Putri malu atau yang memiliki nama latin mimosa pudica ini, ternyata
memiliki banyak khasiat untuk kesehatan, baik dari daun, batang dan akarnya.
Putri malu merupakan tanaman herba unik dari kelas magnoliopsida. Tanaman
asli Amerika tropis ini mempunyai banyak nama sebutan, di Jawa sering disebut
sebagai kucingan, di Minahasa disebut rebah bangun, di Menado sering disebut
sebagai daun kaget dan di Suku Sunda sendiri sering disebut sebagai si kejut.
Sedangkan dalam bahasa Inggris sang putri malu ini sering disebut sebagai
Sensitive Plant Spray. Penamaan tersebut berlatar belakang dari tingkah laku
sang putri malu itu sendiri yaitu apabila daunnya disentuh, ditiup atau dipanaskan
akan segera menutup.(Jenova, 2009)
Kondisi tersebut hanya bersifat sementara karena setelah beberapa menit
keadaannya akan pulih seperti semula. Keunikan tingkah laku sang putri ini
dapat terjadi oleh karena perubahan turgor pada tulang daun, sehingga daun
dapat menutup ketika disentuh, ditiup, atau dipanaskan. Gerak pada putri malu
ini sering disebut dengan gerak seimonasti. Sang putri malu selalu menutup
daunnya untuk melindungi diri dari hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang
ingin memakannya. Warna daun bagian bawah tanaman putri malu akan
berwarna lebih pucat, sehingga mampu mengelabui hewan yang tadinya ingin
memakan jadi tidak berminat karena hewan akan berfikir bahwa sang putri malu
ini telah layu atau bahkan mati.
Sifat kimiawi yang ada pada sang putri malu diantaranya manis, astringen
dan agak dingin. Dalam pengendalian hayati putri malu juga banak dimanfaatkan
sebagai pestisida nabati. Bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai pestisida
nabati yaitu akar, batang dan daun. Kandungan kimia dari tanaman ini adalah
senyawa mimosin, asam pipekolinat, tannin, alkaloid, saponin, triterpenoid,
sterol, polifenol dan flavonoid. Kandungan senyaawa inilah yang kemudian
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Dari beberapa hasil penelitian ekstraksi
akar dan daun putri malu ternyata mampu mengendalikan penyakit atraknosa,
dan alternaria.(Setiawati dkk, 2008)
Apabila kita teliti lebih dalam, sang putri malu ini memiliki beberapa fakta
yang menarik. Pertama, putri malu sangat invasiv terhadap tanaman lain dimana
dia hidup, artinya putri malu dapat berkembang dengan cepat melebihi populasi
tanaman lain. Kedua, putri malu tahan terhadap cekaman abiotik, bila kita
perhatikan disaat kondisi kekurangan air, dia mampu tumbuh dengan baik.
Seandainya tanaman tersebut ditebang atau dipotong sekalipun, akan tetap
kembali survive. Fakta ini membuktikan adanya sesuatu yang luar biasa pada
area perakaran putri malu sehingga mampu memberi kelangsungan hidup yang
baik bagi sang putri malu.
Mikroba yang kedua, Bacillus sp. Bakteri ini mampu melarutkan fosfat dan
kalium serta menghasilkan zat pengatur tumbuh tanaman dan menekan
perkembangan mikroba patogen. Mikroba ketiga, Pseudomonas putida
merupakan salah satu strain bakteri yang terdapat pada perakaran putri malu.
Bakteri ini mampu menekan serangan penyakit layu bakteri pada tanaman
tembakau di Sumatera Utara. Kemudian mikroba yang terakhir adalah
Actinomycetes, merupakan bakteri yang memiliki kemampuan untuk
menghasilkan antibiotik. Bakteri ini banyak terdapat pada perkaran putri malu.
Dari berbagai penelitian Uji Zona Hambat Ekstraksi Daun Putri Malu
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus. Dalam penelitian ini membuktikan bahwa bagian daun
dari sang putri malu mengandung 9% senyawa aktif dan dinyatakan positif
mengandung berbagai senyawa polifenol seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid,
sterol, tannin, dan saponin. Senyawa aktif tersebut merupakan metabolit
sekunder yang dihasilkan oleh putri malu sebagai mekanisme pertahanan
terhadap mikroorganisme lain, seperti insektisida dan herbivora, sehingga
kandungannya dalam tanaman bervariasi tergantung keadaan lingkungan.
Ditinjau dari potensi antimikrobial serta ketersediaannya yang melimpah di alam,
maka putri malu dapat dijadikan tanaman obat yang mudah di dapat dan berguna
untuk kesehatan. (Sari dkk, 2013)
Pada penelitian Uji Zona Hambat Ekstraksi Daun Putri Malu Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus dan Methicillin-resistant Staphylococcus aureus,
data yang diambil berupa data kuantitatif diameter zona hambat pada media agar
yang telah diletakkan cakram ekstrak daun putri malu. Pengukur diameter
dilakukan keesokan harinya dengan menggunakan jangka sorong pada zona
yang jernih. Pengukuran dilakukan dari beberapa sisi lingkaran kemudian dirata-
ratakan. Apabila tidak terdapat zona yang jernih, maka ekstrak tersebut tidak
memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Marnoto, Tjukup; Haryono, G.; Gustinah, D.; Putra, F.A.,. 2012. Ekstraksi Tannin
Sebagai Bahan Pewarna Alami Dari Tanaman Putri Malu (mimosa
pudica) Menggunakan Pelarut Organik Reaktor, April 2012, 14(1), 39-45
Putri, Novi Pralisa; Jurin, Anggi Puspita Sari;& Ganna, Siti Aminah. 2015.
Pemodelan Transfer Massa Tannin Pada Tanaman Putri Malu.
Samarinda. Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 3. Hlm: 115 - 119