Disusun Oleh:
Kelompok 9 :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga kami berhasil menyelesaikan
tugas menganalisis struktur dan komposisi komunitas dalam bentuk makalah ini
yang mengangkat. Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah
selanjutnya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1. Latar Belakang.....................................................................................................1
2. Rumusan Masalah................................................................................................2
3. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
1. Karakteristik Komunitas..............................................................................3
2. Struktur Komunitas......................................................................................5
3. Komposisi Komunitas..................................................................................5
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
Kesimpulan..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
komunitas dengan lingkungannya salah satu kajian untuk mempelajari komunitas
adalah mengamati struktur komunitas (Resosoedarmo, 1990).
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, dapat disimpulkan tujuan dari makalah ini
adalah:
a. Untuk mengetahui karakter komunitas
b. Untuk mengetahui struktur komunitas berdasarkan indeks dominans
c. Untuk mengetahui komposisi komunitas berdasarkan indeks
keberagaman, kemerataan dan kekayaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
4. Karakteristik Komunitas
3
Parasitisme adalah hubungan timbal balik antar spesies yang dapat
merugikan spesies lainnya. organisme tersebut akan menumpang hidup pada
organisme lainnya dan memperoleh makanan dengan cara menyerap makanan
yang diperoleh organisme inangnya. Sebagai contoh, adanya cacing pita yang
hidup di dalam usus organisme lain seperti sapi dan atau manusia. Cacing pita
tersebut akan menyerap nutrisi yang diperoleh tubuh melalui usus dan terus
berkembang di dalam usus tersebut.
c. Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan timbal balik yang dapat menguntungkan
kedua pihak. Hubungan mutualisme ini terkadang dapat menimbulkan terjadinya
adaptasi spesies. Contoh dari simbiosis mutualisme adalah adanya burung jalak
dan kerbau. Permukaan tubuh kerbau biasanya terdapat kutu yang menjadi parasit.
Dengan adanya hubungan antar kerbau dan burung jalak inilah kerbau dapat
terlepas dari kutu-kutu tersebut. Sedangkan burung jalak akan diuntungkan karena
memperoleh makanan dengan memakan kutu-kutu yang terdapat pada tubuh
kerbau.
d. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubungan antar spesies yang akan
menguntungkan bagi salah satu spesies, akan tetapi spesies lain tidak merasa
dirugikan. Misalnya, hubungan yang terjadi antara ikan remora dan ikan pari. Ikan
remora tersebut akan melekat pada tubuh ikan pari, dan ikan pari tidak merasa
dirugikan akan hal tersebut. Ketika ikan pari mendapatkan makanan, maka ikan
remora tersebut akan memakan sisa makanan yang di dapatkan oleh ikan pari.
Sehingga ikan remora tidak perlu untuk mencari makanannya sendiri.
4
tertentu. Densitas makan dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per
unit, persatuan luas/volume atau persatuan penangkapan.
c. Suksesi adalah proses perubahan komunitas yang berlangsung menuju
ke satu arah yang berlangsung lambat dan teratur. Suksesi dapat terjadi
karena adanya perubahan lingkungan fisik dalam komunitas dan
memerlukan waktu yang cenderung lama. Suksesi ini dapat
membentuk komunitas baru. Dengan kata lain, suksesi dapat diartikan
sebagai perubahan ekosistem dari ekosistem yang tidak seimbang
menjadi ekosistem yang seimbang. Secara umum suksesi ini terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi
primer adalah suksesi yang menyebabkan hilangnya komunitas asal
pada suatu habitat, hingga dalam kurun waktu tertentu dapat
menimbulkan komunitas yang baru. Suksesi sekunder adalah suksesi
yang tidak dapat menghilangkan komunitas awal secara keseluruhan.
5. Struktur Komunitas
6. Komposisi Komunitas
5
lebih spesifik. Komunitas tertentu terkadang memiliki pola yang saling begabung
atau tumpang tindih dengan yang lain. Setiap spesies memiliki tanggapan yang
berbeda terhadap kondisi fisik, kimia maupun biotik sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan pada komposisi komunitas. Hingga saat ini terdapat dua
pandangan mengenai komposisi komunitas yang saling berlawanan, yaitu:
a. Pandangan organisme
Pandangan organisme dikembangkan oleh Clements (1916). Menurut
pandangan ini komunitas dianggap sebagai “Organisme super” yang merupakan
stadium tertinggi perkembangan organisasi organisme yang dari sel ke jaringan,
organ, spesies, populasi dan komunitas. Komunitas dianggap organisme super
karena tumbuhm beraturan dan di bawah keadaan tertentu dapat melakukan
reproduksi dan secara fungsional memperlihatkan tingkatan yang lebih tinggi
daripada vegetasi/binatang atau individu yang membentuknya (Resosoedarmo,
1990)
b. Pandangan individualisme
Pandangan ini pendekatannya menekankan bahwa komunitas tidak
perlu mencapai suatu komposisi yang seharusnya atau dalam keadaan stabil.
Disini spesies merupakan bagian unit essensial karena hanya spesies dan
bukannya komunitas yang dipengaruhi dalam antar hubungan dan distribusi.
Spesies langsung tanggap terhadap kondisi lingkungan secara independen, tidak
menghadapinya bersama-sama. Dalam pendekatan ini komposisi komunitas
dianggap variabel yang kontinyu (Resosoedarmo, 1990)
Komposisi struktur komunitas pada suatu habitat dapat diketahui melalui
beberapa perhitungan, yaitu sebagai berikut:
a. Indeks keanekaragaman
Keanekaragaman adalah jumlah spesies yang beragam dan menempati
lokasi tertentu. Keanekaragaman spesies ini dapat dikatakan sebagai ciri tingkatan
komunitas berdasarkan organisasi biologisnya. Keanekaragaman inilah yang
kemudian dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas (Sri H. R
(2017)). Menurut Shannon-Wiever, indeks keanekaragaman ini dinyatakan
dnegan rumus berikut: (Mesalina T. H (2015))
nⅰ
H ' =−∑ log ₂ ¿
N N
6
Keterangan:
H’ = indeks keanekaragaman jenis
Ni/N= Proporsi jenis ke-i (pi)
ni = Jumlah individu ke-i
N = jumlah total individu
b. Indeks kemerataan
Kemerataan ini akan digunakan untuk menyatakan merata atau
tidaknya keberadaan suatu spesies pada habitat tertentu (Sri H. R (2017)). Untuk
mengetahui nilai kemerataan dari suatu spesies dalam komunitas, dapat dilakukan
menggunakan rumus berikut
H'
E=
¿S
Keterangan:
E = kemerataan (eveness)
H’ = Indeks keanekaragaman
S = jumlah spesies
c. Indeks dominansi
Indeks dominansi adalah sebuah parameter yang akan menyatakan
tingkat terpusatnya dominansi suatu spesies pada komunitas tertentu. Dominansi
ini biasanya dapat terpusat pada satu spesies hingga beberapa spesies yang akan
diperkirakan dari tinggi rendahnya indeks dominansi tersebut (Sri H. R (2017)).
Untuk mengetahui nilai indeks dominansi spesies dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
n n
C=∑ Pi ₂=∑ ❑ ¿ ²
i= I i=I
N ( )
Keterangan:
C = Indeks dominansi
ni = jumlah individuk ke-i
N = jumlah total individu
d. Indeks keseragaman
Indeks keseragaman ini merupakan pendugaan yang akan digunakan
untuk menentukan dominasi pada suatu habitat. Apabila terdapat satu atau
beberapa spesies yang mendominasi, maka tingkat keseragaman pada komunitas
7
tersebut dikatakan rendah (Insafitri (2010)). Untuk mengetahui indeks
keseragaman spesies pada komunitas dapat dihitung dengan rumus berikut:
H'
e=
1nS
Keterangan:
H’ = indeks keanekaragaman
S = jumlah spesies
e = indeks keseragaman evenness
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
10