BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan obat tradisional di Indonesia sudah berlangsung sejak lama
dan hingga kini masih terus digunakan oleh bangsa Indonesia dalam
mengatasi masalah kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO)
bahwa 80% penduduk negara berkembang menggunakan obat tradisional
sebagai pemeliharaan kesehatan dan 85% pengobatan tradisional dalam
prakteknya menggunakan tanaman obat. Faktor pendukung terjadinya
peningkatan pengobatan tradisional dalam upaya pemeliharaan kesehatan
yaitu mahalnya harga obat sintetik karna sebagian bahan bakunya masih
impor (Badan POM RI, 2010).
pudica Linn) terhadap kadar asam urat serum darah mencit putih jantan?
2.1.3. Morfologi
Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica Linn) memiliki morfologi
sebagai berikut:
a. Akar
Tumbuhan putri malu memiliki akar tunggang berwarna
putih kekuningan. Diameter akar tidak labih dari 1 - 5 mm. Akar
mimosa memiliki bau yang khas yakni menyerupai buah jengkol
b. Batang
Putri malu memiliki batang berbentuk bulat, berbulu, dan
berduri tajam. Bagian batang putri malu terdapat bulu halus dan
tipis berwarna putih dengan panjang sekitar 1 - 2 mm. Batang
muda berwarna hijau mencolok dan batang tua berwarna merah
c. Daun
Bentuk daun menyirip dan bertepi rata. Daun berbentuk
kecil tersusun secara majemuk, berbentuk lonjong serta letak daun
berhadapan. Warna daun hijau namun ada juga yang berwarna
kemerah-merahan. Warna daun bagian bawah dari putri malu
(Mimosa pudica Linn) berwarna lebih pucat. Bila tersentuh, daun
putri malu akan segera menguncup atau menutup. Pada tangkai
daun terdapat duri-duri kecil
d. Bunga
Bunga berbentuk bulat seperti bola, warnanya merah muda
dan bertangkai serta bentuk bunga berambut. Putik berwarna
kuning dan tangkai bunga berbulu halus. Pada saat matahari
tenggelam, bunga akan menutup seakan layu dan mati, tapi jika
terkena sinar matahari lagi maka bunga itu akan kembali mekar
6
e. Buah
Buah dari putri malu menyerupai buah kedelai dalam
ukuran kecil. Pada buah putri malu, terdapat bulu-bulu halus
berwarna merah, namun hanya terdapat pada bagian tertentu saja.
Tangkai buah memiliki panjang tangkai sekitar 3 - 4 cm dengan
diameter 1 - 2 mm. Pada satu tangkai buah, terdapat 10 - 20 buah
dengan pangkal buah melekat pada ujung tangkai. Ketika buah
telah masak, buah tersebut akan pecah sehingga bijinya akan jatuh
dan menyebar ke segala arah. Biji ini nantinya akan tumbuh
menjadi tunas baru. Buah yang mentah maupun telah masak
berwarna hijau (Dalimartha, 2008).
Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen (immiscible, tidak saling
campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan
Cara panas:
1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya
dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali
sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
2. Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
3. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu
secara umum dilakukan pada temperatur 40 - 50°C.
4. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur
terukur 96-98°C) selama waktu tertentu (15 - 20 menit).
5. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (~30°C) dan
temperatur sampai titik didih air.
2.3 Fraksinasi
Fraksinasi merupakan metode pemisahan campuran menjadi beberapa fraksi
yang berbeda susunannya. Fraksinasi diperlukan untuk memisahkan golongan
utama lainnya. Fraksinasi merupakan suatu prosedur pemisahan senyawa
berdasarkan perbedaan kepolarannya. Metode pemisahan yang banyak dilakukan
adalah metode estraksi cair-cair dan kromatografi (Hardjono Sastrohamidjojo,
1996).
yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh.
Penyebab penumpukan kristal di daerah persendian diakibatkan kandungan
purinnya dapat meningkatkan kadar urat dalam darah antara 0,5-0,75 g/ml
purin yang dikonsumsi (Bahteramas, 2018).
akibat zat purin yang berlebih dalam tubuh. Zat purin ini sebenarnya dapat di
olah tubuh menjadi asam urat. Menurut WHO (2015) Di dunia prevalensi
penyakit asam urat mengalami kenaikan jumlah penderita hingga dua kali
lipat antara tahun 1990- 2010. Pada orang dewasa di Amerika Serikat
penyakit gout mengalami peningkatan dan mempengaruhi 8.3 juta (4%) orang
Amerika. Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap
100.000 orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di
bawah 34 tahun sebesar 32% dan di atas 34 tahun sebesar 68% (Bahteramas,
2018).
2.4.2. Epidemiologi
Asam urat menyebar secara merata di seluruh dunia. Prevalensi bervariasi
antara negara yang kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan
lingkungan, diet, serta genetik. Di Inggris dari tahun 2000 sampai 2007
kejadian artritis gout 2,68 per 1000 penduduk, dengan perbandingan 4,42
penderita pria dan 1,32 penderita wanita dan meningkat siring bertambahnya
11
usia. Di Italia kejadian asam urat meningkat dari 6,7 per 1000 penduduk pada
tahun 2005 menjadi 9,1 per 1000 penduduk pada tahun 2009 .
Sedangkan jumlah kejadian artritis gout di indonesia masih belum jelas
karena data yang masih sedikit. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki
berbagai macam jenis etnis dan kebudayaan, jadi sangat memungkinkan jika
In- donesia memiliki lebih banyak variasi jumlah kejadian artritis gout
(Talarima et aL, 2012). Pada tahun 2009 di Maluku Tengah ditemukan 132
kasus, dan terbanyak ada di Kota Masohi berjumlah 54 kasus. Prevalensi
artritis gout di Desa Sembiran, Bali sekitar 18,9%, sedangkan di Kota Denpasar
sekitar 18,2%. Tingginya prevalensi artritis gout di masyarakat Bali berkaitan
dengan kebiasaan makan makanan tinggi purin seperti lawar babi yang diolah
dari daging babi, betutu ayam/itik, pepes ayam/babi, sate babi, dan babi
guling (Wid yanto, 2017) .
2.4.3. Etiologi
Etiologi dari artritis gout meliputi usia, jenis kelamin, riwayat medikasi,
obesitas, konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki tingkat serum asam urat
lebih tinggi daripada wanita, yang meningkatkan resiko mereka terserang
artritis gout. Perkembangan artritis gout sebelum usia 30 tahun lebih banyak
terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun angka kejadian artritis gout
menjadi sama antara kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun. Prevalensi
artritis gout pada pria meningkat dengan bertambahnya usia dan mencapai
puncak antara usia 75 dan 84 tahun.
Wanita mengalami peningkatan resiko artritis gout setelah menopause,
kemudian resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun dengan penurunan level
estrogen karena estrogen memiliki efek urikosurik, hal ini menyebabkan
artritis gout jarang pada wanita muda. Pertambahan usia merupakan faktor
resiko penting pada pria dan wanita. Hal ini kemungkinan disebabkan banyak
faktor, seperti peningkatan kadar asam urat serum (penyebab yang paling
sering adalah karena adanya penurunan fungsi ginjal), peningkatan
pemakaian obat diuretik, dan obat lain yang dapat meningkatkan kadar asam
urat serum.
12
2.5 Allopurinol
2.5.1. Pengertian
Obat hipourisemik pilihan untuk gout kronik adalah allopurinol. Selain
mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal. Allopurinol
menurunkan produksi asam urat dengan cara menghambat enzim xantin
oksidase. Allopurinol tidak aktif tetapi 60‐70% obat ini mengalami konversi
di hati menjadi metabolit aktif oksipurinol. Waktu paruh allopurinol berkisar
antara 2 jam dan oksipurinol 12‐30 jam pada pasien dengan fungsi
ginjal normal. Oksipurinol diekskresikan melalui ginjal bersama dengan
allopurinol dan ribosida allopurinol, metabolit utama ke dua (Johnstone,
2005).
2.5.2. Dosis
Pada pasien dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol tidak boleh
melebihi 300 mg/24 jam. Pada praktisnya, kebanyakan pasien mulai dengan
dosis 100 mg/hari dan dosis dititrasi sesuai kebutuhan. Dosis pemeliharaan
14
Gambar 5. EasyTouch
Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk memonitir tingkat asam urat
dalam darah. Tes ini spesifik untuk aam urat dengan menggunakan oksidasi
aam urat dan berdasarkan pada kemajuan teknologi biologi sensor (Sukaina,
2013).
sedangkan plasma darah merupakan bagian di atas yang berair. Jiuka ingin
mengamati keberadaan plasma darah bisa dilakukan dengan cara mengambil
sampel darah dan kemudian didiamkan hingga terjadi endapan dalam darah
2.7 Tinjauan Hewan coba
Hewan coba yang umum digunakan dalam penelitian farmakologi adalah tikus
putih dan mencit. Pada penelitian ini digunakan hewan coba mencit putih jantan.
Mencit (Mus musculus L) termasuk mamalia pengerat (rodensia) yang cepat
berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya
cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakteristik dengan baik.
Mencit yang sering digunakan dalam penelitian di laboratorium merupakan hasil
perkawinan tikus putih “inbreed’ maupun “outbreed”. Drai hasil perkawinan
sampai genersai 20 akan dihasilkan strain-strain murni dari mencit (Akbar, 2010).
Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Mencit (Mus musculus L.) memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh kecil,
berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari. Kondisi ruang
untuk pemeliharaan mencit (Mus musculus L.) harus senantiasa bersih,
kering dan jauh dari kebisingan. Suhu ruangan pemeliharaan juga harus
17
16
19
d. Pembanding
Pembanding yang digunakan adalah allupurinol dengan dosis 10mg/kgBB.
e. Pembuatan sediaan
Herba putri malu (Mimosa pudica Linn) direndam dengan etanol
96% dibiarkan selama 24 jam. Diperoleh maserat yang dipisahkan dengan
menggunakan kain flannel. Ampas maserasi pertama dimaserat lagi
menggunakan pelarut baru, lalu maserat dikumpulkan dan dirotary hingga
diperoleh ekstrak kental etanol
20
Tabel 1
Kelompok uji pengaruh variasi dosis rebusan putri malu sebagai induktor
Hiperurisemia
No Kelompok Perlakuan Dosis Perlakuan
1 Kontrol negatif Diberi makanan biasa
2 Jus hati ayam Diberi 50mg/kgBB
3 Jus hati ayam Diberi 100mg/kgBB
4 Jus hati ayam Diberi 200mg/kgBB
21
Tabel 2.
Uji penentuan aktifitas fraksi terbaik herba putri malu
No Kelompok Perlakuan Dosis
1 Kontrol Negatif Hanya diberi larutan (Na-CMC
0,5%)
2 Kontrol Positif Hanya diberi penginduksi
3 Hiperurisemia + allupurinol Diberi indikator jus hati ayam dan
allupurinol 100 mg/kgBB
4 Hiperurisemia + fraksi heksan putri Diberi indikator jus hati ayam dan
malu fraksi heksan dosis 100 mg/kgBB
5 Hiperurisemia + fraksi etil asetat Diberi indikator jus hati ayam dan
putri malu fraksi etil asetat dosis 100
mg/kgBB
6 Hiperurisemia + fraksi sisa air putri Diberi indikator jus hati ayam dan
malu fraksi sisa air dosis 100 mg/kgBB
Pada uji ini dilakukan upaya peningkatan kadar asam urat darah dengan
menginduksi mencit dengan hati ayam 100 mg/kgBB. Setelah penginduksian
tersebut, kadar asam urat darah mencit dikontrol dan diukur pada hari ke-7
pemberian dosis fraksi untuk meyakinkan bahwa hati ayam dengan dosis tersebut
menyebabkan hiperurisemia. Selesai perlakuan, semua mencit diistirahatkan di
dalam kandang masing-masing dan diberi makan dan minum.
Pada hari ke-7 dilakukan perlakuan berdasarkan kelompoknya masing-
masing setiap hari dan hati ayam tetap diberikan juga pada semua kelompok
kecuali kelompok normal. Pengukuran kadar asam urat darah selanjutnya pada
hari ke-7, ke-14 dan ke-21.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari penelitian yang telah dilakukan maka di dapatkan lah sebuat data yang
sebagai berikut:
Tabel 3
Kadar asam urat rata-rata dari seluruh kelompok uji pada masing-masing
waktu (mg/dL)
Jumlah fraksi kental yang di dapatkan n-heksan 10,28 gram, etil asetat 10,63 gram
dan sisa air 96,65.
Tanaman ini di ambil di daerah sungai pua kabupaten agam tanaman ini
tumbuh liar seperti rumput-rumput yang lain, kabupaten agam mempunyai kondisi
topografi yang cukup bervariasi mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang
relatif rendah, dengan ketinggian berkisaran antara 0-2.891 meter dari permukaan
laut. Pada tinjauan kandungan metabolit sekunder, diketahui bahwa tumbuhan
yang memiliki aktivitas antioksidan bepeluang memiliki aktifitas xantin oksidase
inhibitor (Y. S. Song et. aL, 2003). Yang dapat di manfaatkan untuk menurunkan
kadar asam urat dalam dengan cara menghambat kerja enzim xantin oksida,
sehingga pembentukan kadar asam urat dapat dirintangi didalam darah. Pada
penelitian yang telah dilakukan oleh (Suwariany, 2006) di dapatkan hasil bahwa
tumbuhan putri malu diketahui memiliki aktifitas antioksidan dan menujukkan
hasil positif terhadap golongan flavonoid, tanin dan polifenol memiliki aktifitas
sebagai antioksidan.
Kuersetin merupakan senyawa spesifik yang termasuk kedalam golongan
flavonoid yang telah diketahui memiliki aktifitas sebagai xantin oksidase inhibitor
yang dapat menurunkan kadar asam urat. Selain kuersetin pada hasil isolasi rutin
juga memiliki aktifitas xantin oksidase yang dapat menurunkan kadar asam urat
didalam darah (J Huang et. aL, 2011).Sebelum dilakukan proses ekstraksi sampel
dirajang terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memperluas bidang permukaan
sampel dan memudah pelarut untuk masuk ke dalam membran sel dan akan lebih
banyak senyawa yang dapat ditarik oleh pelarut. Digunakan sampel putri malu
yang telah dicuci bersih dan dirajang sebanyak 1 kg yang segera dilakukan proses
maserasi. Proses selanjutnya putri malu diekstraksi dengan cara maserasi.
Maserasi merupakan proses penyaringan dengan merendam simplisia didalam
pelarut organik hingga pelarut akan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat
yang terkandung didalamnya akan terlarut (MF daud et. aL, 2011). Cara maserasi
dipilih karna merupakan cara yang paling sederhana dan tidak memerlukan
peralatan khusus serta suhu yang digunakan relatif rendah, sehingga dapat
mencegah penguraian senyawa yang tidak tahan panas atau zat yang belum
diketahui apakah zat tersebut tahan panas atau tidak. Proses maserasi sampel putri
25
malu dilakukan dengan menggunkan etanol 96% sebagai pelarut agar dapat
menarik zat-zat berkhasiat yang terdapat dalam simplisia yangdigunakan dan
lebih bersifat universal serta kemampuannya untuk mendapatkan protein dan
menghambat kerja enzim, sehingga dapat terhindar dari proses hidrolisis dan
oksidasi. Etanol 96% juga lebih dipilih pada proses maserasi dari bahan basah
yang memerlukan pembahasan terhadap simplisia sehingga lebih optimal
dibandingkan etanol 70% karna sampel yang digunakan adalah sampel basah.
Digunakan sebnauak 14 liter 96% untuk proses maserasi. (E Kumalasarri et al,
2011; J Harborne et. aL, 2009).
Proses maserasi sampel dilakukan didalam botol gelap dan terlindung dari
cahaya dan ditutup untuk menghindari pengaruh oksidasi. Sampel dimaserasi 24
jam, selama 6 jam pertama sampel diaduk aduk lalu sampel didiamkan untuk 18
jam selanjutnya, dilakukan 3 kali pengulangan pada tahapan ini ( Depkes
RI,2008). Pengadukan bertujuan agar pelarut bisa berulang ulang masuk kedalam
sampel yang telah dipotong dan diharapkan terjadi keseimbangan konsentrasi
bahan ekstrak aktif yang lebih cepat kedalam pelarut. Keadaan didalam selama
maserasi bisa menyebabkan turunnya perpindahan zat aktif. Setelah meserasi
dilakukan, maserat disaring dan pelarutnya diuapkan dengan rotary evaporator
dengan tujuan untuk mengurangi tekanan udara pada permukaan sehingga
menurunkan tekanan uap pelarut dan selanjutnya akan menurunkan titik didih
pelarut tersebut hal ini dapat mengurangi kemungkinan terurainya zat aktif yang
tidak tahan pemanasan terdapat dalam ekstrak tesebutdari putri malu sebnyak 17
gram dengan rendemen 17%. Jumalah ekstrak kental yang didapatkan memenuhi
pesyaratan yang tetera pada farmakope herbal indonesia adalah tidak kurang dari
15,7% ( Depkes RI 2008), ( J Harbone et. aL, 2009)
Selanjutnya ekstrak etanol yang telah di dapatkan segera dilakukan proses
fraksinasi untuk memisahkan senyawa senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya
diantaranya adalah senyawa bersifat polar, semipolar dan nonpolar. Selanjutnya
ekstrak kental etanol difraksi untuk mendapatkan senyawa aktif yang bersifat
polar, semipolar dan nonpolar. Pada prinsipnya seyawa polar diekstrasi dengan
pelarut polar sedangkan senyawa nonpolar diekstrasi dengan pelarut nonpolar
pelarut yang bersifat polar akan melarutkan komponen yang bersifat polar dan
26
nonpolar akan melarutkan senyawa yang disebut like this solve like (J Harbone et.
aL,2009), ( L Marina et. aL, 2013). Sebanyak 15 gram ekstrak etanol dilakukan
proses fraksinasi secara bertahap dengan pelarut air, n-heksan dan etil asetat
dalam corong pisah untuk memisahkan kandungan kimia yang bersifat nonpolar
semua fraksi yang diperoleh kemudian diuapkan dengan rotary evaporator sampai
kental sehingga didapatkan fraksi kental n-heksan 10,28 gram, etil asetat 10,63
dan sisa air 96,65.
Digunakan mencit putih jantan sebagai hewan percobaan dalam rangkaian
penelitian ini sebanyak 36 ekor yang berumur 3-4 bulan dengan berat badan 20-
30gram. Dilakukan aklimatisasi terhadap semua hewan coba selama 1 minggu,
agar semua hewan coba dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mencit
yang dipilih pada penelitian adalah mencit yang sehat dengan ciri-ciri
menunjukkan tingkah laku yang normal dan mata jernih bersinar. Selama
pemeliharaan mencit diberi makan dan minum yang cukup (Malole, 1989).
Pengambilan sampel darah mencit dilakukan 2 jam setelah induksi hiperurisemia
diberikan (Muhtadi A et. aL, 2013). Untuk menginduksi asam urat dapat
digunakan hati ayam, melinjo, kacang-kacangan dam kalium oksanat. Pada uji
pendahuluan penelitian ini, digunakan hati ayam dengan dosis 100mg/kgBB
dengan frekuensi 1 kali sehai untuk menginduksi asam urat pada hewan
percobaan. Uji pendahuluan ini dilakukan selama 21 hari untuk penentu jenis
fraksi terbaik yang digunakan pada penelitian ini. Di dapatkan pada aktifitas fraksi
etil asetat putri malu menujukkan penurunan kadar asam urat terbaik dalam darat
penelitian ini, sehingga fraksi etil asetat siap digunakan sebagai uji lanjut terhadap
uji variasi dosis terhadap kondisi hiperurisemia dan kondisi patologi diabetes.
Pada uji pendahuluan ini, didapatkan hasil nilai penurunan asam urat terbaik
pada fraksi etil asetat. Hasil analisis stastitik didapatkan nilai homogenitas
(P>0,05) maka dilakukan uji anova. Didapatkan efek terbaik fraksi etil asetat
(P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan. Kadar asam urat terdapat pada fraksi
semi polar. Sebagai penginduksi, digunakan hati ayam dengan dosis
100mg/kgBB. Dari hasil yang didapatkan dosis 0,5mL/20gramBB dapat
meninkatkan kadar asam urat dialam darah dan digunakan sebagai induktor hati
ayam. Kadar asam urat mulai naik pada hewan percobaan setelah 4 hari
27
pemberian jus hati ayam pemberian fraksi dilakukan mulai hari naiknya asam urat
ini pada hari ke 8.
Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin pada manusia
(Glantzounis et. aL, 2005). Pada uji aktivitas hiperurisemia fraksi etil asetat puti
malu terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah pada hewan dibagi dalam
beberapa kelompok. Selain itu ada kelompok pembagian yang diberikan
allupurinol dengan dosis 10 mg/kgBB. Didapatkan nilai homogenitas (<0,05)
yang menyatakan sebaan nilai yang diperoleh tidak homogen, sehingga dilakukan
uji lanjut non parametik kruskaal wallis. Didapatkan hasil statistika bahwa pada
variasi lama pemberian diperoleh nilai yang signifikan (P<0,05) yang ditunjukkan
pada hari ke 21 dan pada variasi pemberian dosis dipoeroleh nilai signifikan
(P<0,05) yang ditunjukkan pada dosis 100mg/kgBB. Pada hasil tersebut
dimungkinkan bahwa pada fraksi etil asetat putri malu mengandung senyawa yang
beraktifitas menurunkan kadar aam urat didalam darah. Namun untuk kajian yang
lebih mendalam. Fraksi etil asetat terhadap penurunan kadar asam urat didalam
darah.
Tabel 4
Test of normality
Tabel 5
Perlakuan Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Na-CMC 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%
Positif 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%
Allupurinol 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%
N-Heksan 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%
Etil Asetat 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%
Aquadest 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%
Tabel 6
OneWay
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic Df Df2 Sig
16.207 5 84 .000
Tabel 7
Anova
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between 166.306 5 33.261 68.923 .000
Groups
Within 40.537 84 .483
Groups
Total 206.844 89
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Fraksi etil asetat memberikan aktifitas terbaik untuk menurunkan kadar
asam urat pada mencit putih jantan serta dengan pembeian variasi dosis dan lama
pemberian pada kelompok hipeurisemia, didapatkan dosis 100mg/kgBB dengan
lama pemberian 21 hari merupakan hasil terbaik untuk menurunkan kadar asam
urat didalam darah.
5.2 Saran
1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk ujin lanjut untuk fraksi etil asetat
dengan berbagai perbandingan dosis
2. Di lakukan uji patologi diabetes, kolesterol dan penyakit lainnya bagaimana
perbandingan dengan asam urat di butuhkan dosis yang banyak atau sedikit.
30
Diuapkan dengan
rotary evaporator
Ekstrak Kental
31
Putri malu
Ekstrak etanol 96%
Rotary evaporator
Fraksinsi den
Dipotong-potong dan Heksan
di masukkan kedalam
botol maserasi
Fraksinasi dengan
etil asetat
Fraksi aquadest
Pemeriksaan
Karakteristik fraksi
32
Lampiran 4. Skema kerja hasil fraksinasi dari ekstrak etanol putri malu
DAFTAR PUSTAKA
(Psidium guajava. L),” Pros. SNaPP2011 Sains, Teknol. dan Kesehat., pp.
55–62, 2011.
Muhtadi, A. Suhendi, N. W., and E. Sutrisna, “Potensi Daun Salam (Syzigium
Polyanthum Walp.) Dan Biji Jinten Hitam (Nigella Sativa Linn) Sebagai
Kandidat Obat Herbal Terstandar Asam Urat,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53,
no. 9, pp. 1689–1699, 2013.
Nainggolan, O 2009, Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia,
Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 59, No 12, pp. 589
Nuki G, Simkin PA. 2006, A Concise History of Gout and Hyperuricemia and
Their Treatment, Arthritis Research and Therapy, diakses 4 Agustus 2013,
http://arthritisresearch.com/content/8/S1/S1
Roddy, E dan Doherty, M 2010, Epidemiology of Gout, Arthritis Research and Therapy,
diakses 4 Agustus 2013, http://arthritisresearch.com/content/12/6/223