Anda di halaman 1dari 20

Nama Kelompok :

Arif Afridho
Novia Tri Yola
Sintia Adeviona
Yuni Lestari
Syarat-Syarat
Penyimpanan
1. Harus ada prosedur tetap (Protap) yang mengatur tata cara kerja bagian gudang
termasuk di dalamnya mencakup tentang tata cara penerimaan barang, penyimpanan,
dan distribusi barang atau produk.

2. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam keadaan kering,
bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur.

3. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar atau
mudah meledak (misalnya alkohol atau pelarut-pelarut organik).

4. Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status ‘karantina’ dan
‘ditolak’.

5. Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling (sampling room) dengan kualitas
ruangan seperti ruang produksi (grey area).

6. Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In First


Out) atau FEFO (First Expired First Out) (Priyambodo, 2007).
Manfaat
Penyimpanan

1. Terjaganya kualitas dan kuantitas perbekalan


kesehatan.
2. Tertatanya perbekalan kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan pendistribusian.
4. Tersedianya data dan informasi yang lebih
akurat, aktual, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
5. Kemudahan akses dalam pengendalian dan
pengawasan.
6. Tertib administrasi (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, 2009)
Penyimpanan
(Storage)

Prinsip:
Memastikan kondisi
penyimpanan sesuai syarat
penyimpanan dari pabrik
• Fasilitas (suhu, kelembaban , cahaya)
• Kondisi
Perhatikan • Sistem Memastikan pasien
mendapatkan barang sesuai
kondisi yang dipersyaratkan
Di gudang
depo
tempat pelayanan
Penyimpanan
(Storage)

Perhatikan antara suhu yang disyaratkan dengan suhu ruangan kita

• Suhu kamar 25 – 30 oC
Suhu • Suhu sejuk 8 – 15 oC
• Suhu dingin 2 – 8oC

• Kering <65%
Kelembaban • Lembab 65-80%

• Terlindung dari cahaya matahari


Cahaya • Peka terhadap cahaya
Menjadi
pilihan
Penyimpanan
Kepuasan
yang baik pelanggan

Kualitas
pelayanan

Kualitas
produk Suhu kamar
25 – 30oC
Suhu sejuk
Caranya? 8– 15 oC
Perhatikan persyaratan
Suhu dingin
penyimpanan
2 – 8oC
Beku < 0oC
SISTEM DISTRIBUSI OBAT
Definisi
 Sistem distribusi obat adalah suatu proses
penyerahan obat sejak setelah sediaan
disiapkan oleh IFRS, dihantarkan kepada
perawat, dokter atau profesional pelayanan
kesehatan lain untuk diberikan kepada
penderita.
 Harapan SDO:
1. Tepat Penderita
2. Tepat Obat
3. Tepat Jaswal pemberian
4. Tepat pemberian
5. Informasi Obat penderita, tepat personel
pemberi ke penderita
Persyaratan SDO Yang efektif dan
efisien
1. Ketersediaan obat yang tetap terpelihara.
2. Mutu dan kondisi obat/ sediaan obat tetap stabil selama proses distribusi.
3. Meminimalkan kesalahan obat dan memaksimalkan keamanan pada pende
4. Meminimalkan obat yang rusak atau kadaluwarsa.
5. Efisiensi penggunaan SDM.
6. Meminimalkan pencurian dan atau kehilangan obat.
7. IFRS mempunyai semua akses dalam semua tahap proses distribusi untuk
pengendalian pengawasan dan penerapan pelayanan farmasi klinik.
8. Terjadinya interaksi profesional antara apoteker, dokter, perawat, dan pen
9. Meminimalkan pemborosan dan penyalahgunaan obat.
10. Harga terkendali.

11. Peningkatan penggunaan obat yang rasional.


Sistem transpor obat dari IFRS ke penderita harus
memenuhi syarat-syarat

1. Produk obat harus terlindung dari kerusakan dan pencurian


selama proses transportasi.

2. Sistem transpor tidak merusak atau memperlambat


penyampaian obat ke penderita.

3. Dalam sistem transpor, pengecekan obat dilakukan


sebelum obat dibawa dari IFRS, periksa kecocokan jenis obat
dan kuantitasnya dengan resep. Lakukan pemeriksaan ulang
saat obat tiba dan diterima di unit perawat.

4. Prosedur dari IFRS ke daerah penderita harus terdokumentasi.


Pembagian Sistem Distribusi Obat

A. Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi


1. Sentralisasi (apoteker tidak ada di ruang
perawatan)
2. Desentralisasi (apoteker ada di ruang
perawatan)
B. Berdasarkan Penghantaran ke penderita
1. SDO resep individual
2. SDO Perlengkapan di ruangan
3. SDO kombinasi R/individu dan lengkap di
ruangan
4. SDO dosis unit
Sistem Obat Sentralisasi
Metode Distribusi Obat Berdasarkan Ada atau
Tidaknya Satelit Farmasi

1. Sistem Pelayanan Terpusat (Sentralisasi)


 Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan

farmasi yang dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi


farmasi.
 Pada sentralisasi, seluruh kebutuhan perbekalan farmasi

setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan individu


maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai
langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut.
 Resep orisinil oleh perawat dikirim ke IFRS, kemudian

resep itu diproses sesuai dengan kaidah ”cara dispensing


yang baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan
kepada penderita tertentu.”
Keuntungan Sentralisasi
a. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker,
yang juga dapat memberi informasi kepada
perawat berkaitan dengan obat pasien,

b. Memberi kesempatan interaksi profesional


antara apoteker-dokter-perawat-pasien,

c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat


atas persediaan,

d. Mempermudah penagihan biaya pasien.


Permasalahan sentralisasi
a) Terjadinya delay time dalam proses penyiapan obat
permintaan dan distribusi obat ke pasien yang cukup
tinggi.

b) Jumlah kebutuhan personel di Instalasi Farmasi Rumah


Sakit meningkat.

c) Farmasis kurang dapat melihat data riwayat pasien


(patient records) dengan cepat.

d) Terjadinya kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan


pada waktu penyiapan komunikasi.
Tata Cara Pemusnahan Obat
1. Pemusnahan dilaksanakan terhadap:
a. Bahan Obat-Obat Tertentu yang ditolak/rusak/kedaluwarsa;
b. Baku pembanding dan sampel pertinggal yang kedaluwarsa;
c. Sisa granul pencetakan/pengisian dari table dies;
d. Debu hasil pencetakan/pengisian/deduster mesin cetak/metal
detector khusus untuk mesin cetak/filling dedicated;
e. Sisa sampel pengujian;
f. Sisa sampel hasil pengujian pengawasan selama proses
pembuatan;
g. Obat-Obat Tertentu kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi
dan tidak dapat diproses ulang
h. Obat-Obat Tertentu yang dibatalkan izin edarnya;
i. Hasil trial yang tidak terpakai.

SUMBER:
KEPALA BPOM REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2016
TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN OBAT-OBAT
TERTENTU YANG SERING DISALAHGUNAKAN
2. Harus tersedia daftar inventaris bahan obat dan Obat-Obat
Tertentu yang akan dimusnahkan sekurang-kurangnya
mencakup nama, bentuk dan kekuatan sediaan, kuantitas
obat, nomor bets, dan tanggal Daluwarsa

3. Kebenaran bahan obat dan Obat-Obat Tertentu yang akan


dimusnahkan harus dibuktikan dengan dokumen pendukung
yang
disetujui oleh Kepala Bagian Pemastian Mutu bahwa bahan
obat dan
Obat-Obat Tertentu sudah tidak memenuhi syarat untuk
digunakan
dan/atau diedarkan.
4. Pelaksanaan pemusnahan harus dibuat dengan
memperhatikan pencegahan diversi dan
pencemaran lingkungan. Kegiatan pemusnahan
ini dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab
Produksi dan disaksikan oleh petugas Balai
Besar/Balai POM atau Dinas Kesehatansetempat.

5. Kegiatan pemusnahan harus didokumentasikan


dalam Berita Acara
Pemusnahan (Anak Lampiran 2) yang
6.
ditandatangani oleh pelaku dan saksi.
Berita Acara Pemusnahan sekurang-kurangnya
memuat:
a. hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan;
b. tempat pemusnahan;
c. nama lengkap penanggung jawab produksi;
d. nama lengkap petugas Balai Besar/Balai POM
atau Dinas Kesehatan setempat yang menjadi
saksi dan saksi lain dari pihak ketiga bila
pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga;
e. nama, bentuk dan kekuatan sediaan, kuantitas,
nomor bets, dan tanggal daluwarsa Obat-Obat
Tertentu yang dimusnahkan;
7. Khusus untuk Obat-Obat Tertentu yang
ditarik dari peredaran harus dilakukan
pemusnahan mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan

Anda mungkin juga menyukai