DOSEN PENGAMPUH:
Muhammad Nur Ihsan, S.Pi. M.Si
DI SUSUN OLEH:
Nama : NURFADILA
Nim : G0321311
Prodi : Perikanan Tangkap
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
Oseanografi Perikanan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penulis
2
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian komunitas biotik.........................................................................5
B. Klasifikasi intrakomunitas............................................................................5
C. Analisis komunitas.......................................................................................6
D. Keanekaragaman jenis dalam komunitas.....................................................7
E. Pola-pola dalam komunitas..........................................................................8
F. Ekotone dan konsep mengenai pengaruh tepi..............................................9
G. Paleoekologi.................................................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas adalah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada waktu dan
daerah tertentu yang saling bertinteraksi dan saling mempengaruhi. Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan
populasi.
Komunitas tidak hanya mempunyai kesatuan fungsional tertentu dengan struktur
trofik dan arus energi khas saja, tetapi juga merupakan kesatuan yang di dalamnya
terdapat peluang bagi jenis tertentu untuk dapat hidup dan berdampingan. walaupun
demikian tetap masih ada kompetisi diantaranya, sehingga akan ditemukan populasi
tertentu berperan sebagai dominansi suatu komunitas. Populasi yang mendominasi
tersebut terutama adalah populasi yang dapat mengendalikan sebagian besar arus
energi dan kuat sekali mempengaruhi lingkungan pada semua jenis yang ada di
dalam komunitas yang sama.
Ekotone adalah peralihan antara dua atau lebih komunitas yang berbeda. Daerah
ini adalah daerah pertemuan yang dapat berbentuk bentangan luas tetapi masih lebih
sempit/kecil jumlah populasinya dari komunitas sekitarnya. Komunitas ekotone
biasanya banyak mengandung organisme dari masing-masing komunitas yang saling
tumpang tindih, dan sebagai tambahan, ataupun sebagai organisme yang khas tidak
terdapat pada masing-masing komunitas pendampingnya.
Seringkali terdapat kecenderungan jumlah jenis dan kepadatan organisme di
wilayah ekotone lebih besar daripada komunitas sekitarnya Kecenderungan ini
akhirnya akan meningkatkan keanekaragaman dan kepadatan wilayah ekotone
dibanding komunitas pendampingnya. keadaan ini dikenal sebagai pengaruh tepi
(edge effect).
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Komunitas Biotik?
b. Apa Klasifikasi Intrakomunitas Dan Konsep Dominan Ekologi?
c. Apa Saja Analisis Komunitas?
d. Apa Saja Keanekaragaman Jenis Dalam Komunitas?
e. Apa Pola-Pola Dalam Komunitas?
f. Apa Ekotone Dan Konsep Mengenai Pengaruh Tepi?
g. Apa Paleoekologi?
C. Tujuan
a. Untuk Menetahui Pengertian Komunitas Biotik
b. Untuk Menetahui Intrakomunitas Dan Konsep Dominan Ekologi
c. Untuk Menetahui Analisis Komunitas
d. Untuk Menetahui Keanekaragaman Jenis Dalam Komunitas
e. Untuk Menetahui Pola-Pola Dalam Komunitas
f. Untuk Menetahui Ekotone Dan Konsep Mengenai Pengaruh Tepi
g. Untuk Menetahui Paleoekologi
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Beberapa indeks struktur yang berguna dalam komunitas.
a. Indeks dominansi (C)
C. Analisis Komunitas
Komunitas dapat diklasifikasikan menurut:
a. Bentuk atau sifat struktur utama seperti misalnya jenis dominan, bentuk-
bentuk hidup atau indicator-indicator.
b. Habitat fisik dari komunitas.Sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional seperti
tipe metabolisme komunitas. Klasifikasi didasarkan pada sifat-sifat
struktural merupakan agak spesifik untuk lingkungan tertentu.
6
Analisis komunitas dalam daerah geografis tertentu dari bentang darat telah
mengutamakan dua pendekatan yang berlawanan :
1. Pendekatan secara zona, dalam nama komunitas yang terputus-putus
dikenal,diklasifikasikan, dan didaftarkan dalam suatu bentuk daftar tipe-tipe
komunitas.
2. Pendekatan analisis gradien, yang melibatkan penyusunan populasi-populasi
sepanjang gradient atau sumbu lingkungan berdimensi satu atau banyak
dengan pengenalan komunitas dasar pada penyebaran-penyebaran frekuensi,
koefisien kesamaan, atau perbandingan statistic lainnya.
Istilah ordinasi sering kali digunakan untuk menyatakan pengaturan jenis dan
komunitas-komunitas sepanjang gradient, dan istilah continuum untuk
menentukan gradien yang mengandung jenis atau komunitas-komunitas yang
telah ditata.
Contoh:
Jika pada puncak pewarnaan musim gugur di great Smoky Mountain National
Park kita memilih tempat yang baik sepanjang jalan raya demikian rupa untuk
memperoleh pandangan(panorama) mengenai gradien altitude mulai dari dasar
lembah hingga puncak bukit, kita akan mengamati 5 mintakat warna seperti
berikut :
1. Hutan teluk berwarna warni.
2. Hutan hemlock berwarna hijau tua.
3. Hutan pasang merah tua
4. Vegetasi pasang gambut berwarna coklat kemerahan.
5. Hutan tusam berwarna hijau muda di bukit-bukit.
Kita dapat menganggap masing-masing dari 5 mintakat ini sebagai tipe
komunitas yang berlainan dan menganalisisnya sesuai dengan mereka itu, atau
kita dapat menganggap semua kelima-limanya itu sebagai bagian dari satu
continuum yang merupakan sasaran beberapa bentuk analisis gradien yang akan
menegaskan penyebaran dalam respon populasi-populasi jenis secara individu
terhadap keadaan lingkungan yang berubah dalam gradient tersebut.
7
2. Pembanding yang didasarkan pada indeks keanekaragaman, yang
merupakan nisbah atau pernyataan matematika lainnya, dari hubungan
jenis kepentingan.
Penting untuk diketahui bahwa keanekaragaman jenis mempunyai sejumlah
komponen yang dapat memberi reaksi secara berbeda-beda terhadap factor-faktor
geografis, perkembangan atau fisik. Satu komponen utama dapat disebut sebagai
kekayaan jenis atau komponen varietas. Komponen utama kedua dari
keanekaragaman adalah kesamaan-rataan atau equity- bilitas dalam pembagian
individu yang merata diantara jenisnya. Margalef (1968)menyatakan “ pakar
ekologi melihat dalam ukuran keanekaragaman manapun ungkapan dari
kemungkinan-kemungkinan pembuatan sistem-sistem umpan balik (feedback).
Karenanya Keanekaragaman yang lebih panjang dan lebih banyak kasus dari
simbiosis ( mutualisme, parasitisme, komensalisme, dan sebagainya) dan
kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar untuk kendali umpan balik negatif,
yang mengurangi goyangan-goyangan dan karenanya meningkatkan kemantapan.
Paine (1966) menemukan bahwa keanekaragaman jenis organisme sesil
daerah habitat pasang surut berbatu-batu ( dimana ruangan biasanya lebih
membatasi daripada pangan) lebih tinggi didalam kedua daerah beriklim sedang
dan daerah tropik di tempat-tempat dimana pemangsa- pemangsa dalam keadaan
demikian telah mengurangi keanekaragaman jenis organisme-organisme sesil tadi
baik yang langsung dimangsa atau yang tidak langsung dimakan. Painen
berkesimpulan bahwa “ keanekaragaman jenis setempat berhubungan langsung
dengan efisien dengan mana mangsa mempertahankan monopolisasi syarat-syarat
lingkungan utama oleh satu jenis.
Contoh
Tramer (1969) yang menganalisis komponen-komponen itu didalam populasi
burung menemukan bahwa perbedaan-perbedaan di dalam komponen kekayaan
jenis, komponen kelimpahan nisbi tetap mantap pada nilai tinggi ( barangkali
karena perilaku teritorial dari banyak jenis ) . selanjutnya Tramer menyarankan
bahwa komunitas-komunitas di lingkungan-lingkungan yang keras akan berubah-
ubah dalam keanekaragamannya menurut komponen kelimpahan nisbinya,
sedangkan keanekargaman di dalam lingkungan yang tidak keras ( dikendalikan
secara biologi ) akan merupakan fungsi dari jumlah jenis.
8
8. Pola-pola stochastic (diakibatkan oleh tenaga atau kakas acak)
Contoh
Dowdy (1947) mengambil contoh populasi artropoda dari lima starata utama
hutan pasang-hickory di Missouri sepanjang tahun. Dia menemukan bahwa dari
240 jenis serangga, laba-laba dan Myriapoda, 181 jenis ( atau kurang lebih 75%)
dikumpulkan dari hanya satu lapisan,32 dari dual lapisan, 19 dari tiga dan hanya 3
hanya 5 jenis telah ditemukan didalam sebanyak empat atau semua lima dari
lapisan-lapisannya itu. Hal ini menunjukkan adakalanya kelekatan yang agak luar
biasa kepada strata oleh kelompok organisme yang sangat bergerak. Bahkan
burung yang dapat terbang dari tanah hingga pucuk pohon yang tinggi dalam
beberapa detik kalau mau, sering memperlihatkan kesetiaan yang mendalam
kepada lapisan tertentu, terutama selama musim berkembangbiak. Tidak juga
sarang-sarangnya tetapi juga seluruh daerah mencari makannya sering terbatas
hingga kisaran vertikal yang sempit.
Periodisitas musiman adalah demikian juga hampir universal dalam
komunitas-komunitas dan seringkali mengakibatkan perubahan hampir lengkap
dalam struktur komunitas selam daur tahunan. Peranan-peranan temperatur,
fotoperiode, musim-musim kering dan basah,kebakaran, dan nilai-nilai
periodisitas musiman dalam mengatur struktur dan fungsi komunitas telah ditinjau
berinteraksi dengan panjangnya hari. Jadi Leopold dan Jones (1947)menemukan
bahwa variasi dari tahun ke tahun dalam waktu pembungaan dari tumbuhan-
tumbuhan dan tibanya burung-burung berpindah lebih besar dalam awal musim
semi ketika temperatur adalah kritis daripada dalam akhir musim semi, meskipun
percobaan-percobaan. oleh penelitian-penelitian lain ) menunjukkan bahwa
panjangnya hari adalah factor pengendali dalam banyak kasus.
Contoh
Ekotone dapat mempunyai jenis khas yang tidak dijumpai dalam komunitas
komunitas yang membentuk ekotone. Contohnya dalam suatu pengkajian
populasi burung di sepanjang gradient perkembangan komunitas daerah-daerah
pengkajian dipilih sedemikian dengan maksud meminimumkan pengaruh dari
pertemuan-pertemuan dengan komunitas lain. Tiga puluh burung ditemukan
mempunyai kerapatan paling sedikit 5 pasang per 100 acre dalam salah satu dari
tingkat-tingkat ini. Meskipun demikian sekitar 20 jenis tambahan diketahui
merupakan burung-burung berbiak biasa dari komunitas-komunitas dataran tinggi
dari daerah itu sebagai keseluruhan 7 dari jenis-jenis ini ditemukan dalam jumlah-
9
jumlah kecil sedangkan 13 jenis bahkan tidak tercatat pada daerah pengkajian
yang seragam.
Salah satu tipe-tipe umum mengenai nekton yang paling penting sejauh yang
diperhatikan manusia adalah tepian hutan. Tepian hutan dapat didefinisikan
sebagai ekoton hutan dan komunitas-komunitas rumput atau semak.
Beberapa dari organisme-organisme asli dari hutan dan dataran-dataran
mampu hidup dalam tepian hutan buatan manusia, sedangkan organisme-
organisme yang terutama didapatkan terhadap tepian hutan, khususnya banyak
jenis “gulma”, burung, serangga, mamalia,seringkali meningkat dalam jumlah
nya dan memperluas daerah-daerah kisarannya sebagai akibat ciptaan oleh
manusia habitat-habitat tepi hutan baru yang luas.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunitas adalah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada waktu
dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Pada
pembahasan tentang asas-asas dan konsep-konsep mengenai organisasi pada taraf
komunitas terdiri atas 7 kategori:
1. Konsep komunitas biotik Komunitas biotik adalah kumpulan populasi apa
saja yang hidup dalam daerah atau habitat fisik yang telah ditentukan.
Konsep komunitas adalah penting di dalam praktek ekologi sebab apa
yang terjadi dengan komunitas akan dialami juga oleh organism.
2. Klasifikasi intra komunitas dan konsep dominan ekologi.
3. Analisis komunitas
Komunitas dapat diklasifikasikan menurut:
a. Bentuk atau sifat struktur utama seperti misalnya jenis dominan,
bentuk-bentuk hidup atau indikator.
b. Habitat fisik dari komunitas.
c. Sifat-sifat atau tanda2 fungsional seperti tipe metabolism komunitas.
4. Keanekaragaman jenis dalam komunitas
Keanekaragaman jenis cenderung akan rendah dalam ekosistem-ekosistem
yang secara fisik terkendali ( yakni yang menjadi sasaran faktor pembatas
fisika-kimia yang kuat )dan tinggi dalam ekosistem yang diatur secara
biologi. Pada umumnya keanekaragaman naik dengan penurunan dalam
nisbah dari perawatan anti thermal terhadap biomassa.
5. Pola-pola dalam komunitas
a. pola stratifikasi (pelapisan tegak).
b. Pola-pola zonasi (pemisahan kearah mendatar)
c. Pola-pola jaring-jaring (asosiasi-asosiasi jarring-jaring organisasi
jaringan kerjadidalam rantai pangan).
d. Pola reproduktif (asosiasi-asosiasi orang anak-anak, klone-klone
tanaman dansebaginya).
e. Pola-pola social (kelompok-kelompok dan kawananan-kawanan).
f. Pola-pola koaktif (diakibatkan oleh persaingan, antibiosis, mutualisme
dansebagainya).
g. Pola-pola stochastic (diakibatkan oleh tenaga atau kakas acak).
6. Ekotone dan konsep mengenai pengaruh tepi
Salah satu tipe-tipe umum mengenai ekotone yang paling penting sejauh
yang diperhatikan manusia adalah tepian hutan. Tepian hutan dapat
didefinisikan sebagai ekoton hutan dan komunitas-komunitas rumput atau
apa semak.
7. Paleoekologi: struktur komunitas dalam abad-abad yang telah silam
Anggapan dasar dari paleoekologi sejauh hal itu dapat diterapkan atau
lebih luas lagi sebagai kaji interaksi-interaksi dari bumi, atmosfer, dan
biosfer pada masa lampau.Anggapan dasar dari paleoekologi adalah :
a. Bahwa kerja atau operasi dari asas-asas ekologi adalah sama sepanjang
berbagai periode geologi.
b. Bahwa ekologi dari fosil-fosil dapat dianggap berasal dari apa yang
diketahui sebagai jenis yng ekuivalen atau yang ada hubungannya
dengan jenis yang hidup sekarang.
11
DAFTAR PUSTAKA
Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Wirakusumah, S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi: Menopang Pengetahuan Ilmu-Ilmu
Lingkungan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
12