Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

a. Losion / Lotion / Lotio

Losion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang

distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di

dalamnya dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung

(Kardinan dan Dhalimi, 2010). Losion merupakan sediaan kosmetik golongan

emolien (pelembut) yang mengandung banyak air (Purwaningsih et al, 2014).

Menurut Farmakope Indonesia Edisi II (1978) Losion adalah berupa

larutan, suspensi atau emulsi dimaksudkan untuk penggunaan pada kulit.

Penambahan etanol 90% dalam losion akan mempercepat efek pendinginan,

sedangkan penambahan gliserol akan menyebabkan kulit tetap lembab dalam

waktu tertentu. Losion digunakan dengan cara mengoleskan pada kulit tanpa

pijitan. Pembuatan losion harus dilakukan dengan teknik aseptik, yaitu sedapat

mungkin harus dihindarkan terjadinya cemaran jasad renik ke dalam losion,

terutama jika losion tidak mengandung pengawet.

b. Ekstrak Tanaman Penyusun Losion

Ekstrak tanaman yang digunakan dalam pembuatan losion terdiri dari dua

tanaman yaitu tanaman kentang dan teh hijau.

9
10

1. Uraian Tanaman Kentang (Solanum tuberosum Linnaeus)

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Clasis : Dicotyledonae

Ordo : Solanales

Familia : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum L. (Rukmana, 1997 dalam Putro,

2010).

Gambar 2.1. Kentang

(Sumber: http://blog.faedahjaya.com)
11

a. Nama daerah

Luwi kumeli (Jawa Barat), gantang (Aceh dan Minangkabau), gentang

atau gadung leper (Karo), gentang atau gadung leper (Lampung), kentang

atau ubi mandira (Palembang), ubi kumaden dan keteki jawa (Sumba),

Kentang (Jawa) (Setiadi, F.Surya., 2000 dalam Darazat, 2011).

b. Morfologi tanaman

1. Daun

Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun, helaian daun berbentuk

poling atau bulat lonjong, ujung daun meruncing dan warna daun hijau

keputih–putihan. Pada dasar tangkai daun terdapat tunas ketiak yang

dapat berkembang menjadi cabang sekunder (Rukmana, 1997 dalam

Putro, 2010). Daun berkerut–kerut dan permukaan bagian bawah daun

berbulu. Daun tanaman berfungsi sebagai tempat proses asimilasi

untuk pembentukan karbohidrat, lemak, protein dan vitamin yang

digunakan untuk pertumbuhan vegetatif, respirasi dan persediaan

tanaman.

2. Batang

Batang tanaman berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada

varietasnya. Batang tanaman berongga dan tidak berkayu, namun agak

keras bila dipijat. Warna batang hijau kemerah-merahan atau hijau

keungu–unguan (Rukmana, 1997 dalam Putro, 2010). Batang tanaman


12

berfungsi sebagai jalan zat–zat hara dari tanah ke daun dan untuk

menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tanaman yang lain.

3. Akar

Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut.

Akar tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm,

sedangkan akar serabut umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke

samping dan menembus tanah dangkal. Akar tanaman berwarna

keputih–putihan dan halus berukuran sangat kecil. Akar tanaman

berfungsi menyerap zat–zat yang diperlukan tanaman dan untuk

memperkokoh berdirinya tanaman (Samadi, 1997 dalam Putro, 2010).

4. Bunga

Bunga kentang berkelamin dua (hermaphroditus) yang tersusun dalam

rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang

dengan tiap karangan bunga memiliki 7–15 kuntum bunga. Warna

bunga bervariasi yaitu putih, merah dan biru. Struktur bunga terdiri dari

daun kelopak (calyx), daun mahkota (corolla), benang sari (stamen),

yang masing–masing berjumlah 5 buah serta putih 1 buah. Bunga

bersifat protogami, yakni putik lebih cepat masak daripada tepung sari.

Sistem penyerbukannya dapat menyerbuk sendiri ataupun silang

(Rukmana, 1997 dalam Putro, 2010).

Buah kentang berbentuk bulat, bergaris tengah kurang lebih 2,5 cm,

berwarna hijau tua sampai keungu–unguan dan tiap buah berisi 500
13

bakal biji. Bakal biji yang dapat menjadi biji hanya berkisar 10 butir

sampai dengan 300 butir.

5. Umbi

Umbi terbentuk dari cabang samping diantara akar–akar. Proses

pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan

memanjang dari rhizome atau stolon yang diikuti pembesaran sehingga

rhizome membengkak. Umbi berfungsi menyimpan bahan makanan

seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air (Samadi,

1997 dalam Putro, 2010).

6. Kulit

Kulit berwarna kuning (Lemba, 2010). Kulit kentang dengan pelarut air

mengandung fenolat yaitu asam klorogenat, asam gallat, protokatelat

dan asam kafenat (Rodriguez de Sotillo et al dalam Mohammad et al,

2015). Kulit kentang dianggap sebagai sumber baru antioksidan alami

karena ditemukan mengandung asam fenolik (Lisinska dan

Leszczynski, 1987 dalam Mohammad et al, 2015)

c. Kandungan Kimia

Beberapa kandungan kimia yang terkandung dalam kentang

diantaranya karbohidrat, sumber mineral (fosfor, besi, dan kalium),

vitamin B (tiamin, niasin, vitamin B6), antioksidan dan sedikit vitamin A.

Senyawa antioksidan yang terdapat pada kentang yaitu antosianin, asam


14

klorogenat, dan asam askorbat (Soelarso dan Bambang, 1997 dalam

Mohammad et al, 2015).

d. Khasiat

1) Sebagai sumber karbohidrat

Kentang sangat bermanfaat untuk meningkatkan energi didalam tubuh

sehingga manusia dapat bergerak, berfikir dan melakukan aktivitas

lainnya. Karbohidrat juga sangat penting untuk meningkatkan proses

metabolism tubuh seperti proses pencernaan, pernafasan dan lain-lain

(Samadi, 1997 dalam Miratunnisa et al, 2015).

2) Untuk meningkatkan fungsi jaringan tubuh seperti otot. Kandungan

lemak dapat meningkatkan energi, kandungan gizi seperti kalium dan

fosfor bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi. Sedangkan zat

besi bermanfaat untuk pembentukan sel darah merah (Samadi, 1997

dalam Miratunnisa et al, 2015).

3) Sebagai antioksidan alami

Polifenol dan glikoalkaloid yang dapat ditemukan dalam kulit umbi

kentang digunakan sebagai antioksidan alami dan juga sebagai

prekusor untuk hormon steroid (Schieber dan Saldana, 2009 dalam

Miratunnisa et al, 2015).

2. Uraian Tanaman Teh Hijau

a. Klasifikasi tumbuhan teh hijau


15

Menurut Rukmana dan Yudiracman (2015), sistematika (toksonomi)

tumbuhan, tumbuhan teh diklasifikasikan sebagai berikut:

Kindom : Plantea

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan biji)

Sub Divisio : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)

Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)

Subkelas : Dialypetalae

Ordo (bangsa) : Guttiferales (Clusiales)

Famili (suku) : Camelliaceae (Theaceae)

Genus (marga) : Camellia

Spesies : Camellia sinensis L.

Varietas : Sinensis

Gambar 2.2. Teh

(sumber : https://tehhijauku.wordpress.com)
16

b. Morfologi tumbuhan teh hijau

Menurut Rukmana dan Yudiracman (2015), morfologi tumbuhan teh

hijau adalah sebagai berikut: Secara umum tanaman teh berbentuk

tumbuhan kecil perdu. Tinggi tanaman secara alami dapat mencapai

belasan meter. Namun, tanaman teh diperkebunan selalu dipangkas

untuk memudahkan pemetikan, sehingga tingginya hanya antara 90-

120 cm. Secara terinci, morfologi tumbuhan teh dicirikan dengan

struktur bagian tanaman sebagai berikut:

1. Akar dan batang.

Secara umum tanaman teh berakar dangkal, peka terhadap

keadaan fisik tanah, dan cukup sulit untuk dapat menembus lapisan

tanah yang dalam. Akar tanaman teh berupa akar tunggang dan

mempunyai banyak akar cabang. Apabila akar tunggangnya putus,

maka akar–akar cabang akan menggantikan fungsinya dengan arah

tumbuh yang semula melintang (horizontal) menjadi kebawah

(vertikal). Batang tanaman teh tumbuh tegak, berkayu tingginya

antara 3–5 m atau lebih hingga 20 m, banyak bercabang, dan

membentuk semak.

2. Daun.

Daun berbentuk jorong atau tegak bulat telur terbalik. Tepi

daun bergerigi. Daun tunggal dan letaknya hampir berseling.

Tulang daun menyirip. Permukaan atas daun muda berbulu halus,


17

sedangkan permukaan bawah bulunya hanya sedikit. Pada

umumnya panjang daun 6 -18 cm dan lebar 2-6 cm serta

bertangkai pendek. Daun teh memiliki bau (aroma) yang khas

dengan cita rasa agak sepat. Daun–daun baru yang mulai tumbuh

setelah pemangkasan lebih besar daripada daun–daun yang

terbentuk sesudahnya. Pucuk dan ruasnya berambut, daun tua

bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilat, dan berwarna

hijau kelam.

3. Bunga

Tanaman teh berbunga sempurna tumbuh pada ketiak daun,

tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu, berkelamin

dua, bergaris tengah 3–4 cm, warnanya kuning, dan berbau harum.

Bunga memiliki daun bunga (calyx) dan mahkota bunga (corolla).

Daun bunga berjumlah 5 sepal dan mahkolta bunga 5 petal serta

berbentuk lonjong cekung. Tangkai sarinya panjang dengan benang

sari (anthera) kuning bersel kembar, meninjol 2-3 milimeter ke

atas. Putik bertangkai panjang atau pendek dan pada kepalanya

terdapat tiga buah sirip. Benang sarinya berjumlah 100–200

tangkai. Sekitar 2 persen dari seluruh bunga pada satu batang

tanaman teh berhasil membentuk biji. Penyerbukan buatan

(artificial pollination) dapat meningkatkan jumlah buah sampai 14

persen.
18

4. Buah dan biji

Buahnya berupa buah kotak. Berdinding tebal, dan pecah

menurut ruang. Buah yang masih muda berwarna hijau dan setelah

tua menjadi cokelat kehitaman. Bijinya keras, berwarna cokelat,

beruang tiga, berkulit tipis berbentuk bundar di satu sisi, dan datar

di sisi yang lain. Buah yang masak dan kering akan pecah dengan

sendirinya, serta bijinya ikut keluar. Dalam satu buah berisi 1–6

biji, tetapi biasanya 3 biji. Biji mengandung minyak dengan kadar

yang tinggi, yaitu 20% dari berat biji.

c. Kandungan kimia daun teh hijau

Senyawa polifenol merupakan senyawa sangat penting dalam

teh terutama golongan katekin, aktivitas antioksidan pada teh

berhubungan dengan keberadaan katekin, (-)-epigalokatekin galat

(EGCG) dan (-)-epikatekin galat (ECG) adalah jenis katekin utama

pada teh hijau. Senyawa ini mempunyai aktivitas yang kuat untuk

mencegah radikal bebas seperti peroksinitrit, superoksida, hidrogen

peroksida dan DPPH.

Polifenol total mencapai 25-35 % bobot kering. komponen

utama fraksi polifenol adalah (-)-epikatekin, (-)-epikatekingalat, (-)

epigalokatekin, (+)-katekin dan (+)-galokatekin.


19

3. Ekstrasi

a. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan

untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-

bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak

stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang, oleh karena itu

tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Infus adalah sediaan cair yang

mdibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90 0 C selama

15 menit (Dewi et al, 2014).

b. Perasan

Perasan dilakukan pada bagian tanaman segar biasanya buah

atau rimpang dengan atau tanpa penambahan sedikit diblender dan

diperas hingga diperoleh sarinya dilanjutkan dengan pemekatan sari

sehingga diperoleh ekstrak kental (Dewi et al, 2014).

4. Monografi Bahan Tambahan Dalam Formula Emulsi

a. Minyak Mineral

Minyak mineral adalah hasil dari pemurnian minyak bumi

yang biasa digunakan sebagai bahan kosmetika. Monografi dari

minyak mineral adalah transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak

berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin dan berbau

ketika dipanaskan. Kelarutan minyak jenis ini adalah praktis tidak

larut etanol 95%, gliserin dan air dan larut dalam jenis minyak lemak
20

hangat. Kelemahannya adalah dapat teroksidasi oleh cahaya sehingga

penyimpanannya harus dalam wadah tertutup rapat, terhindar cahaya

dan ditempat sejuk dan kering. Penambahan antioksidan biasanya

dibutuhkan untuk memperpanjang daya simpan (Wade et al, 1994)

b. Minyak Zaitun

Minyak zaitun atau Olive Oil adalah minyak yang didapat dari

buah zaitun (Olea europaea), pohon tradisional dari basin Mediterania.

Minyak dapat digunakan untuk memasak, kosmetik, obat herbal, dan

sabun, dan juga sebagai bahan bakar untuk lampu minyak. Minyak

zaitun dianggap sebagai minyak yang sehat karena mengandung lemak

tak jenuh yang tinggi (utamanya asam oleik dan polifenol) (Anonim-b,

2013). Kandungan zat linoleic acid mampu menjaga air menguap.

Sehingga, zat ini amat baik untuk digunakan sebagai pelembab kulit

yang kering dan mulai berkeriput. Minyak zaitun bisa membantu

menyuburkan rambut supaya rambut lebih hitam dan lebat. Minyak

zaitun dapat mereduksi kerusakan sel (kerusakan ini dapat memicu

kanker). Fenol dalam minyak zaitun extra virgin bertindak sebagai

antioksidan pencegah penyakit untuk menghambat proses kanker;

asam oleat diperkirakan mencegah penyebaran tumor. Selain itu

kandungan Prostaglandin didalamnya bermanfaat untuk mengatasi

nyeri sendi dan pengeroposan tulang (Mamun, 2013)

c. Propilenglikol
21

Propilenglikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pembawa

dalam pembuatan sediaan farmasi dan kosmetik, khususnya untuk zat-

zat yang yang tidak stabil atau tidak dapat larut dalam air. Propilen

gilkol adalah cairan bening, tidak berwarna, kental, dan hampir tidak

berbau. Memiliki rasa manis sedikit tajam menyerupai gliserol. Dalam

kondisi biasa, propilen glikol stabil dalam wadah yang tertutup baik

dan juga merupakan suatu zat kimia yang stabil bila dicampur dengan

gliserin, air, atau alkohol. Propilen glikol juga digunakan sebagai

penghambat pertumbuhan jamur. Data klinis telah menunjukkan reaksi

iritasi kulit pada pemakaian propilen glikol dibawah 10% dan

dermatitis dibawah 2% (Lodėn, 2009).

Propilenglikol telah banyak digunakan sebagai pelarut dan

pengawet dalam berbagai formulasi parenteral dan nonparenteral.

Propilen glikol secara umum merupakan pelarut yang lebih baik dari

gliserin dan dapat melarutkan berbagai bahan, seperti kortikosteroid,

fenol, obat-obatan sulfa, barbiturat, vitamin A dan D, alkaloid, dan

banyak anestesi lokal (Tabel 2.1) (Rowe., dkk, 2006).

Tabel 2.2 Penggunaan propilenglikol dalam sediaan farmasi

Penggunaan Bentuk Sediaan Konsentrasi

(%)
Humektan Topikal ≈ 15
Pengawet Larutan, Semisolid 15 – 30
Pelarut Aerosol 10 – 30
22

Larutan Oral 10 – 25
Parenteral 10 – 60
Topikal 5 – 80

d. Asam Stearat

Asam stearat adalah asam lemak jenuh yang memiliki berbagai

kegunaan sebagai bahan tambahan kosmetika dan produk industri.

Senyawa ini juga banyak digunakan untuk mengubah konsistensi atau

suhu leleh suatu produk, sebagai pelumas atau mencegah oksidasi.

Asam stearat diekstrak dari berbagai jenis lemak hewani, lemak nabati

dan beberapa jenis minyak lainnya. Banyaknya kegunaan serta biaya

pembuatan yang rendah membuat asam stearat menjadi bahan dasar

dalam berbagai produk. Dunia kosmetik asam stearat digunakan untuk

membuat dasar yang stabil bagi deodorant, lotion dan krim. Senyawa

ini membantu mengikat dan mengentalkan sehingga lebih lembut

digunakan serta memiliki waktu simpan lebih lama. Titik leleh asam

stearat pada suhu diatas suhu manusia membuat kosmetika tetap

melekat pada tubuh dalam waktu yang lama. Kegunaan lain asam

stearat adalah mencegah oksidasi.

e. Cera Alba
23

Cera alba merupakan padatan putih kekuningan, sedikit tembus

cahaya dalam keadaan lapis tipis, bau khas lemah dan bebas bau

tengik. Kelarutan cera alba adalah tidak larut dalam air, agak sukar

larut dalam etanol dingin. Larut sempurna dalam kloroform dan eter

juga minyak lemak. Biasanya digunakan sebagai stabilisator emulsi

pada konsentrasi 1-20%. Cera alba stabil jika disimpan pada wadah

tertutup dan terlindung dari cahaya. Padatan ini mudah teroksidir

sehingga inkompatibel jika dicampurkan dengan zat pengoksidasi

(Wade, dkk, 1994)

f. Cethyl Alkohol

Cethyl alkohol dalam emulsi berfungsi sebagai penstabil.

Cethyl alkohol berbentuk granul, berasa lemah dan berbau khas.

Kelarutannya adalah Praktis tidak larut dalam etanol (95%)p dan eter

larut dengan adanya peningkatan temperature, praktis tidak larut dalam

air. Titik lebur zat ini 45,520C dengan bobot jenis 42,44 untuk material

yang asli. Stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya dan air.

g. Tween 80

Pemerian Tween 80 merupakan cairan seperti minyak, jernih

berwarna kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa pahit

dan hangat. Tween 80 sangat mudah larut dalam air, larutan tidak

berbau dan praktis tidak berwarna, larut dalam etanol, dalam etil

asetat, tidak larut dalam minyak mineral. Sebagai surfaktan biasanya


24

digunakan dengan konsentrasi 1-15%. Stabil pada elektrolit dan asam

lemah, dan basa. Berangsur-angsur akan tersaponifikasi dengan asam

kuat dan basa. Akan berubah warna atau mengendap dengan phenol,

dan tannin. Penyimpanannya dalam wadah tertutup baik, lindungi dari

cahaya, ditempat sejuk dan kering (Anonim,1995, dalam Rowe,

Raymond C, dkk. 2009)

h. Aqua destillata

Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat

diminum.Air suling merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak

berbau dan tidak mempunyai rasa. Sisa penguapan tidak lebih dari

0,001% b/v, penguapan dilakukan di atas tangas air hingga kering

(Anonim, 1978). Aqua destillata digunakan sebagai basis air pada

sediaan emulsi dengan konsentrasi untuk sediaan krim antara 40%-

60% dan untuk losion antara 70%-75% (Anonim, 1978).

5. Uji fisik sediaan krim

a. Uji Organoleptik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya perubahan

atau pemisahan emulsi, timbulnya bau atau tidak, dan perubahan

warna. Parameter kualitas fisik losion yaitu tidak terjadi perubahan

bentuk, warna, bau semenjak dari awal pembuatan, pada saat

penyimpanan sampai zat tersebut digunakan (Budiman, 2008 dalam

The, F.R., 2013).


25

b. Uji pH atau Potential of Hydrogen

Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan kertas

pH yang diolesi dengan sedikit sediaan krim. Hasil pengukuran

dibandingkan dengan kisaran pH sesuai dengan perubahan warna yang

terjadi pada kertas pH (Nugraha, 2012 dalam Dewi, 2015). Syarat nilai

pH pada sediaan topikal adalah 4,5 – 6,5 (Ulaen, et al, 2012).

c. Uji Homogenitas

Losion diambil dari bagian atas, tengah, bawah kemudian krim

dioleskan pada sekeping kaca objek. Homogenitas merupakan

terjaganya sejumlah ukuran partikel yang sama dari fase terdispersi per

satuan volume berat dari fase kontinu. Losion dikatakan homogen bila

susunan partikel-partikel tidak ada yang menggumpal atau tidak

tercampur (Anonim, 1979 dalam The, F.R., 2013).

d. Uji daya sebar

Menimbang 0,5 gram losion, meletakkan di atas kaca bulat

yang berdiameter 15 cm, kaca lainnya diletakkan di atasnya dan

dibiarkan 1 menit. Diameter sebar losion diukur dengan jangka

sorong. Setelah itu, ditambahkan 100 gram beban tambahan lalu

diukur diameter yang konstan, daya sebar yang baik , daya sebar yang

baik adalah 5-7 cm (Garg et al, 2002 dalam Ayu, 2015)

e. Uji daya lekat


26

Menimbang losion 0,5 gram, meletakkan di atas gelas objek

yang telah ditentukan luasnya. Meletakkan gelas objek yang lain di

atas losion tersebut. Gelas objek kedua dipasang pada alat tes yang

ujungnya dipasang beban 80 gram dan gelas objek pertama dipasang

pada alat test dengan penjepit kemudian dilepaskan bebannya sampai

kedua gelas objek tersebut lepas. Waktu yang diperlukan hingga kedua

gelas objek tersebut lepas dicatat. Adapun syarat daya lekat yang baik

adalah lebih dari 4 detik (Maisyaroh, 2015).

6. Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghilangkan, menahan

pembentukan oksigen reaktif dan radikal bebas dalam tubuh. Radikal

bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil karena tidak memiliki

electron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya sehingga sangat

reaktif untuk mendapatkan pasangan electron dengan mengikat sel-sel

tubuh. Jika hal ini terjadi terus-menerus, akan menyebabkan kerusakan

dan kematian sel.

Fungsi antioksidan antara lain untuk memperkecil terjadinya proses

oksidasi lemak dan minyak, mencegah proses kerusakan makanan,

memperpanjang masa simpan makanan, meningkatkan stabilitas lemak

dalam makanan (Tahir, Wijaya dan Widyaningsih, 2003).

Antioksidan dapat bersumber dari zat sintetis maupun alamiah.

Beberapa senyawa sintetik yang digunakan antara lain butyled


27

hydroxytoluen (BHT), butyled hydroxyanisole (BHA),

terbutylhydroxyquinone (BHQ), Asam galat dan propil galat. Antioksidan

alami dapat diperoleh dari sayur, buah, dan kacang-kacangan yang

mengandung zat antioksidan seperti vitamin (vitamin A, C, dan E), asam-

asam fenolet, dan senyawa flavonoid (Rohdiana, 2001;Pokorny et al, 2001

dalam Erawati, 2012)

B. Landasan Teori

Losion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air. Losion

juga merupakan jenis sediaan yang sering digunakan karena praktis dan

melembabkan juga memiliki teksturyang menyenangkan. Apalagi, dengan negara

yang beriklim tropis seperti Indonesia penggunaan losion sangat digemari.

Indonesia merupakan salah satu wilayah tropis dengan paparan sinar mataharinya

yang tinggi. Akibat dari paparan sinar matahari atau radikal bebas tersebut akan

meningkatkan kadar sebum, kulit kehitaman, terbakar dan memerah. Sehingga

sediaan kosmetik losion berpeluang untuk dijadikan suatu sediaan untuk

mencegahnya. Sediaan kosmetik losion dengan berjalannya waktu mengalami

pekembangan dengan penggunaan bahan alami sebagai zat aktif.

Tumbuhan mulai dimasukkan dalam komposisi dari losion untuk menunjang

efek terapeutik yang akan dihasilkan. Seperti tumbuhan kentang dan teh hijau.
28

Kentang merupakan tanaman yang biasanya dijadikan bahan masakan, bagian

yang digunakan adalah bagian umbinya. Umbi dalam kentang berfungsi

menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,

dan air bagi tumbuhan kentang itu sendiri. Kandungan kentang, yang memiliki

aktivitas antioksidan adalah vitamin C dan flavonoid. Vitamin C dapat berfungsi

sebagai oxygen scavenger dengan jalan mentransfer atom hydrogen ke oksigen

sehingga oksigen tidak tersedia untuk reaksi berikutnya, senyawa lain adalah

antosianin. Antosionin tergolong senyawa flavonoid yang larut dalam air.

Antosianin dapat menaikan daya tahan pembuluh kapiler, mengurangi tekanan

darah dan membantu penyerapan vitamin C. Kandungan antosianin yang ada

dalam kentang kuning antara 15mg–40 mg per 100 gram. Tanaman lain yang

memiliki kandungan antioksidan tinggi adalah teh hijau.

Teh hijau (Camellia sinensis) adalah tumbuhan kecil perdu dengan daun

berbentuk jorong atau tegak bulat telur terbalik. Tepi daun bergerigi. Teh hijau

dibuat tanpa fermentasi dengan inaktivasi enzim polifenol oksidasenya. Senyawa

aktif dalam teh hijau adalah polifenol, yang merupakan rantai multi fenol.

Polifenol utama dalam teh hijau adalah katekin. Katekin pada teh hijau

merupakan senyawa antioksidan yang amat kuat dan menguntungkan untuk

kesehatan. Antioksidan merupakan senyawa yang mempunyai kemampuan untuk

dapat meredam dampak negatif dari radikal bebas, termasuk didalamnya enzim-

enzim dan protein pengikat logam. Sehingga tanaman-tannaman tersebutdapat


29

dijadikan sebagai zat aktif untuk membuat suatu kosmetik. Suatu kosmetik perlu

dilakukan evaluasi sediaan.

B. Kerangka Teori

Kentang Teh hijau


(Solanum tuberosum.) (Camellia sinensis.)

Umbi kentang Daun

Metode Ekstrasi Perasaan Metode Ekstrasi Infundasi

Ekstrak Cair perasan Bahan Tambahan Ekstrak Cair Infundasi

Formula Losion

Uji Organoleptis Uji Uji pH Uji Daya Uji Daya Lekat


Homogenitas Sebar

Hasil

Gambar 2.3. Kerangka Teori


30

(Sumber: Modifikasi Anonim, 2000; Astuti, 2010; Mappa, 2013; Sa’adiah, 2015)

C. Kerangka Konsep

Sediaan losion antioksidan kentang (Solanum


tuberosum Linnaeus) dan ekstrak cair infundasi
teh hijau (Camellia sinensis).

Uji Fisik Sediaan losion antioksidan


kentang (Solanum tuberosum Linnaeus)
dan ekstrak cair infundasi teh hijau
(Camellia sinensis).

Uji Uji Uji pH Uji Viskositas Uji Daya Uji Daya


Organoleptik Homogenitas Sebar Lekat

Gambar 2.4. Kerangka Konsep

D. Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah hasil evaluasi uji fisik sediaan losion antioksidan kentang

(Solanum tuberosum Linnaeus) dan ekstrak cair infundasi teh hijau (Camellia

sinensis)?
31

Anda mungkin juga menyukai