Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMASI INDUSTRI

ANGKATAN 38

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN TABLET

EKSTRAK MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn.)

SEBAGAI ANTIDIABETES

Disusun Oleh:

Dervie Sastriana 1907062097

Dinda Anindya Sabilah 1907062096

Khusnul Khotimah 1907062094

Marwiyah 1907062095

PROGRAM STUDI PROFESI

APOTEKER FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami

peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon secara absolut dan relatif.

Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling umum ditemukan (Zdnanowicz MM, 2015).

Penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 21,3 juta orang. Sementara menurut

data Diabetes Atlas 2000 (IDF) pasien DM di Indonesia adalah 5,6 juta dan pada tahun 2020

diperkirakan akan meningkat menjadi 8,2 juta. Hal ini membuktikan bahwa penyakit diabetes

mellitus merupakan masalah kesehatan yang sangat serius (Sukmawati, emelda, dan Astriani.,

2018)

Pengobatan yang dilakukan oleh penderita diabetes tidaklah murah. Obat konvensional dan

insulin harus dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang untuk mengontrol diabetes sehingga

memungkin dapat mengeluarkan biaya yang mahal. Namun, beberapa tanaman obat juga

digunakan secara empris yang merupakan pengobatan farmakologi untuk penderita diabetes.

WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan

kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis,

penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan

keamanan dan khasiat dari obat tradisional (WHO,2003). Salah satu obat tradisional yang sedang

berkembang ke arah fitofarmaka adalah obat antidiabetes. Menurut laporan ethnobotani ada 800

spesies tanaman yang berpotensi sebagai antidiabetes. Salah satunya adalah meniran (Phyllanthus

niruri L.) (Maulan, Suryani, dan Mu’nisa., 2017)

Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tumbuhan liar suku Euphorbiaceae yang hidup di

daerah beriklim tropis. Di Indonesia tanaman ini sangat mudah ditemukan di tepi jalan, tanah

kosong, kebun, sungai bahkan di pekarangan rumah. Zat yang terkandung dalam meniran seperti

favonoid, flantin, hipoflantin, damar dan tanin dipercaya berkhasiat sebagai diuretik, antioksidan,

antiinfamasi, antidiabetes, antipiretik dan penambah nafsu makan. Dalam herba Meniran terdapat
kandungan favonoid yang berperan sebagai antioksidan. Antioksidan vitamin bermanfaat dapat

mengurangi kerusakan oksidatif pada penderita diabetes. Hasil penelitian di Turki menunjukkan

pada tiga puluh penderita DM-2 ditemukan adanya ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan

dalam plasma penderita diabetes dibanding kontrol (Nugrahani, SS., 2012)

Penelitian mengenai khasiat ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.) sudah sering dilakukan,

dan peneliti melihat khasiat dari setiap bagian herba meniran mempunyai potensi dapat digunakan

untuk mengontrol DM dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan obat-obat kimiawi,

meskipun ada kandungan zat aktif yang belum diketahui. Okoli dkk (2010), menyebutkan bahwa

ekstrak methanol dari seluruh bagian Phyllanthus niruri memiliki potensi besar sebagai

antidiabetes.Dengan manfaat yang dimiliki oleh meniran, kami melakukan formulasi sediaan tablet

ekstrak kering meniran sebagai antidiabetes dan melakukan evaluasi sediaan tablet serta evaluasi

keamanan sediaan.

1.2 Tujuan

1. Memformulasikan ekstrak kering meniran dalam bentuk sediaan tablet sebagai antidiabetes

2. Melakukan evaluasi sediaan tablet ekstrak kering meniran

3. Melakukan evaluasi keamanan sediaan tablet ekstrak kering meniran


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Meniran (Phyllantus niruri Linn)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Meniran (Phyllantus niruri Linn)

Adapun taksonomi tanaman meniran (Phyllantus niruri Linn) menurut Kardinan dan

Kusuma (2004) adalah:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Suku : Euphorbiaceae

Genus : Phyllanthus

Spesies : Phyllantus niruri

2.1.2 Morfologi Tanaman Meniran (Phyllantus niruri Linn)

Meniran merupakan tanaman semusim, tumbuh tegak dengan tinggi 50 – 100 cm, bercabang

berpencar, cabang mempunyai daun tunggal yang berseling dan tumbuh mendatar dari batang

pokok. Batang berwarna hijau pucat atau hijau kemerahan. Batang masif, bulat licin, tidak

berambut, diameter 3 mm. Daun majemuk, berseling, anak daun 15 – 24, berwarna hijau. Bentuk

daun bundar telur sampai bundar memanjang, panjang daun 5 – 10 mm, lebar 2,5 – 5 mm,

permukaan daun bagian bawah berbintik-bintik kelenjar, tepi rata, ujung tumpul, pangkal

membulat. Bunga berwarna putih, tunggal. Bunga keluar dari ketiak daun. Bunga jantan terletak

di bawah ketiak daun, berkumpul 2 – 4 bunga, gagang bunga 0,5 – 1 mm, helai mahkota bunga

berbentuk bundar telur terbalik, panjang 0,75 – 1 mm, berwarna merah pucat. Bunga betina di

bagian atas ketiak daun, gagang bunga 0,75 – 1 mm, helai bunga berbentuk bundar telur sampai

bundar memanjang, tepi berwarna hijau muda, panjang 1,25 – 2,5 mm. Buah kotak, bulat,

diameter 2 mm, berwarna hijau keunguan, licin, panjang gagang buah 1,5 – 2 mm. Biji kecil,

keras, berwarna coklat (Kemenkes RI, 2011).


2.1.3 Habitat dan Nama Lain Meniran (Phyllantus niruri Linn)

Meniran merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis yang tumbuh liar di tempat

yang lembab dan berbatu, serta tumbuh di hutan, ladang, kebun-kebun maupun pekarangan

halaman rumah, pada umumnya tanaman ini tidak dipelihara kerena dianggap tumbuhan rumput

biasa. 25 Pada beberapa daerah tertentu meniran mempunyai nama atau penyebutan yang berbeda

tergantung pada daerah terdapatnya tumbuhan tersebut, misalnya: Sumatera (sidukung anak, baket

sikolop), Jawa (meniran ijo, meniran merah), Sulawesi (bolobungo, sidukung anak), Maluku

(gosau ma dungi, gosau ma dungi roriha, belalang bahiji). 26 Suku Dayak dan Banjar Kalimantan

Tengah menyebutnya (Ambin buah).

2.1.4 Kandungan Kimia dan Khasiat Tanaman Meniran (Phyllantus niruri Linn)

Meniran banyak mengandung beberapa Senyawa yaitu: Flavonoid, Tanin, Alkaloid, Lignan,

Saponin (Permadi, 2008). Senyawa Flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan

terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae, pada tumbuhan

tinggi Flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetative maupun dalam bunga, sebagai pigmen

bunga Flavonoid berperan jelas dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga, fungsi

lainnya juga sebagai, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus. Bekerja sebagai

inhibitor kuat pernapasan. Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan

supeoksida dan dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak.

Beberapa turunan Flavonoid terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi dan terdapat pada organ-organ

seperti seperti akar, batang, daun, bunga, biji, dan kulit kayu.

Tannin berfungsi sebagai pertahanan bagi tumbuhan yang membantu mengusir hewan

pemangsa tumbuhan, dan mempunyai aktivitas antioksidan menghambat pertumbuhan tumor serta

menghambat enzim seperti transcriptase dan DNA topoisomerase, Tanin tersebar dalam setiap

tanaman yang berbatang. Tanin berada dalam jumlah tertentu, biasanya berada pada bagian

spesifik tanaman seperti: daun, buah, akar, dan batang. Flavonoid adalah salah satu senyawa

fenolik yang berasal dari alam yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktifitas

sebagai obat, biasanya dihasilkan tumbuhan hijau dalam bentuk senyawa campuran (Satolom et
al., 2015). Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan supeoksida dan

dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak. Beberapa turunan

Flavonoid terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi dan terdapat pada organ-organ seperti akar,

batang, daun, bunga, biji, dan kulit kayu (Robinson, 1995). Flavonoid terdiri dari kuersetin,

isokuersitrin, astragalin, dan rutin (Elya dkk, 2010).

Kuersetin adalah flavonoid utama yang termasuk pada kelas flavonol. Kuersetin memliki

efek sebagai antioksidan, antiproliferatif, antiinflamasi, antikarsinogenik, antihipertensi,

antidiabetik dan mampu melindungi terhadap berbagai jenis penyakit seperti osteoporosis, bentuk

tertentu dari kanker, penyakit paru-paru dan jantung, juga terhadap penuaan (Bakova dkk., 2012).

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid termasuk

senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau atom nitrogen dan berbentuk kristal. Untuk

Alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasanya pahit di lidah serta mempunyai efek

fisiologis kuat atau keras terhadap manusia. Sifat lain yaitu sukar larut dalam air dengan suatu

asam akan membentuk garam Alkaloid yang lebih mudah larut.

Lignan merupakan bahan penguat yang terdapat bersama-sama dengan selulosa di dalam

dinding sel tumbuhan. Lignan sendiri mempunyai beberapa ikatan kovalen dengan polisakarida,

beberapa gugus hidroksil lignin di ubah pula menjari eter atau ester hidroksisinamat dan mungkin

juga akan terjadi ikatan dengan protein. Lignan tersebar luas di dunia tumbuhan, terdapat dalam

kayu, daun, dan bagian tumbuhan lain. Saponin adalah senyawa aktif yang menimbulkan busa

jika dikocok dengan air. Saponin dapat bekerja sebagai antimikroba. Kelarutan Saponin dalam air

dan etanol tetapi tidak larut dalam eter, senyawa Saponin banyak berada pada bagian daun, dan

akar. (Robinson, 1995).


2.2. Diabetes Militus

2.2.1 Pengertian Diabetes Militus

Diabetes militus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar

glukosa dalam darah (hiperglikemia). Hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormalitas

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin (sensitivitas) atau keduanya, dari faktor genetik serta faktor lingkungan dan

mengakibatkan komplikasi kronis termasuk mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati

kronis (Dipiro et al, 2015; Hasan et al, 2013).

2.2.2 Klasifikasi Diabetes Militus

2.2.2.1 Diabetes Melitus tipe 1

Biasa disebut juga Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) adalah penyakit

kelainan autoimun yang menyebabkan kerusakan pada sel β-pankreas, selain itu kerusakan sel

β-pankreas disebabkan karena proses idiopatik, namun hal ini jarang terjadi. Proses autoimum

diperantarai oleh makrofag dan sel limfosit-T dengan autoantibodi yang bersirkulasi terhadap

antigen sel β. Pengukuran autoantibodi yang lain adalah insulin autoantibodi, autoantibodi

terhadap glutamic acid decarboxylase, insulin antibodi terhadap islet tyrosin phosphate dan

lain sebagainya. Lebih dari 90% pasien yang terdiagnosis, mempunyai satu dari beberapa

antibodi tersebut (Dipiro et al, 2015).

2.2.2.2 Diabetes Melitus tipe 2

DM tipe 2, yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) ditandai oleh

resistensi insulin dan berkurangnya sekresi insulin, yang akan semakin berkurang sekresinya

dari waktu ke waktu. Sebagian besar pasien DM tipe 2 memperlihatkan obesitas abdomen, yang

mana obesitas abdomen itu sendiri mengakibatkan resitensi insulin. Sebagaim tambahan,

hipertensi, dislipemia (high triglyceride levels and low HDL-cholesterol levels) dan

peningkatan plasminogen activator inhibitort type 1 (PAI-1) sering ditemukan. Sekumpulan

abnormalitas ini menunjukkan sindrom resistensi insulin atau sindrom metabolisme. Dikarenakan

abnormalitas ini, pasien dengan DM tipe 2 berada dalam risiko tinggi terkena komplikasi
makrovaskular (Dipiro et al, 2015)

2.2.2.2 Diabetes Melitus Gestasional (GDM)

GDM digambarkan sebagai intoleransi glukosa yang dikenali selama masa kehamilan.

Diabetes gestasional berada pada ±7% dari keseluruhan kehamilan. Deteksi klinik secara dini

sangat penting, sebagai terapi akan mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas perinatal

(Dipiro et al, 2015)

2.2.2.3 Diabetes tipe spesifik lain

DM tipe lain yang terjadi yaitu DM yang disebabkan penyakit lain, seperti kelainan
endokrin atau pankreas akibat penggunaan obat lain (Suherman dan Nafrialdi, 2011).

2.3 Tablet Bahan Alam

Tablet bahan alam adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa

cetak, dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua permukaannya rata atau

cembung, terbuat dari ekstrak kering atau campuran ekstrak kental dengan bahan pengering

dengan bahan tambahan yang sesuai (BPOM RI, 2014).

Formulasi obat-obatan herbal terutama bila menggunakan tanaman segar untuk bentuk

sediaan tablet merupakan tantangan, karena sifat tablet yang melekat pada sebagian besar ekstrak

herbal atau pada bagian serbuk tanaman. Selain itu, informasi yang terbatas terkait sifat

fisikokimia dari obat yang mengandung ekstrak ini dalam kaitannya dengan bahan eksipien yang

umum digunakan adalah sebuah masalah (Palma , S, et al., 2002).

Untuk pembuatan sediaan padat


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian

1. Kualifikasi mesin tablet

2. Spesifikasi / verifikasi bahan aktif

3. Produksi tablet ekstrak meniran

4. IPC (In Process Control)

5. Evaluasi sediaan tablet

6. Evaluasi keamanan tablet

3.1.2 Kualifikasi Mesin Tablet (Lampiran 1)

3.1.3 Spesifikasi / Verifikasi Bahan Aktif

A. Parameter Spesifik

1. Organoleptik

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera untuk mendiskripsikan bentuk,

rasa, bau dan warna sebagai berikut (Anonim, 2000).

Prosedur :

- Bentuk (penglihatan) : sampel diletakkan di atas dasar yang berwarna putih, dilihat bentuk/

rupa dan warna.

- Bau (penciuman) : ambil sedikit ekstrak masukkan dalam lumping, gerus, dan cium

baunya.

- Rasa : ambil sedikit sampel letakkan pada lidah dan dikecap – kecap selama 10 – 50 detik

kemudian cuplikan dikeluarkan dari mulut dan penguji berkumur – kumur dengan air.
Meniran memiliki bentuk ekstrak kental, berwarna hitam, tidak berbau dan memiliki rasa

pahit (Anonim, 2009).

2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

- Fase gerak: kloroform P-metanol P-air (80:12:2)

- Fase diam: Silika gel 60 F24

- Larutan uji: 2% dala methanol P gunakan Larutan uji KLT

- Larutan pembanding: Kuersetin 0,5% dalam methanol P

- Volume penotolan: totolkan 10 µL Larutan uji dan 1 µL Larutan Pembanding

- Deteksi: Alumininium Klorida P 5% dalam methanol P dan UV366.

(Farmakope Herbal Indonesia, 2008)

Penjenuhan benjana

Ditempatkan kertas saring ke dalam bejana kromatografi. Tinggi kertas saring 18 em dan

lebamya sarna dengan lebar bejana. Dimasukan fase gerak kloroform p – methanol p – air (80 : 12

: 2) ke dalam bejana kromatografi, hingga tingginya 0,5 sampai 1 cm dari dasar bejana. Tutup

kedap dan biarkan hingga kertas saring basah seluruhnya. Kertas saring harus selalu tercelup ke

dalam larutan fase gerak pada dasar bejana.

Larutan uji KLT

Ditimbang seksama sampel sebanyak 200mg, kemudian digerus lalu larutkan dalam

methanol p sebanyak 10 mL lalu saring. dimasukan filtrat ke dalam labu tentukur 10 mL dan

ditambahkan pelarut sampai tanda.

Larutan Pembanding

Ditimbang seksama standar kuersetin sebanyak 50mg, kemudian dilarutkan dalam methanol

p sebanyak 10 mL. Dimasukan filtrate ke dalam labu tentukur 10mL dan ditambahkan pelarut

sampai tanda.

Prosedur KLT
Silica gel 60 F254 diaktifkan terlebih dahulu dengan oven. Kemudian ditotolkan larutan uji

dan larutan pembanding sebanyak 10 μL larutan uji dan 1µL larutan pembanding dengan jarak 1

cm dari tepi bawah lempeng dan biarkan mengering. Dimasukan lempeng KLT ke dalam bejana

yang sudah jenuh. Larutan fase gerak dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penjerap.,

totolan jangan sampai terendam. Diletakkan dan tutup bejana, biarkan hingga fase gerak merambat

samapi jarak batas rambat. Dikeluarkan lempeng dan dikeringkan di udara. Diamati bercak dengan

sinar UV 254 nm. Disemprot berecak dengan pereaksi penampak bercak, diamati dan

dibandingkan kromatogram bahan uji dengan kromatogram pembanding. Diukur jarak tiap bercak

dari titik penotolan. Ditentukan harga Rf.

Perhitungan RF

Rf = Jarak yang ditempuh bercak

Jarak yang ditempuh pelarut

3. Penetapan Kadar Kandungan Kimia

Dilakukan penetapan kadar terhadap senyawa Quersetin. Menurut Farmakope Herbal

Indonesia tahun 2008, penetapan kadar kuersetin sesuai dengan penetapan kadar flavonoid total.

Dengan metode spektrifotometri menggunakan spektrofotoneter, serapan diukur pada panjang

gelombang 425 nm.

Pembuatan Larutan Induk

a. Larutan Induk Kuersetin (Larutan Standar)

Ditimbang 10 mg kuersetin, dan larutkan di dalam labu 10 mL dengan metanol

sehingga didapatkan konsentrasi 1000 μg/mL.

b. Larutan sampel (2g/10 mL)

Diambil lebih kurang 2 g ekstrak kering, dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL.

Kemudian ditambahkan metanol sampai tanda batas, lalu dihomogenkan dan disaring.

c. Pembuatan larutan blanko


Sebanyak 1,5 mL metanol dimasukkan kedalam abu ukur 10 mL, lalu ditambahkan 0,1

mL AlCl3 10%; 0,1 mL Na asetat 1M dan 2,8 mL aquadest, kemudian dihomogenkan

(Krisyanella, 2013).

Penentuan panjang gelombang maksimum kuersetin

a. Dari larutan induk kuersetin 1 mg/mL dipipet 0,8 mL dan dimasukan kedalam labu

ukur 10 mL.

b. Kemudian ditambahkan methanol sampai tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi

80 μg/mL kuersetin.

c. Sebanyak 0,5 mL kuersetin dimasukkan ke dalam vial, ditambahkan 1,5 mL metanol;

0,1 mL aluminium klorida 10%; 0,1 mL natrium asetat 1M dan 2,8 mL aquades.

Kemudian campuran dikocok hingga homogen.

d. Campuran didiamkan 30 menit, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang

400-800 nm dengan spektrofotometer UV-Vis (Krisyanella, 2013).

Pembuatan kurva kalibrasi kuersetin

a. Dari larutan induk kuersetin 1 mg/mL dipipet 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 1,0 mL, kemudian

diencerkan masing-masingnya dengan metanol dalam labu 10 mL sampai tanda batas

sehingga diperoleh konsentrasi 50; 60; 70; 80; 0 dan 100 μg/mL kuersetin.

b. Masing-masing konsentrasi larutan dipipet 0,5 mL dimasukkan kedalam vial, tambahkan

1,5 mL metanol, lalu tambahkan 0,1 mL larutan aluminium klorida 10% lalu tambahkan

0,1 mL natrium asetat 1 M dan 2,8 mL aquadest. Kemudian dihomogenkan dan diamkan

selama 30 menit, dimasukkan ke dalam kuvet.

c. Ukur serapan pada panjang gelombang maksimum kuersetin yang didapat dengan

spektrofotometer UV-Vis dan dari data ini didapatkan kurva kalibrasi. dan buat kurva

kalibrasi sehingga persamaan regresi liniernya dapat dihitung.

Penentuan kadar senyawa flavonoid dalam larutan sampel

a. Diambil lebih kurang 2 g ekstrak kering dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL kemudian

tambahkan metanol sampai tanda batas lalu homogenkan dan disaring.


b. Kemudian pipet 0,5 mL dari larutan sampel ekstrak kering 2 g tambahkan 1,5 mL metanol,

lalu tambahkan 0,1 mL larutan aluminium klorida 10%, lalu tambahkan 0,1 mL natrium

asetat 1M dan 2,8 mL aquades.

c. Diamkan selama 30 menit, dimasukkan dalam kuvet. Ukur serapan pada panjang

gelombang maksimum kuersetin dengan spektrofotometri UV-Vis.

d. Kadar senyawa flavonoid ditentukan dengan persamaan regresi dari kurva kalibrasi. Hasil

yang diperoleh diperhitungkan dengan faktor pengenceran sehingga diperoleh konsentrasi

flavonoid yang terdapat dalam ekstrak kering herba meniran.

B. Parameter Non Spesifik

1. Penetapan Kadar Air

Prosedur:

- Dijenuhkan toluen dengan air dengan perbandingan 200 ml toluen dann 50 ml air dan

didiamkan selama 18-24 jam.

- Setelah toluen dijenuhkan 18-24 jam tabung penampung dan kondensor dibilas dengan

aquades lalu dikeringkan.

- Timbang sampel 5 gr dan masukkan kedalam labu kering.

- Masukkan lebih kurang 200 ml toluen jenuh air serta labu dipanaskan selama 15 menit

sampai toluen mendidih.

- Suling dengan kecepatan 2 tetes/detik, hingga sebagaian besar air tersuling.

- Kemudian naikkan kecepatan menjadi 4 tetes/detik.

- Setelah semua air diperkirakan telah tersuling, bagian kondensor dibilas dengan toluene.

- Lanjutkan penyulingan selama 5 menit.

- Hentikan pemanasan.

- Tabung penerima didinginkan sampai suhu kamar.

- Volume air dilihat dan hitung kadar air.

2. Penetapan Kadar Abu Total

Prosedur:
1. Pijarkan krus pada suhu 600±25 C selama 30 menit

2. Dinginkan krus dalam deksikator timbang seksama

3. Timbang seksama 1-2 gram zat

4. Basahkan sampel dengan 1 ml asam sulfat p, kemudian pnaskan perlahan-lahan sampai

sampel mengering sempurna pada suhu 180±25 C

5. Dinginkan krus dalam deksikator, timbang seksama dan hitung presentase sisa

6. Jika belum memenuhi syarat, bersihkan lagi dengan asam sulfat p, panaskan dan pijarkan

seperti sebelumnya selama 30 menit, sehingga penimbangan dua berturut-turut tidak lebih

dari 3,5%

3.1.4 Produksi

A. Formula

• R/ Ekstrak Meniran sebagai zat aktif

• Avicel ph 102 sebagai pengisi

• Amprotab sebagai penghancur

• Talk sebagai glidan

• Mg stearate sebagai lubrikan

• Aeroesil sebagai lubrikan


B. Penimbangan

Formula tablet ekstrak meniran merujuk pada jurnal (Priambodo dan Mustarichie, 2018)

dan (Rivai dkk, 2013). Tablet ekstrak meniran dibuat menggunakan metode kempa langsung

dengan bahan-bahan tambahan avicel PH 102 pengisi dan Amprotab sebagai penghancur, Talkum

sebagai glidan, Mg Sterarat dan aerosil sebagai lubrikan. Formula tablet ekstrak meniran untuk 1

tablet dan 300 tablet disajikan pada Tabel I.

Tabel I Formula tablet ekstrak meniran

Bahan % bahan 1 tablet 1 bets Penimbangan


(gram)

Ekstrak meniran 44,67 % 166,67 mg 300 tab 50,001

Avicel ph 102 45,1 % 168,27 mg 300 tab 60,481

Amprotab 5,73 % 21,38 mg 300 tab 64,14

Talk 2% 7,46 mg 300 tab 2,238

Mg stearat 2 % 7,46 mg 300 tab 2,238

Aerosil 0,5 % 1,86 mg 300 tab 558

Total 100 % 373,1 111,93

Ekstrak meniran terlebih dahulu diayak, kemudian diuji sifat alirnya terlebih dahulu, kemudian

dicampur dengan amprotab dan avicel hingga homogen (dengan pengamatan visual) menggunakan

mikser kubus dengan kecepatan 132 rpm. Ekstrak meniran, amprotab dan avicel yang telah

tercampur homogen selanjutnya ditambahkan talkum, mg stearat dan aerosil, dan dicampur

menggunakan mikser kubus dengan kecepatan yang sama selama 5 menit. Kemudian campuran

bahan di cetak pada mesin tablet korch E.K.O K0095007.

C. Metode pembuatan

penimbangan pencetakan pengemasan


(zat pencampuran
tablet primer
aktif+eksipien)

Menggunakan kempa langsung


Organoleptis
Homogenitas
Keragaman bobot

kerapuhan

Kekerasan
Waktu hancur
Kadar air
K
3.1.5 IPC (In Process Control)

A. Uji homogenitas

Setelah proses pencampuran selesai, dilakukan uji homogenitas untuk menjamin bahan telah

terdistribusi merata pada campuran massa yang akan dikempa. Uji homogenitas dilakukan pada 10

titik yang mewakili area atas, tengah, dan bawah. Kemudian dilakukan uji kadar flavonoid dalam

menggunakan pembanding kuersetin. Hasil homogen jika nilai CV kurang dari 5%.

Penentuan kadar senyawa flavonoid dalam campuran massa serbuk tablet ekstrak meniran

a. Ditimbang 500 mg masing-masing campuran massa serbuk tablet yang telah diambil dari

10 titik sebelumnya, dan dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL. Kemudian ditambahkan

metanol sampai tanda batas lalu dihomogenkan dan disaring.

b. Kemudian larutan dipipet 0,8 mL ditambahkan 1,5 mL metanol, lalu ditambahkan 0,1 mL

larutan aluminium klorida 10%.Lalu ditambahkan 0,1 mL natrium asetat 1M dan 2,8 mL

aquades.

c. Campuran didiamkan selama 30 menit, dimasukkan dalam kuvet, dan diukur serapannya

pada panjang gelombang maksimum kuersetin dengan spektrofotometri UV-Vis.

d. Kadar senyawa flavonoid ditentukan dengan persamaan regresi dari kurva kalibrasi. Hasil

yang diperoleh diperhitungkan dengan faktor pengenceran sehingga diperoleh konsentrasi

flavonoid yang terdapat dalam ekstrak kering herba meniran.

Pembuatan Larutan Induk

a. Larutan Induk Kuersetin (Larutan Standar)

Ditimbang 10 mg kuersetin, dan larutkan di dalam labu 10 mL dengan metanol sehingga

didapatkan konsentrasi 1000 μg/mL.


b. Larutan sampel (2g/10 mL)

Diambil lebih kurang 2 g ekstrak kering, dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL. Kemudian

ditambahkan metanol sampai tanda batas, lalu dihomogenkan dan disaring.

c. Pembuatan larutan blanko

Sebanyak 1,5 mL metanol dimasukkan kedalam abu ukur 10 mL, lalu ditambahkan 0,1 mL

AlCl3 10%; 0,1 mL Na asetat 1M dan 2,8 mL aquadest, kemudian dihomogenkan

(Krisyanella, 2013).

Penentuan panjang gelombang maksimum kuersetin

a. Dari larutan induk kuersetin 1 mg/mL dipipet 0,8 mL dan dimasukan kedalam labu ukur 10

mL.

b. Kemudian ditambahkan methanol sampai tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi 80

μg/mL kuersetin.

c. Sebanyak 0,5 mL kuersetin dimasukkan ke dalam vial, ditambahkan 1,5 mL metanol; 0,1

mL aluminium klorida 10%; 0,1 mL natrium asetat 1M dan 2,8 mL aquades. Kemudian

campuran dikocok hingga homogen.

d. Campuran didiamkan 30 menit, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang

400-800 nm dengan spektrofotometer UV-Vis (Krisyanella, 2013).

Pembuatan Kurva kalibrasi kuersetin

a. Dari larutan induk kuersetin 1 mg/mL dipipet 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 1,0 mL, kemudian masing-

masing diencerkan dengan metanol dalam labu ukur 10 mL sampai tanda batas sehingga

diperoleh konsentrasi 50; 60; 70; 80; 0 dan 100 μg/mL kuersetin.

b. Masing-masing konsentrasi larutan dipipet 0,5 mL, dimasukkan ke dalam vial, dan

ditambahkan 1,5 mL metanol. Lalu ditambahkan 0,1 mL larutan aluminium klorida 10%,

0,1 mL natrium asetat 1 M dan 2,8 mL aquadest. Kemudian dihomogenkan dan didiamkan

selama 30 menit, dan dimasukkan ke dalam kuvet. Ukur serapan pada panjang gelombang

maksimum kuersetin yang didapat dengan spektrofotometer UV-Vis dan dari data ini
didapatkan kurva kalibrasi.

3.1.5 Evaluasi Sediaan

A. Uji Kekerasan

Uji kekerasan dilakukan dengan 6 tablet dari masing-masing formula menggunakan alat

hardness tester. Tablet yang akan diuji diletakkan secara vertikal pada ujung alat. Putar spiral pada

alat, pemutaran dihentikan hingga tablet pecah atau hancur. Skala yang terbaca pada saat tablet

hancur merupakan nilai kekerasan tablet (N). Hitung Konversi dari Newton ke Kg. Syarat

kekerasan tablet yang baik yaitu 4 - 8 kg (Voigt, 1984).

Perhitungan :

𝑯𝒂𝒔𝒊𝒍 𝒖𝒋𝒊 𝒌𝒆𝒌𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏 (𝑵)


Hasil Uji Kekerasan (Kg) = 𝟗,𝟖

Syarat :

Tablet Oral : 4-8 kg

Tablet Salut : minimum 10 kg, maksimal 20 kg

Tablet kunyah : ± 3 kg

B. Uji Kerapuhan

Untuk tablet dengan berat sama dengan atau kurang dari 650 mg, ambil sampel tablet yang

sesuai hingga mencapai 6,5 gram. Untuk tablet dengan berat lebih dari 650 mg, ambil 10 tablet

utuh dan dibebas debukan (USP 38). Timbang tablet dan dicatat beratnya (W1), lalu dimasukkan

ke dalam piringan acrilic friability tester dan alat dijalankan selama 4 menit (100 kali putaran),

Jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit atau selama 5 menit kecepatan putaranya 20 per

menit. Setelah batas waktu yang ditentukan, tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari serbuk-serbuk

halus lalu ditimbang lagi (W2). Tablet dikatakan baik jika memenuhi persyaratan kerapuhan tablet

yaitu kurang dari 1 % (Lachman et al., 1987).


Perhitungan :

𝒘𝟏−𝒘𝟐
Hasil Uji Kerapuhan = x 100%
𝒘𝟏

Keterangan:

W1: bobot awal

W2: bobot setelah uji

C. Uji Waktu Hancur

Dimasukkan 1 tablet pada masing-masing 6 tabung dari keranjang lalu masukkan 1 cakram

pada tiap tabung dan alat disintegration tester dijalankan. Sebagai medium digunakan air dengan

suhu dengan suhu 37° ± 2° C dengan kecepatan 28-32 rpm, kecuali dinyatakan lain menggunakan

cairan yang tercantum pada masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu, angkat keranjang

dan amati semua tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur

sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang

diuji harus hancur sempurna (Anonim, 2014). Waktu hancur tablet dikatakan memenuhi

spesifikasi jika tablet tidak bersalut memiliki waktu hancur ≤ 30 menit (BPOM, 2014).

D. Kadar Air Pada Tablet

1. Disiapkan sampel dengan menggerus 4 tablet, lakukan replikasi sebanyak 3 kali

2. Kemudian diuji pada alat Moisture Analyzer

E. Keseragaman Bobot

1. Ditimbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya

2. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang menyimpang dari bobot

rata-rata, lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada satupun tablet

yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan dari kolom A dan B.

Bobot rata-rata Penyimpangan terhadap bobot rata-rata


A B

<25 mg 15 % 30 %

26mg - 150 mg 10 % 20 %

151 mg- 300 mg 7,5 % 15 %

>300 mg 5 % 10 % 3.1.6 E

valua

si Keamanan Sediaan

A. Uji Angka Lempeng Total (ALT)

1 Sterilkan semua alat dan bahan di autoclave

2 Penyiapan media agar

Media PCA ditimbang 9 gram, ditambahkan aquadest sampai 500 ml, kemudian

dimasukkan ke autoclave, setelah di autoclave tuang media ke dalam cawan petri yang

telah disterilkan.

3 Penyiapan pengenceran larutan sampel

a. Disiapkan 6 buah tabung reaksi yang telah disterilkan, ditandai tabung reaksi 10-1,

10-2,10-3, 10-4, dan 10-5, masing-masing tabung reaksi diisi dengan 4,5 mL larutan

NaCl fisiologis 0,9%.

b. Ditimbang 500 gram sampel, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-1

telah berisi 4,5 mL larutan NaCl fisiologis 0,9%, kemudian dihomogenkan sehingga

diperoleh pengenceran 10-1. Dipipet sebanyak 500 𝜇L dari hasil pengenceran 10-1 ke

dalam tabung reaksi 10-2, sehingga diperoleh pengenceran 10-2. Kemudian lakukan

pengenceran selanjutnya hingga diperoleh pengenceran 10-5.

4 Uji Angka Lempeng Total (ALT)

a. Dari setiap pengenceran dipipet 50 𝜇L ke dalam cawan petri yang berisi media

PCA. Segera larutan sampel disebar dalam cawan petri hingga tersebar merata.
b. Media yang telah ditanam larutan sampel diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24

jam dengan posisi terbalik

c. Setelah 24 jam bakteri yang tumbuh diamati dan dihitung. Syarat ALT ≤ 10 4

koloni/gram

B. Uji E-Coli

a. Sampel diencerkan 500 g dalam 4,5 mL larutan NaCl fisiologis 0,9 % , kemudian encerkan

hingga pengenceran 10-4

b. Sampel yang telah disuspensikan dalam larutan NaCl fisiologis 0,9 % steril pengenceran

10-4 ditanam pada media TBX (Tryptone Bile X-glucuronide).

c. Sampel diratakan yang telah ditanam dengan spreader

d. Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam dengan posisi petri terbalik dilihat ada tidaknya

pertumbuhan koloni, koloni yang berwarna hijau-kebiruan menunjukkan adanya E.coli.

Syarat cemaran E.coli adalah negatif.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Spesifikasi/ Verifikasi Bahan Aktif

A. Uji Parameter Spesifik

1. Organoleptik

Uji organoleptis dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari ekstrak kering meniran. Hasil

yang diperoleh meliputi bentuk serbuk kering, rasa yang pahit, bau khas ekstrak meniran, dan

warna coklat kehitaman. Berikut tabel hasil uji organoleptik. Hasil detail bias dilihat pada Tabel II.

Tabel II Hasil uji Organoleptik

Parameter Hasil Ketentuan (FHI, 2008)


Bentuk Kering Kental
Rasa Pahit Pahit
Bau Khas Tidak berbau
Warna Coklat kehitaman Hitam

2. Uji kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Analisis kualitatif menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) bertujuan untuk mengetahui

komponen senyawa yang ada dalam ekstrak kering meniran. Pada praktikum ini standar yang kami

gunakan pada adalah kuersetin, dimana fase diam yang kami gunakan adalah silica gel F24.

Lempeng terlebih dahulu diaktifkan dengan cara dimasukkan ke dalam oven suhu 60°C selama 1

jam. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan air atau lembab pada lempeng KLT. Sebelum elusi

dilakukan, chamber dijenuhkan dengan fase gerak kloroform : methanol : air dengan perbandingan

80:12:2. Penjenuhan bertujuan agar terjadi keseimbangan uap dalam chamber sehingga pemisahan

terjadi secara optimal. Bercak yang nampak dihitung jumlahnya sebagai gambaran banyaknya

komponen yang terdapat dalam sampel ekstrak kering meniran. Harga Rf-nya dihitung sebagai

acuan atau referensi dalam membantu mengidentifikasi. Hasil kromatogram didapatkan 3 bercak

yang tampak memisah secara sempurna dengan warna yang kuat yaitu biru keunguan jika dilihat
pada panjang gelombang 366 nm. Hasil KLT yang diamati dibawah sinar UV 366 dan AlCl3 5%

dapa dilihat pada gambar 1.

Gambar 1.Profil Kromatogram Lapis Tipis Ekstrak Meniran dan Pembanding Kuersetin.

A=366+AlCl3, B=366, C= AlCl3. S1 = Pembanding 1; S2 = Pembanding 2 ; a =

Sampel replikasi 1 ; b = Sampel replikasi 2.

Hasil menunjukkan bercak dengan harga Rf standard dan sampel yang mendekati pada

salah satu bercak yang nampak pada panjang gelombang 366 nm+ AlCl3 dan hasil deteksi

menggunakan AlCl3.Dapat disimpulkan bahwa hasi KLT yang kami lakukan menunjukkan bahwa

pada pemakaian fase gerak kloroform : methanol : air cukup efektif untuk memisahkan kandungan

senyawa yang terdapat pada ekstrak kering meniran.Namun deteksi dengan UV 366 tidak nampak

bercak pada sampelnya, hal ini bisa disebabkan konsentrasi yang digunakan kecil. Hasil

perhitungan Rf ekstrak meniran dan standar kuersetin dengan deteksi UV 366+AlCl3 bisa dilihat

pada Tabel III.


Tabel III Hasil Rf Ekstrak KeringMeniran dan Pembanding Kuersetin pada UV 254 nm

Bercak Pembanding I Pembanding II Sampel 1 Sampel 2

1 0,3 0,3 0,1 0,1

2 0,30 0,31

3 0,33 0,34

Dari hasil uji KLT diperoleh Rf bercak dari elusi 0,5% standar kuersetin adalah 0,30,

sedangkan Rf bercak dari elusi 2% esktrak meniran kering replikasi 1 dan replikasi 2 nilai Rf

berturut-turut 0,30; 0,31 Dilihat dari hasil nilai Rf yang berdekatan, terbukti bahwa pada ekstrak

meniran terdapat senyawa kuersetin. Menurut Farmakope Herbal Indonesia nilai Rf herba meniran

yang berdekatan dengan Rf standar kuersetin adalah 0,3 (Depkes RI, 2008).

3. Penetapan Kadar Kandungan Kimia

Penetapan kadar flavonoid total menggunakan metode kolorimetri dengan pereaksi AlCl3

memiliki prinsip yaitu terjadinya pembentukan kompleks antara aluminium klorida dengan gugus

keto pada atom C-4 dan gugus hidroksi pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga dari golongan

flavon dan flavonol. Senyawa yang digunakan sebagai standar pada penetapan kadar flavonoid ini

adalah quersetin, karena quersetin merupakan flavonoid golongan flavonol yang memiliki gugus

keto pada atom C-4 dan juga gugus hidroksil pada atom C-3 dan C-5 yang bertetangga.

Penambahan natrium asetat untuk mendeteksi adanya gugus 7-OH pada golongan flavon dan

flavonol (Kartika, 2014).

Pengukuran serapan panjang gelombang maksimum dilakukan pada rentang sekitar 400-800

nm. Panjang gelombang maksimum yang dihasilkan adalah 434,5 nm pada konsentrasi 80 μg/ml,

panjang gelombang maksimum tersebut kemudian digunakan untuk mengukur serapan kurva

kalibrasi dan sampel ekstrak kering meniran. Dari kurva kalibrasi kuersetin diperoleh persamaan

regresi linier yaitu y = 0,008x + 0,087 dengan nilai koefisien kolerasi (r) = 0,998. Nilai r yang

mendekati 1 menunjukkan kurva kalibrasi linier dan terdapat hubungan antara konsentrasi larutan

kuersetin dengan nilai serapan. Hasil kurva baku bias dilihat pada Tabel IV.
Tabel IVKurva Baku Kuersetin

No. Konsentrasi(µg/mL) Absorbansi

1 50 0.474

2 60 0.530

3 70 0.612

4 80 0.705

5 90 0.764

6 100 0.845

KURVA BAKU KUERSETIN


0.9
y = 0.008x + 0.087
0.8 R² = 0.998
0.7
0.6
Absorbansi

0.5
0.4 Series1
0.3 Linear (Series1)
0.2
0.1
0
40 50 60 70 80 90 100 110
Konsentrasi (µg/mL)

Gambar II Kurva Baku Kuersetin

Persen kadar flavonoid total pada ekstrak kering meniran

Replikasi 1

y = 0.008x + 0.087

0.774 = 0.008x + 0.087

0.774 – 0.087
X= 0.008

X = 85.875

X . Fp. v
% Kadar = x 100
𝑚

85.875µg/mL . 40. 10mL


= x100
2000000µ𝑔
%Kadar = 1.7175%

Replikasi2

y = 0.008x + 0.087

0.786 = 0.008x + 0.087

0.786 – 0.087
X= 0.008

X = 87.375

X . Fp. v
% Kadar = x 100
𝑚

87.375µg/mL . 40. 10mL


= x100
2000000µ𝑔

%Kadar = 1.7475%

Replikasi 3

y = 0.008x + 0.087

0.787 = 0.008x + 0.087

0.787 – 0.087
X= 0.008

X = 87.75

X . Fp. v
% Kadar = x 100
𝑚

87.5µg/mL . 40. 10mL


= x100
2000000µ𝑔

%Kadar = 1.755%

Tabel V Uji Penetapan Kadar Flavonoid

Konsentrasi

No. Sampel Absorbansi (µg/mL) % Kadar

1 Replikasi 1 0.774 85.875 1.7175

2 Replikasi 2 0.786 87.375 1.7475

3 Replikasi 3 0.787 87.5 1.7550

Rata-rata±SD 1.74±0.01984
Pada Tabel V penetapan kadar flavonoid total pada sampel ekstrak kering meniran diperoleh

persen kadar pada replikasi pertama adalah sebesar 1.7175%, replikasi kedua adalah sebesar

1.7475% dan pada repilkasi ketiga adalah 1.7550% dengan persen kadar rata-rata adalah 1.74%.

Berdasarkan Farmakope Herbal Indonesia (2012), persen kadar flavonoid total pada ekstrak

meniran adalah 3.2%. Persen kadar yang diperoleh sangat rendah dan tidak sesuai dengan literatur,

hal ini dikarenakan pada saat proses pelarutan sampel ekstrak kering tidak sempurna. Sehingga

tindak lanjut yang dilakukan adalah memastikan bahwa serbuk ekstrak kering benar-benar terlarut

sempurna.

B. Uji Parameter Non Spesifik

1. Penetapan Kadar Air Ekstrak

Tablet adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk

tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua permukaannya rata atau cembung, terbuat dari

ekstrak kering atau campuran ekstrak kental dengan bahan pengering dengan bahan tambahan

yang sesuai.Menurut BPOM (2014), salah satu persyaratan mutu tablet adalah memenuhi

persyaratan kadar air yang telah ditetapkan.

Kadar air adalah pengukuran kadar yang terdapat dalam bahan bertujuan menentukan batas

minimal adanya air pada suatu sampel. Tujuan dilakukannya penetapan kadar air adalah untuk

membatasi rentang besarnya kandungan air di dalam ekstrak, yang akan berkaitan dengan

kemurnian dan kontaminasi yang terdapat pada ekstrak. Metode yang digunakan dalam penetapan

kadar air ekstrak kering meniran adalah destilasi toluene. Toluene yang digunakan adalah toluene

yang telah dijenuhkan dengan air selama 18 – 24 jam. Hal ini dilakukan agar air yang diperoleh

dari ekstrak tidak berikatan dengan toluene sehingga yang terukur adalah kadar air sebenarnya

(Agustin, 2017). Prinsip metode ini adalah menguapkan air dengan pembawa yang memiliki berat

jenis lebih rendah dari air (Depkes RI, 2000).

Kadar air ekstrak kering meniran yang diperoleh yaitu 3,997%, Kadar air dipengaruhi oleh

lamanya waktu pengeringan dan waktu proses penguapan larutan penyari serta pemekatan ekstrak.

Kadar air yang tinggi akan mempengaruhi zat aktif, dan dapat ditumbuhi kapang atau jamur
dengan mudah sehingga menyebabkan stabilitas dan kualitas ekstrak menurun (Depkes RI, 1986).

Hasil pengukuran kadar air ekstrak yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak kering meniran

memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari 10% (BPOM, 2014). Penentuan kadar air juga terkait

dengan kemurnian ekstrak, semakin sedikit kadar air pada ekstrak maka semakin kecil

kemungkinan terkontaminasi dengan pertumbuhan mikroba (Gangga dkk, 2017).

Volume air dilihat dan hitung kadar air

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝑙)
% kadar air = 𝑋 100%
𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔)

0,2 𝑚𝐿
𝑋 100% = 3,997%
5,003 𝑔

2. Penetapan Kadar Abu Total

Pengukuran kadar abu total yaitu mengukur dan memberikan gambaran kandungan mineral

internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Pengukuran

kadar abu dilakukan dengan pemijaran ekstrak dalam kurs menggunakan tanur pada suhu 600oC

selama 6 jam, kemudian ditimbang hingga mendapatkan bobot konstan. Prinsip yang digunakan

pada uji parameter ini adalah senyawa organik dan turunannya akan terdestruksi dan menguap

akibat pemijaran, sehingga yang tertinggal hanya unsur mineral dan anorganik (Depkes RI, 2000).

Kadar abu berhubungan dengan mineral suatu bahan sehingga menjadi penting untuk dilakukan

karena menunjukkan kelayakan suatu sampeluntuk dilanjutkan. Adapun hasil rata-rata pengukuran

kadar abu yang kami peroleh adalah 3,29% yang mana hasil yang diperoleh tidak lebih dari 3,5%

dan tidak lebih dari ketentuan yang dipersyaratkan Farmakope Herbal Indonesia. Hasil detail bisa

dilihat pada Tabel VI.

Perhitungan Kadar Abu Total

Rumus :

(𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑢𝑟𝑠 + ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑗𝑎𝑟𝑎𝑛) − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑢𝑟𝑠


𝑋 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
Tabel VI Hasil uji Pentepan Kadar Abu

Perhitungan Kadar Abu Total


Berat Krus
III

I 19,6591−19,5918
x 100%
2,0011 𝑔

= 3,36%
II 20,1105𝑔−20,0417𝑔
x 100%
2,0010𝑔

= 3,39%

20,1270 𝑔−20,0647 𝑔
III x 100% = 3,11%
2,0005 𝑔

Rata-Rata ± SD 3,29 % ± 0,0015

3.2 Produksi
Formula tablet ekstrak meniran merujuk pada jurnal (Priambodo dan Mustarichie, 2018)

dan (Rivai dkk, 2013). Tablet ekstrak meniran dibuat menggunakan metode kempa langsung,

metode ini digunakan sebab memiliki keuntungan antara lain: tahapan produksinya sangat singkat

(hanya pencampuran dan pengempaan), serta peralatan yang dibutuhkan tidak banyak. Fungsi

bahan avicel PH 102 dan Amprotab adalah sebagai pengisi, kombinasi avicel 102 dan amprotab

sebagai pengisi adalah agar dapat membentuk ukuran tablet yang diinginkan. Digunakan avicel

102 adalah karena memiliki ukuran partikel yang lebih besar dibandingkan dengan avicel PH 101,

sehingga daya alir yang dihasilkan lebih baik daripada avicel PH 101. Hal ini dapat mendukung

dilakukannya metode kempa langsung, tanpa adanya proses granulasi. Talkum dan Mg Sterarat

berfungsi sebagai lubrikan. Kombinasi talkum dan Mg Stearat sebagai lubrikan adalah agar

menghasilkan efek lubrikan yang baik dalam formula (Parrot, 1971), diketahui Talkum dan Mg

Sterarat memiliki keunggulan yang berbeda satu sama lain serta dapat melengkapi satu sama lain.

Talkum pada konsentrasi 1-5% memiliki efek antiadheren dan glidan yang bagus tetapi memiliki

efek lubrikan yang buruk, sedangkan Mg Stearat konsentrasi 0,25-5% efek antiadheren dan glidan

kurang bagus tetapi efek lubrikan bagus. Sehingga dengan kombinasi tersebut dapat menghasilkan
masa tablet yang memiliki sifat alir yang baik saat memasuki cetakan pada mesin tablet, dan dapat

mencegah menempelnya masa cetaktablet pada punch dan die. Selain itu dapat menghasilkan

tablet yang mengkilatyang berpengaruh pada nilai estetika tablet (Priambodo dan Mustarichie,

2018).Hasil perhitungan formulasi tablet ekstrak meniran dilihat pada Tabel VII.

Bahan % bahan 1 tablet 1 bets Penimbangan

(gram)

Ekstrak meniran 44,67 % 166,67 mg 300 tab 50,001

Avicel ph 102 45,1 % 168,27 mg 300 tab 60,481

Amprotab 5,73 % 21,38 mg 300 tab 64,14

Talk 2% 7,46 mg 300 tab 2,238

Mg stearat 2 % 7,46 mg 300 tab 2,238

Aerosil 0,5 % 1,86 mg 300 tab 558

Total 100 % 373,1 121,930

Tabel VII Formula Tablet Ekstrak Meniran

Pada formulasi tablet ekstrak meniran, ekstrak meniran diayak terlebih dahulu. Tujuanya

adalah untuk menyamakan ukuran partikelnya, kemudian diuji sifat alirnya, tujuan pengujian sifat

alir ekstrak adalah karena tablet ekstrak meniran dibuat menggunakan metode kempa langsung,

sehingga dicampur dengan amprotab dan avicel selama 25 menit menggunakan mikser kubus

dengan kecepatan 132 rpm. Hal ini karena berdasarkan hasil pengamatan visual, campuran bahan

sudah terlihat homogen setelah 25 menit. Selanjutnya ditambahkan talkum, mg stearat dan aerosil,

kemudian dicampur menggunakan mikser kubus dengan kecepatan yang sama selama 5 menit. Hal

ini karena Mg stearat dan talkum bersifat hidrofobik, sehingga dapat menghambat penetrasi air

dengan membentuk lapisan film, sehingga jika pencampuran terlalu lama dapat memberikan
pengaruh yang negatif terhadap waktu hancur tablet (Parrot, 1971). Campuran bahan di cetak pada

mesin tablet korch E.K.O K0095007.

3.3 IPC (In Process Control)

A. Uji homogenitas

Uji homogenitas serbuk dilakukan untuk menjamin bahan telah terdistribusi merata pada

campuran massa yang akan dikempa dengan melakukan penetapan kadar campuran massa serbuk.

Uji homogenitas dilakukan setelah campuran massa serbuk dimixing selama 30 menit. Campuran

dinyatakan homogen jika memenuhi syarat yaitu CV <5. Hasil uji homogenitas bisa dilihat pada

Tabel VIII.

Tabel VIII Hasil Uji Homogenitas


Sampel Absorbansi Kadar (µg/mL)

S1 0.552 58.125

S2 0.565 59.750

S3 0.593 63.250

S4 0.578 61.375

S5 0.593 63.250

S6 0.557 58.750

S7 0.596 63.625

S8 0.604 64.625

S9 0.557 58.750

S10 0.585 62.250

Rata-rata 61.375

CV 3.856

Pada pengujian homogenitas dilakukan dengan pengambilan 10 titik sampel pada cube mixer.

Pengambilan 10 titik tersebut diharapkan dapat mewakili keseluruhan campuran serbuk akhir.

Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV. Sampel diukur untuk
menentukan panjang gelombang maksimum dengan konsentrasi 80 µg/mL. Hasil serapan

maksimum terukur sebesar 434.5 nm.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dinyatakan massa serbuk tablet homogen dilihat dari

nilai CV 3.856, hal ini sesuai dengan syarat CV<5. (Tabel IXHasil Uji Homogenitas).

3.4 Evaluasi Sediaan

A. Uji Sifat Alir

Dalam formula tablet ekstrak meniran menggunakan bahan tambahan berupa avicel Ph 102

sebagai pengisi, Amprotab (Amilum manihot) sebagai desintegran, Talk (talcum) sebagai glidan,

Mg stearate sebagai lubrikan atau pelicin dan Aerosil sebagai adsorben. Metode ini digunakan

untuk bahan-bahan yang memiliki sifat alir yang baik (Priambodo dan Mustarichie, 2018).

Berdasarkan sifat alir ekstrak meniran yang diperoleh yaitu ekstrak kering yang lolos ayakan mesh

30 memiliki waktu alir dengan nilai rata-rata yaitu 8,57 detik kurang dari 10 detik. Hasil uji dilihat

pada Tabel IX.

Tabel IX Hasil uji Sifat Alir


Replikasi Detik

Replikasi 1 8,72

Replikasi 2 8,56

Replikasi 3 8,45

Rata-rata ± SD 8,58 ± 0,1358

B. Hasil Uji Kekerasan

Uji kekerasan dilakukan untuk mengukur seberapa keras tablet dan untuk mengetahui

tablet yang dibuat telah memenuhi persyaratan uji kekerasan tablet. Dari data yang kami peroleh

pada Tabel VI, dapatdisimpulkan bahwa uji kekerasan tablet ekstrak meniran telah memenuhi

persyaratan. Karena tablet dikatakan dikatakan baik jika memenuhi persyaratan kekerasam tablet

yaitu 4 - 8 kg (Voigt, 1984). Data yang kami peroleh dari 6 replikasi diperoleh dengan nilai rata-

rata 4,49 g dan memasuki range persyaratan yaitu 4-8 kg. Hasil uji kekerasan telah disajikan
secara detail pada Tabel X.

Tabel X Hasil pengujian kekerasan


NO Hasil Uji Kekerasan Hasil Uji Kekerasan Rata-rata

(N) disebut A (Kg) disebut B  SD

(kg)

1. 44,688 4,56

2. 44,296 4,52

3. 41,454 4,23 4,490,278

4. 40,278 4,11

5. 45,57 4,65

6. 47,726 4,87

C. Hasil Uji Kerapuhan

Uji kerapuhan tablet dilakukan untuk mengetahui tablet yang dibuat memenuhi persyaratan

jerapuhan tablet. Untuk tablet dengan berat sama dengan atau kurang dari 650 mg, ambil sampel

tablet yang sesuai hingga mencapai 6,5 gram. Dari data yang diperoleh pada Tabel XI, dapat

disimpulkan bahwa uji kerapuhan tablet ekstrak meniran telah memenuhi persyaratan, karena

tablet dikatakan baik jika memenuhi persyaratan kerapuhan tablet yaitu kurang dari 1 % (Lachman

et al., 1987).

Tabel XI Hasil Uji Kerapuhan


NO Berat awal (W1) g Berat akhir (W2) g Persentase (%)

1. 6,57 6,516 0,82

2. 6,59 6,534 0,84

3. 6,55 6,494 0,85

Rata-rata  SD (%) 0,83  0,000153


D. Uji Waktu Hancur

Uji waktu hancur tablet dilakukan untuk mengetahui waktu hancur tablet didalam

tubuh. Uji waktu hancur dilakukan sebanyak 3 kali replikasi, Pada replikasi 1, 2 dan

replikasi 3 hasil yang kami peroleh dari 6 tablet semuanya hancursebelum di menit ke 30

(Anonim, 2014). Disimpulkan bahwa uji waktu hancur tablet yang dilakukan telah

memenuhi persyaratan. Hasil uji kekerasan telah disajikan secara detail pada Tabel XII.

Tabel XII. Hasil uji Waktu Hancur

Replikasi Waktu Replikasi Waktu Replikasi Waktu

1 hancur 2 hancur 3 hancur

(menit) (menit) (menit)

1 15 1 13 1 14

2 12 2 14 2 13

3 11 3 14 3 15

4 14 4 12 4 13

5 12 5 13 5 14

6 11 6 14,37 6 15

E. Kadar Air Pada Tablet

Uji kadar air dilakukan dengan menggunakan alat Moisture Analyzer, alat ini digunakan

untuk mengukur kadar kelembaban pada suatu sampel, sampel yang bisa diukur kelembapannya

bisa berupa serbuk maupun granul. Adapun teknis pemanasan pada sampel dilakukan dengan

beberapa cara salah satun yang dilakukan adalah dengan memanaskan dengan lampu halogen.

Pada alat ini kami ingin melihat nilai MC (Moisture Content) atau sering disebut kadar air atau

kadar kelembaban. Adapun hasil kadar air tablet ekstrak meniran yang kami dapatkan sesuai

dengan teori menurut Persyaratan Mutu Obat Tradisional No 12 Tahun 2014 yaitu kadar air yang

baik adalah nilai kadar air <10% dan hasil serbuk dari tablet ekstrak meniran yang kami dapatkan

adalah kurang dari 10% dan hal ini sesuai dengan persyaratan hasil teoritis BPOM RI, 2014,
Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia, Indonesia. Hasil uji kadar telah disajikan secara detail pada Tabel XIII.

Tabel XIII Hasil uji Kadar Air pada Tablet

Replikasi Berat (gram) MC (%)

1 1,724 gram 6,67 %

2 1,726 gram 7,30 %

3 1,776 gram 7,58 %

Rata –rata±SD 7,18 % ± 0,004661

F. Keseragaman Bobot

Tujuan uji keseragaman bobot pada tablet untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet

yang dibuat sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama. Keseragaman bobot dapat

ditetapkan dengan menimbang 20 tablet satu persatu kemudian menghitung bobot rata-ratanya,

dengan syaratnya tidak boleh lebih dari 2 tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang

ditetapkan pada kolom A yaitu 5% dan tidak boleh satu tablet pun bobotnya menyimpang dari

bobot rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom B yaitu 10% (BPOM, 2014). Dari

hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa bobot tablet seragam (sesuai dengan persyaratan).

Hal ini ditunjukkan pada Tabel XVHasil Keseragaman Bobot Tablet bahwa tidak ada 2 tablet yang

menyimpang darikolom A yaitu 5% dan tidak ada 1 tablet pun yang menyimpang dari kolom B

yaitu 10%.

Tabel XIV Hasil uji Keseragaman Bobot

Bobot tablet Persen penyimpangan dari bobot


Tablet
(mg) rata-rata

1 371 0.43%

2 369 0.11%
3 369 0.11%

4 369 0.11%

5 371 0.43%

6 370 0.16%

7 368 0.38%

8 360 2.54%

9 370 0.16%

10 369 0.11%

11 368 0.38%

12 370 0.16%

13 369 0.11%

14 371 0.43%

15 368 0.38%

16 371 0.43%

17 371 0.43%

18 371 0.43%

19 373 0.97%

20 370 0.16%

Bobot rata-rata 369.4

3.5 Evaluasi Keamanan Sediaan

A. Angka Lempeng Total (ALT)

Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan ALT (Angka Lempeng Total), yaitu metode

kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel

(BPOM, 2008). Tujuan dilakukannya identifikasi angka lempeng total yakni memberikan jaminan

bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba baik patogen maupun non patogen melebihi batas
yang ditetapkan karena berpengaruh bagi pada stabilitas ekstrak dan toksik bagi kesehatan (Depkes

RI, 2000).

Pada pemeriksaan Angka Lempeng Total dilakukan pengenceran sampel, dilakukannya

pengenceran bertujuan untuk mengurangi jumlah populasi mikroba karena tanpa dilakukannya

pengenceran, koloni yang terbentuk akan menumpuk sehingga akan menyulitkan dalam

perhitungan jumlah koloni. Kemudian, dari masing-masing pengenceran diinokulasikan pada

medium PCA (Plate Count Agar) sebagai media pemupukan. Dimana, PCA adalah suatu medium

yang mengandung 0,5% Trypthone, 0,25% ekstrak khamir dan 0,1% glukosa sehingga semua

mikroba termasuk bakteri, kapang dan kamir dapat tumbuh baik dalam medium. Jika pada tiap

pengenceran sampel terdapat sel jasad renik yang masih hidup, maka sel jasad renik tersebut akan

berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dapat dihitung dengan

mata tanpa menggunakan mikroskop.

Dari penelitian yang telah dilakukan, Setelah diinkubasi selama 24 jam, pada semua

pengenceran tampak koloni bakteri tumbuh pada media. Koloni yang tumbuh pada media

selanjutnya dihitung sesuai dengan cara perhitungan ALT yang tercantum dalam MA POMN

tahun 2006. Didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa angka lempeng total tablet ekstrak

meniran pada semua pengenceran yaitu >300 koloni/g sehingga terlalu banyak untuk dihitung

(TBUD). Menurut (PPOMN, 2006), sebaiknya hanya lempeng agar yang mengandung 25-250

koloni saja yang digunakan dalam perhitungan. Hal ini melampaui batas cemaran mikroba yang

ditetapkan oleh peraturan (BPOM RI, 2014) mengenai persyaratan mutu obat tradisonal. Dimana

menurut (BPOM RI, 2014), batas mikroba yang diperbolehkan dalam sediaan tablet yakni tidak

boleh lebih dari 104 CFU/gram. Kemungkinan hal ini dikarenakan sediaan tablet terkontaminasi

bakteri pada saat proses pembuatan tablet, ataupun karena adanya kesalahan saat pemeriksaan

ALT. Hasil detail bisa dilihat pada Tabel XV.


Tabel XV Hasil uji Angka Lempeng Total (ALT)

NO Pengenceran Koloni/gram

1. 10-1 >300

2. 10-2 >300

3. 10-3 >300

4. 10-4 >300

5. 10-5 >300

Perhitungan Angka Lempeng Total (Media PCA)


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖
ALT = x Faktor pengenceran
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚

Satuan ALT = CFU/ml atau CFU/g

a. Plate 10-1= >300, maka (Terlalu Banyak Untuk Dihitung)

b. Plate 10-2 =>300, maka (Terlalu Banyak Untuk Dihitung)

c. Plate 10-3 =>300, maka (Terlalu Banyak Untuk Dihitung)

d. Plate 10-4 =>300, maka (Terlalu Banyak Untuk Dihitung)

e. Plate 10-5 =>300, maka (Terlalu Banyak Untuk Dihitung)

B. Uji Cemaran E-coli

Tujuan dilakukan uji cemaran E.coli yaitu memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak

mengandung cemaran E.coli melebihi batas yang ditetapkan karena pengaruh terhadap kestabilan

ekstrak dan toksik bagi kesehatan (Depkes RI, 2000).

Pada uji cemaran E.coli digunakan media TBX. Media Tryptone Bile X-Glucuronide (TBX)

adalah media yang mengandung agen kromogenik x-β-D-glukoronide yang dapat mendeteksi

adanya enzim glukoronidase yang terdapat pada e.coli. bakteri E.coli akan menyerap agen

kromogenik akan disekresikan ke luar sel yang akan menimbulkan warna hijau-kebiruan sehingga

memudahkan dalam proses identifikasi E.coli (Bridson, 2006).

Berdasarkan peraturan kepala badan pengawas obat dan makan republik indonesia nomor 12
tahun 2014 tentang persyaratan mutu obat tradisional menyatakan bahwa syarat cemaran

escherichia coli adalah negatif/gram BPOM RI (2014). Hasil detail bisa dilihat pada Tabel XVI.

Tabel XVIHasil uji Cemaran E.coli

Sampel Jumlah koloni/gram

Tablet ekstrak meniran -

Dari hasil diatas, diperoleh bahwa angka bakteri E.coli adalah 0 koloni/gram yang

menunjukkan tablet ekstrak meniran bebas dari cemaran E.coli. hal sesuai dengan syarat cemaran

E.coli yaitu negatif/gram.

Gambar. Uji cemaran e.coli


DAFTAR PUSTAKA

Agustin, F.N., 2017, Penetapan Parameter Non Spesifik Ekstrak Etanol Daun Jembirit
(Tabernaemontana sphaerocarpa Bl.), Skripsi, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Anonim. 2014. Persyaratan Mutu Obat Tradisional. BPOM RI: Jakarta

BPOM, 2006. Metode Analisis PPOMN, MA PPOMN nomor 96/mik/00, Uji Angka
Kapang/Khamir dalam Obat Tradisional. BPOM RI. Jakarta. PP. 108-110.

BPOM, 2014, Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
No.12 tahun 2014, BPOM : Jakarta

Badan POM. (2012). Petumjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.

Badan POM. (2018). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat
dan Makanan RI.

Bakova, Z., Kolesarova, A., 2012, Bioflavonoid Quercetin-Food Sources, Bioavailability,


Absorbtion and Effect on Animal Cells. J. Microbiol. Biotechn & Food Sci

Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, 7-35. departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI, 2008. Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I. Jakarta, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. kadar abu ketentuan

Dipiro, J.T., Talbert, R.L.,Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey L.M. 2015.
Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach. 9th Edition. Mc Graw Hill. New York.

Gangga, E., Purwati, R., Farida, Y., & Kartiningsih. (2017). Penetapan Kadar Mutu Ekstrak
yang Memiliki Aktivitas Sebagai Antioksidan dari Daun Cincau Hijau. Jurnal Ilmu
kefarmasian Indonesia, 2-8.

Hasan, M., Khan, M.I., Umar, B.U.,dan Sadeque, M. 2013. Comparative Study of the Effect of
Ethanolic Extract of Swietenia mahagoni Seeds with rosiglitazone on Experimentally
Induced Diabetes Mellitus in Rats. Faridpur Med. Coll. J. No. 39. P. 6-10
Kemenkes RI, 2011, Formularium Obat Herbal Asli Indonesia, 126 – 128, Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta


Kinan, Agus., dan Kusuma, F.R., 2004, Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami, Depok:
Agromedia Pustaka.

Krisyatai, Sulawati, N., Dan Rivai, H.Pembuatan Dan Karakterisasi Serta Penentuan Kadar
Flavonoid Dari Ekstrak Kering Herba Meniran (Phyllanthus Niruri L.). Jurnal Farmasi
Higea. Vol.5:1. 2013

Lachman, L, Lieberman, H.A, dan Kanig, J.L., 1994, Teori Dan Praktek Farmasi Industri, Edisi I,
diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, UI- Press,: Jakarta

Maulan, Suryani, dan Mu’nisa. Analisis Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus musculus)
Jantan yang Diberi Ekstrak Metanol Daun Cemba (Acacia pennata) Asal Enrekang
Diinduksi Aloksan. 2017. 18 (1):63-70.

Nugrahani, SS. Analisis Perbandingan Efektifitas Ekstrak Akar, Batang, dan Daun Herba Meniran
dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Mencit. Unnes Journal of Public Health.
2013. 2(1):1-9

Okoli CO, Ibiam AF, Ezike AC, Akah PA, dan Okoye TC. Evaluation of antidiabetic potentials of
Phyllanthus ninuri in alloxan diabetic rats, Journal of Biotechnology. 2010. 9(2): 248-
259

Parrot, E. L., 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, Edisi 3. Burgess


Publishing Company. Minneapolis

Permadi, A., 2008, Membuat Kebun Tanaman Obat, Pustaka Benda, Jakarta

Priambodo, D., Mustarichie, R. Tablet Formulation From Meniran (Phyllanthus Niruri L.) Extract
With Direct Compression Method. International Journal of Applied Pharmaceutics,
4(10).

Rivai, H., Susilawati, N., Krisyanella. Pembuatan dan Karakterisasi serta Penentuan Kadar
Flavonoid dari Ekstrak Kering Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.). Jurnal Farmasi
Higea, 5(01).

Satolom, C.C., Runtuwene, M.R.J., Abidjulu, J., 2015, Isolasi Senyawa Flavonoid pada Biji
Pinang Yaki (Areca vestiaria giseke)

Sukmawati, Emelda, aan Astriani. Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium Polyanthum)
dan Daun Jambu Biji (Psidum Guajava L.) sebagai Antidiabetes Oral pada Tikus Putih
(Rattus Novergicus). Pharmaceutical journal of indonesia. 2018. 4(1):17-22
Trevor Robinson, Kandungan Organic Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB, 1995.

Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, diterjemahkan oleh

S.N. Soewandi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

WHO. (2003). Traditional Medicine. http://www.who.int/medicine/factsheets/fs134/n.

Zdanowicz MM. 2015.Essentials of Pathophysiology for Pharmacy. Boca Raton (Florida): CRC
Press Pharmacy Educaton Series

Anda mungkin juga menyukai