alat ukur kumparan putar
Alat ukur besi putar
Alat ukur elektrodinamis
Alat ukur elektrostatis
Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran
Relative error
Systematic eror
Perhitungan maksimum systematic error

Tahanan dan pengukurannya


Nilai tahanan dan pengaruh suhu
Pengukuran tahanan
Pengukuran tahanan isolasi (tahanan tinggi)
Mengukur tahanan pentanahan

Potensiometer (pembanding)

Pengukuran Kapasitor dan


Induktor
Kapasitor
Induktor

Pengukuran Daya
Pengukuran daya arus searah (DC)
Pengukuran daya arus bolakbalik(AC) sistem 3 phasa

Pengukuran Daya Reaktif


Sistem 1 phasa
Sistem 3 phasa

Oscilloscope
Grounding tester
Merger

Pengukuran tahan dengan potensiometer


Pengukuran tegangan dengan potensiometer

Penggunaan Ampere-meter, Volt-meter


dan Ohm-meter
Ampere-meter
Memperbesar batas ukur/range ampere-meter
Volt-meter
Memperbesar batas ukur/range volt-meter
Ohmeter
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

SATUAN DAN STANDARD


Satuan menunjukkan besaran apa yang akan diukur
Sistem satuan standard :
1. Sistem CGS (Centimeter, Gram, Second)
2. Sistem MKS (Meter, Kilogram, Second)
Satuan-satuan :
Arus Listrik (I) = Ampere (A)
Tegangan (V)
= Volt (V)
Tahanan (R)
= Ohm ()
Daya (P)
= Watt (W)
Induktansi (L)
= Henry (H)
Kapasitansi (C) = Farad (F)
Muatan Listrik (Q) = Coulomb (C)

Penurunan dari satuan-satuan :


12
1. Picco (p)
= 10
2. Nano (n)

9
= 10

3. Micro ()

= 10 6

4. Milli (m)

3
= 10

5. Centi (c)

= 10 2
1
= 10
1
= 10

6. Deci (d)
7. Deca (da)
8. Hecto (h)
9. Kilo (k)
10. Mega (M)
11. Giga (G)
12. Tera (T)

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

2
= 10
3
= 10

6
= 10
9
= 10
12
= 10

KLASIFIKASI ALAT UKUR


Menurut Prinsip Kerja dan Konstruksi
1. Alat ukur kumparan putar
2. Alat ukur besi putar
3. Alat ukur elektrodinamis
4. Alat ukur elektrostatis
5. Alat ukur induksi

A. ALAT UKUR KUMPARAN PUTAR


Adalah alat ukur yang bekerja dengan prinsip
listrik ditempatkan dalam medan listrik permanen
Prinsip Kerja :
Kumparan bergerak dalam medan magnet
permanen, selinder inti besi terletak diantara
kedua kutub magnet. Jika ada arus searah yang
mengalir melalui kumparan tsb, maka gaya
elektromagnetis yang mempunyai arah tertentu
akan dikenakan pada kumparan putar.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Magnet tetap
Kutub sepatu
Inti besi lunak
Kumparan putar
Pegas Spriral
Jarum penunjuk
Rangka kumparan
putar
8. Tiang poros

Prinsip Kerja Alat Ukur Jenis Kumparan Putar

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

Arah Gaya berdasarkan hukum


tangan kiri dari Fleming
Gaya f = naBI
Kopel Td = BnabI
dimana :
n = jumlah lilitan
a = panjang kumparan
B = besar medan magnet dalam
celah udara
I = kuat arus
b = lebar kumparan
Pegas dipasang pada gambar didepan untuk mendapatkan simpangan jarus yang sesuai dengan
harga dari besaran arus yang diukur, sehingga :
Momen lawan : Tc =
= konstanta pegas
= sudut simpangan
Dalam keadaan seimbang :
Td = Tc
BnabI =
= BnabI /
BnabI / adalah konstanta alat ukur
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

Dari gerakan osilasi jarum penunjuk, maka


diperlukan redaman dengan cara :
1. Rem udara dengan penghisap
tabung.
2. Rem arus putar dengan keping
dan magnet permanen.
3. Memasang rangka pada kumparan
putar dengan kerangka
aluminium.

Gerakan Jarum Penunjuk

Kerangka aluminium akan timbul arus induksi


yang arahnya melawan dari arah putaran
kumparan putar sehingga menghambat
perputaran.
Penggunaan alat ukur ini dalam pengukuran
arus searah sebagai ampere-meter, ohm-meter,
volt-meter dan multi-meter.
Penggunaan pada pengukuran arus bolak-balik
diperlukan suatu penyearah (rectifier) sebelum
diukur.
Peredam dalam alat ukur jenis
kumparan putar
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

B. ALAT UKUR BESI PUTAR


Ada 2 Type :
1. Jenis Tolak (repulsion type)
2. Jenis Tarik Menarik (attraction type)

Konstruksi :
Terdiri dari kumparan tetap dan pasang besi lunak yang mudah
dimagnetisasi. Penempatan besi lunak seperti pada gambar
yaitu terhubung dengan sumbu dari jarum penunjuk sehingga
dapar bergerak bebas

Jenis tolak (repulasion type)

Prinsip Kerja :
Arus mengalir, timbul medan elektromagnetis yang
memagnetisasi besi lunak. Arah kedua kutub lunak akan sama,
yang mengakibatkan saling tolak menolak sehingga terjadi
pergeseran jarum penunjuk.
Karena kedua besi lunak tersebut mempunyai arah kutub yang
sama maka alat ukur ini dapat dugunakan untuk mengukur
besaran arus searah dan bolak-balik

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

Jenis gabungan tarik dan tolak


(combined attraction and
repulsion type)
8

C. ALAT UKUR ELEKTRODINAMIS


Konstruksi :
Terdiri dari kumparan putar dan kumparan tetap.

Prinsip Kerja :
Bila ada arus yang mengalir melalui kumparan putar
dan kumparan tetap, maka akan terjadi interaksi
antara medan magnet dan arus yang meyebabkan
terjadinya momen putar pada kumparan tersebut
sehingga jarum memberikan simpanan.
Pegas spiral berguna untuk memberikan momen
lawan sehingga penunjukkan jarum sesuai dengan
besaran arus yang diukur.

F : Arah dari gaya


I : Arah dari arus
H : Arah dari fluksi magnit

Alat ukur ini bisa digunakan untuk mengukur arus searah


dan arus bolak balik, tetapi jarang digunakan karena
pemakaian dayanya cukup tinggi.
Pemakaian yang lain yang banyak dijumpai adalah dalam
pengukuran daya sebagai Watt-meter.

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

Alat Ukur Elektrodinamis


9

C. ALAT UKUR ELEKTROSTATIS


Konstruksi :
Terdiri dari eletroda tetap, elektroda putar, cincin pelindung

Prinsip Kerja :
Berdasarkan prinsip elektrostatis
sebagai interaksi kedua elektroda.
Jika Tegangan tinggi V
ditempatkan diantara elektroda
tetap dan putar, maka akan timbul
atraksi yang mengakibatkan
bertambahnya kapasitas dari
kondensator. Elektroda putar akan
berputar dan dihubungkan dengan
suatu alat sehingga dapat memutar
jarum penunjuk.
Alat Ukur Elektro Statis

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

10

C. ALAT UKUR INDUKSI


Konstruksi :
Terdiri dari piringan logam yang dapat berputar pada porosnya dan dua buah kumparan tetap.

Prinsip Kerja :
Bila kumparan dilalui arus,
timbul medan magnet yang akan
menginduksi piringan logam
sehingga menimbulkan momen
putar.

Penggunaan alat ini sebagai pengukur


tegangan, arus dan daya

Alat Ukur Induksi

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

11

KESALAHAN-KESALAHAN DALAM
PENGUKURAN
1. Internal (alat itu sendiri)
2. Eksternal (manusia, lingkungan)

Istilah dalam pengukuran

1.
2.
3.
4.

Ketelitian (accuracy)
Presisi
Sensivitas
Kesalahan (error)

Ketelitian (accurancy) :
Pendekatan dengan harga yang ditunjukan sebenarnya dari pada besaran yg diukur

Presisi :
Kemampuan dari alat ukur dalam pengukurannya.
Presisi tinggi = kesalahan kecil

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

12

Sensitivitas :
Kemampuan alat ukur, input kecil, perubahan output yang besar/simpangan jarum
penunjuk besar

Kesalahan (error) :
Penyimpangan dari harga sebenarnya dari pengukuran.
a. Relatif Error adalah perbandingan antara besaran kesalahan thd harga yang
sebenarnya.
Kesalahan dari alat ukur () = M-T
M = harga yang didapat dari alat ukur.
diukur.
T = harga yang sebenarnya dari kebesaran yang
Kesalahan relatif adalah hasil bagi dari kesalahan terhadap harga sebenarnya (/)
atau disebut ratio kesalahan dan harga numeriknya dinyatakan dengan %
b. Systematic error adalah kesalahan karena konstruksi alat :
- Kesalahan karena konstruksi besarnya ditentukan oleh pabrik.
- Kesalahan karena pembacaan jarum penunjuk (secara konstruksi kurang runcing,
kurang tipis, bayangan jarum sehingga menyebabkan kesalahan paralax)

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

13

Contoh :
Dari hasil pengukuran terhadap tahanan didapat tegangan antara ujung-ujungnya adalah
(100 1) volt dan arus yang melalui tahanan tersebut sebesar (90 0,9) mA. Hitunglah
Besar tahanan tersebut :
Jawab :
R = V/I
V = 100 1
I = 90 0,9
Maka :
Relatif error : (1/100) x 100%=1%
Relatif error : (0,9/90)x 100 %=1%
Jadi :
R/R = (V/V)+(I/I)
= (1/100)+(0,9/90)
= 0,01 + 0,01 = 0,02
R = 0,02 (100/90)
= 0,0222 k
R = (V/I) R
= (100/90) 0,0222
= 1,11 0,0222 k

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

14

STANDAR KETELITIAN ALAT UKUR


1. Ketelitian alat ukur diklasifikasikan dalam 8 kelas
yaitu : 0,0.5 ; 0,1 ; 0,2 ; 0,5 ; 1; 1,5; 2,5; 5.
artinya kesalahan alat ukur didalam batas-batas ukur seharusnya ada dalam batas
masing-masing X sebagai 0,05 %; 0,1%; 0,2% ; 0,5%; 1%; 1,5%;2,5%;
5%
secara relatif kepada harga maksimum-masing kelas tersebut.
2. Dalam pemilihan alat ukur untuk pengukuran, peralatan, perencanaan penggunaan
alat maka diklasifikasikan menjadi 4 klas yaitu :
a. Kelas 0,05; 0,1 ; 0,2 golongan dengan ketelitian/presisi sangat tinggi biasanya
ditempatkan stationer dan digunakan untuk eksperimen dilaboratorium atau
untuk pengujian alat ukur lainnya.
b. Kelas 0,5 golongan dengan ketelitian tinggi dan biasanya dipakai pada alat-alat
ukur portable.
c. Kelas 1,0 golongan lebih rendah dari kelas ukur 0,5 dengan presisi tinggi,
biasanya dipergunakan pada alat ukur portable yang kecil atau ditempatkan pada
panil yang besar.
d. Kelas 1,0 ; 2,5 ; 5 golongan dengan ketelitian yang tidak begitu tinggi, biasanya
dipasang pada panil-panil dengan ketelitian yang tidak penting.

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

15

PENYEBAB KESALAHAN ALAT UKUR

PENYEBAB

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Medan magnet luar


Temperatur keliling
Pemanasan sendiri
Pergeseran dari titik nol
Gesekan
Umur
Letak dari alat ukur

Medan magnet luar


Terganggunya medan magnet pada celah udara pada sirkit magnet dan kumparan alat ukur.

Temperatur keliling
Suhu jauh berbeda maka ada pemuaian dan penyusutan, sehingga kesalahan terjadi.

Pemanasan sendiri
Arus pada pengukuran menyebabkan terjadinya perubahan nilai pada alat kumparan

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

16

Pergeseran dari titik nol


Kelenturan dari pegas, jika digunakan berulang-ulang akan terjadi pergeseran dari titik nol.

Gesekan-gesekan
Terbuat dari bantalan dan sumbu, maka penggunaan berulang kali mengakibatkan kesalahan
karena rugi-rugi gesek makin besar.

Umur
Kemungkinan besar akan berubah, dan sebaiknya dilakukan kalibrasi secara berkala
(0,5 sampai 1 tahun sekali)

Letak dari alat ukur


Secara konstruksi ditentukan oleh pabrikasi, maka ikut simbul / tanda peletakan dari
alat tersebut, seperti
Tegak simbulnya
Datar
Miring 60o

60o

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

17

TAHANAN DAN PENGUKURANNYA


Tahanan yang ideal adalah bila diberi tegangan diantara kedua ujungnya, maka tegangan
tersebut akan sebanding dengan arus yang mengalir pada tahanan tersebut.
V
I

Nilai tahanan dan pengaruh suhu


Nilai tahanan biasanya ditentukan dengan kode warna, besarnya nilai kode-kode warna
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Hitam
: 0
2. Coklat
: 1
3. Merah
: 2
4. Jingga/orange
: 3
5. Kuning
: 4
6. Hijau
: 5
7. Biru
: 6
8. Ungu/violet
: 7
9. Abu-abu
: 8
10. Putih
: 9
11. Emas
: 5%
12. Perak
: 10 %
13. Tanpa warna
: 20 %
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

18

Warna emas, perak dan tanpa warna adalah toleransi dari tahanan tersebut jadi
besarnya nilai tahanan R dapat dirumuskan sbb :
Jadi besarnya nilai tahanan R dapat dirumuskan sebagai berikut :
A

B C

Contoh :
Sebuah tahanan dengan warna merah, jingga, biru dan emas, maka cara mengetahui
nilainya adalah :
R = A, B, 106 D %
R = A, B, 106 5 %
= 23000000 5 %
= 23 M dengan toleransi 5 %

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

19

PENGUKURAN
TAHANAN
Klasifikasi pengukuran tahanan :
1. Tahanan rendah ( 1); mis. R kontak, R belitan dll.
2. Tahanan menengah (1 - 10); mis. Keperluan peralatan elektronik
3. Tahanan tinggi (>10 M); mis. Tahanan isolasi

Pengukuran tahanan rendah :


Dapat dilakukan dengan metode Volt-Ampere Meter
A

Rv

Rv

V
A

Volt / Amp

V
A

Volt / Amp

V
Digunakan untuk pengukuran yang rendah yang relatif kecil
A
Rx

Rx

V
Digunakan unutk pengukuran tahanan rendah yang relatif besar

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

20

Pengukuran Tegangan
Menengah
:
Dapat dilakukan dengan :
ohm-meter; langsung dengan alat ukur
metode volt-ampere meter; sama seperti di atas
metode subsitusi
metode jembatan
1
A

Rx

S
2

Kontak S pada posisi 1 dibaca nilai A (Amperemeter), maka kontak S pada posisi 2 nilai A harus
sama dengan cara mengatur R (variabel / potensiometer ) sehingga didapat nilai Rx.

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

21

Metode
Jembatan :
a
Dalam Keadaan setimbang :

Vad = Vab
Vcd = Vcb

I1 P = I2 Q
I1R = I2Rx

RX
c

RX
P,Q,R
G
E

= Tahanan yang akan diukur


= Tahanan-tahanan yang besar
nilainya diketahui
= Galvanometer
= Tegangan

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

Maka :
P
R i2

Q R X i1
Rx

QR
P

22

Pengukuran Tahanan Isolasi


Dapat dilakukan dengan jembatan MegaOhm.
Kesalahan yang timbul pada metode ini adalah adanya arus bocor pada tahanannya.
Untuk mengurangi hal ini maka digunakan rangakaian GUARD seperti pada gambar
dibawah ini :
Frame metal
A
B
RX

Arus Bocor
a

RS

RP
E

RQ

RX
c

R1

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

R2

R1 dan R2 adalah tahanan bocor


R1 dipararel dengan RP
R2 dipararel dengan RG (tahanan galvanometer)
Sehingga :
R1 R2 efek pararel ini tidak mempengaruhi
sehingga tahanan pararel dianggap sama
dengan RP.
R2 RG dianggap sama dengan RG
Maka dalam keadaan setimbang
RQ RS = RP RX
R .R
Rx Q S
RS

23

Mengukur Tahanan Pentanahan


Digunakan metode tegangan jatuh (Voltage-drop)
I

V
V
A

V2
V0
V1
P1

P1

P3

P2

P2

Tegangan antara P1 dan P2 = V0; jarak P1 ke P2 > 10 meter, P3 terletak dekat P1 atau P2, maka
potensial antara P1 dan P2 naiknya sangat cepat (lihat grafik). Jika P3 diletakkan pada potensial
konstan (P3 terletak jauh dari P1 dan P2) maka;
VP1P2=V1 dan VP3P2=V2
Maka tahanan-tahanan pentanahan diberikan adalah :
V
V
R1 1 dan R 2 2
I
I
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

24

Contoh :
1. Sebuah ampere-meter menunjukkan arus sebesar 10 A, sedang accuracy +1%, maka harga
yang sebenarnya dari pada arus yang diukur :
100 1/100 x 10 = 9,9 A
2. Sebuah Volt-meter mempunyai accuracy 2 % pada skala penuh. Bila range yang digunakan
300 volt; sedang jarum penunjuk menunjukkan 150 volt, maka accuracy:
(300/150) x 2% = 4%
Menjumlah / mengurangi dua hasil pengukuran
Y = U+V
U = hasil pengukuran dengan kesalahan U
V = hasil pengukuran dengan kesalahan V
Bila Y adalah Y, maka
Y + Y = U+U+V+ V
Y - Y = U- U+V- V 2 Y = 2(U+V)
Kesalahan relatifnya :
Y
U V
U V

Y
Y
UV

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

25

Hasil bagi dari dua pengukuran


U
Y
V
U U
Y Y
V V
U U V V
UV UV VU UV
Y Y
x

V V V V
V 2 V 2
dengan mengabaikan (U V ), V 2 , maka
UV UV VU U UV VU
Y Y

V2
V
V2
UV U
V

V2
V
UV U

2
Y
V
V

U
Y
V
Kesalahan relatifnya
Y V U

Y
V
U

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

26

a. Elektroda Batang Yang ditanam Vertikal


4L
R
1 ()
ln
2L
a

Untuk n batang pentanahan berlaku persamaan sbb :


R
Rn
()
n
Keterangan :
R
= Tahanan Pentanahan ()

= Tahanan jenis tanah (-m)


L
= Panjang elektroda pentanahan (m)
a
= Jari-jari elektroda pentanahan (m)

= koefisien kombinasi
(tergantung jarak masing-masing rod)
n
= Banyak elektroda pentanahan
z
= Jarak ujung alas batang elektroda dg permukaan
tanah
Jarak antara (m)

Koefisien kombinasi

0,5

1,35

1,20

1,15

1,10

1,05

1,0

Tanah
Elektroda

Bila elektroda tidak pas di permukaan tanah maka


persamaan yang digunakan :
4 z 4( z ) 2
1 zL z
4L
L
L
ln
()
R

ln

ln
2

2
z
4
z
z
2L
a
1 L L 1 L 4( L)

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

27

b. Dua (2) Elektroda Batang Yang ditanam Vertikal


2L 2 2
4L
2 s 2 4L2

R
ln
1 ln
2 L 2L ()
2L
a
s

s = jarak antara kedua elektroda


Jika s > L maka :
4L

L2 2L4
1 2 4 ... ()
R
1
ln

4L
a
4

s
3s
5s

Jika L > s maka :

4L
4L
s
s2
s4
ln
()
R

ln

...

4L
a
s
2L 16L2 512L4

c. Sistem Pentanahan Bentuk Pelat


4L a 2 ab 4L
s
s2
s4
ln
()
R

ln
1

4L
a a (a b) 2
s
2L 16L2 512L4
Dimana :
L = (s+a) panjang elektroda pentanahan (m)
a = Panjang sisi pelat tegak lurus permukaan tanah (m)
b = panjang sisi pelat sejajar permukaan tanah (m)
s = jarak pelat dari permukaan tanah
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

28

d. Sistem Pentanahan Bentuk Grid


Pentanahan ini dilakukan dengan memanamkan beberapa elektroda (rod) tegak lurus
dengan permukaan tanah, akan memerlukan batang elektroda untuk menghubungkan
dengan ground bus, maka sususan tersebut akan membentuk grid. Perhitungan tahanan
pentanahan dengan sistem grid adalah sbb:
1
1
1

R g
1

L
20
A
1

h
20
/
A

()

Dimana :
L = Panjang keseluruhan rod (m)
A = Luas Grid (m)
h = Dalam penanaman (m)
= tahanan jenis tanah
Rg = tahanan pentanahan ()
e. Pentanahan Dengan Satu Elektroda Horisontal

4L
4L
s
s2
s4
ln
()
R

ln

...
2
4

4L
a
d
2L 16L 512L

Dimana :
L = Panjang elektroda(m)
a = diameter konduktor (m)
h = Dalam penanaman (m)
d = jarak elektroda dari permukaan tanah (m)
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

29

f. Pentanahan Bentuk Radial


Merupakan susunan pentanahan yang ditanam sejajar permukaan tanah dan berpotngan
secara radial.
2L

R
1 N(n )
ln
dengan,
n L
a

1 sin nm
N(n ) ln
m
m 1
sin

n
Dimana :
L = Panjang elektroda(m)
a = jari-jari diameter (m)
h = Dalam penanaman (m)
n = Banyak lengan elektroda (m)
m = 1,2,3, , n-1
n 1

g. Pentanahan Bentuk Cincin


Pentanahan dengan menanamkan elektroda sejajar berbentuk cincin (lingkaran) sejajar
pemukaan tanah.

L
R
ln1,27
L
2a d
Dimana,
a = jari-jari cincin (m)
d = kedalaman pentanahan
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

30

POTENSIOMETE
R

Metode potensiometer adalah suatu metode yang membandingkan dalam keadaan setimbang
dari suatu rangkaian jembatan
Pengukuran tahanan

Langkah kerja :

E1

1. Atur Rheostat R1 sehingga arus I tetap,


sehingga jatuh tegangan pada Rx = Vx dan
pada Rst = Vst.

R1

S
2

3. Hubungkan sklar S pada posisi 2, dan atur


potensiometer agar galvanometer tetap nol,
maka Vx = I R2.

Rx

Rst

Vx

Vst

R2

2. Hubungkan saklar S pada posisi 1, dan atur


potensiometer R2 agar Galvanometer
menunjuk Nol, maka Vst = I R2

E2

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

4. Jadi dapat dicari :


Vx I R x R x

Vst I R st R st
Rx

Vx
R st
Vst
27

Pengukuran Tegangan

Langkah Kerja:
Hubungkan kontak K dan atur potensio R
dalam keadaan setimbang (Nol) sehingga
didapat r, maka :

I.R
K
Ex

Est

E st I. r
E x I.R

E st I . r
Ex

Contoh :
Ew

; E x I.R

R
E st
r

Rh

Ex
Est

1
2

K
G

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

Ew
I
Rh
a-b
Ex
Est
R
G

= baterai
= arus kerja
= rheostad
= potensiometer = 200
= tegangan yang diukur
= tegangan standard 1,018 Volt
= tahanan pengaman
= Galvanometer

28

Arus kerja diatur oleh Rh, baterai Ew dan standard cell Est. Kontak K ditutup, saklar s
pada posisi 1, potensiometer pada kedudkan c, misal pada 101,8 cm = 101,8 dan
reostad Rh diatur sehingga galvanometer G meninjukkan Nol, maka
E st E ac 1,108 V
I . 101,8 1,018
1,018
I
10 m A 10.10 3 mA
101,8
Kemudian saklar s pada kedudukan 2, dengan Rh tetap sehingga I tetap 10 mA dan
potensiometer diatur sehingga galvanometer menunjukkan Nol, misalnya potensiometer
terletak pada titik d, maka :
E x 10 .10 3 x R a d volt

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

29

APLIKASI AMPERE-METER, VOLT-METER DAN OHM-METER


Ampere-meter

Digunakan untuk mengukur arus.

r L
AM (Ampere-meter)

Cara menghubungkannya adala diseri dengan beban


yang diukur.
RL
(Beban/
Tahanan)

Dalam alat ukur ampere-meter terdapat tahanan (r)


dan induktansi (L) karena ada kumparan, sehingga
terjadi kesalahan/penyimpangan dalam hasil
pengukuran.

Memperbesar Batas Ukur/Range Ampere-meter


Memperbesar batas ukur Ampere-meter dilakukan bila arus yang diukur melebihi dari besarnya
arus batas ukur. Cara memperbesar batas ukur AM dengan memeasang tahahan/impedansi secara
pararel/shunt seperi gambar berikut ini
Zsh
VAB I Z AM I (r jL)
I
Ish
V

I
Z

I
Z

I
Z

Z AM
r
AB
sh
sh
AM
sh
sh
sh
L
I
Ish
B
A
ZAM = Impedansi Ampere-meter
RL
AM (Ampere-meter)
(Beban/
Jadi nilai tahanan shunt tsb lebih kecil dari impedansi
Tahanan)
dalam ampere-meter
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

30

Contoh :
Suatu ampere-meter untuk mengukur arus dc dengan batas ukur 1 mili-ampere. Tahanan
dalamnya 60 dan induktansinya 0,75 H.
Hitunglah tahanan shunt jika ampere-meter tersebut diperbesar sampai batas ukur maksimum 1
Ampere.
Jawab :
Dalam pengukuran arus dc, impedansi dalam tidak berpengaruh, hanya tahanan dalam saja
yang berpengaruh.
maka :
Zsh
I

Ish
A

Zsh

r L

Zsh
B

AM (Ampere-meter)

RL
(Beban/
Tahanan)

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

R sh

I
Ish
I
Ish

Z AM , dimana

Z AM (r jL) r

r R sh

1
60 0,06
999

31

Volt-Meter
Pemasangan Volt-Meter untuk mengukur tegangan terminal dipasang pararel
seperti gambar dibawah ini :
R

VM

RL

E
R
RL
VM

=
=
=
=

Tegangan sumber
Tahanan rangkaian
Tahanan beban
Volt-meter

Dalam alat ukur Volt-meter terdapat tahanan (r) dan induktansi (L) karena ada kumparan,
sehingga terjadi kesalahan/penyimpangan dalam hasil pengukuran.

Memperbesar batas ukur dari Volt-meter


Dapat dilakukan dengan cara memberikan tahanan seri dengan volt-meter
R

VAB i R s VM
RS
VM

RL

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

i R s VAB VM
V VM VAB i . r
R s AB

i
i
V
R s AB r
i

32

Untuk mengukur tegangan ac, dengan menambahkan kapasitor (C) yang dipararel dengan R seri
yang berguna untuk mengkompensasi induktansi dari volt-meter sehingga didapat :
R

A
c

RS

RL
VM

L
(1 2 ) R s2

c 0,414

L
R s2

B
Contoh :
Volt-meter besi putar dengan simpangan maksimum untuk arus 0,1 A dc, tahanan dalam
500 ohm dan induktansi dalam 1 henry dan bekerja pada frekuesi 50 Hz. Jika diinginkan
batas volt-meter menjadi 250 volt dc dan ac, maka hitunglah besarnya tahanan dan
capasitansi yang akan digunakan memperbesar volt-meter tersebut
Jawab :
V i .r 0,1 x 500 50 Volt dc
V
R s AB
i
250
Rs
500 2000 2 k
0,1
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

33

Arus yang melalui kumparan tanpa capasitor :


V
Iac AB
Z
Z ( r R s ) 2 ( 2 f L) 2
Z (500 2000) 2 (2 x 3,14 x 50 x 1) 2 250
Iac

250
0,099 Ampere
2520

Jadi penunjukkan volt-meter :


Iac
250
x 250
250 248 Volt
0,1
0,1 x 2520
Karena penunjukkan volt-meter lebih rendah dari 150 volt, maka diperbaiki dengan
penambahan capasitor sebesar :
L
1
c 0,414 2 0,41
Rs
(2000) 2
10 8 F 0,01F

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

34

Ohm-meter
Digunakan untuk mengukur tahanan secara langsung dengan bantuan sumber tegangan (baterai)
seperti gambar dibawah ini.
Cara Kerja :
1. Saklar S dibuka, titik a dan b dihubung singkat.
Rp
Potensiometer RP diatur sehingga didapat
simpangan yang maksimum (Nol Ohm), Jadi arus
Rs
r L
maksimu (Io) yang melalui RS adalah :
a
Is I0 (r R p ) / R p
(Rs+r)/p

Rx

s
E

Nyatakan persamaan tahanan pararel dari r dan RP


sebagai Rpr, maka dengan notasi K=(r+RP)/RP, kita
mendapatkan persamaan sbb
E
Is
K I0
R s R pr

2. Sekarang hubungkan tahanan RX yang akan diukur. Bila arus yang melalui sebesar I, maka
Is K I
KI

E
R s R pr R x

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

35

Dengan menggunakan hasil bagi maka didapat :


E /( R s R pr )
K I0

K I E /( R s R pr R x )
I 0 (R s R pr R x )

I
(R s R pr )
I

R x (R s R p ) 0 1
I

Suatu kebiasaan dalam praktek untuk membuat RP jauh lebih besar dari r sehingga RP hampir
mendekati r, maka
I

R x (R s R p ) 0 1
I

Dari persamaan di atas diketahui bahwa tahanan sebesar nol ohm akan menyebabkan arus
sebesar I0 melalui alat pengukur. Sedangkan jika arus yang mengalir adalah I0/2 maka didapat:
R x (R s r )
Jadi dengan persamaan tsb, maka skala dapat dibuatkan tidak terhadap arus akan tetapi
terhadap tahanan, sehingga besar tahanan RX langsung didapat dari bacaan pada penunjukkan.
Dengan memasang tahanan sebesar (RS+r)/p dengan menutup saklar S, maka daerah
pengukuran dapat diperluas/dirubah sesuai dengan tahan luar R X/p.
Jadi perubahan pada batas pengukuran dapat dilakukan dgn perkalian sbb :
R x 1; R x 10 ; R x 1K; dst.
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

36

PENGUKURAN KAPASITOR DAN


INDUKTOR
KAPASITOR (Farad)
Menyimpan energi jika tegangan, arus yang mengalir sebanding dengan perubahan tegangan
terhadap waktu (dv/dt)
i(t)
dv
1
+
iC
, v( t ) i dt
v(t)
C
dt
C
Kapasitor tak ideal
RP
RP adalah tahanan yang menunjukkan kerugian dielektrik
dari kapasitor CP.

CP

Pengukuran kapasitor
a. Jembatan arus bolak-balik
a

Vab Vac ; Vbd Vcd

Z2

D
Z

c
Z4

D = detektor
Jadi jembatan tersebut dalam keadaan setimbang jika
detektor menunjukkan nol dan memenuhi persyaratan :
Z1 Z 4 Z 2 Z3 dan Q1 Q 4 Q 2 Q3

d
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

37

b. Jembatan Schering
a

C1

Dengan mengatur R2 dan C1 maka jembatan


dapat dibuat seimbang, sehingga diperoleh :

R2
R1
D

RX R2

CX

C3

C X C3

RX
d

C1
C3

R1
R3

c. Jembatan Wein
a
CX

R2

R1
b

D
Rx

R4
C4
d

R 4 C4
R 2 (1 2 R 24 C 24 )

R 2 (1 2 R 24 C 24 )
C4
2 R 4 R1 C 24
2f frekuensi sangat berpengaruh

Cx

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

38

d. Metode Volt-Ampere
A
V

i C V

INDUKTOR
(Henry)

Menyimpan energi bila dilalui arus


i(t)
v(t)

+
-

v( t ) L

di
1
dan i( t ) v dt
dt
L

Induktor tak ideal :


R1

L1

Rugi-rugi tembaga = I2 R

C
Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

39

PENGUKURAN
PDAYA
V .I
P V I Cos
P 3 VL I L Cos
P V1 I1 Cos 1 V2 I 2 Cos 2 V3 I3 Cos 3
PENGUKURAN DAYA ARUS SEARAH
a. Metode Volt-Ampere-meter
A
V

A
R

Beban Kecil
Arus Kecil
Perubahan Tegangan kecil

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

Beban Besar
Arus Besar
Perubahan Tegangan besar

42

b. Metode Watt-meter
W

Besar Beban sesuai dengan penunjukkan


Watt-meter Prinsip kerja : Kombinasi
Antara AM dan VM

PENGUKURAN DAYA ARUS BOLAK


BALIK
A. Sistem 1 Phasa
a. Metode 3 Volt-meter
V2
R
V1

V3

Beban

V3 2 V12 V2 2 2V1V2 cos


V12 V2 2 2V1 I R cos
W V1 I cos V1

V3

V1

V3 2 V2 2 V12
V I cos
Beban
2R

V2 = I R

V2
cos
R

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

V3 2 V2 2 V12
pf cos
Faktor Daya
2 V1V2

43

b. Metode 3 Ampere-meter
A3

A1

V3

I2 = V/R

A2
I2

I1
I3 2 I12 I 2 2 2I1I 2 cos
I12 I 2 2 2I1

V
cos
R

W V I1 cos
I 2 R I1 cos
R (I3 2 I 2 2 I12 )
V I cos
Beban
2
I3 2 I 2 2 I12
pf cos
Faktor Daya
2 I1I 2

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

44

c. Metode Watt-meter
W
R

P = V I cos

Beban

B. Sistem 3 Phasa
IR

R
PR

VR0

C
IS
S

0
VS0

PS
IT

VT0

Ptotal (VR 0 I R VS0 IS VT 0 I T ) (I R IS I T )


beda tegangan sangat kecil 0
I R IS I T 0 Hk. kirchoff
maka :
Ptotal VR I R VS IS VT I T

PT

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

45

A. Pengukuran sistem 3 phasa untuk beban seimbang


Metode 1 Watt-meter
IR

IS

S
PT

IT

W = Watt meter
T

PT = Transformator Tegangan (1:1)


CT = Transformator Arus

R
W

VR 3 VS

PT1
S

CT
PT2

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

46

PENGUKURAN DAYA
REAKTIF
S P jQ
P V I Cos
Q V I Sin
Daya reaktif merupakan daya dengan pergeseran antara arus dan tegangan sebesar
sudut 900
Pengukuran daya dengan Volt dan Ampere-meter

A
R

Beban

Pengukuran daya reaktif dapat dilakukan


dengan menggunakan VAR meter yang
prinsipnya adalah pergeseran phasa
sebesar 900

Pergeseran phasa 900 didapat dengan :


a. Ekstra elemen
b. Watt Elemen

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

47

Dalam pengukuran biasanya digunakan skema ekuivalen seperti di bawah ini :

RS

Sehingga didapat :
R1
L1
RS
dan
L

s
(1 2 L1C) 2
1 2 L1C

LS

Pengukuran Induktor
a. Jembatan Maxwell
a

R1

R2

C1

RX
D

R2 R3
R4

L X R 2 R 3 C1

LX

R3

RX
d

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

40

b. Jembatan Hey
a
C1

R1

R2

2 C12 R1 R 2 R 3
RX
1 2 C12 R12
c

LX

LX

R3

R1 R 2 C1
1 2 C12 R12

RX
d

c. Metode Volt-ampere
I

A
V

Jadi ,
L

Ir. Antonius Ibi Weking, MT / FT. E. UNUD

V
; 2f
L

V
I

41

Anda mungkin juga menyukai