Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EKOLOGI HEWAN
“KOMUNITAS HEWAN”

OLEH

KELOMPOK V
NAMA ANGGOTA :
1.Maria Regina Dua Wisang ( 2006050006)
2. Venansius Suhardi ( 2006050014)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA
CENDANA KUPANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan petunjuk-Nya
makalah dengan judul “Komunitas Hewan” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Hewan.
Meskipun makalah ini telah selesai, kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini
perlu untuk dikaji kembali guna adanya suatu perbaikan dalam mencapai suatu kesempurnaan.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Kupang, 01 Mei 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................5
A. Pengertian komunitas hewan.................................................................5
B. Struktur dan karakteristik komunitas ....................................................5
C. Suksesi hewan........................................................................................10
D. Interaksi spesies anggota populasi.........................................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................14
A. Kesimpulan............................................................................................14
B. Saran .......................................................................................................14
DAFTER PUSTAKA .........................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada
suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu
sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila
dibandingkan dengan individu dan populasi. Nama Komunitas. Nama komunitas
harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut. Cara
yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang dapat
menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir,
hutan jati.
Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan
mengambil beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak.
Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan : 1) Bentuk atau struktur
utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti hutan pinus,
hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat
tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil 2) Berdasarkan habitat fisik dari komunitas,
seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dll, 3)
Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme
komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di
daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut
hutan hujan tropik. Macam-macam Komunitas. Di alam terdapat bermacam-macam
komunitas yang secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu (1) Komunitas
akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau
di kolam, (2) Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di
pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir, dll
Berdasarkan latar belakang di atas, maka di dalam makalah ini, penulis akan
membahas lebih lanjut mengenai komunitas hewan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunitas ?
2. Bagaimana struktur dan karakteristik komunitas ?
3. Bagaimana suksesi pada hewan ?
4. Bagaimana interaksi antar spesies anggota populasi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian komunitas
2. Untuk mengetahui dan memahami struktur dan karakteristik komunitas
3. Untuk mengetahui dan memahami suksesi pada hewan
4. Untuk mengetahui dan memahami interaksi antar spesies anggota populasi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu
waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan
dengan individu dan populasi.
Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama
dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun,
dan pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas.
Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh
gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut. Komunitas dengan
populasi ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi dengan tingkat organisasi
yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang khusus atau kelebihan yang tidak
dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi hidup lainnya.
Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi
akan berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga
timbulnya jenis tumbuhan atau hewan baru akan kecil sekali kemungkinannya.
Namun, perubahan akan selalu terjadi. Oleh karena itu, komunitas padat yang stabil
tidak mungkin dapat dicapai. Perubahan komunitas tidak hanya terjadi oleh
timbulnya penghuni baru, tetapi juga hilangnya penghuni yang pertama.Sering terjadi,
spesies tumbuhan dan hewan dijumpai berulangkali dalam pelbagai komunitas dan
menjalankan fungsi yang agak berbeda. Kombinasi antara habitat , tempat suatu
spesies hidup, dengan fungsi spesies dalam habitat itu memberikan pengertian nicia
(niche). Konsep nicia ini penting karena selain dapat digunakan untuk meramal
macam tumbuhan dan hewan yang yang dapat ditemukan dalam suatu komunitas,
juga dipakai untuk menaksir kepadatan serta fungsinya pada suatu musim.
Kepadatan individu dalam suatu populasi langsung dapat dikaitkan dengan
pengertian keanekaragaman. Istilah ini dapat diterapkan pada pelbagai bentuk, sifat,
dan ciri suatu komunitas. Misalnya, keanekaragaman di dalam spesies,
keanekaragaman dalam pola penyebaran. Margalef (1958) mengemukakan bahwa
untuk menentukan keanekaragaman komunitas perli dipelajari aspek keanekaragaman
itu dalam organisasi komuniatsnya. Misalnya mengalokasikan individu populasinya
ke dalam spesiesnya, menempatkan spesies tersebut ke dalam habitatnya, menentukan
kepadatan relatifnya dalam habitat tersebut dan menempatkan setiap individu ke
dalam tiap habitatnya dan menentukan fungsinya. Dengan memperhatikan
keanekaragaman dalam komunitas dapat diperoleh gambaran tentang kedewasaan
organisasi komunitsas tersebut. Hal ini menunjukkan tingkat kedewasaannya
sehingga keadaannya lebih mantap.

B. Struktur dan Karakter komunitas


Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan
interaksinya dengan lingkungannya dapat disebut pola (Hutchinson, 1953).

5
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Berikut adalah struktur komunitas dan karakter komunitas
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas
menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan
organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi
kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu
spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai
jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau
persatuan penangkapan.
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung
menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah
dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari
modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu.
Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut
klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis.
Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner
oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan
lingkungannya.
Banyak macam pengaturan yang berbeda-beda dalam standing crop dari
organisme yang memberikan sumbanagan kepada keanekaragaman pola di dalam
komunitas seperti, misalnya : 1. Pola stratifikasi (pelapisan tegak), 2. Pola-pola zonasi
(pemisahan ke arah mendatar), 3. Pola-pola kegiatan (periodisitas), 4. Pola-pola
jaring-jaring (organisasi jaringan kerja di dalam rantai pangan), 5. Pola reproduktif
(asosiasi-asosiasi orang anak-anak, klone-klone tanaman dan sebagainya), 6. Pola-
pola social (kelompok-kelompok dan kawanan-kawanan), 7. Pola-pola ko-aktif (di
akibatkan oleh pesaingan antibiosis, mutualisme dan sebagainya), dan 8. Pola-pola
stochastic (diakibatkan oleh tenaga atau kakas acak).
Struktur komunitas dapat dibedakan menjadi struktur fisik da struktur biologi.
Struktur fisik merupakan struktur yang tampak pada komunitas itu,bila mana
komunitas itu diamati atau dikunjungi. Sedangkan struktur biologi meliputi komposisi
spesies, perubahan temporaldalam komunitas dan hubungan antar spesies dalam suatu
komunitas.
Berdasarkan fedelitasnya, spesies yang menyususn pada suatu kominitas dapat
dibedakan sebagai berikut :
1. Eksklusif, yakni jika suatu spesies itu hanya ada disuatu daerah tunggal
atau komunitas tunggal.
2. Karakteristik ( preferensial), yakni jika spesies tersebut melimpah
dalam suatu daerah namun juga terdapat didaerah lain dalam jumlah
kecil.
3. Ubiquitos, yakni jika suatu spesies penyebarannya sama dalam berbagai
komunitas.
4. Predominant, jika jumlah individu suatu spesies lebih besar atau sama

6
dengan 10% dari jumlah individu keseluruhan spesies yang ada dalam
komunitas tersebut.

Komunitas dapat dikaji berdasarkan klasifikasi sifat struktural (struktur


komunitas).Struktur komunitas dipelajari melalui beberapa cara yaitu ukuran, komposisi, dan
keanekaragaman spesies. Struktur komunitas juga berkaitan erat dengan kondisi habitat.
Perubahan pada habitat dapat mempengaruhi tingkat spesies sebagai komponen terkecil
penyusunan populasi yang membentuk komunitas. Berdasarkan pendapat tersebut, dijelaskan
bahwa komunitas merupakan kesatuan dinamik dari hubungan fungsional yang saling
mempengaruhi diantaranya populasi, dimana komunitas berperan pada posisinya masing-
masing dan menyebar dalam ruang serta tipe habitatnya (Odum, 1994)
Keberadaan keanekaragam jenis organismeeyang hidup dengan cara beraturan, tidak
tersebar begitu saja tanpa adanya saling ketergantungan (interaksi), dapat dikaji pada tingkat
komunias sehingga pada konsep komunitas menjadi sangat penting dalam mempelajari
ekologi. Menurut Dharmawan et al. (2005), kajian komunuias dilakukan untuk mengetahui
keseimbangan yang tergambar didalam struktur dan komposisi populasi penyusunnya. Kajian
komunitas juga bertujuan untuk mengetahui pola sebaran komunitas dan perubahannya
dipakai sebagai hasil interaksi semua komponen yang bekerja dalam komunitas tersebut.
Komunitas dan komponen penyusunnya adalah sebuah organisasi kehidupan yang
masing-masing memiliki dinamika sendiri disebut struktur komunitas (Satino, 2011).
Menurut Husamah, (2015), Struktur komunitas adalah suatu konsep yang mempelajari
susunan atau komposisi spesies dan kelimpahan dalam suatu komunitas. Komunitas
mempunyai struktur dan pola tertentu terhadap keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi
dengan ciri yang unik pada suatu kommunitas. Analisa mengenai kelimpahan,
keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi dari suatu komunitas, serta keseimbangan
jumlah tiap spesiesnya.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan komunitas
Struktur dalam komunitas dapat berubah dikarenakan sebagian besar dapat
diganti dalam ruang dan waktu tertentu. Meskipun secara fungsi komunitas hampir
serupa tetapi memiliki komposisi jenis yang berbeda. Komposisi komunitas
merupakan jenis dan jumlah individu penyusun komunitas disuatu tempat. Struktur
komunitas memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh setiap jenis
komponen penyusunnyan
Penyebaran jenis dan populasi komunitas ditentukan oleh beberapa faktor
seperti sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik perairan seperti kecepatan
arus, kekeruhan atau kecerahan, pasang surut, kedalaman, substrat dasar dan suhu.
Sifat kimia seperti kandungan oksigen, karbondioksida terlarut, pH, bahan organik,
dan kandungan hara yang dapat mempengaruhi hewan tersebut. Sifat-sifat fisika dan
kimia secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh bagi kehidupan.
Perubahan kondisi fisika-kimia suatu perairan kemungkinan akan berdampak buruk
dan merugikan terhadap populasi yang hidup di ekosistem tersebut (Juwita, 2017).
b. Parameter Struktur Komunitas
Terdapat lima karakteristik komunitas pada umumnya yang diukur dan dikaji
yaitu bentuk struktur pertumbuhan, dominansi, kelimpahan relaitf, struktur trofik dan

7
keanekaragaman atau diversitas jenis (Wijayanti, 2011). Menutut Leksono (2007),
bahwa membatasi parameter komunitas bersifat kuantitatif seperti kekayaan jenis,
keanekaragaman dan kelimpahan relatif. Pengamatan struktur komunitas perlu
dilakukan sebelum mempelajari berbagai hubungan komunitas dengan lingkungan.
Hal-hal yang perlu dipahami ketika mengkaji struktur komunitas, yaitu jenis makhluk
hidup penyusun, densitas (kepadatan), dan keanekaragaman jenis (Satino, 2011).
Berikut ini uraian secara lebih rinci tentang parameter struktur komunitas.
 Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman merupakan suatu keragaman diantara anggota-
anggota yang ada didalam kelompok. Dilanjutkan McNaughthon & Wolf
(1998), Keanekaragaman dalam konsep ekologi tertuju pada keanekaragaman
jenis. Keanekaragaman Jenis adalah suatu karakteristik atau ciri tingkatan
komunitas (Barbour et al., 1999), berdasarkan organisasi biologisnya dan
dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas (Soegianto, 1994).
Lebih lanjut McNaughton & Wolf (1998) menjelaskan bahwa pengukuran
keanekaragaman jenis melalui jumlah jenis dalam komunitas dan kelimpahan
relatifnya. Keanekaragaman jenis berdasar asumsi bahwa populasi dari jenis-
jenis yang secara bersama-sama terbentuk, berinteraksi antara satu dengan
lainnya dalam lingkungan dangan berbagai cara menunjukkan jumlah jenis
yang ada serta kelimpahan relatifnya.
Keanekaragaman jenis terdiri atas dua komponen yaitu jenis yang ada,
umumnya mengarah ke kekayaan (richness) dan kelimpahan relatif jenis yang
mengarahkan ke kesamaan atau kemerataan (eveness dan equitability)
(McNaughton &Wolf, 1998). Dilanjut Odum (1994) menjelaskan bahwa dua
komponen tersebut dapat memberi reaksi berbeda-beda terhadap faktor
geografi, perkembangan atau fisik.
 Indeks Shannon-Wiener (H’)
Menurut Odum (1994) indeks Shannon-Wiener (H’) banyak digunakan
dan merupakan tiruan dari rumus teori informasi yang mengandung faktorial
sukar dihitung, menggabungkan komponen keanekaragaman (vaiety) dan
komponen kemerataan atau kesamaan (eveness/E) sebagai suatu indeks
keanekaragaman (overall indekx of diversity). Indeks ini merupakan satu
indeks terbaik untuk membuat perbandingan dimana dengan tidak
memisahkan komponen-komponen keanekaragaman.
Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau
subkomunitas. Perhitungan untuk keanekaragaman menggunakan indeks
keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) (Soegianto, 1994).
Adapun rumus indeks Shannon-Wiener (H’) menurut Krebs (1989)
adalah
𝑯′ = −𝚺𝒑𝒊 𝐥𝐧 𝒑𝒊
Dimana pi = ni/N adalah perbandingan antara jumlah jenis ke I dengan
jumlah total individu (Ludwing & Reynolds, 1998). Kriteria nilai indeks
keanekaragaman jenis berdasarkan Shannon-Wiener (H’) sebagai berikut:
- H’>3 menunjukkan keanekaragamn tinggi

8
- 1< H’ < 3 menunjukkan keanekargaman sedang
- H’ < 1 menunjukkan keanekaragaman rendah (Barbour et al., 1987)

Nilai indeks Shannon Wiener (H’) umumnya bernilai antara 1,5 – 3,5 dan
jarang sekali mencapai nilai 4,5. Semakin besar H’ sebuah komunitas maka akan
semakin tinggi kelimpahan relative komunitas tersebut. Sementara menurut Ludwig &
Reynolds (1998), bahwa H’ = 0 terjadi jika hanya terdapat satu jenis dalam satu
sampel dan jika nilai H’ maksimal maka jumlah individu yang sama pada semua
jenisnya menunjukkan kelimpahan terdistribusi secara sempurna.
Suatu komunitas memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi jika tersusun
oleh banyak jenis dengan kelimpahan hampir sama. Sebaliknya jikaakomunitas hanya
memiliki sedikit jenis, dan hanya beberapa yang dominan, maka keanekaragaman
jenis dikategorikan rendah (Soegianto, 1994).
c. Indeks Kemerataan atau Eveness (E)
Menurut Magurran (1988), meskipun Shanon-Weiner telah melampirkan
eveness didalam perhitungan, namun eveness dapat dihitung secara terpisah
menggunakan nilai Hmax (maximum diversity). Rumus eveness adalah,

Keterangan :
S = jumlah total jenis
H’ = nilai indeks Shannon-Weiner

Rumus ini hampir sama dengan rumus J’ oleh Pielou (1997), dimana H’ relatif
lebih cepat diperoleh nilai maksimum; bahwa H’ diperoleh ketika semua jenis dalam
sampel tanpa kesalahan walaupun dengan satu individu per jenis (yaitu ln S). Peet
(1974) menunjukkan bahwa J’ dipengaruhi kekuatan dari jenis kekayaan jenis.
Nilai indeks kemerataan atau Eveness (E) berkisar antara nilai 0 sampai 1
(Magurrann, 1988). Krebs (1989) mengkategorikan kisaran indeks ini yaitu apabila E
< 1 tergolong kemerataann jenis tinggi; 0,4 < Ee< 0,6e berarti kemerataan jenis
sedang dan Ee<e0,4 yang berarti kemerataan jenis rendah.
d. Indeks Dominansi
Komunitas dalam kondisi alam diatur oleh faktor abiotik seperti kelembaban,
suhu, dan faktor biologi. Suatu komunitas secara biologi dapat terkendali oleh adanya
jenis tunggal atau kelompok jenis dominan. Tingginya dominansi menunjukkan
rendahnya keanekaragaman (Odum, 1998).
Menururt Suheryanto (2008), suatu kondisi yang beragam, satu jenis tidak
dapat menjadi lebih dominan dari yang lainnya, sedangkan apabila satu atau dua jenis
mencapai kepadatan yang lebih besar dibandingkan dengan lainnya maka komunitas
itu memiliki kondisi yang kurang beragam. Dominasi adalah perbandingan jumlah
individu dalam suatu jenis dengan jumlah total individu seluruh jenis.

9
Menurut Odum (1993) menyatakan bahwa untuk mengetahui indeks
dominansi (D) dengan rumus:

Keterangan :
D : indeks dominansi
ni : nilai kepentingan untuk setiap jenis (jumlah individu spesies ke-i) N : nilai
kepentingan total (jumlah semua tiap spesies)
Melihat dari kualitas perairan dengan keragaman jenis yang tinggi, maka kisaran nilainya
adalah D = 0, maka tidak terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya atau struktur
komunitas dalam keadaan stabil. Tetapi jika D = 1, maka terdapat spesies yang
mendominansi spesies lainnya atau struktur komunitas labil, karena tejadi tekanan ekologis
atau stress.

C. Suksesi pada hewan

Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur
yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk
komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan kata lain, suksesi
dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem
seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas
atau ekosistem. Ketika habitat berubah, spesies yang baru akan datang menyerbu
untuk menjadi mantap di tempat itu, dan spesies yang lama akan menghilang.
Suksesi akan berlangsung secara terus menerus hingga mencapai suatu
tingkat akhir yang disebut dengan klimaks. Pada keadaan klimaks ini komunitas telah
mencapai homeostatis, artinya komunitas dapat mempertahankan kestabilan
internalnya dalam menanggapi respon terhadap factor lingkungan. Deretan langkah
atau deretan komunitas yang menyusunurutan suksesional yang menuntun kearah
klimaks disebut sere.( Tim Dosen, 2012).
Dalam kasus Suksesi hewan, akan terjadi suksesi tumbuhan terlebih dahulu
pada komunitas tersebut lalu di ikuti oleh munculnya suksesi hewan. Hal ini
disebabkan karena tumbuhan merupakan makhluk autotrof yang menyediakan sumber
energy bagi hewan tersebut. Ketersediaan sumberdaya pada komunitas terjadinya
suksesi sangant mempengaruhi banyak tidaknya hewan yang ditemukan dalam proses
suksesi tersebut.
Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi,
yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
a) Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang
mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat
baru. Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan

10
manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung
berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan
manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak
bumi)
b) Suksesi sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak
bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat
kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi
dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir. Suksesi sekunder dapat
disebabkan oleh kebakaran, banjir, gempa bumi atau aktivitas manusia.(Anonim,
2012)

D. Interaksi antar spesies anggota populasi


Interaksi yang terjadi antar spesies anggota populasi akan mempengaruhi
terhadap kondisi populasi mengingat keaktifan atau tindakan individu dapat
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Menurut
Odum(1993), setiap anggota populasi dapat memakan anggota-anggota populasi
lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya,
dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah (timbale
balik). Oleh karena itu, dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antar
spesies anggota populasi dapat merupakan interaksi yang positif, negative, atau nol.
Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu kejadian yang wajar di
alam atau di suatu komunitas, dan kejadian tersebut mudah di pelajari(irwan, 1992).
Interaksi antar spesies tidak terbatas antara hewan dengan hewan, tetapi interaksi
terjadi secara menyeluruh termasuk terjadi pada tumbuhan, bahkan antar tumbuhan
dengan hewan. (vickery,1984) menyatakan bahwa meskipun pertumbuhan mampu
menyintesis makanannya sendiri, namun kenyataannya tumbuhan hijau tetap tidak
pernah benar-benar independent (berdiri sendiri) banyak spesies tumbuhan hijau yang
bergantung pada hewan misalnya burung dan serangga dalam memperlancar
penyerbukan bunga dan penyebaran biji.
Demikian juga antar tumbuhan di alam dapat saling bergabung membentuk
hutan dengan berbagai pelapisan tajuk yang satu dengan lainnya saling menutup, ada
kalanya suatu spesies tumbuhan memerlukan rambatan atau harus hidup menempel
pada tumbuhan lainnya, ada kalanya suatu spesies tumbuhan perlu naungan
(penutupan) tumbuhan lainnya sehingga masing-masing organisme yang
berdampingan dapat melakukan tugas sesuai kedudukan dan fungsinya.
1. Interaksi antar organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain.
Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain
jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain.
Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.
Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang
kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut
 Netral adalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam

11
habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan
kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi
 Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan
ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya,
predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa
dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.
 Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah
satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari
hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. Contoh : Plasmodium
dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang.
 Komensalisme adalah merupakan hubunganantara dua organisme yang
berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber
makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan.
Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
 Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang
saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang
hidup pada bintil akar kacang-kacangan.
2. Interaksi Antarpopulasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara
langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya. Contoh interaksi antarpopulasi
adalah sebagai berikut:
 Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu
menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.
Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain
karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada
mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur
Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri tertentu.
 Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat
kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa
yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi
sapi di padang rumput.
3. Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama
dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai.
Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi,
belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang,
zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah
terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan
peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan
organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat
kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang

12
berbeda misalnya laut dan darat.

4. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik


Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem.
Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran
energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga
struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat
mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya
keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini
tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem
untuk mencapai keseimbangan baru.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan
dengan individu dan populasi.
2. Macam-macam Komunitas. Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang
secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu Komunitas akuatik dan
komunitas terrestrial. Karakter suatu komunitas yaitu meliputi Kualitatif,
Kuantitatif, dan Sintesis.
3. Menurut Odum(1993), setiap anggota populasi dapat memakan anggota-anggota
populasi lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang
merugikan lainnya, dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah
ataupun dua arah (timbale balik). Oleh karena itu, dari segi pertumbuhan atau
kehidupan populasi, interaksi antar spesies anggota populasi dapat merupakan
interaksi yang positif, negative, atau nol.
4. Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu kejadian yang wajar di alam
atau di suatu komunitas, dan kejadian tersebut mudah di pelajari(irwan, 1992).
Interaksi antar spesies tidak terbatas antara hewan dengan hewan, tetapi interaksi
terjadi secara menyeluruh termasuk terjadi pada tumbuhan, bahkan antar tumbuhan
dengan hewan.

B. SARAN
Makalah yang disusun oleh penulis belum sempurna sesuai yang diharapkan, karena,
penulis hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, kelebihan itu hanya milik
Tuhan Yang Maha Kuasa semata. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak atau pembaca demi perbaikan di masa mendatang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Indriyanto, 2008, Ekologi Hutan, Jakarta : Bumi Aksara

Odum, E. P., 1994., Dasar-Dasar Ekologi, Yogjakarta : UGM Press

Pringgoseputro, S. , 1998, Ekologi Umum, Yogjakarta: UGM Press

Resosoedarmo, S., 1989, Pengantar Ekologi, Bandung: CV REMADJA KARYA

Soeriaatmadja, 1989, Ilmu Lingkungan, Bandung: ITB Press

15

Anda mungkin juga menyukai