DISUSUN OLEH:
1
1.2.4 Bagaimana jenis – jenis Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)?
1.2.5 Bagaimana karakteristik habitat Jeruk Nipis (Citrus aurantifoli)?
1.2.6 Bagaimana peranan dan manfaat Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)?
1.3 Manfaat
Penulisan paper Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) ini bermanfaat bagi
mahasiswa, agar melatih kemampuan dalam membuat suatu tulisan secara sistematis
dan metodologis berdasarkan pemikiran sendiri, serta diharapkan dapat bermanfaat
bagi para pembaca untuk memahami lebih banyak hal mengenai Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia).
2
BAB II
ISI
3
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia Swingle. (Ferguson, 2002).
4
Gambar 3. Pohon jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sumber: (Hutagalung
2007)
5
Gambar 5. Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sumber:(Hutagalung
2007)
6
(2) Lapisan tengah bersifat seperti spon, terdiri atas jaringan
bunga karang yang biasanya berwarna putih. Lapisan ini
disebut albedo.
(3) Lapisan lebih dalam bentuknya bersekat-sekat, sehingga
terbentuk beberapa ruangan. Dalam ruangan terdapat
gelembung-gelembung yang berair, dan biji-bijinya terdapat
diantara gelembung-gelembung tersebut (Kurnia, 2014).
7
Gambar 8.Anatomi akar Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) keterangan:
(1)Epidermis,(2) Korteks, (3)Xylem, (4) Floem. (sumber: Setiyana,2014)
2. Batang
8
cambium fasikuler (apabila cambium terletak di berkas pengangkut) dan
kambium interfasikuler (apabila kambiumnya terletak diluar berkas
pengangkut). Kambium fasikuler berberan dalam pembentukan xylem
kearah dalam dan floem kearah luar, sedangkan cambium interfaskuler
berfungsi dalam pembentukan jari-jari.
3. Daun
Anatomi daun jeruk secara umum terdiri atas epidermis,
kutikula, stomata, mesofil, jaringan palisade, jaringan bunga karang,
dan jaringan pembuluh (Lakitan, 2007). Stomata umumnya terdapat
pada permukaan bawah daun (abaxial) yang disebut sebagai
hipostomatik (Adelina dkk., 2017). Tipe stomata yaitu tipe parasitik
yaitu setiap sel penjaga bergabung dengan satu atau lebih sel tetangga
dengan sumbu membujurnya sejajar dengan sumbu sel penjaga dan
apertur. (Tuasam,2018).
Stomata berkembang dari sel protoderma. Sel induk membagi diri
menjadi dua sel yang terdiferensiasi menjadi dua sel penjaga. Pada
mulanya sel tersebut kecil dan bentuknya tidak menentu, tetapi
selanjutnya berkembang melebar dan bentuknya khas. Selama
perkembangan, lamela tengah diantara dua sel penjaga menggembung
dan bentuknya seperti lensa sejenak sebelum bagian tersebut berpisah
menjadi aperture.
Keterangan: E= Epidermis ,ST= Stomata ,SP= Sel Penjaga (dikutip dari Tuasamu,
Yati. 2018. “Karakterisasi Morfologi Daun dan Anatomi Stomata pada Beberapa
Species Tanaman Jeruk (Citrus aurantifolia ).” Agrikan: Jurnal Agribisnis
Perikanan 11(2):85. doi: 10.29239/j.agrikan.11.2.85-90.)
Sel sekretori
Jaringan sekretori merupakan suatu jaringan tumbuhan yang terdiri dari
satu sel atau lebih dengan fungsi sebagai tempat pengeluaran senyawa-senyawa
9
atau secret dari dalam tumbuhan seperti air, mineral, lendir, getah minyak, dan
lemak (Farjasari, 2017). Berdasarkan senyawa yang dikeluarkan, jaringan
sekretori dibagi menjadi tiga yaitu jaringan rekretori, jaringan ekskretori dan
jaringan sekretori. Jaringan rekretori adalah apabila senyawa yang keluar dari
dalam tubuh tumbuhan tetapi belum masuk ke dalam proses metabolisme,
sedangkan jaringan ekskretori adalah apabila senyawa yang dikeluarkan
merupakan produk akhir dari proses metabolisme, dan jaringan sekretori adalah
apabila senyawa yang dikeluarkan masih bermanfaat untuk proses metabolisme
(Nugroho, 2017 : 31).
Berdasarkan bentuknya, jaringan sekretori dapat dibedakan menjadi
rambut kelenjar, sel sekretori, ruang sekretori, kelenjar sekretori dan saluran
sekretori. Struktur sekretori dibedakan menjadi dua berdasarkan lokasinya yaitu
struktur sekretori eksternal meliputi trikoma, nektarium atau kelenjar madu,
hidatoda serta stigma dan struktur sekretori internal berupa idioblas, rongga
sekretori, saluran sekretori dan latisifer (Dorly, dkk., 2015). Menurut
Dhaniaputri (2013 : 12), senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder.
Semua jenis metabolit sekunder dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
tumbuhan seperti gula fosfat, asam amino, asam nukleat, klorofil dan senyawa
organik. Sedangkan metabolit sekunder merupakan senyawa yang tidak
diperlukan oleh semua jenis tumbuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan
normal. Hasil sekresi melalui struktur sekretori berupa minyak esensial, resin,
lateks, garam mineral, dan berbagai macam senyawa kimia seperti alkaloid dan
glikosida (Dorly, dkk., 2015).
Pada tamanan jeruk nipis (Citrus aurantifolia ) memiliki kelenjar
sekretori yang tersusun dari sel sekretori berdinding tipis dan mengelilingi
ruangan tersebut. Didalam kelenjar sekretori terdapat suatu senyawa salah
satunya minyak atsiri yang ditemukan pada daun dan buah jeruk menghasilkan
aroma yang khas (Fajarsari,2017). Ruang dan kelenjar pada jeruk nipis
dihasilkan dengan beberapa cara yaitu secara lisigen (apabila ruang yang terjadi
karena sel beserta isinya larut) dimana ruangan antara sel terjadi karena lisisnya
dinding sel (Nugroho, 2017).
Tanaman jeruk merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri.
Komposisi senyawa minyak atsiri dalam jeruk nipis (Citrus aurantifolia) adalah
limonen (33,33%), βpinen (15,85%), sitral (10,54%), neral (7,94%), γ-terpinen
(6,80%), α-farnesen (4,14%), αbergamoten (3,38%), β-bisabolen (3,05%), α-
terpineol (2,98%), linalol (2,45%), sabinen (1,81%), β-elemen (1,74%), nerol
(1,52%), α-pinen (1,25%), geranil asetat (1,23%), 4- terpineol (1,17%), neril
asetat (0,56%) dan trans-β-osimen (0,26%). (Astarini et al, 2010).
10
Gambar 11. Ruang sekretori pada jeruk nipis (Citrus aurantifolia).
(sumber: Setiyana,2014)
Ruang sekretori pada jeruk nipis terletak pada bagian yang ditunjuk anak
panah (huruf A) dimana didalamnya terdapat senyawa hasil metabolit sekunder
baik berupa minyak atsiri maupun senyawa lainnya. (Farjasari, 2017). Senyawa
metabolit sekunder tersebut biasanya digunakan sebagai alat untuk
mempertahankan diri tumbuhan. Bagi manusia aroma yang dihasilkan oleh
beberapa tanaman digunakan untuk membuat suatu produk baik dalam bidang
kosmetik, makanan maupun minuman. Sedangkan bagi makhluk hidup lain
seperti serangga menjadi alat pengusir agar tidak dapat merusak tanaman.
2.3 Reproduksi dan Budidaya Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
2.3.1 Reproduksi
a. Reproduksi seksual
Bunga pada tanaman jeruk, berbentuk simetris radial atau simetri
lateral (tapi jarang) dan termasuk biseksual. Bunga pada tanaman
jeruk memiliki 4 petal dan sepal. Tanaman jeruk memilki banyak
stamen dengan 1 stigma. Proses penyerbukan biasanya dibantu oleh
serangga.
Seperti juga tumbuhan angiospermae lainnya, perkembangan
bunga pada tanaman jeruk memerlukan stimulus eksternal yang dapat
merangsang diferensiasi meristem menjadi bunga. Stimulus tersebut
akan mengaktivasi pembelahan mitosis pada meristem sehingga
primordial baru terbentuk. Stimulus yang sama akan menyebabkan
meristem mengikuti pola perkembangan dari pertumbuhan meristem
bunga daripada meristem vegetatif. Primodial yang terbentuk akan
mengikuti perkembangan akropetal dan menghasilkan sepal, petal,
stamen dan karpel.
Adanya organ-organ yang terbentuk merupakan konsekuensi
yang terbentuk dari interaksi dari minimal 3 tipe gen yang masing-
masing memiliki fungi yang berbeda. Berdasarkan model ABC,
fungsi dari gen A dan C secara dibutuhkan untuk determinasi
identitas dari perhiasan bunga dan alat repdroduksi bunga. Fungsi
11
dari gen B adalah untuk diferensiasi dari sepal dan petal pada
secondary verticil serta stamen dan anther pada tertiary verticil.
Anatomi dari bunga, yang didefinisikan dengan adanya sepal,
petal, stamen dan karpel, diposisikan berdasarkan pada pola yang
telah diatur oleh gen-gen yang mengatur perkembangan bunga.
yaitu :
Meristem identity genes: kode untuk faktor transkripsi ynang
dibutuhkan untuk menginsiasi induksi dari gen identitas. Gen ini
merupakan regulator positif dari identitas organ selama
perkembangan bunga
Organ identity genes : secara langsung mengontol identitas organ
dank ode untuk factor trankripsi yang yang mengontrol ekspresi
dari gen lain, yang produknya mengimplikasi formasi atau fungsi
dari organ lain dari bunga
Cadastral genes : mengontrol regulasi dari interaksi gen
12
pollinator. Sebagai tambahan, kombinasi dari kemampuan
partenokarpik dengan complete male sterility selalu menghasilkan
buah tanpa biji. Kebanyakan bibit jeruk komersil memiliki beberapa
tingkat partenokarpi, dengan tidak adanya polinasi, dapat
menghasilkan buah tanpa biji. Untuk alasan ini, penanaman jeruk
pada area terisolasi dapat menghasilkan buah tanpa biji. Sebagai
contoh, bibit mandarin yang self-incompatible menghasilkan buah
dengan biji jika jarak antara areal tanam kecil sehingga
memungkinkan pollinator terbang dari satu areal ke areal lain. Petani
di Valencia, Spanyol, nemelakukan eksperimen dengan pemisahan
area tanam. “Clemenules” jenis jeruk mandarin manis yang self-
incompatible ditumbuhkan di area sebesar 121.4 ha, berjarak 9,7 km
jauhnya dari jenis mandarin Clementin lainnya. Pemisahan ini cukup
untuk produksi buah tanpa biji jeruk “Clemenules”
Apomiksis pada Jeruk. Apomiksis biasanya terjadi pada
tamanan yang termasuk famil Graminae, Compositae, Rosaceae, dan
Asteraceae. Hanya sedikit tanaman pertanian yang apomiktik
diantaranya, jeruk, manga dan sedikit lainnya. Ada dua jenis
apomiksis. Biji apomiktik bisa muncul dari sel generatif dari
tumbuhan yang gagal melewati mekanisme reproduksi seksual
(meisosis). Kemungkinannya, biji dapat dihasilkan dari sel somatic.
Kadang, biji seksual dan aseksual berkembang dari bunga yang sama.
Tumbuhan apomiktik menghasilkan biji klon, memungkinkan untuk
reproduksi secara aseksual. Tetapi serbuk sarinya dapat hidup lama
sehingga apomiksis juga dapat terjadi dengan reproduksi seksual.
Keuntungan yang didapat dari apomiksis yaitu dapat memilih
tumbuhan dan memperbanyak tumbuhan tersebut (klon) melalui
bijinya. Keuntungan lainnya yakni untuk mengembangkan jenis-
jenis alami dari tumbuhan untuk diintegrasikan dengan program
pembiakan. Karena biji aseksual dapat mengandung dua set
kromosom yang berbeda ukuran dan tetap bisa hidup sementara biji
seksual yang sama kemungkinan tidak berkembang. Aliran gen dari
Citrus sp kebanyakan diploid tetapi tumbuhan tetraploid dapat
dihasilkan dari bibit dengan genotif apomiktik. Aleza et al.
menunjukan bahwa tetraploiditas oleh penggandaan kromosom
dari sel nucellar adalah hal yang dapat terjadi pada jeruk
apomiktik dan dipengaruhi oleh genotif dan faktor lingkungan.
b. Reproduksi aseksual
13
Teknik okulasi
Reproduksi aseksual pada jeruk merupakan reproduksi vegetatif
buatan. Propagasi tanaman jeruk biasanya dilakukan denga teknik
cangkok atau okulasi, tetapi kebanyakan petani menggunakan teknik
okulasi untuk meningkatkan kualitas dari jeruk-jeruk yang
dibudidaya.
Secara umum, bibit okulasi dapat dikatakan paling diminati
karena merupakan perpaduan dua sifat unggul tetuanya. Waktu untuk
melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit batang
bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kulitnya, karena
pada saat itu terjadi pada waktu pembelahan sel dalam kambium
berlangsung secara aktif . Umur batang bawah sehingga dapat
diokulasi sangat beragam tergantung kepada jenis tanaman. Tetapi
yang umum, okulasi dapat dilakukan pada tanaman jeruk yang
berumur kurang lebih 1 tahun atau cabangya sudah mencapai sebesar
ibu jari Tanaman yang digunakan sebagai batang bawah untuk
okulasi pada tanaman jeruk adalah sebagai berikut :
Sistem perakaran cukup kuat dan mampu beradaptasi pada keadaan
tanah yang kurang mendukung
Berkecepatan tuumbuh sesuai dengan batang atas yang digunakan
(compatible)
Batang dan akar cukup kuat sehingga mampu menahan batang atas
terutama pada jenis tanaman jeruk berbuah lebat
Toleran terhadap virus Tristeza
Buah dan biji banyak
Batang atas dari okulasi sebenarnya hanya berupa mata tunas dari
tanaman jeruk yang dikehendaki. Bentuk mata tunas untuk okulasi
yang baik adalah bulat dan besar. Mata tunas tersebut dapat
diperoleh dari cabang yang berumur kurang lebih 1 tahun. Tanda
cabang yang baik adalah yang berwarna hijau kelabu atau
kecoklatan. Adapun tanaman jeruk yang dapat diambil mata
tunasnya okulasi yang baik adalah sebagai berikut :
Pohon yang sehat, terbebas dari penyakit yang disebabkan oleh
bakteri dan virus (Tristeza dan CVPD)
Memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan sifat yang diinginkan pada
hasil okulasi
Ranting tidak berduri dan tidak menunjukan gejala menguning dan
mutase
2.3.2 Budidaya
14
Prospek budidaya jeruk nipis di Indonesia cukup bagus karena
potensi lahan produksi yang luas. Namun sangat kecil orang dalam
mengusahakan budidaya tanaman jeruk nipis. Salah satunya disebabkan
kurang tersedianya bibit yang relatif lama untuk memperoleh bibit yang
siap tanam asal biji. Salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan
bibit adalah dengan menggunakan bibit hasil perbanyakan secara
vegetatif yaitu dengan menggunakan setek.
Jeruk nipis jarang diperbanyak secara okulasi atau grafting.
Perbanyakan bibit secara cangkokan paling umum dilakukan orang.
Dengan bibit cangkokan, jeruk nipis sudah mulai menghasilkan buah
pada tahun kedua setelah ditanam (Sarwono, 2009). Namun dengan
perbanyakan secara cangkokan tidak dapat menghasilkan bibit dengan
jumlah banyak dalam waktu yang cepat.
Setek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan
bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru.
Keuntungan bibit dari setek adalah: 1) tanaman buah-buahan tersebut
akan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya, terutama
dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya, 2) tanaman asal setek
ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal,
karena tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang, 3)
perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan
yang praktis dan mudah dilakukan, 4) setek dapat dikerjakan dengan
cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik khusus seperti pada
cara cangkok dan okulasi (Prastowo et al., 2006).
Tanaman jeruk nipis merupakan salah satu tanaman berkayu yang
sulit berakar. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan penggunaan
hormon yang mengandung auksin untuk merangsang pertumbuhan akar.
Salah satu hormonnya ialah IBA (Indole Butyric Acid). IBA mempunyai
sifat yang lebih baik dan efektif daripada IAA dan NAA. karena
kandungan kimianya lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama. IBA yang
diberikan kepada setek tanaman akan stabil berada di lokasi
pemberiannya (Fahmi, 2014).
Dalam prosesnya hormon yang diberikan pada setek bekerja sama
dengan subtansi lain di dalam setek. Subtansi ini adalah rhizokalin dan
zat makanan organik. Rhizokalin bergerak dan terkonsentrasi pada
bagian pangkal setek yang diberikan hormon. Peranan daun dalam proses
perakaran juga penting karena daun berfungsi sebagai sumber bahan
makanan, rhizokalin, auksin dan tempat terjadinya proses fotosintesis
(Irwanto, 2001).
15
Berdasarkan hasil penelitian Irwanto (2003), pemberian hormon
IBA dengan tingkat konsentrasi 200 ppm meningkatkan persen jadi setek
batang Gofasa (Vitex cofassus Reinw), dimana rata-rata persen jadi setek
yang berakar mencapai 85 persen. Perlakuan tingkat konsentrasi 200
ppm hormon IBA menghasilkan akar yang lebih panjang tetapi tidak
meningkatkan jumlah akar dari setek batang. Pemberian hormon IBA
tidak meningkatkan pertambahan jumlah daun dan luas daun, karena IBA
mempunyai mobilitas yang kecil dan tetap pada tempat yang diberikan.
Pada tingkat konsentrasi hormon IBA 200 ppm setek mempunyai berat
kering akar yang lebih besar dan telah mempunyai akar – akar lateral.
Pertumbuhan setek jeruk nipis nyata lebih tinggi pada
penggunaan bahan tanam setek pucuk tanpa daun, daripada setek batang
tanpa daun dan dengan daun. Pemberian IBA 300 ppm nyata
memperpanjang tunas 44,05 % dibandingkan tanpa pemberian IBA.
Tidak ada interaksi yang nyata antara penggunaan bahan tanam dan
pemberian IBA terhadap semua parameter yang diamati.
16
1. Iklim
Tanaman jeruk nipis memerlukan tanah yang lembap untuk membantu
perkembangan bunga dan buah. Untuk inilah dibutuhkan bulan basah
setidaknya 5-6 atau 9-7 bulan dengan curah hujan sekitar 1000-1500 mm per
tahun agar tanah tetap lembap, terutama pada bulan Juli-Agustus tanaman
jeruk nipis memerlukan air, suhu udara 200C – 300 C. etika tumbuh, tanaman
jeruk nipis membutuhkan kelembapan udara sekitar 70-80% dengan sinar
matahari penuh karena tanaman jeruk nipis tak menyukai tempat yang
terlindungi dari sinar matahari. Kecepatan angin dapat ditahan oleh tanaman
jeruk nipis berkisar antara 40-48% karena lebih dari itu maka bunga dan
buah tanaman jeruk nipis akan rontok.
2. Media tanam
Tanaman jeruk nipis memang membutuhkan banyak air untuk tumbuh,
namun tanaman ini dapat ditanam pada tempat dengan kemiringan 30º.
Untuk jenis tanah yang sesuai ditanami tanaman jeruk nipis, tanaman ini
akan tumbuh dengan baik bila ditanam di tanah lempung berpasir yang
memiliki cukup humus dengan tata air dan udara yang juga baik.
Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150-200 cm di bawah
permukaan tanah karena kedalaman perakaran yang baik untuk tanaman
jeruk nipis berkisar antara 40 cm dari permukaan tanah. Selain memiliki
cukup humus, tanaman jeruk nipis akan tumbuh di tempat yang memiliki
kesuburan sedang hingga tinggi. Tanaman jeruk nipis memerluka tempat
dengan keasaman tanah atau pH sekitar 4,0-9,0 namun akan tumbuh dengan
lebih optimal bila ditanam pada tempat dengan pH 6,0.
3. Ketinggian tempat
Tanaman jeruk nipis menyukai tempat yang tersinari oleh matahari
langsung. Tempat tumbuh tanaman jeruk nipis biasanya berada pada
ketinggian 200-1300 m di atas permukaan laut.
17
sistem respirasi, karena diperlukan energi yang cukup untuk penyerapan aktif
berbagai metabolit dan untuk biosintesis makromolekul (Ngajow, Abidjulu dan
Kamu, 2013).
b. Saponin
Saponin sebagai antibakteri memiliki mekanisme untuk menurunkan
tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau
kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar. Senyawa
intraseluler tersebut berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang
mengakibatkan kematian sel. Agen antimikroba yang dapat mengganggu
membran sitoplasma bersifat bakterisida (Ngajow, Abidjulu and Kamu, 2013).
c. Asam organik
Perasan buah jeruk nipis memiliki beberapa macam kandungan senyawa asam
organik, seperti asam sitrat, asam malat, asam laktat, dan asam tartarat. Sebagai
antibakteri, asam organik tersebut berperan dalam menurunkan pH di bawah
kisaran pertumbuhan mikroorganisme dan penghambatan metabolisme oleh
molekul asam yang terkondisi (Berlian, Fatiqin dan Agustina, 2016).
d. Minyak atsiri
Kulit buah jeruk nipis mengandung minyak atsiri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Adapun minyak atsiri yang terdapat pada jeruk nipis yaitu
senyawa limonene, linalool, dan mirsen dimana senyawa tersebut bekerja
dengan cara merusak membrane sel bakteri. Limonene merupakan senyawa
hidrokarbon yang mengandug gugus terpen, cairan yang berwarna pucat, dan
memiliki aroma jeruk yang sangat kuat. Kandungan terpen pada limonene ini
mempunyai kemampuan antimikroba dengan bekerja menghancurkan membran
sel bakteri. Mekanisme kerjanya diduga dengan merusak integritas membran
sitoplasma yang berperan sebagai barrier permeabilitas selektif, membawa
transport aktif, dan kemudian mengontrol komposisi interna sel. Jika terjadi
kerusakan pada fungsi sel, kemudian sel dirusak sehingga terjadi keatian sel
(Sari, Masfiyah dan Chodijah, 2012).
Pemanfaatan jeruk nipis sebagai obat telah dilakukan sejak lama. Hampir
seluruh bagian dari tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional.
Bagian daun jeruk nipis dapat dimanfaatkan sebagai obat demam dengan cara
merebus 2-4 genggam daun jeruk nipis di dalam 2-4 gelas air. Air rebusan tersebut
dapat digunakan untuk mengompres dahi pasien demam. Bagian akar jeruk nipis
dapat digunakan sebagai obat disentri dan ambeien dengan cara merebus akar jeruk
nipis di dalam air. Air rebusan akar kemudian disaring dan diminum secara teratur.
Bagian buah jeruk nipis cukup sering digunakan dalam berbagai pengobatan
tradisional. Dalam pemanfaatannya buah jeruk nipis cukup diolah dengan cara
diperas saja. Kemudian air perasan jeruk nipis ditambahkan dengan bahan alami
18
lainnya yang dapat digunakan sebagai obat. Buah jeruk nipis umumnya
dimanfaatkan sebagai obat batuk, influenza, sakit panas, sembelit, sesak napas,
amandel, malaria, terlambat datang bulan, hingga mengurangi rasa sakit pada saat
datang bulan (Putra, 2015)
Citrus aurantifolia dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan uji aktivitas terhadap Citrus aurantifolia dan
menunjukkan tanaman ini mempunyai aktivitas untuk menyembuhkan sakit
tenggorokan, sinusitis, bronkhitis, asma, demam dingin, rheumatoid arthritis,
obesitas, selulit, herpes serta bisa membersihkan kulit berminyak, dan jerawat.
Menurut American Journal of Esential Oils dan Natural Products (2014) tanaman ini
mempunyai aktivitas antioksidan, antikolinesterase, antituberculosis, dan
antibakteri.
Citrus aurantifolia dengan kandungan minyak atsiri dapat digunakan untuk
membunuh serangga (Khan et al., 2012). Aktivitas limonen dari jeruk nipis yang
termasuk golongan minyak atsiri monoterpen dapat digunakan sebagai insektisida
(Astarini, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian (Yunus Elon dan Jacqueline Polancos, 2015) dapat
disimpulkan bahwa terapi jus jeruk nipis 1.5 ml/kg berat badan selama tujuh (7)
hari, maupun terapi jus jeruk di barengi olahraga, dengan diet normal atau
mengonsumsi makanan yang biasa dimakan sehari-hari, dapat menurunkan kadar
kolesterol total darah.. Hasil ini bisa digunakan dalam praktek berbasis penelitian
sebagai pilihan pengobatan alternatif bagi penderita dengan hiperkolesterolemia.
Penelitian ini akan bermanfaat bagi profesi keperawatan di dalam meningkatkan
kwalitas hidup klien dengan hypercholesterolemia. Pemberian terapi jeruk nipis dan
olahraga akan memperkuat normal line of defense dan meningkatkan line of
resistance pada Newman’s System Model sehingga mempertahankan sistem di
dalam tubuh tetap seimbang.
Jeruk nipis sebagai bahan alami pembuatan sabun cuci tangan. Penyediaan
sabun cuci tangan dengan memanfaatkan bahan alam sebagai bahan aktif yang
memiliki aktivitas baik sebagai bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri)
maupun bakterisid (membunuh bakteri) masih belum banyak dikembangkan. Salah
satu bahan alam yang terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri yaitu jeruk
nipis. Pada air perasan jeruk nipis terdapat senyawa asam organik yaitu asam sitrat
61,5 g/L, asam malat 5,18 g/L, dan asam laktat 0,92 g/L. Selain asam organik, air
perasan jeruk nipis juga mengandung saponin dan flavonoid berupa hesperidin,
naringin, tangeretin, eriocotrin, dan eriocitrocid yang memiliki aktivitas hambatan
terhadap pertumbuhan bakteri. Dari penelitian Nikmatul Ikhrom Eka Jayani dkk
dapat disimpulkan bahwa sabun cuci tangan dengan perasan jeruk nipis 20, 30, dan
19
40% memenuhi spesifikasi organoleptis dan bobot jenis yang dipersyaratkan oleh
SNI, sedangkan viskositas dan pHnya belum memenuhi spesifikasi. Sabun cuci
tangan dengan perasan jeruk nipis memiliki aktivitas antiseptik. Semakin besar
konsentrasi air perasan jeruk nipis, semakin besar pula aktivitas antiseptiknya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) adalah tumbuhan perdu dengan tinggi
sekitar 150 – 350 cm. Tumbuhan ini berasal dari Asia Tenggara,
terutama dataran Cina, kemudian menyebar luas ke beberapa negara di
dunia dan tumbuh subur pada daerah yang beriklim tropis. Jeruk nipis
memiliki beberapa nama daerah yang berbeda di Indonesia. Beberapa di
antaranya yaitu jeruk nipis (Sunda), jeruk pecel (Jawa), jeruk durga
(Madura), lemo (Bali), mudetelong (Flores).
2. Morfologi jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dari termasuk dalam
golongan dikotil Tanaman ini memiliki akar tunggang yang berkembang
melalui apex embrio. Mempunyai dahan bulat yang bercabang banyak.
Kulit batang berwarna hijau hingga cokelat tua. Batangnya berbentuk
silindris dan tumbuh cabang cenderung ke atas, berduri dan keras,
warnanya hijau hingga coklat tua. Berdaun majemuk, dengan permukaan
licin (laevis) dan mengilat (nitidus), serta tangkai daun bersayap kecil.
Bunga berwarna putih, menghasilkan buah yang pada umumnya
berwarna hijau atau kuning, berbentuk bulat memiliki diameter 3 – 6 cm,
memiliki rasa asam dan kurang lebih pahit, buah jeruk tergolong buah
buni.
Anatomi Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) pada akar terdiri dari
epidermis, korteks, xilem dan floem. Pada batang terdiri dari epidermis,
korteks, xylem dan floem, stele dan kambium. Pada daun terdiri dari
epidermis, kutikula, stomata, mesofil, jaringan palisade, jaringan
bunga karang, dan jaringan pembuluh.
3. Reproduksi Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terjadi secara seksual dan
aseksual. Seksual terjadi dengan proses penyerbukan yang dibantu
dengan vektor (serangga), sedangkan aseksual terjadi dengan teknik
okulasi (cangkok). Budidaya jeruk nipis dilakukan dengan penyemaian
20
bibit dan menggunakan teknik reproduksi vegetatif yaitu dengan cara
cangkok.
4. Jeruk nipis yang dibudidayakan di Indonesia dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu jeruk nipis biasa dan jeruk nipis non biji. Perbedaan kedua
jenis jeruk nipis tersebut terletak pada bentuk daun, buah, bunga dan
bagian-bagian tanaman yang lain.
5. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Tenggara dan tumbuh subur pada daerah yang beriklim tropis. Syarat
tumbuh jeruk nipis yaitu: iklim, media tanam dan ketinggian tempat yang
sesuai.
6. Pemanfaatan jeruk nipis sebagai obat telah dilakukan sejak lama. Hampir
seluruh bagian dari tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan obat
tradisional. Buah jeruk nipis umumnya dimanfaatkan sebagai obat batuk,
influenza, sakit panas, sembelit, sesak napas, amandel, malaria, terlambat
datang bulan, hingga mengurangi rasa sakit pada saat datang bulan asma,
demam, rheumatoid arthritis, sinusitis obesitas, selulit, herpes serta bisa
membersihkan kulit berminyak, dan jerawat. Selain itu dapat
menurunkan kadar kolesterol darah, sebagai bahan dasar pembuatan
sabun cuci tangan, dan dapat digunakan sebagai insektisida.
3.2 SARAN
Jeruk nipis memiliki kualitas dan khasiat yang banyak. Namun masih
minimnya penelitian dan budidaya tanaman ini sehingga menyebabkan
kurangnya informasi yang dapat diperoleh. Semoga kedepannya lebih
banyak lagi yang tertarik meneliti tentang jeruk nipis mengingat daerah di
Indonesia sangat baik untuk pertumbuhan jeruk nipis.
21
DAFTAR PUSTAKA
Zuhro, Meita Valentina. 2015. “Pengaruh Perendaman Larutan Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia swingle) Terhadap Penuruanan Kandungan Timbal (Pb) Kerang Manis
(Mactra grandis Gmelin) Serta Aplikasinya Sebagai Buku Pengayaan.” 14.
Ali, Farida, Didin Suwardin, Mili Purbaya, Sri Hartati, dan Syintia Rahutami. 2009.
“Koagulasi Lateks Dengan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia).” Teknik
Kimia 16(2):115–115.
Tuasamu, Yati. 2018. “Karakterisasi Morfologi Daun dan Anatomi Stomata pada
Beberapa Species Tanaman Jeruk (Citrus sp).” Agrikan: Jurnal Agribisnis
Perikanan 11(2):85. doi: 10.29239/j.agrikan.11.2.85-90.
Pangestuti, Dewi. 2019. “Pengaruh Pemberian Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus
Aurantifolia Swingle) Terhadap Kadar Kolesterol Pada Mencit
Hiperkolesterolemia.” Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan
4(1):42. doi: 10.34008/jurhesti.v4i1.88.
Jayani, Nikmatul Ikhrom Eka, Kartini Kartini, dan Nurul Basirah. 2018. “Formulasi
Sediaan Sabun Cuci Tangan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dan
Efektivitasnya sebagai Antiseptik.” MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana)
1(4):222–29. doi: 10.24123/mpi.v1i4.887.
22
Lauma, Sartika Widia, Damajanty H. C. Pangemanan, dan Bernart S. P. Hutagalung.
2015. “UJI EFEKTIFITAS PERASAN AIR JERUK NIPIS ( Citrus aurantifolia S )
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN
VITRO.” Ilmiah farmasi 4(4):9–15.
Wahyudi, Tatang, Agus Surya Mulyawan, Cica Kasipah, Untung Prayudie, dan Euis
Julaeha. 2017. “Pembuatan Mikrokapsul Minyak Jeruk (Citrus Aurantifolia) Untuk
Aplikasi Pada Penyempurnaan Tekstil.” Arena Tekstil 32(1):1–8. doi:
10.31266/at.v32i1.2661.
Gaol, Lia Agnes Lumban, Meiriani, dan Edison Purba. 2015. “Respons Pertumbuhan
Setek Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) pada Berbagai Bahan Tanam dan
Konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid).” Jurnal Agroekoteknologi 4(1):1815.
Anon. n.d. “Khasiat dan manfaat jeruk nipis - B. Sarwono - Google Buku.” Diambil 6
Oktober 2022 (https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=a1FNIWvlxqoC&oi=fnd&pg=PA1&dq=manfaat+tanaman+jeruk+n
ipis&ots=Zzo0WCz7bH&sig=FOTDCg6QUgh1-
0JpOFni0vkTXUk&redir_esc=y#v=onepage&q=manfaat tanaman jeruk
nipis&f=false).
Anon. n.d. “Morfologi dan Anatomi Organ Vegetatif Tanaman Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) Beserta Manfaat Bagi Kesehatan.” Diambil 8 Oktober 2022
(https://mapullah08.blogspot.com/2021/06/morfologi-dan-anatomi-organ-
vegetatif.html).
23