Anda di halaman 1dari 20

BAB I

MIMOSA PUDICA

1.1 Tujuan Percobaan

2. Untuk mengetahui adanya golongan alkaloid pada tumbuhan mimosa

pudica (Putri Malu)

3. Untuk mengetahui adanya golongan steroid pada tumbuhan mimosa

pudica (Putri Malu)

4. Untuk mengetahui adanya golongan fenolik pada tumbuhan mimosa

pudica (Putri Malu)

5. Untuk mengetahui adanya golongan saponin pada tumbuhan mimosa

pudica (Putri Malu)

6. Untuk mengetahui adanya golongan terpenoidpada tumbuhan mimosa

pudica (Putri Malu)

1.2 LATAR BELAKANG

Putri malu atau Mimosa pudica adalah perdu pendek anggota suku polong-

polongan yang mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat

menutup/"layu" dengan sendirinya saat disentuh. Walaupun sejumlah anggota

polong-polongan dapat melakukan hal yang sama, putri malu bereaksi lebih cepat

daripada jenis lainnya. Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah beberapa

menit keadaannya akan pulih seperti semula.

1
Tumbuhan ini memiliki banyak sekali nama lain sesuai sifatnya tersebut,

seperti makahiya (Filipina, berarti "malu"), mori vivi (Hindia Barat), nidikumba

(Sinhala, berarti "tidur"), mate-loi (Tonga, berarti "pura-pura mati") . Namanya

dalam bahasa Cina berarti "rumput pemalu". Kata pudica sendiri dalam bahasa

Latin berarti "malu" atau "menciu

Alam ini adalah tempat tinggal bagi setiap makhluk hidup. Makhluk hidup

itu tidak hanya terdiri dari dari satu macam saja, akan tetapi banyak macam dan

jenisnya, baik itu jenis hewan, manusia dan juga tumbuh-tumbuhan, semuanya

hidup pada tempat tinggal yang sama dialam ini.

Ada berbagai macam jenis tumbuh-tumbuhan yang ada didaerah kita,

termasuk salah satunya tanaman putri malu yang merupakan golongan sebagai

tanaman penutup tanah akan tetapi tidak semuanya menyebut tanaman putri malu

ada juga yang menyebutkan dengan sikejut .

Banyak jenis tanaman atau tumbuhan-tumbuhan yang hidup disekitar kita,

ada jenis tanaman yang ditanam secar khusus oleh manusia dan dipelihara secara

rutin. Akan tetapi ada juga tanaman yang tubuh dengan sendirinya tampa campur

tangan dari manusia, salah satunya tanaman putri malu. Tanaman ini disebut

sebagai tanaman liar karena dapat tumbuh dimana saja, tampa perlu peralatan

yang kusus dari manusia.

Putri malu atau Mimosa pudica merupakan tumbuhan yang berasal dari

Amerika tropis yang ditemukan pada ketinggian 1200 meter di bawahpermukaan

laut. Ciri-ciri morfologi tumbuhan putri malu adalah daun berupadaun majemuk

2
menyirip ganda dua yang sempurna. Jumlah anak daunberbentuk memanjang

sampai lanset, ujung runcing, pangkal membundar,tepi rata, permukaan atas dan

bawah licin, panjang 6-16 mm, lebar 1-3 mm,berwarna hijau, umumnya tepi daun

berwarna ungu. Jika daun disentuh akanmelipatkandiri, menyirip rangkap.

Tumbuhan putri malu memiliki dua macam kepekaan, yakni terhadap

sentuhan (seismonasti) dan terhadap intensitas cahaya matahari atau melakukan

gerakantidur pada malam hari (niktinasti). Gerak niktinasti dan seismonasti

yangdimiliki oleh putri malu tergolong dalam gerak nasti (gerak bagian tumbuhan

yang arahnya tidak ditentukan oleh arah datangnya rangsangan) serta tergolongke

dalam gerak etionom (gerak yang disebabkan karena adanya rangsangan dariluar

tumbuhan berupa faktor-faktor lingkungan). Gerak nasti terjadi disebabkankarena

adanya rangsangan dari luar menyebabkan perubahan tekanan turgorpada sel-sel

batang, cabang, dan tulang daun.Tekanan turgormerupakan

tekananairpadadinding selakibatperubahan kadarairdalamsel tumbuhan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KLASIFIKASI

Tumbuhan Mimosa pudica klasifikasinya :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Mimosa

Spesies : Mimosa pudica L

2.2 MORFOLOGI TANAMAN

Mimosa pudica L

4
Tanaman putri malu juga dapat disebut sebagai tanaman berduri.

Termasuk dalam tanaman berbiji tertutup (angiospermae) dan terdapat pada

kelompok tumbuhan berkeping dua atau dikotil. Tumbuhan berdaun

majemuk menyirip dan daun bertepi rata ini memiliki letak daun yang

berhadapan serta termasuk dalam suku polong-polongan. Daun kecil-kecil

tersusun majemuk, bentuk lonjong dengan ujung lancip, warna hijau (ada

yang kemerahmerahan). Bila daunnya disentuh akan akan mengatup

(sensitive plant). Memiliki Bunga bulat seperti bola, warna merah muda atau

ungu , dan bertangkai. Berikut cirri-ciri morfologi dari tumbuhan putri malu

(Mimosa pudica) :

a.) Akar

Putri malu mempunyai akar pena yang sangat kuat yang berbeda

dengan akar-akar tanaman-tanaman lainnya. Untuk mencabut akar dari

tumbuhan putri malu dibutuhkan suatu alat tertentu yang dapat

membantu menyabut. Hal ini karena ukuran akar-akarnya yang terlalu

kuat.

b. ) Batang

Batang tumbuhan putri malu berbeda dengan tumbuhan lainnya, yaitu

batang putri malu berbentuk bulat. Pada seluruh batangnya terdapat

rambut dan mempunyai duri yang menempel, batang tumbuhan putri

5
malu dengan rambut sikat yang mengarah secara miring kepermukaan

tanah atau kearah bawah.

c.) Bunga

Putri malu biasanya mempunyai bunga yang berbentuk bulat seperti

bola dan tidak mempunya mahkota atau kelopak bunga yang besar

seperti bunga-bunga yang lain.

d.) Buah

Buah putri malu berbetuk polong, pipih seperti garis dan berukuran

sangat kecil jika disbandingkan dengan buah-buah tumbuhan lainnya.

e.) Biji

Sama halnya seperti buah, tanaman putri malu juga memiliki biji, yang

berukuran kecil dan bulat, berbentuk pipih . putri malu termasuk

kedalam tumbuhan yang berbiji tertutup (Angiospermae) dan

berkembangbiak dengan biji.

2.3 KANDUNGAN KIMIA/TINJAUAN FITOKIMIA

Hasil analisis kualitatif dari ekstrak metanolik Mimosa pudica Linn

mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, fenolik (Kaur

dkk,2011).

Bagian daun, batang, dan akar putri malu (Mimosa pudica Linn)

6
mengandung senyawa mimosin, tanin, alkaloid dan saponin. Senyawa mimosin

merupakan salah satu asam amino hasil biosintetik turunan dari lysin

(Siswono,2005).

Hasil penapisan fitokimia dari fraksi etil asetat pada putri malu

menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid, tanin, polifenol,

monoterpenoid, steroid (Suwariany, 2006).

Senyawa tanin dan saponin diduga berperan aktif sebagai agen antijamur

(Tamilarasi dan Ananthi, 2012). Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica Linn)

bermanfaat juga sebagai antikonvulsan (Ngo Bum, 2004), antidepresan (Molina

dkk, 1999), antibakteri (Jaya, 2010).

Ekstrak etanolik putri malu juga mempunyai aktivitas sebagai

antihiperglikemik (Amalraj dan Ignacimuthu, 2007). Manfaat lain dari putri malu

yang telah digunakan oleh masyarakat diantaranya sebagai peluruh dahak

(Expectorant), peluruh kencing (Diuretic), pereda demam (Antipyretic), dan

antiradang (Dalimartha, 2008). Para ahli pengobatan tradisional di Cina, dan

penelitian di Amerika Serikat serta Indonesia mengindikasikan, putri malu

(Mimosa pudica Linn) bisa digunakan untuk mengobati panas tinggi pada

anakanak, cacingan, insomnia, peradangan saluran napas dan herpes (Siswono,

2005).

Kandungan senyawa aktif dari putri malu (Mimosa pudica Linn)

yangdiduga memiliki aktivitas sebagai agen antijamur adalah :

a. Tanin

7
Senyawa tanin termasuk golongan senyawa fenolik dan merupakan

penghambat enzim yang kuat bila berikatan dengan protein (Cowan,

1999). Senyawa kimia ini biasanya ditemukan pada bagian batang, daun,

buah dan akar pada tanaman. Buah yang memiliki kandungan senyawa

tanin biasanya memberikan rasa asam pada buah tersebut. Senyawa fenol

dari tanin mempunyai aksi antiseptik, astringensia, dan pemberi warna

(Damayanti, 2001). Senyawa

tanin dapat terhidrolisis karena mengandung ikatan ester yang akan

terhidrolisis jika dididihkan dalam larutan asam klorida encer. Senyawa

tanin yang telah terhidrolisis biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis,

berwarna cokelat kuning yang larut dalam air terutama air panas

(Hagerman, 2002). Contoh dari senyawa tanin yang terhidrolisis yakni

asam galat yang akan terurai menjadi piragalol serta asam protokatekuat

yang terurai menjadi katekol. Senyawa tannin ini, diduga memiliki

kemampuan dalam menginaktivasi adhesi mikroba, enzim dan protein

transport pada membran sel.

b. Saponin

Saponin merupakan senyawa berbentuk glikosida dan bersifat seperti

sabun yang bisa menimbulkan busa yang tetap di dalam air apabila

dikocok dan dengan konsentrasi rendah dapat menyebabkan hemolisis sel

darah (Gunawan dkk, 2004).

Saponin atau glikosida sapogenin adalah salah satu tipe glikosida yang

tersebar luas dalam tumbuhan. Biasanya dalam tumbuhan terdapat 2

8
macam saponin, yaitu glikosida terpenoid dan glikosida steroid. Kedua

senyawa saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter

(Robinson, 1995). Pemeriksaan reaksi warna dengan pereaksi

Liebermann-Burchard, akan terbentuk warna biru-hijau atau cokelat di

bawah sinar ultraviolet (UV) (Damayanti, 2001).

2.4 KHASIAT

Tanaman putri malu mempunyai khasiat cukup besar untuk

menyembuhkan, berbagai jenis penyakit. Dari daun hingga ke akarnya,

tanaman ini berkhasiat untuk transquilizer (penenang), ekspektoran (peluruh

dahak), diuretic (peluruh air seni), antitusif (antibatuk), antipiretik (penurun

panas), dan antiradang.

Para ahli pengobatan Cina dan penelitian yang dilakukan di Amerika

Serikat dan Indonesia mengindikasikan, putri malu bisa dipakai untuk

mengobati berbagai penyakit lain seperti radang mata akut, kencing batu,

panas tinggi pada anak-anak, cacingan, imsonia, peradangan saluran napas

(bronchitis), dan herpes. Pemanfaatan untuk obat dapat dilakukan dengan cara

diminum maupun sebagai obat luar.

Hanya saja pemakaian akar putri malu dalam dosis yang tinggi bisa

mengakibatkan keracunan dan muntah-muntah. Wanita hamil juga dilarang

minum ramuan tersebut karena bisa membahayakan janin.

9
BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat
Adapun alat yang dibutuhkan dalam pratikum ini,antara lain:
 Gunting
 Pisau cutter
 Labu erlemeyer
 Bekerglass
 Vial
 Pemanas
 Plat tetes
 Pipet tetes
 Plat tetes
 Penjepit tabung reaksi
 Kapas
 Serbet
 Corong

3.2 Bahan

Adapun bahan yang dibutuhkan dalam pratikum ini,antara lain:

 Sampel Clibadium surinamense

 Etanol

 Hcl

10
 Anhidrat asetat

 Chloroform

 Kloroform amonial 0,06 N

 Asam sulfat 2 N

 Pasir

 Norit

 Reagen mayer

 FeCl3

3.3 PROSEDUR KERJA

1. Ambil tumbuhan sampel

2. Uji Alkaloid ( metode culvenor – fits gerald )

- 4 gram sampel segar dipotong halus tambah sejumput pasir lalu

gerus

- Masukkan 10 ml CHCL3 gerus

- Masukkan 10 ml Kloroform amoniak 0,06 N gerus

- Saring dengan kapas, masukkan dalam tabung reaksi

- Masukkan 0,5 ml asam sulfat 2 N, kocok bolak balik perlahan

biarkan sejenak hingga terbentuk 2 lapisan

- Ambil lapisan asam ( bagian atas ) masukkan kevial, lalu

11
- Tambahkan reagen mayer 1-2 tetes kedalam vial kocok berlahan

sesaat

- Uji alkaloid dinyatakan positif apabila :

o + terbentuk kabut putih

o ++ larutan berwarna putih seperti susu

o +++ endapan putih

o ++++ sepernatan

3. Uji Saponin, fenolik, terpenoid, steroid ( metoda simes Dkk yang

dimodifikasi )

- 4 gram sampel segar dipotong halus tambah sejumput pasir lalu

gerus

- Tambahkan 25 ml etanol, panaskan selama 15 menit saring

- Hasil saingan diuapkan hingga kering

- Masukkan kloroform dan aquadest ( 1:1 ) masing-masing 5 ml,

kocok perlahan diamkan hingga terbentuk 2 lapisan

- Lapisan air digunakan untuk uji saponin

o 3 ml lapisan air dimasukkan dalam tabung reaksi kocok kuat

o Jika terbentuk busa yang betahan 15 menit maka + saponin

- Uji fenolik

Teteskan 1 tetes lapisan air pada plat tetes + 1 tetes FeCl3 1%

12
Jika berwarna hijau/biru kehitaman + fenolik

- Uji golongan terpenoid dan steroid

o Lapisan kloroform dilewatkan ke norit sehingga diperoleh

lapisan yang bening

o Tambahkan 1 tetes anhidrat asetat dan asam sulfat pekat

o Jika berwana merah/pink = terpenoid

o Jika berwarna hijau/biru = steroid

o Jika berwarna ungu = terpenoid dan steroid

4. Uji flavonoid ( metode sianidin test )

- 4 gram sampel segar dipotong halus tambah sejumput pasir lalu

gerus

- Tambahkan 25 ml etanol, panaskan selama 15 menit saring

- Ambil hasil maserasi teteskan pada plat tetes + 1 tetes HCl pekat

- Tambahkan serbuk mg

- Jika terbentuk wana pink-merah + flavonoid

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Identifikasi Al Sa Fe T Ste Fla

. Senyawa

1. Mimosa - - - - - -

pudica

4.1 Pembahasan

Skrining fitokimia merupakan cara sederhana untuk melakukan

analisis kualitatif kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam

14
tumbuhan. Untuk sampel ini yaitu tumbuhan yang diambil dari hutan.

Tumbuhannya yaitu tanaman clibadium surinamense.

Untuk skrining fitokimia kali ini dilakukan untuk menguji

kandungan alkaloid dengan menggunakan pereaksi mayer , kandungan

flavonoid dengan pereaksi FeCl3, dan menggunakan metode simes dkk

yang dimodifikasi untuk menguji saponin, fenolik, terpenoid dan steroid,

dan metode sianidin test untuk uji flavonoid pada sampel yang didapat.

Pada skrinning fitokimia dengan sampel Mimosa pudica ini kami

menggunakan sampel daun sebagai uji dari setiap alkaloid, saponin,

fenolik, terpenoid, steroid dan flavonoid. Daun yang digunakan diambil

beberapa helai tergantung ukran daun yang digunakan.

Dalam praktikum yang didapat tanaman Mimosa pudica saat

pengujian alkaloid didapat hasil negatif dimana artinya tanaman tersebut

tidak mengandung alkaloid. Kemudiaan dilakukan uji yang kedua yaitu

saponin setelah dikocok menimbulkan busa selama 15 menit sehingga

dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan mengandung saponin.

Dilanjut dengan uji fenolik pada plat tetes didapat bahwa hasil warna hijau

dimana menunjukan bahwa sampel positif fenolik. Dilanjut uji terpenoid

dan steroid pada sampel yang diuji saat diteteskan pada plat tetes didapat

hasil warna hijau yang berarti sampel tersebut hanya positif steroid, dan

terakhir uji flavonoid dimana sampel tersebut saat dilakukan pengujian

didapat positif mengandung flavonoid.

15
Kandungan bahan kimia dalam tanaman putri malu yang

memiliki efek antihelmintik adalah mimosin dan tannin. Mimosin adalah

alkaloid yang merupakan asam β-amino. Senyawa ini memiliki struktur

kimia 3-Hydroxy-4-oxo-1(4H)-pyridinealanine bersifat toksik dan pertama

kali diisolasi dari putri malu (Mimosa pudica). Strukturnya mirip dengan

asam amino struktural tirosin. Dalam pencernaan hewan ruminansia,

mimosin dirombak menjadi 3,4- dan 2,3-dihidroksi piridon (3,4- dan 2,3-

DHP). Racun ini ditemukan pada semua anggota Mimosa dan Leucaena,

termasuk lamtoro atau petai cina (Wikipedia, 2009)

Mimosin memiliki efek antihelmintik melalui mekanisme

neurotoksik dengan menghambat asetilkolinesterase sehingga terjadi

penumpukkan asetilkolin pada tubuh cacing yang menyebabkan cacing

mati dalam keadaan kaku (Eduardo, 2005) dan melalui depresi motoric

(Duke, 2009a).

Efek mimosin yang lain diantaranya yaitu menghambat

metabolisme asam amino dan menghambat sintesis protein (Harvey dan

John, 2005). Anitha dkk. (2005) menemukan bahwa mimosin juga

memiliki ativitas antidermatofit dan juga

antibakteri. Alkaloid tannin merupakan poliphenol tanaman yang larut

dalam air dan dapat menggumpalkan protein. Berdasarkan struktur

kimianya tannin dapat dibedakan menjadi tannin terkondensasi dan tannin

yang larut air (Westerdarp, 2006). Alkaloid tannin memiliki efek

16
vermifuga dengan cara merusak protein tubuh cacing (Harvey dan John,

2005; Duke, 2009b).

Tannin memiliki efek antihelmintik secara invitro maupun invivo di

dalam tubuh kambing dan domba (Brunet dan Hoste, 2006; Iqbal dkk

2007; Cenci dkk, 2007; Anthanasiadou dkk, 2001). Tannin juga memiliki

aktifitas penghambatan terhadap migrasi larva cacing pada kambing

(Alonso dkk, 2008)

BAB V

KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN

Pada pengujian skring fitokimia yang dilakukan pada tanaman mimosa

pudica dapat disimpulkan :

 Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa pengujian yaitu :

1. Uji flavonoid

2. Uji steroid

3. Uji terpenoid

4. Uji saponin

5. Uji fenolik

6. Uji alkaloid

17
 mimosa pudica mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat,

Kandungan yang terdapat pada tumbuhan ini adalah, senyawa tanin,

polifenol, kuinon, flavonoid, steroid, triterpenoid, monoterpen dan

seskuiterpen flavonoid, tanin dan steroid.

 Dari pratikum yang didapat mimosa pudica negatif mengandung alkaloid,

saponin, steroid, fenolik dan flavonoid

DAFTAR PUSTAKA

Chasanah U, et.,al. “Anti Cancer Pre -Screening for Several Plant Using Brine
Shrimp Lethality Test”, Jurnal Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu
KesehatanUniversitas Muhammadiyah Malang. h. 1.

Endro, Agung Nugroho dan Gemini Alam, “ Review Tanaman Obat Legundi  (Vitex
Trifolia L.)”,

Gusmiaty, Muh. Restu dan Ira Pongtuluran, “Seleksi Primer Untuk Analisis
Keragaman Genetik Jenis Bitti (Vitex Coffassus)”, Jurnal Perennial ISSN
1412-7784. vol. 8 no. 1, 2012, h. 25

Depkes, RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta :
BPOM.
Djamal, R. 1998. Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Padang : UNAND.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Bandung : ITB.
Mursyidi,A. 1990. Analisis Metabolit Sekunder. Yogyakarta : UGM

18
Sundaru, M. Syam, M. J. Bakar, 1976. Beberapa Jenis Gulma Padi Sawah.
Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor, Buletin Tehnik No. 1.

Syamsuardi, Tamin, Rusjdi, dan Nurainas. 2006. Modul Kuliah Taksonomi


Tumbuhan Tingkat Tinggi, jurusan biologi. Universitas Andalas: Padang.

Widhyastini, Dkk. 2017. Identifikasi Dan Potensi Gulma Di Bawah Tegakan Jati
Unggul Nusantara (Jun) Di Kebun Percobaan Universitas Nusa Bangsa,
Cogreg, Bogor. Staf Pengajar Fakultas MIPA Universitas Nusa Bangsa.
Bogor

Yunasfi, 2007. Permasalahan Hama, Penyakit dan Gulma Dalam Pembangunan


Hutan tanaman Industri dan Usaha Pengendaliannya. Dep. Kehutanan.
Fak Pertanian. USU. Medan.

LAMPIRAN

19
20

Anda mungkin juga menyukai