Anda di halaman 1dari 13

MENGANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI KOMUNITAS

Disusun Oleh:

Kelompok 9 :

1. Nadia Dwita Lestari (1984205017)


2. Nova Nurdiana (1984205023)

Dosen Pengampu : Dr. Siti Darwa Suryani, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga kami berhasil menyelesaikan
tugas menganalisis struktur dan komposisi komunitas dalam bentuk makalah ini
yang mengangkat. Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah
selanjutnya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1. Latar Belakang.....................................................................................................1
2. Rumusan Masalah................................................................................................2
3. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
1. Karakteristik Komunitas..............................................................................3
2. Struktur Komunitas......................................................................................5
3. Komposisi Komunitas..................................................................................5
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
Kesimpulan..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama


dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu
daun, dan pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu
komunitas.   Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapatlah
diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut.
Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi
dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang khusus
atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi
hidup lainnya (Resosoedarmo, 1990).
Secara genetik, individu-individu adalah anggota dari populasi setempat
dan secara ekologi individu merupakan anggota dari ekosistem. Ekosistem
sebagian besar terdiri dari kumpulan tumbuhan dan hewan yang bersama-sama
membentuk masyarakat yang disebut komunitas. Suatu komunitas terdiri dari
banyak jenis dengan berbagai macam fluktuasi populasi dan interaksi satu dengan
lainnya. Ringkasnya komunitas adalah seluruh populasiyang hidup bersama pada
suatu daerahdan organisme yang hidup bersama ini sering disebut juga sebagai
komunitas biotik (Odum, 1971).
Mempelajari komunitas akan lebih baik apabila kita sudah lebih dulu
mengenal karaktermasing-masing komponen penyusunnya. Misalnya apakah
tumbuhan termasuk herba, epifit, merambat atau apakah hewan hidup terrestrial
atau aquatik, masing-masing memiliki karakter yang spesifik. Hewan aquatik
misalnya, kita harus mengenal lebih dulu morfologinya, fisiologi dan sistem
reproduksinya, bagaimana kedudukannya dalam rantai makanan, bersifat
planktonik, bentik atau perenang aktif, hidup dan mencari makan di daerah
permukaan, ditengah atau didasar perairan dan lain sebagainya (Odum, 1971).
Komunitas sebagai suatu organisasi kehidupan tersusun dari beberapa
komponen yang masing-masing komponen memiliki dinamikanya masing-masing
dan dikenal sebagai struktur komunitas. Sebelum mempelajari hubungan

1
komunitas dengan lingkungannya salah satu kajian untuk mempelajari komunitas
adalah mengamati struktur komunitas (Resosoedarmo, 1990).
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa


rumusan masalah dari makalah ini adalah:
a. Apa saja karakter komunitas?
b. Apa saja struktur komunitas berdasarkan indeks dominans?
c. Apa saja komposisi komunitas berdasarkan indeks keragaman,
kemerataan, dan kekayaan?

3. Tujuan

Dari rumusan masalah tersebut, dapat disimpulkan tujuan dari makalah ini
adalah:
a. Untuk mengetahui karakter komunitas
b. Untuk mengetahui struktur komunitas berdasarkan indeks dominans
c. Untuk mengetahui komposisi komunitas berdasarkan indeks
keberagaman, kemerataan dan kekayaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

4. Karakteristik Komunitas

Komunitas adalah kumpulan beberapa populasi yang hidup dalam suatu


lingkungan pada waktu yang sama dan menimbulkan interaksi satu sama lain.
Interaksi dalam komunitas inilah yang kemudian dapat membentuk struktur
komunitas. Struktur komunitas merupakan suatu konsep yang akan mempelajari
komposisi spesies dan kelimpahannya pada komunitas tersebut (Utami dalam
Olyander Lea, 2014). Komunitas memiliki keterpadua yang kompleks apabila
dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam suatu komunitas dapat
memungkinkan terjadinya interaksi antar populasi, tidak lagi dalam skala spesies.
Interaksi tersebut dapat menimbulkan timbal balik yang sama-sama
menguntungkan (mutualisme), ataupu merugikan salah satu pihak (parasitisme).
Sebagai salah satu contoh dari komunitas adalah populasi ikan, populasi
ganggang, dan populasi hewan lainnya yang kemudian membentuk komunitas
terumbu karang.
Dalam suatu komunitas dapat menimbulkan terjadinya beberapa
hubungan, diantaranya sebagai berikut:
a. Kompetisi
Kompetisi merupakan keadaan dimana terjadinya persaingan antar
spesies yang akan memperebutkan sumber daya yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan kesintasan. Contoh kompetisi yang terjadi antar populasi adalah
pada ekosistem padang rumput dalam suatu keadaan singa dan cheetah akan
memburu rusa sebagai mangsanya. Singa dan cheetah tersebut akan saling berlari
dan berlomba untuk mendapatkan rusa tersebut.
Selain terjadi antar populasi, kompetisi biasanya dapat terjadi antar
spesies yang sama. Sebagai contoh, seekor harimau jantan yang sedang berusaha
mendapatkan harimau betina untuk melakukan reproduksi. Harimau jantan
tersebut biasanya akan bersaing dengan harimau jantan lainnya untuk
mendapatkan satu betina yang sama.
b. Parasitisme

3
Parasitisme adalah hubungan timbal balik antar spesies yang dapat
merugikan spesies lainnya. organisme tersebut akan menumpang hidup pada
organisme lainnya dan memperoleh makanan dengan cara menyerap makanan
yang diperoleh organisme inangnya. Sebagai contoh, adanya cacing pita yang
hidup di dalam usus organisme lain seperti sapi dan atau manusia. Cacing pita
tersebut akan menyerap nutrisi yang diperoleh tubuh melalui usus dan terus
berkembang di dalam usus tersebut.
c. Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan timbal balik yang dapat menguntungkan
kedua pihak. Hubungan mutualisme ini terkadang dapat menimbulkan terjadinya
adaptasi spesies. Contoh dari simbiosis mutualisme adalah adanya burung jalak
dan kerbau. Permukaan tubuh kerbau biasanya terdapat kutu yang menjadi parasit.
Dengan adanya hubungan antar kerbau dan burung jalak inilah kerbau dapat
terlepas dari kutu-kutu tersebut. Sedangkan burung jalak akan diuntungkan karena
memperoleh makanan dengan memakan kutu-kutu yang terdapat pada tubuh
kerbau.
d. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubungan antar spesies yang akan
menguntungkan bagi salah satu spesies, akan tetapi spesies lain tidak merasa
dirugikan. Misalnya, hubungan yang terjadi antara ikan remora dan ikan pari. Ikan
remora tersebut akan melekat pada tubuh ikan pari, dan ikan pari tidak merasa
dirugikan akan hal tersebut. Ketika ikan pari mendapatkan makanan, maka ikan
remora tersebut akan memakan sisa makanan yang di dapatkan oleh ikan pari.
Sehingga ikan remora tidak perlu untuk mencari makanannya sendiri.

Secara umum, komunitas memiliki beberapa karakternya sendiri.


Karakter-karakter tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas.


Vitalitas ini akan menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan
perkembangbiakan spesies tersebut.
b. Kuantitatif, seperti frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi
kehadiran adalah nilai yang menyatakan jumlah spesies pada habitat

4
tertentu. Densitas makan dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per
unit, persatuan luas/volume atau persatuan penangkapan.
c. Suksesi adalah proses perubahan komunitas yang berlangsung menuju
ke satu arah yang berlangsung lambat dan teratur. Suksesi dapat terjadi
karena adanya perubahan lingkungan fisik dalam komunitas dan
memerlukan waktu yang cenderung lama. Suksesi ini dapat
membentuk komunitas baru. Dengan kata lain, suksesi dapat diartikan
sebagai perubahan ekosistem dari ekosistem yang tidak seimbang
menjadi ekosistem yang seimbang. Secara umum suksesi ini terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi
primer adalah suksesi yang menyebabkan hilangnya komunitas asal
pada suatu habitat, hingga dalam kurun waktu tertentu dapat
menimbulkan komunitas yang baru. Suksesi sekunder adalah suksesi
yang tidak dapat menghilangkan komunitas awal secara keseluruhan.

5. Struktur Komunitas

Struktur komunitas adalah konsel yang akan mempelajari susunan atau


komposisi spesies dan kelimpahannya dari suatu spesies. Struktur komunitas ini
memiliki keterikatan yang erat dengan habitat dan parameter kimia dan fisiknya.
Struktur komunitas ini mencakup sebaran, susunan dan komposisi suatu spesies
dalam komunitas. Menentukan struktur komunitas pada suatu spesies ini dapat
diketahui melalui komposisi, keanekaragaman, distribusi, dan aliran energi yang
terdapat di dalamnya (Zulkifli dkk dalam Mesalina T. H (2015)). Pada spesies
tertentu, terjadinya penurunan komposisi dan kelimpahan suatu spesies dapat
digunakan sebagai indikator alami apabila terjadinya gangguan pada ekosistem
tersebut.

6. Komposisi Komunitas

Komposisi merupakan susunan jumlah spesies dan jumlah individu yang


terdapat pada suatu komunitas. Komposisi ini dapat bersifat homogen maupun
heterogen (Sri H. R (2017)). Setiap organisme memiliki tingkat hubungan yang
khas dengan lingkungannya, maka komunitas di suatu lingkungan akan bersifat

5
lebih spesifik. Komunitas tertentu terkadang memiliki pola yang saling begabung
atau tumpang tindih dengan yang lain. Setiap spesies memiliki tanggapan yang
berbeda terhadap kondisi fisik, kimia maupun biotik sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan pada komposisi komunitas. Hingga saat ini terdapat dua
pandangan mengenai komposisi komunitas yang saling berlawanan, yaitu:
a. Pandangan organisme
Pandangan organisme dikembangkan oleh Clements (1916). Menurut
pandangan ini komunitas dianggap sebagai “Organisme super” yang merupakan
stadium tertinggi perkembangan organisasi organisme yang dari sel ke jaringan,
organ, spesies, populasi dan komunitas. Komunitas dianggap organisme super
karena tumbuhm beraturan dan di bawah keadaan tertentu dapat melakukan
reproduksi dan secara fungsional memperlihatkan tingkatan yang lebih tinggi
daripada vegetasi/binatang atau individu yang membentuknya (Resosoedarmo,
1990)
b. Pandangan individualisme
Pandangan ini pendekatannya menekankan bahwa komunitas tidak
perlu mencapai suatu komposisi yang seharusnya atau dalam keadaan stabil.
Disini spesies merupakan bagian unit essensial karena hanya spesies dan
bukannya komunitas yang dipengaruhi dalam antar hubungan dan distribusi.
Spesies langsung tanggap terhadap kondisi lingkungan secara independen, tidak
menghadapinya bersama-sama. Dalam pendekatan ini komposisi komunitas
dianggap variabel yang kontinyu (Resosoedarmo, 1990)
Komposisi struktur komunitas pada suatu habitat dapat diketahui melalui
beberapa perhitungan, yaitu sebagai berikut:
a. Indeks keanekaragaman
Keanekaragaman adalah jumlah spesies yang beragam dan menempati
lokasi tertentu. Keanekaragaman spesies ini dapat dikatakan sebagai ciri tingkatan
komunitas berdasarkan organisasi biologisnya. Keanekaragaman inilah yang
kemudian dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas (Sri H. R
(2017)). Menurut Shannon-Wiever, indeks keanekaragaman ini dinyatakan
dnegan rumus berikut: (Mesalina T. H (2015))
nⅰ
H ' =−∑ log ₂ ¿
N N

6
Keterangan:
H’ = indeks keanekaragaman jenis
Ni/N= Proporsi jenis ke-i (pi)
ni = Jumlah individu ke-i
N = jumlah total individu
b. Indeks kemerataan
Kemerataan ini akan digunakan untuk menyatakan merata atau
tidaknya keberadaan suatu spesies pada habitat tertentu (Sri H. R (2017)). Untuk
mengetahui nilai kemerataan dari suatu spesies dalam komunitas, dapat dilakukan
menggunakan rumus berikut
H'
E=
¿S
Keterangan:
E = kemerataan (eveness)
H’ = Indeks keanekaragaman
S = jumlah spesies
c. Indeks dominansi
Indeks dominansi adalah sebuah parameter yang akan menyatakan
tingkat terpusatnya dominansi suatu spesies pada komunitas tertentu. Dominansi
ini biasanya dapat terpusat pada satu spesies hingga beberapa spesies yang akan
diperkirakan dari tinggi rendahnya indeks dominansi tersebut (Sri H. R (2017)).
Untuk mengetahui nilai indeks dominansi spesies dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
n n
C=∑ Pi ₂=∑ ❑ ¿ ²
i= I i=I
N ( )
Keterangan:
C = Indeks dominansi
ni = jumlah individuk ke-i
N = jumlah total individu
d. Indeks keseragaman
Indeks keseragaman ini merupakan pendugaan yang akan digunakan
untuk menentukan dominasi pada suatu habitat. Apabila terdapat satu atau
beberapa spesies yang mendominasi, maka tingkat keseragaman pada komunitas

7
tersebut dikatakan rendah (Insafitri (2010)). Untuk mengetahui indeks
keseragaman spesies pada komunitas dapat dihitung dengan rumus berikut:
H'
e=
1nS
Keterangan:
H’ = indeks keanekaragaman
S = jumlah spesies
e = indeks keseragaman evenness

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Komunitas adalah kumpulan beberapa populasi yang hidup pada


lingkungan dan waktu yang sama. Dalam setiap komunitas memungkin terjadinya
beberapa hubungan yang dapat terjadi antar spesies maupun antar populasi.
Hubungan-hubungan tersebyt seperti kompetisi, parasitisme, mutualisme dan
komensalisme. Dalam karakter komunitas, terdapat beberapa poin yaitu kualitatif,
kuantitatif dan suksesi.
Struktur komunitas merupakan konsep yang akan mempelajari susunan
maupun komposisi spesies yang melibatkan kelimpahannya. Untuk mengetahui
kompisisi komunitas, ada beberapa cara yang dapat digunakan yaitu indeks
keanekaragaman, indeks kemerataan, indeks dominansi, dan indeks keseragaman.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Pengertian Komunitas serta Karakternya. Pengertian Komunitas


serta Karakternya - Dunia Pengertian (diakses pada 20 Desember 2022)

Lea, Olyander. Laporan Struktur Komunitas. (3) LAPORAN STRUKTUR


KOMUNITAS | olyander lea - Academia.edu (diakses pada 20 Desember
2022)

Insafitri. 2010. Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Bivalvia Area


Buangan Lumpur Lapindo Muara Sungai Porong. Jurnal kelautan Vol. 3: No.1

Rizka, S. H. 2017. Komposisi dan Struktur Komunitas Semut


(Hymenoptera:Formicidae) di Hutan Sekunder Gampong Pisang Labuhan
Haji Aceh Selatan Sebagai Referensi Mata Kuliah Ekologi Hewan. Sri
Hasmaya Rizka.pdf (ar-raniry.ac.id) (diakses 20 Desember 2022)

Hidayani, M. T. 2015. Struktur Komunitas Makrozoobentos Sebagai Indikator


Biologi Kualitas Perairan Sungai Tallo Kota Makassar. Agrokompleks Vol. 4
No. 9

Devi, S. R. Septiadi, L. Efranda, M. P. Hanifa, B. F. Firizki, D. T. Nadhori, Q.


2019. Struktur Komunitas Ordo Anura Di Lokasi Wisata Bedengan Desa
Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Jurnal Riset Biologi dan
Aplikasinya Vol. 1 No. 2

Fajri, N. Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Pantai Kuwang Wae


Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Educatio Vol 8 No. 2 81:100

10

Anda mungkin juga menyukai