Anda di halaman 1dari 12

TUGAS BAHASA INDONESIA

PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL PROGRAM :
UJI EFEKTIVITAS INFUSA DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica L.)
SEBAGAI ANTIHIPERGLIKEMIA

DISUSUN OLEH :
NAMA : NURLELA
NIM : 16.059
KELAS : AKFAR A

DOSEN PENGAMPU : BAKRI, S.S., S.Pd., M.Pd

AKADEMI FARMASI KEBANGSAAN


MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hiperglikemia atau biasa disebut Diabetes Melitus (DM) merupakan salah
satu penyakit metabolik yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa penyakit diabetes mellitus
adalah salah satu penyakit yang masuk kedalam 10 (sepuluh) besar penyakit di
Indonesia (Yulianti, S.R, dkk, 2014). Diabetes melitus adalah gangguan kesehatan
yang menjadi perhatian dunia karena diabetes umumnya berhubungan dengan
resiko utama gangguan kardiovaskular yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Diabetes melitus merupakan gangguan metabolik yang kompleks,
melibatkan abnormalitas sekresi insulin dan aksi insulin yang dipengaruhi oleh
system endokrin yang menyebabkan intoleransi glukosa (Hartoyo, A, dkk, 2011).
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita
kencing manis di dunia sekitar 135 juta orang pada tahun 1996, dan diperkirakan
akan bertambah sampai 300 juta pada tahun 2025. Hasil survei tersebut
membuktikan bahwa diabetes melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang sangat serius. Komplikasi yang disebabkan dapat menyebabkan kerusakan
organ-organ lain yang dapat memperberat kondisi kesehatan pasien, dan akhirnya
membawa ke kematian (Kristiana, L dan Suharmiati, 2006).
Terapi diabetes melitus (DM) yang paling utama adalah makanan dengan
mengatur pola makan penderita bekerja sama dengan ahli gizi untuk menentukan
makanan yang cocok untuk dikonsumsi. Obat-obatan dapat diberikan apabila
terapi makanan tidak berhasil. Dewasa ini masyarakat lebih banyak memilih
pengobatan dengan menggunakan tanaman obat dibandingkan dengan obat-obat
kimia. Salah satu penyebabnya adalah karena tanaman obat memiliki banyak
keuntungan, selain mudah didapatkan, mudah ditanam, dapat diramu sendiri, serta
murah (Simanjuntak, H. A, 201 8). Penggunaan tersebut dimulai dari informasi
secara turun temurun kemudian khasiat dikonfirmasi dengan hasil penelitian
ilmiah. Pengobatan tradisional sebagian besar menggunakan ramuan yang berasal
dari tanaman baik berupa akar, batang, bunga, daun, biji, ataupun kulit kayu.
Bagian dari tanaman tersebut yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang
terdiri dari empat golongan utama, yaitu steroid, flavonoid, alkaloid, dan
terpenoid yang memiliki aktivitas biologis (Olfiana, T, 2017).
Salah satu tanaman obat yang memiliki berbagai khasiat adalah asam jawa
atau yang dikenal dengan nama ilmiah Tamarindus indica L. hampir semua
bagian tanaman ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Diantaranya,
daging buah asam jawa dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masakan dan bahan
obat tradisional. Serta daun asam jawa juga dapat digunakan sebagai bumbu
masakan, kosmetika, dan bahan obat. Salah satu pemanfaatan daun asam jawa
dimasyarakat sebagai bahan obat yaitu digunakan untuk menurunkan kadar gula
dalam darah yang dibuat secara infusa (Assagaf, K, 2015).
Menurut penelitian Nasution, H (2013) bahwa kandungan metabolit
sekunder ekstrak etanol daun asam jawa mengandung senyawa flavonoid, fenolik
dan saponin. Keberadaan senyawa flavonoid, fenolik dan terpenoid pada daun
asam jawa diduga berperan sebagai inhibitor enzim α-glukosidase. Berdasarkan
phrmacognosy review yang ditulis Kumar et al (2011), flavonoid dan fenolik
berperan dalam menghambat enzim α-glukosidase (Nasution, H, 2013).
Penelitian sebelumnya (Olfiana,T, (2017) dimaksudkan untuk menentukan
konsentrasi yang efektif pada ekstrak daun asam jawa (Tamarindus indica L.)
sebagai antidiabetes. Dan penelitian (Rachmander, et all, 2010) Secara invivo,
ekstrak metanol biji asam jawa berkhasiat menurunkan gula darah mencit yang
diinduksi streptozotosin (Diabetes melitus tipe 1). Akan tetapi belum ada penelitian
yang melaporkan efek antidiabetes daun asam jawa melalui mekanisme yang
menurunkan produksi glukosa di hati dan peningkatan sintesis glukosa . Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data ilmiah aktivitas antidiabetes
ekstrak etanol daun asam jawa terhadap penurunan produksi glukosa di hati dan
peningkatan sintesis glukosa.
I.2 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektivitas infusa daun asam jawa (Tamarindus indica L.)
sebagai antihiperglikemia.
I.3 Rumusan Masalah
Apakah ekstrak infusa daun asam jawa (Tamarindus indica L.) memiliki efek
sebagai antihiperglikemia?
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada
pembaca maupun peneliti tentang efektivitas infusa daun asam jawa (Tamarindus
indica L.) sebagai antihiperglikemia.
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Hiperglikemia
Hiperglikemia merupakan suatu kondisi dimana kadar glukosa darah
melebihi batas normal. Jika hal ini terjadi terus menerus dan berlangsung
menahun, maka akan mengakibatkan penyakit diabetes mellitus. Hiperglikemia
tejadi ketika tubuh kekurangan insulin dalam jumlah tertentu, dimana kadar
glukosa darah diasup tidak dapat dimanfaaatkan secara efektif sehingga glukosa
dalam darah terlalu tinggi. Diabetes mellitus merupakan suatu sindroma khas
yang ditandai dengan hiperglikemia kronik serta gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan insulin baik
relatif maupun absolut serta gangguan kerja insulin (Dalimartha,2005).
Klasifikasi diabetes melitus dijabarkan berdasarkan penyebabnya,
diabetes tipe I adalah tubuh sangat sedikit atau tidak mampu memproduksi insulin
akibat kerusakan sel beta pangkreas atau adanya proses autoimun. Umumnya DM
tipe I menyerang diusia anak-anak dan remaja. Diabetes tipe 2 adalah hasil dari
gangguan sekresi insulin progresif yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin
(Sutarwardana, Jon,H, dkk, 2016).
II.2 Uraian Tanaman Asam Jawa
Tumbuhan asam Jawa (Tamarindus indica L.) merupakan salah satu
tumbuhan yang banyak dibudidayakan di negara tropis sehingga dapat dengan
mudah ditemukan termasuk di Indonesia. Tumbuhan ini biasanya dimanfaatkan
sebagai bahan pengobatan tradisional. Bagian tumbuhan Tamarindus indica L.
yang biasa digunakan untuk pengobatan antara lain bagian daun, kulit batang,
daging buah, dan juga bijinya (Faradiba et al., 2016).
Tamarindus indica L. dapat dikembangkan baik secara vegetatif maupun
generatif. Perbanyakan Tamarindus indica L. secara vegetatif dapat menghasilkan
buah berlimpah apabila organ tanamannya berasal dari pohon induk yang
bergenetik unggul. Namun karena jarangnya ketersediaan tegakan pohon
Tamarindus indica L. di alam saat ini, maka perbanyakan secara generatif dengan
biji, dapat menjadi pilihan yang tepat dalam upaya pembudidayaannya
(Situmorang et al., 2015).
II.2.1 Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Tamarindus
Spesies : Tamarindus indica L
II.2.2 Morfologi Tanaman
Tamarindus indica L. merupakan tumbuhan tahunan yang tinggi dan
berukuran besar, tingginya dapat mencapai 25 m (Heyne, 1987). Batang pohon
Tamarindus indica L. cukup keras, dapat tumbuh menjadi besar dan memiliki
daun yang rindang. Tumbuhan ini memiliki daun yang bertangkai panjang, sekitar
17 cm dan bersirip genap. Tumbuhan Tamarindus indica L. memiliki bunga yang
berwarna kuning kemerah-merahan dan buah dengan tipe polong berwarna
cokelat dengan rasa khas asam. Dalam buahnya selain terdapat kulit yang
membungkus daging buah juga terdapat biji berjumlah 2-5 yang berbentuk pipih
dengan warna cokelat agak kehitaman (Yuniarti, 2008)
Daun Tamarindus indica L. yang masih muda memiliki rasa yang asam
dan dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah sinom untuk membedakannya
dengan daun yang sudah tua (Heyne, 1987). Helaian anak daun berwarna hijau
kecokelatan atau hijau muda, berbentuk bundar panjang, panjangnya sekitar 1-2,5
cm dan lebarnya sekitar 4-8 mm, ujung daun membundar kadang-kadang
berlekuk, pangkal daun membundar, pinggir daun rata dan hampir sejajar satu
sama lain. Tangkai daun sangat pendek sehingga mirip duduk daun. Kedua
permukaan daun halus dan licin, dan permukaan bawah berwarna lebih muda
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989b). Karena bentuk mofologinya
yang bagus, Tumbuhan Tamarindus indica L. ini di Jawa dan Madura sering
ditanam sebagai tanaman hias (Backer & Van Den Brink, 1963).
II.2.5 Manfaat Tanaman
Tamarindus indica L. merupakan tumbuhan tropis yang termasuk dalam
famili Caesalpiniaceae. Tumbuhan Tamarindus indica L. merupakan tumbuhan
multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan. Kayu
Tamarindus indica L. dapat digunakan sebagai kayu bakar, arang, juga dapat
digunakan sebagai bahan mebel. Buah Tamarindus indica L. selain dapat
dikonsumsi secara langsung juga dapat digunakan sebagai bumbu masakan.
Kandungan vitamin B yang terdapat dalam daging buah, sangat baik untuk
kesehatan (Departemen Kehutanan, 2002). Hampir seluruh bagian tumbuhan
Tamarindus indica L. dapat dimanfaatkan, di antaranya yaitu kayunya dapat
digunakan untuk bahan bangunan, buahnya yang masak bisa digunakan sebagai
bumbu masak maupun dimakan secara langsung, selain itu buahnya juga dapat
digunakan sebagai obat dengan terlebih dahulu dibuat menjadi asam kawak. Daun
mudanya yang biasanya disebut "sinom" dalam bahasa Jawa juga digunakan
sebagai sayur maupun obat. Secara empiris Tamarindus indica L. dapat digunakan
untuk pengobatan encok, borok, bisul, pencahar, demam, radang, pembersih
logam, dan sebagai antidiabetes (Sundari dan Winarno, 2010).
Tamarindus indica L. merupakan salah satu tumbuhan yang banyak
digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti demam, disentri,
hepatitis, gonorhoea, dan gangguan pencernaan (Fakhrurrazi et al., 2016). Daun
Tamarindus indica L. memiliki banyak kandungan zat aktif yang berkhasiat untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit salah satunya sebagai antidiabetes dan
juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
(Faradiba et al., 2016).
II.2.5 Kandungan Kimia
Menurut Mun’im et al. (2009), dalam penelitiannya melaporkan bahwa
berdasarkan hasil identifikasi fitokimia pada ekstrak daun Tamarindus indica L.
menunjukkan adanya kandungan senyawa aktif berupa tanin, flavonoid dan
saponin. Fakhrurrazi et al. (2016) juga menyebutkan dalam jurnalnya, bahwa pada
ekstrak daun Tamarindus indica L. memiliki kemampuan antibakteri, antijamur,
antiinflamasi, dan aktivitas antioksidan. Daun Tamarindus indica L. memiliki
banyak kandungan antara lain protein, lemak, serat, asam tatrat, dan metabolit
sekunder seperti alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, mineral seperti sodium
(natrium), potasium (kalium), magnesium, fosfor, kalsium, dan sulfur. Selain
mineral juga ada beberapa vitamin seperti thiamin (vitamin B1), pektin,
ribhoflavin (vitamin B2), β-karoten (vitamin A), asam askorbat (vitamin C), dan
niasin (vitamin B3 atau B kompleks). Kandungan metabolit sekunder dalam
ekstrak daun Tamarindus indica L. yang berupa flavonoid, tannin, saponin, dan
alkaloid ini lah yang membuat daun Tamarindus indica L. dapat berkhasiat
sebagai antibakteri. Menurut penelitian Nasution, H (2013) bahwa kandungan
metabolit sekunder ekstrak etanol daun asam jawa mengandung senyawa
flavonoid, fenolik dan saponin. Keberadaan senyawa flavonoid, fenolik dan
terpenoid pada daun asam jawa diduga berperan sebagai inhibitor enzim α-
glukosidase yang menghambat peningkatan gula darah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian


Adapun Jenis penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian
experimental berskala laboratorium.
III.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu batang pengaduk, blender,
gelas ukur, gelas kimia, glucometer, kain flannel, labu ukur, panic infusa, pipet
tetes strip glucometer, timbangan analitik.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu aquadest, daun asam
jawa, glukosa, hewan coba (mencit).
III.3 Tahap Penelitian
III.3.1 Pengolahan Sampel
Sampel daun asam jawa (Tamarindus indica L.) diperoleh dari daerah
Mallawa, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan dan dideteminasi sampel
di Laboratorium Biologi Farmasi STIFA-AFK Kebangsaan Makassar.
III.3.2 Pembuatan Simplisia
Daun asam jawa (Tamarindus indica L.) yang masih hijau dibersihkan
menggunakan air mengalir hingga bersih, kemudian disortasi basah, ditiriskan
hingga mengering setelah itu sampel dirajang kemudian dianginkan-anginkan
tanpa terkena sinar matahari secara langsung.
III.3.3 Pembuatan Ekstrak Infusa
Pembuatan infusa daun asam jawa ditimbang sebanyak konsentrasi yang
diinginkan yaitu 5 g, 10 g, dan 15 g. Di masukkan kedalam wadah infusa yang
telah diisi aquadest sebanyak 100 mL, dipanaskan selama 15 menit terhitung saat
suhu mencapai 90oC, lalu sampel diangkat dan disaring menggunakan kain flannel
dan ditambahkan aquadest hingga 100 mL, setelah itu infusa didinginkan
(Elmitra, dan Ramadhani, N, 2017).

III.3.4 Penyiapan dan Perlakuan Hewan Uji Coba


Hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) jantan berbadan
sehat, berumur 2-3 bulan dengan berat berkisar antara 20- 30 g. Mencit yang
digunakan sebanyak 15 ekor dan dibagi dalam 5 kelompok perlakuan berdasarkan
bahan uji yang terdiri dari tiga konsentrasi dan bahan pembanding positif dan
negatif.
Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ekor mencit dan ketiga mencit
tersebut diletakkan terpisah untuk setiap perlakuan. Mencit dipuasakan (tidak
makan tetapi tetap minum) selama 4-5 jam. Kemudian berat badan ditimbang dan
diukur kadar glukosa darah puasa pada hari ke-0. Kemudian diberikan glukosa
10%.
Perlakuan yang diberikan sebagai berikut:
Perlakuan I (P1) : Ekstrak daun asam jawa 30%
Perlakuan II (P2) : Ekstrak daun asam jawa 50%
Perlakuan III (P3) : Ekstrak daun asam jawa 70%
Sebagai kontrol positif : Metformin
Sebagai kontrol negatif : Aquadest
Setelah diberikan perlakuan semua mencit diistrahatkan ke dalam kandangnya
masing-masing dan diberikan makanan dan minuman. Kadar glukosa darah diukur
kembali.
III.3.5 Penentuan Kadar Glukosa Darah
Glukometer dihidupkan lebih dulu sebelum digunakan dan strip glukosa
dimasukkan ke dalam glukometer. Darah diambil melalui ujung ekor hewan uji
(mencit) kemudian diteteskan pada strip glukometer. Glukosa darah akan terukur
secara otomatis dan hasilnya dapat dibaca pada monitor glukometer. Setelah data
hasil glukosa darah awal diperoleh yang meliputi, glukosa darah setelah induksi,
glukosa darah setelah perlakuan, dan penurunan glukosa dari perlakuan tersebut.
Selanjutnya dianalisis menggunakan uji statistik.

DAFTAR PUSTAKA
Assagaf, K. 2015. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Asam Jawa (Tamarindus
Indica Linn.) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Darah Tikus Putih
Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus), NJurnal Ilmiah Farmasi –
UNSRAT Vol. 4 (3), Program Studi Farmasi Fakultas MIPA UNSRAT
Manado.

Dalimartha, S. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Penerbit Puspa


Swara; Jakarta.

Elmitra, dan Ramadhani, N. 201. Formulasi Obat Kumur Dari Daun Asam Jawa
(Tamarindus Indical.) Dengan Metode Infundasi, Borneo Journal of
Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Akademi Farmasi Yayasan Al-Fatah
Bengkulu.

Faradiba, A, dkk. 2016. Daya Antibakteri Infusa Daun Asam Jawa (Tamarindus
Indica L) Terhadap Streptococcus mutans. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol
4 (1):55-60. Jember.

Kristiana, L dan Suharmiati. 2006. Analisis Raslonallsasl Kandungan Ramuan


Diabetes Mellitus Dl Laboratorium Penelltlan Dan Pengembangan
Pelayanan Pengobatan Obat Tradisional (LP40T), Buletin Per ielltian
Sistem Kesehatan - Vol. 9 No. 2, Penditi Puslimang Sistem dan Kebijakan
Kesehatan; Badan Limangkes Jalan lndrapura 17, Surabaya.

Olfiana, T. 2017. Ekstrak Daun Asam Jawa (Tamarindus Indica L.) Sebagai
Antidiabetes, Pendidikan Kimia/FKIP - University of Tadulako, Palu –
Indonesia.

Simanjuntak, H. A. 2018. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Diabetes Mellitus Di


Masyarakat Etnis Simalungun Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera
Utara, Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan. Vol. 5 (1), Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Senior Medan.

Sutarwardana, Jon,H, dkk. 2016. Studi Fenomenologi Pengalaman Penyandang


Diabetes Melitus Yang Pernah Mengalami Episode Hipoglikemi, NurseLine
Journal Vol. 1 No. 1, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
Depok.

Yulianti, S.R. dkk, 2014. Profil Pengobatan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Instalasi Rawat Inap Rsud Undata Palu Tahun 2012, Online Jurnal of
Natural Science, Vol.3(1): 40-46, Prodi Farmasi, Untad

Anda mungkin juga menyukai