ANGKATAN 38
SEBAGAI ANTIDIABETES
Disusun Oleh:
Marwiyah 1907062095
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes melitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon secara absolut dan relatif.
Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling umum ditemukan (Zdnanowicz MM, 2015).
Penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 21,3 juta orang. Sementara menurut
data Diabetes Atlas 2000 (IDF) pasien DM di Indonesia adalah 5,6 juta dan pada tahun 2020
diperkirakan akan meningkat menjadi 8,2 juta. Hal ini membuktikan bahwa penyakit diabetes
mellitus merupakan masalah kesehatan yang sangat serius (Sukmawati, emelda, dan Astriani.,
2018)
Pengobatan yang dilakukan oleh penderita diabetes tidaklah murah. Obat konvensional dan
insulin harus dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang untuk mengontrol diabetes sehingga
memungkin dapat mengeluarkan biaya yang mahal. Namun, beberapa tanaman obat juga
digunakan secara empris yang merupakan pengobatan farmakologi untuk penderita diabetes.
kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis,
penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan
keamanan dan khasiat dari obat tradisional (WHO,2003). Salah satu obat tradisional yang sedang
berkembang ke arah fitofarmaka adalah obat antidiabetes. Menurut laporan ethnobotani ada 800
spesies tanaman yang berpotensi sebagai antidiabetes. Salah satunya adalah meniran (Phyllanthus
Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tumbuhan liar suku Euphorbiaceae yang hidup di
daerah beriklim tropis. Di Indonesia tanaman ini sangat mudah ditemukan di tepi jalan, tanah
kosong, kebun, sungai bahkan di pekarangan rumah. Zat yang terkandung dalam meniran seperti
favonoid, flantin, hipoflantin, damar dan tanin dipercaya berkhasiat sebagai diuretik, antioksidan,
antiinfamasi, antidiabetes, antipiretik dan penambah nafsu makan. Dalam herba Meniran terdapat
kandungan favonoid yang berperan sebagai antioksidan. Antioksidan vitamin bermanfaat dapat
mengurangi kerusakan oksidatif pada penderita diabetes. Hasil penelitian di Turki menunjukkan
pada tiga puluh penderita DM-2 ditemukan adanya ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan
Penelitian mengenai khasiat ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.) sudah sering dilakukan,
dan peneliti melihat khasiat dari setiap bagian herba meniran mempunyai potensi dapat digunakan
untuk mengontrol DM dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan obat-obat kimiawi,
meskipun ada kandungan zat aktif yang belum diketahui. Okoli dkk (2010), menyebutkan bahwa
ekstrak methanol dari seluruh bagian Phyllanthus niruri memiliki potensi besar sebagai
antidiabetes.Dengan manfaat yang dimiliki oleh meniran, kami melakukan formulasi sediaan tablet
ekstrak kering meniran sebagai antidiabetes dan melakukan evaluasi sediaan tablet serta evaluasi
keamanan sediaan.
1.2 Tujuan
1. Memformulasikan ekstrak kering meniran dalam bentuk sediaan tablet sebagai antidiabetes
TINJAUAN PUSTAKA
Adapun taksonomi tanaman meniran (Phyllantus niruri Linn) menurut Kardinan dan
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Meniran merupakan tanaman semusim, tumbuh tegak dengan tinggi 50 – 100 cm, bercabang
berpencar, cabang mempunyai daun tunggal yang berseling dan tumbuh mendatar dari batang
pokok. Batang berwarna hijau pucat atau hijau kemerahan. Batang masif, bulat licin, tidak
berambut, diameter 3 mm. Daun majemuk, berseling, anak daun 15 – 24, berwarna hijau. Bentuk
daun bundar telur sampai bundar memanjang, panjang daun 5 – 10 mm, lebar 2,5 – 5 mm,
permukaan daun bagian bawah berbintik-bintik kelenjar, tepi rata, ujung tumpul, pangkal
membulat. Bunga berwarna putih, tunggal. Bunga keluar dari ketiak daun. Bunga jantan terletak
di bawah ketiak daun, berkumpul 2 – 4 bunga, gagang bunga 0,5 – 1 mm, helai mahkota bunga
berbentuk bundar telur terbalik, panjang 0,75 – 1 mm, berwarna merah pucat. Bunga betina di
bagian atas ketiak daun, gagang bunga 0,75 – 1 mm, helai bunga berbentuk bundar telur sampai
bundar memanjang, tepi berwarna hijau muda, panjang 1,25 – 2,5 mm. Buah kotak, bulat,
diameter 2 mm, berwarna hijau keunguan, licin, panjang gagang buah 1,5 – 2 mm. Biji kecil,
Meniran merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis yang tumbuh liar di tempat
yang lembab dan berbatu, serta tumbuh di hutan, ladang, kebun-kebun maupun pekarangan
halaman rumah, pada umumnya tanaman ini tidak dipelihara kerena dianggap tumbuhan rumput
biasa. 25 Pada beberapa daerah tertentu meniran mempunyai nama atau penyebutan yang berbeda
tergantung pada daerah terdapatnya tumbuhan tersebut, misalnya: Sumatera (sidukung anak, baket
sikolop), Jawa (meniran ijo, meniran merah), Sulawesi (bolobungo, sidukung anak), Maluku
(gosau ma dungi, gosau ma dungi roriha, belalang bahiji). 26 Suku Dayak dan Banjar Kalimantan
2.1.4 Kandungan Kimia dan Khasiat Tanaman Meniran (Phyllantus niruri Linn)
Meniran banyak mengandung beberapa Senyawa yaitu: Flavonoid, Tanin, Alkaloid, Lignan,
Saponin (Permadi, 2008). Senyawa Flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan
terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae, pada tumbuhan
tinggi Flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetative maupun dalam bunga, sebagai pigmen
bunga Flavonoid berperan jelas dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga, fungsi
lainnya juga sebagai, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus. Bekerja sebagai
inhibitor kuat pernapasan. Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan
supeoksida dan dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak.
Beberapa turunan Flavonoid terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi dan terdapat pada organ-organ
seperti seperti akar, batang, daun, bunga, biji, dan kulit kayu.
Tannin berfungsi sebagai pertahanan bagi tumbuhan yang membantu mengusir hewan
pemangsa tumbuhan, dan mempunyai aktivitas antioksidan menghambat pertumbuhan tumor serta
menghambat enzim seperti transcriptase dan DNA topoisomerase, Tanin tersebar dalam setiap
tanaman yang berbatang. Tanin berada dalam jumlah tertentu, biasanya berada pada bagian
spesifik tanaman seperti: daun, buah, akar, dan batang. Flavonoid adalah salah satu senyawa
fenolik yang berasal dari alam yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktifitas
sebagai obat, biasanya dihasilkan tumbuhan hijau dalam bentuk senyawa campuran (Satolom et
al., 2015). Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan supeoksida dan
dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak. Beberapa turunan
Flavonoid terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi dan terdapat pada organ-organ seperti akar,
batang, daun, bunga, biji, dan kulit kayu (Robinson, 1995). Flavonoid terdiri dari kuersetin,
Kuersetin adalah flavonoid utama yang termasuk pada kelas flavonol. Kuersetin memliki
antidiabetik dan mampu melindungi terhadap berbagai jenis penyakit seperti osteoporosis, bentuk
tertentu dari kanker, penyakit paru-paru dan jantung, juga terhadap penuaan (Bakova dkk., 2012).
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid termasuk
senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau atom nitrogen dan berbentuk kristal. Untuk
Alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasanya pahit di lidah serta mempunyai efek
fisiologis kuat atau keras terhadap manusia. Sifat lain yaitu sukar larut dalam air dengan suatu
Lignan merupakan bahan penguat yang terdapat bersama-sama dengan selulosa di dalam
dinding sel tumbuhan. Lignan sendiri mempunyai beberapa ikatan kovalen dengan polisakarida,
beberapa gugus hidroksil lignin di ubah pula menjari eter atau ester hidroksisinamat dan mungkin
juga akan terjadi ikatan dengan protein. Lignan tersebar luas di dunia tumbuhan, terdapat dalam
kayu, daun, dan bagian tumbuhan lain. Saponin adalah senyawa aktif yang menimbulkan busa
jika dikocok dengan air. Saponin dapat bekerja sebagai antimikroba. Kelarutan Saponin dalam air
dan etanol tetapi tidak larut dalam eter, senyawa Saponin banyak berada pada bagian daun, dan
Diabetes militus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa dalam darah (hiperglikemia). Hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin (sensitivitas) atau keduanya, dari faktor genetik serta faktor lingkungan dan
Biasa disebut juga Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) adalah penyakit
kelainan autoimun yang menyebabkan kerusakan pada sel β-pankreas, selain itu kerusakan sel
β-pankreas disebabkan karena proses idiopatik, namun hal ini jarang terjadi. Proses autoimum
diperantarai oleh makrofag dan sel limfosit-T dengan autoantibodi yang bersirkulasi terhadap
antigen sel β. Pengukuran autoantibodi yang lain adalah insulin autoantibodi, autoantibodi
terhadap glutamic acid decarboxylase, insulin antibodi terhadap islet tyrosin phosphate dan
lain sebagainya. Lebih dari 90% pasien yang terdiagnosis, mempunyai satu dari beberapa
DM tipe 2, yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) ditandai oleh
resistensi insulin dan berkurangnya sekresi insulin, yang akan semakin berkurang sekresinya
dari waktu ke waktu. Sebagian besar pasien DM tipe 2 memperlihatkan obesitas abdomen, yang
mana obesitas abdomen itu sendiri mengakibatkan resitensi insulin. Sebagaim tambahan,
hipertensi, dislipemia (high triglyceride levels and low HDL-cholesterol levels) dan
abnormalitas ini menunjukkan sindrom resistensi insulin atau sindrom metabolisme. Dikarenakan
abnormalitas ini, pasien dengan DM tipe 2 berada dalam risiko tinggi terkena komplikasi
makrovaskular (Dipiro et al, 2015)
GDM digambarkan sebagai intoleransi glukosa yang dikenali selama masa kehamilan.
Diabetes gestasional berada pada ±7% dari keseluruhan kehamilan. Deteksi klinik secara dini
sangat penting, sebagai terapi akan mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas perinatal
DM tipe lain yang terjadi yaitu DM yang disebabkan penyakit lain, seperti kelainan
endokrin atau pankreas akibat penggunaan obat lain (Suherman dan Nafrialdi, 2011).
Tablet bahan alam adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa
cetak, dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua permukaannya rata atau
cembung, terbuat dari ekstrak kering atau campuran ekstrak kental dengan bahan pengering
Formulasi obat-obatan herbal terutama bila menggunakan tanaman segar untuk bentuk
sediaan tablet merupakan tantangan, karena sifat tablet yang melekat pada sebagian besar ekstrak
herbal atau pada bagian serbuk tanaman. Selain itu, informasi yang terbatas terkait sifat
fisikokimia dari obat yang mengandung ekstrak ini dalam kaitannya dengan bahan eksipien yang
A. Parameter Spesifik
1. Organoleptik
Prosedur :
- Bentuk (penglihatan) : sampel diletakkan di atas dasar yang berwarna putih, dilihat bentuk/
- Bau (penciuman) : ambil sedikit ekstrak masukkan dalam lumping, gerus, dan cium
baunya.
- Rasa : ambil sedikit sampel letakkan pada lidah dan dikecap – kecap selama 10 – 50 detik
kemudian cuplikan dikeluarkan dari mulut dan penguji berkumur – kumur dengan air.
Meniran memiliki bentuk ekstrak kental, berwarna hitam, tidak berbau dan memiliki rasa
Penjenuhan benjana
Ditempatkan kertas saring ke dalam bejana kromatografi. Tinggi kertas saring 18 em dan
lebamya sarna dengan lebar bejana. Dimasukan fase gerak kloroform p – methanol p – air (80 : 12
: 2) ke dalam bejana kromatografi, hingga tingginya 0,5 sampai 1 cm dari dasar bejana. Tutup
kedap dan biarkan hingga kertas saring basah seluruhnya. Kertas saring harus selalu tercelup ke
Ditimbang seksama sampel sebanyak 200mg, kemudian digerus lalu larutkan dalam
methanol p sebanyak 10 mL lalu saring. dimasukan filtrat ke dalam labu tentukur 10 mL dan
Larutan Pembanding
Ditimbang seksama standar kuersetin sebanyak 50mg, kemudian dilarutkan dalam methanol
p sebanyak 10 mL. Dimasukan filtrate ke dalam labu tentukur 10mL dan ditambahkan pelarut
sampai tanda.
Prosedur KLT
Silica gel 60 F254 diaktifkan terlebih dahulu dengan oven. Kemudian ditotolkan larutan uji
dan larutan pembanding sebanyak 10 μL larutan uji dan 1µL larutan pembanding dengan jarak 1
cm dari tepi bawah lempeng dan biarkan mengering. Dimasukan lempeng KLT ke dalam bejana
yang sudah jenuh. Larutan fase gerak dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penjerap.,
totolan jangan sampai terendam. Diletakkan dan tutup bejana, biarkan hingga fase gerak merambat
samapi jarak batas rambat. Dikeluarkan lempeng dan dikeringkan di udara. Diamati bercak dengan
sinar UV 254 nm. Disemprot berecak dengan pereaksi penampak bercak, diamati dan
dibandingkan kromatogram bahan uji dengan kromatogram pembanding. Diukur jarak tiap bercak
Perhitungan RF
Indonesia tahun 2008, penetapan kadar kuersetin sesuai dengan penetapan kadar flavonoid total.
Diambil lebih kurang 2 g ekstrak kering, dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL.
Kemudian ditambahkan metanol sampai tanda batas, lalu dihomogenkan dan disaring.
(Krisyanella, 2013).
a. Dari larutan induk kuersetin 1 mg/mL dipipet 0,8 mL dan dimasukan kedalam labu
ukur 10 mL.
80 μg/mL kuersetin.
0,1 mL aluminium klorida 10%; 0,1 mL natrium asetat 1M dan 2,8 mL aquades.
a. Dari larutan induk kuersetin 1 mg/mL dipipet 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 1,0 mL, kemudian
sehingga diperoleh konsentrasi 50; 60; 70; 80; 0 dan 100 μg/mL kuersetin.
1,5 mL metanol, lalu tambahkan 0,1 mL larutan aluminium klorida 10% lalu tambahkan
0,1 mL natrium asetat 1 M dan 2,8 mL aquadest. Kemudian dihomogenkan dan diamkan
c. Ukur serapan pada panjang gelombang maksimum kuersetin yang didapat dengan
spektrofotometer UV-Vis dan dari data ini didapatkan kurva kalibrasi. dan buat kurva
a. Diambil lebih kurang 2 g ekstrak kering dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL kemudian
lalu tambahkan 0,1 mL larutan aluminium klorida 10%, lalu tambahkan 0,1 mL natrium
c. Diamkan selama 30 menit, dimasukkan dalam kuvet. Ukur serapan pada panjang
d. Kadar senyawa flavonoid ditentukan dengan persamaan regresi dari kurva kalibrasi. Hasil
Prosedur:
- Dijenuhkan toluen dengan air dengan perbandingan 200 ml toluen dann 50 ml air dan
- Setelah toluen dijenuhkan 18-24 jam tabung penampung dan kondensor dibilas dengan
- Masukkan lebih kurang 200 ml toluen jenuh air serta labu dipanaskan selama 15 menit
- Setelah semua air diperkirakan telah tersuling, bagian kondensor dibilas dengan toluene.
- Hentikan pemanasan.
Prosedur:
1. Pijarkan krus pada suhu 600±25 C selama 30 menit
5. Dinginkan krus dalam deksikator, timbang seksama dan hitung presentase sisa
6. Jika belum memenuhi syarat, bersihkan lagi dengan asam sulfat p, panaskan dan pijarkan
seperti sebelumnya selama 30 menit, sehingga penimbangan dua berturut-turut tidak lebih
dari 3,5%
3.1.4 Produksi
A. Formula
Formula tablet ekstrak meniran merujuk pada jurnal (Priambodo dan Mustarichie, 2018)
dan (Rivai dkk, 2013). Tablet ekstrak meniran dibuat menggunakan metode kempa langsung
dengan bahan-bahan tambahan avicel PH 102 pengisi dan Amprotab sebagai penghancur, Talkum
sebagai glidan, Mg Sterarat dan aerosil sebagai lubrikan. Formula tablet ekstrak meniran untuk 1
Ekstrak meniran terlebih dahulu diayak, kemudian diuji sifat alirnya terlebih dahulu, kemudian
dicampur dengan amprotab dan avicel hingga homogen (dengan pengamatan visual) menggunakan
mikser kubus dengan kecepatan 132 rpm. Ekstrak meniran, amprotab dan avicel yang telah
tercampur homogen selanjutnya ditambahkan talkum, mg stearat dan aerosil, dan dicampur
menggunakan mikser kubus dengan kecepatan yang sama selama 5 menit. Kemudian campuran
C. Metode pembuatan
kerapuhan
Kekerasan
Waktu hancur
Kadar air
K
3.1.5 IPC (In Process Control)
A. Uji homogenitas
Setelah proses pencampuran selesai, dilakukan uji homogenitas untuk menjamin bahan telah
terdistribusi merata pada campuran massa yang akan dikempa. Uji homogenitas dilakukan pada 10
titik yang mewakili area atas, tengah, dan bawah. Kemudian dilakukan uji kadar flavonoid dalam
menggunakan pembanding kuersetin. Hasil homogen jika nilai CV kurang dari 5%.
Penentuan kadar senyawa flavonoid dalam campuran massa serbuk tablet ekstrak meniran
a. Ditimbang 500 mg masing-masing campuran massa serbuk tablet yang telah diambil dari
10 titik sebelumnya, dan dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL. Kemudian ditambahkan
b. Kemudian larutan dipipet 0,8 mL ditambahkan 1,5 mL metanol, lalu ditambahkan 0,1 mL
larutan aluminium klorida 10%.Lalu ditambahkan 0,1 mL natrium asetat 1M dan 2,8 mL
aquades.
c. Campuran didiamkan selama 30 menit, dimasukkan dalam kuvet, dan diukur serapannya
d. Kadar senyawa flavonoid ditentukan dengan persamaan regresi dari kurva kalibrasi. Hasil
Diambil lebih kurang 2 g ekstrak kering, dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL. Kemudian
Sebanyak 1,5 mL metanol dimasukkan kedalam abu ukur 10 mL, lalu ditambahkan 0,1 mL
(Krisyanella, 2013).
a. Dari larutan induk kuersetin 1 mg/mL dipipet 0,8 mL dan dimasukan kedalam labu ukur 10
mL.
μg/mL kuersetin.
c. Sebanyak 0,5 mL kuersetin dimasukkan ke dalam vial, ditambahkan 1,5 mL metanol; 0,1
mL aluminium klorida 10%; 0,1 mL natrium asetat 1M dan 2,8 mL aquades. Kemudian
a. Dari larutan induk kuersetin 1 mg/mL dipipet 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 1,0 mL, kemudian masing-
masing diencerkan dengan metanol dalam labu ukur 10 mL sampai tanda batas sehingga
diperoleh konsentrasi 50; 60; 70; 80; 0 dan 100 μg/mL kuersetin.
b. Masing-masing konsentrasi larutan dipipet 0,5 mL, dimasukkan ke dalam vial, dan
ditambahkan 1,5 mL metanol. Lalu ditambahkan 0,1 mL larutan aluminium klorida 10%,
0,1 mL natrium asetat 1 M dan 2,8 mL aquadest. Kemudian dihomogenkan dan didiamkan
selama 30 menit, dan dimasukkan ke dalam kuvet. Ukur serapan pada panjang gelombang
maksimum kuersetin yang didapat dengan spektrofotometer UV-Vis dan dari data ini
didapatkan kurva kalibrasi.
A. Uji Kekerasan
Uji kekerasan dilakukan dengan 6 tablet dari masing-masing formula menggunakan alat
hardness tester. Tablet yang akan diuji diletakkan secara vertikal pada ujung alat. Putar spiral pada
alat, pemutaran dihentikan hingga tablet pecah atau hancur. Skala yang terbaca pada saat tablet
hancur merupakan nilai kekerasan tablet (N). Hitung Konversi dari Newton ke Kg. Syarat
Perhitungan :
Syarat :
Tablet kunyah : ± 3 kg
B. Uji Kerapuhan
Untuk tablet dengan berat sama dengan atau kurang dari 650 mg, ambil sampel tablet yang
sesuai hingga mencapai 6,5 gram. Untuk tablet dengan berat lebih dari 650 mg, ambil 10 tablet
utuh dan dibebas debukan (USP 38). Timbang tablet dan dicatat beratnya (W1), lalu dimasukkan
ke dalam piringan acrilic friability tester dan alat dijalankan selama 4 menit (100 kali putaran),
Jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit atau selama 5 menit kecepatan putaranya 20 per
menit. Setelah batas waktu yang ditentukan, tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari serbuk-serbuk
halus lalu ditimbang lagi (W2). Tablet dikatakan baik jika memenuhi persyaratan kerapuhan tablet
𝒘𝟏−𝒘𝟐
Hasil Uji Kerapuhan = x 100%
𝒘𝟏
Keterangan:
Dimasukkan 1 tablet pada masing-masing 6 tabung dari keranjang lalu masukkan 1 cakram
pada tiap tabung dan alat disintegration tester dijalankan. Sebagai medium digunakan air dengan
suhu dengan suhu 37° ± 2° C dengan kecepatan 28-32 rpm, kecuali dinyatakan lain menggunakan
cairan yang tercantum pada masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu, angkat keranjang
dan amati semua tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang
diuji harus hancur sempurna (Anonim, 2014). Waktu hancur tablet dikatakan memenuhi
spesifikasi jika tablet tidak bersalut memiliki waktu hancur ≤ 30 menit (BPOM, 2014).
E. Keseragaman Bobot
2. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang menyimpang dari bobot
rata-rata, lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada satupun tablet
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan dari kolom A dan B.
<25 mg 15 % 30 %
26mg - 150 mg 10 % 20 %
>300 mg 5 % 10 % 3.1.6 E
valua
si Keamanan Sediaan
Media PCA ditimbang 9 gram, ditambahkan aquadest sampai 500 ml, kemudian
dimasukkan ke autoclave, setelah di autoclave tuang media ke dalam cawan petri yang
telah disterilkan.
a. Disiapkan 6 buah tabung reaksi yang telah disterilkan, ditandai tabung reaksi 10-1,
10-2,10-3, 10-4, dan 10-5, masing-masing tabung reaksi diisi dengan 4,5 mL larutan
b. Ditimbang 500 gram sampel, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-1
telah berisi 4,5 mL larutan NaCl fisiologis 0,9%, kemudian dihomogenkan sehingga
diperoleh pengenceran 10-1. Dipipet sebanyak 500 𝜇L dari hasil pengenceran 10-1 ke
dalam tabung reaksi 10-2, sehingga diperoleh pengenceran 10-2. Kemudian lakukan
a. Dari setiap pengenceran dipipet 50 𝜇L ke dalam cawan petri yang berisi media
PCA. Segera larutan sampel disebar dalam cawan petri hingga tersebar merata.
b. Media yang telah ditanam larutan sampel diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24
c. Setelah 24 jam bakteri yang tumbuh diamati dan dihitung. Syarat ALT ≤ 10 4
koloni/gram
B. Uji E-Coli
a. Sampel diencerkan 500 g dalam 4,5 mL larutan NaCl fisiologis 0,9 % , kemudian encerkan
b. Sampel yang telah disuspensikan dalam larutan NaCl fisiologis 0,9 % steril pengenceran
d. Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam dengan posisi petri terbalik dilihat ada tidaknya
1. Organoleptik
Uji organoleptis dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari ekstrak kering meniran. Hasil
yang diperoleh meliputi bentuk serbuk kering, rasa yang pahit, bau khas ekstrak meniran, dan
warna coklat kehitaman. Berikut tabel hasil uji organoleptik. Hasil detail bias dilihat pada Tabel II.
Analisis kualitatif menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) bertujuan untuk mengetahui
komponen senyawa yang ada dalam ekstrak kering meniran. Pada praktikum ini standar yang kami
gunakan pada adalah kuersetin, dimana fase diam yang kami gunakan adalah silica gel F24.
Lempeng terlebih dahulu diaktifkan dengan cara dimasukkan ke dalam oven suhu 60°C selama 1
jam. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan air atau lembab pada lempeng KLT. Sebelum elusi
dilakukan, chamber dijenuhkan dengan fase gerak kloroform : methanol : air dengan perbandingan
80:12:2. Penjenuhan bertujuan agar terjadi keseimbangan uap dalam chamber sehingga pemisahan
terjadi secara optimal. Bercak yang nampak dihitung jumlahnya sebagai gambaran banyaknya
komponen yang terdapat dalam sampel ekstrak kering meniran. Harga Rf-nya dihitung sebagai
acuan atau referensi dalam membantu mengidentifikasi. Hasil kromatogram didapatkan 3 bercak
yang tampak memisah secara sempurna dengan warna yang kuat yaitu biru keunguan jika dilihat
pada panjang gelombang 366 nm. Hasil KLT yang diamati dibawah sinar UV 366 dan AlCl3 5%
Gambar 1.Profil Kromatogram Lapis Tipis Ekstrak Meniran dan Pembanding Kuersetin.
Hasil menunjukkan bercak dengan harga Rf standard dan sampel yang mendekati pada
salah satu bercak yang nampak pada panjang gelombang 366 nm+ AlCl3 dan hasil deteksi
menggunakan AlCl3.Dapat disimpulkan bahwa hasi KLT yang kami lakukan menunjukkan bahwa
pada pemakaian fase gerak kloroform : methanol : air cukup efektif untuk memisahkan kandungan
senyawa yang terdapat pada ekstrak kering meniran.Namun deteksi dengan UV 366 tidak nampak
bercak pada sampelnya, hal ini bisa disebabkan konsentrasi yang digunakan kecil. Hasil
perhitungan Rf ekstrak meniran dan standar kuersetin dengan deteksi UV 366+AlCl3 bisa dilihat
2 0,30 0,31
3 0,33 0,34
Dari hasil uji KLT diperoleh Rf bercak dari elusi 0,5% standar kuersetin adalah 0,30,
sedangkan Rf bercak dari elusi 2% esktrak meniran kering replikasi 1 dan replikasi 2 nilai Rf
berturut-turut 0,30; 0,31 Dilihat dari hasil nilai Rf yang berdekatan, terbukti bahwa pada ekstrak
meniran terdapat senyawa kuersetin. Menurut Farmakope Herbal Indonesia nilai Rf herba meniran
yang berdekatan dengan Rf standar kuersetin adalah 0,3 (Depkes RI, 2008).
Penetapan kadar flavonoid total menggunakan metode kolorimetri dengan pereaksi AlCl3
memiliki prinsip yaitu terjadinya pembentukan kompleks antara aluminium klorida dengan gugus
keto pada atom C-4 dan gugus hidroksi pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga dari golongan
flavon dan flavonol. Senyawa yang digunakan sebagai standar pada penetapan kadar flavonoid ini
adalah quersetin, karena quersetin merupakan flavonoid golongan flavonol yang memiliki gugus
keto pada atom C-4 dan juga gugus hidroksil pada atom C-3 dan C-5 yang bertetangga.
Penambahan natrium asetat untuk mendeteksi adanya gugus 7-OH pada golongan flavon dan
Pengukuran serapan panjang gelombang maksimum dilakukan pada rentang sekitar 400-800
nm. Panjang gelombang maksimum yang dihasilkan adalah 434,5 nm pada konsentrasi 80 μg/ml,
panjang gelombang maksimum tersebut kemudian digunakan untuk mengukur serapan kurva
kalibrasi dan sampel ekstrak kering meniran. Dari kurva kalibrasi kuersetin diperoleh persamaan
regresi linier yaitu y = 0,008x + 0,087 dengan nilai koefisien kolerasi (r) = 0,998. Nilai r yang
mendekati 1 menunjukkan kurva kalibrasi linier dan terdapat hubungan antara konsentrasi larutan
kuersetin dengan nilai serapan. Hasil kurva baku bias dilihat pada Tabel IV.
Tabel IVKurva Baku Kuersetin
1 50 0.474
2 60 0.530
3 70 0.612
4 80 0.705
5 90 0.764
6 100 0.845
0.5
0.4 Series1
0.3 Linear (Series1)
0.2
0.1
0
40 50 60 70 80 90 100 110
Konsentrasi (µg/mL)
Replikasi 1
y = 0.008x + 0.087
0.774 – 0.087
X= 0.008
X = 85.875
X . Fp. v
% Kadar = x 100
𝑚
Replikasi2
y = 0.008x + 0.087
0.786 – 0.087
X= 0.008
X = 87.375
X . Fp. v
% Kadar = x 100
𝑚
%Kadar = 1.7475%
Replikasi 3
y = 0.008x + 0.087
0.787 – 0.087
X= 0.008
X = 87.75
X . Fp. v
% Kadar = x 100
𝑚
%Kadar = 1.755%
Konsentrasi
Rata-rata±SD 1.74±0.01984
Pada Tabel V penetapan kadar flavonoid total pada sampel ekstrak kering meniran diperoleh
persen kadar pada replikasi pertama adalah sebesar 1.7175%, replikasi kedua adalah sebesar
1.7475% dan pada repilkasi ketiga adalah 1.7550% dengan persen kadar rata-rata adalah 1.74%.
Berdasarkan Farmakope Herbal Indonesia (2012), persen kadar flavonoid total pada ekstrak
meniran adalah 3.2%. Persen kadar yang diperoleh sangat rendah dan tidak sesuai dengan literatur,
hal ini dikarenakan pada saat proses pelarutan sampel ekstrak kering tidak sempurna. Sehingga
tindak lanjut yang dilakukan adalah memastikan bahwa serbuk ekstrak kering benar-benar terlarut
sempurna.
Tablet adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk
tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua permukaannya rata atau cembung, terbuat dari
ekstrak kering atau campuran ekstrak kental dengan bahan pengering dengan bahan tambahan
yang sesuai.Menurut BPOM (2014), salah satu persyaratan mutu tablet adalah memenuhi
Kadar air adalah pengukuran kadar yang terdapat dalam bahan bertujuan menentukan batas
minimal adanya air pada suatu sampel. Tujuan dilakukannya penetapan kadar air adalah untuk
membatasi rentang besarnya kandungan air di dalam ekstrak, yang akan berkaitan dengan
kemurnian dan kontaminasi yang terdapat pada ekstrak. Metode yang digunakan dalam penetapan
kadar air ekstrak kering meniran adalah destilasi toluene. Toluene yang digunakan adalah toluene
yang telah dijenuhkan dengan air selama 18 – 24 jam. Hal ini dilakukan agar air yang diperoleh
dari ekstrak tidak berikatan dengan toluene sehingga yang terukur adalah kadar air sebenarnya
(Agustin, 2017). Prinsip metode ini adalah menguapkan air dengan pembawa yang memiliki berat
Kadar air ekstrak kering meniran yang diperoleh yaitu 3,997%, Kadar air dipengaruhi oleh
lamanya waktu pengeringan dan waktu proses penguapan larutan penyari serta pemekatan ekstrak.
Kadar air yang tinggi akan mempengaruhi zat aktif, dan dapat ditumbuhi kapang atau jamur
dengan mudah sehingga menyebabkan stabilitas dan kualitas ekstrak menurun (Depkes RI, 1986).
Hasil pengukuran kadar air ekstrak yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak kering meniran
memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari 10% (BPOM, 2014). Penentuan kadar air juga terkait
dengan kemurnian ekstrak, semakin sedikit kadar air pada ekstrak maka semakin kecil
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝑙)
% kadar air = 𝑋 100%
𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔)
0,2 𝑚𝐿
𝑋 100% = 3,997%
5,003 𝑔
Pengukuran kadar abu total yaitu mengukur dan memberikan gambaran kandungan mineral
internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Pengukuran
kadar abu dilakukan dengan pemijaran ekstrak dalam kurs menggunakan tanur pada suhu 600oC
selama 6 jam, kemudian ditimbang hingga mendapatkan bobot konstan. Prinsip yang digunakan
pada uji parameter ini adalah senyawa organik dan turunannya akan terdestruksi dan menguap
akibat pemijaran, sehingga yang tertinggal hanya unsur mineral dan anorganik (Depkes RI, 2000).
Kadar abu berhubungan dengan mineral suatu bahan sehingga menjadi penting untuk dilakukan
karena menunjukkan kelayakan suatu sampeluntuk dilanjutkan. Adapun hasil rata-rata pengukuran
kadar abu yang kami peroleh adalah 3,29% yang mana hasil yang diperoleh tidak lebih dari 3,5%
dan tidak lebih dari ketentuan yang dipersyaratkan Farmakope Herbal Indonesia. Hasil detail bisa
Rumus :
I 19,6591−19,5918
x 100%
2,0011 𝑔
= 3,36%
II 20,1105𝑔−20,0417𝑔
x 100%
2,0010𝑔
= 3,39%
20,1270 𝑔−20,0647 𝑔
III x 100% = 3,11%
2,0005 𝑔
3.2 Produksi
Formula tablet ekstrak meniran merujuk pada jurnal (Priambodo dan Mustarichie, 2018)
dan (Rivai dkk, 2013). Tablet ekstrak meniran dibuat menggunakan metode kempa langsung,
metode ini digunakan sebab memiliki keuntungan antara lain: tahapan produksinya sangat singkat
(hanya pencampuran dan pengempaan), serta peralatan yang dibutuhkan tidak banyak. Fungsi
bahan avicel PH 102 dan Amprotab adalah sebagai pengisi, kombinasi avicel 102 dan amprotab
sebagai pengisi adalah agar dapat membentuk ukuran tablet yang diinginkan. Digunakan avicel
102 adalah karena memiliki ukuran partikel yang lebih besar dibandingkan dengan avicel PH 101,
sehingga daya alir yang dihasilkan lebih baik daripada avicel PH 101. Hal ini dapat mendukung
dilakukannya metode kempa langsung, tanpa adanya proses granulasi. Talkum dan Mg Sterarat
berfungsi sebagai lubrikan. Kombinasi talkum dan Mg Stearat sebagai lubrikan adalah agar
menghasilkan efek lubrikan yang baik dalam formula (Parrot, 1971), diketahui Talkum dan Mg
Sterarat memiliki keunggulan yang berbeda satu sama lain serta dapat melengkapi satu sama lain.
Talkum pada konsentrasi 1-5% memiliki efek antiadheren dan glidan yang bagus tetapi memiliki
efek lubrikan yang buruk, sedangkan Mg Stearat konsentrasi 0,25-5% efek antiadheren dan glidan
kurang bagus tetapi efek lubrikan bagus. Sehingga dengan kombinasi tersebut dapat menghasilkan
masa tablet yang memiliki sifat alir yang baik saat memasuki cetakan pada mesin tablet, dan dapat
mencegah menempelnya masa cetaktablet pada punch dan die. Selain itu dapat menghasilkan
tablet yang mengkilatyang berpengaruh pada nilai estetika tablet (Priambodo dan Mustarichie,
2018).Hasil perhitungan formulasi tablet ekstrak meniran dilihat pada Tabel VII.
(gram)
Pada formulasi tablet ekstrak meniran, ekstrak meniran diayak terlebih dahulu. Tujuanya
adalah untuk menyamakan ukuran partikelnya, kemudian diuji sifat alirnya, tujuan pengujian sifat
alir ekstrak adalah karena tablet ekstrak meniran dibuat menggunakan metode kempa langsung,
sehingga dicampur dengan amprotab dan avicel selama 25 menit menggunakan mikser kubus
dengan kecepatan 132 rpm. Hal ini karena berdasarkan hasil pengamatan visual, campuran bahan
sudah terlihat homogen setelah 25 menit. Selanjutnya ditambahkan talkum, mg stearat dan aerosil,
kemudian dicampur menggunakan mikser kubus dengan kecepatan yang sama selama 5 menit. Hal
ini karena Mg stearat dan talkum bersifat hidrofobik, sehingga dapat menghambat penetrasi air
dengan membentuk lapisan film, sehingga jika pencampuran terlalu lama dapat memberikan
pengaruh yang negatif terhadap waktu hancur tablet (Parrot, 1971). Campuran bahan di cetak pada
A. Uji homogenitas
Uji homogenitas serbuk dilakukan untuk menjamin bahan telah terdistribusi merata pada
campuran massa yang akan dikempa dengan melakukan penetapan kadar campuran massa serbuk.
Uji homogenitas dilakukan setelah campuran massa serbuk dimixing selama 30 menit. Campuran
dinyatakan homogen jika memenuhi syarat yaitu CV <5. Hasil uji homogenitas bisa dilihat pada
Tabel VIII.
S1 0.552 58.125
S2 0.565 59.750
S3 0.593 63.250
S4 0.578 61.375
S5 0.593 63.250
S6 0.557 58.750
S7 0.596 63.625
S8 0.604 64.625
S9 0.557 58.750
Rata-rata 61.375
CV 3.856
Pada pengujian homogenitas dilakukan dengan pengambilan 10 titik sampel pada cube mixer.
Pengambilan 10 titik tersebut diharapkan dapat mewakili keseluruhan campuran serbuk akhir.
Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV. Sampel diukur untuk
menentukan panjang gelombang maksimum dengan konsentrasi 80 µg/mL. Hasil serapan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dinyatakan massa serbuk tablet homogen dilihat dari
nilai CV 3.856, hal ini sesuai dengan syarat CV<5. (Tabel IXHasil Uji Homogenitas).
Dalam formula tablet ekstrak meniran menggunakan bahan tambahan berupa avicel Ph 102
sebagai pengisi, Amprotab (Amilum manihot) sebagai desintegran, Talk (talcum) sebagai glidan,
Mg stearate sebagai lubrikan atau pelicin dan Aerosil sebagai adsorben. Metode ini digunakan
untuk bahan-bahan yang memiliki sifat alir yang baik (Priambodo dan Mustarichie, 2018).
Berdasarkan sifat alir ekstrak meniran yang diperoleh yaitu ekstrak kering yang lolos ayakan mesh
30 memiliki waktu alir dengan nilai rata-rata yaitu 8,57 detik kurang dari 10 detik. Hasil uji dilihat
Replikasi 1 8,72
Replikasi 2 8,56
Replikasi 3 8,45
Uji kekerasan dilakukan untuk mengukur seberapa keras tablet dan untuk mengetahui
tablet yang dibuat telah memenuhi persyaratan uji kekerasan tablet. Dari data yang kami peroleh
pada Tabel VI, dapatdisimpulkan bahwa uji kekerasan tablet ekstrak meniran telah memenuhi
persyaratan. Karena tablet dikatakan dikatakan baik jika memenuhi persyaratan kekerasam tablet
yaitu 4 - 8 kg (Voigt, 1984). Data yang kami peroleh dari 6 replikasi diperoleh dengan nilai rata-
rata 4,49 g dan memasuki range persyaratan yaitu 4-8 kg. Hasil uji kekerasan telah disajikan
secara detail pada Tabel X.
(kg)
1. 44,688 4,56
2. 44,296 4,52
4. 40,278 4,11
5. 45,57 4,65
6. 47,726 4,87
Uji kerapuhan tablet dilakukan untuk mengetahui tablet yang dibuat memenuhi persyaratan
jerapuhan tablet. Untuk tablet dengan berat sama dengan atau kurang dari 650 mg, ambil sampel
tablet yang sesuai hingga mencapai 6,5 gram. Dari data yang diperoleh pada Tabel XI, dapat
disimpulkan bahwa uji kerapuhan tablet ekstrak meniran telah memenuhi persyaratan, karena
tablet dikatakan baik jika memenuhi persyaratan kerapuhan tablet yaitu kurang dari 1 % (Lachman
et al., 1987).
Uji waktu hancur tablet dilakukan untuk mengetahui waktu hancur tablet didalam
tubuh. Uji waktu hancur dilakukan sebanyak 3 kali replikasi, Pada replikasi 1, 2 dan
replikasi 3 hasil yang kami peroleh dari 6 tablet semuanya hancursebelum di menit ke 30
(Anonim, 2014). Disimpulkan bahwa uji waktu hancur tablet yang dilakukan telah
memenuhi persyaratan. Hasil uji kekerasan telah disajikan secara detail pada Tabel XII.
1 15 1 13 1 14
2 12 2 14 2 13
3 11 3 14 3 15
4 14 4 12 4 13
5 12 5 13 5 14
6 11 6 14,37 6 15
Uji kadar air dilakukan dengan menggunakan alat Moisture Analyzer, alat ini digunakan
untuk mengukur kadar kelembaban pada suatu sampel, sampel yang bisa diukur kelembapannya
bisa berupa serbuk maupun granul. Adapun teknis pemanasan pada sampel dilakukan dengan
beberapa cara salah satun yang dilakukan adalah dengan memanaskan dengan lampu halogen.
Pada alat ini kami ingin melihat nilai MC (Moisture Content) atau sering disebut kadar air atau
kadar kelembaban. Adapun hasil kadar air tablet ekstrak meniran yang kami dapatkan sesuai
dengan teori menurut Persyaratan Mutu Obat Tradisional No 12 Tahun 2014 yaitu kadar air yang
baik adalah nilai kadar air <10% dan hasil serbuk dari tablet ekstrak meniran yang kami dapatkan
adalah kurang dari 10% dan hal ini sesuai dengan persyaratan hasil teoritis BPOM RI, 2014,
Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, Indonesia. Hasil uji kadar telah disajikan secara detail pada Tabel XIII.
F. Keseragaman Bobot
Tujuan uji keseragaman bobot pada tablet untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet
yang dibuat sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama. Keseragaman bobot dapat
ditetapkan dengan menimbang 20 tablet satu persatu kemudian menghitung bobot rata-ratanya,
dengan syaratnya tidak boleh lebih dari 2 tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang
ditetapkan pada kolom A yaitu 5% dan tidak boleh satu tablet pun bobotnya menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom B yaitu 10% (BPOM, 2014). Dari
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa bobot tablet seragam (sesuai dengan persyaratan).
Hal ini ditunjukkan pada Tabel XVHasil Keseragaman Bobot Tablet bahwa tidak ada 2 tablet yang
menyimpang darikolom A yaitu 5% dan tidak ada 1 tablet pun yang menyimpang dari kolom B
yaitu 10%.
1 371 0.43%
2 369 0.11%
3 369 0.11%
4 369 0.11%
5 371 0.43%
6 370 0.16%
7 368 0.38%
8 360 2.54%
9 370 0.16%
10 369 0.11%
11 368 0.38%
12 370 0.16%
13 369 0.11%
14 371 0.43%
15 368 0.38%
16 371 0.43%
17 371 0.43%
18 371 0.43%
19 373 0.97%
20 370 0.16%
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan ALT (Angka Lempeng Total), yaitu metode
kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel
(BPOM, 2008). Tujuan dilakukannya identifikasi angka lempeng total yakni memberikan jaminan
bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba baik patogen maupun non patogen melebihi batas
yang ditetapkan karena berpengaruh bagi pada stabilitas ekstrak dan toksik bagi kesehatan (Depkes
RI, 2000).
pengenceran bertujuan untuk mengurangi jumlah populasi mikroba karena tanpa dilakukannya
pengenceran, koloni yang terbentuk akan menumpuk sehingga akan menyulitkan dalam
medium PCA (Plate Count Agar) sebagai media pemupukan. Dimana, PCA adalah suatu medium
yang mengandung 0,5% Trypthone, 0,25% ekstrak khamir dan 0,1% glukosa sehingga semua
mikroba termasuk bakteri, kapang dan kamir dapat tumbuh baik dalam medium. Jika pada tiap
pengenceran sampel terdapat sel jasad renik yang masih hidup, maka sel jasad renik tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dapat dihitung dengan
Dari penelitian yang telah dilakukan, Setelah diinkubasi selama 24 jam, pada semua
pengenceran tampak koloni bakteri tumbuh pada media. Koloni yang tumbuh pada media
selanjutnya dihitung sesuai dengan cara perhitungan ALT yang tercantum dalam MA POMN
tahun 2006. Didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa angka lempeng total tablet ekstrak
meniran pada semua pengenceran yaitu >300 koloni/g sehingga terlalu banyak untuk dihitung
(TBUD). Menurut (PPOMN, 2006), sebaiknya hanya lempeng agar yang mengandung 25-250
koloni saja yang digunakan dalam perhitungan. Hal ini melampaui batas cemaran mikroba yang
ditetapkan oleh peraturan (BPOM RI, 2014) mengenai persyaratan mutu obat tradisonal. Dimana
menurut (BPOM RI, 2014), batas mikroba yang diperbolehkan dalam sediaan tablet yakni tidak
boleh lebih dari 104 CFU/gram. Kemungkinan hal ini dikarenakan sediaan tablet terkontaminasi
bakteri pada saat proses pembuatan tablet, ataupun karena adanya kesalahan saat pemeriksaan
NO Pengenceran Koloni/gram
1. 10-1 >300
2. 10-2 >300
3. 10-3 >300
4. 10-4 >300
5. 10-5 >300
Tujuan dilakukan uji cemaran E.coli yaitu memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak
mengandung cemaran E.coli melebihi batas yang ditetapkan karena pengaruh terhadap kestabilan
Pada uji cemaran E.coli digunakan media TBX. Media Tryptone Bile X-Glucuronide (TBX)
adalah media yang mengandung agen kromogenik x-β-D-glukoronide yang dapat mendeteksi
adanya enzim glukoronidase yang terdapat pada e.coli. bakteri E.coli akan menyerap agen
kromogenik akan disekresikan ke luar sel yang akan menimbulkan warna hijau-kebiruan sehingga
Berdasarkan peraturan kepala badan pengawas obat dan makan republik indonesia nomor 12
tahun 2014 tentang persyaratan mutu obat tradisional menyatakan bahwa syarat cemaran
escherichia coli adalah negatif/gram BPOM RI (2014). Hasil detail bisa dilihat pada Tabel XVI.
Dari hasil diatas, diperoleh bahwa angka bakteri E.coli adalah 0 koloni/gram yang
menunjukkan tablet ekstrak meniran bebas dari cemaran E.coli. hal sesuai dengan syarat cemaran
Agustin, F.N., 2017, Penetapan Parameter Non Spesifik Ekstrak Etanol Daun Jembirit
(Tabernaemontana sphaerocarpa Bl.), Skripsi, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
BPOM, 2006. Metode Analisis PPOMN, MA PPOMN nomor 96/mik/00, Uji Angka
Kapang/Khamir dalam Obat Tradisional. BPOM RI. Jakarta. PP. 108-110.
BPOM, 2014, Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
No.12 tahun 2014, BPOM : Jakarta
Badan POM. (2012). Petumjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
Badan POM. (2018). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat
dan Makanan RI.
Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, 7-35. departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2008. Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I. Jakarta, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. kadar abu ketentuan
Dipiro, J.T., Talbert, R.L.,Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey L.M. 2015.
Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach. 9th Edition. Mc Graw Hill. New York.
Gangga, E., Purwati, R., Farida, Y., & Kartiningsih. (2017). Penetapan Kadar Mutu Ekstrak
yang Memiliki Aktivitas Sebagai Antioksidan dari Daun Cincau Hijau. Jurnal Ilmu
kefarmasian Indonesia, 2-8.
Hasan, M., Khan, M.I., Umar, B.U.,dan Sadeque, M. 2013. Comparative Study of the Effect of
Ethanolic Extract of Swietenia mahagoni Seeds with rosiglitazone on Experimentally
Induced Diabetes Mellitus in Rats. Faridpur Med. Coll. J. No. 39. P. 6-10
Kemenkes RI, 2011, Formularium Obat Herbal Asli Indonesia, 126 – 128, Kementrian Kesehatan
Krisyatai, Sulawati, N., Dan Rivai, H.Pembuatan Dan Karakterisasi Serta Penentuan Kadar
Flavonoid Dari Ekstrak Kering Herba Meniran (Phyllanthus Niruri L.). Jurnal Farmasi
Higea. Vol.5:1. 2013
Lachman, L, Lieberman, H.A, dan Kanig, J.L., 1994, Teori Dan Praktek Farmasi Industri, Edisi I,
diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, UI- Press,: Jakarta
Maulan, Suryani, dan Mu’nisa. Analisis Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus musculus)
Jantan yang Diberi Ekstrak Metanol Daun Cemba (Acacia pennata) Asal Enrekang
Diinduksi Aloksan. 2017. 18 (1):63-70.
Nugrahani, SS. Analisis Perbandingan Efektifitas Ekstrak Akar, Batang, dan Daun Herba Meniran
dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Mencit. Unnes Journal of Public Health.
2013. 2(1):1-9
Okoli CO, Ibiam AF, Ezike AC, Akah PA, dan Okoye TC. Evaluation of antidiabetic potentials of
Phyllanthus ninuri in alloxan diabetic rats, Journal of Biotechnology. 2010. 9(2): 248-
259
Permadi, A., 2008, Membuat Kebun Tanaman Obat, Pustaka Benda, Jakarta
Priambodo, D., Mustarichie, R. Tablet Formulation From Meniran (Phyllanthus Niruri L.) Extract
With Direct Compression Method. International Journal of Applied Pharmaceutics,
4(10).
Rivai, H., Susilawati, N., Krisyanella. Pembuatan dan Karakterisasi serta Penentuan Kadar
Flavonoid dari Ekstrak Kering Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.). Jurnal Farmasi
Higea, 5(01).
Satolom, C.C., Runtuwene, M.R.J., Abidjulu, J., 2015, Isolasi Senyawa Flavonoid pada Biji
Pinang Yaki (Areca vestiaria giseke)
Sukmawati, Emelda, aan Astriani. Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium Polyanthum)
dan Daun Jambu Biji (Psidum Guajava L.) sebagai Antidiabetes Oral pada Tikus Putih
(Rattus Novergicus). Pharmaceutical journal of indonesia. 2018. 4(1):17-22
Trevor Robinson, Kandungan Organic Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB, 1995.
Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, diterjemahkan oleh
Zdanowicz MM. 2015.Essentials of Pathophysiology for Pharmacy. Boca Raton (Florida): CRC
Press Pharmacy Educaton Series